BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan S

BAB 3 METODE PENELITIAN

  3.1 Jenis Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen sekali waktu (Notoatmodjo, 2010).

  3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

  3.2.1 Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan rendahnya wanita usia subur yang memeriksa IVA ke Puskesmas Sidangkal yaitu sekitar (0,35%) dan belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi dan motivasi wanita terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode

  IVA di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tersebut.

  3.2.2 Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Desember 2013. Adapun pelaksanaan penelitian dimulai dari pengajuan judul dan survei awal pada bulan Desember 2012, melakukan penyusunan proposal dan konsul bimbingan proposal mulai bulan Desember sampai April, ujian proposal direncanakan akhir bulan April 2013, uji validitas sampai pengumpulan data direncanakan selesai pada bulan Juni 2013, dan seminar hasil pada bulan Oktober 2013 serta ujian kompre pada bulan Desember 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang terdaftar dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tahun 2012 yaitu sebanyak 2540 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang terdaftar dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tahun 2012. Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut: 2

  − α − − − + Z / P

  1 P Z Pa

  1 P

  ( ) ( ) { 1 2 1 β a } n= 2

  

( PP )

a o

  Keterangan n : Besar sampel minimal Z 1-

  : Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada α 5% sebesar 1,96

  α/2

  Z 1-ß : Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada ß 20% sebesar 0,842 Po : Proporsi cakupan pemeriksaan IVA sebesar 0,36 (Yuli, 2010) Pa : Proporsi cakupan pemeriksaan IVA yang diharapkan sebesar 0,46 Pa-Po : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi sebesar

  10%

  2 1 , 96 , 36 ( , 64 ) , 842 , 46 ,

  • +

    n =
  • 2 ,

    46 ,

      54

    { ( ) }

      36

    ( )

      186 =

      Berdasarkan rumus perhitungan sampel tersebut maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 186 orang. Kriteria inklusi adalah wanita usia subur yang sudah menikah.

    Tabel 3.1 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No Kelurahan Populasi Proporsi Sampel

      1 Wek VI 651 651/2540 x 186

      48

      2 Sidangkal 573 573/2540 x 186

      42

      3 Hanopan-Sibatu 359 359/2540 x 186

      26

      4 Ujung Padang 957 957/2540 x 186

      70 Jumlah 2540 186 Pengambilan sampel dari tiap-tiap kelurahan dilakukan dengan metode simple

      

    random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel angka

      acak (C-Survey) sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan dari proporsi kelurahan yaitu 186 WUS yang sudah menikah.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

      Pengumpulan data primer dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan menyebar kuesioner kepada responden untuk mereka isi sendiri dengan terlebih dahulu menjelaskan cara pengisiannya didampingi oleh peneliti. Sebelumnya kuesioner telah diuji coba terlebih dahulu pada populasi yang memiliki karakteristik hampir sama di tempat yang berbeda.

      3.4.2 Data Sekunder

      Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan dan catatan mengenai pemeriksaan IVA dari data yang tersedia di Puskesmas Sidangkal dan Dinas Kesehatan daerah Kota Padangsidimpuan serta studi kepustakaan (literatur), majalah dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini.

      3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

      a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sampel pada uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30 orang dengan karakteristik yang sama yaitu Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor setiap pertanyaan. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan nilai corrected item total correlation (r), dengan ketentuan jika nilai

      corrected item total correlation > dari nilai r tabel (=0,361) pada

      α= 5%, dan df= 28 maka dinyatakan valid dan jika nilai corrected item total correlation (r) < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010).

      b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah menggunakan Cronbach Alpha. Jika hasil uji memberikan nilai Cronbach

      Alpha > 0,60, maka variabel tersebut dikatakan reliabel (Nursalam, 2008).

      Hasil uji validitas variabel persepsi dan motivasi dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Pernyataan Nilai Corrected

      Item-Total Nilai r-Tabel Status

      Cronbach’s Alpha Status

      1 0,724 0,361 Valid 2 0,698 0,361 Valid 3 0,723 0,361 Valid 4 0,723 0,361 Valid 5 0,723 0,361 Valid 0,907 Reliabel 6 0,724 0,361 Valid 7 0,698 0,361 Valid 8 0,563 0,361 Valid 9 0,698 0,361 Valid 10 0,724 0,361 Valid

      Pada Tabel 3.2 di atas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel persepsi sebanyak 10 pernyataan mempunyai nilai corrected item total correlation (r) > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach’s alpha 0,907, maka dapat disimpulkan bahwa 10 pernyataan persepsi adalah valid dan reliabel.

    Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Pernyataan Nilai Corrected

      Item-Total Nilai r-Tabel Status

      Cronbach’s Alpha Status

      1 0,577 0,361 Valid 2 0,716 0,361 Valid 3 0,716 0,361 Valid 4 0,687 0,361 Valid 5 0,687 0,361 Valid 0,883 Reliabel 6 0,623 0,361 Valid 7 0,849 0,361 Valid 8 0,716 0,361 Valid

      Pada Tabel 3.3 di atas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel motivasi sebanyak 8 pernyataan mempunyai nilai corrected item total correlation (r) > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach’s alpha 0,883, maka dapat disimpulkan bahwa 8 pernyataan motivasi adalah valid dan reliabel.

    3.5 Variabel dan Definisi Operasional

    3.5.1 Variabel Penelitian

      a. Variabel dependen, yaitu keikutsertaan wanita usia subur dalam pemeriksaaan IVA.

      b. Variabel independen, yaitu persepsi dan motivasi WUS terhadap skrining kanker serviks metode IVA.

      c. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak hidup.

    3.5.2 Definisi Operasional 1.

      Keikutsertaan wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA adalah peran serta WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA sebagai upaya untuk deteksi dini penyakit kanker serviks dengan metode IVA.

      2. Persepsi adalah pandangan WUS yang berbeda setiap individu dalam menanggapi mengenai kanker serviks dan pemeriksaan dini kanker serviks metode IVA.

      3. Motivasi adalah dorongan, keinginan atau kemauan dari dalam (intrinsik) atau dari luar (ekstrinsik) wanita untuk memeriksakan IVA.

      4. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir.

      5. Pendidikan adalah pendidikan formal yang dijalani atau pernah dijalani oleh responden.

      6. Jumlah anak adalah banyaknya anak (laki-laki dan perempuan) yang dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara.

    3.6 Metode Pengukuran

    3.6.1 Variabel Dependen

      Keikutsertaan wanita dalam pemeriksaan IVA adalah kondisi responden untuk berpartisipasi atau tidak dalam skrining kanker serviks metode IVA pada saat wawancara dilakukan, selanjutnya dikategorikan menjadi: 0 = Ikut

      1 = Tidak ikut

    3.6.2 Variabel Independen 1.

      Persepsi Pengukuran variabel persepsi menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 10 pernyataan dengan item jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) dan skor total terendah 10 dan skor tertinggi 50.

      Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban persepsi sebagai berikut (Riduwan, 2010) : Pernyataan positif (2, 5, 6, 8 dan 9 ) Pernyataan negatif (1, 3, 4, 7 dan 10) Sangat setuju : 5 Sangat setuju : 1 Setuju : 4 Setuju : 2 Netral : 3 Netral : 3 Tidak setuju : 2 Tidak setuju : 4 Sangat tidak setuju : 1 Sangat tidak setuju : 5

      Berdasarkan total skor jawaban responden, persepsi dikategorikan sebagai berikut: = Baik, jika total skor jawaban ≥ 50% atau dalam interval 30-50

      1 = Kurang Baik, jika total skor jawaban < 50% atau dalam interval 10-29

      2. Motivasi Pengukuran variabel motivasi didasarkan dari 8 pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Likert dengan item jawaban sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1). Maka skor total terendah 8 dan skor tertinggi 40.

      Berdasarkan total skor jawaban responden, motivasi dikategorikan sebagai berikut: = Baik, jika total skor jawaban ≥ 50% atau dalam interval 24-40

      1 = Kurang Baik, jika total skor jawaban < 50% atau dalam interval 8-23

      3. Variabel Confounding : a.

      Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

      = ≥ 30 tahun

      1 = < 30 tahun

      Skala Ordinal b. Pendidikan adalah pendidikan formal yang dijalani atau pernah dijalani oleh responden. Pendidikan dibagi menjadi:

      0 = rendah (SD, SLTP) 1 = Tinggi (SMU, Diploma/ Sarjana) Skala Ordinal c. Jumlah anak hidup, dikategorikan berdasarkan anjuran.

      = < 3 orang

      1 = ≥ 3 orang

      Skala Ordinal

    3.7 Metode Analisis Data

      Tahapan analisis data meliputi: 1. Analisis univariat yaitu analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, menggambarkan distribusi frekuensi dari masing- masing variabel independen dan dependen.

      2. Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

      3. Analisis multivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama dengan mengikutsertakan variabel yang dianalisis merupakan variabel confounding. Variabel yang masuk dalam model multivariat adalah variabel yang p<0,25 pada analisis bivariat, setelah itu dilakukan kolinearitas (hubungan antar variabel independen) menggunakan uji chi square dan jika ada kolinearitas dengan nilai p<0,05 tidak boleh bersama dalam satu model. Kemudian ditetapkan beberapa alternatif model, dan yang dipilih adalah yang memiliki nilai percentage correct yang paling tinggi.

      Setelah terpilih model, dilakukan pemeriksaan interaksi. Pemeriksaan ini untuk melihat interaksi semua variabel dalam model secara multiplikatif, yaitu setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel penting, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa adanya interaksi antar variabel independen.

      Interaksi merupakan keadaan dimana hubungan antara satu variabel independen dengan dependen berbeda menurut tingkat variabel independen yang lain. Bila tidak ada interaksi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan confounding. Bila selisih antara model tanpa dan dengan confounding >10%, maka variabel tersebut dianggap sebagai confounding dan tetap dipertahankan dalam model.

      Pembandingan nilai probabilitas per individu dalam analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda dengan persamaan ; Dimana : P = Probabilitas variabel dependen a = konstanta b

      ₁,₂ = nilai koefisien regresi

      X ₁,₂ = variabel independen e = bilangan alamiah yang besarnya 2,71828

    BAB 4 HASIL PENELITIAN

    4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

      4.1.1 Keadaan Geografis

      Puskesmas Sidangkal berlokasi di Jalan Alboin Hutabarat Kelurahan Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan. Secara geografis batasan wilayah kerja Puskesmas Sidangkal adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : dengan Kelurahan Panyanggar

      b. Sebelah Selatan : dengan Kelurahan Aek Tampang

      c. Sebelah Barat : dengan Kecamatan Siais (Tapanuli Selatan)

      d. Sebelah Timur : dengan Kelurahan Kantin Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Kelurahan

      Wek VI, Kelurahan Sidangkal, Kelurahan Hanopan-Sibatu dan Kelurahan Ujung Padang.

      4.1.2 Kependudukan

      Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012 adalah 20.757 jiwa yang terdiri dari 10.336 jiwa laki-laki dan 10.421 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 4.093 jiwa. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012

      Jumlah Jumlah Persentase Persentase No Kelurahan Rumah Penduduk (%) (%) Tangga (KK)

      1 Wek VI 5.687 27,3 1.070 26,1

      2 Sidangkal 3.380 16,2 591 14,4

      3 Hanopan – sibatu 1.650 7,9 341 8,3

      4 Ujung Padang 10.040 48,3 2.091 51,0

      Jumlah 20.757 100,0 4.093 100,0 Sumber: Profil Puskesmas Sidangkal, Tahun 2012

      Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelurahan Ujung Padang mempunyai jumlah penduduk yang paling banyak yaitu : 48,3%. Sedangkan Hanopan-Sibatu memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dibandingkan dari kelurahan lain yaitu : 7,9%.

    Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012 No Kelurahan Laki - laki Persentase Perempuan Persentase (%) (%)

      1 Wek VI 2807 27,1 2880 27,6

      2 Sidangkal 1692 16,3 1688 16,1

      3 Hanopan – Sibatu 802 7,7 848 8,1

      4 Ujung Padang 5035 48,7 5004 48,0

      

    Jumlah 10.336 100,0 10.421 100,0

    Sumber: Profil Puskesmas Sidangkal, Tahun 2012

      Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki paling banyak terdapat di Kelurahan Ujung Padang (48,7%), dan jumlah penduduk perempuan paling banyak juga ditemukan di Kelurahan Ujung Padang (48,0%).

    4.1.3 Sarana Kesehatan

      Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal adalah sebagai berikut : a.

      Puskesmas 1 b. Puskesmas Pembantu 2 c. Poskesdes 1 d. Posyandu 15 e. Klinik Bersalin 3

    4.2 Analisis Univariat

      Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen (persepsi dan motivasi), variabel confounding (umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak hidup) dan variabel dependen (keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA).

    4.2.1 Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA

      Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Sidangkal sebahagian besar (57,0%) tidak ikut dan yang ikut sebesar (43,0%) seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut :

    Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal

      

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

    No Keikutsertaan Skrining Jumlah (n) Persentase (%)

      1 Ikut 80 43,0

      2 Tidak ikut 106 57,0

      Jumlah 186 100,0

    4.2.2 Persepsi

      Distribusi frekuensi persepsi untuk masing-masing tingkatan persepsi adalah lebih banyak responden persepsi kurang baik sebesar 51,6% dan persepsi baik sebesar 48,4%, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

    Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      

    No Persepsi Jumlah (n) Persentase (%)

      1 Baik 90 48,4

      2 Kurang baik 96 51,6

      Jumlah 186 100,0

      Persepsi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA terdapat dalam 10 pernyataan. Seluruh pernyataan yang berisi persepsi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA sebagian wanita usia subur tidak tahu mengenai metode IVA secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Item Jawaban Pernyataan Persepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      N o Persepsi STS TS N S SS n % n % n % n % n %

      1 Kanker serviks adalah suatu keadaan yang jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan/ diperhatikan

      7 3,8 29 15,6 46 24,7 86 46,2 18 9,7

      2 Semua wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual perlu untuk melakukan pemeriksaan IVA 8 4,3 70 37,6 43 23,1 43 23,1 22 11,8

      3 Wanita yang perlu memeriksa IVA adalah wanita yang berperilaku seks bebas 15 8,1 47 25,3 68 36,6 43 23,1 13 7,0

      4 Biaya pemeriksaan IVA mahal 35 18,8 50 26,9 38 20,4 46 24,7 17 9,1

    Tabel 4.5 (Lanjutan) STS TS N S SS

      N Persepsi o n % n % n % n % n %

      5 Pelaksanaan pemeriksaan IVA 12 6,5 41 22,0 57 30,6 40 21,5 36 19,4 yang dilakukan aman

      6 Cara kerja pemeriksaan IVA 10 5,4 50 26,9 78 41,9 27 14,5 21 11,3 sederhana

      7 Pelaksanaan pemeriksaan IVA 11 5,9 22 11,8 50 26,9 94 50,5 9 4,8 lama diketahui hasilnya

      8 Bila tidak melakukan pemeriksaan 25 13,4 89 47,8 47 25,3 14 7,5 11 5,9

      IVA maka kemungkinan tidak diketahui kanker serviks sangat tinggi

      9 Pemeriksaan dini (IVA) yang 15 8,1 79 42,5 28 15,1 28 15,1 36 19,4 dilakukan dengan teratur akan membantu menjawab kecurigaan adanya kanker serviks yang timbul karena ada keluhan tentang organ reproduksi

      10 Pemeriksaan dini kanker serviks 41 22,0 30 16,1 16 8,6 84 45,2 15 8,1 (IVA) tidak bermanfaat untuk mencegah kanker serviks

      Persepsi responden tentang metode IVA menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan IVA lama diketahui hasilnya yang menyatakan setuju sebesar 50,5% dan sangat setuju 4,8% (pernyataan no 7) . Wanita usia subur lebih banyak menyatakan tidak setuju bahwa bila melakukan pemeriksaan IVA maka ada manfaatnya untuk mengetahui kanker serviks sebesar 47,8% dan sangat tidak setuju 13,4% (pernyataan . no 8)

    4.2.3 Motivasi

      Distribusi frekuensi motivasi tentang metode IVA sebagian besar motivasi baik (62,4%) dan 37,6% motivasi kurang baik, dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

    Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      

    No Motivasi Jumlah (n) Persentase (%)

      1 Baik 116 62,4

      2 Kurang baik 70 37,6

      Jumlah 186 100,0

      Motivasi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA terdapat dalam 8 pernyataan. Seluruh pernyataan yang berisi motivasi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA separuh wanita usia subur tahu mengenai metode IVA secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Item Jawaban Pernyataan Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 STS TS N S SS N Motivasi o

      n % n % n % n % n %

      1 Bila terdapat keluhan yang tidak 7 3,8 30 16,1 32 17,2 51 27, 66 35,5 normal pada organ kewanitaan anda, 4 maka anda akan langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan

      2 Pemeriksaan dini kanker serviks 8 4,3 24 12,9 31 16,7 38 20, 85 45,7 (IVA) sangat perlu dilakukan untuk

      4 menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita

      3 Bila mengetahui orangtua atau saudara 13 7,0 21 11,3 57 30,6 49 26, 46 24,7 perempuan anda ada riwayat kanker 3 serviks, maka anda perlu melakukan pemeriksaan IVA

      4 Pemeriksaan IVA untuk mencegah 39 21,0 14 7,5 37 19,9 33 17, 63 33,9 penyakit kanker serviks perlu 7 dilakukan teratur sekali setahun

      Suami/keluarga selalu memberi

      5 51 27,4 12 6,5 36 19,4

      13 74 39,8 dukungan biaya untuk melakukan 7,0 pemeriksaan dini kanker serviks

    Tabel 4.7 (Lanjutan) STS TS N S SS

      N Motivasi o n % n % n % n % n %

      6 Teman/lingkungan sekitar sering 16 8,6 31 16,7 109 58,6 19 10, 11 5,9 memberi informasi tentang pentingnya 2 deteksi dini kanker serviks

      7 Petugas kesehatan sering memberikan 19 10,2 24 12,9 42 22,6 42 22, 59 31,7 informasi tentang kanker serviks dan 6 pemeriksaan dini (IVA) kepada masyarakat

      8 Pelayanan kesehatan reproduksi 46 24,7 24 12,9 46 24,7 43 23, 27 14,5 wanita oleh petugas kesehatan di

      1 Puskesmas atau diluar Puskesmas memuaskan Motivasi wanita usia subur tentang metode IVA menunjukkan lebih banyak responden menyatakan sangat setuju bahwa pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) sangat perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita sebesar 45,7% dan yang setuju 20,4% (pernyataan no 2), sedangkan wanita usia subur yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa suami/keluarga selalu memberi dukungan biaya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker serviks sebesar 27,4% dan yang yang tidak setuju sebesar 6,5% (pernyataan no 5).

    4.2.4 Karakteristik Responden (Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak)

      Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, pendidikan dan jumlah anak berjumlah 186 orang di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi pada umur

      ≥30 tahun (64,0%), dan yang terendah pada kelompok umur <30 tahun (36,0%). Tingkat pendidikan responden lebih banyak berpendidikan rendah (tamat SD, SLTP) sebesar 57,0% dan 43,0% yang berpendidikan tinggi. Jumlah anak

      ≥3 orang sebesar 58,1% dan <3 orang sebesar 41,9%.

    Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Variabel Counfounding (Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan Jumlah Anak) di Wilayah Kerja Puskesmas

      Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

    No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

      1 Umur ≥30 tahun 119 64,0 <30 tahun 67 36,0

      2 Pendidikan Rendah 106 57,0 Tinggi 80 43,0

      3 Jumlah Anak <3 orang 78 41,9 ≥3 orang 108 58,1

    4.3 Analisis Bivariat

      Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (persepsi dan motivasi) dan variabel dependen (keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA) serta hubungan variabel confounding (umur, pendidikan, jumlah anak) dengan variabel dependen.

      

    4.3.1 Hubungan Persepsi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks

    dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      Berdasarkan hasil tabulasi silang antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA diperoleh bahwa persepsi baik yang mengikuti skrining dengan metode

      IVA sebanyak 54 orang (60,0%) dan 36 orang (40,0%) yang tidak ikut IVA, sedangkan responden yang persepsi kurang baik mengikuti skrining dengan metode

      IVA sebanyak 26 orang (27,1%) dan 70 orang (72,9%) yang tidak ikut IVA. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA, dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

    Tabel 4.9 Hubungan Persepsi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks

      

    dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

    Keikutsertaan Jumlah

      2 Persepsi Ikut Tidak Ikut p χ n % n % n %

      Baik 54 60,0 36 40,0 90 100,0 0,001 20,533

      Kurang baik 26 27,1 70 72,9 96 100,0

      Jumlah 80 100,0 106 100,0 186 100,0

      

    4.3.2 Hubungan Motivasi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks

    dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      Pada Tabel 4.10 terdapat persentase wanita usia subur yang memiliki motivasi baik (51,7%) dengan ikut IVA dan motivasi kurang baik sebesar 71,4% dengan tidak ikut IVA. Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA dengan nilai p=0,002, secara jelas dapat dilihat sebagai berikut :

    Tabel 4.10 Hubungan Motivasi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks

      

    dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

    Keikutsertaan Jumlah

      2 Motivasi Ikut Tidak Ikut p χ n % n % n %

      Baik 60 51,7 56 48,3 116 100,0 0,002 9,547

      Kurang baik 20 28,6 50 71,4 70 100,0

      Jumlah 80 100,0 106 100,0 186 100,0

      

    4.4 Hubungan Variabel Confounding (Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak)

    dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

      

    1. Hubungan Umur dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan

    Metode IVA

      Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa umur tidak berhubungan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p=0,385.

      Wanita usia subur yang umur ≥30 tahun ada 119 orang yaitu 45,4% yang ikut IVA sedangkan yang tidak ikut IVA ada 54,6%, dibandingkan umur <30 tahun ada 67 orang yaitu sebesar 38,8% yang ikut IVA sedangkan 61,2% yang tidak ikut IVA.

      

    2. Hubungan Pendidikan dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks

    dengan Metode IVA

      Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa dari 106 responden yang pendidikan rendah (tamat SD, SLTP) ada 44,3% yang ikut IVA dan 55,7% yang tidak ikut IVA, sedangkan yang berpendidikan tinggi (tamat SLTA, diploma, sarjana) ada 41,3% yang ikut IVA dan 58,8% yang tidak ikut IVA. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p= 0,673 (p>0,05).

    3. Hubungan Jumlah Anak dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA

      Tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA nilai p=0,182. Wanita usia subur yang memiliki jumlah anak <3 orang sebesar 48,7% yang ikut IVA dan yang tidak ikut IVA sebesar 51,3%, sedangkan yang memiliki jumlah anak

      ≥3 orang sebesar 38,9% ikut IVA dan 61,1% yang tidak ikut IVA.

    Tabel 4.11 Hubungan Variabel Confounding dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Keikutsertaan Variabel

      2 Ikut Tidak Ikut Jumlah p χ Confounding n % n % n Umur

      54 45,4 65 54,6 119 100,0 ≥30 tahun

      0,385 0,755 <30 tahun 26 38,8 41 61,2 67 100,0

      Pendidikan

      Rendah 47 44,3 59 55,7 106 100,0 0,673 0,178

      Tinggi 33 41,3 47 58,8 80 100,0

      Jumlah Anak

      <3 orang 38 48,7 40 51,3 78 100,0 0,182 1,785 42 38,9

      66 61,1 108 100,0 ≥3 orang

      Dari Tabel 4.11 variabel confounding yang masuk kandidat model multivariat adalah jumlah anak, karena p= 0,182 < 0,25, sehingga alternatif model yang dapat digunakan untuk keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA = f (persepsi, motivasi, jumlah anak). Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji kolinieritas untuk melihat adanya hubungan antar variabel independen dan confounding .

      4.5 Pemeriksaan Kolinearitas

      Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa antara variabel independen utama dan

      

    confounding tidak ada yang saling hubungan (tidak ada kolinearitas) dengan nilai

      p>0,05 menggunakan uji chi square, sehingga alternatif model yang dapat digunakan untuk analisis multivariat adalah persepsi, motivasi dan jumlah anak.

    Tabel 4.12 Nilai Signifikansi Hubungan Antar Variabel Independen Utama (Persepsi dan Motivasi) dan Confounding (Jumlah Anak)

      Variabel Persepsi Motivasi Jumlah Anak

    • Persepsi

      0,343 0,708

    • Motivasi 0,343 0,913
    • Jumlah Anak 0,708 0,913

      4.6 Analisis Multivariat

      Untuk menganalisis pengaruh persepsi dan motivasi WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan digunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression), karena variabel dependennya 2 kategori yaitu ikut dan tidak ikut. Regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary dengan metode Backward LR. Karena variabel jumlah anak tidak masuk dalam model, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan interaksi dan pemeriksaan confounding, maka model akhir yang terpilih adalah:

    Tabel 4.13 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda Variabel B Sig. OR 95% CI

      Persepsi 1,599 0,001 4,947 2,548-9,605 Motivasi 1,260 0,001 3,524 1,750-7,097

    • Constant -0,956 - Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien B dari variabel persepsi yaitu 1,599, hal ini menunjukkan variabel tersebut merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai OR dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika wanita usia subur yang persepsi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang persepsi baik.

      Motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai OR dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika wanita usia subur yang motivasi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang motivasi baik.

      Nilai Overall Percentage diperoleh sebesar 70,4 yang artinya variabel persepsi dan motivasi bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA sebesar 70,4%, sedangkan sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian.

      Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA adalah sebagai berikut:

      1 p y

      ( ) =

      1 , 599 ( persepsi ) 1 , 260 ( motivasi )) e

    • − +

    1 Keterangan:

    • ( − , 956

      P : Probabilitas keikutsertaan skrining untuk yang tidak ikut IVA X : Persepsi, koefisien regresi 1,599

      1 X 2 : Motivasi, koefisien regresi 1,260

      a : Konstanta -0,956 e : Ketetapan 2,71828 Persamaan di atas diketahui bahwa wanita usia subur yang persepsi kurang baik dan motivasi kurang baik memiliki probabilitas sebesar 87,02% untuk tidak ikut

      IVA. Wanita usia subur yang persepsi dan motivasi baik memiliki probabilitas sebesar 27,77% untuk tidak ikut IVA.

    BAB 5 PEMBAHASAN

    5.1 Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA

      Hasil penelitian sebagian besar (57,0%) dari 186 responden wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tidak ikut serta dalam skrining kanker serviks metode IVA. Berdasarkan hasil dilapangan bahwa Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu dari delapan puskesmas yang melaksanakan pelayanan skrining kanker serviks dengan metode IVA (Program See and Treat) yang dilaksanakan mulai tahun 2009 sampai sekarang. Puskesmas telah memberikan penyuluhan tentang pemeriksaan IVA dan telah membuat pengumuman jadwal pemeriksaan IVA setiap hari Kamis tetapi bila ada yang memeriksa pada hari lain pasien tersebut tetap dilayani, namun ibu-ibu yang datang masih jauh dari yang diharapkan.

      Selain itu Puskesmas setiap tahun bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan IVA agar penderita kanker serviks bisa ditemukan dan segera diobati atau dirujuk, dan penderita yang stadium dini bisa cepat ditangani agar jangan sampai menjadi lebih parah. Tetapi wanita yang memeriksakan diri ke Puskesmas malah mengalami penurunan dari sebelumnya.

      Skrining kanker serviks dianjurkan untuk semua perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif. Wanita yang tidak melakukan skrining

      68

      (menemukan lesi prakanker sedini mungkin diikuti pengobatan yang adekuat) secara teratur memiliki risiko berkembangnya kanker serviks 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang melakukan skrining secara teratur (Depkes RI, 2008). Rendahnya keikutsertaan wanita dalam skrining kanker serviks karena kurangnya kesadaran wanita akan kesehatan reproduksi dan belum menganggap skrining sebagai kebutuhan penting untuk kesehatan.

      Keikutsertaan skrining kanker serviks merupakan peran serta seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang dalam pelaksanaannya tergantung pada orang yang bersangkutan. Beberapa orang mendapat stimulus yang sama namun respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2007a).

      Kurang optimalnya usaha petugas kesehatan disebabkan antara lain: 1) tindakan petugas kesehatan selama ini umumnya hanyalah upaya untuk melaksanakan program 2) kurangnya pemahaman tentang tujuan pelaksanaan skrining sedini mungkin. Namun pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dimana saja karena dalam pelaksanaannya alat yang digunakan sangat sederhana. Waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan IVA relatif singkat. Prosedurnya juga tidak rumit, tidak memerlukan persiapan dan tidak menyakitkan. Biaya yang diperlukan dalam menjalani pemeriksaan juga relatif murah (Depkes RI, 2008).

      Wanita usia subur yang tidak ikut pemeriksaan IVA merupakan faktor yang sangat berperan dalam penurunan cakupan IVA. Saat mereka tidak datang untuk melakukan pemeriksaan IVA, hal tersebut bukan sepenuhnya menjadi kesalahan dari WUS, namun juga seharusnya menjadi bahan pertimbangan bagi setiap fasilitas pelayanan kesehatan karena program pemerintah yang saat ini sedang digalakkan belum banyak diketahui oleh sasaran dari pogram tersebut, yaitu WUS. Kurangnya sosialisasi dan perencanaan yang kuat serta dukungan dari pemerintah dan fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri salah satu dari penyebab kurangnya keikutsertaan masyarakat untuk IVA, diluar faktor-faktor yang lain. Beberapa usaha sosialisasi mungkin telah dilakukan, namun distribusinya kurang merata. Sosialisasi dan berbagai hal sederhana yang bisa diupayakan dalam meningkatkan metode IVA antara lain di setiap fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan brosur yang bisa dilihat dan dibaca saat mereka sedang menunggu.

      Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang akan pentingnya pemeriksaan IVA kepada masyarakat secara berkala.

      

    5.2 Pengaruh Persepsi Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining

    Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

      Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat persepsi kurang baik sebesar 51,6% dan persepsi baik sebesar 48,4%. Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA.

      Ada pengaruh persepsi terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut terlihat bahwa jika wanita usia subur yang persepsi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang persepsi baik.

      Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan didapatkan bahwa banyak responden tidak mempersepsikan kanker leher rahim sebagai penyakit yang serius dan mengancam kehidupannya sehingga mereka tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim melalui IVA. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh wanita pasangan usia subur. Mereka tidak mengetahui bahwa kanker leher rahim mudah menyerang wanita yang telah aktif secara seksual. Banyak wanita pasangan usia subur yang hanya berpendapat penyakit kanker leher rahim dapat menyebar ke bagian organ tubuh lain dan mengakibatkan kematian, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kematian akibat kanker leher rahim banyak terjadi karena wanita terlambat memeriksakan diri.

      Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV yang ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun sampai tigapuluhan, walaupun kankernya sendiri baru muncul 10-20 tahun sesudahnya. Sebelum terjadi kanker biasanya tidak ada keluhan yang dirasakan (Depkes RI, 2008). Inilah alasan perlunya pemeriksaan dini bagi wanita yang telah melakukan hubungan seksual sebelum timbul penyakit kanker serviks.

      Persepsi yang kurang baik juga didasarkan pada jawaban responden bahwa pelaksanaan pemeriksaan IVA lama diketahui hasilnya, kanker serviks adalah suatu keadaan yang jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan/ diperhatikan, dan mereka tidak setuju bahwa dengan pemeriksaan IVA dapat mencegah kanker serviks, mereka juga takut dan malu jika terdeteksi sebagai penderita kanker serviks makanya mereka merasa tidak ada masalah dengan kesehatannya.

      Pemeriksaan IVA hasilnya dapat diketahui dalam waktu ± 1 menit setelah pengolesan, sehingga apabila diperlukan pengobatan dapat segera dilakukan atau dirujuk bila perlu. Dibandingkan dengan penapisan menggunakan tes Pap, membutuhkan biaya lebih mahal dan sarana- prasarana (laboratorium) yang biasanya hanya terdapat di kota besar serta tenaga ahli besar serta tenaga ahli khusus, dan hasil dapat diterima beberapa minggu kemudian.

      Hasil positif pada pemeriksaan IVA juga menunjukkan adanya lesi prakanker yang bila diobati bisa sembuh sempurna. Jika tidak diobati, kemungkinan akan menjadi kanker (Depkes RI, 2009). Besarnya masalah yang timbul tergantung pada tingkat penyakitnya. Makin tinggi tingkat penyakitnya, makin besar masalah yang ditimbulkannya. Dengan demikian deteksi dini merupakan hal yang sangat bermanfaat mengeliminasi kerugian fisik, materi, psikis dan sosial yang diakibatkan penyakit ini (Aziz, 2001).

      Kanker leher rahim sama sekali tidak menunjukkan gejala kesakitan pada stadium awal dan memiliki perkembangan yang cukup lama, sehingga karenanya banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka telah terkena kanker leher rahim dan terlambat memeriksakan diri ketika kanker sudah menempati stadium lanjut dimana kanker telah menimbulkan gejala kesakitan pada penderitanya.

      Hal ini sesuai Health Belief Model (Becker, 1974 dalam Notoatmodjo, 2007a) yang menyatakan bahwa tindakan individu untuk mencari pengobatan atau pencegahan penyakit dalam hal ini pemanfaatan pelayanan IVA akan didorong pula oleh persepsi individu terhadap keseriusan penyakit kanker leher rahim. Individu akan bertindak melawan atau mengobati penyakit bila ia termotivasi oleh keseriusan penyakit yang dirasakannya.

      Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jepson, Clegg dan Forbes di Amerika Serikat (2000) menemukan adanya hubungan yang kuat antara persepsi rintangan dengan tindakan tidak mendeteksi dini kanker leher rahim.

      Rintangan yang dirasakan oleh para wanita dalam mendeteksi dini kanker leher rahim adalah rasa malu, rasa takut akan hasil deteksi dini dan rasa sakit dari tes yang dilakukan.

      

    5.3 Pengaruh Motivasi Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining

    Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

      Motivasi tentang metode IVA sebagian besar motivasi baik (62,4%) dan 37,6% motivasi kurang baik. Motivasi tentang metode IVA yang diperoleh dari responden dilapangan bahwasanya pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) sangat perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita sebesar 45,7%, sedangkan suami/keluarga selalu memberi dukungan biaya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker serviks sebesar 27,4% masih kurang motivasinya pada responden. Kemudian yang responden ragu-ragukan adalah teman/ lingkungan sekitar sering memberi informasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks sebesar 58,6%.

      Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA dengan nilai p=0,002. Terdapat persentase wanita usia subur yang memiliki motivasi baik (51,7%) dengan ikut IVA dan motivasi kurang baik sebesar 71,4% dengan tidak ikut IVA. Motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut terlihat bahwa jika wanita usia subur yang motivasi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang motivasi baik.

      Di lapangan didapatkan bahwa ternyata masih ada wanita pasangan usia subur yang enggan dan tidak memahami manfaat mendeteksi dini kanker leher rahim bagi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan masih ada wanita pasangan usia subur yang belum pernah terpapar informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan tes

      IVA dari petugas kesehatan. Banyak wanita yang enggan melakukan pemeriksaan

      IVA karena mereka merasa takut dinyatakan terkena kanker leher rahim dan merasa lebih baik bila mereka tidak mengetahui bahwa mereka terkena kanker. Ada juga wanita yang menolak melakukan pemeriksaan IVA karena mereka tidak merasakan gejala-gejala kesakitan apapun dan yakin tidak akan terkena kanker leher rahim.

      Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung (Tampubolon, 2004). Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat mempengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA. Seseorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.

      Penelitian yang dilakukan oleh Rachmadaniar (2005) bahwa dukungan sosial suami berhubungan dengan partisipasi wanita dalam program skrining kanker serviks.

      Sadli (1982) dalam Notoatmodjo (2003) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling memengaruhi. Lingkungan sosial berupa individu, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan umum. Dalam hal ini suami dan teman di lingkungan sekitar individu tersebut memengaruhi motivasi wanita tersebut untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks.

      Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau ikut IVA mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena keikutsertaan IVA memberikan kepuasan dalam kesehatan reproduksi bagi suami istri.