The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015
ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY
ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN BELINTUNG
Djoko Setijowarno Prioutomo Puguh PutrantoStaf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Alumni Program Magister Lingkungan dan Universitas Katolik Soegijapranata Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata
Email. djokosetijowarno@yahoo.com email. tommyunitrans@gmail.com
ABSTRAK.
Rendahnya tingkat pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara angkutan umum ini, maka pengguna jasa
yang mempunyai pilihan, berpindah ke kendaraan pribadi. Sehingga ketersediaan lebih besar dibandingkan
dengan permintaan, menyebabkan pendapatan dari sektor jasa ini menurun dan tidak sebanding dengan biaya
operasional kendaraan (BOK). Dalam pengembangan angkutan umum dan bus sekolah perlu diketahui
besaran tingkat kemampuan membayar (ability to pay (ATP)) dan kemauan membayar (willingness to pay
(WTP)). Tujuan Studi ATP/WTP Masyarakat Pengguna Angkutan Umum di Kabupaten Belitung adalah
untuk mengetahui besaran tingkat kemampuan membayar (ATP) dan kemauan membayar (WTP).
Pendekatan perhitungan ATP yang berdasarkan pendapatan, frekuensi dan pengeluaran perjalanan serta
perhitungan WTP yang berdasarkan kemauan membayar terhadap fasilitas layanan yang diberikan. Nilai
ATP dan WTP angkutan umum di Kabupaten Belitung nilai ATP dan WTP memiliki nilai yang seimbang
dalam pengertian tingkat kemampuan dan kemauan membayar fasilitas angkutan umum sama dengan sebesar
Rp. 15.000,- s/d Rp. 20.000,-. Kata kunci: Kemampuan membayar (ATP), Kemauan membayar (WTP), Angkutan umum.1. PENDAHULUAN
Rendahnya tingkat pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara angkutan umum ini, maka pengguna jasa yang mempunyai pilihan, berpindah ke kendaraan pribadi. Sehingga ketersediaan lebih besar dibandingkan dengan permintaan, menyebabkan pendapatan dari sektor jasa ini menurun dan tidak sebanding dengan biaya operasional kendaraan (BOK), yang berdampak pada makin turunnya tingkat pelayanan angkutan umum jalan. Pada akhirnya secara makro menyebabkan biaya ekonomi tinggi akibat kemacetan, kecelakaan hingga kesehatan/lingkungan. Dalam pengembangan angkutan umum dan bus sekolah perlu diketahui besaran tingkat kemampuan membayar (ability to pay (ATP)) dan kemauan membayar (willingness to pay (WTP)). Dengan diketahuinya besaran tingkat kemampuan membayar ATP/WTP dapat digunakan untuk menetapkan besaran tarif layanan angkutan umum dan bus sekolah di Kabupaten Belitung. Mendasari hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan Studi ATP/WTP Masyarakat Pengguna Angkutan Umum di Kabupaten Belitung. Dimana hasil kajian dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan dan perencanaan transportasi wilayah di Kabupaten Belitung khususnya dalam menetapkan tarif angkutan umum. Tujuan Studi ATP/WTP Masyarakat Pengguna Angkutan Umum di Kabupaten Belitung adalah untuk mengetahui besaran tingkat kemampuan membayar (ATP) dan kemauan membayar (WTP) yang menjadi dasar pertimbangan dalam menetapkan tarif layanan angkutan umum. Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal.
2. DASAR TEORI
Secara garis besar, masyarakat perkotaan pengguna jasa transportasi terdiri dari dua kelompok yaitu choise travelers dan captive travelers. Choise travelers, terdiri dari orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan pribadi dan mempunyai pilihan untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya, apakah mau menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Sedangkan captive travelers terdiri dari orang-orang yang tidak dapat memiliki atau menggunakan kendaraan pribadi, sehingga tidak ada pilihan lain lagi, selain menggunakan angkutan umum (Setijowarno, 2005; hal 26). Di negara berkembang, captive travelers lebih banyak jumlahnya daripada choise travelers, karena ekonomi masyarakat belum mapan. Maka, di sini penggunaan angkutan umum berasal dari kedua kelompok tadi.
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang
diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan pendapatan yang diterimanya. Dengan kata lain, ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya (Setijowarno, ed. ,2005; hal 11).
1. besarnya penghasilan, 2. kebutuhan transportasi, 3. total biaya transportasi, 4. intensitas perjalanan, 5. pengeluaran total per bulan, 6. jenis kegiatan, 7. persentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi.
ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok sasaran. intervensi/campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan dimana nailai tarif yang besarnya sama dengan nilai ATP (Fitrianingsih A & Paramitarani, 2004; hal 9).
Dasar pendekatan yang akan digunakan menghitung ATP untuk tiap anggota keluarga tersebut persatuan kilometer perjalanan yang ditempuh dapat dihitung dengan persamaan berikut (Hotmaida,1999; hal 30).
lx.Pp.Pt ATP= Tr
Keterangan ATP : Daya beli responden (Rp/kilometer), Lx : Tingkat penghasilan responden per bulan (Rp/bulan), Pp : Persentase budget untuk transportasi per bulan dari total penghasilan, Pt : Persentase alokasi biaya transport yang digunakan untuk angkutan kota, Tr : Total panjang perjalanan responden per bulan (Km/bulan).
Sedangkan Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis willingness to pay didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (Setijowarno, ed., 2005; hal 11).
1. produksi jasa angkutan yang disediakan oleh pengusaha, 2. kualitas dan kuantitas pelayanan yang diberikan pengusaha, 3. utilitas pengguna terhadap angkutan umum tersebut, 4. penghasilan pengguna. Kesediaan membayar (Willingness To Pay) adalah kesediaan masyarakat untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna jasa angkutan umum terhadap tarif jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Parameter WTP dapat didefinisikan sebagai besaran rupiah rata–rata yang masyarakatnya mau mengeluarkan sebagai pembayaran satu unit pelayanan angkutan umum yang dinikmatinya. Unit pelayanan angkutan umum dimaksud dapat berupa seat-perjalanan ataupun kilometer- perjalanan. Besarnya WTP masyarakat terhadap angkutan umum dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat bersangkutan dan juga tergantung pada kondisi budayanya (Aspiani, 2003; hal 21). Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan WTP adalah sebagai berikut (Fitrianingsih A & Paramitarani, 2004; hal 9). 1. hitung perjalanan setiap responden (km/hari/individu). Yaitu dengan mengukur jarak dari asal ke tujuan pergerakan, 2. besarnya pengeluaran untuk perjalanan yang dilakukan responden adalah berdasarekan besar pengeluaran transportasi dari responden yang terdapat pada kuesioner (Rp/hari/individu),
3. Hitung WTP, yaitu membagi besarnya pengeluaran dengan panjang perjalanan (Rp/Km).
3. METODOLOGI
Studi ATP-WTP Masyarakat Pengguna Angkutan Umum di Kabupaten Belitung memiliki dasar pemikiran untuk mengetahui tingkat keseimbangan antara tarif dengan kemauan dan kemampuan membayar. Dasar pemikiran ini dilakukan pada keberlangsungan angkutan perkerataapian saat ini maupun dimasa mendatang baik dalam kondisi saat ini maupun potensi pengembangannya berkenaan dengan penentuan tarif yang sesuai dengan kemampuan dan kemauan membayar pengguna jasa layanan angkutan umum. Pada dasar pemikiran ini dapat diketahui bahwa kajian ini untuk menentukan besaran nilai ATP dan WTP Angkutan umum Kabupaten Belitung. Kebutuhan ini didapatkan perhitungan ATP yang berdasarkan pendapatan, frekuensi dan pengeluaran perjalanan serta perhitungan WTP yang berdasarkan kemauan membayar terhadap fasilitas layanan yang diberikan. Alur pikir dari Studi ATP-WTP Angkutan umum Kabupaten Belitung disampaikan pada Gambar berikut
PENENTUAN TARIF KENAIKKAN (Peraturan berlaku) BOK SUBSIDI TARIF ANGKUTAN TARIF KENAIKAN BAHAN BAKAR ANALISIS PENYESUAIAN TARIF BERDASAR PELAYANAN ATP DAN WTP ATP DAN WTP PENURUNAN DAYA BELI
ISUE STRATEGIS LINGKUP STUDI
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada analisis Ability To Pay, dapat didekati dengan besaran persentase pengeluaran transportasi dari pendapatan yang ada. Adapun hasil perhitungan ATP disajikan gambar grafik dibawah ini.
120 30 100
25
80
20 Frekuensi
60
15 Presentase kumulatif Presentase (%)
40
10
20
5 <5000 5000-10000 10000-15000 15000-20000 20000-25000 25000-30000 > 30000
Gambar 2. Besaran nilai ATP
Pada gambar diatas terlihat nilai rerata ATP sebesar Rp. 15.000,- s.d Rp. 20.000,- di dalam melakukan sekali perjalanan. Pada analisis WTP, untuk tarif ideal menurut responden rata-rata berkisar antara Rp. 10.000,- s/d Rp. 15.000,- untuk sekali perjalanan. Untuk tarif ideal responden disajikan pada grafik sebagai berkut.
40 120
35 100
30
80
25
20
60
15 Persentase (%)
40
10 Persentase kumulatif (%)
20 frekuensi
5 Gambar 3. Besaran tarif ideal
Sumber: hasil analisis (2015) Untuk nilai WTP berdasarkan hasil survai yang dilakukan, menurut responden rata-rata berkisar antara Rp. 15.000,- s/d Rp. 20.000,- untuk sekali perjalanan. Pada hasil rata-rata ini yang
50 Frekuensi
20
45
Beberapa kesimpulan terkait ATP dan WTP angkutan umum di Kabupaten Belitung nilai
ATP dan WTP memiliki nilai yang seimbang dalam pengertian tingkat kemampuan dan
kemauan membayar fasilitas angkutan umum sama. Untuk nilai ATP dan WTP ini lebih
tinggi dibandingkan dengan tarif ideal yang responden pilih.Sumber: hasil analisis (2015)
Gambar 5. Konsekuensi perjalanan apabila tarif melebihi Kesediaan membayar
Sumber: hasil analisis (2015) Apabila tarif yang diberikan melebihi dari kesediaan membayar, maka sebagian besar responden melakukan beralih moda sebesar 90%, tetap menggunakan angkutan umum karena keterpaksaan tidak ada pilihan lain sebesar 9 % dan membatalkan perjalan sebesar 1 %.
Gambar 4. Besaran tarif maksimum
ditetapkan sebagai kesediaan membayar responden (WTP). Untuk tarif maksimum responden disajikan pada grafik sebagai berkut.
90% 1% tetap menggunakan Moda lain Membatalkan perjalanan
Presentase (%) Persentase kumulatif 9%
40
40
35
30
25
20
15
10
5
80 100 120
60
5. KESIMPULAN
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatikan Kabupaten
Belitung yang telah mendanai kegiatan penelitian ini dengan penggunaan anggaran APDB
Kabupaten Belitung tahun 2015DAFTAR PUSTAKA
Aspiani (2003), Analisis Nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
Angkutan Ojek pada Kompleks Perumahan di Kota Makassar, Simposium FSTPTVI, Universitas Hasanuddin, Makasar
Fitrianingsih A dan Paramitarani K (2004), Kesediaan dan Kemampuan Penumpang
Kereta Api ”Pandawangi”, Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil (tidak dipublikasikan), Universitas Katolik Soegijapranata, SemarangHotmaida, B (1999), Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Tarif Angkutan
Umum Kota (Studi Kasus : Kotamadia Medan), Tesis Magister, Bidang Khusus Rekayasa Transportasi Program Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana ITB (tidak dipublikasikan), Bandung
Setijowarno, Abadi dan Sudaryatmo (2005), Fakta Kebijakan Transportasi Publik Di
Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Penerbit Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang