ANAN LER ANGUNAN DAERAH B Tahun ke 1 Ngurah Putu

BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan dari dalam negeri. Perkembangan pariwisata di Bali yang sangat pesat menuntut tersedianya sarana penunjang pariwisata berupa hotel, vila, penginapan dan restoran yang memadai sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan.

Pembangunan sarana penunjang pariwisata di Bali terus bertambah, salah satunya di daerah sekitar Ubud. Karena sulitnya mencari lahan untuk pembanguan hotel dan vila serta untuk mendapatkan suasana yang menyatu dengan alam maka banyak vila dan hotel di daerah sekitar Ubud dibangun di daerah berlereng curam dan bahkan di tepi jurang. Lokasi pembangunan vila dikatakan curam karena kemiringannya mencapai lebih dari 45 %. Satu diantara beberapa vila dan hotel yang direncanakan akan dibangun di daerah berlereng curam adalah Villa Taeji Centre di daerah Tegalalang. Vila ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu untuk penginapan, restoran dan kolam renang.

Karena bangunan-bangunan ini dibangun di lokasi yang berlereng curam, maka keamanannya harus sangat diperhatikan karena berhubungan dengan kenyamanan wisatawan untuk berkunjung. Tidak semua daerah yang berlereng curam mempunyai potensi untuk longsor, namun untuk memperoleh keamanan yang memadai perlu dilakukan penyelidikan terhadap keamanan lereng di lokasi vila akan dibangun.

Untuk melakukan analisis maka, harus dilakukan penyelidikan tanah sehingga diperoleh data-data untuk menghitung daya dukung tanah dan bidang kelongsoran pada lereng tersebut. Berdasarkan nilai daya dukung tanah dan bidang kelongsoran serta posisi bangunan yang akan dibangun pada lereng maka akan dapat direncanakan kedalaman dan ukuran pondasi yang sesuai, sehingga syarat-syarat keamanan dapat terpenuhi.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam penyelidikan keamanan lereng di lokasi pembangunan Villa Taeji Centre di daerah Dukuh, Tegalalang yang berlereng curam adalah:

1. Perlu dilakukan penyelidikan tanah, sehingga dapat dihitung posisi bidang longsor, sehingga dapat diketahui berapa dalam akan terjadi longsor di lokasi pembangunan.

2. Kedalaman bidang longsor sangat penting untuk menentukan kedalaman pemancangan pondasi, sehingga berdasarkan hasil perhitungan kelongsoran dapat ditentukan berapa panjang pondasi yang digunakan.

3. Setelah diketahui kedalaman pemancangan, selanjutnya adalah menghitung dimensi pondasi yang disesuaikan dengan beban struktur yang akan diterima oleh pondasi.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini memperoleh hasil yang optimal maka perlu dibatasai ada permasalahan sebagai berikut:

1. Perencanaan pondasi dalam dilakukan terhadap beban aksial dan tidak meninjau terhadap beban lateral.

2. Untuk perencanaan pondasi digunakan kombinasi beban yang maksimal sehingga menghasilkan dimensi yang sama untuk bangunan yang sama.

3. Tidak melakukan perhitungan terhadap penulangan pondasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Longsor dan Angka Keamanan Pada Lereng

Longsor pada lereng sangat berbahaya bagi keamanan bangunan yang dibangun di atas dan di sekitarnya . Bidang keruntuhan pada lereng biasanya berbentuk lingkaran. Untuk menganalisis faktor keamanan tanah yang keruntuhannya berbentuk lingkaran di gunakan metode kesetimbangan gaya atau metode kesetimbangan momen.

Pada metode kesetimbangan momen untuk bentuk gelincir berupa lingkaran faktor keamanan dinyatakan dengan persamaan 2.1. Mr

SF = ………………………………………………. (2.1) Md

dengan: Mradalah jumlah momen penahan gelincir (momen resisting) Mdadalah momen penyebab gelincir (momen driving) Sedangkan kesetimbangan gaya geser yaitu faktor keamanan dari kemampuan untuk menahan gaya penggeser yang bekerja sepanjang permukaan gelincir, yang dinyatakan dengan persamaan 2.2.

Fr SF = ………………………………………………. (2.2) Fd

dengan: Fr adalah gaya penahan geser Fd adalah gaya penggeser (Redana, 2010)

2.2. Perhitungan Koefisien Gempa di Indonesia

Untuk zona gempa di Indonesia digunakan tipe batuan C karena secara umum batuan di Indonesia termasuk batuan lunak. Untuk aplikasi dalam desain bangunan tahan gempa perlu dikoreksi pengaruh jenis tanah setempat dengan persamaan 2.3.

ad = z × ac × v………………………………………………. (2.3)

Dengan:

ad = percepatan gempa terkoreksi,

ac = percepatan gempa dasar (g) sesuai dengan periode ulang T (tahun) sesuai dengan syarat dari bangunan yang dirancang, v = faktor koreksi jenis batuan dan z = koefisien zona gempa sesuai dengan koordinat lokasi bangunan yang dibangun. Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dihitung koefisien gempa dengan persamaan 2.4 (Departemen P.U., 2004).

k h = ad/g ………………………………………………. (2.4) dengan k h = koefisien gempa horizontal,

ad = percepatan gempa terkoreksi dan

g = percepatan gravitasi.

2.3. Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Metode Untuk Menghitung Bidang Longsor

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2007), kemiringan lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai (8-15 %), agak curam (15-

25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam ( ≥ 45 %) dan Untuk menghitung nilai keamanan lereng tersebut digunakan analisis keamanan lereng oleh Bishop. Metode dari Bishop mengasumsikan bahwa tegangan geser antar segmen adalah nol. Dalam beberapa studi stabilitas lereng menunjukkan bahwa, resultante gaya sisi samping segmen dapat diabaikan tanpa suatu kesalahan yang berarti pada stabilitas. Hal ini akan mengurangi kerumitan analisis sehingga membuat analisis menjadi sederhana, analisis ini kemudian dinamakan “Simplified Bishop Method ” (Gambar 2.1).

Τi

(ci'/F ) ΔLi

Δ xi

(Νi/F) tan φi'

Τi =(ci' ΔLi + Νi tan φi')/F

Gambar 2.1 Metode simplified Bishop

Gaya vertikal yang bekerja pada irisan bidang gelincir adalah sesuai dengan persamaan 2.5.

∑ ( c i Δx i + (W i − u i Δx) tan φ i ) / M α i

SF =

dengan α = sudut antara segmen tanah dengan bidang gelincir (º),

ϕ = sudut gesek dalam tanah (º), SF

= angka keamanan,

c = nilai kohesi tanah (kg/cm2), Δx

= panjang segmen dan W

= berat segmen tanah (kg)

Perhitungan keamanan kereng terhadap gempa dilakukan dengan metode pseudostatik yaitu memasukkan koefisien gaya gaya gempa horizontal (Fh) dan gaya gempa vetikal (Fv) kedalam persamaan 2.5, sehingga menghasilkan persamaan 2.7 (Choudhury dkk, 2006).

∑ ⎢ ( c i × Δx + − i ( ( W i Fv ) cos α i − Fh sin α ) tan φ i ) ⎥

SF = α ⎦ … (2.7)

∑ ( W i − Fv ) sin α i + Fh cos α

dengan

F v = gaya gempa arah vertikal (W×k v ),

F h = gaya gempa arah horizontal (W×k h ),

k h = koefisien gempa horizontal (berdasarkan daerah gempa) dan k v = koefisien gempa vertikal dapat digunakan 0,5 k h Hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan

longsoran lereng maupun pada perancangan lereng menurut Bowles (1989) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Hubungan nilai safety factor (SF) dan kemungkinan

kelongsoran lereng tanah

Nilai SF

Kemungkinan Longsor

Kelongsoran bisa terjadi

1,07 <SF < 1,25

Kelongsoran pernah terjadi

Kelongsoran jarang terjadi

Untuk mendapatkan nilai angka keamanan dengan metode Bishop dari persamaan diatas dapat dilakukan dengan proses mencoba berulang-ulang (trial and error ) (Redana, 2010).

2.4. SLOPE/W GeoStudio 2007 SLOPE/W adalah sub program untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE/W, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori- air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan 2.4. SLOPE/W GeoStudio 2007 SLOPE/W adalah sub program untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE/W, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori- air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan

2.5. Penyelidikan Tanah

Tujuan dari penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui letak atau posisi lapisan tanah yang memenuhi syarat daya dukung yang diperlukan sehingga bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak terjadi penurunan yang terlalu besar. Penyelidikan tanah meliputi penyelidikan lapangan (lokasi pembangunan) dan penyelidikan laboratorium.

2.5.1. Penyelidikan Tanah di Lapangan

Penyelidikan lapangan yang sering dilakukan adalah:

1. Pengeboran (drilling) Pengeboran sangat penting dalam penyelidikan tanah karena dengan mengebor dapat diketahui lapisan – lapisan tanah yang berada di bawah lokasi tempat berdirinya bangunan.

2. Pengambilan contoh tanah (soil sampling) Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium. Ada dua macam contoh tanah untuk dilakukan pengujian di laboratorium: 1). contoh tanah yang tidak terganggu (undisturb sample), yaitu contoh tanah yang mempuyai sifat-sifat aslinya sesuai dengan kondisi tanah di tempat pengambilan contoh tanah, 2.) contoh tanah yang terganggu (disturb sample ), yaitu contoh tanah yang diambil tanpa harus mempertahankan sifat- sifat aslinya.

3. Pengujian penetrasi (penetration test) dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung dilapangan. Pengujian penetrasi ini dilakukan dengan dua metode yaitu:

a. Metode pegujian statis dengan alat sondir

b. Metode pegujian dinamis dengan alat SPT (Standard Penetration Test) (Gunawan, 2010)

2.5.2. Penyelidikan Tanah di Laboratorium

Selain penyelidikan tanah di lapangan juga perlu dilakukan penelitian tanah di laboratorium untuk menghitung daya dukung tanah yang meliputi uji fisik tanah dan uji mekanik. Uji fisik tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah dan uji mekanik untuk memperoleh nilai sudut geser dan kohesi tanah. Uji fisik tanah terdiri dari: uji kadar air (water content), uji berat volume ( γ) dan uji berat jenis (specific gravity ). Uji mekanik yang dilakukan adalah uji geser langsung (direct shear test). Uji Geser langsung merupakan salah satu cara penyelidikan tanah yang dilakukan di laboratorium dengan maksud untuk mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horisontal. Melalui uji geser langsung ini akan didapatkan besarnya nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam tanah ( φ) dari contoh tanah yang diuji.

2.6. Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)

Pondasi tiang bor (bore pile) termasuk kedalam jenis pondasi dalam. Fungsi pondasi bored pile sama dengan pondasi dalam lainya yaitu seperti pondasi tiang pancang. Perbedaannya adalah pada cara pengerjaanya, yaitu pondasi tiang bor (bore pile ) dimulai dengan melubangi tanah dahulu sampai kedalaman yang dibutuhkan, kemudian pemasangan tulangan besi yang dilanjutkan dengan pengecoran beton. Dalam perhitungannya daya dukung pondasi tiang bor (bore pile) sama dengan perhitungan pondasi tiang.

Daya dukung vertikal pondasi tiang diperoleh dari menjumlahkan daya dukung ujung tiang dan tahanan geser dinding tiang. Besarnya daya dukung diijinkan adalah sebagai berikut (Das, 1990):

dengan: Qa = daya dukung ijin pondasi Qu = daya dukung batas pondasi

Qp = daya dukung ujung tiang pondasi Qs = daya dukung geser dinding tiang SF = faktor keamanan

2.7. Daya Dukung Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Daya Dukung

Ujung Tiang.

2.7.1 Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan Data Sondir (CPT)

Daya dukung ijin pondasi terhadap tahanan ujung tiang berdasarkan data sondir :

Q ap = ............................................................................ (2.9) SF

dengan: Q ap = nilai kapasitas daya dukung ijin ujung tiang qc = nilai konus rata-rata 3D diatas ujung tiang dan D dibawah ujung tiang

A p = luas penampang pondasi SF = angka keamanan

2.7.2. Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan Data SPT

Daya dukung ijin pondasi terhadap tahanan ujung tiang berdasarkan data SPT (Das, 1990): 40NL

Q up = ≤ 400N….......................................................... (2.10) D

Q up Q ap =

….......................................................................... (2.11) SF

Dengan: N= jumlah nilai SPT rata-rata di ujung tiang (kira-kira 10D di atas dan 4D di bawah ujung tiang) Q up = nilai kapasitas daya dukung batas (ultimate) ujung tiang

Q ap = nilai kapasitas daya dukung ijin ujung tiang L = panjang tiang

D = diameter tiang SF = angka keamanan

2.7.3. Daya Dukung Ujung Tiang Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data Laboratorium

Daya dukung ujung pondasi tiang bor (bore pile) berdasarkan data laboratorium (Das, 1990) adalah:

Q up = A p (c N c + q N q ) …......................................................... (2.12) Q up

Q ap =

…............................................................... (2.13) SF

Dengan: Q up = daya dukung batas (ultimate) pondasi

A p = luas penampang pondasi

c = nilai kohesi tanah q

= tekanan overburden tanah N c &N q = faktor daya dukung tanah yang berkaitan dengan faktor bentuk dan kedalaman Q up = daya dukung pondasi yang diijinkan SF

= angka keamanan (safety factor)

Sudut geser tanah , φ (derajat)

Gambar 2.2 G Variasi nil ai maksimum m dari Nc d dan Nq deng gan sudut ge eser tanah d ari Meyerhof

2 2.8. Daya a Dukung Pondasi T Tiang Bor (Bore Pile) ) Berdasar kan Gesek an Dind ding Pondas si

2 2.8.1. Daya a Dukung G Gesek Pond dasi Tiang Bor (Bore Pile) Berda asarkan Da ata Sond dir (CPT)

Daya a dukung ges sek pondasi t tiang bor (bo ore pile ) berd dasarkan dat a sondir (CP PT) (Sardjono, 19 ( 984):

Q us =c×p …...... .................... .................... .................... . (2.14) Nilai daya d N dukung ijin p pondasi terha adap tahanan n ujung: c × p

Q as = …...... .................... .................... .................... . (2.15) SF

d dengan Q Q us = daya d dukung ultimi it gesek dindin ng pondasi, Q Q as = daya du ukung ijin ge sek dinding p pondasi,

c c = nilai le ekatan pada p p

= kelilin ng penampang g pondasi, S SF = faktor keamanan.

2.8.2. Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data SPT

Daya dukung gesek pondasi tiang bor (bore pile) berdasarkan data SPT (Das, 1990)

Dengan: f av = 2N (tiang dengan tingkat perpindahan besar) f av = N

(tiang dengan tingkat perpindahan rendah) p

= keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau f av = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi kedalaman dari tiang N = nilai SPT pada ujung tiang ΔL = panjang bagian tiang yang ditinjau SF = faktor keamanan.

2.8.3. Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data Laboratorium

Daya dukung gesek pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data laboratorium untuk tanah pasir c= 0 (Das, 1990):

f av = K σ v ' tan δ …............................................................... (2.18)

Dengan: p

=keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau f av = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi kedalaman dari tiang ΔL = panjang bagian tiang yang ditinjau

K = koefisien tekanan tanah lateral = 1 − sin φ

σ v’ = tekanan tanah efektif pada kedalaman yang ditinjau

= γ' z

δ = sudut geser antara tiang dengan tanah = 2 3 φ

SF = faktor keamanan

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dan memberikan keluaran yang bermanfaat.

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian terhadap keamanan lereng pada proyek pembangunan vila di daerah Tegalalang tujuannya adalah

1. untuk memperoleh nilai kedalaman bidang longsor di lokasi pembangunan,

2. merencanakan panjang pondasi tiang bor (bore pile) yang cukup untuk menghindari keruntuhan bangunan

3. merencanakan dimensi pondasi tiang bor (bore pile) sehingga mampu menerima beban struktur bangunan di atasnya.

3.2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dari penelitian sebagai berikut:

1. Memperoleh desain pondasi yang memadai sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan atau acuan apabila dilakukan pengembangan pembangunan di daerah Dukuh, Tegalalang, Kabupaten Gianyar.

2. Dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan manfaat bagi masyarakatdengan mempublikasikan di jurnal nasional ber ISSN.

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini diperlukan data pendukung. Data untuk menganalisis daya dukung pondasi diambil dari data pembangunan Villa Taeji Centre yang terletak di Banjar Dukuh, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali.

Gambar 4.1 Lokasi penelitian

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data untuk analisis keamanan lereng dan daya dukung pondasi berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil pengujian sondir dan SPT yang tujuannya untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung dilapangan, serta contoh tanah diambil dengan mengebor sehingga diperoleh data- data lapisan tanah, selanjutnya contoh tanah tersebut diuji di laboratorium yang meliputi :

a. Data pengujian mekanis timbunan: tes geser langsung (direct shear test).

b. Data pengujian sifat fisik timbunan: pegujian kadar air, berat jenis, dan berat volume ( γ)

Sedangkan data-data sekunder berupa gambar desain bangunan, denah bangunan dan data kontur lahan untuk analisis diperoleh dari pemilik proyek.

4.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan penelitian lapangan, karena untuk memperoleh data dilakukan dengan meninjau lokasi pembangunan dan mengambil data daya dukung tanah dan contoh tanah di lapangan selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium.

4.4 Rancangan Penelitian

Suatu penelitian harus dilakukan berdasarkan tahapan atau rencana, sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Dalam penelitian keamanan lereng dan daya dukung pondasi untuk pembangunan vila di daerah berlereng curam diawali dengan pengamatan di lokasi pembangunan untuk mengidentifikasi masalah yang selajutnya diikuti dengan pengumpulan data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian.

Untuk menghitung kelongsoran lereng dan angka keamanan lereng diperlukan data kontur tanah, peta situasi (site plan), data pengeboran (bor log), berat volume

tanah ( γ) dan sifat mekanis tanah berupa nilai sudut geser tanah (φ) dan kohesi tanah (c). Selanjutnya berdasarkan data tersebut dilakukan penghitungan keruntuhan lereng dan angka keamanan lereng dengan program SLOPE/W Geostudio 2007 dan dengan perhitungan manual dengan metode Bishop sesuai dengan persamaan (2.9).

Setelah posisi garis longsor diketahui selanjutnya menghitung daya dukung pondasi bor. Berdasarkan posisi garis longsor yang diperoleh dan perhitungan pembebanan, maka dapat ditentukan kedalaman pemancangan pondasi dan ukuran pondasi. Data-data yang digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi adalah data perhitungan beban struktur, data SPT, data sondir, nilai sudut geser tanah ( φ), nilai kohesi tanah (c) dan nilai berat volume tanah ( γ). Data beban struktur diperoleh dari perhitungan struktur dari bangunan yang akan dibangun.

Perhitungan daya dukung pondasi dilakukan berdasarkan data pengujian di lapangan dan di laboratorium. Berdasarkan data pengujian tanah di lapangan dihitung daya dukung pondasi terhadap ujung tiang dan gesekan pada tiang. Daya dukung terhadap ujung tiang berdasarkan data sondir (CPT) dihitung dengan persamaan 2.9 dan berdasarkan data SPT dihitung dengan persamaan 2.10. Terhadap gesekan dinding tiang,untuk daya dukung berdasarkan data sondir dihitung dengan persamaan

2.14 dan untuk daya dukung berdasarkan data SPT dihitung dengan persamaan 2.16.

Daya dukung berdasarkan data laboratorium terhadap ujung tiang dihitung dengan persamaan 2.12 dan daya dukung terhadap gesekan pada dinding tiang dihitung dengan persamaan 2.17.

Setelah dilakukan perhitungan, hasil dari beberapa metode diatas dibandingkan untuk memperoleh angka keamanan terkecil berdasarkan perhitungan dengan program SLOPE/W dan metode Bishop. Untuk perhitungan keamanan lereng dengan beban gempa dan dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) dgunakan program SLOPE/W. Nilai keamanan terkecil dipakai dalam perhitungan. Untuk nilai daya dukung pondasi digunakan nilai daya dukung terkecil berdasarkan perhitungan berdasarkan data uji lapangan dan laboratorium. Hasil yang diperoleh adalah nilai angka keamanan, panjang pondasi dan dimensi pondasi untuk setiap bangunan berdasarkan beban pada pondasi.

4.5 Kerangka Penelitian

Mulai

Identifikasi masalah dan mengumpulkan data

1. Mengolah data hasil uji lapangan: data uji sondir

2.Mengolah data hasil uji laboratorium:

a.Data pengujian mekanis: tes geser langsung

b.Data pengujian sifat fisik: pegujian kadarair, berat

jenis, dan berat volume

3.Mengolah data hasil perhitungan struktur atas

bangunan sebagai beban pada pondasi.

Proses penghitungan:

1. Keruntuhan lereng (kedalaman garis keruntuhan) dan angka keamanan 2. Menghitung beban struktur bangunan

3. Perhitungan daya dukung tanah dan desain pondasi (kedalaman dan ukuran)

Hasil penghitungan:

1. Angka keamanan keruntuhan lereng

2. Daya dukung dan dimensi pondasi

Selesai

Gambar 4.2 Diagram alir (flow chart) analisis keamanan lereng

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1. Lokasi Pengambilan Sample

Pengambilan sample tanah dilakukan di daerah Banjar Dukuh, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Banjar Dukuh ini terletak di perbukitan dekat dengan daerah Ubud yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Bali.

Sample diambil dari empat titik di lokasi penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.1. Pada empat titik tersebut juga dilakukan pengujian dengan sondir dan SPT.

A B1= Bor 1 B3= Bor 3

B2= Bor 2

B4= Bor 4

S1= Sondir 1 S3= Sondir 3 S2= Sondir 2 S4= Sondir 4

Gambar 5.1 Titik pengambilan sample tanah

5.2. Data Penelitian

Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data kontur, data tanah dan data bangunan yang akan dibangun. Data kontur digunakan untuk membuat potongan bentuk lereng, tujuannya adalah digunakan dalam simulasi stabilitas lereng. Selanjutnya data tanah digunakan untuk simulasi keamanan lereng dan untuk Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data kontur, data tanah dan data bangunan yang akan dibangun. Data kontur digunakan untuk membuat potongan bentuk lereng, tujuannya adalah digunakan dalam simulasi stabilitas lereng. Selanjutnya data tanah digunakan untuk simulasi keamanan lereng dan untuk

5.3. Kemiringan Lereng

Berdasarkan hasil pengukuran kontur tanah maka diperoleh kondisi lereng pada lokasi penelitian sesuai pada gambar 5.2 dan gambar 5.3.

Gambar 5.2 Potongan lereng arah A-A

Gambar 5.3 Potongan lereng arah B-B

Untuk menghitung sudut kemiringan lereng ( α) digunakan perbandingan antara tinggi dan jarak horizontal pada potongan lereng sehingga diperoleh nilai tangen sudut kemiringan. Pada potongan lereng arah A-A sudut kemiringan adalah: Jarak vertikal = 300 – 248

= 52 m Jarak horizontal = 80 m jarak vert ikal

tan α =

jarak horisontal 52

α= 33º Pada potongan lereng arah B-B sudut kemiringan adalah:

Jarak vertikal = 308 – 248 = 60 m

Jarak horizontal = 126.5 m jarak vert ikal

tan α =

jarak horisontal 60

α= 25º Sehingga lereng di lokasi penelitian merupakan lereng yang tergolong curam karena

sudah mencapai 25°.

5.4 Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Penyelidikan tanah di lapangan dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung di lapangan serta untuk mengetahui lapisan tanah di lapangan. Sedangkan pengujian tanah di laboratorium dilakukan untuk mengetahui data – data tanah yaitu kekuatan mekanis tanah dengan tes geser langsung (direct shear test) dan siaft fisik tanah meliputi kadar air, berat jenis, dan berat volume ( γ)

5.4.1 Penyelidikan Tanah di Lapangan

Penyelidikan tanah di lapangan berupa pengujian dengan sondir (CPT) dan dengan pengujian SPT. Berikut adalah hasil pengujian CPT (sondir) untuk tanah pada potongan lereng arah A-A yaitu pada titik S.1 dan S.2 serta pada potongan lereng aah B-B yaitu pada titik S.3 dan S.4 ditampilkan pada tabel 5.1 – tabel 5.4.

Tabel 5.1. Hasil pengujian sondir di titik 1 (S1)

Hambatan Total Kedalaman

Pelekat Hambatan (Cw)

(Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm)

Tabel 5.2. Hasil pengujian sondir di titik 2 (S2)

Hambatan Total Kedalaman

Pelekat Hambatan (Cw)

(Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00

(qc)

(Tw)

(Kw)

(Lcf)

Tabel 5.3. Hasil pengujian sondir di titik 3 (S3)

Hambatan Total Kedalaman

Pelekat Hambatan (Cw)

(Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00

(qc)

(Tw)

(Kw)

(Lcf)

Tabel 5.4. Hasil pengujian sondir di titik 4 (S4)

Hambatan Total Kedalaman

Pelekat Hambatan (Cw)

(Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00

Sesuai dengan hasil sondir maka terlihat untuk potongan lereng arah A-A pada titik 1 (S1), tanah keras berada pada kedalaman 6 meter dan pada titik 2 (S2) , tanah keras berada pada kedalaman 2 meter. Untuk potongan lereng arah B-B pada titik 3 (S3), tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan pada titik 4 (S4), tanah keras ada pada kedalaman 3 meter. Berikut ini adalah rangkuman hasil sondir yang dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Rangkuman hasil sondir

Kedalaman

Nilai rata-rata

Titik No

tanah keras

konus (qc)

sondir

(m) (kg/cm 2 )

1 S1

2 S2

3 S3

4 S4

Untuk hasil SPT untuk tanah pada potongan lereng arah A-A yaitu pada titik B.1 dan

B.2 serta pada potongan lereng arah B-B yaitu pada titik B.3 dan B.4 ditampilkan pada tabel 5.6 – tabel 5.9.

Tabel 5.6. Hasil pengujian SPT dan bor di titik 1 (B1)

Tabel 5.7. Hasil pengujian SPT dan bor di titik 2 (B2)

Tabel 5.8. Hasil pengujian SPT dan bor di titik 3 (B3)

Tabel 5.9. Hasil pengujian SPT dan bor di titik 4 (B4)

Berdasarkan hasil SPT maka diperoleh hasil pada potongan lereng arah A-A yaitu di titik 1 (B1) tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan di titik 2 (B2) tanah keras berada pada kedalaman 2 meter. Sedangkan untuk potongan lereng arah B-B yaitu pada titik 3 (B3) tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan di titik 4 (B4) tanah keras berada pada kedalaman 2 meter. Hasil SPT dirangkum pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Rangkuman hasil SPT

Kedalaman Jenis tanah

Jumlah

No Titik Tanah Keras (m)

Pukulan (N)

1 B1 8 77 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 2 B2

2 65 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 3 B3

8 47 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 4 B4

2 85 Batuan cadas padat dan keras warna coklat

5.4.2 Penyelidikan Tanah di Laboratorium

Penyelidikan tanah di laboratorium sangat penting untuk mengetahui kekuatan mekanis dan sifat fisik tanah.Pengujian tanah yang dilakukan di laboratorium meliputi: pengujian kadar air (moisture content), berat volume ( γ), berat jenis (Gs) dan pengujian geser langsung (direct shear test). Berikut adalah hasil pengujian tanah di laboratorium dirangkum pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Hasil pengujian tanah di laboratorium

Lubang Kadar Berat volume Berat Jenis Sudut No Lokasi bor Kedalaman Air

(Gs)

geser Kohesi

(m)

(g/cm 3 )

(°) (kg/cm 2 )

1 A-A B1 1 17.29

2 A-A B1 9 14.48

3 A-A B2 1 14.62

4 A-A B2 7.5 13.95

5 B-B B3 2.5 19.70

6 B-B B3 7 16.46

7 B-B B4 1 17.23

8 B-B B4 3 12.60

5.5. Koefisien Gempa untuk Keamanan Lereng

Untuk perhitungan gempa di Indonesia digunakan batuan tipe C karena secara umum batuan di Indonesia adalah batuan lunak dengan periode ulang gempa 100 tahun. Koefisien zona gempa untuk lokasi penelitian:

z = 1,3 Percepatan gempa dasar untuk periode ulang 100 tahun :

a c = 0,289g = 0,289 × 981

2 = 283,509 cm/detik Faktor koreksi jenis batuan :

v = 1,2 Percepatan gempa terkoreksi :

a d =z×a c ×v = 1,3 × 283,509 × 1,2

2 = 442,274 cm/detik Koefisien gempa horizontal:

k h = a d /g = 442,274/981 = 0,45 k v = 0,5 kh = 0,5 × 0,45

5.6 Analisis Struktur

Tujuan dari analisis struktur adalah untuk mendapatkan beban maksimum yang bekerja pada perletakan atau pondasi sehingga dapat diperoleh ukuran pondasi yang sesuai dengan beban bangunan yang akan dibangun.

5.6.1. Model Struktur

Beban yang bekerja pada pondasi diambil dari beban struktur dari bangunan yang akan dibangun. Bangunan yang dihitung strukturnya adalah Gym & Swimming Pool, Deluxe Bed Room, Deluxe Bed Room Type 1, Lobby, Spa, Staft Room, Standard Bed Room, Suite Bed Room, Restaurant. Analisis struktur dilakukan dengan software ETABS 9.7 dengan pemodelan struktur tiga dimensi. Untuk analisis digunakan analisis dinamik (Response Spektrum Analysis) dan struktur dirancang untuk mampu menahan gempa sesuai peraturan SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.

Struktur yang akan dibangun elemen strukturnya (balok, kolom dan pelat) adalah dari beton bertulang dengan mutu beton fc’ = 20 Mpa. Baja tulangan lentur digunakan baja dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa dan tulangan geser dengan tegangan leleh fy’ = 240 Mpa.

Gambar 5.4 Model struktur untuk bangunan Gym & Swimming Pool

Gambar 5.5 Model struktur untuk bangunan deluxe bed room

Gambar 5.6 Model struktur untuk bangunan deluxe bed room tipe 1

Gambar 5.7 Model struktur untuk bangunan lobby

Gambar 5.8 Model struktur untuk bangunan spa

Gambar 5.9 Model struktur untuk bangunan staff room

Gambar 5.10 Model struktur untuk bangunan standard bed room

Gambar 5.11 Model struktur untuk bangunan suite bed room

Gambar 5.12 Model struktur untuk bangunan restaurant

Gambar 5.13 Model struktur untuk bangunan owner paviliun

5.6.2 Pembebanan Struktur

Beban struktur memperhitungkan terhadap beban mati (DL) dan beban hidup (LL) serta beban gempa yang disesuaikan dengan percepatan gempa sesuai dengan zona gempa di Bali sehingga menghasilkan kurva spectrum gempa rencana. Nilai respon spektrum (spectrum respons) tersebut harus dikalikan dengan suatu faktor skala (scale factor) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nilai percepatan gravitasi (g), faktor reduksi gempa (R), dan faktor keutamaan struktur (I).

Gambar 5.14

Kurva spektrum gempa rencana

Komponen struktur juga dirancang untuk memiliki kemampuan untuk menahan kombinasi beban yang bekerja pada struktur yaitu: COMBO 1 = 1,4 DL COMBO 2 = 1,2 DL + 1,6 LL COMBO 3 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EX COMBO 4 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 EX COMBO 5 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EY COMBO 6 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 EY COMBO 7 = 0,9 DL + 1,0 EX COMBO 8 = 0,9 DL - 1,0 EX COMBO 9 = 0,9 DL + 1,0 EY COMBO 10 = 0,9 DL - 1,0 EY

5.6.3 Hasil Analisis Struktur

Setelah melakukan permodelan maka dilakukan running terhadap model yang telah dirancang sesuai dengan metode respon spektrum (spectrum response) sehingga memperoleh momen, gaya geser serta gaya aksial yang bekerja pada struktur. Dan yang paling utama pada perancangan pondasi adalah kombinasi beban yang bekerja pada perletakan yang akan menentukan ukuran pondasi yang akan digunakan.

Berikut ini adalah rangkuman beban aksial yang bekerja pada pondasi untuk setiap bangunan yang ditampilkan pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Rangkuman beban aksial maksimum pada pondasi untuk setiap tipe bangunan

Beban Aksial

No Bangunan Maksimum (P)

Kombinasi

Beban (kg)

55129.71 2 Deluxe Bedroom

1 Gym & Swimming Pool

Comb2

44612.85 3 Deluxe Bedroom Tipe 1

28961.63 6 Staft Room

Comb5

18085.26 7 Standard Bed Room

Comb2

45865.29 8 Suite Bed Room

30144.68 10 Owner Paviliun

5.7. Analisis Keamanan Lereng

Analisis keamanan lereng dilakukan untuk mengetahui bentuk longsor pada lereng dan angka keamanan pada suatu lereng. Pada penelitian ini dilakukan analisis keamanan lereng dengan menggunakan software SLOPE/W dan dengan perhitungan manual dengan metode Bishop tanpa memperhitungkan beban gempa. Berikut ini adalah data-data tanah yang digunakan untuk analisis yang dirangkum dalam tabel

Tabel 5.13

Data-data untuk analisis keamanan lereng

No Lokasi

Kohesi (kg/m 3 ) (°) (kg/m 2 ) 1 A-A

Lapis tanah

Berat volume

Sudut geser

5.7.1 Analisis Keamanan Lereng Dengan Program SLOPE/W

Analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W menggunakan data-data dari penyelidikan tanah di laboratorium.

Analisis 1: Keamanan Lereng Pada Kondisi Alami (Tanpa Beban Gempa dan Tanpa Perkuatan)

Dari hasil analisis untuk lereng kondisi alami tanpa beban gempa dan tanpa pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) dengan program SLOPE/W dihasilkan bidang longsor sedalam 10 meter dari permukaan lereng untuk potongan lereng arah A-A dan untuk potongan lereng arah B-B. Sedangkan angka keamanan (SF) yang diperoleh untuk potongan lereng arah A-A adalah 1,00 dan untuk potongan lereng arah B-B angka keamanan (SF) yang diperoleh 1.431 seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.15.

(a) lereng A-A

(b) lereng B-B

Gambar 5.15. Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dan tanpa tiang bor (bore pile ) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B

Analisis 2: Keamanan Lereng Tanpa Beban Gempa dan Dengan Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)

Untuk pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) pada lereng digunakan panjang pondasi tiang bor tunggal (single bore pile) sampai ke lapisan tanah keras yaitu pada kedalaman 10 meter, beban yang bekerja pada pondasi tiang bor (bore pile) adalah beban maksimum dari hasil analisis struktur yaitu 68456.67 kg. Jarak antar pondasi Untuk pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) pada lereng digunakan panjang pondasi tiang bor tunggal (single bore pile) sampai ke lapisan tanah keras yaitu pada kedalaman 10 meter, beban yang bekerja pada pondasi tiang bor (bore pile) adalah beban maksimum dari hasil analisis struktur yaitu 68456.67 kg. Jarak antar pondasi

(a) lereng A-A

(b) lereng A-A

Gambar 5.16. Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B Hasil analisis keamanan lereng dengan SLOPE/W dengan perkuatan pondasi tiang bor tanpa memperhitungkan beban gempa menghasilkan angka keamanan (SF) pada potongan lereng arah A-A sebesar 1.244 dan pada potongan lereng arah B-B sebesar 1.681.

Analisis 3: Keamanan Lereng Dengan Beban Gempa dan Tanpa Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)

Analisis keamanan lereng tanpa perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) terhadap beban gempa digunakan koefisien gempa horizontal (k h ) = 0.45 dan koefisien gempa vertikal (k v ) = 0.225. Hasil analisis ditampilkan pada gambar 5.17.

(a) lereng A-A

(b) lereng B-B

Gambar 5.17 Hasil analisis lereng dengan beban gempa tanpa perkuatan tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B

Berdasarkan hasil analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W diperoleh angka keamanan (SF) pada potongan lereng arah A-A dengan beban gempa sebesar 0.533 dan pada potongan lereng arah B-B sebesar 0.709.

Analisis 4: Keamanan Lereng Dengan Beban Gempa dan Dengan Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)

Pada analisis keamanan lereng dengan beban gempa dan dengan pondasi tiang bor (bore pile), pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) pada lereng digunakan pondasi tiang bor tunggal (single bore pile) seperti pada analisis 1 dan koefisien gempa seperti pada analisis 3. Hasil analisis diperlihatkan pada gambar 5.18.

(a) lereng A-A

(a) lereng B-B

Gambar 5.18 Hasil analisis lereng dengan beban gempa dan perkuatan pondasi tiang

bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B

Dari hasil analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W diperoleh angka keamanan (SF) pada lereng 1 dengan beban gempa sebesar 0.597 dan pada lereng 2 sebesar 0.774.

Hasil seluruh analisis keamanan lereng dirangkum pada tabel 5.13 dan hubungan kombinasi analisis dan angka keamanan (SF) diperlihatkan pada gambar

5.8. Tabel 5.14 Rangkuman

keamanan lereng dengan program SLOPE/W

analisis

Angka keamanan No Kombinasi Analisis (SF)

Lereng 1

Lereng 2

1 Tanpa beban gempa dan tanpa bore pile 1.000 1.431 2 Tanpa beban gempa dan dengan bore pile

1.244 1.681 3 Dengan beban gempa dan tanpa bore pile

0.533 0.709 4 Dengan beban gempa dan dengan bore pile

Gambar 5.19. Grafik hubungan kombinasi analisis dengan angka keamanan

(SF)

5.7.2 Analisis Keamanan Lereng Dengan Metode Bishop Potongan Lereng Arah A-A

Dist ance

Gambar 5.20 Segmen untuk bidang gelincir pada potongan lereng arah A-A

Hasil perhitungan keamanan lereng pada potongan lereng arah A-A diperlihatkan pada tabel 5.15 – tabel 5.18.

Tabel 5.15 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang gelincir akibat kohesi tanah pada lokasi A-A

Σ(c × Δ x) No Zona Zona

Δx

c (t/m2)

c× Δx

Zona

Segmen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (ton)

Tabel 5.16 Hasil perhitungan berat lapisan pada bidang gelincir lereng

pada lokasi A-A Luas Area (m2)

Berat (Wi) (ton) No Zona

Berat Volume ( γ) (t/m3)

Zona Segmen 1 2 3123123 1 4.21 0 0 1.659 1.653 1.629

Zona

Tabel 5.17

Hasil perhitungan nilai M α pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A

Tabel 5.18 Hasil perhitungan gaya pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A

Berat (Wi) (ton)

Σ(c × Δ x + Wi tan ϕ)/Mα

∑ ( c i Δx i + W i tan φ i ) / M α i

SF =

∑ W i sin α i

Hasil perhitungan keamanan lereng memperoleh nilai 0.91, sehingga sangat beresiko akan terjadi longsor.

Potongan Lereng Arah B-B

Dist ance

Gambar 5.21 Segmen untuk bidang gelincir pada potongan lereng arah B-B

Hasil perhitungan keamanan lereng pada potongan B-B diperlihatkan pada tabel 5.19 – tabel 5.22.

Tabel 5.19 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang gelincir akibat kohesi tanah pada lokasi B-B

Σ(c × Δ x) No Zona

Δx

c (t/m2)

c× Δx

Zona Zona Segmen

Tabel 5.20 Hasil perhitungan berat lapisan pada bidang gelincir lereng pada lokasi B-B

Berat (Wi) (ton) No Zona

Luas Area (m2)

Berat Volume ( γ) (t/m3)

Zona Segmen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 0.41 0 0 1.654 1.614 1.598

Tabel 5.21 Hasil perhitungan nilai M α pada bidang gelincir lereng pada lokasi B-B

M No

α (°) coba FS

rata-rata Segmen

Zona

Tabel 5.22 Hasil perhitungan gaya pada bidang gelincir lereng pada lokasi B-B

Berat (Wi) (ton)

Σ(c × Δ x + Wi tan ϕ)/Mα

∑ ( c i Δx i + W i tan φ i ) / M α i

SF =

∑ W i sin α i

= 1.1 Hasil perhitungan keamanan lereng memperoleh nilai 1.1, sehingga kemungkinan akan pernah terjadi longsor.

Berikut adalah hasil rangkuman perbandingan perhitungan keamanan lereng alami tanpa perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) dan beban gempa untuk perhitungan manual dan dengan program SLOPE/W ditampilkan pada tabel 5.23.

Tabel 5.23 Rangkuman perhitungan keamanan lereng

Angka Keamanan

No Lokasi

SLOPE/W Metode Bishop

1 A-A 1

2 B-B 1.431

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan yang akan dilanjutkan setelah laporan kemajuan ini adalah menghitung daya dukung pondasi tiang bor (bor pile). Perhitungan daya dukung dilakukan berdasarkan data tanah hasil dari pengujian di laboratorium, data CPT, data SPT dan dari analitis keamanan lereng. Berdasarkan analisis keamanan lereng diketahui bahwa posisi tanah keras berada pada kedalaman 10 meter sehingga akan dihitung daya dukung tanah untuk kedalaman tersebut dan selanjutnya direncanakan pondasi tiang bor yang sesuai. Maka akan didesain pondasi tiang bor (bore pile) untuk kedalaman 10 meter. Diameter pondasi yang digunakan mulai dari mulai dari 20 cm – 50 cm. Tahapan-tahapan yang akan dilakukan adalah:

1. Menghitung daya dukung ujung pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data sondir (CPT) 2. Menghitung daya dukung ujung pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data SPT 3. Menghitung daya dukung ujung pondasi tiang tiang bor (bore pile) berdasarkan data laboratorium 4. Membuat tabel rangkuman daya dukung ijin terhadap ujung tiang pondasi tiang bor (bore file) berdasarkan nilai sondir (CPT), SPT dan data laboratorium 5. Menghitung daya dukung gesek pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data sondir (CPT) 6. Menghitung daya dukung gesek pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data SPT 7. Menghitung daya dukung terhadap gesekan dinding pondasi tiang bor (bor pile ) berdasarkan data laboratorium 8. Membuat tabel rangkuman daya dukung ijin geser pondasi tiang bor (bore file ) berdasarkan nilai sondir (CPT), SPT dan data laboratorium 9. Membuat grafik hubungan antara ukuran diameter pondasi dengan kapasitas daya dukung berdasarkan data sondir (CPT), SPT dan data laboratorium.

10. Setelah melakukan analisis keamanan lereng, analisis daya dukung pondasi dan analisis struktur maka dapat ditentukan ukuran pondasi tiang bor tunggal (single bored pile) yang memenuhi syarat sesuai dengan beban pada struktur bangunan yang akan dibangun.

BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Setelah melakukan analisis terhadap lokasi penelitian di daerah Dukuh, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, maka dapat dihasilkan kesimpulan yaitu:

1 Lokasi penelitian memang berada di daerah berlereng curam karena memiliki sudut kemiringan 33º pada lokasi A-A dan pada lokasi B-B sudut kemiringannya 25°. 2 Hasil penyelidikan tanah berupa sondir (CPT) dan SPT memperoleh hasil tanah keras di lokasi penelitian berada pada kedalaman lebih dari 8 meter. 3 Analisis terhadap keamanan lereng tanpa perkuatan pondasi tiang bor dan beban gempa memperoleh nilai keamanan lereng (SF) = 1.00 pada lokasi A-A dan (SF) = 1.431 pada lokasi B-B berdasarkan simulasi dengan program SLOPE/W. Sedangkan dengan hitungan manual dengan metode Bishop memperoleh hasil (SF) = 0.91 pada lokasi A-A dan (SF) = 1.1 pada lokasi B-

B, sehingga lereng pada lokasi penelitian cukup rawan terhadap longsor. 4 Posisi garis gelincir hasil simulasi keruntuhan lereng mendekati hasil pengujian sondir dan SPT yaitu pada kedalaman 10 meter. 5 Untuk hasil analisis yang dilakukan yaitu analisis 1, analisis 2, analisis 3 dan analisis 4, diperoleh angka keamanan tertinggi adalah analisis 2 yaitu analisis dengan perkuatan pondasi tiang bor (bor pile) tanpa beban gempa dengan angka keamanan (SF) =1.244 pada lereng 1 dan angka keamanan (SF) pada lereng 2 = 1.681. Sedangkan angka keamanan terendah adalah analisis 3 yaitu analisis dengan beban gempa tanpa perkuatan pondasi tiang bor (bore pile ) dengan angka keamanan (SF) = 0.533 pada lereng 1 dan angka keamanan (SF) = 0.709 pada lereng 2.

6 Pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) dapat meningkatkan nilai angka keamanan. Dapat dilihat dari hasil analisis dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) pada analisis 2 lebih besar terhadap analisis 1 yaitu analisis keamanan lereng tanpa perkuatan. Hal ini dapat juga dibandingkan antara analsis 4 dengan analisis 3. Pada analisis 4 keamanan lereng dengan beban 6 Pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) dapat meningkatkan nilai angka keamanan. Dapat dilihat dari hasil analisis dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) pada analisis 2 lebih besar terhadap analisis 1 yaitu analisis keamanan lereng tanpa perkuatan. Hal ini dapat juga dibandingkan antara analsis 4 dengan analisis 3. Pada analisis 4 keamanan lereng dengan beban

7 Pengaruh beban gempa terhadap keamanan lereng cukup besar mengurangi angka keamanan yaitu dapat dilihat dari perbandingan analisis 1 dan analisis

3 atau analisis 2 dan analisis 4. Walaupun telah diperkuat dengan pondasi tiang bor (bore pile) sangat menurunkan nilai angka keamanan (SF) <1 sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya longsor.

8 Hasil analisis struktur diperoleh beban aksial maksimum (P mak) pada pondasi adalah 68456.67 kg dan beban aksial minimum (P min) adalah 18085.26 kg.

7.2 Saran

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk lebih menyempurnakan penelitian ini: 1 Perlu dilakukan penelitian di wilayah yang yang lebih luas, sehingga akan dihasilkan data-data yang lebih akurat. 2 Penelitian keamanan lereng ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana karena akan berdampak pada perkembangan pariwisata di Bali khususnya dan keamanan masyarakat secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional.(2012).Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 1726:2012. Bowles, J. E., (1989). Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562

hal. Das, B. M., (1991). Principles of Foundation Engineering. PWS-Kent. Boston. Choudhury D., Nimbalkar S.S., dan Mandal J.N.(2006). “Comparison of Pseudo-

Static and Pseudo-Dynamic Methods for Seismic Earth Pressure on Retaining Wall”, J. Ind. Geophys.Union( October 2006 ),10(4),263-271

Departemen P.U. (2004). Peta Zona Gempa Indonesia Sebagai Acuan Dasar

Perencanaan dan Perancangan Bangunan , Puslitbang Sumber Daya Air, Bandung

Departemen P.U. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007: Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Dharmayasa, I. G., Redana, I. W., & Suwarsa Putra, T. G. (2014). “Analisis

Kemanan Lereng Bendungan Utama Pada Bendungan Benel di Kabupaten Jembrana ”. Jurnal Spektran, 2(2).68-77

Dharmayasa, I., & Eratodi, I. (2017). Analisis Dinding Penahan Tanah Dengan

Pondasi Tiang Bor (Studi Kasus Tower Pln No. 71 Sutt 150 Kv Di Jalan Gatot Subroto Barat Denpasar). Dinamika Rekayasa, 12(2), 71-78.

Google (2017). Map Data@2017 Google Indonesia. Retrieved August 25, 2017, from https://www.google.co.id/maps/search/banjar dukuh desa kendran tegalalang gianyar bali/@- 8.4601036,115.2809802,338m/data=!3m1!1e3?hl=en

Gunawan, R. (1991). Pengantar Teknik Fondasi. Cetakan Kelima, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Redana. I W. (2010). Teknik Pondasi. Udayana University Press. Denpasar

Sardjono. H. S. (1984). Pondasi Tiang Pancang (Jilid I). Penerbit Sinar Wijaya. Surabaya

LAMPIRAN

Lampiran 1. Sebagai pemakalah dalam Konteks 11 2017 (accepted)

Lampiran 2. Draft artikel pada jurnal Paduraksa Universitas Warmadewa.

ANALISIS KEAMANAN LERENG DAN DAYA DUKUNG PONDASI UNTUK DAERAH BERLERENG CURAM DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI

I Gusti Ngurah Putu Dharmayasa 1) , Dewa Ayu Nyoman Ardi Utami 2)

1) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Nasional, Jl. Bedugul 39, Denpasar, Bali 2) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Nasional, Jl. Bedugul 39, Denpasar, Bali

[email protected]

ABSTRACT

The rapid development of tourism in Bali demands the availability of tourism facilities such as hotels, villas, inns and restaurants that can improve services to tourists. Due to the difficulty of finding land to build hotels and villas as well as to get a natural atmosphere, many villas and hotels are built on steep slopes and even on the edge of a cliff. One of the many villas and hotels planned to be built on steep slopes is a villa in Dukuh, Tegalalang, Gianyar, Bali.

Before the tourism facilities are built it is necessary to analyze the safety of the slope and the soil bearing capacity in the location of the villa so it can be planned the depth and the size of the foundation that meet the safety requirements. Slope safety analysis has been done using SLOPE/W 2007 program and with manual calculation using Bishop method. For this analysis is required some data ie SPT data, CPT data, soil shear angle ( ϕ), soil cohesion value (c), soil density ( γ) and load on the building.

The results of the analysis show that the location has a slope of 25 ° - 33 ° so that it is quite steep. The slope safety value (SF) obtained with the SLOPE / W is 1.00 in the location A-A and 1,431 in the B-B location, whereas the Bishop method is 0.91 in the location A-A and 1.10 in the location B-B, and it is quite vulnerable to the landslide. Analysis of foundation bearing capacity is planned with single bored pile with length of pile is 10 meters and using pile diameter 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm and 50 cm, is obtained the lowest allowable pile capacity based on data CPT and the highest allowable pile capacity based on laboratory data. Based on the structural analysis is obtained the maximum axial load (P max) on the foundation is 68456.67 kg and the pile diameter is 30 cm. The minimum axial load (P min) is 18085.26 kg and the pile diameter is 20 cm.

Keywords: steep slope, Tegalalang, slope safety, bored pile

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata di Bali yang sangat pesat menuntut tersedianya sarana penunjang pariwisata berupa hotel, vila, penginapan dan restoran yang memadai sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan. Karena sulitnya mencari lahan untuk pembanguan hotel dan vila serta untuk mendapatkan suasana yang menyatu dengan alam maka banyak vila dan hotel dibangun di daerah berlereng curam dan bahkan di tepi jurang. Satu diantara banyak vila dan hotel yang akan dibangun pada daerah berlereng curam adalah vila di daerah Dukuh, Tegalalang, Gianyar, Bali.

Sebelum fasilitas pariwisata dibangun dilakukan analisis terhadap keamanan lereng dan daya dukung tanah di lokasi vila yang akan dibangun sehingga dapat direncanakan kedalaman dan ukuran pondasi yang memenuhi syarat-syarat keamanan. Analisis keamanan lereng dilakukan dengan program SLOPE/W 2007 dan dengan perhitungan manual dengan metode Bishop. Untuk melakukan analisis diperlukan data SPT, data sondir, nilai sudut geser tanah ( ϕ), nilai kohesi tanah (c) , berat volume tanah ( γ) dan data beban struktur.

Hasil analisis menunjukkan pada lokasi memiliki sudut kemiringan antara 25° - 33° sehingga dikategorikan cukup curam. Nilai keamanan lereng (SF) yang diperoleh dengan program SLOPE/W adalah 1,00 di lokasi A-A dan 1,431 di lokasi B-B, sedangkan dengan metode Bishop dihasilkan 0,91 di lokasi A-A dan 1,10 di lokasi B-B, sehingga lereng cukup rawan terhadap longsor. Analisis daya dukung pondasi direncanakan dengan pondasi tiang bor tunggal (single bored pile) dengan panjang 10 meter dan diameter pondasi 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm dan

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18