Chapter I Latihan Rentang Gerak Sendi Kaki dalam Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Mellitus di Ruang RINDU A2 RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi saat pankreas

tidak memproduksi insulin yang cukup, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang dihasilkan secara efektif (WHO, 2015). Global status report on NCD
World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa Diabetes

mellitus menduduki peringkat ke-6 di dunia sebagai penyebab kematian. Sekitar
1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70
tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab
kematian di dunia.
Di era globalisasi semakin hari semakin mempengaruhi kehidupan setiap
manusia dan menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia
salah satunya yaitu perubahan gaya hidup yang semakin modern serta perubahan
perilaku hidup tidak sehat semakin bertambah (Soeroso, 2008). Perubahan gaya
hidup yang terjadi menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah

kesehatan. Saat ini, masalah kesehatan semakin kompleks, baik di perkotaan
maupun di pedesaan dan kebanyakan masalah kesehatan yang diderita oleh
masayarakat adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) (Lancester & Stanhope,
2004).
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Global status report

on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%

penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular.
Salah satu penyakit tidak menular yang menyita banyak perhatian adalah DM
(DepKes, 2013).
DM ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah yaitu kadar
glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau glukosa darah dua jam setelah
makan lebih dari 200 mg/dl, dimana gejala khas yang timbul dari DM adalah
poliuri, polidipsi dan polifagi (Soegondo, 2009). Penyakit ini merupakan salah
satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol
(Smeltzer, 2002).
Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat ke-7 di dunia
dengan populasi penderita DM terbanyak di bawah China, India, USA, Brazil,

Rusia dan Mexico (DepKes, 2013). Berdasarkan data IDF Diabetes Atlas, pada
tahun 2015 jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8.554.155 orang, dimana
satu dari lima penderita DM masih berumur dibawah 40 tahun, yakni diantara 20
hingga 39 tahun sebanyak 1.671.000 orang, sedangkan usia 40 hingga 59 tahun
sebanyak 4.651.000 orang dan sisanya berusia 60 hingga 79 tahun dewasa. Tahun
2035 jumlah DM diprediksi melonjak hingga ke angka 14,1 juta orang dengan
tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang.
DM merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan karena dapat
menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangren) sehingga harus
diamputasi penyakit jantung dan stroke (DepKes, 2013). Penyakit ini
membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama baik untuk

mencegah komplikasi maupun perawatan dirumah sakit sehingga dibutuhkan
penatalaksanaan DM (Tan & Raharji, 2002). Tujuan penatalaksanaan DM yaitu
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM dengan cara menjaga agar kadar
glukosa plasma dalam keadaan kisaran normal dan mencegah atau meminimalkan
kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes (Haeria, 2009).
DM mempunyai komplikasi

yang sering terjadi adalah penyakit


mikrovaskuler dan neuropati. Gangguan kesehatan komplikasi DM antara lain
gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh
darah (vaskulopati), dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang sering terjadi
adalah perubahan patologis pada anggota gerak yang bisa menyebabkan luka
ulkus, atau luka gangren yang bila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kecacatan bahkan berujung pada amputasi (Iqbal,2008).
Pasien DM mengalami keterbatasan mobilisasi dan tidak mampu melakukan
beberapa latihan rentang gerak sendi dengan mandiri. Oleh karena itu pasien perlu
mendapatkan latihan kaki (leg exercise) untuk meningkatkan aliran balik vena
(venous return) yang dapat menurunkan edema pada kaki sehingga memfasilitasi
difusi oksigen dan nutrisi pada areal periulkus yang berdampak positif terhadap
proses penyembuhan ulkus kaki diabetik. Latihan rentang gerak sendi sebagai
salah satu latihan fisik pergerakan sendi baik secara aktif maupun pasif yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot dan persendian, juga
untuk merangsang sirkulasi darah. Terlebih lagi latihan rentang gerak sendi
adalah salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh pasien maupun

keluarga secara mandiri setelah memperoleh pendidikan kesehatan sebelumnya
(Taufiq, 2011).

Penelitian Suari, dkk (2009) menemukan bahwa ada pengaruh pemberian
active lower ROM terhadap perubahan nilai Ankle Brachial Index pasien DM tipe

2 diwilayah Puskesmas II Denpasar Barat, sehingga diharapkan perawat dapat
mengedukasikan kepada pasien untuk melakukan active lower ROM dalam
menjaga dan mempertahankan sirkulasi perifer pasien DM tipe 2. Salsich dkk,
(2000) menemukan bahwa ada perubahan latihan rentang gerak sendi dorsofleksi
dan plantarfleksi pada pasien DM yang di intervensi dengan latihan rentang gerak
sendi pasif.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Latihan Rentang Gerak Sendi Kaki Dalam Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di RA2 RSUP H.Adam Malik
Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas “apakah terdapat
derajat rentang gerak sendi sebelum dan sesudah dilakukan Latihan Rentang
Gerak Sendi Kaki Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Mellitus
di RSUP Haji Adam Malik Medan”.
1.3


Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dilakukannya penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk
mengidentifikasi perubahan derajat rentang gerak sendi sebelum dilakukan latihan
rentang gerak sendi pasien DM diruangan RA2 RSUP H.Adam Malik medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengelola asuhan keperawatan secara komprehensif
1.3.2.2 Mengidentifikasi rentang gerak sendi sebelum dilakukan latihan
rentang gerak sendi
1.3.2.3 Mengidentifikasi rentang gerak sendi sesudah dilakukan latihan
rentang gerak sendi
1.3.2.2 Mengidentifikasi perbedaan rentang gerak sendi sebelum dan
sesudah dilakukan latihan rentang gerak sendi.
1.4

Manfaat

1.4.1 Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan
kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya
tulus ilmiah.
1.4.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi mahasiswa sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat
profesional yang dapat mengaplikasikan teori yang didapat di akademi kedalam
situasi nyata di lapangan.

1.4.3 Bagi Klien dan Keluarga
Untuk menambah pengetahuan dan informasi yang sangat bermanfaat bagi
klien dan keluarga bahwa latihan rentang gerak sendi harus dilakukan dirumah
oleh keluarga untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien diabetes
mellitus.