Pengaruh Alokasi Anggaran Sektor Pendidi

1|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

PENGARUH ALOKASI ANGGARAN SEKTOR PENDIDIKAN
TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN PADA PEMERINTAH
DAERAH DI INDONESIA (STUDI EMPIRIS PADA
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR)1
Warka Syachbrani
(warka.syachbrani@mail.ugm.ac.id)
Tugas Akhir Perkuliahan Seminar Manajemen Keuangan Sektor Publik, Program
Magister Sains Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, 2013.2
Abstraksi
Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh oleh
pengalokasian anggaran pada sektor pendidikan terhadap peningkatan kualitas
pendidikan pada pemerintah daerah di Indonesia. Alokasi anggaran pada sektor
pendidikan dalam studi ini diproksikan dengan total belanja modal dan biaya
operasional bidang pendidikan serta Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan.
Penelitian ini melakukan analisis
dengan time series dari tahun
digunakan dalam studi ini adalah
Ordinary Least Square (OLS)
pengolahan data.


terhadap data pada Pemerintah Kota Makassar
2000 sampai 2009. Metoda penelitian yang
metoda analisis regresi linear berganda dengan
yang menggunakan SPSS dalam melakukan

Hasil pengujian secara empiris pada penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi
anggaran untuk sektor pendidikan untuk belanja modal dan operasional terbukti
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas
pendidikan. Sedangkan alokasi pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi
Khusus bidang pendidikan dalam struktur APBD terbukti tidak signifikan.
Kata kunci: anggaran pendidikan, belanja modal dan operasional, dana
alokasi khusus, kualitas pendidikan, kinerja pemerintah daerah.
PENDAHULUAN
Memiliki sumber daya manusia yang unggul merupakan sebuah modal yang
paling utama dalam mengahadapi tantangan dan tuntutan zaman. Hal tersebut
harus menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia untuk dapat tampil minimal
1

Penelitian ini menggunakan data yang merupakan rangkaian data dari tugas akhir studi oleh

Ahsani Paramita Ismail dari Universitas Hasanuddin (shani_paramita@yahoo.co.id).
2
Mata kuliah ini diampuh oleh Bapak Eko Suwardi, Ph.D. ()

2|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

sejajar dengan negara lain di era globalisasi sekarang ini dimana negara-negara
hidup dalam kompetisi yang sangat ketat. Berdasarkan data United Nations
Development Programme (UNDP) tahun 2013, Indonesia hanya memiliki
peringkat daya saing ke-121 dari 186 negara yang ada di seluruh dunia. Posisi
tersebut jauh di bawah negara-negara tetangga di Asia Tenggara, misalnya
Malaysia yang memiliki peringkat ke-64.
Dari kacamata Indeks Pembangunan Manusia (IPM), data dari UNDP
selama sepuluh tahun menunjukkan bahwa dari tahun 1990 sampai 2012 (diluar
data tahun 2001, 2002, 2003, dan 2004) sebenarnya manusia Indonesia terus
mengalami peningkatan kualitas tergambar dari peningkatan IPM dari tahun ke
tahun. Namun, bila kita perbandingkan dengan indeks pembangunan manusia
yang dimiliki oleh negara-negara lain, Indonesia masih jauh tertinggal. Oleh
karena itu, negara harus melakukan upaya khusus secara menyeluruh dan
tersinergi baik oleh pemerintah maupun oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari sisi

pemerintah, tentunya para pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting
dalam merumuskan kebijakan serta melakukan tugas dan tanggung jawab
pelayanannya dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
daerahnya masing-masing.
Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dan Negara-Negara Asia (%)
Tahun
Indonesia
1990
47,9
2000
54,0
2005
57,5
2006
58,2
2007
59,5
2008
60,1
2009

61,1
2010
62,0
2011
62,4
2012
62,9
Sumber: UNDP (2013)

Jepang
83,7
87,8
89,6
90,0
90,3
90,5
90,4
90,9
91,0
91,2


Australia
88,0
91,4
92,7
92,9
93,1
93,3
93,4
93,5
93,6
93,8

3|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

Wewenang pemerintah daerah melakukan perumusan kebijakan dan
melaksanakan usaha-usaha pelayanan dalam rangka meningkatkan kualitas
masyarakatnya terdukung oleh sistem penyelenggaraan pemerintahaan di
Indonesia sejak tahun 2001, pada saat dimulainya pelaksanaan otonomi daerah.
Kewenangan dalam wujud otonomi secara luas, nyata, dan bertanggung jawab

tersebut diberikan kepada pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang
telah direvisi melalui terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 yang memberikan
kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan
dan mengelola sendiri segala potensi dan sumber daya masing-masing sesuai
dengan kepentingan masyarakatnya. Hal tersebut menjadikan pemerintah daerah
memiliki peluang yang cukup besar dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Upaya peningkatan kualitas manusia yang dilakukan dengan pembangunan
sumber daya manusia secara fisik dan mental memiliki makna peningkatan
kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan negara. Menurut Todaro (2003),
peningkatan kapasitas dasar manusia terdiri atas unsur kecukupan (sustenance),
jati diri (selfsteem), dan kebebasan (freedom). Ketiga unsur tersebut tentunya
dapat diwujudkan melalui pemenuhan akan pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Dalam Paramita (2012) dijelaskan bahwa upaya peningkatan kualitas masyarakat
dapat

dilakukan


dengan

pembangunan

aspek

fisik

(kesehatan),

aspek

intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta
aspek moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam
pembangunan akan dengan sendirinya meningkat.
Strategi yang dilakukan di Indonesia dalam rangka peningkatan kualitas
manusianya adalah dengan meningkatkan ketersediaan akses bagi setiap individu
untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Akses tersebut berupa jangkauan
yang dapat diperoleh oleh setiap individu dalam rangka menciptakan kehidupan
yang berkualitas. Namun yang terjadi pada kenyataan masyarakat adalah


4|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

terdapatnya keterbatasan pemenuhan akses dari segi fisik maupun non-fisik.
Akses fisik berupa pemenuhan konsumsi atas barang, sedangkan akses non-fisik
yang dimaksudkan adalah jangkauan individu atas telekomunikasi, pendidikan,
kesehatan, dan lain sebagainya (Asri et al., 2013).
Pembangunan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas
pendidikan memegang peranan yang sangat fundamental. Hal tersebut
dikarenakan pendidikan merupakan proses dimana manusia menigkatkan ilmu,
pengetahuan, kemampuan dan keahlian, kreativitas dan daya berinovasi yang
kesemuanya itu adalah sarana dalam meningkatkan harkat dan martabat setiap
individu. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi investasi sumber daya yang sangat
strategis dalam rangka mengupayakan kemajuan sebuah bangsa. Eicher (2000)
mengungkapkan bahwa selain pendidikan menjadi hak hidup dasar manusia
(human right), pendidikan juga merupakan investasi yang sangat menguntungkan
untuk pembangunan individu dan masyarakat.
Sistem pendidikan yang berkesinambungan tanpa diskriminasi yang
memihak pada suatu golongan tertentu, pengalokasian anggaran belanja dan
operasional pendidikan, serta peningkatan investasi publik pada sektor pendidikan

dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat, merupakan
langkah yang efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas pendidikan secara
khusus, dan tentunya meningkatkan kualitas manusia Indonesia secara umum. Hal
tersebut penulis simpulkan karena salah satu ukuran keberhasilan pembangunan
sumber daya manusia yang digambarkan melalui Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang salah satu indikator utamanya adalah angka melek huruf penduduk
dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling).
Dengan berdasarkan ulasan tersebut diatas, maka penulis merasa perlu
untuk melakukan analisis secara empiris apakah jumlah alokasi anggaran
pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas pendidikan pada salah satu
sampel pemerintah daerah di Indonesia. Penulis kemudian memilih Pemerintah
Kota Makassar sebagai sampel dalam penelitian ini karena Kota Makassar

5|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

merupakan salah satu pemerintahan daerah yang berada pada posisi menengah
sebagai representasi pemerintahan daerah baik di wilayah barat maupun timur
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data secara time
series dari tahun 2000 hingga tahun 2009 (selama 10 tahun) untuk mengetahui
efek dari variabel-variabel penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana anggaran dalam sektor pendidikan pemerintah daerah
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Penulis berharap hasil dari
penelitian ini dapat berkontribusi terhadap literatur dalam bidang akuntabilitas
keuangan dan kinerja pemerintah. Sehingga dalam perumusan kebijakan,
pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam rangka melakukan
pelayanan kepada masyarakat.
Dari hasil pengujian, penulis menemukan bahwa alokasi anggaran untuk
sektor pendidikan untuk belanja modal dan operasional terbukti berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hal
tersebut membuktikan betapa pentingya peranan kebijakan pemerintah daam
bentuk alokasi anggaran terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Sedangkan
alokasi pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan
dalam struktur APBD terbukti tidak signifikan. Ketidaksignifikan DAK tersebut
disiyalir karena adanya ketidakkonsistenan dalam penerimaan dana tersebut setiap
tahunnya.
Berikut ini penulis sampaikan kajian secara teoritis literatur yang berkaitan
dengan studi ini. Selanjutnya pada bagian metoda penelitian, peneliti deskripsikan
bagaimana pemerolehan data dana proses penganalisisannya. Pada bagian
berikutnya akan dipaparkan hasil dari pengujian secara statistik data dalam

penelitian ini. Dan terakhir, penulis menyampaikan kesimpulan dari hasil yang
penulis dapatkan berdasarkan analisis secara empiris serta beberapa keterbatasan
dari penelitian ini.

6|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

LITERATUR DAN HIPOTESIS
Pembangunan Manusia dan Kualitas Pendidikan
Owen (1987) dalam penelitian Meylina Asri mengungkapkan bahwa
pembangunan

yang

terpenting

adalah

pembangunan

manusia,

bukan

pembangunan benda karena return atau daya nilai balik riil dari pembangunan
manusia lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan benda. Menurut Asri et
al. (2013) paradigma pembagunan di Indonesia mengalami perkembangan dari
tahap ke tahap, sebagaimana berikut: pertama, paradigma pertumbuhan (growth
paradigm); kedua, pergeseran dari paradigma pertumbuhan menjadi paradigma
kesejahteraan (welfare paradigm); dan ketiga, paradigma pembangunan yang
berfokus pada manusia (people centered development paradigm).
Berdasarkan Human Development Report (2001) dari UNDP, pembangunan
manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk memperluas bagi masyarakat,
dalam artian bahwa individu diberikan lebih banyak pilihan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya.
Terdapat tiga faktor yang sangat krusial yang menjadi pilihan individu; memiliki
kehidupan yang lama dan sehat, memperoleh ilmu pengetahuan, dan memiliki
akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan standar hidup
yang layak. Apabila ketiganya tidak dapat terpenuhi, maka akan mengakibatkan
banyak dari pilihan lain yang tidak dapat dicapai, seperti kemerdekaan politik,
ekonomi, sosial, serta kesempatan memiliki tingkat produktivitas tinggi, serta
menikmati rasa terhormat dan hak-hak asasi manusia.
Indikator yang menggambarkan perkembangan pembangunan manusia
secara terukur dan representatif adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (Paramita, 2012). IPM pertama kali dikembangkan
oleh peraih nobel berkebangsaan India, Amartya Sen dan Mahbub ul Haq yang
merupakan seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale
University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. IPM

7|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

kemudian diperkenalkan oleh UNDP sebagai alat ukur perkembangan kualitas
manusia pada tahun 1990.
IPM mencakup tiga komponen yang mendasar bagi manusia dan secara
operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan
upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup
(longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang
hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur
berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15
tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang
didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity).
Salah satu komponen penting dalam penghitungan IPM tersebut adalah
pengetahuan (knowledge) atau indeks pendidikan yang juga merupakan indikator
dalam perhitungan tingkat kualitas pendidikan yang diupayakan dalam
masyarakat. Penghitungan indeks pendidikan mencakup dua indikator yaitu angka
melek huruf (Adult Literacy Rate Index) dan jumlah rata-rata lama sekolah (Mean
Years Of Schooling Index). Penelitian ini menggunakan indikator angka melek
huruf manusia dewasa sebagai proksi kualitas pendidikan. Hal tersebut karena bila
dibandingkan dengan jumlah rata-rata lama sekolah, maka angka melek huruf
lebih mendekati sebagai benefit/impact atau dampak dari penyelenggaraan
pendidikan.
Alokasi Anggaran Pada Sektor Pendidikan
Dalam rangka menunjang pelaksanaan dan pengembangan pendidikan,
pemerintah kemudian mengalokasikan anggaran pada struktur anggaran tahunan
baik pemerintah pusat maupun daerah. Melalui pengaturan anggaran tersebut,
pemerintah dapat melakukan realisasi atas program-program yang merupakan
bagian dari tugas dan tanggung jawabnya. Anggaran sebagai instrumen kebijakan
tersebut mencakup sumber-sumber pendapatan daerah dan juga berbagai
pengeluaran pemerintah termasuk belanja bidang pendidikan, kesehatan dan
bidang-bidang lainnya, yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk investasi.

8|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

Investasi pemerintah dalam pendidikan dan kesehatan akan menyebabkan
peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi
(Paramita, 2012).
Daftar alokasi anggaran pemerintah daerah dikenal sebagai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan perwujudan
pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara. Dalam proses penyusunan APBD, pemerintah memperhatikan
adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh
pemerintah daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat
dalam perencanaan dan penganggaran Negara. Dalam struktur anggaran
pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran pada sektor
pendidikan terdapat dua jenis, yakni alokasi belanja modal dan operasional
pendidikan dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan.
(a) Belanja Modal dan Operasional Pendidikan
Menurut Mardiasmo (2002), pada era otonomi seperti sekarang ini,
seharusnya pemerintah daerah semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan
dasar masyarakat. Salah satu pelayanan dasar masyarakat adalah pelayanan
pendidikan, oleh karena itu alokasi belanja modal pada bidang pendidikan
memegang peranan penting guna peningkatan pelayanan ini. Sejalan dengan
peningkatan pelayanan tersebut (yang ditunjukkan dengan peningkatan belanja
modal) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan.
Halim (2001) menjelaskan bahwa belanja modal merupakan belanja yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan. Senada dengan itu, Dewi (2006) dan Syaiful (2008) juga
menjelaskan bahwa belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya

9|WARKA SYACHBRANI - 12/338792/PEK/17091

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau
menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Alokasi anggaran melalui belanja modal dan operasional pada bidang
pendidikan secara empiris banyak ditemukan berpengaruh positif terhadap
kualitas pembangunan manusia. Oktapriono (2008) menganalisis dampak
investasi pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan
manusia di kawasan timur Indonesia dan menemukan bahwa investasi pemerintah
pada sektor pendidikan dan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi
secara signifikan baik atau buruknya tingkat pembangunan manusia. Hasil
penelitian Nasution (2010) menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah Kota
Binjai, Sumatera Utara, pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di daerah tersebut.
Paramita (2012) menemukan bahwa variabel belanja modal dan operasional
pemeliharaan bidang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia. Dengan demikian maka penulis menduga;
H1: Belanja modal dan operasional bidang pendidikan pemerintah daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap angka melek huruf.
(b) Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan secara lebih lanjut dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 Tahun 2005 bahwa Dana Alokasi
Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN dan bersifat
“Specific Grant”, yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus untuk sektor Pendidikan adalah alokasi dana khusus
dalam satu tahun dari pemerintah pusat untuk membantu mendanai kegiatan di
bidang pendidikan di daerah yang sesuai dengan prioritas nasional, dinyatakan
dalam Rupiah. Tujuan dari DAK bidang pendidikan adalah untuk mewujudkan

10 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional, dan bertanggung gugat;
melibatkan masyarakat secara aktif; mendorong masyarakat untuk ikut mengawasi
kegiatan pendidikan secara langsung; dan menggerakkan perekonomian
masyarakat bawah.
Dana Alokasi Khusus ini apabila dikelola secara baik, dapat memperbaiki
mutu pendidikan, meningkatkan pelayanan, serta menyediakan tambahan sarana
dan prasarana pendidikan dan paling tidak mengurangi kerusakan infrastruktur
pendidikan yang ada di daerah. Hal ini sangat penting untuk menanggulangi
kemiskinan dan membangun manusia Indonesia menuju insan yang lebih berdaya
saing.
Sampai saat ini, belum banyak penelitian secara khusus tentang bagaimana
Dana Alokasi Khusus pemerintah pada bidang pendidikan memberi pengaruh
terhadap kualitas pendidikan. Christy & Adi (2009) melakukan penelitian
mengenai hubungan antara dana alokasi umum, belanja modal dan kualitas
pembangunan manusia di Jawa Tengah. Hasilnya menunjukkan bahwa dana
alokasi umum mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal, dan belanja
modal berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia. Dengan demikian,
penulis menduga;
H2: Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan pemerintah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap angka melek huruf.
METODA PENELITIAN
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika
induktif atau statistika inferensial. statistika inferensial adalah statistika yang
melakukan analisis dan menyimpulkan serta membuat keputusan berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan. Metoda ini berkenaan dengan permodelan data
dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya
melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi dan prediksi.

11 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data jumlah alokasi anggaran
oleh pemerintah pada sektor pendidikan dan data angka melek huruf sebagai
proksi atas variabel kualitas pendidikan di daerah. Data alokasi anggaran untuk
pendidikan terdiri dari besaran belanja modal dan operasional oleh pemerintah
daerah setempat dan besaran Dana Alokasi Khusus oleh pemerintah pusat untuk
daerah tersebut.
Penelitian ini menggunakan data time series pada Pemerintah Kota
Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan selama sepuluh tahun, dari tahun 2000
sampai tahun 2009. Dengan jumlah keseluruhan data, maka secara statistik dapat
terpenuhi untuk dilakukan analisis untuk mengetahui efek dari variabel-variabel
independen terhadap kualitas pendidikan di pemerintah daerah.
Metoda analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metoda dengan analisis regresi berganda dengan teknik analisis Ordinary Least
Square. Berdasarkan Gujarati (2003) bahwa pada umumnya penelitian
perekonomian jarang terdapat reaksi yang ditimbulkan oleh suatu aksi secara
seketika. Namun, hal ini memerlukan selang waktu atau time lag (kelambanan).
Maka untuk melihat efek alokasi anggaran dan sumber daya pendidikan terhadap
kualitas pendidikan, penelitian ini menggunakan data time lag.
HASIL
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16
terhadap variabel dependen Angka Melek Huruf (Y) dan variabel independen
Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang Pendidikan (X1) dan DAK sektor
Pendidikan (X2) Kota Makassar dengan menggunakan data time series dari 2000
sampai 2009. Mengingat bahwa variabel independen tidak dapat langsung
mempengaruhi variabel dependen di tahun yang sama, maka digunakan “time lag”
dalam pengolahan data.

12 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

Tabel 2 Ringkasan Hasil Regresi Berganda

Variabel Penelitian

Koefisien
Regresi

t-hitung

Probabilitas

Konstanta

79,976

9,478

0,000

Lag ln(x1)

1,576

2,471

0,039

Lag ln(x2)

1,146

2,238
F-hitung
N

0,560
7,439
10

R-squared
Adjusted R-squared
Ket. * Signifikan pada α = 5%

0,723
0,501

Berdasarkan lampiran tabel di atas, diperoleh persamaan berikut :
Y = 79,976 + 1,576*LnX1(t-1) - 1,146*LnX2(t-1) + μ
Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)
(a) Koefisien Determinasi (R-Squared)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
Berdasarkan tabel hasil regresi diatas (tabel 2) dapat diketahui bahwa
koefisien determinasi (R²) sebesar 0,723. Artinya secara bersama-sama variabel
X1 (Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang Pendidikan) dan X2 (DAK
sektor Pendidikan) memberikan variasi penjelasan sebesar 72,3% terhadap Angka
Melek Huruf. Sedangkan 27,7% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi, atau disebabkan oleh disturbance error.
(b) Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)

13 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen X1
(Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang pendidikan) dan X2 (DAK sektor
Pendidikan) secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen
(Angka Melek Huruf), maka dilakukan Uji F-statistik. Didapatkan nilai dimana Fhitung > F-tabel (7,439> 5,14). Artinya variabel independen secara bersama-sama
mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya
yaitu Angka Melek Huruf.
(c) Uji Signifikansi Parsial (Uji t-Statistik)
Uji t-statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masingmasing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam regresi, pengaruh belanja modal dan biaya operasional bidang
pendidikan dan DAK sektor pendidikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota
Makassar, dengan α = 5% dan df = 6, maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,94.
Berdasarkan nilai t-tabel tersebut dan dengan asumsi t-statistik / t-hitung > t-tabel,
variabel independen belanja modal dan biaya operasional bidang pendidikan
berpengaruh signifikan terhadap variabel Angka Melek Huruf (t-hitung = 2,471),
sementara variabel DAK sektor pendidikan tidak berpengaruh signifikan (t-hitung
= 2,238).
Pengujian Hipotesis
Belanja Modal dan Biaya Operasional Bidang Pendidikan memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota
Makassar, hal ini terlihat pada nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,039 dan nilai
koefisien X1 sebesar 1,576.

Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama (H1)

terdukung.
Menurut peneliti, hal tersebut disebabkan karena pemerintah saat ini
memang sangat memprioritaskan sektor pendidikan dimana setiap tahunnya juga
pemerintah terus berupaya agar amanah konstitusi yaitu anggaran untuk
pendidikan minimal 20% dapat terealisasi secara baik. Besarnya perhatian
pemerintah terhadap pendidikan juga bisa dilihat dari makin besarnya anggaran

14 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

yang dikeluarkan pemerintah sampai sekarang ini. Juga dari makin banyaknya
realisasi program- program pendidikan seperti pendidikan gratis untuk Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, program beasiswa bagi siswa tidak
mampu yang juga terus berjalan hingga saat ini. Hasil ini mendukung apa yang
diungkapkan oleh Mardiasmo (2002) yang menyatakan bahwa peningkatan
belanja modal dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia.
Sedangkan untuk variabel Dana Alokasi Khusus sektor pendidikan
menunjukkan hasil yang berbeda. Meskipun mempunyai pengaruh yang positif
terhadap Angka Melek Huruf di Kota Makassar dengan nilai koefisien sebesar
1,146, namun variabel ini memiliki nilai probabilitas 0,560 dimana nilainya lebih
besar dari tingkat signifikansi (α = 5%), yang artinya tidak memiliki pengaruh
yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis kedua (H2) tidak
terdukung. Menurut peneliti, Alokasi DAK yang tidak diperoleh Kota Makassar
selama

beberapa

tahun

dalam

periode

penelitian

turut

mempengaruhi

ketidaksignifikanan ini.
Penggunaan DAK yang pada dasarnya merupakan kewenangan pemerintah
daerah karena DAK merupakan bagian dari APBD, namun pada kenyataannya
masih harus melalui berbagai regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
seperti peraturan menteri keuangan, petunjuk teknis dan sebagainya. Hal tersebut
membuat pemerintah daerah cukup kesulitan untuk memenuhi aturan tersebut
tepat pada waktunya. Selain itu, Dana Alokasi Khusus ini hanya diberikan kepada
daerah yang memenuhi syarat/kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah
Hal-hal ini lah yang menyebabkan suatu daerah termasuk kota Makassar tidak
mendapatkan alokasi Dana Alokasi Khusus setiap tahunnya.
KESIMPULAN
Penelitian ini melakukan analisis mengenai pengaruh alokasi anggaran
pemerintah daerah (Belanja Modal dan Biaya Operasional) serta Dana Alokasi
Khusus (DAK) bidang pendidikan terhadap kualitas pendidikan di Kota Makassar
(periode tahun 2000-2009) yang diproksikan dengan Angka Melek Huruf yang

15 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

merupakan salah satu indikator utama dalam perhitungan Indeks Pembangunan
Manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut merupakan instrumen
yang menggambarkan sejauh mana tingkat pembangunan manusia pada sebuah
negara.
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini ditemukan bahwa variabel
Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang pendidikan mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota Makassar. Artinya,
setiap bertambahnya anggaran Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang
pendidikan maka akan meningkatkan indeks/kualitas pendidikan. Hal ini telah
sesuai dengan teori dan berbagai penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa
sektor pendidikan memang merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
oleh pemerintah karena berperan penting dalam menunjang perolehan
pembangunan sumber daya manusia.
Variabel Dana Alokasi Khusus untuk sektor pendidikan memiliki pengaruh
yang positif namun tidak signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota
Makassar. Hal ini disebabkan karena banyaknya regulasi yang mengatur
penggunaan DAK yang harus dipenuhi pemerintah di daerah, sehingga beberapa
kali dalam periode penelitian ini, Kota Makassar tidak memperoleh alokasi DAK
sehingga dampaknya terhadap kualitas pendidikan belum dapat terlihat dengan
baik.
Secara umum, variabel pengalokasian anggaran belanja modal dan
operasional dalam struktur APBD terbukti lebih berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan dibandingkan dengan DAK. Hal ini dikarenakan pada penggunaan
anggaran DAK, harus selalu sesuai dengan tujuan dan instruksi dari pemerintah
pusat (pemerintah daerah hanya menjadi penerima pasif). Sedangkan pada
Realisasi APBD (Belanja Modal dan Biaya Operasional), pemerintah daerah lebih
memiliki kebebasan dalam menggunakan anggarannya sehingga dapat lebih
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerahnya.

16 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

Untuk itu, berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka penulis
menyarankan beberapa hal sebagai implikasi dari penelitian ini. Dampak anggaran
terhadap pembangunan sumber daya manusia akan lebih efektif jika pemerintah
kabupaten/kota dapat lebih memfokuskan alokasi belanjanya ke sektor
pendidikan, bukan hanya pada aspek pembangunan fisik saja tetapi sebaiknya
juga pada aspek peningkatan mutu dan kualitas. Selanjutnya, Pemerintah perlu
melakukan perbaikan atas regulasi, pengalokasian, pengkoordinasian misalnya
dengan penyederhanaan manajemen agar upaya untuk menyeimbangkan kualitas
dan kuantitas pelayanan publik di seluruh wilayah di Indonesia dapat terlaksana
dengan optimal.
Terakhir sebagai penutup, penulis mengungkapkan beberapa hal sebagai
keterbatasan penelitian ini. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih
terbatas pada lingkup anggaran, oleh karena itu disarankan kepada para peneliti
selanjutnya agar dapat menggunakan variabel lain yang berkaitan secara langsung
dan erat dengan pelaksanaan pelayanan pendidikan sehingga mendapatkan
analisis yang lebih menyeluruh. Penggunaan data yang dianalisis pada penelitian
ini hanya bersifat tunggal dari satu pemerintah daerah, semestinya untuk hasil
yang lebih baik menggunakan data panel dari beberapa pemerintah daerah,
sehingga layak untuk direpresentasikan pada seluruh pemerintahan daerah seIndonesia. Berkaitan dengan variabel dan metode penelitian yang digunakan perlu
dikaji lagi pengukurannya, sehingga studi lanjutan perlu dilakukan agar hasilnya
bisa lebih baik lagi.
REFERENSI
Asri, Meylina., Nikensari, Sri Indah., & Kuncara, Harya. 2013. Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Maret 2013 Hal. 77-102.
BPS-Bappenas-UNDP. 2001. Indonesia Human Development Report 2001.
Towards a New Consensus: Democracy and Human Development in
Indonesia. Jakarta: BPS-Statistics Indonesia, Bappenas dan UNDP
Indonesia.

17 | W A R K A S Y A C H B R A N I - 1 2 / 3 3 8 7 9 2 / P E K / 1 7 0 9 1

Christy, Andrea Fhino dan Priyo, Hari Adi. 2009. Hubungan Antara Dana
Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia.
Makalah: Disampaikan dalam Konferensi Nasional UKWMS. Surabaya 10
Oktober 2009.
Dewi, Adha. 2006. Kajian Penerapan Akuntansi Biaya pada Anggaran Belanja
Daerah kota Singkawang. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Eicher, Jean-Claude. 2000. The Financing of Education: An Economic Issue?
European Journal of Education, Vol. 35 No. 1 March 2000, pp. 33-44.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc-Grawhill.
Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
UPP-AMP YKPN.
Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis
Perekonomian Daerah. Makalah: Disampaikan dalam Seminar Pendalaman
Ekonomi Rakyat.
Nasution, Abdul Aziz. 2010. Analisis Dampak Realisasi APBD terhadap
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Binjai [Skripsi].
Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Oktapriono, A. 2008. Analisis Dampak Investasi Pemerintah Sektor Pendidikan
dan Kesehatan Terhadap Pembangunan Manusia [Skripsi]. Bogor : Insititut
Pertanian Bogor.
Paramita, Ahsani. 2012. Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar Periode 2000-2009 [Skripsi].
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Syaiful. 2008. Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja
Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan. Jakarta
Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi: Di Dunia Ketiga Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
UNDP. 2013. Human Development Report 2013. New York: Oxford University
Press
  

LAMPIRAN

Data Penelitian (Natural Log)* :

*

TAHUN

Ln (X1)

Ln (X2)

Ln (Y)

2000

18.971

0

4,5564

2001

20.780

0

4,539778

2002

21.444

0

4,550714

2003

21.719

0

4,552929

2004

22.116

21.311

4,557554

2005

22.184

0

4,567468

2006

23.392

21.731

4,569025

2007

26.451

21.639

4,572854

2008

26.916

22.920

4,570786

2009

26.880

23.202

4,571613

Data ini merupakan bagian dari data penelitian tugas akhir oleh Ahsani Paramita Ismail (Universitas Hasanuddin) yang telah mendapat izin penggunaan.
Untuk melakukan konfirmasi data melalui email: shani_paramita@yahoo.co.id