ANALISIS PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT. doc

ANALISIS PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR:
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Disusun untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sistem Teknologi Kesehatan

Oleh:
Kelompok 7
1. Akhmad Yanuar Fahmi P (NIM : 22020116410045)
2. Ita Apriliyani
(NIM : 22020116410046)
3. Arni Nur Rahmawati
(NIM : 22020116410049)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Latar Belakang
Setiap tahun, kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar bulan
Januari, dan cenderung turun pada bulan Februari hingga ke penghujung tahun 1.
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih masalah kesehatan masyarakat Indonesia,
karena angka kesakitan semakin meningkat, menimbulkan kematian dan sering
terulangnya kejadian luar biasa (KLB). Penyakit ini adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa
bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadangkadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan
(Shock)2.
DBD pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya dengan total kasus sebanyak 58 kasus (Angka Kesakitan (IR): 0,05 per
100.000 penduduk) dengan 24 kasus meninggal (Angka Kematian (CFR): 41,3%).
Hingga akhir tahun 2014 tercatat sebanyak 433 kabupaten/kota dari 508
kabupaten/kota yang ada (85,2%) telah terjangkit DBD dengan total kasus
sebanyak 100.347 kasus (Angka Kesakitan: 39,83 per 100.000 penduduk) dengan
907 kasus meninggal (Angka Kematian: 0,90%). Adapun jumlah kasus DBD

tahun 2015 s.d Juni 2015 terlapor 48.480 kasus dengan 872 kematian. Tercatat 9
provinsi yang mengalami peningkatan kasus DBD pada triwulan 1 tahun 2015 ini
yaitu Jambi, Sumsel, Babel, Lampung, Jatim, Kalsel, Sulut, Jateng, dan Maluku.
Dilaporkan beberapa wilayah mengalami KLB DBD pada awal tahun 2015 ini
diantaranya Jatim, Kalsel, Sultra, Kalteng, Lampung, Jateng, Kalbar, Riau, dll.
Sepanjang Januari 2016 Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonosis Kementerian Kesehatan mencatat 3.298 kasus DBD dengan jumlah
kematian sebanyak 50 kasus di Indonesia. Sementara di daerah KLB tercatat 492
kasus, 25 kasus diantaranya meninggal. KLB terjadi di 11 Kabupaten/Kota di 7
Provinsi1,3.
Program Pemberantasan Penyakit Menular DBD
Berdasarkan fenomena yang ada, pemerintah melakukan upaya
pengendalian DBD melalui pengendalian vektor dari larva sampai nyamuk
melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN); surveilans untuk deteksi
dini, pencegahan dan pengendalian kasus DBD; penatalaksanaan kasus untuk
mencegah kematian; dukungan manajemen termasuk anggaran, peningkatan
kapasitas SDM dan logistik2. Peran serta masyarakat sangat menentukan upaya
pengendalian DBD sehingga program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan 3M plus perlu terus dilakukan secara kontinue setiap tahun khususnya
musim penghujan. Program PSN , yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan

tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember
air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2)

Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah1,2.
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air
yang sulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3)
Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam
rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang
bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Selain PSN 3M Plus, sejak
Juni 2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik (juru
pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat Demam
Berdarah Dengue. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah
Demam Berdarah Dengue (DBD) dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu
rumah.1.
Fenomena

Pada kenyataannya, KLB DBD masih terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
KLB ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti meningkatnya curah hujan,
perubahan lingkungan, kepadatan penduduk yang berdampak pada meningkatnya
tempat perindukan nyamuk sehingga meningkatkan penularan, perhatian
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota perlu ditingkatkan termasuk anggaran,
kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan untuk mencegah perindukan nyamuk di
dalam atau luar rumah. Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu2:
a. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus Dengue, maka
memutus rantai penularan, pengendalian vektor DBD dianggap yang
terpenting saat ini.
b. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama
pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) meskipun pada
umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya sudah
cukup tinggi.
c. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap
jenjang administrasi
d. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor
dalam pengendalian DBD
e. Sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak

sesuai dengan standard operasional prosedur (SOP)
f. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan
KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti, kepadatan
penduduk/ pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya
transportasi (darat , laut dan udara), serta keganasan (virulensi) virus
Dengue.
g. Perubahan iklim (climate change) yang cenderung menambah jumlah
habitat vektor DBD menambah risiko penularan.

h. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai
i. Letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan
vektor dan pertumbuhan virus.
Rekomendasi Program/inovasi
PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba,
karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.
Dalam program pengendalian DBD strategi promosi kesehatan yang harus
dilakukan perawat sebagai tindakan promotifnya adalah (1) pemberdayaan
masyarakat, (2) pembinaan susana lingkungan sosialnya, dan (3) advokasi kepada

pihak-pihak yang dapat mendukung terlaksananya program pengendalian DBD
dan (4) program Kemitraan. Melalui penerapan keempat strategi tersebut
diharapkan dapat:
1. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam masyarakat,
baikmelalui pendekatan individu dan keluarga dalam pengerakan masyarakat
untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian DBD.
2. Membangun suasana/lingkungan yang kondusif bagi terciptanya budaya
perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat dalam pengendalian DBD.
3. Mendapat dukungan dari para pengambil keputusan, penentu kebijakan
danstakeholders lain, dalam bentuk kebijakan Pengendalian DBD,
sumberdaya integrasipromkes, terjalinnya kemitraan sinergis pusat ñ daerah ñ
swasta ñ LSM, serta berbagai investasi dalam program pengendalian DBD
4. Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat)
A. Strategi Advokasi
Advokasi kesehatan adalah upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi
pimpinan, pembuat/penentu kebijakan, keputusan dan penyandang dana
danpimpinan media massa agar proaktif dan mendukung berbagai kegiatan
promosi penanggulangan Penanggulangan DBD sesuai dengan bidang dan

keahlian masing masing. Sementara itu ada pendapat populer bahwa advokasi
adalah melakukan kampanye pada media massa atau melakukan upaya
komunikasi, informasi dan edukasi.
Tujuan advokasi untuk mempengaruhi pimpinan/pengambil keputusan dan
penyandang dana dalam penyelengaraan program Pengendalian DBD,
sedangkan sasaran advokasi adalah:
- Pimpinan legislative (Komisi DPRD)
- Pimpinan eksekutif (Gubernur, Bupati, Bappeda)
- Penyandang dana
- Pimpinan media massa
- Pimpinan institusi lintas sektoral
- Tokoh Agama/Masyarakat/PKK, organisasi profesi
1. Metode Advokasi:

- Lobby
- Pendekatan Informal
- Penggunaan media massa
2. Materi Pesan
- Harus diketahui jumlah kasus DBD di wilayahnya
- Program cara pencegahan dan pengendalian DBD

- Kebijakan dalam pengendalian DBD (menyiapkan tenaga kesehatan,
danlintas sektor lain untuk melaksanakan program bebas DBD.
3. Hasil yang diharapkan
- Adanya dukungan politis, kebijakan/keputusan dan sumber daya (SDM,
danadan sumber daya lainnya) dalam penanggulangan DBD.
- Terbentuknya forum komunikasi / komite / pokjanal yang
beranggotakanlembaga pemerintah, swasta, LSM, Dunia Usaha, untuk
membahas dan memberi masukan dalam penanggulangan BDB
B. Strategi Bina Suasana
dan Adapun inovasi rencana program kerja pengendalian DBD yang bisa
ditingkatkan dan dilaksanakan dengan mudah adalah membentuk Pojok
Tanaman Nyamuk (PTN). Perawat komunitas dapat memberdayakan kader
kesehatan untuk membantu masing-masing rumah tangga dalam menyediakan
tempat untuk PTN. Tanaman yang ditanam adalah tanaman yang dapat
mengusir nyamuk seperti lavender dan geranium. Kegiatan ini tidak hanya
menanam saja tetapi bekerja sama mulai dari penyediaan tempat, pencarian
bibit tanaman, sampai pemantauan pemeliharaan tanaman. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana
pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/
idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan

masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat,
khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke
fase mau dalam Penanggulangan DBD, perlu dilakukan Bina Suasana.
Tujuan dilakukan bina suasana adalah terciptanya suasana yang
mendukung terselenggaranya program pengendalian DBD, adapun sasaran
dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
- Kader dan Tokoh masyarakat
- Lintas program (Intern Dep. Kesehatan)
- Lintas sektor (Sektor terkait)
- Organisasi pemuda (Karang Taruna, Saka Bakti Husada, dll)
- Organisasi Profesi (misalnya IBI, IDI, dll)
- Organisasi Wanita (Dharma Wanita, IWAPI, KOWANI, dll)
- Organisasi keagamaan (Pengajian, Majelis Taklim, Ibadah Rumah Tangga)
- Organisasi Kesenian
- Lembaga Swadaya Masyarakat.
1. Metode Bina Suasana

- Orientasi
- Pelatihan

- Kunjungan lapangan
- Jumpa pers
- Dialog terbuka/interaktif diberbagai media
- Lokakarya/seminar
- Penulisan artikel di media massa
- Khotbah di tempat peribadatan
2. Materi Pesan
- Waspada Nyamuk Demam Berdarah
- Gejala demam berdarah
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bebas jentik nyamuk di
rumah
- 3 M Plus
Dengan menggunakan media antara lain:
- Media massa cetak & elektronik (radio, televisi, koran, majalah, situs
internet, dan lain-lain)
- Media tradisional
C. Strategi Gerakan Pemberdayaan
Gerakan pemberdayaan (empowerment) adalah proses pemberian
informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran

tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk pengendalian DBD secara mandiri. Strategi ini tepatnya
ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif dalam
pengendalian DBD
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,
martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti
peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan.
Tujuan dari strategi pemberdayaan adalah meningkatkan peran serta
Individu, keluarga dan masyarakat agar tahu, mampu dan mau, berperan
serta dalam pengendalian DBD. Sasaran dari kegiatan ini adalah
masyarakat umum.

A. Metode
- Promosi Individu
- Promosi Kelompok
- Promosi Massa
B. Materi Pesan
- Tanda dan gejala DBD
- Cara pencegahan dan pengendalian DBD
- 3 M Plus
C. Hasil Yang di Harapkan
- Tumbuhnya kepedulian masyarakat dalam pengendalian DBD
- Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengendalian DBD

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui
kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat
ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM
ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara
mereka dengan pemerintah, agar upaya
pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasil guna. Setelah
itu, sesuai dengan ciri-ciri sasaran serta situasi dan kondisi, lalu
ditetapkan, diadakan dan digunakanlah metode dan sarana komunikasi
yang tepat.
Kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan adalah membuat orang
tersebut memahami bahwa penyakit DBD adalah masalah baginya dan
bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum
mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka
orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih
lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka
kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah
yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan
menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu
juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah
dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan
para tokoh masyarakat sebagai panuta
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu
melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam
hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung,
tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah
individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang
kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya
dari pemerintah atau dari dermawan). Hal-hal yang akan diberikan

kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya
disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya
juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
D. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL DBD
Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat). Unsur kemitraan adalah :
(a) adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
(b) adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
(c) adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihakpihak tersebut
(d) adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat.
1. Pelaku Kemitraan
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media
massa,penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
Contoh pelaku kemitraan :
A. Pokjanal : Merupakan wadah koordinasi pengelolaan suatu program
yangmemerlukan pembinaan dari unsur pemerintah dan peran serta
masyarakat terkait DBD. POKJANAL saat ini adalah suatu kelompok
kerja Operasional yang keanggotaannya terdiri dari berbagai unsur
dinas/instansi pemerintah, LSM, swasta atau dunia usaha yang secara
fungsional mempunyai tugas meningkatkan peran serta masyarakat
dalam PSN-DBD.
Dasar Pembentukan:
1) Acuan Dasar pembentukan POKJANAL Demam Berdarah Dengue :
KEPMENKES 581/VII/1992 : Tentang Pemberantasan Penyakit
DBD
2) Disain Pengorganisasiannya : Dibawah dan bertanggung jawab
kepada Tim Pembina LKMD di setiap tingkatan.
3) Saat masih ada TP. LKMD ketua TP.LKMD Tingkat Pusat adalah
Mendagri, demikian seterusnya di daerah, sehingga ada rentang
kendali Pusat - Daerah yang jelas.
4) Disain pengorganisasian berdasarkan UU Nomor : 32 tahun 2004
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Bupati / Walikota
Camat dan POKJA DBD Desa/Kel Kepada kepala Desa/Lurah.
5) Peran DEPDAGRI dan Pemda:
a) Pasal 217 UU 32/2004 : PEMBINAAN
(1) Koordinasi pemerintahan antar susunan
(2) Pemberian pedoman dan standar
(3) Pemberian bimbingan dan supervisi

B.

C.
D.

E.

(4) Diklat
(5) Manajemen pemerintahan
b) Pasal 218 UU 32/2004 : PENGAWASAN Atas penyelenggaraan
Pemerintah daerah.
c) Pasal 222 UU 32/2004 :
(1) Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah nasional di koordinasikan Mendagri
(2) Pembinaan & Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah
Kab/Kota oleh Gubernur
d) PERPRES No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009.
e) Bab 28 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA : Telah melaksanakan program bebas jentik disekolah Oleh
dokter Kecil/jumantik dan telah masuk dalam salah satu indikator
promosi kesehatan disekolah dan telah dimasukkan dalam instrumen
lomba sekolah sehat tingkat nasional yang diadakan setiap tahun.
Penggerakan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan dasawisma
membantu penanggulangan DBD menjadi jumantik sukarela ini sudah
masuk dalam indikator rumah tangga sehat
Organisasi Profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
( IAKMI), PPPKMI (Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Indonesia), PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
Dunia usaha
- Perusahaan Obat anti nyamuk,(PT. Unilever brand Domestos
Nomos) Produsen Insektisida, Produsen Larvasida,
- Perusahaan Obat (PT. Kalbe Farma Brand Minuman Fatigon dan
Proris)
- Perusahaan Perminyakan

DAFTAR PUSTAKA
1.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia [Internet]. 2016. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/print/16041100001/menkes-sebagiankasus-diabetes-sebenarnya-bisa-dicegah.html
2.
Aditama T yoga D. Modul pengendalian demam berdarah dengue
[Internet]. Kementerian Kesehatan. 2011. 19-23 p. Available from:
www.kemenkes.com
3.
Kementerian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue. Bul Jendela
Epidemiol. 2010;2:48.