I. Pendahuluan (1,2) - Bab4 Silogisma
DASAR-DASAR LOGIKA
I. Pendahuluan market market target target
II. Konsep dan Himpunan (
III.Penalaran Himpunan (5,6,7) U T S (8)
III.Penalaran dan Himpunan (9,10)
IV.Silogisma dan Himpunan (11,12,13,14,15) U A S (16)
BAB I, II Ir. Jones Z.R
IV. SILOGISMA DAN HIMPUNAN
4.1. Pengertian
Silogisma adalah suatu bentuk penyimpulan yang membandingkan dua proposisi yg melahirkan proposisi ke tiga.
Klasifikasi : a. Silogisma Kategorik merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung dmn proposisi yg dibandingkan disebut “Premis”
b. Silogisma Hipotetik
c. Silogisma Disjungtif
Proposisi Kategorik Posisinya mengandung term P1: Premis Mayor yg dlm kesimpulan sebagai predikat.
Posisinya mengandung term P2: Premis Minor yg dlm kesimpulan
Contoh. P1 : Semua mahluk tidak abadi.
JZR/4/3
P2 : Semua manusia adalah mahluk. Ks : Semua manusia tidak abadi. Perlu ada term pembanding untuk mendapatkan kesimpulan yaitu “mahluk”. Dalam Silogisma Kategorik ada tiga unsur:
a. Term Pembanding (M:Medius)
b. Term Pangkal Banding (P:Predikat)
c. Term yang Dibandingkan (S:Subyek) Penjelasan dalam bentuk diagram (simbolisasi): Contoh. P1 : Semua mahluk tidak abadi.
M A
M Ø A P2 : Semua manusia adalah M S M mahluk. S M Ks : Semua manusia tidak A S Ø A
JZR/4/4 Bentuk Penulisan:
a. Memanjang
(M Ø A) S M S Ø A
b. Menurun
(M Ø A) (S M) (S Ø A)
c. Gabungan Keduanya
(M Ø A) (S M) S Ø A
Berdasarkan defenisi Silogisma Kategorik maka ada tiga term utama:
Term pembanding disebut term Tengah Term pangkal banding disebut term Mayor Term yang dibandingkan disebut term Minor
4.2. Prinsip-Prinsip Penyimpulan Terbagi atas: a. Hukum Dasar Penyimpulan
b. Metode Praktis Penyimpulan
4.1.1. Hukum Dasar Penyimpulan (HKP)
a. Prinsip Konotasi Term dalam Silogisma
Hukum I: Dua hal yang sama apabila yang satu diketahui
sama dengan yg ke 3 maka yg lainpun sama.Contoh : P1: Semua manusia berakal budi (A = B) P2: Semua yang berakal budi berbudaya (B = C) Ks: Semua manusia berbudaya (A = C) (A = B) (B = C)
(A = C) atau (A = B) (B = C)
JZR/4/6 Hukum 2: Dua hal yang sama apabila sebagian yang satu termasuk termasuk kedalam hal yang ketiga maka sebagian yang lainpun termasuk di dalamnya.
Contoh : P1: Rakyat Indo. Adalah yg menjadi warga Indonesia (A = B)
P2: Sebagian rakyat Indon. Adalah keturunan Asing. (B C)
Ks: Sebagian rakyat Indo. adalah keturunan Asing (A
C) A B
P1 B C P1 A C Ks
(A = B) (B C) (A
C)
Hukum 3: Antara dua hal apabilal yang satu sama dan yang lainnya berbeda dengan hal yg ketiga maka dua hal itu berbeda
Contoh : P1: Semua Rakyat Indo. adalah yg percaya kepada TYME (A = B)
P2: Semua yg percaya kepada TYME bukan komunis. (B ØC) Ks: Semua rakyat Indo. bukan Komunis (A Ø C) A C A B B
C A P1 P1 Ks
(A = B) (B Ø C) (A Ø
C)
JZR/4/7
B. Prinsip Denotasi Term dalam Silogisma Hukum 4: Antara dua hal apabila yang satu termasuk
dalam yang lain dan lainnya sama dengan hal
yang ketiga maka semua hal tesebut termasuk
didalamnya.Contoh: P1: Semua siswa adalah manusia (A B) P2: Semua manusia berbudaya (B = C) Ks: Semua siswa berbudaya (A C) B C A B C A P1 P2 Ks
(B = C) (A B) (A C)
Hukum 5: Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yg sama dengan
bagian dari suatu keseluruhan maka diakui pula sebagai
bagian dari keseluruhannya itu.Contoh: P1: Sebagian siswa adalah pria (A B) P2: Semua Pria adalah Lelaki (B = C) Ks: Sebagian siswa adalah Lelaki (A C) A A B B C C P1 P2 Ks
B) (B = C) (A (A C)
Hukum 6: Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yg meliputi keseluruhan, maka diakui pula bagian-bagian dari keseluruhannya itu.
Contoh: P1: Semua air dalam kemasan mengandung mineral. (A B) P2: Semua yg mengandung mineral menyehatkan. (B C) Ks: Semua air dalam kemasan menyehatkan. (A C) C B C A B A P1 P2 Ks
B) (A (B C) (A C)
Hukum 7: Apabila sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan, maka
tidak diakui pula oleh bagian-bagian dalam kesekuruhannya itu.Contoh: P1: Semua air dalam kemasan mengandung mineral. (A B) P2: Semua yg mengandung mineral bukan lemak. (B Ø C) Ks: Semua air dalam kemasan bukan lemak. (A Ø C) B C A
B
A C P1 P2 Ks
B) (B Ø C) (A Ø C) (A
4.1.2. Metode Praktis Penyimpulan (MPP) MPP digunakan untuk menarik kesimpulan yg bersifat tidak pasti. Contoh: P1: A B P2: C B
Ks 1: A C Ks 2: A Ø B Ks 3: A C Ks 4: A C Contoh Lain (A B) (B C) maka : A Ø C A C A C A C
4.3. Silogisma Beraturan
Silogisma yg terdidri dari tiga term dan menghasilkan kesimpulan yg pasti.
4.3. 1. Proposisi dalam Silogisma Dari 7 bentuk proposisi dapat disederhanakan dalam 5 macam
a. Partikular Inklusif Proposisi (S – P) (M – P) (S = M) (S – P) Bentuk aslinya (partikular afirmatif inklusif) adalah: Premis (M P) (S = M)
Konklusi (S P): (S - P) :Konklusi
b. Partikular Implikasi Proposisi (S P) (M – P) (S = M) (S – P) Bentuk aslinya adalah: Premis (M P) (S = M)
Konklusi (S P): Konklusi (S P):
Bentuk aslinya adalah:
(M P) (S = M) Premis (S P) : Konklusi (S P) :Konklusi Atas dasar uraian di atas maka premis-premis si;ogisma: (S = P) : Universal Afirmatif ekuivalen (S P) : Universal Afirmatif Implikasi (S Ø P) : Universal Negatif Eksklusif (S P) : Partkular Afirmatif Inklusif (S P) : Partikular Afirmatif Implikasi)
4.3.2. Bentuk-Bentuk Silogisma
1. Silogisma Sub – Pre ((M = P) (S = M) (S = P)
2. Silogisma Bis – Pre ((P = M) (S = M) (S = P)
3. Silogisma Bis – Sub ((M = P) (M = S) (S = P)
4. Silogisma Pre - Sub ((P = M) (M = S) (S = P)
JZR/4/14