UPAYA PEMBINAAN POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DUSUN GLONGGONGAN DESA SUMBER TEBU BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

  

UPAYA PEMBINAAN POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

DUSUN GLONGGONGAN DESA SUMBER TEBU BANGSAL

KABUPATEN MOJOKERTO

  Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan tim dosen D3 Keperawatan Stikes Majapahit adalah untuk meningkatkan kemampuan kader Posbindu PTM dalam mengidentifikasi PTM secara dini, memonitoring perkembangan PTM dan mendidik kader dalam memantau penatalaksanaan PTM secara mandiri.

  4 1, 2, 3, 4

  Prodi D3 KeperawatanStikes Majapahit email: ekadiahkartiningrum@gmail.com

  

Abstract

Posbindu PTM is an effort made as an early detection of degenerative diseases that have developed

into the first disease of human killers, especially in developing countries. The purpose of this

have been pioneered in Dusun Glonggongan Sumber Tebu Bangsal Mojokerto Regency. The results

of coaching efforts during July-October 2017 is the decrease in the incidence of degenerative

diseases, improve the diet and the daily activities of the elderly Keywords:Posbindu, PT

  Eka Diah Kartiningrum 1) , Dwiharini Puspitaningsih 2) , Yudha Laga Hadi Kusuma 3) ,

Vonny Nurmalya Megawati

1. PENDAHULUAN

  Setiap awal bulan hari senin pertama diadakannya posyandu dibalaidusun. Selain itu setiap bulan juga diadakan posbindu oleh ibu kader dan perawat desa dibalaidesa. Namun pelaksanaan posbindu PTM didesa tersebut masih sangat sederhana dan kekurangan tenaga profesi kesehatan yang dapat memantau secara maksimal kondisi kesehatan pasien PTM secara paripurna.

  Dusun Glonggongan terletak diantara Desa Puloniti dan Desa Ngastemi. Dusun Glonggongan merupakan daerah agraris dengan sebagian besarwilayahnya adalah persawahan. Kebiasaan warga Dusun Glonggongan RT 16-27 Desa Sumber tebu adalah setiap hari sabtu diadakannya diba’an ibu-ibu dan remaja. Setiap hari kamis kegiatan istighotsah yang dilakukan ibu-ibu dan lansia.

  Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak dapat menular dari penderita atau sumber penyakit keinduk semanglainnya. Penyakit tidak menular seperti: cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit keturunan, penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan- kelainan organ tubuh lain (Kemenkes RI, 2007). Penyakit keturunan adalah jenis penyakit yang diturunkan dari orang tua ke anak (keturunan) secara kongenital (Kemenkes RI, 2011).

  Penyakit tidak menular dapat disebabkan oleh berbagai faktor berikut: a.

  Dari dalam tubuh misalnya kelainan fungsi organ tubuh baik keturunan (kongenital) atau dapatan b. Dari luar tubuh misalnya :

  1) Mekanis seperti tertusuk

  2) Tertembak

  3) Fisik seperti suhu tinggi, terbakar, aliran listrik

  Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan factor resiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kasus PTM sebenarnya dapat dicegah dengan mengendalikan factor resiko, yaitu gaya hidup yang meliputi kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi makanan alkohol. Salah satu upaya untuk mengendalikan PTM adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat melalui kegiatan posbindu PTM.

  2. KAJIAN LITERATUR 2.1. Konsep penyakit tidak menular (PTM)

  4) Kimiawi seperti logam berat, pewarna makanan

  Penyakit tidak menular (PTM) mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti (Perkeni, 2011): a.

  Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu b.

  • – 11.00 di bidan desa, antusias warga sangat baik kebanyakan yang dating adalah para lansia. Rata-rata peserta posbindu sebanyak 59 orang. Kegiatan ini meliputi tensi darah, pengukuran kadar lemak, lingkarperut, TB, BB, GDA sehingga data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan kesehatan beberapa warga dapat dijadikan data yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Dusun Glonggongan. Masyarakat antusias datang pada kegiatan tersebut karena merasa dapat periksa gratis kondisi kesehatannya akibat penyakit degeneratif yang dideritanya. Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 (lima) kegiatan, namun dalam situasi-kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama (Kemenkes RI, 2007). Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke Puskesmas. Adapun kegiatan tersebut secara berurutan adalah sebagai berikut: 1.

  Masa inkubasi yang panjang c. Bersifat kronik (berlarut-larut) d. Mempunyai variasi yang luas e. Faktor penyebab bermacam-macam

  (multicausal) atau bahkan tidak jelas (Sudirman, 2003). resiko adalah (Kemenkes RI, 2011): a.

  Merokok b. Alkohol c. Diet/makanan d. Gaya hidup e. Obesitas/kegemukan 3.

  Upaya pembinaan Posbindu yang dilakukan oleh tim dosen D3 Keperawatan berupa pelatihan dan penyuluhan pada beberapa kelompok masyarakat, senam sehat dan pendampingan Posbindu PTM.

  Kegiatan dilaksanakan pada mulai tanggal

  1 Juli sampai 30 Oktober 2017. Seluruh kegiatan ditujukan pada penduduk Dusun Glonggongan Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

  Diagram 1 Pekerjaan penduduk di Dusun Glonggongan Desa Sumbertebu-Bangsal

  Diagram diatas menjelaskan bahwa di Dusun Glonggongan kebanyakan masyarakatnya tidak bekerja sejumlah 29% (73 orang).

  Posbindu PTM dilaksanakan setiap hari kami smulai pukul 09.00

METODE PELAKSANAAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Meja 1 :Registrasi, yaitu kegiatan mencatat data individu pasien sesuai KMS yang ada.Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus mempunyai alat pantau individu berupa Kartu Monitoring faktor Risiko PTM yang disingkat dengan sebutan KMR- PTM, untuk mencatat kondisi faktor risiko PTM (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan harus selalu dibawa ketika berkunjung ke Posbindu dan ketika melakukan perjalanan. Tujuannya agar setiap individu dapat melakukan mawas diri dan petugas dapat melakukan/memberi saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan kondisi yang dialami/ditemukan. Format KMS- PTM mencakup identitasi, waktu kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan tindak lanjut. Pada KMS-PTM 20% 12% 27% 4% 5% 3% 29% IRT Swasta Wiraswasta Petani Buruh tani PNS dan status pasien PTM yang berguna

  Glonggongan Desa Sumbertebu-

  sebagai informasi medis jika pemegang Bangsal kartu mengalami kondisi darurat di

  No. Keluhan Frekuensi Persentase perjalanan. saat ini (f) (%)

  Hasil dari setiap jenis

  1. Linu-linu 7 9% pengukuran/pemeriksaan faktor risiko

  2. Pusing 23 26% PTM pada setiap kunjungan peserta ke

  3. Batukpilek 3 5% Posbindu dicatat pada KMS-PTM oleh

  4. Lain-lain 8 9% masing-masing kader monitor faktor

  5. Tidak ada 43 51% risiko. Bila positif hasilnya ditandai keluhan dengan contreng (v) pada kolom yang tersedia. Demikian pula tindak lanjut yang

  Dari tabel 1 Dapatdisimpulkanbahwa di dilakukan oleh kader konselor/edukator Dusun Glonggongan paling banyak yaitu tidak

   Meja 2: Wawancara, menggunakan adakeluhan sejumlah 43 (51%).

  teknik wawancara yang terlatih. Wawancara dilakukan oleh perawat desa

  Tabel 2. Penyakit yang ditemukan saat

  dengan didampingi oleh tim dosen D3

  Posbindu di Dusun Glonggongan

  Keperawatan Stikes Majapahit. Hal yang

  Desa Sumber tebu-Bangsal

  menjadi topik wawancara antara lain:

  No. Penyakit Frekuensi Persentase

  Faktor risiko PTM antara lain: riwayat

  saat ini (f) (%)

  merokok, kebiasaan minum minuman

  1. Asamurat 17 21% manis, kopi dan beralkohol, kegiatan

  2. Diabetes 12 14% aktifitas fisik/olah raga, kebiasaan makan militus sayur dan buah, kebiasaan makan dengan

  3. Hipertensi 29 34% kandungan tinggi karbohidrat, lemak

  4. Lain-lain 10 12% tinggi dan asin, tekanan darah tinggi,

  5. Caries gigi 9 11% sering mengalami stres, riwayat penyakit

  6. Tidak ada 14 19% dahulu dan riwayat penyakit keluarga keluhan berkaitan dengan penyakit tidak menular.

  Hasil wawancara adalah sebagai berikut: Dari tabel diatas disimpulkan bahwa di menunjukkan bahwa rata-rata pasien

  Dusun Glonggongan paling banyak yaitu penderita PTM memiliki kebiasaan penyakit Hipertensi 29 (34%). minum kopi, merokok, dan memiliki pola makan yang kurang baik, seperti tinggi

  Tabel 3. Aktifitas Sehari-hari Lansia di

  garam untuk penderita hipertensi, tinggi

  Dusun Glonggongan Desa

  gula untuk diabetes mellitus, dan tinggi

  Sumbertebu, Bangsal protein untuk kasus gout. No. Aktifitas Frekuensi Presentase

  3. Meja 3 : Pengukuran, yaitu kegiatan yang Lansia (f) (%)

  mengukur TB, BB, IMT, Lingkar Perut.

  1. Bekerja

  8

  44 4.

   Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan

  2. Tidak Bekerja

  10

  56 yang memeriksa tekanan darah, gula, Jumlah 18 100 kolesterol dan trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara, uji fungsi

  Dari tabel 3 diatas dapat disimpul kan paru sederhana, IVA, kadar alkohol bahwa di Dusun Glonggongan yang paling pernafasan dan tes amfetamin urine. banyak adalah lansia yang tidak bekerja dalam 5.

   Meja 5: Konseling dan edukasi yaitu sejumlah 10 orang (56%). Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan Pemenuhan ADL lansia di Dusun keluhan saat ini di Dusun

  Glonggongan Desa Sumbertebu, Tabel 7. Jenis makanan yang dikonsumsi Bangsal lansia di Dusun Glonggongan

Pemenuhan Frekuensi Presentase Desa Sumbertebu, Bangsal

No. ADL Lansia (f) (%) No. Jenismakanan Frekuensi Presentase

  1. Mandiri

  16 89 yang (f) (%)

  dikonsumsi

  2. Dibantu

  2

  11 Sebagian

  1. Normal

  4

  22

  2. Tinggi (purin,

  14

  78 Jumlah 18 100 lemak, gula, garam)

  Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa di Dusun Glonggongan yang paling Dari tabel diatas dapat disimpul kan banyak adalah lansia yang mandiri yaitu bahwa di Dusun Glonggongan yang paling sejumlah 16 orang (89 %). banyak terdapat lansia yang menkonsumsi makanan tinggi (purin, lemak, gula, garam)

  Tabel 5. Frekuensi makan lansia yang ada

  yaitu sejumlah 14 orang (78 %). Masih

  di Dusun Glonggongan Desa

  tingginya konsumsi makanan tinggi purin,

  Sumbertebu, Bangsal

  lemak dan gula menyebabkan resiko tinggi

  Frekuensi Frekuensi Presentase No.

  terjadinya kondisi yang tidak stabil bagi

  makan (f) (%)

  penderita penyakit degeneratif (Harjana, 1. 1x sehari

  2011). Kelompok lansia merupakan kelompok 2. 2x sehari masyarakat yang paling banyak terdampak 3. 3x sehari 18 100 masalah degeneratif. Lansia adalah kelompok

  Jumlah 18 100 penduduk yang sudah berumur lebih dari 70 tahun yang merupakan kelompok dengan

  Dari tabel diatas dapat disimpulkan tingkat ketergantungan yang tinggi. Kualitas bahwa di Dusun Glonggongan yang paling hidup lansia ditentukan oleh riwayat penyakit banyak lansia yang makan 3x sehari yaitu yang diderita, kondisi psikologis (depresi), sejumlah 18 orang (100 %). dukungan keluarga dan aktivita fisik lansia sehari-hari (Kartiningrum, 2017).

  Tabel 6. Jumlah makan lansia yang ada di Dusun Glonggongan Desa Tabel 8. Penyakit yang dideritalansiapada Sumbertebu, Bangsal akhir posbindu PTM di Dusun Jumlah Frekuensi Presentase No.

  Glonggongan Desa Sumbertebu, makan (f) (%) Bangsal

  1. Habis

  8

44 No. Penyakit Frekuensi Presentase

  2. Tidakhabis

  10

  56

  yang (f) (%)

  Jumlah 18 100

  diderita

  1. Hipertensi 8 45% Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan

  2 DM 4 22% bahwa di Dusun Glonggongan yang paling

  3 Linu-linu 6 33% banyak lansia yang tidak habis makannya Jumlah 18 100% dalam sehari yaitu sejumlah 10 orang (56 %).

  Tabel diatas menyimpulkan bahwa di Dusun Glonggongan yang paling banyak terdapat lansia yang menderita penyakit hipertensi yaitu sejumlah 8 orang (45 %). Bentuk pemberdayaan masyarakat adalah melalui kegiatan posbindu PTM. Selanjutnya untuk terlaksananya kegiatan Posbindu PTM tersebut diperlukan pelatihan kader dengan memberikan muatan pengendalian factor kader kesehatan sebagai bagian dari kelompok 6.

  Kementerian Kesehatan RI. 2007. Pedom masyarakat peduli PTM diharapkan mampu an Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi(Kad melaksanakan deteksi dini faktor risiko PTM arzi). Jakarta. dan tindak lanjutnya secara mandiri.Kader 7.

  Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedom kesehatan diharapkan mampu berperan aktif an Umum Pengembangan Desadan Kelur dalam masyarakat dan bertindak sebagai ahan Siaga Aktif. Jakarta. motor penggerak (agent of change) dalam 8.

  Kementerian Kesehatan RI. 2011.Pedoma pengendalian PTM (Kementrian Dalam n Umum Pengelolaan Posyandu.Jakarta. Negeri RI, 2007). Dengan meningkatnya 9.

  Kementerian Kesehatan RI. 2011. Revital kesadaran masyarakat dalam identifikasi itasi Kebijakan Dasar PusatKesehatan Ma faktor risiko PTM merupakan daya ungkit bagi syarakat. Jakarta. pengendalian PTM sehingga menjadikan 10.

  Kementrian Kesehatan RI, Pusat Promosi program pengendalian PTM merupakan Kesehatan. 2011. RencanaOperasional Pr Untuk melaksanakan kegiatan tersebut nyakit TidakMenular Tahun 2010- diperlukan buku panduan untuk pelatihan 2014. Jakarta. kader kesehatan dalam pengendalian faktor 11.

  Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan da risiko (FR) PTM. Sehingga keberlanjutan n Pencegahan Diabetes Mellitus program diteruskan dengan pelatihan Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. posbindu secara terstruktur pada kader 12.

  Rahajeng, Ekowati. 2007. Posbindu PTM kesehatan.

  . Jakarta.

  13. Sudirman, Sulistro. 2003. P3K. Jakarta.

  5. KESIMPULAN

  Kegiatan Posbindu PTM merupakan kegiatan yang terintegrasi sehingga memerlukan peran serta semua pihak. Pelaksanaan pendampingan selama 3 bulan mampu menurunkan jumlah penderita yang rutin datang ke Posbindu.

  REFERENSI 1.

  Harjana, Arief. 2011. 812 Resep untuk Me ngobati 236 penyakit. Jakarta.RSCM Pusa t Diabetes dan Lipid Jakarta. 2010. Daftar Bahan MakananPenukar. Jakarta.

  2. Kartiningrum, Eka Diah. 2017. Kualitas Hidup Lansia Di Dusun Glonggongan Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto. Jurnal Hospital Majapahit Vol 9 No 2 Hal 42-47.

  3. Kementerian Dalam negeri RI. 2007. Ped oman Penataan KelembagaanMasyarakat.

  Jakarta.

  4. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Ma syarakat dalamPengembangan Desa Siaga (Untuk Kader. Jakarta.

  5. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Panduan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga