BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Drama Korea “Goblin” terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Drama Korea “Goblin”
Drama Korea ini merupakan drama yang ditulis oleh Kim Eun Seok dengan latar belakang cerita rakyat yang dipercayai oleh masyarakat di Korea Selatan. Kim Eun Seok sendiri sebelumnya juga mendapatkan kesuksesan di drama sebelumnya “Descendants Of The Sun”, sehingga tidak aneh ketika drama “Goblin” keluar banyak orang yang menantikan drama ini. “Goblin” sendiri ditayangkan di televisi Korea tvN dengan 16 episode. Dalam episode pertamanya, “Goblin” mencapai rating 6.3%, yang merupakan rekor rating tertinggi setelah sebelumnya dipegang drama “Reply 1988” di saluran televisi yang sama. Rating ini terus meningkat di setiap episode hingga sampai episode terakhir dengan peroleh 18.6%.
Drama ini mengusung genre fantasy-romance-drama dengan gimmick dari para pemerannya yang membuat drama ini sangat menarik. Drama ini memiliki kisah tentang seorang tentara perang bernama Kim Shin di masa lalu, yang harus mati terbunuh atas perintah raja yang iri kepadanya. Kematian Kim Shin justru mengubahnya menjadi seorang goblin, yang memiliki kehidupan abadi. Setelah menunggu 900 tahun, Kim Shin akhirnya bertemu dengan pengantinnya Ji Eun Tak, yang dapat mencabut kutukan yang merubahnya menjadi Goblin. Setelah naik turun perjalanan cinta Kim Shin dan Ji Eun Tak, pada akhirnya mereka berakhir hidup bersama dengan bahagia.
1.2 Karakteristik Responden
Sebelum peneliti melakukan analisis data, pertama akan dipaparkan mengenai karakteristik responden untuk mengetahui gambaran umum tentang responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden ini meliputi jenis kelamin, usia dan pendidikan.
4.2.1. Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 67 responden yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Meskipun mayoritas dari responden adalah perempuan, tetapi masih ada responden laki-laki yang juga melibatkan diri dalam penelitian ini. Hal ini terbukti dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)Laki-laki 11 16.4 % Perempuan 56 83.6 %
Total 67 100 % Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 50 (83.6%) orang. Dalam artikel yang ditulis di kompas.com, pada tahun 2010, 46% pengguna internet adalah perempuan yang tersebar di seluruh dunia. Dari statistik yang dirilis comscore.com, dikatakan perempuan menghabiskan waktu rata-rata 24,8 jam dalam penggunaan internet.
4.2.2. Usia
Berdasarkan data yang didapat di lapangan, dapat diketahui bahwa usia responden berkisar antara umut 18
- – 22 tahun.Dapat dilihat dalam tabel berikut:
18 4 6.0%
19 20 29.9 %
20 20 29.9 %
21 17 25.4 %
22 6 9.0 %
Total 67 100 % Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Dari data di atas, dapat dilihat kebanyakkan penonton berusia antara 19- 20 tahun. Sesuai dengan target sasaran usia penonton yang diberikan tvN untuk serial “Goblin” di umur 20-40 tahun, responden cukup memenuhi segmentasi tersebut.
4.2.3. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan dari responden sudah jelas bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif fakultas Ilmu Sosial dan
- – Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014 2017 yang sedang menempuh pendidikan strata satu (S1) sesuai dengan segmentasi drama Korea “Goblin” yang ditargetkan untuk anak remaja.
1.3 Karakteristik Variabel X
Variabel X dalam penelitian ini terdiri dari dua indikator, yaitu Intensitas menonton, dan Daya Tarik. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran indikator menonton drama Korea “Goblin” ini, maka digunakan empat kategori yang menunjukan kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap setiap item pernyataan yang digunakan yaitu sangat Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Analisis yang digunakan dalam indikator Intensitas menonton menggunakan analisis statistik deskriptif karena data yang terdapat bersifat rasio atau terbuka. Sementara indikator isi pesan dan daya tarik dianalisis dengan menggunakan skala indeks likert karena data bersifat ordinal.
4.3.1. Analisis Intensitas Menonton
a. Durasi Menonton Serial Drama Korea “Goblin”
Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dalam teori Kultivasi Gerbner terdapat dua karakteristik penonton yaitu (1) Penonton Berat (Heavy Viewer) yaitu mereka yang menonton lebih dari 4 jam setiap harinya; (2) Penonton Biasa (Light Viewer) yaitu yang menonton kurang dari 4 jam setiap harinya. Dari jumlah sampel yang didapat dari 61 responden penonton “Goblin” menurut tingkat frekuensinya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton Tingkat Keseringan No. Frekuensi Persentase (%) Menonton1 Heavy Viewer 36 53.7 %
2 Light Viewer 31 46.3 %
Jumlah 67 100 %
Jee Hyun Moon ,seorang peneliti dari Mirae Asset Daewoo, mengatakan bahwa drama merupakan kunci keberhasilan dari Korean Wave. Dalam satu judul drama yang rata-rata berkisar 16-20 episode, penonton dapat memperoleh banyak pengetahuan sekaligus, mulai dari kebudayaan, gaya busana, keindahan alam, dan akting para artis yang memukau penonton. Selain itu Jee Hyun Moon juga mengatakan banyak orang yang betah menonton drama Korea secara terus-menerus dikarenakan emosi para
1
penonton dibuat turun naik karena alur ceritanya, hal inilah yang menjadi salah satu alasan sampai dapat menjadi seorang Heavy Viewer.
b. Daya Tarik Menonton Serial Drama Korea “Goblin”
Berdasarkan data yang diperoleh data, hasil frekuensi menonton drama Korea “Goblin” para responden dalam seminggu adalah sebagai 1 berikut:
- diakses pada 07 Desember 2017 pukul 02.14 WIB.
9
14
1
1
- – 2 hari 25.0 % 45.2 %
12
12
2 2 – 3 hari 33.3 % 38.7 %
14
3
3
3
- – 4 hari 38.9 % 9.7 %
1
2 4 > 4 hari 2.8 % 6.5 %
36
31 TOTAL 100% 100% Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Dari hasil kuisioner seperti yang terlihat di atas, rata-rata penonton kelas Heavy Viewer menonton drama “Goblin” sebanyak 3 – 4 hari dalam satu minggu dengan durasi lebih dari 4 jam. Sedangkan penonton dalam kelas Light Viewer rata-rata menonton diantara 1
- – 3 hari dengan durasi kurang dari 4 jam dalam seminggu. Maka dapat disimpulan bahwa mahasiswa FISKOM rata-rata menonton drama Korea 1
- – 4 hari dalam seminggu.
4.3.2. Analisis Daya Tarik
Dalam indikator Isi Tayangan dan Daya Tarik terdiri dari delapan item pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai berikut :
= nilai jawaban maximum
- – nilai jawaban minimum Jumlah Kategori = 24 - 6 = 4.5
4 Tabel 4.5
Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel X Tingkat Presentase Interval Interpretasi Frekuensi Skala
(%)
Sangat Tidak
1
6 0 %
- – 10.5
Setuju
2
10.5 Tidak Setuju 16 23.9 %
- – 15
3
15 Setuju 32 47.8 %
- – 19.5
4
19.5 Sangat Setuju 19 28.4 %
- – 24
TOTAL 67 100%
Pada indikator likert variabel X di atas menunjukkan bahwa responden setuju dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi tayangan dan daya tarik drama Korea Goblin dengan jumlah 67 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pada indikator isi tayangan responden memiliki ketertarikan untuk menonton drama “Goblin”. Selain itu juga responden menyetujui bahwa mereka tertarik menonton “Goblin” karena pemain yang terkenal dan juga alur cerita yang menarik, hal ini dapat dilihat dari hasil pada indikator daya tarik.
1.4 Karakteristik Variabel Y
Variabel Y atau interaksi sosial mahasiswi FISKOM dalam peneliti ini terdiri dari empat indikator yaitu Imitasi, Sugesti, Simpati dan Identifikasi. Dalam indikator Y terdiri dari 16 butir pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai berikut : = nilai jawaban maximum
- – nilai jawaban minimum Jumlah Kategori = 52
- – 13 = 9.75
4 Tabel 4.6
Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel Y Tingkat Presentase Interval Interpretasi Frekuensi Skala
(%)
Sangat Tidak
1
13 2 3.0 %
- – 22.75
Setuju
2
22.75 Tidak Setuju 14 20.9 %
- – 32.5
3
32.5 Setuju 39 58.2 %
- – 42.25 4 42.25 - 52 Sangat Setuju
12 17.9 %
TOTAL 67 100%
Pada indikator variabel Y (Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM) menunjukkan rata-rata responden sebanyak 51 orang setuju dengan pernyataan-pernyataan yang diberikan. Hal ini menunjukkan pada indikator Imitasi, bahwa responden sebagian besar juga sering menggunakan istilah-istilah Korea dan juga menirukan gaya bicara orang Korea seperti yang mereka tonton di tay angan drama Korea “Goblin”. Selain itu pada indikator Sugesti juga dapat dilihat bahwa hasilnya para penonton atau responden tidak menyadari bahwa tokoh yang ada dalam “Goblin” adalah tokoh fiksi. Selanjutnya pada indikator Simpati, kebanyakan responden merasa senang ketika berbicara dengan lawan bicara yang sama-sama memiliki ketertarikan pada drama Korea, selain itu juga membuat responden ingin berbicara dengan istilah Korea satu sama lain. Terakhir, pada indikator Identifikasi mendapatkan hasil bahwa banyak responden yang ingin mempelajari bahasa Korea setelah menonton drama Korea “Goblin” juga mereka kadang ingin mempraktekkan adegan- adegan di drama “Goblin”.
1.5 Analisis Tabulasi Silang
Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara durasi menonton dengan interaksi sosial dengan mengkategorikan tipe penonton menurut teori Kultivasi milik Gerbner, yaitu Heavy Viewer dan Light Viewer, maka data akan diolah dengan menggunakan analisis tabulasi silang yaitu metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu tabel. Dan hasil tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Durasi Menonton Light Viewer dan Heavy Viewer terhadap Interaksi Sosial Kultivasi DURASI MENONTON Total Light Viewer Heavy Viewer InteraksiSangat Rendah
2
2 0 % 5.6 % 3.0 % Rendah
8
6
16 25.8 % 16.7 % 20.9 %
Tinggi
21
18
39 67.7 % 50.0 % 59.2 %
Sangat Tinggi
2
10
12 6.5 % 27.8 % 17.9 %
Total
31
36
67 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang memiliki interaksi sosial yang tinggi setelah menonton serial drama Korea ”Goblin” adalah sebanyak 28 responden (77.8%) yang berada pada kategori tipe penonton berat (Heavy Viewers). Hal ini telah membuktikan bahwa teori Kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner mengenai tipe penonton berat adalah benar. Penonton yang menonton lebih dari 4 jam sehari lebih terpengaruh dan percaya terhadap realitas yang dibentuk oleh media tersebut. Hal tersebut terjadi dalam penelitian ini dimana responden yang tergolong ke dalam kategori Heavy Viewer memiliki interaksi sosial yang lebih besar dibandingkan dengan responden Light Viewer yang menonton kurang dari 4 jam dalam sehari.
Hal ini juga menunjukkan kuatnya daya tarik tayangan serial drama Korea “Goblin” pada responden dengan menunjukkan adanya efek kuatnya media massa dalam memberikan terpaannya kepada perubahan perilaku seseorang dalam interaksi sosialnya. Tayangan drama Kor ea “Goblin” memberikan peran yang aktif dan menarik perhatian khalayaknya dalam memberikan hiburan dengan paket lengkap dimulai dari kreatifitas pengemasan, keunikan karakter, audiovisual yang memukau hingga jalan cerita yang unik dan menarik membuat khalayak setia menonton serial ini hingga akhir.
1.6 Pengujian Hipotesis
Sebelum peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan aplikasi pengolah data SPSS 16, peneliti membuat hipotesis yang telah dicantumkan dibab sebelumnya. Hipotesis tersebut adalah:
H : Drama Korea
“Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.
H 1 : Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.
Kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh antara drama Korea “Goblin” dengan interaksi sosial mahasiswa FISKOM sebelumnya peneliti akan melakukan uji asumsi klasik terhadap data yang didapat melalui kuisioner yang meliputi 4 tahap, yaitu (1.) Uji Normalitas; (2.) Uji Heteroskedastisitas; (3.) Uji multikolineritas, dan (4.) Uji Autokorelasi. Apabila pengujian tersebut dinyatakan lolos, selanjutnya peneliti akan menganalis data menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi statistik SPSS 16 untuk mengetahui hasil penelitian ini.
1.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Kolmogorov
- – Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas
dengan teknik Kolmogorov
- – Smirnov adalah jika nilai signifikasi lebih besar
2 Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RES2 N
67 Normal Parameters a Mean 10.5016 Std. Deviation 6.30425 Most Extreme Differences Absolute .075 Positive .075
Negative -.050 Kolmogorov-Smirnov Z .614 Asymp. Sig. (2-tailed) .845 a. Test distribution is Normal.
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0.845
> 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal dan tidak terkena masalah normalitas.
1.6.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual itu tetap, maka disebut
iakses pada 14
Desember 2017 pukul 01.46Homoskedastisitas, dan apabila varians dari residual itu berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas dan dasar pengambilan keputusan pada uji Heteroskedastisitas yaitu: 1. Jika nilai signigikansi > 0,05 berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas.
2. Jika nilai signigikansi < 0,05 berarti terjadi Heteroskedastisitas. Dalam uji Heteroskedastisitas ini dilakukan dengan teknik uji Glejser dimana teknik ini mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi dengan rumus:
Ut= a +BXt + vt
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser pada SPSS 17 adalah sebegai berikut:
Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejsera Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 1.550 2.290 .677 .501
Goblin .323 .203 .194 1.592 .116
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikasi variabel X atau “Goblin” sebesar 0,116 dan lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa variabel yang diuji tidak terjadi Heteroskedastisitas.
1.6.3 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi Multikolinieritas). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak ortogonal.
Dasar pengambilan keputusan pada uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Melihat nilai Tolerance
- Jika nilai Tolerance > 0,10 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data yang diuji.
- Jika nilai Tolerance < 0,10 = terjadi Multikolinieritas pada data yang diuji.
2. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
- Jika nilai VIF < 10,00 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data yang diuji
- Jika nilai VIF > 10,00 = terjadi Multikolinieritas pada data yang diuji Dan setelah melakukan olah data pada SPSS, hasil outputnya adalah sebagai berikut:
a Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance
VIF 1 (Constant) 2.125 9.150 .232 .817 Goblin 2.177 .464 .503 4.689 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Interaksi
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance variabel X atau “Goblin” 1,000 lebih besar dari 0,10; dan nilai VIF menunjukkan pada angka 1,000 lebih kecil dari 10,00. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak terjadi Multikolinieritas.
1.6.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui gangguan data yang bersifat
time series (data berdasarkan waktu). Model regresi seharusnya bebas dari
autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih data asli dengan data hasil regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X (variabel independen).
Dalam pengolahan dengan SPSS, deteksi adanya autokorelasi dapat dilihat dari besarnya angka DURBIN-WATSON (D-W). Secara umum pedoman besaran D-W adalah: 1. Jika angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi.
3. Jika angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Setelah melakukan uji autokorelasi pada SPSS 16, hasil outputnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .503 a .253 .241 12.41093 .941
a. Predictors: (Constant), Goblin
b. Dependent Variable: Interaksi Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui bahwa besarnya angka D-W adalah sebesar 0.941 dan berada diantara -2 sampai +2. Hal ini berarti menunjukkan bahwa penelitian ini tidak terjadi adanya autokorelasi. Dilihat dari uji asumsi klasis yang di analisis, yaitu Uji Normalitas, Uji
Heteroskedastisitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Autokorelasi diketahui bahwa semua tahap dalam uji asumsi tersebut dikatakan lolos, sehingga setelah melakukan uji asumsi peneliti dapat melakukan analisis regresi sederhana.
1.6.5 Analisis Regresi
Untuk menguji hipotesis ini, menggunakan regresi linear sederhana, dan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.12 Tabe
l Korelasi Menonton Drama Korea “Goblin”
dengan Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOMModel Summary
Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a
1 .503 .253 .241 12.41093
a. Predictors: (Constant), Goblin
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel diatas (Tabel Model Summary) diketahui bahwa korelasi parsial antara menonton drama Korea “Goblin” dan Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM dengan korelasi product
moment by pearson didapat nilai r hitung sebesar 0,503 dan berarti nilai korelasi
tersebut tergolong sangat kuat (>0,50) dan memiliki nilai positif (arah korelasi positif) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi menonton drama Korea “Goblin” maka interaksi sosial yang terjadi semakin tinggi.
Berdasarkan uji tabel korelasi tersebut, koefisien determinasinya (R
2 square) yang ditemukan yaitu seberar 0,254 atau sebesar 25.3% (R x 100%).
Artinya dalam penelitian ini pengaruh drama Korea “Goblin” (Variabel X) terhadap interaksi sosial mahasiswa FISKOM (Variabel Y) sebesar 25.3% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar penelitian ini.
Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh drama Korea “Goblin” terhadap interaksi sosial mahasiswa FISKOM, maka dapat dilihat pada tabel ANOVA sebagai berikut:
Tabel 4.13 Tabel ANOVAb
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. a1 Regression 3386.417 1 3386.417 21.985 .000 Residual 10012.031 65 154.031 Total 13398.448
66
a. Predictors: (Constant), Goblin
b. Dependent Variable: Interaksi Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Pembahasan:
Dalam analisis ANOVA ini dasar pengambilan keputusan dilihat berdasarkan:
- Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
- Jika probabilitas < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H : Drama Korea
“Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.
H 1 :
Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05. Jadi H1 diterima dan H0 ditolak dan artinya drama Korea “Goblin” mempengaruhi interaksi sosial mahasiswa FISKOM.
Tabel 4.14 Tabel Model Persamaan Regresia
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.1 (Constant) 2.125 9.150 .232 .817
Goblin 2.177 .464 .503 4.689 .000a. Dependent Variable: Interaksi
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017 Pembahasan:
Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi sederhana linier yang diperoleh berdasarkan perhitungan diatas adalah sebagai berikut:
Y= a + bX
Y Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM = 2.125 + 2.177 Menonton drama Korea “Goblin” Konstanta sebesar 2.125 menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel tingkat Menonton drama Korea, maka besarnya nilai Interaksi Sosial adalah 2.125.
Koefisien regresi sebesar 2.177 pada variabel Menonton drama Korea, artinya bahwa setiap penambahan 1 nilai variabel menonton drama Korea, maka akan meningkatkan interaksi sosial sebesar 4.302. Selain menggambarkan persamaan regresi output ini, peneliti juga akan menampilkan uji signifikasi dengan uji t yang bertujuan untuk mengetahui apakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap variabel Y. Dari output model persamaan regresi pada tabel 4.14, model persamaan regresi diketahui bahwa nilai t hitung = 4.689 dengan nilai signifikasi 0,000. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Jika nilai probabilitas > 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak
- Jika nilai probabilitas < 0,05, H0 ditolak dan H1 diterima Jadi kesimpulannya adalah berdasarkan probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel Menonton drama Korea “Goblin” secara signifikan mempengaruhi terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa FISKOM (0,000 < 0,05).
1.7 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara menonton drama Korea “Goblin” dengan interaksi sosial mahasiswa FISKOM.
Variabel menonton drama Korea “Goblin” yang dimaksud dalam penelitian ini diukur dengan dua indikator yaitu Intensitas menonton tayangan drama Korea dan Daya tarik drama Korea. Sedangkan variabel interaksi sosial mahasiswa FISKOM diukur menggunakan empat indikator yaitu, Imitasi, Sugesti, Simpati, dan Identifikasi. Dari kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel (X) menonton drama Korea “Goblin” dengan variabel (Y) interaksi sosial mahasiswa
FISKOM. Signifikansi hubungan antara variabel X dengan variabel Y dibuktikan dengan uji hipotesis yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara menonton drama Korea “Goblin” dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial meliputi empat komponen, yaitu imitasi, sugesti, simpati, dan identifikasi. Dari keempat komponen tersebut menunjukkan sikap responden yang telah menonton drama Korea “Goblin”, yaitu responden menjadi lebih berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan menirukan istilah-istilah dan gaya bahasa dalam drama tersebut (Imitasi), juga mempercayai bahwa apa yang terjadi dalam drama tersebut adalah nyata seperti tokoh, jalan cerita, dll (Sugesti), berbicara kepada orang lain terutama jika mereka memiliki kesamaan yaitu seputar drama Korea (Simpati), hingga mereka juga ingin mempelajari bahasa Korea karena menonton drama “Goblin” (Identifikasi). Semakin responden terhanyut dengan jalan cerita drama “Goblin” maka semakin besar juga keinginan responden untuk berinteraksi kepada orang lain. Hal ini ditunjukkan pada tabel karakteristik variabel Y (tabel 4.6) dimana kebanyakan responden setuju dengan interaksi sosial yang akan terjadi karena menonton drama “Goblin”.
Berdasarkan uji hipotesis, nilai korelasi r hasil adalah 0,503 dan nilai korelasi ini tergolong sangat kuat serta memiliki arah korelasi yang positif dan searah. Artinya semakin sering mahasiswa FISKOM menonton drama Korea
“Goblin”, maka akan semakin besar interaksi sosial yang terjadi dan begitu pula sebaliknya, semakin jarang orang melihat drama Korea
“Goblin”, maka interaksi sosialnya akan semakin kecil. Ini berarti responden yang menonton drama korea “Goblin” lebih dari 4 jam dalam sehari
(heavy viewer) cenderung mempunyai dampak yang lebih besar untuk terjadinya interaksi sosial dibandingkan dengan responden ya ng menonton drama korea “Goblin” kurang dari empat jam dalam sehari (Light Viewers) dengan adanya hasil ini, semakin memperkuat dugaan bahwa ada dampak secara nyata antara menonton drama Korea “Goblin” terhadap interaksi sosial.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang sama-sama mengenai drama Korea. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yessi Paradina Sella (Universitas Mulawarman) 2013, Tentang Analisa Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar (Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda). Semakin rutin menonton drama Korea tersebut, maka akan semakin tinggi perubahan perilaku meniru atau perilaku imitasi. Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Deansa Putri yang berjudul “Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja” (Universitas Diponegoro) 2013 yang diperoleh hasil terdapat hubungan yang sangat signifikan antara menonton drama Korea dengan variabel berpakaian remaja dengan nilai korelasi sebesar 0.540 dan nilai signifikasi sebesar 0.000.
Teori Kultivasi milik Gerbner memfokuskan diri pada proses penanaman nilai media bagi khalayak, seperti halnya media sebagai alat ukur utama untuk menanamkan pandangan terhadap dunia. Maka manusia menjadi percara bahwa hal tersebut adalah sebuah realitas seperti apa yang sudah mereka lihat dalam media. Dalam penelitian ini peneliti menggolongkan kelas Heavy Viewer dan Light Viewer. Efek kultivasi ini memiliki pengaruh yang kuat pada responden. Hal ini ditunjukan bahwa tipe penonton berat (heavy viewer) mempunyai keinginan berinteraksi sosial yang lebih besar sebesar 77.8% daripada penonton ringan (light viewer) yang memiliki ekspektasi sebesar 74,2%. Hal ini membuktikan bahwa teori kultivasi Gerbner yang mengatakan bahwa khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam (Heavy Viewer) lebih percaya terhadap realitas yang dibentuk oleh media, dan penonton ringan (light viewer) memiliki akses media yang lebih luas sehingga sumber informasi mereka lebih variatif. Dan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin sering mereka menonton drama Korea tersebut, semakin besar pula keinginan mereka untuk berinteraksi dan mewujudkan apa yang mereka lihat didalam media tersebut menjadi sebuah realitas dalam dunia nyata.
Pada akhirnya peneliti dapat mengetahui bahwa terjadi pula komunikasi lintas budaya yang membuat responden juga memiliki ketertarikan untuk mempelajari bahasa Korea agar dapat berinteraksi dengan orang lain. Keinginan berinteraksi satu sama lain akan menjadi sangat tinggi ketika kedua orang tersebut memiliki kesamaan terhadap hal yang mereka suka. Misalnya pada penelitian ini adalah sama-sama suka menonton drama Korea “Goblin”, hal ini membuat responden ingin saling berinteraksi, berkomunikasi, dan juga berbagi cerita terhadap apa yang sudah mereka tonton dalam drama tersebut.
Dalam penelitian ini juga terjadi komunikasi lintas budaya yang dapat memberikan pengaruh cukup besar pada responden. Korean Wave memilliki pengaruh cukup besar dalam penyebaran budayanya, sehingga mampu untuk mendominasi trend yang ada di jaman sekarang ini. Tidak hanya dalam mengimitasi cara berpakaian pada penelitian sebelumnya, dapat diketahui melalui in depth interview dengan beberapa responden bahwa dengan menonton drama Korea adalah salah satu hal yang sangat utama bagi beberapa responden. Menurut responden dengan menonton drama Korea merupakan salah satu cara agar tidak tertinggal trend yang sedang berkembang sekarang ini di Korea. Dengan menonton drama Korea juga kita sebagai penonton dapat mengetahui perkembangan budaya di Korea. Bagi para penonton drama Korea, menguasai bahasa Korea merupakan salah satu keinginan yang sangat besar, karena dengan menguasai bahasa Korea penonton dapat menonton drama tanpa harus menunggu edisi yang di translate. Maka dari itu pada awalnya mereka memilih untuk mencoba dengan menirukan kalimat-kalimat yang ada di drama tersebut. Para responden setuju bahwa dengan menirukan kalimat dan gaya bicara seperti yang ada di drama “Goblin” membantu mereka untuk menguasai bahasa Korea lebih dalam lagi tanpa harus mengikuti kursus bahasa Korea.