BAB II HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Memutus Bagian Waris Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Pengadilan Agama

BAB II HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Untuk masuk ke substansi adanya pergeseran pembagian waris antara anak laki- laki dan anak perempuan, maka dalam Bab II ini akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian dan analisis.

A. Tinjauan Pustaka

A.1 Hukum Waris

A.1.1 Pengertian Hukum Kewarisan Islam

Sistem hukum kewarisan Islam adalah sistem hukum kewarisan yang diatur dalam Al- 14 qur’an, Sunah/Hadis, dan ijtihad . Dalam Kompilasi

Hukum Islam, hukum waris diatur dalam Buku II Pasal 171 KHI sampai dengan Pasal 214 KHI. Pewarisan menurut sistem hukum kewarisan Islam adalah proses pemindahan harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia, baik berupa hak-hak kebendaan maupun hak-hak lainnya kepada ahli warisnya yang dinyatakan berhak oleh hukum.

Menuruf Idris Djakfar hukum kewarisan Islam adalah seperangkat aturan-aturan hukum tentang perpindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris, mengatur kedudukan ahli waris yang berhak dan berapa bagian-bagiannya masing-masing secara adil dan sempurna sesuai

dengan ketentuan syariat 15 . Muhammad Ali ash-Shabuni memberikan makna Almirats (waris) menurut istilah, yaitu: “berpindahnya hak

14 Ijtihad yaitu pemikiran sahabat atau ulama dalam menyelesaikan kasus-kasus pembagian warisan, yang belum atau tidak disepakati. Mardani, 2014, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,

Ed.1. cet.1, Jakarta: Rajawali Pers, h.14 15 Syamsulbahri Salihima, Loc.cit, h.28 Ed.1. cet.1, Jakarta: Rajawali Pers, h.14 15 Syamsulbahri Salihima, Loc.cit, h.28

atau apa saja yang berupa hak milik secara 16 syar’i . Sementara menurut Prof. Muhammad Amin Suma, hukum kewarisan Islam yaitu hukum yang

mengatur peralihan kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menetapkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris, menentukan berapa bagian masing-masing ahli waris, dan mengatur kapan pembagian

harta kekayaan pewaris dilaksanakan 17 . Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta

peninggalan (tirkah) 18 pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing 19 . Dari definisi tersebut, ada beberapa aspek dalam hukum kewarisan yaitu 20 :

a) Tentang pemindahan hak kepemilikan harta warisan pewaris. Peralihan hak milik pewaris kepada para ahli warisnya berlaku secara ijbari (otomatis). Salah satu asas yang sangat prinsispil dalam hukum kewarisan Islam adalah asas ijbari (otomatis). Asas ini mengandung arti bahwa peralihan harta dari seorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya tanpa bergantung kepada kehendak pewaris atau kehendak ahli warisnya. Dengan demikian, begitu seorang dinyatakan meninggal

16 Ibid 17 Muhammad Amin Suma, 2004, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta:

Rajagrafindo Persada, h.108 18 Tirkah (harta peninggalan pewaris) yaitu harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Lihat Pasal 171 huruf d Kompilasi Hukum Islam.

19 Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam. 20 M. Anshari MK, 2013, Hukum Kewarisan Islam dalam Teori dan Praktik, cet.1,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.1-7 Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.1-7

b) Siapa yang termasuk ahli waris. Ketentuan ini dijumpai dalam penjelasan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama sebagai perubahan pertama atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 sebagai perubahan kedua. Yang menyatakan :

“Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris. ”

c) Manyangkut masalah bagian perolehan masing-masing ahli waris. Di dalam Al- Qur’an surat an-Nisa [4]:11,12 dalan ayat 176 ditegaskan beberapa kelompok ahli waris yang memperoleh bagian ½, 1/3, ¼, 1/6, dan 1/8, yang dikenal sebagai ahli waris “dzawil furudh ”, yaitu ahli waris yang telah ditentukan besaran bagiannya secara tegas di dalam nash. Sementara ahli waris ashabah, yaitu ahli waris yang mengambil sisa bagi harta warisan. Pengertian hukum kewarisan Islam yang dikemukakan oleh pakar

hukum tersebut, pada dasarnya bahwa hukum kewarisan Islam berkaitan dengan berakhirnya harta kekayaan seseorang pada saat meninggal dunia kepada ahli warisnya secara ijbari (otomatis). Sehingga dapat dipahami hukum tersebut, pada dasarnya bahwa hukum kewarisan Islam berkaitan dengan berakhirnya harta kekayaan seseorang pada saat meninggal dunia kepada ahli warisnya secara ijbari (otomatis). Sehingga dapat dipahami

hukum Islam 21 .

A.1.2 Dasar Hukum Kewarisan Islam

Hukum kewarisan Islam sumber utamanya adalah Al-Qur ’an, yang mengatur secara tegas maupun tersirat. Beberapa ayat Al-Qur ’an yang menjelaskan mengenai pelaksanaan hukum kewarisan Islam 22 , yaitu:

a) Al-Qur’an Surat an-Nisā’ (4):7 yang menyatakan: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan

kedua orangtua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orangtua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian

yang telah ditetapkan”.

b) Al-Qur’an Surat an-Nisā’ (4):11 yang menyatakan: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anakanakmu, yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh setengah. Untuk kedua orang ibu-bapa, bagian masing- masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu- bapanya (saja), maka ibu mendapat sepertiga. Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di

22 Syamsulbahri Salihima, Loc.cit, h.28-29 Ibid, h.30-24 22 Syamsulbahri Salihima, Loc.cit, h.28-29 Ibid, h.30-24

mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

c) Al-Qur’an Surat an-Nisā’ (4):12 menyatakan: Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudaraseibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudahdibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, Allah Maha m engetahui lagi Maha Penyantun.”

Selain Al-Qur ’an, sumber lain dari hukum kewarian Islam adalah Hadis, seperti Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a yang menyebutkan: “Rasulullah SAW bersabda: bagikan harta warisan kepada ahli waris (yang berhak, dzawil furuudh), sedang sisanya untuk saudara laki-laki yang terdekat (ashabah). Selain itu Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a yang menyebutkan: “Rasulullah SAW bersabda: bagikan harta warisan kepada ahi waris (dzawil furuudh) sesuai Selain Al-Qur ’an, sumber lain dari hukum kewarian Islam adalah Hadis, seperti Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a yang menyebutkan: “Rasulullah SAW bersabda: bagikan harta warisan kepada ahli waris (yang berhak, dzawil furuudh), sedang sisanya untuk saudara laki-laki yang terdekat (ashabah). Selain itu Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a yang menyebutkan: “Rasulullah SAW bersabda: bagikan harta warisan kepada ahi waris (dzawil furuudh) sesuai

Dikarenakan Islam adalah kelompok mayoritas di Indonesia, maka diperlukan hukum yang jelas sehingga dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat maupun penegak hukum yang beragama Islam. Maka dari itu, muncullah dasar Kompilasi Hukum Islam untuk menjembatani penerapan hukum Islam di Indonesia karena dengan kemunculannya dapat menengahi berbagai pendapat di kalangan para hakim Pengadilan Agama karena hingga saat ini Kompilasi Hukum Islam menjadi rujukan yang tepat bagi para hakim dan pencari keadilan dalam menyelesaikan permasalahan tentang kewarisan Islam yang dimuat dalam Pasal 171 sampai dengan

Pasal 214 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 23 .

A.1.3 Syarat-syarat dalam Kewarisan Islam

Sistem Hukum kewarisan Islam pada persoalan terhadap ahli waris untuk berhak menerima warisan, maka harus memiliki tiga syarat, syarat-

syarat tersebut antara lain 24 :

a) Pewaris Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama

Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan 25 . Suatu hal yang sangat esensial dalam masalah kewarisan adalah adanya

23 Lihat KompilasiHukum Islam pada Buku II tentang Hukum Kewarisan 24 M. Anshari MK, Loc cit, h.7-12

25 Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam 25 Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam

(1) Mati hakiki Mati hakiki ialah hilangnya nyawa seseorang, baik kematian itu disaksikan dengan pengujian, atau dengan pendeteksian dan pembuktian, yakni kesaksian dua orang yang adil atau lebih atas kematian seseorang, seperti seorang sakit yang disaksikan oleh Dokter beserta keluarganya.

(2) Mati hukmi atau mati menurut putusan hakim Mati hukmi ialah suatu kematian yang disebabkan oleh suatu keputusan hakim, seperti jika seorang hakim memvonis kematian si mafqudi (hilang) yakni orang yang tidak diketahui kabar beritanya, tidak diketahui kabar domisilinya, dan tidak pula diketahui hidup atau matinya. Status orang seperti ini jika telah melewati batas waktu yang telah ditentukan untuk pencariannya, sehingga berdasarkan atas sangkaan yang kuat, dapat dikategorikan sebagai orang yang telah mati (secara yuridis).

(3) Mati taqdiri atau mati menurut perkiraan. Mati taqdiri ialah suatu kematian yang berdasarkan atas dugaan sangat kuat. Seperti ikut ke medan perang, atau tujuan lain yang secara lahiriyah mengancam dirinya.

26 Syamsulbahri Salihima, Loc.cit, h.54-55

Dengan demikian, pewarisan baru muncul manakala ada orang meninggal dunia, tanpa ada yang meninggal dunia maka tidak akan ada pembicaraan mengenai waris.

b) Ahli waris Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk

menjadi ahli waris 27 . Terhalangnya seseorang untuk menjadi ahli waris dapat disebabkan, antara lain 28 :

(1) Perbudakan. Seorang budak dipandang tidak cakap menguasai harta benda, status keluarga terhadap kerabat-kerabatnya sudah putus karena ia menjadi keluarga asing (Alquran Surat An- Nahl ayat 5)

(2) Karena Pembunuhan. Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasullulah saw bahwa orang yang membunuh tidak dapat mewaris dari pewaris yang dibunuh . (HR. Tirmizi dan Ibnu Majah).

(3) Berlainan agama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 221, bahwa laki-laki muslim dilarang menikahi wanita musrik, demikian sebaliknya wanita muslim dilarang menikahi laki-laki musrik .

(4) Murtad. Berdasarkan hadis Rasullulah riwayat Abu Bardah, menceritakan bahwa saya telah diutus oleh Rasullulah saw.

28 Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam H. M. Idris Ramulyo, 2004, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , Ed.revisi, cet.1, Jakarta: Sinar Grafika, h.88 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , Ed.revisi, cet.1, Jakarta: Sinar Grafika, h.88

(5) Karena hilang tanpa berita. Seseorang yang hilang tanpa berita dan tidak diketahui di mana alamat dan tempat tinggalnya selama 4 tahun atau lebih maka orang tersebut diangap mati dengan hukum mati hukmi yang sendirinya tidak dapat mewaris dan pernyataan mati dengan putusan hakim.

c) Harta peninggalan Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun

hak-haknya 29 . Istilah harta peninggalan lebih berorientasi kepada harta benda yang dimiliki seseorang semasa hidupnya yang masih

tergabung dan belum terpisah antara harta bawaan pewaris dan harta bersama dengan pasangan hidup terlama, utang-utang keluarga, wasiat, dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan tajhiz.

A.2 Putusan Hakim

Hakim adalah salah satu predikat yang melekat pada seseorang yang memiliki pekerjaan dengan spesifikasi khusus dalam bidang hukum dan peradilan sehingga banyak bersinggungan dengan masalah mengenai kebebasan dan keadilan secara legal dalam konteks putusan atas perkara

29 Pasal 171 huruf d Kompilasi Hukum Islam 29 Pasal 171 huruf d Kompilasi Hukum Islam

lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yakni dalam Pasal 1 angka 5 yang menyatakan:

Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.

Dalam melaksanakan proses mengadili, seorang hakim tetap harus memperhatikan tiga asas peradilan yaitu sederhana, cepat, dan biayaringan. Disebut dengan “sederhana” adalah bahwa pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif. Disebut dengan “biaya ringan” adalah bahwa biaya perkara yang dapat dijangkau

oleh masyarakat. Namun demikian, asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara di pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran

dan keadilan 31 . Dalam Undang-Undang tersebut, secara normatif disebutkan tugas Hakim

antara lain :

a) Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.

30 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 31

Penjelasan Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Penjelasan Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

c) Menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasakeadilan yang hidup dalam masyarakat.

d) Tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkarayang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkanwajib untuk memeriksa dan mengadilinya.

e) Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta.

Sebagai bentuk akhir dari proses mengadili, Hakim kemudian mengeluarkan produk hukum yang disebut putusan.Putusan Hakim berisi pertimbangan Hakim. Pertimbangan dalam putusan perdata dibagi 2, yaitu tentang duduk perkara atau peristiwanya dan pertimbangan tentang hukumnya. Apa yang dimuat dalam bagian pertimbangan Hakim dari putusan

Hakim sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat mengapa ia sampai mengambil

putusan demikian, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai objektif 32 .

Pertimbangan Hakim didasarkan pada proses pemeriksaan fakta dan bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Seorang Hakim apabila ingin menjatuhkan putusan yang baik dalam memberikan pertimbangannya

32 Sudikno Mertokusumo, 2013, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka, h.232 32 Sudikno Mertokusumo, 2013, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka, h.232

“Segala penetapan dan putusan Pengadilan, selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasarnya juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”

Pertimbangan Hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan Hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan

dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung 33 .

Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan Hakim hendaknya juga memuat tentang hal-hal sebagai berikut 34 :

33 Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.140 34

Ibid , h.141 Ibid , h.141

b) Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.

c) Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.

Dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 dikatakan “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”. Kekuasaan kehakiman

yang merdeka adalah kekuasaan yang bebas dari pengaruh pihak manapun dalam mengadili dan menegakkan hukum 35 . Hakim memiliki kebebasan

untuk memberikan pertimbangan dan menjatuhkan suatu putusan pengadilan sesuai dengan kewenangannya. Kebebasan Hakim dalam memberikan pertimbangan dan menjatuhkan putusan terdapat dalam Pasal

3 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian peradilan dan segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam UUD RI Tahun 1945. Secara kontekstual ada tiga esensi yang terkandung

35 Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h. 34 35 Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h. 34

a) Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan.

b) Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim.

c) Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan fungsi yudisialnya. Akan tetapi, kebebasan dalam konsep kekuasaan Hakim bukanlah suatu kebebasan mutlak. Kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak boleh melanggar dan merugikan kebebasan orang lain. Kebebasan seorang Hakim terbagi dalam dua jenis yaitu kebebasan eksistensial hakim dan kebebasan sosial hakim. Kebebasan eksistensial adalah kebebasan hakiki yang dimiliki oleh setiap manusia tanpa melihat predikat yang melekat padanya.Pada profesi hakim kebebasan eksistensial menegaskan bahwa seorang hakim harus mampu

menentukan dirinya sendiri dalam membuat putusan pengadilan 37 . Sementara itu menurut Magnis Suseno, kebebasan sosial merupakan ruang

gerak bagi kebebasan eksistensial. Kebebasan yang diberikan oleh lingkungan sosial merupakan batas kemungkinan untuk menemukan diri

sendiri 38 .

36 Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif

, Jakarta: Sinar Grafika, h. 104 37 H. Ahmad Kamil, 2012, Filsafat Kebebasan Hakim, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, h.170 38 Ibid., h.171

Pada dasarnya, terdapat beberapa teori pendekatan yang digunakan oleh hakim di dalam pertimbangannya, yaitu: 39

a) Teori Keseimbangan Teori keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan dan berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban.

b) Teori Pendekatan Intuisi Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi, dalam menjatuhkan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana.

c) Teori Pendekatan Keilmuan Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata -mata atas dasar intuisi atau insting semata, tetapi harus dilengkapi dengan

39 Ahmad Rifai, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif,

Jakarta: Sinar Grafika, h.105-112 Jakarta: Sinar Grafika, h.105-112

d) Teori Pendekatan Pengalaman Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang di hadapinya setiap hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagai mana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban, maupun masyarakat.

e) Teori Ratio Decidendi Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang lebih relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan.

B. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pergeseran dari pembagian warisan antara anak laki-laki dengan anak perempuan dari 2:1 menjadi 1:1, dalam tulisan ini dikemukakan 4 contoh kasus putusan Hakim dalam membuat putusan atas pembagian harta warisan untuk anak perempuan dan anak laki- laki. Deskripsinya sebagai berikut :

B.1 Putusan Nomor: 338/PDT.G/1998/PA.UPG

Pengadilan Agama Kelas IA Ujungpandang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata telah memutus perkara antara Sutini Supardjo, Suhardi Supardjo, Susanto Supardjo yang berkedudukan sebagai Penggugat melawan Herry Supardjo, Sutina Supardjo, Ferry Supardjo, Astuti Supardjo, dan Ismady Supardjo, yang berkedudukan sebagai Tergugat. Duduk Perkara :

a) Bahwa Supardjo, BBA telah meninggal dunia pada 18 November 1973 dan istrinya Ny. Nelly Supardjo meninggal dunia pada 11 Maret 1998 dengan meninggalkan anak sebagai ahli waris, yakni Herry Supardjo, Sutini Supardjo, Sutina Supardjo, Suhardi Supardjo, Susanto Supardjo, Astuti Supardjo, Perry Supardjo, dan Ismady Supardjo.

b) Bahwa Supardjo dan istrinya semasa hidupnya telah mendirikan usaha rumah makan Ayam Goreng Sulawesi dan dari hasil usahanya telah membeli barang bergerak dan tidak bergerak yang telah dikuasai anak-anaknya, berupa : (1) Ruko di Jln. Sulawesi No.25 Ujungpandang (2) Rumah di Jln. Sulawesi Lorong 198 No.21 Ujungpandang (3) Ruko di Jln. Nusantara No.334 Ujungpandang (4) Rumah di Jln. Tinumbu Lorong 132/5 (5) Rumah di Jln. Maccini Raya No.177 Ujungpandang

(6) Ruko di Jln. Sultan Hasanuddin No.17/Ince Nurdin No.2 Ujungpandang (7) Tanah dan rumahnya di Jln. Bawakaraeng NO. 127 A (8) Rumah dan tanahnya di Jln. Kakatua II Ujungpandang (9) Satu unit mobil Kijang DD. 191 5 FA (10) Satu unit mobil Chevrolet DD.2901 RA, dan DD.2833 DA (11) Satu unit mobil Kijang Pick Up DD.1462 TA (12) Satu unit mobil Hiace Pick Up DD.250 TA (13) Harta lain yang tersimpan dalam brangkas di Jln. Nusantara

No.334 Ujungpandang (14) Perusahaan PT Ayam Goreng Sulawesi yang terdapat di Jln. Sulawesi No.285 Ujungpandang dan di Jln. Sultan Hasanuddin No.17/Ince Nurdin No.2 Ujungpandang dengan saham berjumlah 1000 lembar dengan nilai nominal Rp.1.000.000 per lembar beserta seperangkat peralatan perusahaan.

c) Bahwa menurut syariah bagian anak laki-laki dua kali bagian anak perempuan (Surat an- Nisaa’ ayat 12) sehingga karena ahli waris terdiri 5 anak laki-laki dan 3 anak perempuan maka pemecahannya dengan asal masalahnya menjadi 13

d) Bahwa Penggugat telah berusaha supaya harta peninggalan dikumpulkan kemudian dibagi kepada ahli waris sesuai bagiannya masing-masing dan apabila tidak dapat dibagi maka akan dijual lelang dan hasilnya dibagi kepada ahli waris d) Bahwa Penggugat telah berusaha supaya harta peninggalan dikumpulkan kemudian dibagi kepada ahli waris sesuai bagiannya masing-masing dan apabila tidak dapat dibagi maka akan dijual lelang dan hasilnya dibagi kepada ahli waris

a) Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya

b) Menyatakan sita jaminan atas semua barang objek sengketa dalam perkara ini sah dan berharga

c) Menyatakan menurut hukum bahwa barang-barang yang menjadi objek sengketa adalah harta warisan yang belum terbagi

d) Menyatakan ahli waris Supardjo, BBA dan Ny. Nelly Supardjo berhak atas objek warisan dan usaha PT Ayam Goreng Sulawesi adalah milik bersama dan hasilnya dibagi seimbang antara ahli waris

e) Menghukum tergugat untuk menyerahkan semua harta warisan bersama Penggugat untuk dilakukan pembagian dan apabila tidak diserahkan akan dilakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara dan hasilnya dibagikan kepada ahli waris

f) Menyatakan Perusahaan Ayam Goreng di Jl. Sulawesi dan Jln. Sultan Hasanuddin dihentikan sementara usahanya sampai putusan ini berkekuatan hukum tetap

g) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara Pertimbangan hakim g) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara Pertimbangan hakim

b) Pasal 176 KHI tidak final bila dikaitkan dengan Pasal 229 KHI yang mewajibkan hakim untuk memperhatikan nilai hukum yang hidup dalam masyarakat sehingga putusannya sesuai rasa keadilan

c) Hasil penelitian Litbang Makassar di Sulawesi Selatan tentang kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum kewarisan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat akan hukum kewarisan Islam sangat tinggi terutama dalam perbandingan bagian antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Tetapi ketika hendak membagi warisan di luar pengadilan, mereka memilih membagi rata, yakni 1 bagian untuk anak laki-laki dan 1 bagian untuk anak perempuan.

d) Kesadaran hukum yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat Islam di Sulawesi Selatan yang sama rata tidak bersesuaian dengan Pasal 176 KHI bersumber dari ayat lidzakari mitslu hadhdhil untsayaini

e) Perbandingan warisan 2:1 dapat dikesampingkan dengan Pasal 183 KHI

f) Pasal 176 KHI tergolong dhanniyut tanfiedz atau bersifat fakultatif

g) Keadaan masyarakat Arab ketika Al-Qur’an turun masih mengenal perbudakan namun semangat Al- Qur’an berupaya menghapus penindasan dalam masyarakat

Putusan Hakim

a) Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian a) Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

c) Menetapkan masing-masing ahi waris mendapatkan 1/8 bagian

d) Perusahaan PT Ayam Goreng Sulawesi yang terdapat di Jln. Sulawesi No.285 Ujungpandang dan di Jln. Sultan Hasanuddin No.17/Ince Nurdin No.2 Ujungpandang berikut saham dan kewajiban perusahaan dibagi kepada ahli waris

e) Menyatakan tidak menerima untuk selain dan selebihnya

f) Membebankan biaya perkara kepada kedua belah pihak sebesar Rp. 4.718.500

B.2 Putusan nomor: 97/Pdt.G/2002/PA Pkj.

Pengadilan Agama Kelas Pangkajene yang memeriksa dan mengadili perkara perdata telah memutus perkara antara Tahir Sahude, sebagai Penggugat melawan Hamima, Bahria dan Mina yang berkedudukan sebagai Tergugat. Duduk Perkara :

a) Lelaki Sahude yang menikah dengan perempuan Bonga telah dikarunia 3 orang anak, yakni Hamima (Perempuan), Sitti Abeng (Perempuan, meninggal tahun 1999 tanpa meninggalkan ahli waris), dan Tahir (laki-laki)

b) Sahude meninggal tahun 1962 dan Bonga meninggal tahun 1982, meninggalkan harta warisan yang belum terbagi, berupa :

(1) Tanah perumahan yang terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,06 Ha dengan kohir nomor 816 CI persil nomor 49 D II dengan batas Utara: tanah H. Dg. Bani; batas Timur: tanah Pammula/Lewa; batas Barat: tanah Kareda; batas Selatan: tanah Sitti/Sainuddin

(2) Empang yang dikenal dengan nama Lapejje terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,18 Hadengan kohir nomor 816 persil nomor 5 D dengan batas Utara: tanah/empang Naping; batas Timur: tanah/empang Lewa; batas Barat: tanah/empang Naping; batas Selatan: tanah/empang Jeppu

(3) Empang terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,06 Hadengan kohir nomor 816 persil nomor 5 D dengan batas Utara: tanah/empang Pajji; batas Timur: tanah/empang Cenra; batas Barat: tanah/empang Sarialan; batas Selatan: tanah/empang Naping

(4) Empang yang dikenal dengan nama Abbekae terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,06 Hadengan kohir nomor 816 persil nomor 5 D dengan batas Utara: tanah/empang Naping; batas Timur: sungai; batas Barat: sungai; batas Selatan: sungai

(5) Empang yang dikenal dengan nama Karanjeng terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,47 Hadengan kohir nomor 816 persil nomor 44 S III dengan batas Utara: tanah/empang Musu; batas Timur: tanah/empang Maintang

Bahar; batas Barat: tanah/empang H. Dg. Nassa; batas Selatan: tanah/empang H. Dg. Nassa

(6) Empang yang dikenal dengan nama Tuli-Tulie terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,36

Hadengan kohir nomor 17 persil nomor 44 S III dengan batas Utara: tanah/empang H. Dg. Nassa; batas Timur: tanah/empang Maintang Bahar; batas Barat: tanah/empang H. Dg. Nassa; batas Selatan: tanah/empang H. Dg. Nassa

(7) Empang yang dikenal dengan nama Sokoe terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,50

Hadengan kohir nomor 1176 CI persil nomor 42 S III dengan batas Utara: tanah/empang H. Dg. Nassa; batas Timur: tanah/empang Suddin; batas Barat: tanah/empang H. Beddu; batas Selatan: tanah/empang H. Juma

(8) Empang yang dikenal dengan nama Cabu-Cabue terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,10

Hadengan kohir nomor 1257 persil nomor 90 DI dengan batas Utara: sungai; batas Timur: tanah/empang Colli; batas Barat: tanah/empang sungai; batas Selatan: tanah/empang sungai

(9) Empang yang dikenal dengan nama Lawarangnge terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep

dengan batas Utara: tanah/empang H. Suyuti; batas Timur: tanah/empang Baco Lolo; batas Barat: H. Ma’wana; batas

Selatan: sungai

(10) Empang yang dikenal dengan nama Tuli-Tulie terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,19 Ha dengan kohir nomor 816 CI persil nomor 95 D dengan batas Utara: sungai; batas Timur: sungai; batas Barat: H. Kamaruddin; batas Selatan: sungai

(11) Empang yang dikenal dengan nama Tuli-Tulie terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep seluas 0,19 Ha dengan kohir nomor 816 CI persil nomor 95 D dengan batas Utara: H. Timang; batas Timur: saluran air; batas Barat: Dg. Tahan; batas Selatan: Teni

c) Keseluruhan harta peninggalan alm. Sahude belum terbagi kepada ahli waris, yaitu Tahir Sahude dan Hamima

d) Penggugat meninggalkan Pangkep untuk merantau ke Surabaya dan Kalimantan tahun 1961 sebelum orang tua laki-laki meninggal dunia dan tahun 2002 kembali ke Pangkep dengan maksud membicarakan pembagian harta warisan

e) Keseluruhan harta peninggalan alm.Sahude dikuasai dan ditempati oleh Tergugat I bersama kedua anaknya, yaitu Tergugat II dan Tergugat III dan memberikan keterangan palsu bahwa seolah-olah Penggugat telah meninggal dunia sehingga Tergugat berhasil menerbitkan surat kepemilikan tanah peninggalan alm. Sahude

f) Keseluruhan harta peninggalan alm. Shude yang menjadi objek sengketa belum terbagi kepada ahli waris yang berhak, yaitu

Penggugat dan Tergugat I, maka surat yang diterbitkan Tergugat I,II,III atas tanah obyek sengketa tidak sah dan tidak mengikat

g) Penggugat telah berusaha menghubungi Tergugat supaya harta peninggalan dibagi sesuai hukum Islam tetapi hasilnya sia-sia meskipun telah dilak ukan perdamaian di hadapan Camat Ma’rang

h) Untuk menjamin gugatan Penggugat tidak sia-sia, Pemohon meminta untuk dilakukan sita jaminan atas objek yang menjadi sengketa Isi Gugatan Dengan alasan-alasan yang telah diajukan, maka Penggugat mohon pada Majelis Hakim untuk memeriksa perkara ini dan memutuskan sebagai berikut :

a) Menerima gugatan Penggugat seluruhnya

b) Menyatakan sita jaminan yang diletakkan Jurusita PA Pangkep atas tanah darat, sawah, dan empang objek sengketa adalah sah dan berharga

c) Menetapkan Penggugat dan Tergugat I adalah ahli waris sah dari alm. Sahude

d) Menyatakan tanah darat, sawah dan empang yang menjadi objek sengketa adalah harta peninggalan yang belum terbagi kepada ahli warisnya

e) Menetapkan bagian masing-masing ahli waris sesuai hukum waris yang berlaku

f) Menghukum Tergugat I,II,III untuk menyerahkan sebagian harta kepada Pengugat sesuai bagian yang ditetapkan menurut hukum Islam f) Menghukum Tergugat I,II,III untuk menyerahkan sebagian harta kepada Pengugat sesuai bagian yang ditetapkan menurut hukum Islam

h) Menghukum Tergugat I,II,III secara tanggung renteng membayar segala biaya yang timbul dari perkara ini Pertimbangan Hakim

a) Dari aspek yuridis formal, kedudukan laki-laki dan perempuan dalam hukum adalah sama. Segala bidang kehidupan modern telah mempersamakan nilai transendental-kemanusiaan antara lelaki dan perempuan yang bebas bersaing, saling membantu dan berjuang membangun potensi diri dalam kehidupan sosial dan ekonomi

b) Dari aspek hak dan kewajiban, penerimaan waris merupakan hak sehingga tidak mutlak 2:1 sebab ahi waris dapat bersepakat sesuai Pasal 183 KHI serta hakim dapat menentukan besaran bagian ahli waris

c) Dari aspek historis, pembagian 2:1 merupakan contoh pembagian dan bukan prinsip sebab yang prinsip adalah wanita sebagai ahi waris. Ketika ayat kewarisan turun, masyarakat Madinah masih mempertahankan tradisi yang mana hanya laki-laki yang berhak mewaris namun saat Islam datang wanita ditempatkan sebagai ahli waris.

d) Dari aspek sosiologis, penggugat telah pergi selama 41 tahun tanpa ada kabar sehingga patut diduga penggugat tidak memiliki nilai prestasi terhadap pewaris. Adapun tergugat tetap tinggal bersama pewaris da mengambil peran sentral dalam memelihara dan mengurus d) Dari aspek sosiologis, penggugat telah pergi selama 41 tahun tanpa ada kabar sehingga patut diduga penggugat tidak memiliki nilai prestasi terhadap pewaris. Adapun tergugat tetap tinggal bersama pewaris da mengambil peran sentral dalam memelihara dan mengurus

Putusan Hakim

a) Menyatakan gugatan Penggugat sebagian

b) Menyatakan ahli waris Sahude dan Bonga adalah Tahir Sahude bin Sahude dan Hamima binti Sahude

c) Menyatakan harta warisan Sahude dan Bonga adalah Tanah perumahan yang terletak di Pitue, Desa Pitue, Keamatan Ma’rang,

Kabupaten Pangkep; empang yang bergelar Lapejje, empang yang bergelar Abbinege, empang yang bergelar Abbekae, empang yang bergear Karanjeng, empang yang bergelar Tuki-Tulie, empang yang bergelar Sekoe, empang yang bergelar Cabu-Cabue, empang yang bergelar Lawarengnge, sawah yang bergelar Lacappa

d) Menetapkan bagian masing-masing ahli waris 1:1, yaitu Tahir Sahue ½ bagian dan Hamima ½ bagian

e) Menghukum Tergugat untuk menyerahkan bagian harta warisan sesuai bagian masing-masing

f) Menyatakan sertifikat No.00244 tanggal 5 Maret 1999 atas nama Sitti Aminah, Sertifikat No.00184 tangal 5 Maret 1999 atas nama Sitti Ainah, Sertifikat No.00179 tanggal 5 Maret 1999 atas nama Baharia, tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

g) Menghukum Tergugat membayar biaya perkara Rp. 475.000,00

h) Menolak selebihnya

B.3 Putusan nomor: 92/Pdt.G/2009/PA.MDN.

Pengadilan Agama Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata telah memutus perkara antara H. Amir Syaifuddin Lubis., BBA. bin H. Muhammad Yusuf Lubis, Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Zulkarnain Lubis, Siti Maryam Lubis, Rabiah Lubis, Asnah br Lubis binti Zainuddin Lubis, Chairani br Lubis binti Zainuddin Lubis, dan Muhammad Zaini Lubis bin Zainuddin Lubis (Penggugat) melawan Yusmawati Lubis, Baharuddin Lubis, Nurhayati Lubis (Tergugat). Duduk Perkara :

a) Penggugat Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Zulkarnain Lubis, Siti Maryam Lubis, Rabiah Lubis dan Tergugat Yusmawati Lubis, Baharuddin Lubis, Nurhayati Lubis adalah anak kandung alm. H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis. Penggugat Asnah br Lubis binti Zainuddin Lubis dalah istri alm. Zainuddin Lubis. Penggugat Chairani br Lubis, dan Muhammad Zaini Lubis adalah anak dari Asbah br Lubis dengan alm. Zainuddin Lubis.

b)

H. Muhammad Yusuf Lubis meninggal pada 29 April 2005 di Medan karena sakit dan alm. Hj. Siti Rodiah Lubis meninggal di Medan karena sakit dan dikebumikan pada 16 Oktober 1997.

c) Selama perkawinan H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis dikaruniai 10 anak bernama H. Amir Syaifuddin Lubis, Zainuddin Lubis (meninggal dunia pada 15 Juni 2005), Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Yusmawati Lubis, Baharuddin

Lubis, Nurhayati Lubis, Zukifli Lubis (meninggal pada 1980 dan tidak kawin), Zulkarnain Lubis, dan Siti Maryam Lubis.

d) Semasa hidup alm.Zainuddin Lubis telah menikah dengan Rabiah dan dikaruniai 4 anak, Asnah br Lubis, Chairani br Lubis, Muhammad Zaini Lubis, dan Ramadani br. Lubis serta tidak meninggalkan utang maupun wasiat.

e) Semasa hidup H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis, mempunyai harta berupa sebidang tanah seluas 255m berikut bagunan semi permanen berukuran ±8.5m x 20m beratap seng, lantai semen, terletak di Jln. Sei Dei No.119 A, Kel.Silalas, Kec.Medan Barat, Kota Medan, dengan batas utara gang buntu, selatan tanah Bahrun, timur Jalan Sei Dei, barat tanah negara dan harta tersebut belum tebagi.

f) Zainuddin Lubis telah meninggal maka hartanya jatuh ke ahli warisnya

g) Terhadap harta peninggalan tersebut, Penggugat telah berusaha musyawarah kepada Tergugat tetapi tidak ada tanggapan

h) Harta tersebut tidak ada yang menguasai, sehingga Penggugat mohon kepada Majelis Hakim untuk membagi harta peninggalan. Isi Gugatan Pada gugatan, dalil yang diajukan Penggugat adalah untuk membagi warisan berdasarkan hukum faraidh, yaitu 2 bagian untuk anak laki-laki dan 1 bagian untuk anak perempuan. Dengan alasan-alasan yang telah h) Harta tersebut tidak ada yang menguasai, sehingga Penggugat mohon kepada Majelis Hakim untuk membagi harta peninggalan. Isi Gugatan Pada gugatan, dalil yang diajukan Penggugat adalah untuk membagi warisan berdasarkan hukum faraidh, yaitu 2 bagian untuk anak laki-laki dan 1 bagian untuk anak perempuan. Dengan alasan-alasan yang telah

a) Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya

b) Menetapkan ahli waris yang berhak atas harta peninggalan H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis adalah H. Amir Syaifuddin Lubis, Zainuddin Lubis, Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Yusmawati Lubis, Baharuddin Lubis, Nurhayati Lubis, Zulkarnain Lubis, dan Siti Maryam Lubis

c) Menetapkan ahli waris yang berhak atas harta Zainuddin Lubis adalah Rabiah (Istri), Asnah br Lubis, Chairani br Lubis, Muhammad Zaini Lubis, dan Ramadani br. Lubis

d) Menetapkan harta berupa: sebidang tanah seluas 255 m berikut bagunan semi permanen berukuran ±8.5m x 20m beratap seng, lantai semen, terletak di Jln. Sei Dei No.119 A, Kel.Silalas, Kec.Medan Barat, Kota Medan, dengan batas utara gang buntu, selatan tanah Bahrun, timur Jalan Sei Dei, barat tanah negara adalah harta warisan dari H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis

e) Menetapkan porsi masing-masing ahli waris

f) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara. Pertimbangan Hakim

a) Pada pemeriksaan persidangan terjadi perbedaan dalil penggugat dan tergugat. Penggugat menginginkan pembagian warisan sesua hukum Islam yakni 2:1 sementara tergugat meminta untuk dibagi sama rata a) Pada pemeriksaan persidangan terjadi perbedaan dalil penggugat dan tergugat. Penggugat menginginkan pembagian warisan sesua hukum Islam yakni 2:1 sementara tergugat meminta untuk dibagi sama rata

b) Permasalahannya

pembagian waris digeneralisasikan untuk semua keadaan tanpa harus memperhitungkan besar pengabdian ahli waris terhadap pewarisnya ?

c) Menurut ijtihad hakim, pembagian warisan baik dalam Al-Qur’an maupun KHI bukanlah harga mati sebab ketentan tersebut dapat berubah terkait rasa keadilan

d) Al-Qur’an mengajarkan asas persamaan antara laki-laki dan perempuan sementara perbedaannya adalah kualitas amal perbuatan

e) Al-Qur’an Surat an-Nahl (16) ayat 97 memberikan gambaran persamaan laki-laki dan perempuan dan yang membedakan adalah pengabdian ahli waris kepada pewaris semasa hidupnya

f) Asas pembagian waris antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1 namun fakta kejadian menghendaki porsi tersebut dapat berubah sesuai perubahan ilat hukum

g) Porsi 2 bagian untuk laki-laki adalah porsi maksimal yang dapat dikurangi sementara 1 bagian untuk perempuan adalah porsi minimal yang dapat meningkat sama dengan porsi laki-laki

h) Dari kesaksian saksi-saksi Penggugat dan Tergugat, anak perempuan pewaris yang banyak merawat, menemani berkomunikasi dan mengurus kepentingan pewaris merupakan fakta kejadian yang tidak dapat diabaikan.

Putusan Hakim

a) Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

b) Menetapkan ahli waris yang berhak adalah H. Amir Syaifuddin Lubis, Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Yusmawati Lubis, Baharuddin Lubis, Nurhayati Lubis, Zulkarnain Lubis, dan Siti Maryam Lubis, masing-masing memperoleh 1/9 bagian

c) Menyatakan anak-anak Zainuddin Lubis dengan Rabiah, yakni Asnah br Lubis, Chairani br Lubis, Muhammad Zaini Lubis, dan Ramadani br. Lubis adalah ahli waris pengganti dengan perolehan bagian 1/9 yakni bagian alm.Zainuddin Lubis

d) 2 Menyatakan harta berupa: sebidang tanah seluas 255m berikut bagunan semi permanen berukuran ±8.5m x 20m beratap seng, lantai

semen, terletak di Jln. Sei Dei No.119 A, Kel.Silalas, Kec.Medan Barat, Kota Medan, dengan batas utara gang buntu, selatan tanah Bahrun, timur Jalan Sei Dei, barat tanah negara adalah harta warisan dari H. Muhammad Yusuf Lubis dengan Hj. Siti Rodiah Lubis adalah harta peninggalan yang harus dibagikan kepada ahli waris

e) Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 281.000,-

f) Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

B.4 Putusan nomor : 230/Pdt.G/2000/PA.Mks

Pengadilan Agama Makassar yang memeriksan dan mengadili perkara perdata telah memutus perkara antara Abdul Muis Karim, T. Halim Abdul Karim, B.A. Alex Abdul Karim, Ir. A. Abdul Karim sebagai penggugat Pengadilan Agama Makassar yang memeriksan dan mengadili perkara perdata telah memutus perkara antara Abdul Muis Karim, T. Halim Abdul Karim, B.A. Alex Abdul Karim, Ir. A. Abdul Karim sebagai penggugat

a)

H. Abdul Karim telah menikah dengan Hj. Baji.

b) Hj. Baji telah meninggal terlebih dahulu sementara H. Abdul Karim meninggal dunia pada tahun 1976.

c) Dari pernikahan H. Abdul Karim dengan Hj. Baji telah dikaruniai 7 orang anak, yaitu : Abdul Muis Karim, Hasnah A. Paturusi, Gulbar Abdul Karim, E. Maria Abdul Karim, T. Halim Abdul Karim, B.A. Alex Abdul Karim, Ir. A. Abdul Karim.

d) Selain meninggalkan ahli waris, H. Abdul Karim juga meninggalkan harta warisan berupa 3 buah bangunan berikut tanah dan 11 petak tanah sawah

e) Kesemua harta warisan tersebut telah dikuasai oleh tergugat

f) Penggugat telah berusaha menghubungi Tergugat supaya harta peninggalan dibagi tetapi hasilnya sia-sia Isi gugatan Dengan alasan-alasan yang telah diajukan, maka Penggugat mohon pada Majelis Hakim untuk memeriksa perkara ini dan memutuskan sebagai berikut :

a) Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya

b) Menetapkan ahli waris yang berhak atas harta peninggalan H. Abdul Karim dengan Hj. Baji adalah Abdul Muis Karim, Hasnah A. Paturusi,

Gulbar Abdul Karim, E. Maria Abdul Karim, T. Halim Abdul Karim,

B.A. Alex Abdul Karim, Ir. A. Abdul Karim.

c) Menetapkan harta berupa 3 buah bangunan berikut tanah dan 11 petak tanah sawah adalah harta warisan dari H. Abdul Karim dengan Hj. Baji

d) Menetapkan porsi masing-masing ahli waris

e) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara. Pertimbangan Hakim Dalam pertimbangannya, Hakim berpendapat bahwa besaran bagian masing-masing pihak untuk membagi 2:1 telah ditentukan dalam Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam. Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam yang bersumber dari syariat, dalam penerapannya buanlah bersifat imperatif, melainkan hanya bersifat fakultatif. Yang perlu dibahas dan dipertimbangkan lebih lanjut dari Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam yaitu Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam belum final bila dikaitkan dengan Pasal 229 Kompilasi Hukum Islam jo Pasal 27 UU nomor 14 tahun 1970 yang mewajibkan Hakim untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat sehingga memperoleh putusan yang sesuai dengan rasa keadilan. Putusan Hakim

a) Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

b) Menetapkan ahli waris yang berhak adalah H. Amir Syaifuddin Lubis, Asliyah Lubis, Kaharuddin Lubis, Yusmawati Lubis, Baharuddin

Lubis, Nurhayati Lubis, Zulkarnain Lubis, dan Siti Maryam Lubis, masing-masing memperoleh 1/7 bagian

c) Menyatakan harta berupa3 buah bangunan berikut tanah dan 11 petak tanah sawah adalah harta warisan yang harus dibagi kepada ahli waris

d) Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara

e) Menolak gugatan penggugat untuk selain dan selebihnya Pertimbangan hakim dalam memutus bagian 1:1 antara anak laki-laki dan perempuan akan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini sehingga akan memudahkan pemahaman serta membandingkan satu putusan dengan putusan yang lainnya.

Tabel 1

Tentang Pertimbangan Hakim dalam memutus bagian 1:1 antara

anak laki-laki dan perempuan

No. Nomor

Pertimbangan Hakim Putusan

Jumlah ahli

Pembagia

waris

n warisan

Laki- Perem

laki

puan

a. Hakim wajib memperhatikan nilai- 338/PDT.G/19

1. Putusan No.

5 3 masing-

nilai hukum yang hidup dalam 98/PA.UPG

masing

ahli waris

masyarakat

mendapat b. Perbandingan

2:1 dapat

kan 1/8

dikesampingkan oleh kesepakatan dari objek c. Tidak berdosa membagi 1:1 sebab

sengketa

pasal 176 KHI bukanlan nas qath’iyut tanfiedz

a. Kedudukan laki-laki dan perempuan 97/Pdt.G/2002

2. Putusan No.

1 1 bagian

adalah sama dalam hukum, berjuang /PA Pkj.

Dokumen yang terkait

BAB II KERANGKA TEORI HASIL, PENELITIAN, DAN ANALISIS A. KERANGKA TEORI 1. Pengertian Dan Fungsi Tugas Pokok Polisi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Polisi dalam Penanganan Praktek Balap Liar di Kecamatan Ambarawa:

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak

0 0 20

BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Pertimbangan dan Putusan Hakim dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013

0 0 10

BAB II PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Pertimbangan dan Putusan Hakim dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013

0 0 45

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Perlindungan Merek Terkenal

0 0 10

BAB II GOODWILL SEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Perlindungan Merek Terkenal

0 0 15

BAB III PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL MERUPAKAN UPAYA UNTUK MELINDUNGI KONSUMEN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Perlindungan Merek Terkenal

0 0 11

BAB IV BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM SEBAGAI LANGKAH MEWUJUDKAN PERSAINGAN USAHA SEHAT - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Perlindungan Merek Terkenal

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Memutus Bagian Waris Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Pengadilan Agama

0 1 11