BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak

A. Suatu Perspektif Perbandingan Kebiri Kimia

Suatu artikel ilmiah menguraikan, bahwa setiap tahun sekitar 100.000 sampai 500.000 anak-anak dilecehkan secara seksual di Amerika Serikat. 1 Hal ini

menyebabkan 10-25% anak-anak dilecehkan secara seksual pada usia delapan belas tahun, dimana 30-40% adalah perempuan dan 10-15% adalah laki-laki. Dengan tingginya angka tersebut pelecehan seksual terhadap anak dapat diklasifikasikan sebagai wabah di seluruh negeri. Para pelaku bisa merupakan teman, anggota keluarga, dan orang asing yang melakukan kejahatan ini. Terdapat orang-orang yang hanya tertarik kepada anak-anak dan tertarik pada orang dewasa namun juga menyerang anak-anak. Sementara sejumlah perlakuan dan hukuman yang tidak bisa mengatasi tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak-anak, masyarakat bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, bagaimana cara menghentikan pelanggaran ini, dan bagaimana mereka bisa menjaga agar anak- anak mereka selamat dari para pelaku.

Telah diambil langkah untuk mengatasi masalah di atas, termasuk pengebirian secara fisik. Kejahatan memperkosa seorang anak sangat dibenci

1 Artikel ini terdapat dalam Jurnal Chemical Castraction for Child Predators: Practical, Effective, and Constitutional, Chapman Law Review, Volume 13, No. 1, Fall 2009, halaman 191

sampai dengan halaman 220. Dipergunakan sebagai perspektif, disamping Teori Keadilan Bermartabat sebagai perspektif utama pada Bab ini.

sehingga banyak negara mengadopsi undang-undang yang menyerukan hukuman mati atas tindakan kejahatan tersebut. Namun menjatuhkan hukuman tersebut kepada pelaku sampai mati tidak lagi bersifat konstitusional dan mereka yang dilepaskan sering kali kembali melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak dan akhirnya kembali ke penjara. Kenyataannya, tidak pernah ada penegakan hukum yang dapat digambarkan efektif dan manusiawi dalam merawat pedofil dan penganiaya anak. Namun sejak pertengahan abad ke-20, penanganan tertentu telah digunakan dan bersifat manusiawi serta sangat efektif dalam mengobati para pelaku. Langkah yang diambil adalah perawatan dalam terapi pelanggaran seks sebagai pilihan terbaik untuk setiap anak penganiaya atau pedofil. Penanganan hukum itu adalah pengebirian kimia.

Pengebirian kimia memang terdengar kejam. Terdapat pandangan bahwa hal tersebut adalah salah satu bentuk perlakuan yang lebih beradab yang dapat digunakan kepada pemangsa seksual. Pengebirian kimia hanyalah jenis terapi hormon yang menghilangkan hasrat seksual pelaku. Ada beberapa efek samping yang tidak menyenangkan namun secara keseluruhan hanya ada sedikit rasa sakit dan penderitaan yang terkait dengan prosedur tersebut. Bahkan ada yang sepenuhnya mendukung prosedur tersebut dan mendirikan lembaga khusus di Amerika Serikat pada tahun 1985. Para pedofilia menjalani sebuah penanganan berbentuk kombinasi antara konseling dan pengebirian kimiawi untuk pedofilia.

Selain efektivitas pengebirian kimiawi, secara angka lebih murah daripada biaya menjaga para pelakumaupun pedofil di penjara dan rumah sakit.

Masalah konstitusional muncul dengan penggunaan prosedur pengebirian kimia, komentar ini mengusulkan agar pengebirian kimia tidak melanggar Konstitusi. Negara bagian yang memerlukan pelaku untuk menjalani prosedur memerhatikan kesehatan dan keselamatan pelaku. Karena pengamanan prosedural ini, sulit untuk memikirkan prosedur tersebut sebagai tindakan yang kejam. Selain itu, ada hak mendasar untuk berkembang biak dan juga hak untuk menolak perlakuan yang harus dipertimbangkan. Namun, pengebirian kimia tidak melanggar hak karena tidak mengganggu seseorang dari kemampuan reproduksi. Selanjutnya, menjaga agar anak-anak tetap aman dari predator seksual harus mendapat perhatian yang cukup besar dari negara. Oleh karena itu, pengebirian kimiawi dibutuhkan sebagai syarat pembebasan bersyarat atau masa percobaan untuk pelaku kekerasan seksual terhadap anak.

Bagian selanjutnya adalah menjelaskan siapa sebenarnya seorang penganiaya seksual anak dan bagaimana dia adalah jenis pelaku seks yang berbeda. Selain itu akan membahas perlunya melakukan lebih dari sekadar memenjarakan pelaku karena tingkat residivisme yang sangat tinggi.

1. Pengertian Pelaku Tindak Pidana Seks Anak

Pelecehan anak dan pedofil berbeda dari pelaku seks lainnya. Seorang pedofil biasanya adalah orang yang lebih tua "yang hasrat dan respons seksualnya disengaja, setidaknya sebagian, terhadap anak-anak dan remaja yang tidak dewasa". Sebenarnya, mereka yang melakukan kejahatan seksual terhadap anak- anak, yang biasa disebut pedofil, dikenali sebagai penyandang cacat.

Edisi terbaru dari Diagnostic and Stastitical Manual of Mental Disorders

IV atau selanjutnya disebut DSM-IV mencirikan seorang pedofil sebagai orang yang telah menderita khayalan, dorongan seksual, atau perilaku seksual yang berulang berulang, yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak-anak yang akan memasuki masa puber. Individu tersebut bertindak berdasarkan dorongan seksual atau dorongan dan fantasi semacam itu yang menyebabkan kesulitan atau kesusahan yang luar biasa pada kehidupan mereka. Pedofilia adalah salah satu paraphilas yang paling umum yang tercantum dalam DSM-IV. Paraphilias adalah kata biomedis untuk mendefinisikan gairah seksual oleh benda, orang, atau situasi yang tidak normal. Paraphilias memiliki perasaan senang dengan situasi yang tidak biasa atau ekstrem. Selain itu, Paraphilias menyukai kenikmatan atau

kepuasan seksual melalui cara-cara adaptasi yang salah dan tidak biasa. 2 Terdapat pedofil laki-laki dan perempuan. Namun, tingkat pedofilia wanita

sangat rendah dan hanya sedikit penelitian mengenai masalah ini yang meragukan keberadaan mereka. Tidak setiap pedofil benar-benar bertindak atas kemauan mereka, juga tidak setiap orang melakukan penyimpangan semacam itu. Tindakan

seksual memenuhi syarat sebagai pedofil di bawah DSM-IV. 3

2 Sayed Hassan Saadat, A Review on Paraphilias, International Journal of Medical Reviews, Vol. 1, Issue 4, Autumn 2014, hal. 158.

3 Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), merupakan organisasi psikiater yang membuat kriteria

standar untuk klasifikasi gangguan mental. Buku ini digunakan oleh dokter, peneliti, lembaga regulasi obat kejiwaan, perusahaan asuransi kesehatan, perusahaan farmasi, sistem hukum, dan pembuat kebijakan. Diproduksi oleh World Health Organization (WHO). DSM terdapat lima edisi. Buku ini mengevaluasi pasien pada lima dimensi, terdapat aspek yang luas mengenai 'gangguan jiwa'. Dimensi ini berhubungan dengan aspek biologis, psikologis, sosial dan aspek lainnya. DSM berevolusi dari sistem mengumpulkan sensus dan statistik rumah sakit jiwa,serta para pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat. Sejak publikasi pertamanya pada tahun 1952 telah secara bertahap menambahkan jumlah gangguan mental juga menghapus yang tidak lagi dianggap sebagai gangguan mental.

Terdapat dua kelompok utama pelaku kekerasan seksual. Penyimpang seks yang terutama tertarik secara seksual kepada anak-anak dikenal sebagai pelaku yang biasanya tertarik pada orang dewasa namun juga menyerang anak-anak, dikenal sebagai kemunduran perilaku. Pelaku lebih cenderung menyalahkan situasi mereka terhadap anak-anak dengan menggunakan narkoba, alkohol, atau faktor lainnya. Perilaku mereka impulsif dan setiap serangan biasanya dapat dikaitkan dengan tingkat stres kehidupan yang signifikan. Pelaku akan melakukan tindakan seksual dengan anak-anak seolah-olah anak tersebut adalah pengganti orang dewasa. Terdapat pula pedofil yang menyerang anak-anak dengan kekerasan karena kebutuhan untuk merasakan kekuatan dan kesenangan.

Beberapa pelaku yang mengalami kemunduran perilaku menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tidak benar dan membenci kecenderungan seksual mereka terhadap anak-anak. Namun, banyak pelanggar tidak dapat berhenti dan seolah-olah mereka kecanduan kepada anak-anak. Sebagai alternatif, sejumlah pelaku tidak melihat ada yang salah dengan apa yang sedang mereka lakukan. Beberapa orang berpikir bahwa si anakpun menginginkan pengalaman itu, menikmatinya, dan mendidik anak tersebut. Pelaku tetap sering memandang anak- anak sebagai orang yang menggoda dan menggodai pelaku. Ada banyak teori mengapa seseorang mengembangkan ketertarikan seksual terhadap anak-anak, namun tidak ada yang tahu persis mengapa hal ini terjadi. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Meliputi: kesulitan dalam membentuk hubungan intim, kelainan otak, dilecehkan secara seksual saat kecil. Pada akhirnya tidak peduli apapun Beberapa pelaku yang mengalami kemunduran perilaku menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tidak benar dan membenci kecenderungan seksual mereka terhadap anak-anak. Namun, banyak pelanggar tidak dapat berhenti dan seolah-olah mereka kecanduan kepada anak-anak. Sebagai alternatif, sejumlah pelaku tidak melihat ada yang salah dengan apa yang sedang mereka lakukan. Beberapa orang berpikir bahwa si anakpun menginginkan pengalaman itu, menikmatinya, dan mendidik anak tersebut. Pelaku tetap sering memandang anak- anak sebagai orang yang menggoda dan menggodai pelaku. Ada banyak teori mengapa seseorang mengembangkan ketertarikan seksual terhadap anak-anak, namun tidak ada yang tahu persis mengapa hal ini terjadi. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Meliputi: kesulitan dalam membentuk hubungan intim, kelainan otak, dilecehkan secara seksual saat kecil. Pada akhirnya tidak peduli apapun

Pemikiran tentang hukuman kebiri kimia didasari antara lain karena penjara tidak akan menghentikan serangan para pelaku terhadap anak-anak. Hukuman rata-rata untuk pelaku kekerasan seksual anak adalah sebelas tahun dan setelah dilepaskan terdapat tingkat pelanggaran yang sangat tinggi. Penjara tidak banyak menghalangi pelaku untuk kembali melakukan kekerasan seksual. Karena banyak dari para pelaku ini kembali ke pola perilaku sebelumnya tanpa perawatan lebih lanjut. Penjara mungkin menghentikan perilaku pelaku, namun sebagian besar masih akan mengulangi kesalahannya terlepas dari hukumannya. Karena itu dalam sejumlah kasus, anak yang dilecehkan secara seksual seringkali merupakan satu-satunya individu yang mengetahui adanya kejahatan tersebut, risiko untuk benar-benar tertangkap sangat rendah. Oleh karena itu sekalipun hukuman atas kejahatan tersebut seringkali cukup keras namun hal itu tidak menghentikan pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Studi kasus yang dilakukan terhadap pelaku pelecehan seksual anak yang telah keluar dari penjara ditemukan hasil yang mengerikan, sekitar 50-70% dari jumlah pelaku yang dikeluarkan pada akhirnya mengulangi kembali perbuatannya. Sementara beberapa peneliti berpendapat bahwa tingkat kenaikan ini jauh lebih rendah karena dikaitkan dengan data yang dikumpulkan dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Angka dalam penelitian ini semua didasarkan pada laporan mandiri dan catatan polisi maupun tahanan, sebagian besar serangan tidak dilaporkan. Studi di Amerika menemukan bahwa pelaku melakukan kejahatan dua Studi kasus yang dilakukan terhadap pelaku pelecehan seksual anak yang telah keluar dari penjara ditemukan hasil yang mengerikan, sekitar 50-70% dari jumlah pelaku yang dikeluarkan pada akhirnya mengulangi kembali perbuatannya. Sementara beberapa peneliti berpendapat bahwa tingkat kenaikan ini jauh lebih rendah karena dikaitkan dengan data yang dikumpulkan dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Angka dalam penelitian ini semua didasarkan pada laporan mandiri dan catatan polisi maupun tahanan, sebagian besar serangan tidak dilaporkan. Studi di Amerika menemukan bahwa pelaku melakukan kejahatan dua

Hukuman seumur hidup untuk setiap pelaku kejahatan seksual atau bahkan hanya untuk setiap penganiayaan kepada anak dan pedofil tidak masuk akal dan tidak realistis. Negara telah mengambil langkah untuk menjaga agar masyarakat tetap aman dari pelaku kekerasan seksual yang dilepaskan. Pada tahun 1947, California adalah negara bagian pertama yang memiliki sistem registrasi untuk pelaku kekerasan seksual kepada anak-anak dan sekarang telah terdaftar pelaku kekerasan seksual yang lebih banyak daripada negara bagian lainnya. Saat ini terdapat lebih dari 11.000 pelaku yang terdaftar tinggal di Los Angeles.

Sepanjang akhir abad ke-20, undang-undang mengenai pendaftaran pelaku kekerasan seksual telah berevolusi. Sebagian besar disebabkan berbagai serangan terhadap anak-anak. Baru pada tahun 1990an, setelah pemerkosaan brutal dan pembunuhan Megan Kanka yang berusia tujuh tahun di New Jersey, sebuah kecaman publik didengar untuk melakukan sesuatu yang lebih demi melindungi anak-anak bangsa. Tanpa sepengetahuan Megan atau keluarganya, tetangga baru mereka di seberang jalan adalah seorang pelaku kekerasan seksual yang baru saja Sepanjang akhir abad ke-20, undang-undang mengenai pendaftaran pelaku kekerasan seksual telah berevolusi. Sebagian besar disebabkan berbagai serangan terhadap anak-anak. Baru pada tahun 1990an, setelah pemerkosaan brutal dan pembunuhan Megan Kanka yang berusia tujuh tahun di New Jersey, sebuah kecaman publik didengar untuk melakukan sesuatu yang lebih demi melindungi anak-anak bangsa. Tanpa sepengetahuan Megan atau keluarganya, tetangga baru mereka di seberang jalan adalah seorang pelaku kekerasan seksual yang baru saja

Setelah kematian Megan, New Jersey mengeluarkan undang-undang registrasi pelaku kekerasan seksual. Menjelang akhir 1990-an, menerapkan undang-undang registrasi pelaku kekerasan seksual bukanlah sesuatu yang baru. Terdapat 25 negara menerapkan undang-undang tersebut. Namun, terdapat perbedaan besar antara undang-undang yang diberlakukan di New Jersey setelah kematian Megan dan yang lainnya di seluruh negara bagian tersebut. New Jersey menjadi negara bagian pertama yang mewajibkan pemberitahuan publik sebagai tambahan kepada para pelaku kekerasan seksual yang telah mendaftar. Undang- undang baru New Jersey menarik perhatian politis karena Federal Omnibus Crime Bill pada waktu itu dibahas Kongres, untuk menjadi Jacob Wetterling Crimes

Against Childern and Sex Offender Registration Act 4 (“Jacob Wetterling Act”). Presiden Clinton mengubah Jacob Wetterling Act dengan menandatangani

Megan’s Law sehingga mewajibkan setiap negara untuk menyusun sebuah daftar bagi pelaku kekerasan seksual. Negara-negara diminta untuk membuka informasi yang relevan kepada publik tentang para pelaku yang berada di negara bagian.

Kepatuhan terhadap tindakan tersebut dianggap sangat penting sehingga 10% dari dana federal negara bagian dibuat bergantung pada hukum undang-undang serupa di setiap negara bagian. Dikemukakan pula bahwa pelaku kekerasan seksual yang

4 Dilaporkan setahun sebelum Megan dibunuh, Jacob Wetterling diculik. Pelaku penculikan maupun korban tidak pernah ditemukan.

diwajibkan untuk terdaftar mengecam undang-undang tersebut karena dianggap sebagai bentuk pelanggaran privasi. Mengingat bahwa tujuan undang-undang adalah untuk melindungi masyarakat dan menjaga agar anak-anak tetap aman dari pemangsa seksual, negara-negara bagian berpendapat bahwa peraturan tersebut sah. Mahkamah Agung Amerika Serikat bahkan memutuskan bahwa undang- undang yang memerlukan pendaftaran pelaku dan pemberitahuan kepada masyarakat adalah konstitusional. Pengadilan menyatakan bahwa hanya kejatuhan reputasi saja yang dapat ditimbulkan undang-undang tersebut. Meskipun undang- undang ini adalah langkah ke arah yang benar, banyak yang harus dilakukan untuk menjamin keamanan anak-anak. Bahkan dengan sistem pemberitahuan publik, predator anak tetap berbahaya.

Sejumlah negara telah menyadari bahwa pelaku penganiayaan anak yang dihukum tidak akan menjamin keamanan anak-anak. Faktanya mulai tahun 1993 sejumlah negara bagian memberlakukan undang-undang kejahatan memperkosa anak di bawah usia dua belas tahun. Hampir dua puluh tahun sebelum negara- negara ini mulai memberlakukan undang-undang perkosaan kepada anak-anak,

Mahkamah Agung Amerika Serikat yang diadakan di Coker v. Georgia 5 mengeluarkan hukuman mati pemerkosaan wanita dewasa dinyatakan tidak

konstitusional karena merupakan hukuman yang tidak proporsional untuk kejahatan yan g tidak memakan korban jiwa. Kennedy v. Louisiana 6 pada tahun

2008 Mahkamah Agung Amerika Serikat menerapkan logika yang sama dalam

5 Coker v. Georgia , 1977, https://supreme.justia.com/cases/federal/us/433/584/case.html , diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul 08.03.

6 Kennedy v. Louisiana, 2008, https://www.law.cornell.edu/supct/html/07-343.ZO.html , diakses pada tanggal 23 September pukul 08.37.

menerapkan hukuman mati pada kasus pemerkosaan anak-anak adalah hukuman yang sangat berlebihan karena melanggar Cruel and Unusual Punishment Clause of the Eight Amendment. Pada saat keputusan tersebut diturunkan, Louisiana, Carolina Selatan, Montana, Georgia, dan Oklahoma memiliki undang-undang yang menganggap pemerkosaan anak menjadi pelanggaran berat.

Negara-negara bagian tersebut mengemukakan bahwa seorang pemerkosa anak merupakan tindakan yang kejam meskipun pelaku tidak menghilangkan nyawa seorang anak namun pelaku pantas untuk dihukum mati. Ada pandangan bahwa keputusan Kennedy sebagai keputusan yang mengerikan. Namun terdapat pula pandangan bahwa monster tersebut perlu dihentikan, jika ada kejahatan lain selain mengambil nyawa manusia yang diteriakkan untuk hukuman mati adalah para penjahat-penjahat yang merugikan anak-anak.

Keputusan Mahkamah Agung pada Kennedy v. Louisiana 7 menerapkan hukuman mati untuk pemerkosaan anak bertentangan dengan Konstitusi.

Kebencian masyarakat terhadap kejahatan semacam ini sudah jelas. Namun terdapat dilema tentang apa yang harus dilakukan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan seksual terhadap anak-anak. Pemenjaraan membuat pedofil menjauh dari anak-anak tetapi setelah kembali ke masyarakat pelaku sering melakukan kejahatan yang sama. Menghukum pelaku tidak cukup, perlu mengambil semua langkah untuk merehabilitasi mereka.

Pada kenyataannya, pedofil aktif yang telah ditangani dalam beberapa program perawatan ternyata kurang berisiko daripada mereka yang dipenjara

7 Ibid.

untuk dilepaskan lagi. Para ilmuwan di tahun 1940-an menyadari bahwa pemenjaraan adalah prosedur yang sia-sia dan tidak berguna untuk pelaku kejahatan seksual anak. Waktu yang dihabiskan di penjara tidak mengobati kecenderungan seksual pelaku terhadap anak-anak. Pelaku ini membutuhkan bantuan serius dalam mengendalikan keinginan seksual mereka dan meninggalkan anak-anak sendirian. Sejumlah perawatan telah digunakan pada pedofil dan penganiaya anak, beberapa di antaranya janggal dan tampak tidak masuk akal. Salah satunya adalah terapi penghambaan yang juga dikenal sebagai asosiasi terselubung adalah perawatan perilaku kognitif umum yang telah digunakan untuk mengobati penganiayaan anak. Di sini perilaku seksual atau fantasi yang menyimpang dikaitkan dengan rangsangan yang tidak menyenangkan sehingga pelaku mendapatkan rangsangan untuk tidak lagi berkeinginan untuk melakukan kegiatan seksual kepada anak-anak.

Perawatan lainnya termasuk manajemen kemarahan, resolusi konflik, pelatihan keterampilan sosial, dan empati korban juga telah diterapkan. Satu studi kasus bahkan menggunakan terapi musik dan permainan drum untuk mengobati pelaku penganiayaan anak. Pendukung terapi musik mengatakan bahwa hal itu memungkinkan agar pelaku dapat mengekspresikan dirinya, mengembangkan keterampilan mendengar, belajar mengendalikan diri, dan mengurangi perlawanan pelaku terhadap terapi. Sementara studi kasus menunjukkan bahwa pelaku menjadi lebih terbuka saat belajar bermain drum, tidak ada yang benar-benar menunjukkan bahwa pelaku cenderung akan mengorbankan anak secara seksual.

Sayangnya, perawatan psikologis dan perilaku saja tidak efektif dalam merawat semua pedofil dan predator anak. Sejumlah pedofil yang kembali ke masyarakat tidak akan mencari pengobatan kecuali jika terdapat desakan yang menyebabkan mereka sangat tertekan atau pengadilan memaksa mereka untuk menjalani perawatan. Orang lain yang menginginkan pertolongan mungkin takut untuk berbicara dengan seseorang tentang apa yang telah mereka lakukan. Pedofil dan pemangsa seksual yang telah menyerang besar sejumlah anak-anak biasanya tidak mengungkapkan kejahatan yang telah dilakukan. Mereka telah dilatih untuk menolak pelanggaran karena dalam sistem hukum Amerika pengungkapan lebih lanjut atas setiap pelanggaran yang tidak diketahui akan menyebabkan hukuman penjara yang lebih lama. Kebencian masyarakat terhadap pelaku kejahatan seksual kepada anak-anak membuat banyak pelanggar takut memberi tahu tentang kejahatan mereka termasuk kepada terapis. Penelitian mengungkapkan bahwa untuk sementara beberapa pelaku secara efektif terobati dengan psikoterapi, namun dengan perawatan yang sama tidak bekerja efektif pada pelaku seksual lainnya. Pelaku membutuhkan lebih dari sekedar beberapa sesi terapi untuk mencegah melakukan kejahatan kembali.

Pengebirian fisik dan bedah saraf adalah dua pilihan yang telah dipertimbangkan untuk pengobatan pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Bedah Saraf dapat mengurangi gairah seksual dan perilaku impulsif. Prosedurnya lebih umum terjadi di Eropa daripada di Amerika Serikat. Namun, hal itu jarang dilakukan dan kenyataannya belum pernah digunakan dalam beberapa dasawarsa. Prosedur tersebut memiliki tingkat kegagalan dan konsekuensi yang tinggi. Selain Pengebirian fisik dan bedah saraf adalah dua pilihan yang telah dipertimbangkan untuk pengobatan pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Bedah Saraf dapat mengurangi gairah seksual dan perilaku impulsif. Prosedurnya lebih umum terjadi di Eropa daripada di Amerika Serikat. Namun, hal itu jarang dilakukan dan kenyataannya belum pernah digunakan dalam beberapa dasawarsa. Prosedur tersebut memiliki tingkat kegagalan dan konsekuensi yang tinggi. Selain

Pengebirian fisik merupakan tindakan yang drastis, meskipun bukan merupakan suatu hal yang berbahaya, pengebirian fisik pun memiliki kelebihan, walaupun sejumlah kekurangan tetap ada. Pengebirian fisik atau orchiectomy adalah prosedur operasi di mana testis pria dikeluarkan. Hal ini menyebabkan penurunan kadar testosteron dalam tubuh yang akan mengurangi dorongan seksual pria. Studi telah menunjukkan bahwa pelaku akan merasa lebih tenang, lebih bahagia, lebih pasif, dan kecil kemungkinannya untuk melakukan kejahatan kembali. Pelaku lebih mampu menekan dorongan kekerasan dan agresif sehingga memudahkan untuk tinggal di masyarakat. Sementara tingkat residivis pelaku seksual yang tidak dikebiri sekitar 50% melakukan kejahatan yang sama, namun untuk pedofil yang dikebiri biasanya tingkat melakukan kejahatan kembali hanya 1-5%.

Sementara pengebirian fisik terbukti sangat efektif tetapi terdapat sejumlah masalah etika dan konstitusional yang terkait dengannya. Tidak ada masalah jika seorang pasien secara sukarela menjalani perawatan tersebut sepenuhnya atas kehendak bebas mereka sendiri, dilakukan oleh beberapa pasien untuk menghentikan dorongan seksual mereka yang menyimpang dan untuk menjalani kehidupan normal. Masalah pengebirian fisik adalah apabila perawatan ini merupakan perintah dari Konstitusi kepada mereka yang melakukan kejahatan seksual. Pengebirian fisik adalah prosedur permanen. Pengebirian fisik secara Sementara pengebirian fisik terbukti sangat efektif tetapi terdapat sejumlah masalah etika dan konstitusional yang terkait dengannya. Tidak ada masalah jika seorang pasien secara sukarela menjalani perawatan tersebut sepenuhnya atas kehendak bebas mereka sendiri, dilakukan oleh beberapa pasien untuk menghentikan dorongan seksual mereka yang menyimpang dan untuk menjalani kehidupan normal. Masalah pengebirian fisik adalah apabila perawatan ini merupakan perintah dari Konstitusi kepada mereka yang melakukan kejahatan seksual. Pengebirian fisik adalah prosedur permanen. Pengebirian fisik secara

2. Kebiri Kimia dalam Pandangan Umum

Solusi yang hampir sempurna untuk menjaga anak-anak dari pedofil yang melakukan kekerasan seksual kembali adalah perawatan dengan manfaat pengebirian bedah, namun tanpa dilema etika dan moral. Solusi tersebut adalah pengebirian kimiawi yang telah diimplementasikan oleh sejumlah negara. Pengebirian kimia adalah salah satu cara yang paling efektif dan paling membantu untuk mengobati predator anak dan menjaga agar anak tetap aman.

Pengebirian kimia telah dilakukan sejak tahun 1940-an dengan penggunaan anti-androgen untuk menurunkan tingkat testosteron pria yang berbahaya secara seksual. Sekitar dua dekade kemudian Dr. John Money menjadi orang pertama di Amerika Serikat yang mengelola obat anti-androgen Medroxyprogesterone Acetate atau selanjutnya disebut MPA terhadap pedofil. Sementara agen kimia lainnya telah diberikan kepada pelaku kejahatan tersebut di seluruh dunia, MPA adalah obat yang paling umum diberikan di Amerika Serikat untuk tujuan pengebirian kimia.

Selain pemberian MPA, pengebirian kimia dapat pula diberikan melalui suntikan obat Depo Provera yang digunakan oleh banyak wanita sebagai kontrasepsi hormon. Alasan mengapa efek berbeda didapatkan pada pria yang menjalani perawatan tersebut adalah bahwa wanita hanya menerima 150 mg obat setiap 3 bulan. Pelaku seks menerima obat ini setiap minggu, biasanya dalam dosis yang lebih tinggi. MPA dapat mengurangi tingkat hasrat seksual pelaku. MPA diberikan melalui suntikan intramuskular mingguan 100 sampai dengan 1.000 miligram obat, tergantung pada kebutuhan pelaku. MPA menghambat pelepasan hormon perangsang folikel dan hormon lutenizing dari kelenjar hipofisis anterior otak. Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar yang sangat penting

bagi tubuh manusia, berfungsi sebagai regulator dari pelepasan hormon-hormon. 8 Pada dasarnya, obat tersebut menyebabkan otak meyakini bahwa tubuh memiliki

cukup testosteron sehingga tidak memungkinkan testikel diproduksi lagi. Efeknya adalah pengurangan kadar testosteron dalam darah si pelaku dalam satu sampai dua minggu, tingkat testosteron yang rendah ini sangat menurunkan dorongan seksual pelaku. Pelaku kemudian sementara akan mengalami impoten, ketika obat tersebut dalam efek penuh terjadi penurunan orgasme, produksi sperma, frustrasi seksual, frekuensi serta kepuasan masturbasi. Salah satu aspek yang paling menarik dari pengebirian kimia adalah bahwa pelaku dibuat lebih tenang dan lebih responsif. Suntikan tersebut menekan dorongan seksual dan hasrat seksual pelaku serta memudahkan pasien untuk berkonsentrasi pada terapi, mengendalikan perilakunya, dan mencegah kambuh.

8 Muhammad Hidayat, Adenoma Hipofisis, Jurnal Fakultas Kesehatan Universitas Andalas, Vol. 38, No. 2, Agustus 2015, h. 131.

Obat tersebut memiliki efek yang luar biasa untuk menjaga pedofil dari melakukan kejahatan kembali, namun ilmuwan tidak setuju apabila obat tersebut diberikan untuk jangka waktu yang lama. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa terapi hormon harus dilakukan selama beberapa bulan, peneliti lain berpendapat pemberian obat diberikan sampai lima tahun, dan beberapa peneliti berpendapat bahwa penggunaan obat-obatan diberikan seumur hidup. Argumen utama untuk melanjutkan pengobatan bahwa efek obat-obatan terutama MPA dapat terjadi berulang kali setelah suntikan mingguan berhenti. Dikatakan bahwa untuk mengobati pelaku dengan benar, mereka harus menjalani terapi perilaku serta perawatan hormon untuk mengatasi masalah tersebut secara keseluruhan. Pemberian obat ini efektif dan menjaga para pedofil melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak. Seorang residivis pelaku kekerasan seksual yang telah mendapat terapi berpendapat bahwa saat dia berjalan di antara masyarakat dan melihat seorang anak laki-laki dia tidak merasas memiliki hasrat untuk berhubungan seks dengan anak tersebut.

Sejumlah negara bagian telah memberlakukan undang-undang pengebirian kimia untuk pelaku kekerasan seksual maupun pedofil. California adalah negara bagian pertama yang menerapkan undang-undang pengebirian kimia pada tahun 1996, ketika membuat prosedur tersebut merupakan masa percobaan bagi para pelaku. Saat ini, sejumlah negara bagian mengikuti California termasuk Montana, Iowa, Wisconsin, Louisiana, Oregon, dan Florida. Sejumlah negara telah melangkah lebih jauh dari California dalam mengadopsi undang-undang tersebut. California mewajibkan pelaku untuk menjalani pengebirian kimia jika mereka Sejumlah negara bagian telah memberlakukan undang-undang pengebirian kimia untuk pelaku kekerasan seksual maupun pedofil. California adalah negara bagian pertama yang menerapkan undang-undang pengebirian kimia pada tahun 1996, ketika membuat prosedur tersebut merupakan masa percobaan bagi para pelaku. Saat ini, sejumlah negara bagian mengikuti California termasuk Montana, Iowa, Wisconsin, Louisiana, Oregon, dan Florida. Sejumlah negara telah melangkah lebih jauh dari California dalam mengadopsi undang-undang tersebut. California mewajibkan pelaku untuk menjalani pengebirian kimia jika mereka

Louisiana, Wisconsin dan Iowa juga mengharuskan agar pelaku kekerasan seksual kepada anak mendapat suntikan MPA, namun Florida, Oregon, dan Montana tidak memiliki persyaratan umur bagi korban. Sementara beberapa negara menyerahkannya pada keputusan pengadilan, California, Iowa, dan Florida membuat injeksi MPA sebagai syarat pelepasan wajib bagi mereka residivis kekerasan seksual. Sebagai tambahan, Iowa, Louisiana, California, dan Florida mengizinkan pelaku untuk tidak melakukan injeksi MPA apabila mereka secara sukarela menjalani pengebirian fisik. Sementara pada negara Texas memberi putusan untuk menjlani pengebirian fisik sebagai syarat pembebasan serta tidak menawarkan pengebirian kimia sebagai pilihan Negara-negara tersebut telah menyadari bahwa lebih dari sekadar pemenjaraan diperlukan untuk mencegah pelaku dan pedofil mengulangi kejahatan kembali, kebanyakan dari mereka menyadari bahwa pengebirian kimia adalah cara yang paling tepat sebagai jalan keluar.

Alasan lain kelebihan pengebirian kimia adalah pelaku dapat berjalan di tengah masyarakat dengan normal dan menghemat biaya hidup pelaku di dalam penjara. Pada tahun 1985 pemerintah negara bagian menghabiskan $ 9 miliar untuk biaya penahanan. Pada tahun 1993 pemerintah negara bagian, lokal, dan federal gabungan menghabiskan hampir $ 100 miliar untuk sistem peradilan dan pada tahun 1996 negara telah menghabiskan sekitar $ 27 miliar untuk melakukan penahanan. Biaya rata-rata perumahan dan merawat narapidana sekitar $ 20.000 Alasan lain kelebihan pengebirian kimia adalah pelaku dapat berjalan di tengah masyarakat dengan normal dan menghemat biaya hidup pelaku di dalam penjara. Pada tahun 1985 pemerintah negara bagian menghabiskan $ 9 miliar untuk biaya penahanan. Pada tahun 1993 pemerintah negara bagian, lokal, dan federal gabungan menghabiskan hampir $ 100 miliar untuk sistem peradilan dan pada tahun 1996 negara telah menghabiskan sekitar $ 27 miliar untuk melakukan penahanan. Biaya rata-rata perumahan dan merawat narapidana sekitar $ 20.000

Bahkan ketika pelaku dilepaskan dari penjara banyak dari mereka harus menjalankan perawatan di rumah sakit dan terus membebani uang negara. Sejak tahun 1930an terdapat undang-undang yang berkaitan dengan psikopat seksual atau pemangsa kekerasan seksual yang mengharuskan pelaku mengikuti lembaga perawatan setelah menjalani masa hukuman di penjara. Ketika seorang pelaku ditempatkan di salah satu institusi tersebut mereka dapat mengajukan permohonan untuk dibebaskan dari perawatan. Namun pelaku harus mendapat persetujuan dari psikolog maupun pegadilan yang telah menyatakan bahwa pelaku dapat secara aman untuk dikembalikan ke masyarakat. Saat ini terdapat tujuh belas negara bagian yang mendanai komitmen sukarela dari individu tersebut. Biaya program bervariasi antara negara bagian dan biaya tahunan berkisar antara $ 500.000 - $ 45 juta.

Pada tahun 2002, suntikan MPA mingguan seharga $ 160 per bulan, sementara biaya rata-rata satu penahanan narapidana lebih dari $ 1.600 per bulan. Sebagai tambahan, Iowa dan Louisiana mewajibkan pelaku untuk membayar perawatannya sendiri. Melaksanakan pengebirian kimia sebagai syarat pembebasan dapat memungkinkan tahanan untuk keluar dari penjara lebih cepat, membantu mereka mengendalikan gairah seksual mereka, mendapatkan pekerjaan, dan mengurangi kepadatan dan pengeluaran penjara. Faktanya terdapat

0,5% sampai 0,7% produk domestik bruto hilang karena pelaku tidak bekerja namun mereka masuk ke dalam penjara.

Ada pandangan bahwa alasan bagus untuk memberikan masa percobaan bagi pelaku karena untuk mengurangi kepadatan penduduk di penjara, sementara negara dapat memberikan cara lai selain penahanan. Pengebirian kimia diberikan untuk pedofil adalah pilihan yang paling logis untuk menurunkan biaya dan tingkat residivisme dalam hal kekerasan seksual pada anak-anak serta membantu beberapa orang keluar dari penjara untuk menjadi anggota masyarakat sepenuhnya.

3. Justifikasi Konstitusi atas Kebiri Kimia

Mahkamah Agung Amerika Serikat tidak pernah secara langsung menilai konstitusional pengebirian kimiawi. Terdapat anggapan bahwa daftar pemberian suntukan MPA kepada pelaku dipertanyakan. Pengebirian kimiawi tidak cukup keras untuk diklasifikasikan sebagai hukuman yang kejam dan tidak manusiawi, karena pengebirian kimia efek hasrat melakukan aktivitas seksual kepada anak- anak dapat kembali serta berkaitan dengan keselamatan anak-anak.

Menurut Amandemen Kedelapan Konstitusi Amerika Serikat, pemerintah federal melarang hukuman yang dapat dikategorikan sebagai hukuman kejam dan tidak manusiawi. Pada tahun 1972 di Furman v. Georgia, Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan bahwa hukuman yang berlebihan sangat tidak Menurut Amandemen Kedelapan Konstitusi Amerika Serikat, pemerintah federal melarang hukuman yang dapat dikategorikan sebagai hukuman kejam dan tidak manusiawi. Pada tahun 1972 di Furman v. Georgia, Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan bahwa hukuman yang berlebihan sangat tidak

Michigan di People v. Gauntlett pada tahun 1984. 10 Di Gauntlett MPA akan diinjeksikan kepada Depo-Provera, seseorang yang dihukum karena memperkosa

anak tirinya yang berusia empat belas tahun dan menganiaya anak tiri lelakinya yang berusia dua belas tahun. Pengadilan percaya bahwa pemberian suntikan ini adalah ”masa percobaan yang tidak sah”. Hal ini karena Food and Drug

Administration (FDA) tidak menyetujui obat tersebut karena pada tahun 1984 suntikan MPA belum mendapatkan penerimaan pada komunitas medis sebgai tindakan medis yang aman. Namun pada saat ini argumen tersebut tidak lagi berlaku karena penggunaan suntikan MPA dianggap aman dan telah disetujui oleh FDA pada bulan Oktober 1992.

Meskipun obat tersebut aman, tetapi terdapat beberapa efek samping dari pengebirian kimia. Antara lain adalah hilangnya kepadatan tulang, bertambahnya berat badan, kerontokan rambut, depresi, dan kelelahan tubuh. Ini termasuk, namun tidak terbatas pada, kehilangan kepadatan tulang, penambahan berat badan, kehilangan rambut, depresi, dan kelelahan tubuh. Mayoritas efek samping ini dapat terus kembali dan yang paling arah jarang dialami.

9 Furman v. Georgia, 1972, https://supreme.justia.com/cases/federal/us/408/238/case.html , diakses pada tanggal 23 September

2017 pukul 11.24. 10 People

1986, https://law.justia.com/cases/federal/district- courts/FSupp/658/1483/2362335/ , diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul 11.31.

v.

Gauntlett ,

Inilah salah satu alasan bahwa dosis MPA yang diberikan kepada pelaku harus serendah mungkin. Meskipun perlu untuk menghentikan perilaku seksual yang menyimpang, namun keselamatan pelaku tidak dikesampingkan. Beberapa pelaku mungkin dapat menerima suntikan MPA selama sisa hidup mereka, dosisnya pun dapat diturunkan dari waktu ke waktu jika dianggap perlu atau jika pelaku menunjukkan perbaikan. Pengadilan mempertimbangkan efek samping ini untuk memerintahkan individu menjalani terapi kimia tersebut. Jika pengadilan hanya memaksa individu untuk menjalani atau melanjutkan perawatan yang akan mengakibatkan bahaya serius, maka prosedur tersebut dapat dianggap sebagai hukuman yang kejam dan tidak biasa.

Mereka yang menentang pengobatan MPA berpendapat bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya efektif. Meskipun temuan sejauh ini mengesankan, belum ada penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa 100% dari mereka yang menjalani prosedur tersebut tidak melakukan kejahatan kembali. Beberapa orang yang menerima suntikan MPA tidak akan terpengaruh. Namun, obatnya sangat efektif sehingga sebagian besar orang yang menerima suntikan akan diuntungkan. Seperti yang dinyatakan oleh satu pelaku, “satu-satunya cara untuk kembali ke masyarakat adalah dengan memberi saya suntikan MPA dimana saya bisa

mengontrol nafsu dan menghilangkannya”. Jika pelaku tertentu tidak menanggapi pengobatan secara positif masih terdapat pengobatan yang bekerja untuk sebagian

besar pelaku. Pengobatan MPA dapat menyelamatkan banyak anak dari kengerian kekerasan seksual.

Sebagai tambahan, mayoritas yurisdiksi yang menggunakan suntikan MPA mengharuskan pelanggar untuk menerima obat tersebut sampai dianggap tidak perlu. Apabila pelaku masih terdapat ketertarikan seksual kepada anak-anak setelah pengobatan tersebut dihentikan, maka kemungkinan pelaku akan diberi injeksi MPA selama sisa hidupnya. Seseorang yang salah dan telah dihukum harus menjalani suntikan MPA sebagai bagian dari pembebasan bersyarat atau masa percobaannya yang diambil dari penjara. Pelaku mungkin akan menerima suntikan untuk sementara waktu, namun akan dihentikan jika diketahui bahwa pelaku tidak lagi memerlukannya. Fungsi seksualnya akan kembali normal dan efek samping lainnya akan membalikkan diri dari waktu ke waktu. Hal ini bertentangan langsung dengan individu yang salah dihukum yang menerima hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Di sebagian besar yurisdiksi yang mengelola suntikan MPA, pedofil yang salah dihukum keluar dari penjara dan akan menjalani suntikan sampai pada akhirnya dia dikeluarkan.

Pengebirian kimia bukanlah hukuman yang proporsional untuk kejahatan memperkosa atau menganiaya anak. Perlakuan tersebut sama sekali tidak sekejam membunuh seseorang karena pemerkosaan anak yang mengharuskan seseorang untuk menjalani pengebirian fisik. Memberikan suntikan mingguan untuk mengurangi dorongan seks seseorang yang lebih manusiawi. Selain itu, salah satu alasan utama Mahkamah Agung Amerika Serikat berpendapat bahwa hukuman mati adalah hukuman yang berlebihan untuk kejahatan pemerkosaan anak-anak karena kejahatan tersebut tidak melibatkan pengambilan nyawa. Satu-satunya hal yang diambil dari pengebirian kimia adalah hasrat seksualnya. Oleh karena itu, Pengebirian kimia bukanlah hukuman yang proporsional untuk kejahatan memperkosa atau menganiaya anak. Perlakuan tersebut sama sekali tidak sekejam membunuh seseorang karena pemerkosaan anak yang mengharuskan seseorang untuk menjalani pengebirian fisik. Memberikan suntikan mingguan untuk mengurangi dorongan seks seseorang yang lebih manusiawi. Selain itu, salah satu alasan utama Mahkamah Agung Amerika Serikat berpendapat bahwa hukuman mati adalah hukuman yang berlebihan untuk kejahatan pemerkosaan anak-anak karena kejahatan tersebut tidak melibatkan pengambilan nyawa. Satu-satunya hal yang diambil dari pengebirian kimia adalah hasrat seksualnya. Oleh karena itu,

Pengebirian kimia adalah jawaban atas pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan para pedofil.Tidak konstitusional jika mengeksekusi para pedofil dan juga akan sangat memakan biaya untuk memenjarakan selama sisa hidup mereka. Terdapat risiko yang sangat tinggi bahwa pelaku kejahatan seksual akan kembali dipenjara, dan banyak perawatan yang telah dilakukan tidak memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Di masyarakat dewasa ini, undang-undang dan perlakuan yang gagal telah membawa kita pada pengebirian kimia. Oleh karena itu, pengebirian kimiawi adalah jawabannya.

Amandemen Keempat belas menjamin bahwa negara tidak akan "mencabut hak hidup, kebebasan atau hak mil ik seseorang tanpa proses hukum”. Selain itu, Mahkamah Agung telah menafsirkan Amandemen Keempat Belas untuk memasukkan hak kebebasan individu. Hal ini memberi sedikit masalah saat akan menjatuhkan putusan individu untuk menjalani pengebirian kimia. Prosedur tersebut melanggar hak fundamental mereka untuk memiliki anak, dan juga hak untuk menolak perawatan medis, yang keduanya dilindungi berdasarkan hak Amandemen Keempat belas untuk privasi. Namun karena pengebirian kimiawi merupakan syarat wajib masa percobaan atau pembebasan bersyarat maka putusan tersebut tidak membebani hak pelau. Negara memiliki kepentingan yang sah dalam keselamatan anak-anaknya dan pengebirian kimia adalah cara yang paling benar untuk membatasi ketertarikan seksual pelaku kepada anak-anak.

Pada Washington v. Harper, Mahkamah Agung secara resmi menyatakan bahwa hak untuk menolak perlakuan medis adalah hak kebebasan yang dilindungi

hak privasi melalui Due Process Clause dari Amandemen Keempat belas. 11 Mahkamah Agung menyatakan bahwa dalam menentukan apakah seseorang yang

dipenjara dapat diberi obat secara paksa perlu membuat peraturan tersebut menjadi cukup relevan dengan penological interest. Penological Interest adalah hubungan yang terkait dengan perlakuan (termasuk hukuman, penghindaran,

rehabilitasi, dan lainnya) terhadap orang-orang yang dihukum karena kejahatan. 12 Di Skinner v. Oklahoma, Mahkamah Agung pertama-tama menyadari

bahwa setiap orang memiliki hak untuk memiliki anak. Pengadilan menyatakan bahwa memiliki keturunan adalah salah satu hak sipil manusia yang paling mendasar bagi eksistensi dan kelangsungan ras manusia. Beberapa tahun kemudian di Griswold v. Connecticut, Pengadilan menyatakan bahwa terdapat hak privasi bagi individu yang telah menikah yang dilindungi dalam Amandemen

Keempat Belas. 13 Hak atas privasi ini diberikan kepada semua orang di Eisenstadt v. Baird 14 . Di Eisenstadt, Pengadilan memutuskan bahwa undang-undang negara

bagian mengizinkan distribusi kontrasepsi bagi pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan, namun tidak kepada individu yang belum menikah karena

11 Washington v. Harper, 1990, https://supreme.justia.com/cases/federal/us/494/210/case.html , diakses pada tanggal 23 September

2017 pukul 11.40. 12 Bull v. City & County of San Fransisco, 2010, http://caselaw.findlaw.com/us-9th-

circuit/1336306.html , diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul 14.27. 13 Griswold v. Connecticut, 1965,

https://supreme.justia.com/cases/federal/us/381/479/case.html , diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul 14.33.

14 Eisenstadt v. Baird, 1972, https://supreme.justia.com/cases/federal/us/405/438/case.html , diakses pada tanggal 23 September

2017 pukul 14.49.

alasan yang sama telah melanggar Equal Protection Clause dari Amandemen Keempat belas. Pengadilan menyatakan bahwa pasangan suami-istri bukan merupakan entitas tersendiri, namun mer upakan “asosiasi dua orang”. Pengadilan menyatakan bahwa “menikah ataupun melaang adalah hak individu, mereka terbebas dari gangguan Pemerintah yang tidak beralasan sehingga tidak memengaruhi seseorang untuk memiliki keputusan akan mempunyai anak atau tidak.

Hak privasi ini kembali berlaku pada tahun 1973 pada Roe v. Wade. 15 Di Roe, Pengadilan memutuskan bahwa hak dasar privasi cukup luas mencakup

keputusan seorang wanita untuk menghentikan kehamilannya atau tidak. Sementara seorang wanita memiliki hak dasar atas privasi termasuk hak untuk memilih, negara dapat membatasi hak tersebut selama memiliki dasar yang cukup kuat. Namun Pengadilan juga berpendapat bahwa perlu adanya aturan tentang hak mengaborsi.

Beberapa dekade kemudian, Pengadilan menggunakan alasan yang sama pada Gonzales v. Carhart dalam menegakkan larangan Kongres pada tahun 2003 tentang aborsi. 16 Keputusan ini secara efektif melarang perempuan melakukan aborsi pada trimester ketiga kehamilan mereka. Pengadilan sangat mempertimbangkan kesehatan dan kehidupan anak yang belum lahir. Dalam menerapkan larangan tersebut, Kongres menemukan bahwa sebagian aborsi menjadi prosedur yang mengerikan dan tidak manusiawi sehingga harus dilarang.

http://caselaw.findlaw.com/us-supreme- court/410/113.html , dikunjungi pada tanggal 24 September 2017 pukul 08.58. 16 Gonzales v. Carhart, 2007, 05-380, http://caselaw.findlaw.com/us-supreme-

court/550/124.html , dikunjungi pada tanggal 24 September pukul 09.23.

Pengadilan menemukan bahwa aborsi merupakan sebuah prosedur yang memiliki kekuatan untuk menurunkan kehidupan manusia dan memerlukan peraturan khusus karena masalah moral dan etika yang membenarkan ketentuan tambahan tersebut. Pengadilan mendukung Kongres membuat aturan tentang pengaborsian. Seorang wanita tetap memiliki hak kuntuk melakukan aborsi, namun terkadang tidak sebanding dengan kehidupan anak yang belum dilahirkannya. Dalam menghadapi aborsi pada trimester ketiga, keputusan tersebut bukan lagi mengenai individu ibu atau haknya untuk memutuskan apakah akan melahirkan anak atau tidak. Keputusan ini adalah tentang kehidupan anak yang belum lahir.

Le Roy Carhart berpendapat bahwa pemberian suntikan MPA untuk menghukum penganiaya anak dan pedofil sudah benar. Dalam menangani perlakuan terhadap predator seksual anak, kita tidak begitu peduli dengan hak-hak atau otonomi tubuh pelaku. Meskipun hak dan kebutuhan pelaku harus dipertimbangkan, poin utama untuk mengobati pelaku ini adalah mengakhiri ketertarikan seksual terhadap anak-anak. Pengebirian kimia sangat penting untuk keselamatan anak-anak.

Seorang wanita berhak melakukan aborsi pada tahap awal kehamilannya. Begitu memasuki bulan-bulan terakhir kehamilannya, negara telah mengambil haknya untuk memilih memiliki anak atau tidak. Pada saat itulah kehidupan anak menjadi prioritas utama. Demikian pulapedofil memiliki hak untuk berfantasi tentang anak-anak. Tidak sampai benar-benar bertindak untuk menyerang anak- Seorang wanita berhak melakukan aborsi pada tahap awal kehamilannya. Begitu memasuki bulan-bulan terakhir kehamilannya, negara telah mengambil haknya untuk memilih memiliki anak atau tidak. Pada saat itulah kehidupan anak menjadi prioritas utama. Demikian pulapedofil memiliki hak untuk berfantasi tentang anak-anak. Tidak sampai benar-benar bertindak untuk menyerang anak-

Dokumen yang terkait

A. TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Hukum Pendirian Perseroan Terbatas (PT) oleh Suami Isteri

0 0 60

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 12

BAB II PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa SD Kelas V Melalui Model Example Non Example dengan Pendekatan Problem Based Learning

1 0 14

BAB II KERANGKA TEORI HASIL, PENELITIAN, DAN ANALISIS A. KERANGKA TEORI 1. Pengertian Dan Fungsi Tugas Pokok Polisi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Polisi dalam Penanganan Praktek Balap Liar di Kecamatan Ambarawa:

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Teori Keadilan Bermartabat tentang Pidana Kebiri Kimia terhadap Pelaku Kekerasan Seksual kepada Anak-Anak

0 0 20