PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. docx

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pendidikan Pancasila
Yang di bina oleh bapak Dr. Hipolitus K. Kewuel, M.Hum

Oleh Kelompok 4

UNIVERSITAS NEGERI BRAWIJAYA
Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
2015

Nama Anggota Kelompok 4


Kenilla A.Yiyalvian ()



Lies Aisyah Fardini (155120407111069)




M. Rizqi Iman Aviv (155120400111051)



Regina Goldie J.A. (1551220401111078 )

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945, di
undangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan
batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanannya sejarah eksistensi Pancasila sebagai
dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai kepentingan penguasa demu kokoh dan tegaknya kekuasaan
yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Dengan lain perkataan
dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi di letakkan sebagai dasar filsafat

serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Maka dari itu sebagai orang yang berintelektual, kita harus bisa mengembalikan
Pancasila sebagai dasar negara yang murni sesuai dengan hakikat Pancasila itu sendiri
yang tidak di manipulasi dan di interpretasikan oleh pihak penguasa untuk suatu
kepentingan tertentu. Dunia pendidikan tinggi memilik tugas untuk mengkaji dan
memberikan pengetahuan kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu
memahami Pancasila secara ilmiah dan objektif.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apaapa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang
telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya
keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Topik Pembahasan

Masalah yang nantinya akan di bahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1

Pengertian dari Filsafat Pancasila


1.2.2

Hakikat Sila-Sila Pancasila

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1

Untuk menjelaskan filsafat Pancasila dan hakikat sila-sila pancasila berdasarkan
problem yang relevan dan konstektual

1.3.2

Untuk menjadikan pemahaman filsafat pancasila sebagai cara pandang dalam
merespon fenomena global

1.3.3

Bagi dosen, sebagai tolak ukur/penilaian terhadap mahasiswa dalam memahami

pancasila sebagai sistem filsafat

1.3.4

Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk memperoleh keterampilan
dalam melakukan penulisan dan perbendaharaan pengetahuan pancasila sebagai
sistem filsafat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi satu substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila
dapat di definisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan
sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam
suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan

pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

2.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat
2.2.1 Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan , saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan, sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1) Suatu kesatuan bagian-bagian
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
2.2.2 Pancasila sebagai suatu ‘’SISTEM’’


Pancasila pada hakikatnya merupakan kesatuan dan keutuhan yang mutlak



Tiap pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri namun saling berhubungan




Keseluruhan sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis
2.2.3 Ciri Sistem Filsafat Pancasila antara lain:

 Diantara lima sila ada hubungan yang mengikat antara satu sila dengan sila yang
lain sehingga pancasila merupakan satu kesatuan, keseluruhan yang bulat.
 Susunan kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis yaitu pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila pancasila yaitu hakikat manusia ‘monopluralis’
yang memiliki unsur-unsur ‘susunan kodrat’ jasmani –rohani, ‘sifat kodrat’ individu
–makhluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk
Tuhan yang Maha Esa.
 Secara ontologis (hakikat) sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat
hierarkhis dan berbentuk piramidal. Pengertian matematika piramidal digunakan
untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasila dalam urutan
luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). Kalau di lihat dari
intinya, urutan-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya
dan isi sifatnya , merupakan pengkhususan dari sila-sila yang di kemukakan. Jika

urutan lima sila di anggap mempunyai maksud demikian, maka diantara lima sila
ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila
merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
 Hubungan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi yaitu
sama seperti rangka dari hierarkhis piramidal bahwa tiap-tiap sila seperti telah di
sebutkan di atas mengandung empat sila lainnya, di kualifikasikan oleh empat sila
lainnya.

2.3 Hakikat Pancasila
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang
menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila atau secara filosofis meliputi dasar ontologis (hakikat) sila sila Pancasila.
Berikut merupakan hakikat dari sila-sila pancasila:
Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut berdasarkan pada

hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah manusia, karena negara sebagai
lembaga hidup bersama sebagai lembaga kemanusiaan dan manusia adalah sebagai

makhluk Tuhan yang Maha Esa sebagai kausa prima. Tuhan adalah sebagai asal
mula segala sesuatu, Tuhan adalah mutlak, sempurna dan kuasi, tidak berubah ,
tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib ( Notonegoro, 1975:78) Berdasarkan
pengertian tersebut maka sila pertama mendasari , meliputi dan menjiwai keempat
sila lainnya.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab didasari dan dijiwai oleh sila
keTuhanan yang Maha Esa serta mendasari dan menjiwai sila persatuan Indonesia,
sila kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan serta sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dapat di
jelaskan sebagai berikut: negara adalah lembaga kemanusiaan, yang diadakan oleh
manusia (Notonegoro,1975:55) Maka manusia adalah sebagai subjek pendukung
pokok negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk manusia oleh karena itu terdapat
hubungan sebab dan akibat yang langsung antara negara dengan manusia. Adapun
manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa sehingga sila kedua didasari dan
dijiwai oleh sila pertama, sila ketiga, sila ke empat dan sila kelima. Dengan
demikian pada hakikatnya yang bersatu membentuk suatu negara adalah manusia.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila keTuhanan yang
Maha Esa , sila kemanusiaan yang adil dan beradab serta mendasari dan menjiwai
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hakikat sila

ketiga tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut hakikat persatuan didasari dan
dijiwai oleh sila keTuhanan yang Maha Esa yang pertama harus di realisasikan
adalah mewujudkan suatu persatuan dalam suatu persekutuan hidup yang di sebut
negara. Oleh karena itu persatuan adalah sebagai akibat adanya manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa , adapun hasil persatuan di antara individuindividu, pribadi-pribadi dalam suatu wilayah tertentu di sebut sebagai rakyat
sehungga rakyat adalah merupakan unsur pokok negara.
Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan , maka pokok sila ke empat adalah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat. Sila keempat ini didasari dan di jiwai oleh

sila pertama, sila kedua, sila ketiga dan sila kelima. Dalam hakikatnya dengan
kesatuan yang bertingkat maka hakikat sila keempat itu adalah sebagai berikut,
hakikat rakyat adalah penjumlahan manusia-manusia, semua orang, semua warga
dalam suatu wilayah tertentu. Maka secara ontologis adanya rakyat adalah sebagai
akibat bersatunya manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang
menyatukan diri dalam satu wilayah negara tertentu. Hal ini mengandung arti
bahwa negara adalah demi kesejahteraan rakyatnya. Maka tujuan dari negara adalah
terwujudnya masyarakat yang berkeadilan, terwujudnya keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial).
Sila kelima , Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki makna pokok

keadilan yaitu hakikatnya kesesuaian dengan hakikat adil. Berbeda dengan sila-sila
lainnya maka sila kelima ini didasari dan di jiwai oleh keempat sila yaitu sila
pertama, sila kedua, sila ketiga dan sila ke empat. Sila keadilan sosial merupakan
tujuan dari keempat sila lainnya. Secara ontologis hakikat keadilan sosial juga di
tentukan oleh adanya hakikat keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kedua
yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Menurut Notonagoro hakikat keadilan
yang terkandung pada sila kedua yaitu keadilan yang terkandung dalam dalam
hakikat manusia monopluralis, yaitu kemanusiaan yang adil terhadap diri sendiri,
terhadap sesama, dan terhadap Tuhan.

BAB III
Penutup
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa
inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
2.5 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar

ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para
pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA


Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.



Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III