Kepribadian yang sehat studi kasus
Kepribadian yang sehat
Apakah itu kepribadian yang sehat? Apakah sifat-sifat orang yang memiliki
kepribadian yang sehat? Bagaimana tingkah laku, pikiran serta perasaan orang ini? Dapatkah
kita menjadi pribadi yang sehat?
Pertanyaan ini terus-menerus ditanyakan oleh banyak orang diseluruh dunia.
Pertanyaan tersebut telah dijawab dengan bermacam-macam jawaban yang menyankut
tentang janji perubahan kehidupan yang lebih baik dan jawaban yang dangkal lainnya dan
jawaban-jawaban yang membantu memahami cara hidup kita dengan lebih baik.
“Studi tentang potensi manusia untuk pertumbuhan sudah lama di abaikan dalam
psikologi yang pertama-tama memeriksa sakit jiwa bukan kesehatan jiwa. Akan tetapi dalam
tahun-tahun belakangan ini, ahli-ahli psikologi mulai mengakui kapasitas untuk bertumbuh
dan berkembang dalam kehidupan manusia.”1
Kepribadian
“Kepribadian adalah suatu hasil ‘pendidikan’ dari keluarga, sekolah maupun
lingkungan yang mempengaruhi cara kita bertindak maupun merespon sesuatu. Kepribadian
sehat merupakan kunci untuk memahami hidup lebih baik.”2
“Kepribadian disusun dari belief3 yang didapatkan seseorang terutama pada saat masa
kanak-kanak dan terdapat sedikit kemungkinan untuk mengubah kepribadian dalam masa itu.
Bayi pada umur 0 sampai 5 tahun belum memiliki kepribadian dan pikirannya masih
berkembang sesuai dengan orangtua dan lingkungannya, periode 6 sampai 10 tahun
kepribadian anak mulai terbentuk, maka segala pembicaraan ataupun sugesti yang tak sejalan
dengan kepribadian maupun beliefnya akan dipertanyakan, periode 10 sampai 16 tahun
kepribadian seseorang sudah terbentuk dan jika ada sugesti masuk tapi tidak sesuai dengan
kepribadiannya maka sugesti tersebut ditolak.”4
“Ciri- ciri kepribadian sehat:”5
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
1 Maria Etty, Mengelola Emosi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), Hal 52-53.
2 Duane Schultz, Model model kepribadian sehat (Yogyakarta: Kanisius, 2012), Hal 26.
3 Ada kesinambungan antara belief dan kepribadian “Belief adalah suatu pemahaman dalam bentuk keyakinan
yang dimiliki setiap orang dari bayi sampai Dewasa. Proses pembentukan belief awal dimulai dari pendidikan
saat dini, jadi jika lingkungan dan pendidikan disekitar anak baik, maka kelak anak akan berkepribadian dan
memiliki citra diri yang baik, sebaliknya bila lingkungan dan pendidikan yang diterima anak buruk, maka anak
akan berkepribadian dan memiliki citra diri yang buruk pula.” (Adi W Gunawan, The Secret of Mindset,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 21-26). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah
kumpulan belief.
4 Adi W Gunawan, The Secret of Mindset, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 21-24.
5 Duane Schultz, Model-model Kepribadian Sehat (Yogyakarta: Kanisius, 2012), Hal 67.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan
yang diperolehnya dan meraksiniya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh
atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan
untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktorfaktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Daftar Pustaka
Etty, Maria. 2002. Mengelola Emosi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Schultz, Duane. 2012. Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
W. Gunawan, Adi. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3
i
Apakah itu kepribadian yang sehat? Apakah sifat-sifat orang yang memiliki
kepribadian yang sehat? Bagaimana tingkah laku, pikiran serta perasaan orang ini? Dapatkah
kita menjadi pribadi yang sehat?
Pertanyaan ini terus-menerus ditanyakan oleh banyak orang diseluruh dunia.
Pertanyaan tersebut telah dijawab dengan bermacam-macam jawaban yang menyankut
tentang janji perubahan kehidupan yang lebih baik dan jawaban yang dangkal lainnya dan
jawaban-jawaban yang membantu memahami cara hidup kita dengan lebih baik.
“Studi tentang potensi manusia untuk pertumbuhan sudah lama di abaikan dalam
psikologi yang pertama-tama memeriksa sakit jiwa bukan kesehatan jiwa. Akan tetapi dalam
tahun-tahun belakangan ini, ahli-ahli psikologi mulai mengakui kapasitas untuk bertumbuh
dan berkembang dalam kehidupan manusia.”1
Kepribadian
“Kepribadian adalah suatu hasil ‘pendidikan’ dari keluarga, sekolah maupun
lingkungan yang mempengaruhi cara kita bertindak maupun merespon sesuatu. Kepribadian
sehat merupakan kunci untuk memahami hidup lebih baik.”2
“Kepribadian disusun dari belief3 yang didapatkan seseorang terutama pada saat masa
kanak-kanak dan terdapat sedikit kemungkinan untuk mengubah kepribadian dalam masa itu.
Bayi pada umur 0 sampai 5 tahun belum memiliki kepribadian dan pikirannya masih
berkembang sesuai dengan orangtua dan lingkungannya, periode 6 sampai 10 tahun
kepribadian anak mulai terbentuk, maka segala pembicaraan ataupun sugesti yang tak sejalan
dengan kepribadian maupun beliefnya akan dipertanyakan, periode 10 sampai 16 tahun
kepribadian seseorang sudah terbentuk dan jika ada sugesti masuk tapi tidak sesuai dengan
kepribadiannya maka sugesti tersebut ditolak.”4
“Ciri- ciri kepribadian sehat:”5
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
1 Maria Etty, Mengelola Emosi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), Hal 52-53.
2 Duane Schultz, Model model kepribadian sehat (Yogyakarta: Kanisius, 2012), Hal 26.
3 Ada kesinambungan antara belief dan kepribadian “Belief adalah suatu pemahaman dalam bentuk keyakinan
yang dimiliki setiap orang dari bayi sampai Dewasa. Proses pembentukan belief awal dimulai dari pendidikan
saat dini, jadi jika lingkungan dan pendidikan disekitar anak baik, maka kelak anak akan berkepribadian dan
memiliki citra diri yang baik, sebaliknya bila lingkungan dan pendidikan yang diterima anak buruk, maka anak
akan berkepribadian dan memiliki citra diri yang buruk pula.” (Adi W Gunawan, The Secret of Mindset,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 21-26). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah
kumpulan belief.
4 Adi W Gunawan, The Secret of Mindset, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 21-24.
5 Duane Schultz, Model-model Kepribadian Sehat (Yogyakarta: Kanisius, 2012), Hal 67.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan
yang diperolehnya dan meraksiniya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh
atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan
untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktorfaktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Daftar Pustaka
Etty, Maria. 2002. Mengelola Emosi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Schultz, Duane. 2012. Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
W. Gunawan, Adi. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3
i