Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 1)
Serial “Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntasi” ini terdiri
dari beberapa bagian yang membahas:
1. Persiapan
2.
Jurnal Umum
3.
Buku Besar
4.
Neraca Saldo
5.
Jurnal Penyesuaian
6.
Update Buku Besar
7.
Laporan Laba Rugi
8. Jurnal Penutup
9. Update Buku Besar (lagi)
10. Laporan

Perubahan Modal


11. Neraca
======================
Oke, kita mulai aja belajarnya ya. Kita mulai bagian 1 yaitu
“Persiapan”.
Persiapan pertama:
Menurut gw, cara paling gampang belajar akuntansi itu pake
contoh dan praktek. Karena, gw udah coba baca buku yang
tebal minta ampun sekalipun, gw tetap aja kagak ngerti (bisa
juga karena otak gw yg emang lelet sih hehe). Dan contoh
yang paling gampang itu, adalah akuntansi untuk sebuah
usaha kecil aja. Gimana? Setuju kan?
Dan biar kita sehati, dan gelombang otak kita sinkron serta
mempermudah telepati kita, sebaiknya kita tentukan nama

contoh usaha kita. Hmm.. Kita kasih nama aja.. CV. SENYUM!
Dan bidang usaha kita adalah Reparasi Televisi. Deal???
Pokoknya harus setuju..
Persiapan Kedua:
Mau gak mau, kita mesti belajar rumus!

Tenang, rumusnya sederhana banget kok. Gak perlu kalkulus
atau statistik. Rumusnya adalah:
Aset = Hutang + Modal
Nah.. gampang kan?

Apa itu Aset (Asset)?
Aset itu.. Gampangnya kekayaan yang dimiliki oleh usaha kita.
Mau berupa duit dilaci, duit dilemari besi, tabungan, surat
berharga, tanah, rumah dan lain sebagainya, pokoknya
kekayaan yang memang dikelola oleh usaha kita.
Apakah kekayaan itu dari Hutang atau modal, itu gak masalah.
Lucu juga ya.. Gimana kalo ada perusahaan aset-nya 100juta
tapi punya utang 200juta? Hebat banget tuh yang punya
usaha. Punya bakat jadi koruptor.

Apa itu Hutang (Liabilities)?
Ah, gak usah njelimet pake teori2-an. Pokoknya, Hutang itu
sesuatu yang harus kita bayar nantinya. Dah.. Masa hutang
gak ngerti. Padahal sering ngutang diwarteg sebelah.


Apa itu Modal (Equity)?
Modal itu setoran dari pemilik. Dah gitu aja. Mau pemiliknya 1
orang, 10 orang, 100 orang gak masalah.

Udah, gak usah dipusingin pengertian-pengertian di atas. Yang
perlu diingat dari rumus dasar akuntansi adalah:
1. Kita anggap aja, “=” ( sama-dengan ) sebagai pembatas sisi
kiri dan sisi kanan. Jadi, sisi kiri adalah Aset dan sisi kanan
adalah penjumlahan Hutang dan Modal. Dan yang perlu
diingat: Total sisi kiri dan total sisi kanan, harus sama! Ya
iyalah.. Kan tanda-nya “sama-dengan”. Ya harus sama donk..
2. Kalo transaksi kita membuat sisi kiri bertambah, maka
kita harus memberi label Debet. Sedangkan kalo membuat
berkurang, maka kita beri label Kredit.
3. Kalo transaksi kita membuat sisi kanan bertambah, maka
harus memberi label transaksi kita dengan Kredit. Sedangkan
kalo berkurang, maka kita beri label Debet.
.
Gimana? Gak susah kan? Udah gak usah dibikin bingung..
Pokoknya, cara ngingetnya adalah: Kiri = Kanan. Trus: Kiri

= debet. Dan: Kanan = Kredit.

Persiapan ketiga:
Sekarang waktunya kita buat kesepakatan. Tapi sebelum itu,
kita ngayal sebentar.
Bayangin kita punya 3 amplop besar. Masing-masing amplop,
kita
beri
nama Kantong
Makan, Kantong
Transport dan Kantong Tabungan.
Dan tiba-tiba kita dapat uang 900 ribu rupiah kontan (terserah
mo dibayangin dapat dari mana). Selanjutnya, uang tersebut
kita bagi 3 dan kita masukkan ke masing-masing kantong
sehingga masing-masing berisi 300 ribu.
Suatu ketika, Kantong Makan sudah habis sedangkan kita
sangat lapar. Sedangkan di Kantong Tabungan masih
lengkap 300 ribu. Karena kita harus makan, maka kita
meminjam uang dari Kantong Tabungan 100 ribu.
Dan supaya kita tidak lupa, maka kita menulis di Kantong

Tabungan: Diambil 100 ribu.
Disaat yang sama, kita menulis di Kantong Makan:
Ditambah 100 ribu.
Dan begitu seterusnya. Setiap kita memindahkan uang dari
satu kantong ke kantong lainnya, maka kita harus mencatat di
kedua kantong tersebut.
Nah, begitu juga akuntansi.
Kita harus mencatat keuangan kita, sesuai kelompok
peruntukannya.
Dan
saat
kita
hendak
memindahkan
peruntukan uang dari satu kelompok ke kelompok yang lain,
maka kita harus mencatatnya di kedua kelompok peruntukan
tersebut.

Dan kelompok-kelompok peruntukan itu kita sebut Perkiraan
(Account). Jangan tanya kenapa namanya begitu. Gw juga

gak tau siapa yang ngasih nama..
Selain nama, biar lebih gampang, Account tadi juga kita kasih
nomor.
Nah.. Disinilah kesepakatan kita. Pokoknya, semua harus ikut
kesepakatan ini.
Untuk Nama dan Nomor Account CV.SENYUM adalah:
Sisi kiri (Aset), akan memiliki Account:
100
110
120
130
140
150
160
170











Kas
Piutang
Persediaan suku cadang
Biaya sewa dibayar dimuka
Peralatan
Akumulasi Penyusutan Peralatan
Tanah
Aset Lain-lain

Sedangkan sisi kanan (Hutang dan Modal), akan
memiliki account:
HUTANG
200 – Hutang usaha
210 – Hutang bunga
220 – Hutang bank

MODAL

300 – Modal Sendiri
301 – Prive
PENDAPATAN
400 – Pendapatan jasa
BIAYA
500
510
520
530






Biaya
Biaya
Biaya

Biaya

perbaikan televisi
sewa
penyusutan peralatan
bunga

Loh..!!! Kok ada tambahan PENDAPATAN dan BIAYA?
Dirumus sebelumnya kan cuma Aset, Hutang dan
Modal???
Tenang.. Memang ada tambahan PENDAPATAN dan BIAYA. Tapi
sebenernya, dua ini cuma Account sementara dan sebenarnya
bagian dari MODAL.
Anggap aja seperti kantong celana lah. Tempatnya duit itu kan
di-brangkas atau laci rumah. Nah, karena kita mau jalan-jalan
naik bis, maka untuk sementara, duit modal jalan-jalan, kita
simpan di kantong celana. Nanti, kalo sudah sampai rumah,
duit sisanya (kalo ada sisa ya), kita balikin lagi ke
brangkas/laci.


Nah, brangkas/laci tadi itu anggap aja Account MODAL.
Sedangkan kantong celana itu, PENDAPATAN dan BIAYA.
Oke??? Gimana? Clear kan persiapan ketiga kita.. Mesti diinget-inget neh.. Jangan lupa..

Ntar dulu. Prive itu apaan?
Oh.. itu account yang nunjukin berapa jumlah modal yang
ditarik oleh pemilik.
Tahap persiapan belajar
sudah
selesai!
Begitu
pula
artikel bagian 1, juga selesai.
Berikutnya, CV. SENYUM kita, akan melakukan beberapa
transaksi. Nah, di bagian 2, kita akan belajar memasukkan
Transaksi-transaksi CV. SENYUM ke sebuah buku catatan yang
disebut Jurnal.
Oke.. Kalo sudah lulus bagian 1, silahkan meluncur ke Bagian
2.


Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 2)
Sebelum ngelanjutin baca artikel ini, pasti-in udah baca
yang Bagian 1 dulu. Kalo enggak, ya tanggung sendiri
kalo kepalanya senut-senut..
Pada bagian 2 ini, ternyata CV. SENYUM telah memulai bisnis
setahun
yang
lalu.
Tapi
sayangnya, belum membuat
Pencatatan akuntansi. CV. SENYUM memulai bisnisnya

pertanggal 1 Maret 2010. Dan, per tanggal 31 Desember 2010,
CV. SENYUM harus tutup buku. Sesuai permintaan, CV.
SENYUM ingin periode pembukuannya adalah dari Januari s/d
Desember tiap tahunnya.
Nah, tugas kita adalah,
menyusun Pembukuannya.

membantu

CV.

SENYUM

untuk

Berikut adalah oret-oretan (catatan) pemilik CV. SENYUM.
Oret-oretan ini, nantinya harus kita susun menjadi sebuah
pembukuan dan berikutnya menjadi laporan keuangan dan
seterusnya.
Transaksi 1 :
1 Maret 2010, Pemilik mendirikan perusahaan bernama CV.
SENYUM yang bergerak di bidang jasa perbaikan televisi.
Pemilik menggunakan uang pribadi sebesar Rp. 30.000.000
sebagai modal usaha.
Transaksi 2:
1 April 2010, CV. SENYUM menyewa sebuah toko kecil sebagai
bengkel. Biaya sewanya sebesar Rp. 8.000.000 selama 1 tahun
dan dibayar Tunai.
Transaksi 3:
1 Mei 2010, untuk menambah keuangan, CV. SENYUM
meminjam uang dari Bank BCA sebesar Rp. 40.000.000
dengan bunga 20% per tahun. Pinjaman tersebut akan jatuh
tempo per tanggal 1 Mei 2011.
Transaksi 4:
2 Mei 2010, CV. SENYUM membeli peralatan untuk reparasi
seperti Obeng, Multi tester, Osciloscop dan lain sebagainya dari

Toko Elektronik Jaya. Total pengeluaran sebesar Rp.
40.000.000 dan dibayar tunai.
Transaksi 5:
4 Mei 2010, CV. SENYUM membeli suku cadang komponen
sebagai Persediaan dari Toko Sinar Elektro. Total pengeluaran
sebesar Rp. 5.000.000 dan akan dibayar 15 Mei 2010.
Transaksi 6:
15 Mei 2010, CV. SENYUM membayar hutang ke Toko Sinar
Elektro sebesar Rp. 5.000.000 secara tunai.
Transaksi 7:
18 Mei 2010, CV. SENYUM membeli suku cadang komponen
sebagai Persediaan. Total pengeluaran Rp. 3.000.000 dan
dibayar tunai.
Transaksi 8:
28 Mei 2010, CV. SENYUM menggunakan Persediaan suku
cadang komponen untuk memperbaiki TV pelanggan. Total nilai
penggunaan sebesar Rp. 2.000.0000.
Transaksi 9:
10 Juni 2010, CV. SENYUM menerima pembayaran untuk jasa
reparasi TV dari pelanggan. Total penerimaan sebesar Rp.
35.000.000.
Transaksi 10:
9 November 2010, Pemilik manarik dana sebesar Rp.
10.000.000.
Nah, oret-oretan diatas adalah catatan transaksi dari CV.
SENYUM. Selanjutnya, kita harus menyusun oret-oretan diatas
menjadi sebuah catatan Akuntansi yang disebut Jurnal.
Lalu apa itu Jurnal?

Alaah.. gampangnya, itu sebuah catatan harian semua
transaksi Usaha. Bedanya sama oret-oretan diatas, mencatat di
Jurnal harus menambahkan nama dan nomor Account yang
sesuai (Buat yang gak tau apa itu Account, baca artikel Bagian
1. Oke..).
Dan karena kita mencampur semua jenis transaksi menjadi
satu tabel catatan, maka jurnal-nya kita sebut Jurnal Umum.

Kapan kita harus membuat Jurnal?
Jurnal semestinya ditulis setiap terjadi transaksi. Atau
setidaknya setiap hari. Tapi, berhubung CV. SENYUM
sebelumnya tidak mengenal Akuntanti, terpaksa deh kita
harus me-rapel pembuatan Jurnalnya. Jadi ingat ya,
pencatatan transaksi ke dalam Jurnal Umum dilakukan setiap
terjadi transaksi, OK? Sip!

Perlu diingat!
Yang sangat perlu diingat saat menyusun Jurnal adalah, kita
harus menggunakan rumus dasar Akuntansi yang sudah kita
obrolin di bagian 1.
Ingat, sisi kiri dan sisi kanan harus sama. Dan, penambahan di
sisi kiri = Debet. Sedangkan penambahan di sisi kanan =
kredit.
Oke.. Sudah di-ingat-ingat kan?

Selain itu, ingat-ingat pula daftar Account kita pada Bagian 1.
Apa saja yang termasuk Aset, Hutang, Modal, Pendapatan dan
Biaya.
Lupa..?? Wadooh.. Buka lagi artikel Bagian 1..!!
Oke, kita anggap semua sudah siap. Kita akan coba susun
transaksi demi transaksi di-oret-oretan tadi.
TRANSAKSI 1 :
Dari oret-oretan, hal pertama yang dilakukan oleh Pemilik
adalah memasukkan modal usaha dan kita akan membuat
Jurnal Umumnya. Jika sudah siap, pertama-tama, tulis No
Transaksi seperti pada gambar di bawah (lihat no 1).
Selanjutnya, tulis tanggal transaksi seperti no2.

Karena transaksi ini adalah setoran pemilik ke CV. SENYUM,
maka Semua duit yang masuk ke CV. SENYUM, pastinya akan
masuk ke KAS perusahaan kan?
Lalu, adakah Account Kas (cari di article bagian 1)?
Ya.. Ada! Account Kas adalah salah satu account Aset yang
bernomor 100 dan berada di bagian sisi kiri rumus dasar

Akuntansi. Artinya, kita sedang menambahkan nilai sebesar
30.000.000 di sisi kiri dari rumus akuntansi.
Ingat aturan pertama! Sisi kiri harus sama dengan sisi
kanan.
Berarti, kita juga harus menambahkan sebesar 30.000.000 di
sisi kanan. Tapi kita letakkan di Account apa?
Coba diingat-ingat lagi. Ada account apa saja di sisi kanan dan
account apa yang paling pas.
Ya!! Ada account Modal! Nomornya: 300.
Jadi, selain kita menulis Account Kas seperti pada no 3 pada
gambar di atas, kita juga harus menulis Account Modal seperti
pada no 4.
Sekarang, saatnya mengingat aturan rumus dasar
akuntansi yang kedua dan ketiga!
Penambahan pada sisi kiri, harus kita beri label Debet!
Makanya, nilai 30.000.000 pada account Kas, kita tulis di
kolom Debet (lihat no. 8 pada gambar).
Sedangkan penambahan pada sisi kanan, harus kita beri label
Kredit! Makanya, nilai 30.000.000 pada account Modal, kita
tulis di kolom kredit (lihat no.9 pada gambar).
Sip… Transaksi 1, sudah kita tulis di jurnal. Dan kalo mau
iseng-iseng ngitung sisi kiri dan kanan, sampai detik ini, masih
sama-sama 30.000.000. Masih seimbang kan..?
TRANSAKSI 2:
CV. SENYUM menyewa tempat untuk bengkel.
Ini adalah pengeluaran pertama CV. SENYUM. Pengeluaran
disebut juga pembiayaan. Artinya, sewa tempat merupakan
salah satu biaya. Nah pertanyaannya, adakah account biaya
sewa tempat?

Yup.. Ada!
Sewa tampat, dapat kita masukkan ke dalam account Biaya
Sewa dengan nomor: 510. Dan account ini, berada di sisi
kanan. Artinya, dengan menggunakan aturan ketiga, maka
menambah nilai pada sisi kanan akan berlabel Kredit. Tapi ada
pengecualian di sini!
Yang jadi masalah adalah, kelompok Account Biaya bersifat
mengeluarkan atau mengurangi. Saat nilai account ini
bertambah, maka sesungguhnya, nilai sisi kanan malah akan
berkurang. Jadi, saat catatan Account Biaya Sewa bertambah
sebesar 8.000.000, maka sisi kanan sesungguhnya berkurang
8.000.000.
Karena itu, label-nya pun harus dibalik. BUKAN berlabel Kredit,
tapi kita beri label Debet.
Dan karena sisi kanan berkurang, maka sesuai aturan
pertama, maka sisi kiri pun harus berkurang dengan nilai yang
sama.
Dan dari mana duit pengeluaran biaya sewa kita ambil? Ya,
kita ambil dari Kas!
Karena itu, kita harus mencatat pengurangan Account Kas
sebesar 8.000.000. Dan ingat aturan kedua. Saat sisi kiri
berkurang, maka pencatatan tersebut harus berlabel Kredit.
Lihat gambar berikut:

TRANSAKSI 3:
Pada transaksi 3, CV. SENYUM menambah modal dengan
meminjam dana dari Bank BCA. Artinya, ada pemasukan uang
ke CV. SENYUM.
Seperti sebelumnya, dana segar yang masuk ini, kita
masukkan ke KAS. Dan karena transaksi ini menambah sisi kiri
RUMUS, maka harus berlabel Debet.

Dan sesuai aturan rumus pertama, yaitu sisi kiri = sisi kanan,
maka di sisi kanan pun harus kita tambahkan dengan nilai
yang sama.
Ada Account Hutang Bank bernomor 220!

Ya, kita catat di account tersebut. Dan ingat aturan ketiga.
Penambahan sisi kanan harus berlabel Kredit.
TRANSAKSI 4:
Untuk bekerja, CV. SENYUM membutuhkan peralatan.
Karenanya, pada transaksi keempat, CV.SENYUM beli peralatan
senilai 40.000.000.
Ketika CV.SENYUM membeli peralatan, maka peralatanperalatan tersebut akan menjadi HAK MILIK CV.SENYUM. Atau
bisa disebut juga sebagai kekayaan CV.SENYUM. Sedangkan
kekayaan merupakan ASET.
Jadi, saat CV.SENYUM membeli peralatan, maka sesungguhnya
CV.SENYUM sedang menambah ASET perusahaan. Maka dari
itu, transaksi ini akan kita catat di salah satu account Aset
yang berada pada sisi kiri RUMUS.
Dan ternyata, pada sisi kiri, kita memiliki Account Peralatan
yang bernomor 140. Dan ingat, menambah pada sisi kiri harus
berlabel Debet. Juga harus diingat, sisi kiri dan sisi kanan
harus tetap sama.
Berarti, apakah kita harus menambahkan nilai pada sisi
kanan?
Tidak juga, agar sisi kiri tetap sama dengan sisi kanan, tidak
selamanya harus menambah di kedua sisi. Tapi bisa juga
dilakukan dengan menambah sisi kiri, juga mengurang sisi
kiri.
Dengan kita menambah account Peralatan yang merupakan
salah satu account Aset, maka kita cukup mengurangi account
Kas, yang juga salah satu account aset, dengan nilai yang
sama. Hasilnya seperti gambar di bawah. Kedua Account (Kas

dan Peralatan) merupakan account Aset namun, satu berlabel
Debet dan yang lain berlabel Kredit.

.
TRANSAKSI 5:
Selain peralatan, CV.SENYUM juga membutuhkan suku cadang
untuk memperbaiki Televisi. Dan pada transaksi ini,
CV.SENYUM membeli suku cadang sebagai persediaan dengan
cara KREDIT (berhutang).
Seperti halnya peralatan, suku cadang persediaan ini
merupakan aset. Karena itu harus dicatat pada sisi kiri.
Kita memiliki account Persediaan bernomor 120 untuk
mencatatnya. Dan selalu diingat, menambah disisi kiri harus
berlabel Debet.
Agar sisi kiri dan kanan tetap seimbang, maka kita harus
menambah atau mengurangkan pada account lain. Hmm.. Dan
karena suku cadang dibeli dengan cara hutang, maka yang
lebih pas adalah menambah account Hutang Usaha yang
bernomor 200. Account ini adalah salah satu dari account
HUTANG dan berada di sisi kanan. Ingat, menambah sisi kanan
harus berlabel Kredit. Lihat gambar di bawah:

.
TRANSAKSI 6:

Jika sebelumnya (transaksi 5), CV.SENYUM berhutang, maka
pada transaksi ini, CV.SENYUM akan membayar hutang.
Untuk membayar hutang, maka kita harus mengurangi account
Hutang Usaha. Ingat, mengurangi sisi kanan harus berlabel
Debet.
Karena kita mengurangi sisi kanan, maka agar rumus tetap
seimbang, maka kita harus mengurangi juga sisi kiri. Lagian,
ini kan bayar hutang, makanya kita harus mengambilnya dari
uang Kas. Artinya, kita harus mengurangi account Kas. Ingat,
mengurangi sisi kiri, harus berlabel Kredit.
Lihat gambar di bawah:

.
TRANSAKSI 7:
Pada transaksi ini, CV.SENYUM belanja lagi suku cadang untuk
persediaan. Tapi kali ini, dengan cara TUNAI.
Seperti pada transaksi 5, maka pembelian ini harus kita catat
pada account Persediaan yang merupakan sisi kiri. Karena
pembelian dilakukan secara Tunai, maka kita cukup
menguranginya dari account Kas yang juga berada di sisi kiri.
Ingat, menambah sisi kiri harus berlabel Debet sedangkan
mengurangi sisi kiri harus berlabel Kredit.
Lihat gambar berikut:

.

TRANSAKSI 8:
Akhirnya, CV.SENYUM memiliki pelanggan yang memintanya
untuk memperbaiki Televisi. Dan untuk perbaikan televisi
tersebut, CV.SENYUM harus mengambil beberapa persediaan
suku cadang dari gudang.
Karena CV. SENYUM menggunakan/mengeluarkan suku cadang
persedian yang merupakan aset usaha, maka transaksi ini
harus dicatat sebagai pengeluaran.
Pengeluaran merupakan pembiayaan, karenanya harus dicatat
ke dalam account BIAYA yang berada disisi kanan. Dan account
Biaya yang cocok adalah: Account Biaya Perbaikan Televisi
yang bernomor 500.
Seperti pada transaksi 2, ketika kita menambah nilai account
Biaya, sesungguhnya kita malah mengurangi nilai sisi kanan.
Artinya, penambahan tidak akan berlabel Kredit, tapi malah
berlabel Debet.
Dan agar rumus tetap seimbang, maka kita harus mengurangi
account persediaan yang berada disisi kiri. Lagian, suku
cadangnya kan kita ambil dari Persediaan. Jadi, account yang
tepat untuk mencatatnya, tentu account persediaan. Dan ingat,
mengurangi sisi kiri harus berlabel Kredit.
Lihat gambar:

.

TRANSAKSI 9:
Syukurlah.. Pada Transaksi 9 ini, pelanggan akhirnya
membayar tagihan reparasi CV.SENYUM. Dan CV. SENYUM pun
akhirnya memiliki pendapatan pertamanya.
Pendapatan ini, langsung kita masukkan ke Kas perusahaan.
Dan seperti biasa, kita catat ke account Kas yang merupakan
account sisi kiri.

Dan supaya rumus tetap seimbang, kita juga harus
mencatatnya disisi kanan.
Ya, kita catat di account Pendapatan Jasa dengan nomor 400.
Dan tetap diingat, menambah sisi kanan harus berlabel Kredit.

TRANSAKSI 10:
Ternyata, pemilik membutuhkan dana segar untuk kebutuhan
sehari-hari. Dia pun menarik dana dari CV. SENYUM sebesar
10.000.000.
Penarikan dana, dicatat dengan menggunakan account Prive
yang bernomor 310. Account Prive adalah salah satu account
MODAL yang berada di sisi kanan.
Seharusnya, sesuai aturan, menambah sisi kanan akan
berlabel kredit. Namun sesungguhnya, saat kita menambahkan
nilai pada account Prive, kenyataanya kita sedang mengurangi
nilai dari sisi kanan (Ingat, account Prive adalah account untuk
mencatat penarikan). Jadi, alih-alih kita beri label Kredit, kita
akan memberinya label Debet.

Dan agar seimbang, kita akan mengurangi nilai account KAS.
Account KAS berada di sisi kiri. Dan mengurangi sisi kiri
berlabel Kredit.


Wooww…! Panjang banget neh artikelnya. Fuiih..
Tapi akhirnya, artikel bagian 2 ini selesai sampai disini.
Semua transaksi yang ada di oret-oretan sudah kita pindahkan
ke Jurnal Umum.
Nah, bagaimana hasil keseluruhan Jurnal Umum, lihat gambar
berikut:

Dan… Sampai ketemu lagi di bagian 3 yang akan membahas
tentang membuat laporan keuangan. Ups, maksud gw,
ngebahas Buku Besar.. Baru abis itu ngebahas laporan
keuangan..

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 3)
Nah, di bagian 3 ini, kita akan coba posting isi Jurnal ke
dalam Buku Besar.

Apa maksudnya Posting?
Sebenernya, yang dimaksud posting itu adalah memindahkan
isi Jurnal ke dalam Buku Besar.

Emangnya, apa sih Buku Besar itu?
Buku Besar itu sebenernya sama-sama catatan seperti Jurnal.
Tapi ada beberapa perbedaan.
1. Jurnal dicatat tiap hari sedangkan Buku Besar secara
periodik. Misalkan setiap sebulan sekali.
2. Saat mencatat pada jurnal, kita tulis semua Account sesuai
urutan tanggal dan waktu transaksi pada satu tempat.
Sedangkan pada Buku Besar, masing-masing Account akan kita
pisahkan. Jadi, nanti akan ada buku besar KAS, buku besar
MODAL dan lain sebagainya.

Oke, pengantarnya sampai disini aja. Selanjutnya, kita coba
praktekkan cara Posting catatan dari Jurnal kita ke dalam Buku
Besar. Oya, Jurnal yang kita gunakan adalah Jurnal yang kita
susun di bagian 2 ya. Siap? Lihat gambar dibawah:

Cara mem-posting isi Jurnal ke dalam Buku Besar.
1. Buat sebuah tabel dengan Header : No, Tanggal, Penjelasan,
Ref, Debet, Kredit, Saldo Debet dan Saldo Kredit.
2. Beri judul tabel dengan nama masing-masing nama Account
yang kita gunakan. Jangan lupa beri nomor account.
3. Selanjutnya, pindahkan transaksi dari Jurnal ke dalam Buku
Besar. Misalkan, kita mulai dari Account KAS. Pindahkan semua
transaksi Account KAS ke dalam Buku Besar berjudul KAS.
Lihat gambar diatas untuk mengetahui mapping datanya.
4. Hitung besar Saldo dari account tersebut.


Untuk nilai Saldo tanggal pertama, cukup salin nilai yang
ada pada kolom Debet/Kredit. Misal: nilai tanggal pertama

adalah Rp. 30.000.000 dan berlabel Debet, maka tuliskan nilai
ini pada kolom Saldo Debet.
Untuk nilai Saldo tanggal kedua dihitung dengan cara;



nilai Saldo tanggal pertama dikurang/ditambah nilai tanggal
kedua yang ada pada kolom Debet/Kredit. Jika Debet bertemu
Debet maka ditambah. Jika Kredit bertemu Kredit maka
ditambah. Jika Debet bertemu Kredit maka dikurang.
Dan seterusnya untuk tanggal-tanggal berikutnya.



5. Lakukan untuk tiap-tiap Account.
Apa sih gunanya Buku Besar ini. Kan isinya sama aja
dengan Jurnal?
Yup.. Sebenernya isinya sama aja. Tapi dengan Buku Besar ini,
kita ingin melihat pencatatan keuangan per Account. Nah, dari
sini kita bisa melihat, berapa sih uang kita di account KAS?
Berapa uang kita di Account Modal? Dan seterusnya.
.
Sesuai data Jurnal, ada 10 account yang kita gunakan yang
berarti akan ada 10 Buku Besar yaitu:
ASET
100 KAS
120 PERSEDIAAN
140 PERALATAN

HUTANG

200 HUTANG USAHA
220 HUTANG BANK

MODAL
300 MODAL
301 PRIVE

PENDAPATAN
400 PENDAPATAN JASA

BIAYA
500 BIAYA PERBAIKAN TV
510 BIAYA SEWA

Nah, setelah semua Account sudah kita buatkan Buku
Besarnya, maka beginilah penampakan dari Buku Besar CV.
SENYUM:

So.. Semua account telah kita buat BUKU BESAR-nya.
Dan cukup sampai disini pembahasan bagian 3-nya. Ketemu
lagi dibagian 4 yang akan membahas tentang pembuatan
laporan keuangan. Eh, salah dink.. Kita masih harus membahas
neraca saldo, jurnal penyesuaian dan jurnal penutup.. Ini
penting buat bikin laporan keuangan..

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 4)
Daaan, di Bagian 4 ini, kita mau belajar cara bikin
sebuah NERACA SALDO dari Buku Besar yang udah kita susun
sebelumnya.

Aih! Apa itu neraca saldo???
Neraca Saldo itu sebenernya rangkuman dari Buku Besar. Kalo
masih bingung apa itu buku besar, berarti belum baca yang
Bagian 3. Jadi, gih, baca dulu!
Oke, lanjut.
Jadi, Neraca Saldo itu, adalah sebuah tabel yang berisi saldo
terakhir dari tiap-tiap account pada Buku Besar. Ingat, di
Bagian 3, kita udah buat 10 buah Buku Besar. Masing-masing
buku besar, adalah catatan tiap-tiap account.

Contohnya adalah Buku Besar KAS dibawah:

Buku besar KAS
39.000.000,-

diatas,

punya Saldo

Akhir

adalah

Rp.

Nah, Saldo Akhir inilah yang akan kita tulis di NERACA SALDO.
Gak cuma Buku Besar KAS, tapi semua Buku Besar kita
masukkan ke NERACA SALDO.

Kapan kita buat Neraca Saldo??
Neraca Saldo ini kita buat, kapan saja kita butuh! Hee.. Yang
penting, harus didahului dengan posting Buku Besar. Karena
kita posting Buku Besar sebulan sekali, sekalian aja buat
Neraca Saldo juga sebulan sekali. Neraca Saldo ini dibutuhkan
saat kita mau buat laporan keuangan, atau mau cek kondisi
keuangan. Dengan membuat Neraca Saldo, kita bisa melihat,
apakah pencatatan keuangan kita sudah benar. Kok bisa? Yup!
Neraca Saldo harus memiliki hasil Debet dan Kredit yang
seimbang! Jika ada perbedaan antara Debet dan Kredit, berarti
ada yang salah pada saat proses pencatatan Jurnal atau
mungkin saat posting Buku Besar.

Oke, kita mulai menyusun Buku Besar yah.
Pertama, kita tulis judul dari NERACA SALDO kita dengan
menuliskan kapan kita buat Neraca Saldo ini.
Ini penting. Misalkan kita tulis, NERACA SALDO per Desember
2010. Artinya, Neraca Saldo ini adalah kondisi saldo account
sampai bulan Desember 2010 untuk (1 tahun keuangannya
dari Januari dan berakhir di Desember). Kalo Neraca Saldo
dibuat di bulan Mei, ya berarti di tulis NERACA SALDO per Mei
2010.
.
Selanjutnya, selalu diingat, jika Saldo Akhir pada Buku Besar
memiliki Label DEBET, maka tulis di NERACA SALDO pada
kolom Debit. Begitu juga, jika berlabel Kredit.
.
Nah, kalo kita rangkum, maka NERACA SALDO CV.SENYUM per
Desember 2010 adalah sebagai berikut:

Ayolah.. Gak usah dibuat bingung.. Ini cuma mindahin saldo
akhir di tiap-tiap Account ke dalam sebuah tabel aja kok..
Dan.. Antara Debet dan Kredit, harus memiliki Saldo
sama!
Kalo beda, berarti ada kesalahan..

Oke, sampai disini dulu Bagian 4.

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 5)
Oke, gw anggap kita semua udah baca
sebelumnya. Nah, coba kita review lagi yah:

artikel-artikel

Bagian 1: Kita belajar pendahuluan. Mulai dari rumus
akuntansi sampai kenal apa itu account (Perkiraan).
Bagian 2: Kita belajar cara bikin Jurnal Umum dari sebuah
oret-oretan (catatan) dagang CV. SENYUM.
Bagian 3: Kita udah belajar cara mindahin Isi Jurnal, ke Buku
Besar.
Bagian 4: Kita coba buat Neraca Saldo dari Buku Besar.
Daaan.. Untuk berikutnya, kita akan belajar tentang JURNAL
PENYESUAIAN.
Jurnal Penyesuaian ama Jurnal Umum itu abang adek lah..
hehehe. Tapi bener kok. Jurnal Penyesuaian itu ya sejenis

jurnal atau catatan. Jadi, cara nulisnya pun sama dengan
Jurnal Umum. Hanya, apa yang ditulislah yang berbeda.
Well, ceritanya begini..
Pada artikel Bagian 4, kita udah buat Neraca Saldo kan? Nah,
Neraca Saldo itu adalah neraca saldo periode Januari 2010 –
Desember 2010. Dan seharusnya, semua transaksi di periode
tersebut, peruntukannya (pemanfaatannya) ya harus untuk
periode itu juga.
Maksudnya apa sih??
Maksud gw gini. Kita ambil satu contoh transaksi aja ya.
CV.SENYUM kan pernah sewa tempat buat toko-nya selama 1
tahun (12 bulan). Dan sewa dimulai pada tanggal 1 April 2010
(coba cek Jurnal Umum-nya). Artinya, sewa berakhir 31 Maret
2011.
Masalahnya, periode akuntansinya itu adalah 1 Januari 2010
dan berakhir 31 Desember 2010.
Jadi, diperiode 2010 ini, sewa-nya cuma selama 9 bulan saja
yaitu dari bulan April 2010 sampai Desember 2010. Sedangkan
sisa 3 bulannya lagi (dari Januari 2011 sampai Maret 2011),
seharusnya masuk ke perhitungan periode akuntansi 2011.
Dan yang jadi masalah adalah di periode 2010, CV.SENYUM
udah bayar full 12 bulan. Kalo begini, perhitungan periode
akuntansi 2010-nya jadi rugi dan gak valid karena terbebani
pengeluaran 3 bulan sewa untuk periode berikutnya.
Nah, inilah yang dimaksud, transaksi di periode 2010, tapi
sebagian peruntukannya untuk periode 2011. Dan hal-hal

seperti ini yang
Penyesuaian.

mengharuskan

kita

membuat

Jurnal

Kita harus memastikan, laporan keuangan kita hanya
menghitung transaksi yang dimanfaatkan/digunakan di periode
tersebut saja (misal periode 2010).

Kapan kita harus buat Jurnal Penyesuaian?
Jurnal Penyesuaian dibutuhin untuk membuat laporan
keuangan. Jadi, biasanya, Jurnal ini dibuat saat kita ingin tutup
buku. Jadi, setelah semua transaksi selama Januari s/d
Desember sudah dicatat dan diposting ke Buku Besar,
selanjutnya kita harus membuat Jurnal Penyesuaian agar
laporan keuangan kita akurat.

Hal-hal
apa
aja
Penyesuaian??!

yang

harus

Ada beberapa hal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Beban yang masih harus dibayar
Pendapatan yang belum diterima
Penyusutan Aktiva Tetap
Beban dibayar di muka
Pendapatan diterima di muka
Pemakaian Perlengkapan

dibuatkan

Jurnal

Coba kita bahas satu-satu ya..
1. Beban yang masih harus dibayar
Maksudnya adalah, seharusnya ada pengeluaran di periode
sekarang, tapi karena sesuatu (misal perjanjian), maka kita
boleh membayarnya sekaligus nanti di periode berikutnya.
Nah, jurnal penyesuaian berfungsi mencatat berapa sih
tanggungan pengeluaran yang seharusnya dibayar di periode
sekarang, tapi belum dibayarkan.
Contoh kasusnya:
Hutang Bunga (Bank). Kita berhutang ke bank dipertengahan
periode akuntansi (misal di bulan Juni 2010), dengan bunga
20% setahun. Artinya, pada bulan Mei periode berikutnya (Mei
2011), barulah kita harus bayar bunga sebesar 20% tadi.
Pertanyaanya, berapa bunga yang harus ditanggung oleh
periode 2010 (Juni – Desember 2010: 7 bulan) dan berapa
yang harus ditanggung oleh periode 2011?
Nah, besarnya tanggungan inilah yang masuk ke Jurnal
penyesuaian.

2. Pendapatan yang belum diterima
Maksudnya adalah, kita seharusnya menerima pembayaran di
periode sekarang. Tapi, karena sesuatu (misal pernjanjian atau
dihutang), pembayarannya mundur dan baru akan dibayar
nanti di periode berikutnya. Padahal kita harus tutup buku.
Contoh kasus:

Karena pelanggan kita terlambat membayar barang kita, maka
pelanggan tersebut harus membayar denda sebesar Rp.
200.000 dan pelanggan menjanjikannya di bulan Februari 2011
(perode sekarang adalah 2010).
Nah, karena ini sesungguhnya adalah transaksi Periode 2010,
maka kita harus mencatatnya pada jurnal penyesuaian.

3. Penyusutan Aset Tetap
Maksudnya adalah, aset (barang kepemilikan usaha kita)
seperti mobil, furnitur, komputer dan sebagainya, lambat laun
akan rusak dan harus diganti. Artinya, nilai barang tersebut
lambat laun akan turun. Nah, penurunan inilah yang harus
dicatat oleh jurnal penyesuaian.
Contoh kasus:
Usaha kita punya mobil operasional yang merupakan aset
perusahaan. Awalnya beli dengan harga 100juta. Suatu saat
nanti, mobil operasional kita tersebut akan tua dan rusak. Dan
kita harus menggantinya dengan yang baru.
Misalkan, kita perkirakan umur mobil itu 20 tahun. Artinya, kita
perkirakan dua puluh tahun kemudian, mobil itu rusak
sehingga bernilai nol rupiah. Jadi, setiap tahun, mobil tersebut
akan berkurang nilai nya sebesar 5 juta.
Nah, disini, jurnal penyesuaian harus mencatat besarnya
penyusutan aset sebesar 5 juta.

4. Beban dibayar di muka
Masih ingat contoh diawal tadi? Tentang biaya sewa?
Nah, itu adalah contoh untuk Beban dibayar di muka.

5. Pendapatan diterima di muka
Maksudnya adalah, kita udah dibayar full, tapi pekerjaan atau
barang, kita kirimkan bertahap hingga melampui periode
sekarang.
Contoh kasus:
Kita menyewakan alat berat selama 1 tahun (12 bulan) dan
telah dibayar full sejak awal. Kontrak sewa dimulai bulan Juni
2010 dan berakhir Mei 2011. Padahal, kita harus tutup buku 31
desember 2010. Artinya, sampai desember 2010 kita baru
menyewakan selama 7 bulan. Sisanya ada di periode
berikutnya.
Nah, disini kita harus membuat catatan penyesuaian sebesar
nilai sewa yang belum terpenuhi.

6. Pemakaian Perlengkapan
Maksudnya adalah penggunaan barang yang habis pakai. Kita
harus menghitung, berapa barang yang sudah terpakai dan
berapa sisa-nya. Dan sisanya itu bernilai berapa rupiah.
Selanjutnya, kita harus catat di jurnal penyesuaian.

Oke, oke.. Tapi kalo pake contoh transaksi CV.SENYUM,
apa aja yang perlu dibuat jurnal penyesuaian???
Sip..
Yang pasti, sesuai catatan Jurnal Umum CV.SENYUM, ada:
1. Sewa Tempat selama setahun, tapi baru mulai di bulan April
2010.
2. Pinjam Bank dengan bunga 20% selama setahun. Bunga
yang harus dibayar mulai Mei 2010.
3. Beli peralatan sebagai aset. Nilai peralatan ini akan
menyusut.
4. Belanja persediaan. Dan selama setahun, persediaan masih
ada sisa.
Nah, transaksi CV.SENYUM diatas
membutuhkan Jurnal Penyesuaian.

lah

yang

sepertinya

Trus, gimana bikinnya???
Wadooh.. Manja banget..
Ya udah, kita bahas satu persatu deh. Huh..

1. Sewa Tempat selama setahun, tapi baru mulai di
bulan April 2010.
Coba dilihat kembali Jurnal Umum CV.SENYUM (ada di artikel
Bagian 2).

Pada tanggal 1 April 2010, CV.SENYUM mulai menyewa
bengkel untuk durasi 12 Bulan (setahun). Setelah 31 Desember
2010, lama sewa adalah 9 bulan. Agar menjadi 1 tahun, masih
tersisa 3 bulan di periode berikutnya. Biaya sewa selama
setahun adalah Rp. 8.000.000. Jadi, 3 bulan sisanya jika
dirupiahkan adalah: Rp. 8.000.000 x 3 / 12 = Rp. 2.000.000.
Dan Rp. 2.000.000 juta inilah yang akan kita masuk-kan ke
dalam account Biaya Sewa Dibayar di Muka dengan nomor
account 130 (account dan nomornya dapat dilihat pada artikel
Bagian 1).
Perlu diingat juga, cara peletakan label Debet dan Kredit.
Account Biaya Sewa Dibayar Dimuka adalah account Aset dan
ada di sisi kiri.

2. Pinjam Bank dengan bunga 20% selama setahun.
Bunga yang harus dibayar mulai Mei 2010.
Coba dilihat kembali Jurnal Umum CV.SENYUM (ada di artikel
Bagian 2).
Pada tanggal 1 Mei 2010, CV.SENYUM mulai meminjam uang di
Bank BCA untuk durasi 12 Bulan (setahun) dengan bunga 20%
setahun. Periode ini (Jan – Des 2010) hanya memanfaatkan 8
bulan saja, sisanya 4 bulan dimanfaatkan di periode

berikutnya. Namun, pembayaran bunga, akan dilakukan di
periode berikutnya (jan – Des 2011), sehingga periode
sekarang (jan -des 2010) memiliki hutang bunga kepada
periode berikutnya sebesar : Rp. 40.000.000 x 20% x 8 / 12 =
Rp. 5.333.333.
Dan Rp. 5.333.333 juta inilah yang akan kita masuk-kan ke
dalam account Biaya Bunga dengan nomor account 530
(account dan nomornya dapat dilihat pada artikel Bagian 1).
Perlu diingat juga, cara peletakan label Debet dan Kredit. Biaya
bunga termasuk account Biaya.

3. Beli peralatan sebagai aset. Nilai peralatan ini akan
menyusut.
Coba dilihat kembali Jurnal Umum CV.SENYUM (ada di artikel
Bagian 2).
Pada tanggal 2 Mei 2010, CV.SENYUM membeli peralatan
bengkel senilai Rp. 40.000.000. Semua peralatan memiliki
umur sehingga suatu saat pasti akan rusak.
Kita perkirakan umur peralatan yang kita beli adalah 10
tahun. Kita gunakan metode linier untuk menentukan
penurunan nilai aset maka setiap tahun akan ada penurunan

nilai peralatan sebesar 10%. Sedangkan di periode ini, kita
belum genap setahun menggunakan peralatan (baru 8 bulan).
Berarti, berapa besar penyusutannya?
Rp. 40.000.000 x 10% x 8 / 12 = Rp. 2.666.666.
Dan Rp. 2.666.666 juta inilah yang akan kita masuk-kan ke
dalam account Biaya Penyusutan Peralatan dengan nomor
account 520 (account dan nomornya dapat dilihat pada artikel
Bagian 1). Perlu diingat juga, cara peletakan label Debet dan
Kredit.
Disini, kita juga memiliki sebuah account aset : Akumulasi
Penyusutan Peralatan. Account ini untuk mencatat penyusutan
secara keseluruhan.

.
4. Belanja persediaan. Dan selama setahun, persediaan
masih ada sisa.
Nah, kalo yang ini, kebetulan kita udah buat. Coba lihat dibuku
besar pada account Persediaan. So, kita udah gak perlu buat.
.
Nah, Jurnal Penyesuaian udah selesai.. Total, kita udah bikin 3
jurnal penyesuaian. Hasil jurnal ini, akan kita update ke dalam
Buku Besar.

.
Kok harus update Buku Besar lagi? Kapan Laporan
Keuangannya?
Hmm.. Sayangnya belum.. Abis ini, di Artikel berikutnya, kita
akan update Buku Besar setelah kita buat Jurnal Penyesuaian,
setelah itu masih harus buat Jurnal Penutup.. So.. Tunggu
artikel berikutnya yah

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 6)
Published December 22, 2013 Akuntansi 23 Comments
Tags: akuntansi, akuntansi dasar, Buku Besar, Buku Besar Akuntansi, jurnal penyesuaian

Okeeee.. Ayo kita mulai pembahasan berikutnya, yaitu Jurnal
Penutup! Eh, salah.. Sebelum itu, kita harus update dulu Buku
Besar setelah sebelumnya kita membuat Jurnal Penyesuaian.
.
Kenapa harus update Buku Besar?
Jurnal Penyesuaian, sama-sama jurnal seperti halnya Jurnal
Umum. Didalamnya, kita melakukan transaksi yang mengubah
nilai dari Account-account kita. Kalo nilai account ada yang
berubah, berarti Buku Besar harusnya juga berubah dong..
Nah, kebetulan Jurnal Penyesuaian kita, melibatkan 6 Account
berikut:

130
Biaya
Sewa
Dibayar
150
Akumulasi
Penyusutan
210
Hutang
510
Biaya
530
Biaya
520 Biaya Penyusutan Peralatan

di

Muka
Peralatan
Bunga
Sewa
Bunga

.
Dari account-account di atas, ada satu account yang
sebelumnya sudah kita buatkan Buku Besarnya yaitu Account
Biaya Sewa. Maka account inilah yang harus kita update.
Sedangkan Account-account yang lain belum pernah dibuatkan
sebelumnya, jadi harus dibuatkan yang baru.
Cara Posting-nya masih sama dengan cara Posting dari Jurnal
Umum, jadi gw gak perlulah menjelas lagi. Kalo lupa, ayo buka
lagi artikel Bagian 3!
.
Nah, kalo sudah jadi, beginilah penampakan update dan
tambahan Posting Buku Besar kita:

Sedangkan Buku Besar account-account yang lain masih sama
seperti berikut:

.
Trus, kapan sih sebenernya kita harus posting Buku
Besar?
Pokoknya, setelah kita menambahkan catatan pada Jurnal
(jurnal apapun itu), kita harus posting jurnal tersebut ke Buku
Besar.

Sip! Berarti, selesai sudah artikel bagian 6 ini. Selanjutnya, kita
akan buat Jurnal Penutup..

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 7)

Published January 7, 2014 Akuntansi 132 Comments
Tags: akun, akuntansi, akuntansi dasar, aset, biaya, Buku Besar, hutang, jurnal penyesuaian, laporan, laporan laba
rugi, modal, pendapatan, rumus akuntansi

Dan sebelum lanjut, kita review dulu apa aja yang udah kita
pelajari.
Bagian 1: Kita belajar pendahuluan. Mulai dari rumus
akuntansi sampai kenal apa itu account (Perkiraan).
Bagian 2: Kita belajar cara bikin Jurnal Umum dari sebuah
oret-oretan (catatan) dagang CV. SENYUM.
Bagian 3: Kita udah belajar cara mindahin Isi Jurnal, ke Buku
Besar.
Bagian 4: Kita coba buat Neraca Saldo dari Buku Besar.
Bagian 5: Kita membuat Jurnal Penyesuaian.
Bagian 6: Kita sudah mem-posting Jurnal Penyesuaian ke
dalam Buku Besar.
.
Daaaan.. Gw punya kabar baik buat teman-teman semua. Kali
ini, kita benar-benar akan membahas laporan keuangan!
.
Beneran? Laporan Keuangan yang mana?
Bener donk.. Dan kita akan buat Laporan Laba Rugi.

Ntar dulu.. Sebenernya, apa itu Laporan Laba Rugi?
Hmm.. Yaa, sesuai namanya aja. Laporan Laba Rugi berarti
laporan yang beris,i apakah usaha kita itu Laba (untung) atau
Rugi.
Pasti masih inget pepatah “Besar pasak dari pada tiang” kan?
Nah, itu contoh usaha yang rugi tuh. Pengeluarannya lebih
besar dari pada pemasukan. Atau biaya yang dikeluarkan lebih
besar dari pendapatan.
Jadi, Laporan Laba Rugi itu, Laporan yang membandingkan
besarnya nilai Pendapatan dan besarnya nilai Biaya.
Masih inget rumus dasar Akuntansi kan? Apa? Lupa? Waduh!
Buka artikel bagian satu deh.
Rumusnya gini nih:
ASET = HUTANG + MODAL
Dari rumus dasar ini lah jenis-jenis account dibedakan. Ada
Account-account ASET. Ada account-account HUTANG. Dan
ada account-account MODAL.
Tapi kalo ingatan kalian bagus, kita juga pernah dikenalin jenis
account yang lain selain ketiga jenis account tersebut. Coba
tebak!?
Yup! Account PENDAPATAN dan Account BIAYA. Kedua jenis
account ini adalah account sementara yang sebenarnya adalah
bagian dari account MODAL (Kalau kalian masih butuh
penjelasan, berarti kalian harus baca artikel bagian 1!!).

Nah..
Sebenernya,
Laporan
Laba
Rugi
itu,
hanya
membandingkan besarnya nilai account-account yang termasuk
ke dalam kedua jenis account ini.
Tapi ingat! Laporan Laba Rugi, bisa kita buat kalau kita sudah
membuat Jurnal Penyesuaian dan mem-posting-nya ke Buku
Besar.
.
Emangnya kenapa?
Karena, kalo belum dibuatkan Jurnal Penyesuaiannya, seperti
yang udah pernah gw tulis, hasil Laporan Laba Rugi menjadi
tidak akurat dan tidak valid.
.
Maksudnya gimana?
Aduh! Harusnya kalian balik lagi ke artikel bagian 5 nih. Tapi ya
udah, aku jelasin lagi deh.
Kan periode Akuntansi CV. SENYUM itu dari Januari sampai
Desember? Bener kan? Tapi CV. SENYUM pernah sewa tempat
untuk 1 tahun (12 bulan) dari bulan April 2010 sampai Maret
2011. Dan sudah dibayar lunas.
Lalu, saat CV. SENYUM harus buat Laporan Laba Rugi di akhir
Desember 2010, bagaimana menghitung pengeluaran Biaya
untuk sewa tempat? Apakah dihitung 12 bulan? Jadi gak akurat
dong. Gak valid deh.
Nah, di sinilah alasan kenapa Laporan Laba Rugi dibuat setelah
Jurnal Penyesuaian. Karena di Jurnal Penyesuaian lah Biaya

sewa tadi dipisahkan. Yang 9 bulan dihitung di periode 2010.
Dan sisa 3 bulannya lagi, akan dihitung di periode berikutnya
(2011).
Dengan begitu, Laporan Laba Rugi di akhir Desember 2010
menjadi benar-benar akurat.
Kalo udah jelas, yok kita mulai buat Laporannya!
1.

Tulis nama perusahaannya.

2.
3.

Tulis judulnya. Laporan Laba Rugi.
Tulis Periode-nya.

4.

Tuliskan semua account yang masuk ke dalam Account
Pendapatan dan besar nilainya. Kebetulan, Jenis Account
Pendapatan kita hanya memiliki 1 account yaitu Pendapatan
Jasa. Tapi terkadang, ada account pendapatan lainnya.
Misalkan, pendapatan dari penjualan aset, dan lain-lain. Dan
totalkan.

5.

Tuliskan semua account yang masuk dalam account biaya.
Dan totalkan.

6.

Tulis Laba Bersih yang berisi total nilai Pendapatan
dikurangi total nilai Biaya.
.
Lebih jelasnya, lihat gambar dibawah:

a
.
Dari mana gw dapat besarnya nilai account-account di
atas?
Tentu saja dari Buku Besar. Ayo buka Buku Besarnya dan lihat
nilai Saldo terakhir masing-masing Account. Dan tuliskan di
Laporan.
Gimana? Gampangkan bikin Laporan Laba Rugi?
.
Sip.. Sip..
Oya, sekedar tambahan. Laporan Laba Rugi ini, hanya
memperlihatkan, apakah usaha kita untung atau rugi. Tapi kita
tidak akan bisa melihat, berapa sih besar uang kita di
Perusahaan? Atau berapa sih besar kekayaan perusahaan kita?

Nah, untuk tahu itu semua, kita harus buat Laporan keuangan
lainnya.. Dan, tunggu di artikel berikutnya ya. Semoga
bermanfaat.

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 8)
Published April 26, 2016 Akuntansi 59 Comments
Tags: akuntansi, akuntansi dasar, belajar, Buku Besar, Buku Besar Akuntansi, catatan
keuangan, keuangan, laporan, modal, tutorial

Oya. Sebelum lanjut, pastiin kalian udah baca artikelartikel sebelumnya. Kenapa? Karena ini artikel serial!
Jika kalian belum baca artikel sebelumnya, gw jamin
kalian akan pusing tujuh puluh keliling!
.
Dan sebelum lanjut, kita review dulu apa aja yang udah kita
pelajari.
Bagian 1: Kita belajar pendahuluan. Mulai dari rumus
akuntansi sampai kenal apa itu account (Perkiraan).
Bagian 2: Kita belajar cara bikin Jurnal Umum dari sebuah
oret-oretan (catatan) dagang CV. SENYUM.
Bagian 3: Kita udah belajar cara mindahin Isi Jurnal, ke Buku
Besar.
Bagian 4: Kita coba buat Neraca Saldo dari Buku Besar.
Bagian 5: Kita membuat Jurnal Penyesuaian.
Bagian 6: Kita sudah mem-posting Jurnal Penyesuaian ke
dalam Buku Besar.
Bagian 7: Kita sudah belajar membuat laporan laba rugi. Dari
sana kita bisa tahu apakah usaha kita untung atau rugi!.

Siip.. Sekarang kita masuk ke topik baru yang disebut Laporan
Perubahan Modal.
Wih! Apaan tuh? Apa hubungannya sama Laporan Laba
Rugi?
Weits..
Tenang.
Jangan
heboh
dulu.
Jadi sebenernya, tanpa disadari, kita udah buat 2 laporan loh
sebelumnya. Coba buka lagi Bab 4 (Neraca Saldo) dan Bab 7
(Laporan
Laba
Rugi).
Nah, sebenernya keduanya itu adalah Laporan Keuangan. Dan
sekarang, kita nambah satu lagi yang disebut Laporan
Perubahan Modal.
Trus Laporan Perubahan Modal itu apa?!
Iya,
iya..
Sabar..
Ini
juga
mau
dijelasin.
Laporan Perubahan Modal itu berguna untuk nunjukin berapa
jumlah modal kita sekarang, setelah 1 tahun periode
keuangan.
Lah, emang modalnya berubah?
Hmm.. Berarti kurang nyimak artikel-artikel sebelumnya nih..
Coba cek Bab 7. Di sana dibahas Laporan Laba Rugi. Dan
hasilnya, ternyata CV. SENYUM lumayan untung gede tuh. Nah,
keuntungan itulah yang bisa menyebabkan jumlah modal
berubah.
Oooh..
Entar dulu. Jangan Oooh dulu. Belum selesai ini.
Selain keuntungan, coba cek lagi Bab 3 (Buku Besar). Bisa
nemuin Buku Besar Prive kan? Dan kalian pasti mau nanya,
apaan
itu
Prive?
Chk chk chk.. Berarti bacanya kurang seksama nih.
Prive itu Account untuk mencatat penarikan modal. Jadi ketika

pemilik usaha mengambil uang dari kas usaha, akan dicatat di
account ini. Dan tentu ini juga bisa menyebabkan modal
berubah.
Nah, sekarang boleh bilang oooh..
Oooh..
Lanjut ya.. Sekarang kita belajar bikin Laporan Perubahan
Modal.
1. Pertama, cari besar Modal Awal. Coba cek di Buku Besar
Modal.
2. Trus, cari besar Laba atau Rugi. Tapi kalau dilihat Laporan
Laba Rugi di Bab sebelumnya, CV. SENYUM mendapat
keuntungan
(Laba).
3.
Cari
besar
Prive.
Cek
di
Buku
Besar
Prive
4.
Selanjutnya,
cari
hasil
Laba
dikurangi
Prive.
5. Dan terakhir, jumlahkan Modal Awal dengan Laba tersisa
setelah
dikurangi
Prive,
dapat
tuh
Modal
Akhir.
6. Selesai deh..
Coba lihat contoh di bawah ya..

Contoh di atas kan kalau usahanya untung, gimana kalau
buntung alias rugi?
Gak jauh beda kok. Tinggal ganti aja “Laba Bersih” menjadi
Rugi. Dan nilainya dibuat minus atau dibuat dalam tanda
kurung.
Emang tanda kurung itu maksudnya apaan sih?
Hadeeeh.. Ini sih dasar banget.. Tapi ya sudahlah.
Jadi, tanda kurung itu adalah tanda di perhituangan keuangan
untuk menunjukkan nilai negative. Ok..

Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntansi (Bagian 9)
Published October 17, 2016 Akuntansi 20 Comments
Tags: akuntansi, akuntansi dasar, jurnal penutup

Maaf..
Maaf kalau update-nya sangat lambaaaaaaat..

Maaf..

Oke, kalau udah tenang dan gak marah-marah lagi, yuk kita
lanjutin..
======================
Serial “Cara Orang Awam Belajar Dasar Akuntasi” ini terdiri
dari beberapa bagian yang membahas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.

11.

Persiapan
Jurnal Umum
Buku Besar
Neraca Saldo
Jurnal Penyesuaian
Update Buku Besar
Laporan Laba Rugi
Laporan Perubahan Modal
Jurnal Penutup
Update Buku Besar (lagi)
Neraca

======================
.
Oya. Sebelum lanjut, pastiin kalian udah baca artikelartikel sebelumnya. Kenapa? Karena ini artikel serial!
Jika kalian belum baca artikel sebelumnya, gw jamin
kalian akan pusing tujuh puluh keliling!
.
Dan sebelum lanjut, kita review dulu apa aja yang udah kita
pelajari.

Bagian 1: Kita belajar pendahuluan. Mulai dari rumus
akuntansi sampai kenal apa itu account (Perkiraan).
Bagian 2: Kita belajar cara bikin Jurnal Umum dari sebuah
oret-oretan (catatan) dagang CV. SENYUM.
Bagian 3: Kita udah belajar cara mindahin Isi Jurnal, ke Buku
Besar.
Bagian 4: Kita coba buat Neraca Saldo dari Buku Besar.
Bagian 5: Kita membuat Jurnal Penyesuaian.
Bagian 6: Kita sudah mem-posting Jurnal Penyesuaian ke
dalam Buku Besar.
Bagian 7: Kita sudah belajar membuat laporan laba rugi. Dari
sana kita bisa tahu apakah usaha kita untung atau rugi!
Bagian 8: Kita sudah membuat Laporan Perubahan Modal. Di
laporan tersebut kita bisa melihat besar modal setelah
ditambah dengan Laba.
.
Lanjut yak..
Kita akan membahas Jurnal Penutup.
Wah, kok udah penutup? Udah mau kelar nih?
Yup.. Kita udah mau kelar hehehe.
Yah..
Tenang, kan ini baru Dasar Akuntansi. Jadi masih sangat
banyak yang harus dipelajari tentang Akuntansi. Ibaratnya,
kita baru melihat-lihat akuntansi lewat jendela. Setelah ini,
kalian
harus
masuk
ke
rumahnya.
Oke, cukup basa-basinya, gw akan lanjutin.
Kenapa sih kita perlu Jurnal Penutup?

Pertanyaan bagus. Untuk menjawabnya, gw akan balik
bertanya, masih inget dengan account-account Pendapatan dan
Biaya?
Sip! Berarti masih nyimak kalo inget. Tapi masih inget gak
kenapa ada account-account Pendapatan dan Biaya?
Hmm.. Hmm..
Kalo jawabnya begitu, keknya udah lupa. Coba buka
lagi Bagian 1.
……
Ah,
kelamaan,
gw
ulang
deh.
Account Pendapatan dan Account Biaya sebenernya cuma
account sementara. Karena cuma sementara, maka ada
waktunya
dimana
kita
harus
menutupnya.
Kalau masih pengen tahu penjelasan lengkapnya, buka Bagian
1 ya.
Oke, oke..
Sip.. Lanjuut..
Kita harus membuat Jurnal Penutup, karena saat kita
ingin menutup buku keuangan hanya account utama yang
boleh memiliki nilai. Apa itu account utama? Nih dia..
1.
Account-account Aset
2.

Account-account Modal

3.

Account-account Hutang
Sedangkan Account Pendapatan dan Account Biaya, semua
harus bernilai NOL.
Kenapa?

Supaya kita bisa balik ke rumus ajaib yang pernah kita pelajari
di awal:
Aset = Modal + Hutang
Oke, oke ngerti. Trus account apa yang harus kita tutup?
Wih, mantap kalo udah ngerti. Nah, ini nih account-account
yang harus kita tutup.
PENDAPATAN
400 – Pendapatan jasa
BIAYA
500

Biaya
perbaikan
510

Biaya
520

Biaya
penyusutan
530 – Biaya bunga
301 – Prive
Trus gimana cara nutupnya?

televisi
sewa
peralatan

Hmm.. Ikuti dengan teliti ya. Berikut tahap-tahap membuat
Jurnal Penutup.
1. Kita tutup Account Pendapatan dengan memindahkanya ke
Account Ikhtisar Rugi/Laba
Eit.. Ntar dulu.. Apaan lagi itu account Ikhtisar
Rugi/Laba?
Untuk saat ini, pahami aja account Ikhtisar Rugi/Laba adalah
account yang sangat sementara. Kita hanya akan pakai untuk
numpang
lewat.
Gw lanjut ya..
Oke..
Berikut tahap-tahap membuat Jurnal Penutup.

1.

Kita tutup Account Pendapatan dengan memindahkanya
ke Account Ikhtisar Rugi/Laba.
2.
Kita tutup Account Biaya dengan memindahkanya ke
Account Ikhtisar Rugi/Laba.
3.
Kita
tutup
Account
Ikhtisar
Rugi/Laba
dengan
memindahkan ke account Modal Sendiri.
4.
Kita tutup Account Prive dengan memindahkan ke account
Modal Sendiri.
5.
Selesai..
Gimana, udah tau kan langkahnya?
Sip.. Sudah..
Kalo gitu lanjut praktek ya..
Pertama,
kita
tutup
Account
Pendapatan
dengan
memindahkanya
ke
Account
Ikhtisar
Rugi/Laba.
Karena kita memindahkan dari account Pendapatan, berarti
kita mengosongkan/mengurangi isi account Pendapatan. Dan
ingat, account Pendapatan hanyalah account sementara-nya
account Modal yang berada di sisi KANAN. Artinya, mengurangi
account ini harus kita beri label DEBET.
Sesuai data yang kita punya, berikut adalah Jurnal Penutup
Pendapatan:

Kedua, kita tutup Account Biaya dengan memindahkanya ke
Account
Ikhtisar
Rugi/Laba.

Perhatikan, ada sedikit perbedaan di sini. Seperti pada account
Pendapatan, karena kita memindahkan dari account Biaya,
berarti kita mengosongkan/mengurangi isi account Biaya. Dan
ingat, account Biaya juga hanyalah account sementara-nya
account Modal yang berada di sisi KANAN. TAPI, account Biaya
bernilai
negatif/bersifat
mengeluarkan
dana
(account
Pendapatan bersifat positif seperti halnya account Modal
Sendiri yaitu memasukkan