BAB II LANDASAN TEORITIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1. Riwayat Hidup Georg Simmel

  Georg Simmel lahir pada tanggal 01 maret 1858, di sudut Leipzigerstrasse

  1

  dan Friedrichstrasse, pusat kota Berlin. Tempat kelahirannya secara simbolis cocok dengan kehidupan seorang yang berada dalam titik pertemuan (intersections) berbagai gerakan yang secara intensif sangat dipengaruhi oleh ―persilangan arus-arus‖ (cross-

  

currents) lau-lintas intelektual dan keserbaragaman aral moral (multiplicity of moral

directions).

  Simmel merupakan ―sosok urban modern‖ (a modern urban man) yang tidak berakar dalam budaya masyarakat tradisional. Seperti layaknya yang terlukis dalam salah satu esainya, ―Orang Asing‖ (The Stranger), Simmel berada dalam jarak yang ―dekat‖ dan sekaligus ―jauh‖ pada waktu yang bersamaan, ―seorang pengembara penuh daya kekuatan‖ (a potential wanderer). Kendati tidak ―berjalan‖ terus-

  2 menerus, ia selalu tidak dapat mengatasi kebebasan untuk datang dan pergi.

  Georg Simmel merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya merupakan pedagang Yahudi yang kaya, yang menganut agama Katolik Roma.

  1 Kelahiran simmel ini kutip dari sebuah kutipan dari A.B Widyanta dalam buku Sosiologi

Budaya yang dia kutip juga dari oleh David Frisby dalam buku Bohringer & ZK. Grunder (editor) yang

berjudul Asthetik und Soziologie um die Jahrhundertwende : Georg Simmel. Satu-satunya anak

Simmel, Hans Simmel, mengatakan bahwa, ... pada tanggal 1 maret 1858, Georg Simmel, ayah saya,

terlahir di sebuah rumah di sisi barat laut dari persilangan Leipzigerstrasse dan Friedrichstrasse. Di sisi

barat pusat kota yang lama, dua jalan ini nantinya menjadi jalan yang mempunyai sifat khas dan

merupakan jalur perdagangan yang sangat penting... Lihat dalam David Frisby. Georg Simmel key

Sociologist (London: Tavistock.1984),.21. Lihat juga Lewis Coser, Master of Socilogical

Thought;ideas in hitorical and sosial contexs. (New York :Harcount brace Jovanovich. 1971).,194.

  2 Ungkapan ini pernah diungkapkan oleh Hans Si mmel, Ia mengatakan, ―Dia (Simmel)

merupakan urban modern, ... seorang yang terasing di tanah kelahiranya sendiri. Layaknya orang asing

dilukiskan dalam sala satu esainya yang sangat terkenal, ia berada dekat dan jauh sekaligus dalam waktu yang sama, seora ng pertualangan yang penuh daya kekuatan‖. uraian diatas lihat David Frisby Sedangkan ibunya adalah orang yahudi tulen yang menganut agam Kristen Protestan (Lutheran). Ia dibaptis dalam tradisi iman Kristen Protestan yang di kemudian hari meninggalkan keanggotaan Gerejanya, namun masih saja ―meng-imani‖ tatkala

  3 minatnya terhadap filsafat agama muncul.

  Saat Georg masih dalam usia sekolah, yang terhitung masih kecil, ayahnya meninggal dunia. Hubungannya yang agak jauh dengan ibunya menyebabkan Georg merasa tidak mempunyai lingkungan keluarga yang aman hingga menimbulkan perasaan marjinalitas dan ketidakamanan di masa kanan-kanak dan remaja. Hal ini semakin relevan tatkala ia mengatakan bahwa tak seorangpun dari penghuni rumah

  4 ayahnya itu yang berbasis pada budaya intelektual.

  Setelah kematian ayah Georg, Julius Friedlander- seorang teman dari keluarga Georg dan produser musik yang sangat sukses, banyak peranan dalam membesarkan Georg dari masa kecil hingga mencapai gelar doktornya. Tidak heran bila Georg

  5

  mempersembahkan disertasinya u Warisan uang ntuk ―ayah angkatnya‖ tersebut. ayah angkatnya memungkinkan Georg mempertahankan gaya hidup borjuis. Kendati

  6 karir akademis tidak mendatangkan banyak uang bagi Georg .

  Di tahun 1876, sesudah lulus Gymnasium, Simmel masuk Universitas Berlin. Pada awalnya, ia banyak mempelajari sejarah folk psychology, seni, dan filsafat. Beberapa figur akademisi yang sangat penting dan berpengaruh pada waktu itu di

  3 Beberapa esai Simmel tentang agama dan kristianitas pernah dikaji oleh Bradphetic E. Star

dengan judul : ―The Tragedy of The Kingdom, Simmel and Troeltsch on Prophetic Religions‖, dalam

Journal of Religious Ethics (JRE) 24. 1, Spring 1996.,141-167. Simmel juga menulis The Sociology of

Religions (1906), yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Curt Rosenthal pada tahun

1959 terbitan New York : Philosophical Library)

4 David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,22. Lihat juga Lewis Coser. Master of Socilogical

  

Thought.,194; Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Modern, (Jakarta:Garamedia Pustaka Utama

1994),. 253. Renate Mayntz, dalam David L Shill, International Encyclopediaof The Social Science,

vol.14, (New York: Free Press & Macmilan, 1968)., 252.

  5 David Frisby..., 23. antaranya sejarawan Theodor Mommsen, Treitschke, Sybel, dan Droysen; filsuf Friendrict Harms Dan Eduard Zeller; sejarawan seni Hermann Grimm; antropolog

  7 Moritz Lazarus

  dan Steinthal —Wilhem Dilthey dan Wilhem Wundt ikut diajarnya--

  8

  (seorang pendiri Voelkerpsychologie) dan psikolog Adolf Bastian. Itu sebabnya tulisan awal Simmel berada di wilayah studi filsafat dan psikologi.

  Pada tahun 1880, disertasinya tentang musik berjudul Psychological and

  9 Ethnografic Studies on Music ditolak. Setahun berikutnya baru Simmel menerima

  gelar doktor di Universitas Berlin. Disertasinya membahas tentang Discriptions and

  

Assesment of Kant’s Various Views on the Nature of Matter dengan judul The Nature

of Matter According to Kant’s Physical Monadology. Beberapa tahun berselang

10 disertasi itu mendapat penghargaan.

  Sejak bulan Januari 1885, ia mulai mengajar di Universitas Berlin sebagai Privatdozent (dosen yang tidak digaji, melainkan hanya tergantung pada iuran mahasiswanya sebagai upah). Banyak orang mengakui Simmel mempunyai komitmen kuat. Ia memutuskan tetap tinggal dan mengajar di Universitas Berlin. Komitmennya yang kuat tidak terpengaruh oleh kebanyakan akademisi Jerman secara tipikal berpindah dari Universitas yang satu ke universitas lain, baik selama studi maupun ketika mereka mengajar.

  Sebagai seorang pengajar yang cemerlang, peka dan sangat mendalam pengetahuannya tentang pelbagai hal, kuliahnya berpengaruh sangat luas dan banyak membangkitkan antusiasme audiens. Ia merupakan pengajar yang sangat terkenal. Kuliahnya secara cepat menjadi peristiwa intelektual yang terkemuka dan dianggap

  7 David FrisbyGeorg Simmel key Sociologist.,23.. Master of Socilogical Thought, 8 Lewis Coser. Master of Socilogical Thought.,194-195.

  9 David Frisby. Georg Simmel key Sociologist., 23. penting. Dalam kuliahnya, tidak hanya mahasiswa saja yang menghadirinya tetapi juga kaum elit intelektual di Berlin.

  Kali pertama, Simmel mengajar logika, sejarah filsafat hingga etika, psikologi sosial, sosiologi, dan metafisika. Ia mengajar tentang Kant, Schopenhauer, Darwin, Nietzsche, dan beberapa tokoh lainnya. Tetapi segera sesudahnya, ia mulai menekankan beberapa aspek sosiologis dalam tema-tema kuliahnya dan selanjutnya mencurahkan seluruh hal pada subyek pengetahuan yang baru ini yang pada waktu itu belum ada orang lain yang mengajarkannya. Kendati begitu, sosiologi hanya berarti kurang lebih separuh dari seluruh bagian yang ditawarkannya.

  11 Di bulan Juli 1890, Simmel menikah dengan Gertrud Kinel, seorang filosuf.

  Dari perkawinannya, ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Hans Simmel

  12 yang kelak juga menjadi seorang intelektual dan penulis dalam bidang filsafat.

  Dengan menggunakan nama samaran Marie-Luise Enckendorf, Gertrud menerbitkan berbagai topik seperti filsafat agama dan seksualitas. Gertrud juga menjadikan salon dirumahnya sebagai ajang diskusi dan pertemuan rutin kelompok, sehingga

  13 Sosiabilitas yang ditulis Simmel menemukan setting memadai.

  Salon itu juga menjadi ruang diskusi yang hangat bagi para elit intelektual Berlin.

  11 Pertemuan pertama antara Simmel dengan Gertrud Kinel terjadi di rumah teman dekatnya

Sabine Graef-yang kemudian bernama Sabine Lepsius-seorang ilmuwan yang memperkenalkan dan

membawa Simmel dalam diskusi ―lingkaran Stefan Georg‖ (the circle around the poet Stefan Georg).

David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,35.

12 Renate Mayntz dalam David L. Shill, International Encyclopediaof The Social Science, vol.14.,252.

  13 Di rumah Simmel terdapat salon, yalkni sebuah ruangan/tempat khusus untuk benda-benda

antik/seni, seperti furniture, lukisan, patung dan benda-benda antik lainnya, yang sering menjadi ruang

tamu atau tempat diskusi kelompoknya. Dalam konteks ini, tatkala Leopold van Weise me- review ―The

Sociology of Sociability ‖, ia mengatakan bahwa sosiologi Simmel merupakan ―a sociology for the

literary salon

  ‖. Lihat dalam David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,35 dan Lewis Coser Master Meskipun Simmel sangat dikagumi orang karena pengetahuan yang luas, kecermelangan kuliahnya, dan mutu tulisan-tulisannya namun pengakuan profesional yang diberikan kepadanya sangat minim. Di Universitas Berlin, setelah jabatan

  

Privatdozent dijalaninya hingga kurang lebih lima belas tahun Pada tahun 1901

  (dalam usia 53 tahun) ia menerima gelar ―Ausserordentlicher Professor‖ (Profesor Luar Biasa). Titel ini melulu gelar kehormatan (titular professor) bahkan menyebabkan dirinya semakin tersingkirkan dari urusan akademis.

  Setelah seluruh upaya mencapai profesor penuh dirasakan gagal, hingga mencapai usia yang ke-56, pada tahun 1914 Simmel meninggalkan Universitas Berlin.

  Ia mendapat panggilan untuk menduduki kursi di Universitas Starssburg sebagai profesor penuh. Malang tidak dapat ditolak untung tidak dapat diraih. Kehidupan akademisnya berhenti karena pecah perang. Empat tahun ia bekerja di Universitas Strassburg. Kanker hati merenggut nyawanya pada 28 September 1918, tak lama

  14 sebelum Perang Dunia I berakhir .

  Riwayat kehidupan Simel sebagai seorang filusof sampai mencapai gelar Profesor penuh. Tidaklah muda bagi simmel apa lagi situasi lingkungan dimana ia tinggal dan besar tidak disatu tempat melain banyak tempat. Perjumpan dengan orang orang tidak dikenal seblumnya menjadi tantangan baginya dalam berintraksi soaial. Situasi perang di Jerman juga menjadi tantangan baginya ditambah lagi Simmel adalah orang Yahudi. Di dalam masa-masa sulit itu dia meliat bahwa ternyata manusia itu tidak bisa hidup tanpa ada orang lain. Sehingga perjumpaan-perjumpaan dengan orang banyak ditertuangkan dalam sejumlah teori sosial interaksi.

14 Tom Bottomore dan David Frisby, ―Introductions to the Translations‖ dalam Georg Simmel, The Philosophy of money, (London : Routledge & Kegan Paul 1978).,3.

  Riwayat kehidupan Georg Simmel dalam tulisan ini juga memiliki kesamaan dengan masayarakat yang menjadi fokus dari penelitian dalam Tulisan ini. Dimana jika suatu individup hidup sesorang tidak akan terlepas dari atau dipisahkan dari kehidupan diluar .dirinya atau orang lain dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain selain dirinya.

2.2. Pemikiran-Pemikiran Simmel Tentang Masyarakat 2.2.1 Konsep Masyarakat dan Individu.

  Usaha simmel mengangkat sosiologi sebagai disiplin yang khusus dan independen diletakkan dalam kerangka kristis atas isi kajian (renewal of subject) dalam sosiologi, yakni konsepsi masyarakat dan individu. Munculnya berbagai penolakan atas kemungkinan sosiologi sebagai sebuah ilmu khusus, menurut Simmel, disebabkan oleh karakter problematis dua konsepsi itu. Keduanya jatuh dalam ektremitas masing-masing dan berusaha melebih-lebihkan agrumennya dengan cara meminimasi pihak lain.

  Menurut Simmel, paham pertama menganggap bahwa hanya individu yang nyata (realitas primer). Kehidupan merupakan sifat eksklusif individu, kualitas dan pengalaman

  • –pengalaman individu. Sedangkan masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi. Meskipun sangat diperlukan untuk tujuan-tujuan praktis dan sangat berguna untuk suatu penelitian yang mendasar tentang fenomena yang mengelilingi kita, namun masyarakat bukan obyek yang nyata. Ia tidak ada diluar individu dan juga bukan penjumlahan dari individu-individu maupun proses-proses di antara mereka. Paham ini juga menganggap, setelah masing-masing individu diteliti secara alamiah dan historis, tak satu subyek persoalan yang terlewatkan oleh suatu ilmu khusus.
Sedangkan paham kedua menganggap bahwa masyarakat jauh lebih besar dan lebih penting untuk diangkat sebagai subyek persoalan dari suatu ilmu khusus.

  Menurutnya, hanya masyarakat yang nyata, sedangkan individu hanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehingga ia dibatasi oleh masyarakat. Perilaku dan gerak-gerik tindakan individu yang saling menstimulir serta perubahan-perubahan

  15 yang terjadi merupakan sesuatu yang tidak dapat diraba.

  Menanggapi dua perangkap ekstremitas itu, Simmel menyatakan, dua paham itu sama-sama menyesatkan bagi sosiologi dalam menjalani proses pencarian jati diri.

  16 Terkait pada upaya menghindari paham yang menyesatkan, Simmel mengingatkan:

  Ketika sosiologi mencakup banyak pendapat yang kacau balau mengenai isi dan tujuan-tujuannya atau terkandung banyak kontradiksi dan kebingungan didalamnya, maka orang menjadi ragu-ragu untuk menegaskan bahwa sosiologi merupakan sebuah ilmu yang dapat dipercaya. Lagi-lagi orang akan meragukan apakah sosiologi dapat mengelola permasalahan, secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya. Namun, kurangnya definisi-jelas dalam sosiologi ini, tidak akan menjadi sangat buruk apabila kita menge jarnya dengan menempatkan sejumlah ―permasalahan spesifik‖, yang tidak secara mendalam dibicarakan oleh ilmu-ilmu lain; dimana mereka juga memuat fakta atau konsep masyarakat sebagai unsur-unsur umum dan titik keterkaitannya. Masing-masing dari mereka bisa juga berbeda dalam isi, orientasi dan metode pemecahan yang diperlakukannya dalam lapangan yang homogen dari penelitian.

15 Robert Bierstedt, The making Society:An Outline of Sociology, (New York : Random Hause 1959)., 376.

  Konteks itu, ungkapan Simmel diatas menjadi sangat jelas. Ia sangat berhasrat membangun sosiologi menjadi ilmu spesifik, sehingga mampu menunjukkan jati diri yang kokoh dan terpercaya. Sosiologi dituntut mengeksplorasi kekhasannya yang terletak dalam kualifikasi permasalahan spesifik yang secara potensial dapat digalinya. Mengingat kedua paham sama-sama kurang memahami, Simmel memahaminya dengan mengatakan:

  Berbagai sistem besar atau organisasi supraindividual yang biasa menghampiri pikiran kita ketika bepikir tentang masyarakat sebenarnya tidak ada secara nyata; tetapi interaksi di antara manusia yang terjadi secara langsung dan kontans, di setiap waktu, telah memperoleh bentuk yang jelas dalam medan yang permanen ini, sebagai suatu fenomena yang otonom. Dalam bentuk yang jelas, mereka memperoleh eksistensi dari pelbagai dalil dan hukuman sendiri, meskipun dengan sendirinya nampak berhadapan dan berlawanan dengan interaksi-interaksi di dalamnya. Pada waktu yang sama, masyarakat dengan kehidupan yang disadari tak ada hentinya ini, selalu menandakan bahwa individu-individu dihubungkan oleh pengaruh dan penentuan bersama...Karenanya, sesuatu yang dilakukan dan diperoleh

  17 individu tersebut merupakan sesuatu yang fungsional .

  Simmel lebih banyak melukiskan hubungan formal unsur-unsur yang kompleks dalam konstelasi fungsional tersebut. Kata fungsional itu sendiri nantinya

  18

  menjadi kata kunci yang penting dalam sosiologi Simmel. Terkait dengan hal ini, dalam tulisan lainnya yang dikutip oleh Frisby, Simmel menjelaskan realitas aktual yang seharusnya dipahami sosiologi adalah aktivitas individu-individu yang memunculkan masyarakat. Ia mengatakan:

  Jika masyarakat hanyalah sebuah... kumpulan individu-individu yang merupakan realitas-realitas aktual; dan kemudian individu-individu dengan tingkah lakunya tersebut juga menentukan munculnya obyek riil dari ilmu dan konsep masyarakat maka apa sesungguhnya ada hanyalah manusia-manusia individual beserta keadaan-keadaan maupun aktivitas-aktivitas mereka. Karenanya, gugus tugas (sosiologi-pen) hanya dapat dipahami dalam hal-hal tersebut; sedangkan esensi masyarakat, yang muncul melalui suatu sintesis

17 Robert Bierstedt. The making Society:An Outline of Sociology.,376-384.

  ideal semata-mata dan tidak pernah bisa dipegang, tidak membentuk obyek

  19 refleksi yang bisa diarah oleh penyelidikan realitas .

  Terbukti, pandangan Simmel sangat berbeda baik dengan konsepsi masyarakat sebagai entitas yang otonom maupun konsepsi individualis yang berusaha mereduksi realitas sosial dalam individu ke dalam atom-atom yang terisolasi semata. Bagaimanapun juga, menurutnya, obyek studi sosiologi bukan konsepsi masyarakat ataupun individu-individu yang telah tereduksi seperti itu.

  Kembali diungkapan pendapat Frisby, dalam tataran ini, kita sesungguhnya telah menemukan inti dari gagasan Simmel tentang landasan baru bagi sosiologi,

  20 dengan memulai dari suatu prinsip dunia regulatif atau prinsip regulatif global.

  Simmel menganggap segala sesuatu berinterasi dengan yang lainnya dalam berbagai cara dan antara setiap hal yang ada di dunia dan kekuatan lainnya secara permanen bergerak menurut hubungan-hubungan yang ada.

  Dengan tetap berpegang pada argumen tentang kompleksitas realitas, Simmel mengungkapkan bahwa kita tidak dapat memaksakan unsur tunggal dari interaksi yang tak ada hentinya ini, dan hal itu merupakan unsur yang menentukan. Oleh karena itu, kita harus menegaskan bahwa apa yang menyatukan unsur-unsur dalam sejumlah bentuk obyektif adalah interaksi.

  Bagi Simmel hanya terdapat satu faktor dasar yang memberikan obyektivitas relatif dari penyatuan : interaksi (Wechselwirkung) dari bagian-bagian. Kita

19 David Frisby, Georg Simmel Key Sosiologist.,49.

  20 Dengan menujuk pengertiann yang sama, A.B.Widyanta merujuk kapada David Frisby

mengunakan terjemahan a regulative world principle(suatu prinsip dunia yang regukatif), sedangkan

Lihbtblau lebih familiar dengan mengukapkan global regulative principle (Prinsip regulatif global). Lihat Klaus Lichtblau, ―Causality or Interaction? Simmel, Weber and Interpretive Sociology‖, dalam mencirikan suatu obyek yang tersatukan ke dalam tingkatan yang bagian-bagiannya

  

21

berdiri dalam hubungan dinamis resiprokal.

  Sosiologi Simmel tidak bertitik tolak pada konsep masyarakat, melainkan pada konsep interaksi sosial dari sejumlah individu dan kelompok yang berfungsi sebagai kesatuan. Konsep masyarakat hanyalah nama untuk menujuk pada jumlah interaksi- interaksi. Ia bukanlah konsep yang utuh dan pasti, melainkan suatu konsep yang terjadi secara gradual. masyarakat terbentuk menurut jumlah orang dan kohesi interaksi-interaksi yang terjadi diantara mereka. Melalui mekanisme itu, konsep masyarakat kehilangan wajah gaibnya dan mewujud dalam wajah yang dapat dilihat seperti dikehendaki realisme individualistik.

  Simmel tidak menfokuskan konsep masyarakat sebagai subtansi tetapi sebagai unsur-unsurnya. Perhatiannya tertuju pada hubungan-hubungan social (social

  

relationships), atau biasa disebut interaksi sosial, dan sosiologinya ditetapkan dalam

prinsip regulatif dari interaksi dan kesaling terkaitan (inter-relatedness) seluruh

  22

  fenomena. Dengan kata lain, resiprositas interaksi-interaksi adalah inti sosiologi Simmel, yang terlepas dari pertimbangan sepihak, prioritas logis ataukah prioritas

  23 masyarakat.

  Georg Simmel menyebut manusia untuk pertama kalinya sebagai

  

Unterschiedswesen (Makhluk Pembeda). Istilah Jerman ini sebaiknya diterjemahkan

  sebagai ‗makhluk perbedaan‘. Manusia adalah makhluk perbedaan karena dia tidak mau dan tak dapat disamakan sepenuhnya dengan yang lain. Dia selalu ingin sedikit berbeda dari yang lain. Simmel tidak ingin diisolasi dan dibedakan dari yang lain 21 David Frisby.Georg Simmel key Sociologost.,49-50.

22 David Frisby. Georg Simmel key Sociologost.,50.

  24 Singkatnya, manusia adalah sama sekaligus berbeda dari sesamanya . Dalam

  kesamaannya dia berbeda, sementara dalam perbedaannya dia sama dengan yang lain. Seberapa individualkah seorang individu? Pertanyaan ini mendasar bukan hanya penting secara antropologis, melainkan terlebih secara epistemologis. Simmel membuktikan bahwa individualisme tidak konsekuen dan tak bisa konsekuen.

  Betulkah individu merupakan realitas terakhir dalam masyarakat? Bahkan seorang individu mengandung pluralitas di dalam dirinya, karena manusia adalah ―produk dari faktor- faktor yang beraneka ragam‖, seperti: sejarah, kebudayaan,

  25

  genetik dst . Dalam Ûber sociale Differenzierung, Simmel memberikan sebuah penjelasan yang dapat dikembalikan pada evolusionisme Charles Darwin dan Herbert Spencer:

  Bila kita menimbang perubahan-perubahan yang tak terukur yang membentuk organisme-organisme sebelum mereka dapat berkembang dari bentuk-bentuk yang paling primitif sampai ke umat manusia, mencermati berbagai pengaruh dan kondisi hidup yang rumit yang menempatkan setiap generasi pada kebetulan-kebetulan dan tegangan-tegangan, dan akhirnya memperhitungkan kelenturan dan pola pewarisan organis…kesatuan manusia secara metafisis dan absolut itu akan tampak sangat meragukan. Manusia bukanlah suatu kesatuan, melainkan jumlah dan produk keanekaragaman factor yang darinya orang secara kualitatif maupun fungsional hanya dapat mengatakan secara tidak persis bahwa semua faktor itu mengarah pada

  26 sebuah kesatuan .

  Individu adalah totalitas dalam arti bahwa dia terdiri dari banyak elemen yang dikonstruksi oleh pikiran pengamat menjadi suatu kesatuan. Di sini konsep fenomenologi sosial dari Alfred Schutz, yaitu tipifikasi (Typifizierung), menjelaskan

  24 Simmel, Aufsaetze 1881-1890. Ueber sociale Differenzierung 1890. Suhrkamp, Frankfurt a.M., 1989).,137.

  25 F. Budi Hardiman. ―GEORG SIMMEL DAN RELASIONISME Sebuah Tinjauan Filosofis

atas Hubungan Individu dan Masyarakat‖ Studia Philosophica et Theologica, Vol. 10 No. 1, 2010.,6.

  26 Lih. Simmel, Georg, ―Philosophy of Fashion‖, dalam: Frisby, David et.al. (ed.), Simmel on yang dimaksud oleh Simmel. Tipifikasi adalah konstruksi realitas yang dilakukan oleh kesadaran kita. Dunia sosial (Sozialwelt) adalah hasil rekaan kesadaran yang kita kenakan pada obyek- obyek sehingga obek-obyek itu berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu tatanan tertentu yang disebut dunia sosial, seperti: birokrasi, agama, masyarakat, dst. jadi bukan hanya

  ―masyarakat‖, tetapi ―individu‖ juga adalah hasil konstruksi kesadaran atau tipifikasi para aktor sosial. Oleh karena itu Jika individu merupakan hasil tipifikasi,

  27 .

  ―individu‖ itu sendiri merupakan sebuah social value Tipifikasi tidak hanya menyingkapkan kolektivitas individu, melainkan juga individualitas kolektif. ―Masyarakat‖ bukanlah suatu substansi yang berdiri di luar individu-individu. Simmel memperkenalkan istilah

  ―Wechselwirkung‖ ke dalam sosiologi, dan istilah itu kiranya dapat diterjemahkan sebagai ―efek timbal-balik‖.

  Masyarakat adalah hasil efek timbal balik di antara individu-individu. Dalam efek timbal balik inilah tipifikasi terjadi, dan tipifikasi inilah yang menghasilkan tipe-tipe sebagai hasil kontruksi, seperti misalnya

  ―individu‖, ―orang asing‖, ―pelacur‖, ―lawan‖, ―bangsawan‖, ―Pemboros‖, dan ―orang miskin‖. Tersirat dalam berbagai teks Simmel bahwa tipifikasi mengandaikan konsep ruang, yakni dialektika jarak dan kedekatan. Dalam Ûber sociale Differenzierung, misalnya, dia menjelaskan sebuah ‗hukum‘ yang ia sebut “Reciprocitats- verhaltnis von Individualisierung und

28 Verallgemeinerung (hubungan ti

  ‖ mbal balik dari individualisasi dan kolektivisasi)‘ sebagai berikut: Semakin terdiferensasi sebuah kolektivitas menurut komponen- komponennya, semakin sedikit pulalah kesan individual yang ditunjukkan oleh kolektivitas itu sebag ai keseluruhan…(d)alam setiap manusia seakan-

27 Sandel, M., Liberalism and the Limits of Justice, Continuum, New York, 2001.,11.

  akan ceteris pari- bus terdapat suatu proporsi tetap antara yang individual dan yang sosial yang hanya berubah bentuk saja: semakin rapat sebuah kolektivitas yang di dalamnya kita menjadi anggota-anggotanya, semakin sedikit pulalah kita memiliki kebebasan individualitas; karenanya kolektivitas itu sendiri menjadi sesuatu yang individual dan memisahkan diri dari yang lainnya

  29 dengan batas yang tegas, justru karena kolektivitas ini kecil .

  Georg Simmel memikirkan hubungan antara individualisasi dan kolektivisasi sebagai semacam ekuilibrium atau homeostasis: (A) Semakin para individu dalam sebuah kolektif mengambil distansi satu ama lain dan mengenali yang lain lebih sebagai individu daripada sebagai anggota kelompok, semakin kurang individuallah kolektif itu. Artinya, kolektif itu longgar dan berciri kosmopolitan. (B) Akan tetapi semakin para individu sampai pada taraf tertentu kehilangan distansi satu sama lain (atau belum terdiferensiasi oleh proses modernisasi) dan mengenali yang lain lebih sebagai anggota kelompok daripada sebagai individu, semakin individuallah kolektif itu. Artinya, kolektif itu massif, rapat dan berciri etnosentris dan eksklusif.

2.3. Pokok Pemikiran Teori Sosiologi Georg Simmel

  Tom Bottomore dan David Frisby menyatakan bahwa, Georg Simmel dalam teorinya mempunyai 4 (empat) level perhatian, antara lain: Psikologis, interaksional, struktural dan institusional, dan metafisika hakiki kehidupan. Perhatian terhadap beragamnya level realitas sosial ini tercermin dalam definisi Simmel tentang 3 (tiga) wilayah masalah dalam sosiologi.

  Wilayah pertama yaitu sosiologi murni, yang mengkombinasikan variabel- variabel sosiologi dengan bentuk-bentuk interaksi. Wilayah kedua, sosiologi umum yang membahas produk sosial dan cultural sejarah manusia. Wilayah ketiga, sosiologi

  29 Ini juga yang dikutif dalam Jurna Budi hardiman ―GEORG SIMMEL DAN

RELASIONISME Sebuah Tinjauan Filosofis atas Hubungan Individu dan Masyarakat‖ Studia

Philosophica et Theologica, Vol. 10 Simmel, dari G., Aufsaetze 1881-1890. Ueber sociale filosofis yang di dalamnya membahas tentang pandangannya mengenai hakikat dasar

  30

  dan takdir yang tak dapat ditolak manusia . Wilayah keempat yaitu metafisis, menunjukkan adanya kemiripan sosiologi Simmel dengan teori Marx.

  Sebuah pendekatan dialektis pada umumnya selalu memiliki sebab dan arah, mengintegrasikan fakta dengan nilai, menolak gagasan tentang adanya garis pemisah yang tegas dan jelas antar fenomena social, terfokus pada relasi sosial. Hal ini tidak hanya melihat ke masa kini namun harus melihat ke masa lalu dan juga masa

  31

  depan, dan lebih menitik beratkan konflik dan kontradiksi Dalam sosiologi mikronya Georg Simmel mempunyai 6 (enam) pokok pemikiran, diantaranya: kesadaran individu, interaksi sosial, struktur sosial, kebudayaan objektif, uang dan nilai, dan kerahasiaan namun dengan demikian tidak semua dijelaskan.

2.3.1 Kesadaran individu

  Pada level ini Simmel memusatkan pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu memperhatikan masalah kesadaran individu itu sendiri (kecuali pembahasan tentang memori yang dapat dibaca dalam Jedlawski, Seperti yang dikatakan Frisby bagi Simmel kehidupan sosial adalah individu atau kelompok individu yamg sadar dan

  32

  berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan kepentingan . Hal ini menurut saya sangat realitistis karena sakarang hal inilah yang berkembang dan menjadi kebutuhan ditengah masyarakat.

  Bagi Simmel, kesadaran mempunyai peran lain dalam karyanya. Sebagai contoh, meskipun Simmel percaya bahwa struktur sosial dan budaya memiliki

  30 Ritzer George dan Goodman J. Douglas.Teori Klasik.,174.

  

31 Ritzer George. Teori Sosiologi edisi kedelapan (Yogyakarta): Pustaka Pelajar. 2014.,275.

  32 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi terjemaahan Nurhadi (bantul) Kreasi hidupnya sendiri, ia sadar bahwa orang harus mengonseptualisasikan struktur-struktur

  33

  tersebut agar bisa mempunyai pengaruh pada dirinya. Simmel juga menyatakan ―masyarakat tidak sekedar„ada di luar sana‟, namun juga „menjadi representasi

  saya , yang merupakan sesuatu yang bergantung pada aktivitas kesadaran.

  Pandangan Simmel sangat mirip dengan pandangan dari George Herbert Mead dan para penganut interaksionisme simbolik tentang kemampuan orang untuk secara mental menentang dirinya sendiri dan menjauhkan dirinya dari tindakannya sendiri. Dalam hal ini, Simmel menjelaskan bahwa aktor dapat mengambil dorongan eksternal, menjajakinya, mencoba hal-hal tindakan berbeda, kemudian memutuskan

  34

  apa yang sebaiknya dilakukan Simmel juga menyadari adanya kesadaran individu dan fakta bahwa norma serta nilai masyarakat terinternalisasi dalam kesadaran individu, paham pertama menganggap bahwa hanya individu yang nyata (realitas Primer). Kehidupan merupakan sifat eksklusif individu, kualitas dan pengalaman-pengalaman individu.

  35 Sedangkan masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi

  Selanjutnya paham kedua menganggap bahwa masyarakat jauh lebih besar dan lebih penting untuk diangkat sebagai subyek persoalan dari suatu ilmu khusus.

  Menurut Simmel, hanya masyarakat yang nyata, sedangkan individu hanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehingga individu terbatasi oleh

  33 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi.,178.

  34 Ritzer George.. Teori Sosiologi edisi kedelapan.,281.

  35 A.B Widyanta.ProblemModernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayan Georg Simmel.

  36

  masyarakat . prilaku dan tindakan gerak-gerik Individu yang saling menstimulir serta

  37

  perubahan perubahan yang terjadi sesuatu yang tidak dapat dirabah Georg Simmel

2.3.2 Interaksi sosial Masyarakat (Asosiasi)

  Adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi sumber awal Simmel dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial. Simmel menjelaskan bahwa salah satu perhatian utamanya ialah interaksi (asosiasi-asosiasi) di kalangan aktor-aktor yang sadar dan maksudnya Simmel melihat sederetan luas interaksi yang mungkin tampak sepele pada suatu ketika tetapi sangat penting pada saat lainnya. Perhatiannya bukan ungkapan Durkheimian mengenai minat pada fakta-

  38 fakta sosial tetapi suatu pernyataan mengenai fokus berskala kecil bagi sosiologi .

  Sedangkan konflik dan krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy (terhentinya pertumbuhan

  39

  budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan budaya obyektif) Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana kehidupan yang mengurangi peran aktif manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel. Sikap Simmel yang terkadang mengambil posisi yang terlalu dibesar- besarkan terkait dengan arti penting interaksi dalam sosiologinya, banyak orang tidak memerhatikan aspek realitas sosial pada skala yang lebih besar. Sebagai contoh,

  40 kadang ia menyamakan masyarakat dengan interaksi.

  36 A.B Widyanta. ProblemModernita.,82.

  37 Bierstedt Robert. The Making Society, An outline of Sociology.., ,376.

  38 Ritzer George..Teori Sosial.,282.

  39 A.B WidyantaProblemModernita.,16.

  Kemudian masyarakat dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang dihubungkan dengan interaksi. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang permanen. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi individu/dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian merupakan sosial). Sedangkan interaksi sosial menurut Georg Simmel memiliki poin-poin tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya, Simmel mengungkapkan bahwa interaksi :

  a) Menurut bentuk, meliputi: Subordinasi dan Superordinasi, Hubungan seksual (prostitusi), Pertukaran, Konflik, Gaya.

  b) Menurut tipe, meliputi: Orang asing/the stanger, Pemboros, Pengelana, Bangsawan, Orang miskin.

  Dalam sosiologi formal Simmel, kita dapat meliihat jelas upayanya mengembangkan geometri relasi sosial. Dua dari koefisien geometri yang menarik perhatiannya adalah jumlah dan jarak. Ketertarikan Simmel pada jumlah dapat dilihat dari bahasannya mengenai dyad (kelompok yang terdiri dari dua orang) dan triad (kelompok yang terdiri dari tiga orang). Menurut Simmel tambahan orang ketiga menyebabkan perubahan yang radikal dan fundamental. Sedangkan masuknya anggota keempat dan seterusnya membawa dampak yang hampir sama dengan masuknya anggota ketiga.

  Dyad : Bentuk duaan memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang

  tidak terdapat dalam satuan sosial apapun yang lebih besar. Hal ini muncul dari kenyataan bahwa masing-masing individu dikonfrontasikan oleh hanya seorang yang lainnya, tanpa adanya suatu kolektivitas yang bersifat superpersonal (suatu kolektivias yang kelihatannya mengatasi para anggota individu). Oleh karena itulah pengaruh yang potensial dari seseorang individu terhadap satuan sosial lebih besar daripada dalam tipe satuan sosial apapun lainnya. Dilain pihak, kalau seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok duaan maka satuan sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua kelompok lainnya, hilangnya satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan satuan sosial itu.

  Keunikan bentuk duaan yang lain adalah dengan adanya istilah berdua itu sepasang, bertiga menjadi kerumunan (two is company, three is a crowd). Semua orang percaya bahwa rahasia dapat dijaga oleh satu orang, dan tidak lebih dari itu. Karena setiap orang dalam kelompok duaan hanya berhadapan dengan satu orang saja, maka kebutuhan tertentu, keinginan dan karakteristik pribadi dari teman lain itu dapat ditanggapi dengan lebih sunguh-sungguh daripada yang mungkin dapat dibuat dalam kelompok yang lebih besar. Akibatnya, hubungan duaan menjadi intim dan unik secara emosional yang tidak mungkin terjadi dalam bentuk sosial lainnya. Hal ini menimbulkan sifat yang ekslusivistik kepercayaan bahwa kehidupan yang dihayati oleh dua orang tidak dapat dihayati bersama orang lain, dan tidak ada hubungan lain yang memiliki tingkat kekayaan emosional yang sama dengan itu.

  Hubungan duaan tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan positif. Dalam situasi konflik, apapun masalah dan sebab musababnya, hubungan yang sangat intim seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Masalah konflik yang kelihatannya sepele bagi orang luar, ditanggapi dengan sangat emosional.

  Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat kepribadian yang sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang yang berhubungan dengan masalah kepribadian ini.

  Triad : Triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran

  Simmel yang terkenal adalah diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Peran-peran ini yang tak mungkin kita temukan dalam bentuk duaan, meliputi penengah, wasit, tertius gaudens (pihak ketiga yang menyenangkan) dan orang yang memecah belah dan menaklukan (divider and

  

conqueror). Dalam berbagai situasi, peran penengahlah yang muncul karena ikatan

  antara kedua anggota dalam bentuk duaan itu didasarkan terutama pada hubungan mereka bersama pada pihak ketiga. Karena kelompok tumbuh menjadi lebih besar, kemungkinan pembentukan sub kelompok internal itu bertambah besar. Kalau hal ini terjadi bentuk-bentuk sosial yang sesuai dengan jumlah yang terdapat dalam berbagai sub kelompok itu akan menjadi dominan.

  Berkaitan dengan dyad dan triad pada level yang lebih umum, terdapat sikap Simmel mengenai ukuran kelompok. Di satu sisi ia berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat akan meningkatkan kebebasan individu. Namun di sisi lain Simmel juga menyatakan bahwa masyarakat besar menciptakan serangkaiaan masalah yang mengancam kebebasan individu dimana hal ini bertentangan dengan pendapat pertamanya. Inilah sikap Simmel yang

  ―mendua‖.

2.3.3. Struktur Sosial

  Simmel relatif tidak banyak membahas struktur masyarakat pada skala besar, karena fokusnya pada pola-pola interaksi, ia mengabaikan eksistensi level realitas sosial tersebut. Contoh hal di atas dapat ditemukan dalam upayanya mendefinisikan masyarakat, Simmel menolak pandangan yang diungkapkan Emile Durkheim bahwa

  

41

  masyarakat adalah entitas riil dan material Suatu struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih mantap dan tetap, yang terdiri atas jaringan relasi-relasi kelas sosial hierarkis dan pembagian kerja tertentu, serta ditopang oleh kaidah-kaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai budaya. Dalam pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua konsep penting, status dan peran (role).

  Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam masyarakat. Sedang, Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu. Meskipun Simmel menyatakan pendirian interaksionis itu, di dalam banyak karyanya dia bekerja sebagai seorang realis, seakan-akan masyarakat adalah suatu struktur material yang nyata. Kemudian, kontradiksi mendasar di dalam karya Simmel mengenai level struktur- sosial. Simmel mencatat, ―Masyarakat melampaui individu, dan menjalani kehidupannya sendiri yang mengikuti hukum-hukumnya sendiri. Masyarakat juga,

  42

  menghadapi individu dengan keteguhan historis, imperatif‖

2.3.4 Kebudayaan Obyektif

  Salah satu fokus utama sosiologi filosofis dan historis simmel adalah level budaya realitas sosial atau yang sering disebut dengan kebudayaan obyektif. Simmel memandang bahwa orang menghasilkan kebudayaan namun karena kemampuan mereka untuk mereifikasi realitas sosial, dunia kultural dan sosial mulai memiliki

41 Ritzer George.. Teori Sosiologi edisi kedelapan.,29.

  kehidupannya sendiri, kehidupan yang semakin lama semakin mendominasi tokoh

  43

  yang menciptakan dan menciptakannya ulang setiap hari Simmel juga mengidentifikasi sejumlah komponen kebudayaan obyektif antara lain: perkakas, sarana transportasi, produk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bahasa, ranah intelektual, kebijakan konvensional, dogma agama, sistem filosofis, sistem hukum, kode moral dan juga gagasan ideal. Ada berbagai cara budaya obyektif berkembang dan meluas: pertama, ukuran berkembang sesuai dengan modernisasi. Kedua, ada pertumbuhan jumlah komponen ranah budaya yang berlainan. Ketiga, beragam elemen dunia budaya menjadi semakin berkelindan dalam

  44

  dunia mandiri yang semakin kuat, dan semakin berada diluar kendali aktor Bagi Simmel yang mengkhawatirkan bukanlah ancaman pada kebudayaan individu dari kebudayaan obyektif. Simpati pribadinya mengarah pada dunia yang didominasi oleh kebudayaan individu, namun ia melihat kemungkinan dunia menuju kearah itu semakin berkurang. Inilah yang digambarkan Simmel sebagai

  ―tragedi kebudayaan‖ Di salah satu essainya

  ―The Metropolis And Mental Life‖ Simmel menganalisis bentuk interaksi yang terjadi di kota modern Ia melihat kota metropolis modern sebagai

  ―arena asli‖ pertumbuhan kebudayaan objektif dan merosotnya

  45

  kebudayaan individu Menurut pandangan Simmel orang dipengaruhi dan cenderung terancam, terancam oleh struktur sosial dan lebih penting bagi Simmel oleh produk budaya mereka. Simmel membedakan kebudayaan individu dengan kebudayaan objektif. Kebudayaan objektif, seperti yang telah dikatakan sebelumnya merujuk pada hal- hal yang dihasilkan orang. Sedangan kebudayaan individu 43 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi.,186.

  44 Ritzer George dan Goodman J. Douglas...,186.

  (subyektif) adalah kapasitas aktor untuk menghasilkan, menyerap, dan mengendalikan elemen- elemen kebudayaan objektif.

2.3.5 Teori Simmel tentang Kerukunan Hidup dalam Masyarakat.

  Konsep Wechselwirkung (efek Timabal Balik) menjadi alat analisi dalam menganaliasa pada bab IV konsep Wechselwirkung ini menjadi kerangka acuan

  46

  konseptual Georg Simmel . Berikut adalah krangka acauan konsep Wechselwirkung

  (efek Timabal Balik)

  47 Sumber Gambar

  Konsep Wechselwirkung menuntun dua pasangan konseptual, ‗bentuk‘ dan ‗muatan‘, serta ‗bertindak‘ (Tun) dan ‗menderita‖ (Leiden), konsep yang terakhir mengacu dan menerima berbagai akibat yang berasal dari rentetan interaksi sebelumnya. Bagian-bagian konstituen dari tiap-tiap pasangan saling mengondisikan secara timbal-balik. Bentuk hanya dapat menjadi makhluk sosial bila individu berjuang keras mewujudkan keinginan, kebutuhan, kepentingan, atau hasratnya (muatan primer); dan sebaliknya, muatan hanya dapat terwujud melalui dan di dalam bentuk sosial. Mengenai pasangan konseptual kedua, ‗bertindak‘ adalah prasyarat yang penting untuk ‗menerima‘ akibat interaksi; dan sebaliknya, ‗menerima‘ akan mendorong cara baru dalam ‗bertindak‘ selanjutnya. Namun, ada makanisme transformatif penting yang menghubungkan kedua pasangan konseptual itu, yaitu,

  46 Ritzer George dan Barry Smart Handbook Teori sosiologi.(Jakarta:Diadit media.2001)132

juga mengutip dari Neldelmanngeorg Simmel (1858-1918) dalam Dkaesler (peny.)Klassiker der

sozologie (munich:C.H.beck 1999).,133

  48

  pengalaman . Para aktor mengevaluasi akibat yang mereka terima dengan sisi batin dari individualitas mereka. Hasilnya terbentuk pengalaman yang jenisnya berbeda- beda, yang pada akhirnya mengubah bentuk ‗muatan primer‘ menjadi ‗muatan sekunder‘, yaitu, menjadi kepentingan kebutuhan, keinginan, atau hasrat yang

Dokumen yang terkait

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara Langon Kabupaten Pas

0 0 11

Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara

0 1 18

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 8

Bab 3 Ritual Interaksi di Desa Muara Langon - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara Langon Kabupaten Pase

0 0 30

Bab 4 Kajian Pemikirian Erving Goffman Terhadap Interaksi Antarpemeluk Agama di Desa Muara Langon Sesuai Unsur-Unsur Interaksi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasya

0 1 11

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kemandirian Lansia di Panti Wreda

1 1 36

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 24

BAB I LATAR BELAKANG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

0 1 8

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 27