Bab 3 Ritual Interaksi di Desa Muara Langon - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara Langon Kabupaten Pase

Bab 3 Ritual Interaksi di Desa Muara Langon

  3.1 Pendahuluan Bab 3 akan mendeskripsikan mengenai ritual interaksi yang terjadi di desa Muara Langon.

  Data-data mengenai desa Muara Langon dan kehidupan bersama masyarakatnya terutama hubungan yang terjadi antarpemeluk beragama dipaparkan dengan detail. Untuk melihat interaksi yang terjadi maka dalam bab ini akan dipaparkan mengenai upacara atau kegiatan-kegiatan bersama dimana pemeluk beragama ini dapat bertemu dan berinteraksi.

  Ada beberapa kegiatan baik budaya maupun keagamaan yang akan diuraikan dalam bab 3 ini seperti upacara membayar hutang dari penganut Kaharingan, upacara syukur panen, upacara perkawinan, dan kegiatan nugal atau menanam padi ladang. Harapannya dengan memaparkan kegiatan-kegiatan tersebut akan nampaklah ritual interaksi pemeluk beragama.

  3.2 Profil Desa Muara Langon

  Profil desa Muara Langon ini penulis peroleh dari kepala Desa Muara Langon yang menjabat pada periode 2017-2022. Data ini disusunnya untuk kepentingan pengembangan desa.

  Sebelum menjabat sebagai kepala Desa beliau bertugas sebagai aparatur desa.

3.2.1 Sejarah Desa

  Muara Langon merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Muara Komam Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Desa Muara Langon terletak dipenghujung Barat Daya Kabupaten Paser dan berbatasan langsung dengan provinsi Kalimantan Selatan. Desa Muara Langon berjarak lebih kurang 150 km dari ibukota Kabupaten Paser, Tanah Grogot.

  Di desa yang letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten, apalagi ibu kota provinsi ini, ternyata dihuni tidak saja oleh orang Dayak khususnya Dayak Paser yang merupakan penduduk asli di Kabupaten Paser, tetapi juga penduduk dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Desa ini juga didiami oleh penduduk yang tidak saja menganut kepercayaan Kaharingan tetapi juga beragama Kristen, Islam dan Hindu.

  Sebelum tahun 1962, Desa Muara Langon adalah sebuah kampung kecil yang dihuni hanya sekitar 45 kepala keluarga. Mereka berasal dari desa Upau di Kalimantan Selatan mereka masuk dalam rumpun Dayak Deah. Mereka menetap di Muara Langon untuk mencari kehidupan dengan berladang. Mereka berladang di daerah ini lebih dari tahun 1962. Menurut informasi dari salah satu warga desa yang sudah cukup tua, ia sudah menetap di daerah ini sekitar tahun 1945.

  Sejarah berdirinya kampung Muara Langon dapat dibagi dalam dua periode, yaitu periode pertama tahun 1962

  • – 1982 dimana Muara Langon masih disebut kampung dan dipimpin oleh

  1

  seorang kepala kampung. Periode kedua pada tahun 1982 hingga kini, Muara Langon tidak lagi disebutkan kampung melainkan desa dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui proses pemilihan. Sampai saat ini sudah ada 14 orang yang pernah memimpin di desa Muara Langon, dimulai dengan Bapak Adi Sucipto yang adalah seorang Jawa dan beliau merupakan pegawai PERTAMINA. Beliau menjabat sebagai kepala kampung oleh karena ditunjuk langsung oleh Asisten Wedana

  Pada masa pemerintahan Bapak Adi Sucipto terjadi suatu perubahan dalam pengaturan wilayah provinsi di Indonesia termasuk Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Pengaturan ini berdampak terhadap desa Muara Langon yang pada awalnya berada di provinsi Kalimantan Selatan kemudian dialihkan masuk ke wilayah Kalimantan Timur. Pada awal Muara Langon diatur oleh pemerintah provinsi yang berdomisili di Banjarmasin kemudian diserahkan pengaturannya ke

1 Data yang dipaparkan dalam profil desa merupakan data yang penulis peroleh dari Kepala desa Muara

  Langon periode 2017-2022, Bapak Sufriadi. Dokumen ini adalah dokumen desa untuk kepentingan pemerintahan provinsi yang berada di Samarinda. Secara geografis letak desa Muara Langon lebih dekat ke Banjarmasin daripada ke Samarinda. Penduduk yang mendiami desa Muara Langon lebih banyak berasal dari Kalimantan Selatan baik suku Banjarnya maupun suku Dayak Deah.

  Pada awal berdirinya, kegiatan utama saat itu di kampung Muara Langon adalah untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian kelompok yang nantinya berkembang menjadi RT dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok masyarakat ini bergerak pada sektor pertanian dan sektor perkebunan. Para pendatang yang berasal dari kampung sebelah memilih bercocok tanam padi humaan dan menanam kopi, lada dan sayur mayur. Pada masa itu tanaman-tanaman tersebut menjadi komoditi andalan kampung Muara Langon ini.

  Selanjutnya pada periode kedua pemerintahan kampung, dipimpin seorang tokoh Dayak yang cukup disegani yaitu Bapak M. Yusup R. Pergantian kepala kampung selalu berjalan dengan baik melalui penunjukkan oleh pimpinan pemerintahan yang lebih tinggi hingga pada tahun 1982 saat bapak Juhran bertugas sebagai kepala kampung, terjadi perubahan istilah dari kampung menjadi desa dan perubahan istilah kampung menjadi desa.

  Pada periode bertugas Bapak Juhran terjadilah perubahan istilah dari kepala kampung menjadi kepala desa. Istilah inilah yang terus dipergunakan sampai saat ini. Begitu pula sistem demokrasi dalam menetapkan kepala desa adalah melalui proses pemilihan. Pemilihan kepala desa yang terakhir ini terjadi pada tanggal 7 Desember 2016 pukul 15.30 wita yang menetapkan Bapak Sufriadi berasal dari etnis Bugis sebagai kepala desa yang baru yang akan bertugas pada periode 2017-2022.

  3.2.2 Gambaran Geografis

  Desa Muara Langon adalah salah satu desa agronomi yang letaknya berbatasan dengan : Sebelah Utara : Desa Binangon , Sekuan Makmur dan Lusan Sebelah Timur : Desa Selerong, Kelurahan Muara Komam Sebelah Selatan : Desa Lano, Solan dan Naloi Provinsi Kalimantan Selatan Sebelah Barat : Desa Lano Kalimantan Selatan Desa Muara Langon secara geografis terletak pada 7 , 11’ , 0” – 7 , 15’ , 0” BT dan 107 , 15’ ,

  0” – s/d 107 ,2’ ,2” dengan topografi desa Muara Langon secara keseluruhan berada pada ketinggian antara 750 s/d 1200 dpl dengan topografi bervariasi dari dataran, landai dan berbukit.

  Iklim berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmit Ferquson termasuk ke dalam tata iklim dengan curah hujan rata-rata 2150 mm/th curah hujan terbesar antara bulan September s/d Januari dan terkecil antara bulan Maret s/d Juli. Hidrologi keadaan sumber air yang masuk ke dalam Desa

  2 Muara Langon masih cukup baik. Luas wilayah mencapai 11.345.000 km . Pola Pemukiman

  penduduk bila mengacu pada tulisan Jamaludin maka desa Muara Langon dapat digolongkan

  2

  kepada pola lokasi desa terpusat. Pola lokasi desa terpusat ini artinya pola lokasi desa yang mana pemukiman penduduknya mengumpul di suatu lokasi yang memiliki administratif lebih kecil seperti RT. Dengan kondisi yang seperti demikian¸ hubungan antar warga desa yang lebih erat pada tingkat RT karena penduduk terpusat pada tempat tertentu yang memiliki jarak dengan RT yang lain.

  3.2.3 Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  Jumlah Penduduk Desa Muara Langon berdasarkan profil desa tahun 2016 sebesar 2.605 jiwa yang terdiri dari 1367 laki laki dan 1238 perempuan. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut :

  Tabel 1 Tingkat Petumbuhan Penduduk

  N0 JENIS KELAMIN 2014 2015 2016 %

  1 Laki-laki 1227 1289 1367

  18

  2 Perempuan 1138 1204 1238

  36

  3 Jumlah 2365 2493 2605

  54 Sumber Data Profil Desa Tahun 2016 Komposisi laki-laki dan perempuan cukup seimbang. Sekarang ini juga telah ada seorang perempuan menjadi ketua RT. Sejauh ini peran laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama, apalagi bagi keluarga-keluarga petani. Suami dan istri ikut berperan dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

  3.2.4 Gambaran Penduduk Menurut Kepercayaan Penduduk

  Tabel 2 Data kepercayaan yang dianut

  NO KEPERCAYAAN LAKI- LAKI PEREMPUAN JUMLAH ( Jiwa ) ( Jiwa ) ( Jiwa )

  1 Islam 1.300 1.178 2,478

  2 Kristen Protestan dan

  37

  38

  75 Katolik

  3 Hindu/Kaharingan

  30

  22

  52 Total 1,367 1,238 2,605

  Sumber Data Profil Desa Tahun 2016

  Penduduk desa Muara Langon yang beragama Kristen merupakan warga gereja aliran Protestan, dua kepala keluarga dari gereja aliran Pentakosta dan dua kepala keluarga Katolik

  3 Warga gereja aliran Protestan ini telah ada sejak tahun 1976. Dalam data statistik di atas antara aliran Protestan dan Pentakosta digabung. Hanya terdapat satu tempat ibadah Kristen di desa ini.

4 Ini pun sudah dari tahun 1960 dan baru satu kali mengalami renovasi.

  3 Hasil wawancara dengan Ibu Gultom mantan jemaat di Gereja yang ada di Muara Langon dan sekarang

  

menetap di Tanah Grogot Kabupaten Paser. Beliau sekarang adalah anggota jemaat gereja tempat saya bertugas. Wawancara dilakukan pada 17 November 2017. Penduduk desa dengan kepercayaan Kaharingan adalah orang Dayak. Mereka telah bermukim di daerah ini sejak tahun 1960 mereka merupakan penduduk yang berasal dari daerah Upau di Kalimantan Selatan. Tidak terdapat rumah ibadah bagi penganut kepercayaan Kaharingan. Mereka beribadah pada waktu-waktu tertentu saja. Upacara keagamaan pun dilaksanakan di rumah penganutnya saja.

  Penduduk yang beagama Islam sebagian besar berasal dari suku Banjar dan suku Paser. Suku Paser merupakan penduduk asli sedangkan penduduk pendatang berasal dari suku Banjar, Bugis, Jawa, Madura dan lain-lain. Fasilitas ibadah pemeluk Muslim yang tersedia yaitu tiga buah Mesjid dan empat buah langgar.

  Dari gambaran di atas jelas bahwa di desa Muara Langon penduduk beragama Islam adalah penduduk terbanyak. Dalam membangun relasi dengan mereka maka penganut agama lain harus belajar untuk memahami dan menghargai aturan-aturan yang berlaku dalam ajaran agama Islam. Hal itu akan membantu dalam perjumpaan dengan mereka dalam berbagai kesempatan.

  3.2.5 Gambaran Penduduk Menurut Mata Pencarian Penduduk

  Sebagian besar penduduk Desa Muara Langon bekerja pada sektor pertanian disusul sektor wiraswasta secara detail mata pencahariaan penduduk Desa Muara Langon adalah sebagai berikut: Tabel 3

  Mata Pencaharian Penduduk

  

No MATA PENCAHARIAN 2015 2016

  L P L P

  1 Petani 432 201 438 206

  2 Perdagang

  16

  12

  28

  12

  3 PNS

  10

  5

  10

  4

  4 TNI / Polri

  1 - 1 -

  5 Karyawan Swasta

  24

  6

  20

  7

  6 Wiraswasta

  95 9 111

  11

  7 Swasta

  5

  3

  8

  3

  9 Pelajar 277 250 298 255

  10 Ibu Rumah Tangga 420 456 - -

  11 Belum/Tidak Bekerja 179 126 165 128

  12 Pendeta 1 - 1 -

  13 Buruh

  87

  85 - -

  14 Honor

  25

  9

  35

  5

  15 Bidan

  4 - -

  4

  16

  2

  1 - - Pensiunan

  17 Kepala Desa - 1 -

  1

  18 Perikanan/Nelayan - - - -

  Sumber Data Profil Desa Tahun 2016

  Mayoritas penduduk desa Muara Langon adalah petani. Mereka bertani dengan cara berpindah-pindah. Terkadang ladang yang mereka kelola dengan dengan pemukiman tetapi tidak jarang juga jauh letaknya dari pemukiman. Oleh karena jauh dari pemukiman seringkali penduduk berladang itu tidak pulang ke kampung tetapi memilih tinggal di ladangnya untuk menjaga dan merawat ladangnya dari hewan pengganggu. Kondisi yang seperti demikian membuat pertemuan mereka dengan warga kampung yang lain sangatlah minim. Pertemuan terjadi umumnya jika ada acara-acara seperti perkawinan, musim nugal atau upacara-upacara keagamaan. Pada musim nugal pertemuan lebih sering dan interaksi lebih intens karena kebiasan kerja bersama membuat sawah atau ladang berpindah. Kehidupan sebagai masyarakat petani lebih menonjol di desa Muara Langon.

  3.2.6 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

  Pendidikan adalah salah satu instrumen penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Di Desa Muara Langon masih terdapat 20 % perempuan yang belum tamat SD dan 19% laki laki yang belum tamat SD. Sedangkan sedangkan yang menamatkan Akademi dan Perguruan Tinggi baru 5% untuk wanita dan 6 % untuk laki laki.

  Tabel 4 Tingkat Pendidikan

  

No TAMAT PENDIDIKAN LAKI- LAKI PEREMPUAN

  1 Tidak tamat SD 287 245

  2 Tamat SD 274 257

  3 Tamat SLTP 295 264

  4 Tamat SLTA 156 116

  5 Tamat Akademi/PT

  29

  27 Sumber Data Kantor Desa Muara Langon Tahun 2016 Sisi pendidikan warga desa Muara Langon ini masih tergolong sangat rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah pemahaman dan pengetahuan juga sangat terbatas. Agama dan adat istiadat tiap-tiap etnis yang ada sangat mempengaruhi pemikiran mereka dalam bertindak. Tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki peran yang penting dalam mengatur dan menata kelangsungan hidup masyarakat di desa.

  Dengan tingkat pendidikan yang rendah, masyarakat akan lebih mudah disusupi pengajaran-pengajaran agama yang akan sangat mempengaruhi pola tindakan individu dalam berinteraksi dengan orang lain.

  3.2.7 Gambaran Penduduk Menurut Suku

  Desa Muara Langon yang terletak diperbatasan dengan Kalimantan Selatan ini didiami oleh penduduk yang berasal dari Kalimantan Selatan. Hal ini ditunjukkan dalam prosentase jumlah suku Banjar yang sangat dominan yaitu 60 %, disusul dengan Dayak yang berasal juga dari Kalimantan Selatan sebanyak 8 %. Namun demikian penduduk berasal dari Jawa menduduki peringkat kedua sebanyak 10 %. Suku Paser yang merupakan peduduk awal di kabupaten Paser hanya sebanyak 7%. 15% sisanya terdiri dari beragam suku seperti Ambon, Madura, Menado,

5 Bugis dan lain-lain.

  5 Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Muara Langon periode 2017-2022 Bpk, Sufriadi pada tanggal 5

  Komposisi penduduk yang beragam di desa Muara Langon tidaklah mengherankan. Walaupun berada jauh dari ibukota kabupaten maupun ibukota provinsi tetapi desa Muara Langon berada pada jalur perlintasan yang menghubungkan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, sehingga desa ini bukanlah desa yang terpencil. Apalagi sejak masa penjajahan sudah terdapat booster PERTAMINA yang tidak jauh dari desa ini.

  Komposisi penduduk dengan berbagai macam suku bangsa ini memperlihatkan kurangnya sistem kekerabatan. Kekerabatan dalam bahasa Inggris disebut kinship. Kekerabatan menunjuk

  6

  pada hubungan atas dasar pertalian darah. Oleh karena warga desa berasal dari berbagai suku yang berbeda, mereka juga bukan penduduk asli maka mereka tidak memiliki hubungan pertalian darah. Hubungan kekerabatan yang ada adalah karena perkawinan. Melalui perkawinan terjadi percampuran suku dan pembauran agama. Relasi dibangun atas dasar kepentingan untuk suatu pekerjaan.

  Namun demikian dari informasi yang diperoleh hingga saat ini tidak pernah terjadi keributan ataupun kerusuhan di daerah ini. Kerusuhan antar etnis yang terjadi pada sekitar tahun 2000

  • – 2003 antara Dayak dan Madura ternyata tidak mempengaruhi kehidupan masyarakat di desa ini. Mereka tetap hidup bersama berdampingan hingga saat ini dengan prinsip tidak ada

  7 yang saling mengusik atau mengganggu kepentingan satu dengan yang lain.

6 Jamaludin, Sosiologi, 75

3.3 Upacara Keagamaan

  

8

3.3.1 Upacara Keagamaan Kaharingan

  Upacara ini dilaksanakan dalam rangka tuan rumah memperoleh kesembuhan dari sakit yang mereka derita. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Balian yang didatangkan dari Kalimantan Selatan, oleh karena di wilayah desa Muara Langon tidak memiliki seorang Balian. Upacara dimulai sekitar pukul 21.00 wita. Menurut peserta yang hadir waktu ini adalah waktu yang tepat untuk memanggil roh-roh. Upacara ini diselenggarakan selama 2 hari.

  Upacara membayar hutang ini terdiri atas beberapa bagian, pertama adalah bagian persiapan acara. Persiapan acara itu biasanya ada semacam pertemuan yang dipimpin tokoh adat yang mengatur persiapan berbagai hal berkaitan dengan upacara, seperti mencari baliannya, peralatan yang akan dipergunakan selama upacara berlangsung dan makanan yang akan dimakan dalam upacara tersebut. Kegiatan selanjutnya setelah pertemuan adalah bagi kaum laki-laki mencari kayu dan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dimasak. Bagi kaum perempuan pekerjaan mereka adalah membersihkan bahan makan, memasak, menyajikannya kepada para peserta upacara hingga membersihkan segala peralatan yang sudah selesai dipakai memasak.

  Kedua adalah upacara itu sendiri. Tidak ada tata ibadah atau susunan acara tertentu dalam upacara tersebut. Hanya sang Balian yang terus berbicara dengan roh yang dipanggilnya untuk datang ke rumah tempat upacara tersebut. Sang Balian mempergunakan bahasa Dayak sehingga semua orang yang hadir dalam upacara tersebut memahami apa yang diucapkan oleh Sang Balian kecuali orang non Dayak. Tidak seperti upacara keagamaan pada umumnya, upacara dalam

8 Hasil Wawancara dengan Ibu Soter di rumah beliau dan bapak Kuntur pada tanggal 5 September 2017. Di

  rumah ibu Soter diselenggarakan upacara agama Kaharingan dan penulis juga hadir untuk melihat kegiatan Kaharingan ini terlihat santai. Para peserta upacara terlihat santai. Para pemain musik pun demikian. Para peserta dapat saling berbicara bahkan sekali-sekali tertawa. Mereka melakukan hal tersebut tidak merasa menggangu Balian yang sedang berbicara dengan roh-roh tersebut. Meski terjadi percakapan diantara peserta upacara namun ketika saat tertentu mereka tahu bahwa pada saat itu adalah waktu untuk membunyikan alat musik. Sehingga dapat dikatakan bahwa upacara tersebut tetap dapat berjalan dengan lancar.

  Ketika tamu datang dalam upacara tersebut, tuan rumah menyambut dengan baik tamu yang datang walaupun berbeda agama. Tamu diberi makan dari makanan yang sama dengan yang mereka makan. Tamu dipersilakan untuk mengikuti jalannya upacara yang berlangsung dan melihat proses yang dilakukan oleh Sang Balian. Bagian ketiga dari kegiatan ini adalah membersihkan atau merapikan kembali peralatan di tempat di mana upacara itu diselenggarakan. Barang yang dipinjam dikembalikan.

  Dalam rangkaian kegiatan upacara tersebut, peserta yang terlibat tidak hanya warga Kaharingan tetapi juga warga desa yang beragama Kristen yang bertetangga dengan tuan rumah dan warga desa yangg memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga tersebut. Mereka hadir oleh karena diundang. Mereka hadir dalam upacara tersebut untuk mendukung terlaksananya upacara yang dilakukan oleh tetangga atau kerabatnya tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Partisipasi warga Kristen tidak hanya saat upacara itu berlangsung, tetapi mulai dari persiapan sampai berakhirnya kegiatan upacara tersebut.

  Dalam wawancara dengan salah satu peserta upacara yang beragama Kristen, beliau mengungkapkan bahwa tujuan kehadiran mereka adalah sebagai bagian dari warga adat Dayak dan bukan mempercayai roh-roh itu yang dipanggil oleh Balian. Alat musik yang mereka mainkan adalah bagian dari adat istiadat mereka orang Dayak.

  Warga Kristen dan warga Kaharingan dapat menjalin hubungan dan kerja sama yang baik ketika menjalankan upacara tersebut. Tidak ada ditemukan pemisahan atau permusuhan diantara mereka, walaupun ada perbedaan keyakinan. Tamu yang datang sekalipun bukan orang Dayak dan bukan kepercayaan Kaharingan tetap disambut dengan baik dalam pertemuan tersebut.

  9

3.3.2 Ibadah Syukur Panen

  Acara syukur panen yang diselenggarakan oleh pihak gereja dalam rangkaian ungkapan syukur atas kemurahan Tuhan yang telah memberkati usaha dan kerja keras warga jemaat, sehingga diperoleh hasil yang baik dari kegiatan pertanian. Acara ini rutin dilaksanakan setiap tahun yaitu pada waktu akhir masa panen padi ladang. Ungkapan syukur dinyatakan jemaat dengan mempersembahkan hasil panen warga sebagai buah sulung panen. Dalam hal pengaturan acara sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendeta dan majelis jemaat yang ada di desa Muara Langon.

  Persiapan kegiatan syukuran dilakukan selama lebih kurang empat bulan. Panitia bekerja bersama jemaat dan dibantu beberapa warga Kaharingan yang tinggal berdekatan dengan gereja.

  Panitia mempersiapkan area yang akan dipergunakan untuk kegiatan syukuran. Bahan-bahan untuk memasak dan bahan-bahan untuk dimasak semua dipersiapkan. Warga Kaharingan juga ikut terlibat membantu kegiatan persiapan ini meskipun bukan panitia.

  Acara syukur panen adalah ibadah yang diatur menurut ketentuan gereja yang bersangkutan. Ibadah ini dipimpin oleh seorang pendeta. Dengan menggunakan tata ibadah yang telah disesuaikan dengan tata ibadah gereja. Ibadah dimulai tepat pukul 10.00 wita. Ibadah diawali dengan tarian giring-giring khas Dayak, sebagai tarian penyambutan. Setelah itu para pendeta dari beberapa gereja yang hadir berprosesi memasuki area tempat ibadah. Ibadah 9 Hasil Wawancara dengan warga jemaat Ibu Koster dan Ibu Pangalila, tanggal 26 Agustus 2017 di Gereja dilaksanakan di luar gedung gereja. Ibadah ini terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama pembukaan dipimpin oleh seorang pelayan liturgi. Pelayan liturgi memimpin jemaat untuk bernyanyi dan berdoa Bagian kedua adalah khotbah, bagian ini dilayani oleh seorang pendeta yang diundang khusus untuk datang dari Balikpapan guna memenuhi permintaan dari jemaat setempat. Dalam khotbahnya beliau menyampaikan mengenai penyertaan Tuhan dalam pembangunan Bait Allah di Israel. Bagian ketiga, merupakan bagian memberi persembahan.

  Dalam bagian ini jemaat bernyanyi bait yang pertama lalu petugas-petugas yang telah ditunjuk mengumpulkan uang dari jemaat dan undangan yang hadir setelah pengumpulan uang selesai jemaat kembali nmenyanyikan bait yang selanjutnya. Jemaat yang hadir ini memberikan persembahan dengan sukarela oleh karena demikian yang diyakini dan diajarkan dalam agamanya. Bagian keempat adalah bagian penutup yang mana pada bagian ini pendeta yang berkhotbah tadi mendoakan dan memberkati seluruh jemaat.

  Hal yang menarik dalam kegiatan syukur panen ini adalah kehadiran Kepala Desa bersama dengan istri dalam ibadah. Pada umumnya diwilayah kabupaten Paser ini seorang pejabat pemerintahan yang hadir dalam kegiatan keagamaan pemeluk tertentu, hanya akan hadir untuk memberikan sambutan tidak hadir dan mengikuti ibadah.

  Dalam pemberian sambutan telah ditentukan beberapa orang untuk menyampaikannya. Sambutan pertama disampaikan oleh ketua panitia pembangunan, dilanjutkan dengan salah satu pengurus gereja dari pusat. Pendeta yang ditugas di gereja yang akan dibangun menyampaikan sambutan selanjutnya disusul dengan pendeta yang datang dari Balikpapan sebelum sambutan diakhiri oleh Kepala Desa kesempatan diberikan juga kepada KAPOLSEK untuk memberikan sambutannya. Pada saat penyampaian sambutan Kepala Desa selaku pimpinan di desa untuk menyampaikan sambutan beliau dan arahan-arahan beliau bagi warga gereja agar berupaya menjaga kerukunan sehingga desa Muara Langon menjadi tempat kondusif untuk kehidupan bersama dalam perbedaan. Kesempatan yang sama juga diberikan kepada KAPOLSEK yang dalam sambutannya beliau menyampaikan kesiapan aparat kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban di desa.

  Acara selanjutnya adalah peletakkan batu pertama. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh beberapa orang yang ditunjuk. Pendeta yang menjadi ketua di jemaat tersebut yang memulai pertama kali untuk meletakkan batu, dilanjutkan pendeta kedua jemaat ini yang berada di tempat terselenggaranya syukuran ini dan seterusnya adalah pendeta-pendeta dari gereja-gereja terdekat.pada bagian akhir bapak KADES dan Bapak KAPOLSEK pun ikut serta sebagai salah satu yang meletakkan batu pertama. Dengan demikian acara yang kedua dalam kegiatan syukur panen telah selesai.

  Upacara dihadiri oleh seluruh jemaat dan undangan. Undangan terdiri dari gereja-gereja terdekat, gereja tetangga dan warga desa yang tinggal berdekatan dengan gereja. Di sekitar gereja terdapat warga desa beragama Islam dan Kaharingan. Bapak Kepala Desa berkenan hadir memenuhi undangan warga gereja. Beliau hadir sejak awal ibadah hingga selesai dan juga menyampaikan kata sambutannya. Tidak hanya Kepala Desa, bapak KAPOLSEK juga berkenan hadir dan memberikan sambutan dalam acara tersebut. Dengan kehadiran mereka menjadi lengkap kehadiran aparat desa dalam acara tersebut.

  Para penari dalam pembukaan ibadah tersebut, berasal dari sebuah sanggar tari milik gereja tetangga. Para penari yang tergabung dalam sanggar tari ini tidak hanya beragama Kristen tetapi juga beragama Islam dan memiliki kepercayaan Kaharingan. Selain penari ada pemain musik yang juga penting bagi terselenggaranya tarian ini. Mereka pun memiliki latar belakang keyakinan Kaharingan. Tarian ini membuat ibadah syukur bernuasa kedaerahan khususnya kebudayaan orang Dayak yang menjadi 50% warga gereja di wilayah Muara Langon.

  Warga Kaharingan tidak saja hadir pada saat acara tetapi mereka juga ikut terlibat sejak mempersiapkan acara tersebut, yaitu beberapa hari sebelum hari H. Mereka terlibat mulai dari menyiapkan bahan-bahan dan peralatan untuk memasak hingga memasakkan makanan yang akan disajikan dalam acara tersebut. Dalam kesempatan ini pemeluk Muslim yang diundang dalam acara ini, khususnya mereka yang berkawan dekat dengan warga gereja dan tinggal dekat dengan gereja namun demikian mereka berhalangan hadir dalam kegiatan tersebut.

  10

3.3.3 Peringatan Idul Adha dan Idul Fitri

  Ada dua kegiatan keagamaan pemeluk Islam yaitu Idul Adha dan Idu Fitri. Idul Adha lebih dikenal dengan hari raya korban. Peringatan hari raya Idul Adha dimulai dengan berpuasa selama 2 hari setengah. Setelah itu pada hari raya Idul Adha paginya pemeluk Islam bersholat di Mesjid. Selesai sholat mereka pulang ke rumah masing-masing. Tidak ada acara khusus yang dilakukan oleh pemeluk Islam kecuali di rumah masing-masing keluarga saling bermaaf-maafan. Di dalam keluarga juga menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan.

  Di Mesjid dilaksanakan pemotongan hewan kurban. Di desa Muara Langon hewan kurban yang dipotong berasal dari pemerintah daerah. Tidak ada sumbangan hewan kurban selama ini. hewan kurban yang sudah dipotong kemudian dibagi-bagikan kepada semua warga di desa tidak terkecuali warga desa non muslim yang miskin juga menerima.

  Peringatan Idul Fitri pun tidak terlalu ramai. Biasanya setelah Sholad Id di Mesjid keluarga- keluarga muslim pulang ke rumahnya masing-masing. Menikmati berbagai hidangan yang sudah mereka siapkan. Dalam hari raya idul fitri terdapat juga saling bermaaf-maafan bahkan dalam hari raya Idul Fitri dilaksanakan bukan saja diantara orang muslim tetapi juga dengan tetangga yang berbeda agama.

3.4 Upacara Kemasyarakatan

  Nugal merupakan sarana perjumpaan warga desa yang tidak saja beragama Kristen tetapi juga Islam dan Kaharingan. Kegiatan Nugal juga adalah sebuah pertemuan yang terfokus. Pada saat nugal warga desa berkumpul dan kehadiran mereka terfokus pada satu hal yaitu bekerja menanam padi. Maka lewat kegiatan nugal ini sebenarnya perbedaan kepercayaan tidak menjadi penghalang bagi kebersamaan yang tercipta untuk satu tujuan yang sama.

  Sama seperti kegiatan Nugal, kegiatan perkawinan pun menjadi tempat perjumpaan warga desa yang bukan hanya berjumpa tetapi juga bekerja sama, saling berbicara untuk mencapai tujuan bersama.

  11

  3.4.1 Kegiatan Bersih Lahan dan Nugal Nugal atau menanam padi adalah kegiatan rutin tahunan yang dilakukan oleh warga desa

  Muara Langon. Nugal dimulai pada sekitar bulan Agustus atau September. Diharapkan ketika musim hujan datang pada bulan Oktober tanaman padi dapat bertumbuh dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan.

  Kegiatan nugal dimulai dengan pembersihan lahan. Untuk membersihkan sebuah lahan dan nugal, sebagaimana kebiasaan warga desa ini, mereka tidak melakukan itu sendirian tetapi mereka melakukannya bersama warga desa yang lain. Untuk dapat bekerja sama dengan warga desa, maka pemilik lahan harus mengundang warga desa yang lain agar terlibat. Undangan

11 Hasil Wawancara dengan Bapak Reka sebagai pemilik lahan. Wawancara dengan beliau dilaksanakan pada

  tanggal 15 Oktober 2017. Ibu Koster warga desa yang ikut kegiatan nugal dan Pdt. Christian sebagai pendeta

yang mana gereja pernah melaksanakan nugal di lahan gereja. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 11 disampaikan secara lisan. Melalui satu orang kemudian diteruskan kepada orang lain. Tanpa mengundang maka tidak akan mungkin seseorang akan hadir dalam kegiatan membersihkan ladang atau nugal ditempatnya dan warga desa menganggap bahwa pemilik lahan akan mengerjakan lahannya sendiri dan tidak membutuhkan bantuan dari warga desa yang lain.

  Undangan membuat orang mau terlibat dalam kegiatan itu.

  Proses mengundang secara lisan telah terjadi bertahun-tahun dan menjadi kebiasaan warga desa. Mengundang kerja dengan memakai undangan tertulis maka hal itu tidak akan mendapat tanggapan. Undangan secara lisan tidak hanya berlaku pada kegiatan nugal tetapi juga dalam kegiatan-kegiatan lainnya seperti perkawinan dan rapat di kantor desa. Undangan lisan ini tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu. Undangan ini bersifat umum.

  Dalam undangan lisan untuk kerja bersih lahan dan nugal tidak terdapat unsur paksaan untuk hadir. Kehadiran individu ditentukan dirinya sendiri. Tetapi jika individu yang diundang memiliki harapan jika nantinya, saat ia akan membersihkan ladang orang lain ikut membantunya maka undangan ini menjadi suatu keharusan bagi dirinya untuk datang membantu. Hal ini bukan merupakan aturan tertulis tetapi ada dan dihayati serta dipahami dengan baik oleh warga di desa Muara Langon. Untuk hal ini berlaku bagi siapa saja yang hidup di desa Muara Langon tanpa terkecuali.

  Undangan ini tidak melihat agama atau kepercayaan seseorang. Undangan ini merupakan tanda yang dikirim pemilik lahan kepada semua warga di desa untuk terlibat dalam pekerjaan yang akan dilaksanakannya. Lewat undangan ini memungkinkan akan terjadinya perjumpaan antarpemeluk beragama untuk bekerja bersama.

  Pada hari yang telah ditentukan sesuai undangan warga desa datang dan berkumpul di lahan yang akan dibersihkan atau lahan yang ditugal. Bagi warga desa tertentu dapat menjalankan keyakinannya seperti berdoa terlebih dulu sebelum memulai pekerjaan dengan harapan agar selamat ketika melakukan pekerjaan membersihkan ladang atau nugal mereka akan diberikan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan. Begitu pula lahan yang dibersikan dapat dikerjakan dengan baik. Bagi penganut agama lain yang hadir dimohon agar berdoa sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

  Dalam bekerja masing-masing melakukan pekerjaannya dengan baik namun demikian tidak dapat dipastikan apakah semua orang bekerja dengan baik atau tidak. Dalam melakukan pekerjaan ini terdapat seseorang pemimpin, tujuannya untuk proses dan kerapian tanaman di ladang yang ditanam. Pemimpin mengarahkan orang-orang yang berkerja. Pemimpin ini diminta oleh keluarga pemilik lahan. Sebelum dimulai pekerjaan pemimpin memberi arahan seperti apa tanaman padi akan ditanam. Namun demikian masing-masing orang mengerti dan memahami apa yang harus dikerjakannya. Sesuai dengan hal-hal yang mereka pelajari sejak mereka kecil. Semua bekerja dengan kerelaan hati. Dalam bekerja juga disertai dengan percakapan ringan dan diselingi candaan. Membuat pekerjaan tidak terasa berat.

  Tanggung jawab dari pemilik lahan terhadap kehadiran orang banyak yang datang untuk bekerja adalah menyiapkan makanan baik yang ringan seperti kopi dan kue juga makanan utama yaitu nasi dan lauk. Kerja keras warga desa tidak dihitung dengan uang. Pemilik lahan menyiapkan makanan sebagai ganti tenaga yang telah dikeluarkan.

  Setelah pembersihan lahan atau nugal selesai dilaksanakan dipihak pemilik lahan maka pemilik lahan memiliki tanggung jawab untuk membantu kegiatan membuka lahan sampai nugal di tempat warga desa lain yang sudah datang memenuhi undangan di tempat pemilik lahan. Bagi warga desa Muara Langon hal ini ibarat seperti hutang yang harus dibayar atau dalam istilah lain arisan kerja. Jika ada 30 orang yang membantu ia bekerja membuka lahan hingga nugal maka kepada 30 orang inilah ia harus berpartisipasi dalam pekerjaan mereka.

  Tidak ada hukuman fisik yang diterima oleh sesorang ketika ia sudah dibantu ketika membuka lahan dan nugal kemudian tidak membantu orang lain yang sudah membantunya.

  Tetapi ada sanksi sosial yang akan diterimanya pertama ia akan menjadi bahan cibiran warga desa, kedua ketika ia akan membuka lahan dan nugal pada tahun kemudian, maka warga desa tidak akan lagi terlibat dalam pekerjaannya sekalipun ia mengundang secara lisan. Demikian menjadi aturan yang tidak tertulis dalam prinsip bekerja sama di desa Muara Langon.

  Jika seseorang tidak dapat membantu orang lain yang sudah membantunya maka ia dapat memikirkan cara lain seperti membayar orang untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan. Orang yang menggantikan pekerjaan orang lain tadi harus memberitahukan kepada pemilik lahan bahwa ia hadir di tempat itu untuk mengerjakan pekerjaan dari seseorang yang tidak dapat hadir tersebut. Dengan begitu seseorang yang membuka lahan ini mengetahui bahwa orang yang pernah dibantunya untuk membuka lahan tersebut tetap membantunya walaupun ia tidak hadir di tempat itu. Ada cara yang lain bagi mereka yaitu meminta maaf dan berjanji bahwa tahun depan akan ikut dalam pekerjaannya.

  Jika seseorang tidak ingin memiliki hutang kerja dengan orang lain maka biasanya mereka mengerjakan lahannya sendiri atau dibantu oleh beberapa orang yang masih memiliki hubungan keluarga saja.

  Melalui kegiatan bersih ladang dan nugal warga masyarakat bertemu dan menjalin sebuah kebersamaan dan memfokuskan diri pada pekerjaan bersih ladang dan menanam padi. Tidak memandang agama atau gender apapun, warga bersama-sama membersihkan ladang. Mereka menyatu dalam sebuah kepentingan bersama. Walaupun ladang yang akan digarap luas tapi pekerjaan bisa cepat selesai.

  Pekerjaan dilakukan mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Pada pukul 12.00 mereka berhenti beristirahat dan menikmati makanan yang disiapkan oleh pemilik lahan. Duduk makan bersama dengan lauk seadanya. Perbincangan yang terjadi saat itu mengenai giliran lahan yang akan dikerjakan pada hari-hari ke depan. Dengan begitu semua dapat mengetahui waktu kerja bersama untuk ke depannya. Dan ketika pulang hal ini disampaikan lagi untuk mengingatkan mereka kapan waktu bertemu kembali.

  Bagi keluarga atau individu yang sudah memperoleh bagian kerja dalam lahannya, maka ia harus memperhatikan akan hal ini agar ia dapat menyediakan diri dan waktunya sesuai dengan yang sudah diatur bersama. Oleh karena konsekuensi bagi mereka yang tidak datang tidak mengenakkan karena mereka pasti akan menerima sindiran ataupun sikap yang tidak bersahabat dari keluarga dan individu yang lain, yang telah terlibat dalam pengerjaan lahan miliknya.

  Untuk menyelamatkan muka agar tidak malu dan disindir orang lain, maka bagi keluarga atau individu yang tidak datang pada kegiatan bersih lahan dan nugal pada tempat yang sudah ditentukan agar segera meminta maaf dan membuat kesepakatan untuk terlibat tahun depan menjadi tindakan yang patut dikerjakan. Dengan begitu harapannya keluarga atau individu yang kecewa tersebut tidak menyimpan dendam dan hubungan baik kembali.

  12

3.4.2 Upacara Perkawinan

12 Hasil wawancara dengan Pak Gandih, beliau adalah aparatur desa dan bagian dari keluarga yang menikahkan keluarganya dan Mama Ardan selaku warga desa yang ikut membantu acara perkawinan.

  Wawancara dilakukan terpisah. Pak Gandih diwawancarai di kantor desa pada tanggal 19 Agustus 2017 dan

Mama Ardan diwawancarai di rumahnya pada tanggal 5 November 2017. Pendeta Christian sebagai Upacara perkawinan dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap persiapan, tahap kedua adalah acara perkawinan itu sendiri dan tahap ketiga adalah penyelesaian.

  Pada masing-masing tahapan selalu melibatkan warga desa. Sama seperti nugal, keterlibatan warga desa disampaikan keluarga melalui undangan lisan.

  Tahap persiapan perkawinan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pertemuan percakapan untuk membahas biaya dan tanggal perkawinan. Pada percakapan seperti ini baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan diwakili oleh seorang wali. Wali ini diambil dari warga kampung Muara Langon. Bagian kedua adalah kerja untuk mempersiapkan tempat dan bahan untuk memasak dengan bahan makanan.

  Bagi orang Islam dalam pembahasan biaya dan tanggal perkawinan hanya melibatkan sesama orang Islam. Dikalangan Islam pertemuan ini dipimpin oleh RT atau pemuka agama mereka. Tetapi perkawinan orang Kristen dan Kaharingan khususnya mereka suku Dayak dalam pembahasan tersebut pasti melibatkan orang Kristen dan Kaharingan. Oleh karena penghulu adat atau tua-tua adat Dayak di Muara Langon ada yang beragama Kristen dan kepercayaan Kaharingan.

  Dalam pembahasan perkawinan mengenai biaya perkawinan baik di pihak orang Islam, Kristen dan Kaharingan disampaikan melalui wali. Kehadiran wali menolong agar percakapan dapat berjalan dengan lancar dan baik. Percakapan mengenai biaya ini dapat terjadi merupakan percakapan tawar menawar diantara kedua belah pihak agar dapat membiayai acara tersebut. Dalam prakteknya jika biaya tersebut kurang maka pihak perempuan yang harus menanggungnya dan tidak bisa meminta kepada pihak laki-laki tambahan biaya tersebut. Di Muara Langon pesta perkawinan dilaksanakan di tempat pihak perempuan.

  Para tua-tua adat atau ketua RT mereka yang memimpin jalannya percakapan tetapi megenai besar biaya yang disiapkan diserahkan kepada keluarga untuk merundingkannya.

  Mereka sebatasa mengarahkan percakapan. Mereka hadir untuk mengatur proses perkawinan yang akan berlangsung dan mengatur pembagian kerja bagi warga desa yang akan membantu.

  Semua yang diatur dalam perkawinan ini akan dilaksanakan oleh warga desa yang akan terlibat dalam kerja tersebut.

  Bagi calon pengantin yang berbeda agama, dalam persiapan ini dilaksanakan juga percakapan yang mengarahkan pasangan yang akan menikah ini untuk menjadi satu dalam kepercayaan. Di Muara Langon yang umum terjadi selama ini dalam kesepakatan pindah agama adalah pihak laki-laki mengikuti pihak perempuan. Jadi tidak membutuhkan waktu panjang untuk membahas mengenai perubahan keyakinan ini.

  Persiapan bagian yang kedua adalah bekerja bersama mencari kayu bakar, mempersiapkan tempat untuk pelaksanakan perkawinan dan memasak makanan. Untuk kerja bersama ini semua agama terlibat sesuai undangan yang mereka. Keterlibatan mereka dalam kegiatan persiapan ini jika mereka mengharapkan apabila saatnya nanti mereka akan melaksanakan kegiatan perkawinan juga akan dibantu oleh yang orang-orang yang dibantunya. Pemahaman seperti ini dimiliki oleh semua warga desa dan hampir pada semua jenis pekerjaan yang dilakukan bersama.

  Kerja sama yang dibangun lebih pada motivasi balas jasa daripada kerelaan untuk membantu sesama yang membutuhkan pertolongan.

  Pekerjaan dibedakan berdasarkan gender. Kaum laki-laki mencari kayu bakar dan mempersiapkan tempat pelaksanaan perkawinan sedangkan kaum perempuan membersihkan dan menyiapkan bumbu hingga memasak makanan. Perkawinan yang dilakukan Islam tidak ada persoalan, tetapi jika orang Kristen atau Kaharingan yang menikah ada satu hal penting untuk dilakukan agar tamu undangan bersedia hadir yaitu bahwa yang memasak makanan dan menyajikannya kepada tamu harus ada orang-orang Islam yang bekerja bersama dengan warga yang membantu pekerjaan ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar makanan yang dimasak tetap halal dan dikerjakan sesuai dengan ajaran agama Islam.

  Bagian kedua pada acara perkawinan itu sendiri masih dibagi lagi menjadi dua bagian, pertama acara perkawinan menurut agama dan kepercayaan masing-masing agama yang dianut oleh mempelai. Perkawinan secara agama biasanya dilakukan terlebih dahulu yaitu di gereja atau KUA atau di rumah bagi penganut kepercayaan Kaharingan. Perkawinan menurut agama dan kepercayaan dipimpin oleh orang yang secara aturan agamanya yang berhak untuk melakukannya. Di gereja maka pendeta yang akan melaksanakan pemberkatan. Dalam Islam dilaksanakan di KUA di sana sudah tersedia penghulu yang akan menikahkan pasangan mempelai. Untuk Kaharingan, penghulu adat yang melakukan pengesahan perkawinan mereka.

  Bagian kedua acara perkawinan adalah resepsi atau syukuran. Acara resepsi dilaksanakan di rumah mempelai perempuan. Para tamu hadir memenuhi undangan lisan yang sudah disampaikan keluarga kepada warga desa. Dalam acara ini warga desa dari berbagai kalangan hadir saling berjumpa dan bertegur sapa. Kehadiran mereka dalam acara tersebut tidak terlalu lama, setelah berada di tempat resepsi langsung menuju meja tempat makan yang sudah tersedia dilanjutkan makan. Di meja makan ini biasanya tamu berbincang-bincang dengan orang yang dikenalnya dan dijumpainya di meja makan. Setelah selesai makan, tamu akan menghampiri keluarga memberi ucapan selamat dan memberi tanda kasih setelah itu tamu sudah bisa pulang demikian terus bergantian hingga selesai. Jumlah tamu yang hadir dalam undangan, menjadi salah satu topik yang diperbincangan warga desa. Ada kebanggan di keluarga bila tamu yang hadir dalam acara tersebut banyak.

  Acara perkawinan tidak dilakukan pada malam hari. Acara perkawinan biasanya dimulai pada pukul 10.00 atau 11.00 dan akan diakhiri pada pukul 17.00. Kebiasaan orang Islam perkawinan dilaksanakan pada hari minggu sedangkan orang Kristen tidak boleh pada hari minggu. Orang Kristen tidak menikah pada hari minggu oleh karena pada hari itu merupakan hari ibadah. Penentuan tanggal tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak pada saat pengaturan dalam basurah adat. Kaharingan tidak ada hari khusus tergantung kesiapan masing-masing keluarga yang diatur dalam basurah adat.

  Bagian ketiga dari acara perkawinan adalah penyelesaian tanggung jawab. Pada bagian ini dari pihak keluarga melalui tua-tua adat atau tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memimpin pertemuan terakhir menyampaikan ucapan terima kasih kepada warga desa yang telah menolong mereka untuk melaksanakan kegiatan ini dan jika terdapat hal-hal yang tidak mengenakan selama pekerjaan berlangsung maka keluarga siap untuk bertanggung jawab mengganti kerugian materi yang dialami warga desa yang sudah membantu sekaligus memohon maaf dan agar hal tersebut dianggap selesai pada saat itu sehingga tidak perlu diperpanjang.

  Kepada pengantin baru, dalam acara ini mereka masih mendapat wejangan-wejangan dari tua-tua adat atau tokoh agama atau tokoh masyarakat yang telah mengatur jalannya acara mereka ini agar mereka hidup rukun dan damai dalam berkeluarga. Selesai wejangan acara ini diakhiri dengan menikmati jajanan yang disiapkan keluarga yaitu makanan ringan sejenis kolak yang tujuannya untuk memulihkan kembali tenaga yang sudah terkuras dalam melaksanakan kegiatan ini. Makanan ini menjadi penutup seluruh rangkaian kegiatan perkawinan. Makanan ini akan dikirim kepada warga desa yang membantu tetapi pada kesempatan itu tidak dapat hadir.

  Acara perkawinan memiliki tatanan yang lebih kompleks dibandingkan dengan kegiatan bersih lahan dan nugal. Walaupun hanya tiga tahapan tetapi dalam tiap tahapan ada cukup banyak hal yang patut untuk dikerjakan bersama dan mengkoordinir cukup banyak orang. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa acara perkawinan tersebut berjalan lancar.

  Meskipun berbeda agama dan suku tetapi urut-urutan proses perkawinan sama saja. Dengan tradisi yang diulang-ulang selama bertahun-tahun membuat warga desa walaupun berbeda agama dan suku tetapi memahami tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh keluarga yang beracara. Para tua-tua adat atau para tokoh agama atau tokoh masyarakat yang dipercayakan keluarga untuk mengatur acara mereka tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukan pertemuan dan memberi penjelasan-penjelasan agar supaya acara pekawinan dapat berlangsung dengan tertib dan teratur.

  Dengan ini dapat lihat pentingnya ritual dari pendapat Goffman masing-masing warga desa dalam kepelbagaiannya memahami cara melibatkan diri dalam acara atau kegiatan yang khusus yaitu perkawinan.

  13

3.4.3 Rapat Evaluasi Desa

  Rapat evaluasi desa diadakan tiap tiga bulan sekali. Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan di desa. Rapat dipimpin langsung oleh kepala desa dan sekaligus memperoleh masukkan-masukkan bagi perbaikkan kehidupan bersama di desa. Aparat desa secara lisan dan tulisan mengundang tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, ketua-ketua Rukun Tetangga.

  Rapat dibuka dengan doa oleh pemuka agama Islam. Dilanjukan dengan sambutan singkat dari kepala desa dan sekaligus mengawali kegiatan rapat. Selesai kepala desa menyampaikan

13 Hasil wawancara dengan Pdt. Christian selaku pemuka agama Kristen, ketua Rukun Tetangga (RT) 06 ibu

  

Khaerunissa. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 11 November 2017. Wawancara dilaksanakan di rumah mereka sambutan maka mulailah warga desa dan para tokoh masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan evaluasinya kepada aparat desa.

  Dalam rapat ini dapat terjadi kerja sama antarpemeluk terutama dalam mengkritisi kerja aparatur desa. Pemuka agama Islam dan Kristen ada dalam keselarasan berpikir untuk mempertanyakan kinerja aparat yang tidak kunjung melaksanakan program kerja desa yang ditujukan kepada pembangunan fasilitas-fasilitas rumah ibadah. Kedua pemuka agama ini saling memberi pendapat mereka mengenai kinerja aparat desa dan yang lain memberi dukungan. Pemuka agama saling mendukung memberikan bukti-bukti kinerja desa yang kurang.

  Walaupun ini adalah bentuk kritik tetapi kata-kata yang dilontarkan tetap menjaga etiket kesopanan dalam sebuah pertemuan. Dalam kapasitas sebagai seorang pemuka agama, ketika mengungkapkan pemikiran atau pendapat tidak dengan hati dan pikiran yang panas. Emosi tetap dapat dikendalikan.

  Pemuka agama yang konsisten untuk memperhatikan persoalan-persoalan masyarakat dan mengangkat masalah-masalah yang ditemui masyarakat desa kepada aparatur desa untuk mendapatkan solusi, kehadirannya akan dapat diterima oleh di berbagai kalangan masyarakat. Tindakannya ini menjadi pintu masuk untuk membangun relasi yang lebih baik dengan pemeluk beragama yang lain. Rasa percaya tumbuh kepada pemuka agama tersebut bukan saja dikalangan tertentu tetapi semua kalangan.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suruhan: Sosok Mesianis Nirkekerasan dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Dusun Pengancing

0 0 8

BAB II PANDANGAN TEOLOGI KRISTEN TENTANG MESIAS NIRKEKERASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suruhan: Sosok Mesianis Nirkekerasan dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Dusun Pengancing

0 0 21

BAB III HASIL PENILITIAN : SURUHAN DAN MESIAS DALAM PERSPEKTIF ORANG DAYAK PESAGUAN DI DUSUN PENGANCING - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suruhan: Sosok Mesianis Nirkekerasan dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Dusun Pen

0 0 13

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 23

BAB IV KAJIAN KONSEP MESIAS NIRKEKERASAN TERHADAP SURUHAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suruhan: Sosok Mesianis Nirkekerasan dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Dusun Pengancing

0 0 10

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 19

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 18

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara Langon Kabupaten Pas

0 0 11

Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara

0 1 18

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 8