BAB II Kerangka Teori - Analisis Budaya Organisasi Pada Pegawai Samsat Medan

  2. Mengasah kemampuan peneliti dalam pengaplikasian dan pengembangan teori-teori bisnis yang didapatkan selama perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis.

  3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Samsat Medan Utara dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

  4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkhusus dalam bidang SDM sebagai bahan bacaan yang diperlukan.

BAB II Kerangka Teori Berdasarkan uraian di atas, berikut ada beberapa teori yang

  dikemukakan penulis untuk dijadikan sebagai acuan kerangka berpikir dala melakukan penelitan.

2.1 Budaya Organisasi

2.1.1 Definisi Budaya Organisasi

  Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak.

  Seiring berjalannya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan. Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil.

  Budaya organisasi berkaitan erat dengan pemberdayaan pegawai disuatu perusahaan. Semakin kuat budaya organisasi, semakin besar dorongan para karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan. Pengenalan, penciptaan, dan pengembangan budaya organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan dalam rangka membangun perusahaan yang efektif dan efisien sesuai dengan misi dan visi yang hendak dicapai. (pabundu tika, 2006) Budaya organisasi dapat digunakan untuk meningkatkan keefektifan organisasi, hal ini dikarenakan budaya organisasi dapat mengobrol cara para anggota mengambil keputusan, menafsirkan dan mengatur lingkungan organisasi, apa yang mereka perbuat dengan informasi dan bagaimana mereke berperilaku serta budaya juga mempengaruhi isi keunggulan bersaing organisasi.

  Menurut Robbins (2001:523-524) budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain dan Schein juga menegaskan bahwa budaya adalah pola asumsi dasar dimana kelompok mempelajarinya untuk memecahkan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berhasil dengan baik sehingga dianggap sah untuk diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan dan memecahkan suatu masalah.

  Organisasi merupakan wadah bagi sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan yang sama. Untuk menjaga kebaikan, kekondusifan serta kenyamanan saat berinteraksi secara formal maupun informal apabila orang-orang tersebut saling menghargai satu sama lain, bersifat baik serta menjalankan aturan-atauran dan nilai-nilai yang sama di organisasi tersebut. Norma-norma dan nilai-nilai itu lah budaya organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut bisa berjalan dengan lancar.

  Menurut pabundu tika (2006:2) pengertian budaya telah banyak didefinisikan oleh para ahli budaya. Kroeber dan Kluckhohn pada tahun 1952 bahwa menemukan 164 definisi budaya.

  1. Talizuduhu Ndaraha dalam bukunya bukunya Budaya Organisasi mengemukakan definisi budaya menurut Edward Burnett dan Vijay Sathe sebagai berikut. Edward Burnett

  • Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat.

  • Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.

  Vijay Sathe

  2. Robert G. Owens dalam bukunya Organizational Behaviour in

  Education mengemukakan definisi budaya menurut Terrence Deal and Allan Kennedy sebagai berikut.

  Budaya adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan sistem kontrol yang menghasilkan norma perilaku.

  3. Edgar H. Schein mendefinisikan budaya dalam bukunya

  Organizational Culture and Leadership sebagai berikut:

  Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/ diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah- masalah tersebut.

2.1.2 Unsur-unsur Budaya Organisasi

  Dari definisi yang dikemukakan oleh para tokoh budaya organisasi terkandung unsur-unsur dalam budaya organisasi sebagai berikut :

  1. Asumsi dasar Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku.

  2. Keyakinan yang dianut Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/ perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.

  3. Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya organisasi. Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi/ perusahaan atau kelompok tertentu dalam organisasi atau perusahaan tersebut.

  4. Pedoman mengatasi masalah Dalam organisasi/ perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.

  5. Berbagi nilai (sharing of value)

  Dalam budaya organisasi perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.

  6. Pewarisan (learning process)

  Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi.

  7. Penyesuaian (adaptasi) Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok tersebut, serta adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan.

2.1.3 Proses Pembentukan Budaya Organisasi

  Secara teoretis proses bagaimana suatu budaya organisasi terbentuk, telah dijelaskan oleh Schein dalam bukunya Organizational Culture and

  Leadership . Menurut beliau terbentuknya suatu budaya organisasi dapat

  dianalisis dari tiga teori sebagai berikut:, a.

  Teori Sociodynamic Teori ini menitikberatkan pengamatan secara detail mengenai kelompok pelatihan, kelompok terapi, dan kelompok kerja yang mempunyai proses interpersonal dan emosional guna membantu jelaskan apa yang dimaksud dengan share terhadap pandangan yang sama dari suatu masalah dan mengembangkan share tersebut.

  b.

  Teori Kepemimpinan

  Teori ini menekankan hubungan antara pemimpin dengan kelompok dan efek personalitas dan gaya kepemimpinan terhadap formasi kelompok yang sangat relevan dengan pengertian bagaimana budaya terbentuk. Untuk itu Schein membagi dua hal, yaitu tugas dan gaya kepemimpinan dalam kelompok.

  1) Tugas kepemimpinan dan kelompok

  Tugas ini menekankan perbedaan antara fungsi kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas eksternal dan fungsi yang berorientasi kepada kelompok internal. Fungsi kepemimpinan meliputi fungsi dan tugas pemrakarsa, pemberian informasi, pemberian opini, menyimpulkan, dan uji konsensus, sedangkan fungsi kelompok menyangkut bantuan (supporting), harmonisasi, standar uji dan penempatan, dan penjagaan gawang.

  2) Gaya kepemimpinan dan kelompok

  Asumsi bahwa pemimpin atau pendiri suatu kelompok merupakan hubungan otoritas yang terbentuk dalam kelompok dan keadaan dimana pemimpin dan anggotanya berinteraksi pada level emosional yang akan menentukan baik stadium evolusioner kelompok maupun gaya budaya nya. 3)

  Teori Pembelajaran

  Teori ini memberikan bagaimana kelompok mempelajari kognitif, perasaan dan penilaian.

  Secara struktural, ada dua tipe pembelajaran yaitu a.

  Situasi penyelesaian masalah secara positif, b. Situasi menghindari kegelisahan

  Proses pembelajaran dimaksudkan untuk pewarisan budaya organisasi kepada anggota baru dan organisasi.

2.1.4 Jenis-Jenis Budaya Organisasi

  Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya.

1. Berdasarkan proses informasi

  Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Arie Indra Chandra) membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut.

  a.

   Budaya rasional

  Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau dampak).

  b.

   Budaya ideologis

  Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (Dari pengetahuan yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungasn dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan).

  c.

   Budaya konsensus

  Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi dan konsensus) diasumsikan menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok).

  d.

   Budaya hierarkis

  Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi, komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, kontrol dan koordinasi).

  

Tabel 2.1

  Sistem Transaksi atau Aturan Pengelolaan Empat Jenis Budaya Organisasi menurut Quin dan Grath

  

njelasan daya daya daya daya rasion ideolog konse hierar al is nsus kis

perluan/tuj engejar perluan emelihar elaksanak

uan tujuan yang a an

organisasi oduktivit luas kelom aturan iteria as, kungan pok ntrol

kinerja efisiens ekstern oral stabilit i al, Kohes as pertum i buhan dan peroleh

an kasi otorita s sumber uran

sar mpetensi daya anggota ngetahua kekuasaa an n teknis n atus rnyataan risma infor alisis formal ai-nilai mal faktual ngambilan atas keputusan keputu rtisipasi nservatif san ndangan , ya engarahk dari waspad Kepemim an, dalam rau, a/ hati-

pinan berorie yang mend hati

ntasi intuinti ukung pada f ngawasa mberian sasaran engusulk n dan

  Pendapata an, miten kontrol n rjanjian berorie berasa kontrak ntasi l dari iteria aluasi pada proses formal anggota luaran risiko. alitas yang hubun tampak mitmen gan amanan otif-motif pada kepemilik eliharaan nilai- likasi an nilai ensitas untuk berusa ha rtumbuha n

  Sumber: Arie Indra Chandra : Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Kasus Krakatau Steel Cilegon).

2. Berdasarkan tujuannya

  Talizuduhu Ndaraha membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya, yaitu : a.

  Budaya organisasi perusahaan b. Budaya organisasi publik c. Budaya organisasi sosial

2.1.5 Karakteristik Budaya Organisasi

  Stephen P. Robbins di dalam buku pabundu tika (2005:10) menyatakan ada 10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan akan menjadi budaya organisasi.

  Kesepuluh karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut: 1. Inisiatif Individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.

  2. Toleransi terhadap tindakan beresiko, dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil risiko.

  3. Pengarahan merupakan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.

  4. Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

  5. Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

  6. Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi.

  7. Identitas dimaksudkan sejauh mana para pegawai suatu organisasi dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu.

  8. Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas,sikap pilih kasih, dll.

  9. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

  10. Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

2.1.6 Fungsi Budaya Organisasi

  Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, yaitu sebagai berikut:

  1. Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behaviour membagi lima fungsi budaya organisasi sebagai berikut: a.

  Berperan menetapkan batasan b.

  Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.

  c.

  Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang.

  d.

  Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.

  e.

  Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para pegawai.

2. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki dalam bukunya

  organizational behaviour membagi empat fungsi budaya

  organisasi, yaitu a.

  Memberikan identitas organisasi kepada pegawainya b. Memudahkan komitmen kolektif c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial d. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya.

2.2 Kinerja

2.2.1 Definisi Kinerja

  Kinerja organisasi merupakan tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha. Kinerja merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi (Gibson).

  Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara lain sebagai berikut.

  1. Stoner, 1978 dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan.

  2. Bernardin dan Russel 1993 (dalam bukunya Achmad S. Ruby) mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-sfungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

  3. Handoko dalam bukunya manajemen personalia dan sumber daya mendefinisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

  4. Prawiro Suntoro, 1999 (dalam buku Merry Dandian Panji) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

2.2.2 Unsur-Unsur Kinerja

  Diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari : 1.

  Hasil-hasil fungsi kerjaan 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi pegawai seperti: motivasi,kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi 4.

  Periode waktu tertentu

2.2.3 Dimensi Kinerja

  Dimensi kinerja menurut Gomes (1995) memperluaskan dimensi prestasi kerja karyawan yang berdasarkan:

1. Quantity of work; jumlah kerja yang dilakuukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

  2.Quality of work; kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

  3.Job knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.

  4.Creativeness; Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan- tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

  5. Cooperation; kesetiaan untuk bekerjasama dengan orang lain.

  6.Dependability; kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

  7.Initiative; semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya

  8.Personal qualities; menyangkut kepribadian, kepemimpinan,keramah- tamahan, dan integritas pribadi.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kinerja

  Menurut Gibson ada 3 faktor yang berpengaruh terhadapa kinerja : 1. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

  2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

  o. ama dul Penelitian asil Penelitian edjono ngaruh budaya udaya organisasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja signifikan dan positif organisasi dan terhadap kinerja kepuasan kerja organisasi. Budaya karyawan pada organisasi yang terminal dibentuk oleh nilai- penumpang nilai ivonasi, umum di perhatian tiap detil- surabaya tim-hasil-individu- agresivitas dan stabilitas, dapat menimbulkan kepuasan kerja karyawan di kantor dan ke tempat UPTD terminal penumpang umum di Surabaya. sia ngaruh budaya asil penelitian ini

  Wirda organisasi mendukung teori terhadap kinerja Robbins yang karyawan menyatakan bahwa politeknik Budaya Organisasi negeri Padang akan mampu meningkatkan kinerja karyawan, terutama jika ketujuh faktor yang membentuk budaya organisasi diterima sebagai nilai-nilai yang harus dianut, diyakini dan dilaksanakan dengan sepenuh hati, sehingga akan melahirkan budaya organisasi yang akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan.

  . Hanif Pengaruh Hasil analisis Al budaya menunjukkan bahwa

  Rizal organisasi dan budaya organisasi kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja terhadap kinerja karyawan karyawan yang (Studi pada ditunjukkan oleh Rumah Sakit nilai probabiltas Panti Wilasa 0,007 dan t hitung

  Citarum” Kota sebesar 2,759 dengan Semarang) nilai koefisien 0,241, kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,000 dan t hitung sebesar 5,262 dengan nilai koefisien 0,460. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja karyawan manajemen Rumah

  Sakit Panti Wilasa “Citarum” perlu memperhatikan faktor-faktor budaya organisasi dan kepuasan kerja, karena faktor-faktor tersebut terbukti mempengaruhi kinerjakaryawan.

2.3 Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

  BAB II KERANGKA TEORI Bab ini berisi tentang kajian teori-teori yang digunakan dalam penelitian

  BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, definisi konsep, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data, dan sistematika penulisan

  BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi, penyajian data dan analisis data.

  BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang rumusan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online Di Situs Lazada.co.id Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU

0 0 9

Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online Di Situs Lazada.co.id Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU

0 0 9

1. IDENTITAS RESPONDEN - Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Kepuasaan Pasien Serta Dampak Loyalitas Pada Rumah Sakit Siti Hajar Padang Bulan Medan

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran - Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Kepuasaan Pasien Serta Dampak Loyalitas Pada Rumah Sakit Siti Hajar Padang Bulan Medan

0 0 10

Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 2 18

B. PETUNJUK PENGISIAN - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga 2.1.1Pengertian Harga - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 1 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Alam 2.1.1 Tanaman Karet Alam - Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 16