BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Implementasi Pelayanan Promotif dan Preventif di Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Puskesmas

  Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas dalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

2.1.1 Tujuan Puskesmas

  Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas tersebut dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI, 2014).

2.1.2 Fungsi Puskesmas

  Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas juga memiliki wewenang dalam melaksanakan funsinya yaitu:

  a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

  c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

  e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

  g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

  h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes RI, 2014).

  2.1.3 Visi Puskesmas

  Visi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI, 2014).

  2.1.4 Misi Puskesmas

  Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional.

  Misi tersebut adalah: 1. mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

  3. mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

  4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

  5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

  6. mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

2.1.5 Tenaga Kesehatan

  Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, kerja, dan pembagian waktu kerja.

  Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas:

  a. dokter atau dokter layanan primer;

  b. dokter gigi;

  c. perawat;

  d. bidan;

  e. tenaga kesehatan masyarakat;

  f. tenaga kesehatan lingkungan;

  g. ahli teknologi laboratorium medik;

  h. tenaga gizi; dan i. tenaga kefarmasian.

  Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

  Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2 Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional

  Mengenai pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional diatur peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif tertera dalam PeraturanMenteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 ini pada Pasal 13 yang bertuliskan bahwa

  “Setiap Peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan

  .” Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden

  Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 yaitu “Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan; imunisasi dasar; keluarga berencana; dan skrining kesehatan .” Kemudian Pasal 22 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

  1. Administrasi pelayanan;

  2. Pelayanan promotif dan preventif;

  3.Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

  4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

  5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

  6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

  7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; dan 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

  Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FTKP) milik Pemerintah Daerah diatur dalam kapitasi JKN di FTKP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

  Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurang- kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Dalam hal ini, biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya.

2.3 Upaya Penyelenggaraan Kesehatan

  Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes RI, 2014).

  Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah sebagai berikut:

  a. pelayanan promosi kesehatan;

  b. pelayanan kesehatan lingkungan;

  c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

  d. pelayanan gizi; dan Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap

  Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang dimaksud merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing- masing Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

  Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas ini adalah : 1.

  Upaya promosi kesehatan.

  Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter dalam Maulana, 2009). Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat (Maulana, 2009).

  Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

  Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut: a) Sasaran Jangkauan Penyuluhan

  a. Kelompok umum

  b. Kelompok khusus

  1) Masyarakat daerah terpencil/terasing 2) Masyarakat daerah pemukiman baru (transmigran/perbatasan) 3) Masyarakat korban bencana/masalah kesehatan (KLB) 4) Masyarakat kelompok rentan (ibu hamil, lansia) 5) Masyarakat yang berada di berbagai institusi (rumah sakit, posyandu).

  6) Masyarakat yg mempunyai pengaruh dlm proses pengambilan keputusan (pemuka agama, Kepala Keluarga)

  7) Kelompok-kelompok yang mempunyai potensi dalam kegiatan penyuluhan (PKK, Karang Taruna).

  b) Sasaran Hasil Penyuluhan Sasaran tersebut di atas yang telah mengalami perubahan pengetahuan, sikap 2.

  Upaya kesehatan lingkungan.

  Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan‟Paradigma Sehat‟ yang mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat penting.

  Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan agar terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan upaya kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. Penyehatan Air

  2. Penyehatan Makanan dan Minuman

  3. Pengawasan Pembuangan Kotoran Manusia

  4. Pengawasan, Pembuangan Sampah dan Limbah

  5. Penyehatan Pemukiman

  6. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

  7. Pengamanan Lingkungan akibat Pencemaran Industri

  8. Pengamanan Pestisida

  9. Klinik Sanitasi

  1. Daerah dengan endemis penyakit perut dan kecacingan, angka penyakit diare tinggi; penyakit-penyakit bersumber dari sampah.

  2. Daerah berpenghasilan rendah, berpenduduk padat dan kumuh, cakupan sanitasi dasar yang rendah.

  3. Daerah pariwisata; tempat pengelolaan makanan; transportasi; sarana ibadah; sarana perdagangan; sarana perawatan/pemeliharaan; sarana social.

  4. Daerah-daerah dengan angka kepemilikan dan pemanfaatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan masih kurang.

  5. Keluarga dan masyarakat di daerah yang angka kepadatan penduduknya tinggi serta produksi sampahnya cukup banyak; masyarakat dengan penyakit yang berhubungan dengan penyakit lingkungan.

  6. Daerah yang mempunyai resiko terhadap penularan penyakit diare, TBC Paru, ISPA, DBD, dan Filariasis.

  7. Daerah pemukiman baru; resiko tinggi terhadap pencemaran; tempat pengelolaan pestisida; daerah industri; pertanian.

  8. Daerah terpencil dan daerah perbatasan; masyarakat terasing dan rawan bencana; rawan air bersih.

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

  Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan perkembangan dan perlindungan bayi, anak di bawah lima tahun (balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat, dukun bayi, pembinaan kesehatan anak.

  Bentuk upaya kesehatan ibu dan anak sebagai berikut:

  a) Pelayanan Kesehatan/asuhan kebidanan di wilayah kerja puskesmas

  b) Pelayanan Kesehatan bagi bayi, balita dan anak prasekolah Sasaran upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) sebagai berikut:

  a) Ibu dan Anak Ibu,

  b) Bayi, c) Balita,

  d) Anak Usia Prasekolah, dan

  e) Keluarga yang tinggal atau berada di wilayah kerja puskesmas serta yang berkunjung ke puskesmas.

  Upaya Kesehatan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional.

  Sasaran upaya Kesehatan Keluarga Berencana (KB) sebagai berikut:

  a) Pasangan Usia Subur (PUS),

  c) PUS dengan wanita yang akan memasuki masa menopause,

  d) Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja puskesmas, dan

  e) Wanita Usia Subur (WUS) yang datang pd pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi pelayanan KB.

4. Upaya perbaikan gizi.

  Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan (tenaga pengelola gizi) serta dukungan peran serta aktif masyarakat. Program Upaya Perbaikan Gizi puskesmas meliputi:

  1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi dalam tiap keluarga di Indonesia, bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan, pertanian, BKKBN, agama dalam negeri, dan PKK.

  2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI) Mendorong berbagai institusi pemerintah dan swasta agar memberikan perhatian lebih besar dalam peningkatan status gizi warganya.

  3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi yang terdiri dari:

  a) Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

  c) Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis (KEK)

  d) Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)

  e) Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain

  f) Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih 4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).

  Upaya perbaikan gizi memliki tujuan untuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran Upaya perbaikan gizi sebagai berikut: 1. Bayi, balita, anak prasekolah, dan anak usia sekolah.

  2. Wanita Usia Subur (termasuk calon pengantin), ibu hamil, ibu nifas, dan lansia.

  3. Semua penduduk daerah rawan gizi.

  4. Semua anak dan dewasa yang mempunyai masalah gizi.

  5. Pekerja berpenghasilan rendah/miskin.

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

  Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular meliputi kuratif, pemutusan rantai penularan, promosi kesehatan, dan surveilans.

  Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular (P2M)

  a) Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan.

  b) Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare.

  c) Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan , pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik.

  Program pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi. Cara Penularan Penyakit menular dikenal beberapa cara penularan penyakit menular, yaitu: Penularan secara kontak.

6. Upaya pengobatan.

  Upaya pengobatan berguna untuk mendapatkan diagnosa sedini mungkin dengan melaksanakan tindakan pengobatan dan upaya rujukan serta rehabilitasi jika diperlukan. Program pengobatan seperti berikut ini:

  a. Rawat Jalan Poli Umum

  b. Rawat Jalan Poli Gigi

  c. Unit Rawat Inap: Keperawatan, Kebidanan

  d. Unit Gawat Darurat (UGD)

  e. Puskesmas Keliling (Efendi, 2009)

2.4.1 Definisi Pelayanan Kesehatan

  Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem (Permenkes RI, 2014).

  Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaran. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas kawasan perkotaan, Puskesmas kawasan pedesaan dan Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil (Permenkes RI, 2014).

1. Puskesmas Kawasan Perkotaan

  Puskesmas kawasan perkotaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:

  a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa; b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel; c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan. memiliki karakteristik sebagai berikut:

  a. memprioritaskan pelayanan UKM;

  b. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;

  c. pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat; d. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan e. pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.

  2. Puskesmas Kawasan Pedesaan Puskesmas kawasan pedesaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut: a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris; b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;

  c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen); dan d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas. memiliki karakteristik sebagai berikut:

  a. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;

  b. pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat; c. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat perdesaan.

  3. Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:

  a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir; b. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan c. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

  Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil

  a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan; b.dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan; c. pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal;

  d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil; e. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan f. pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas (Permenkes RI, 2014)

2.4.2 Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif

  Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status atau derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang yang sehat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan cara memberikan: 1.

  Penyuluhan kesehatan masyarakat.

  2. Peningkatan gizi.

  3. Pemeliharaan kesehatan perorangan.

  Pemeliharaan kesehatan lingkungan.

  5. Olahraga secara teratur.

  6. Rekreasi.

  7. Pendidikan seks (Effendi,1998) Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin, prevenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Effendi, 1998).

  Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1.

  Imunisasi massal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil.

  2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melaui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah.

  3. Pemberian vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.

  4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui (Effendi, 1998).

  Upaya pengobatan ( kuratif ) bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan.

  1. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB 2. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

  3. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas 4.

  Perawatan payudara 5. Perawatan tali pusat bayi baru lahir 6. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

  Upaya rehabilitasi merupakan upaya pemulihan keseluruhan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok sesuatu yang menderita penyakit yang sama. Adapun usaha yang dilakukan, yaitu sebagai berikut :

  1. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang dan kelainan bawaan.

  2. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan nafas dan batuk), stroke/fisioterapi (Effendi, 1998).

2.4.3 Promosi Kesehatan

  Menurut Hartono (2010) banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan oleh puskesmas. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.

  Di Dalam Gedung Di dalam gedung puskesmas, promosi kesehatan dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam gedung terdapat peluang-peluang: a.

  Promosi kesehatan di tempat pendaftaran, yaitu di tempat pasien/klien harus melapor/ mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

  b.

  Promosi kesehatan dalam pelayanan medis di poliklinik, di pelayanan KIA & KB, dan di ruang perawatan (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

  c.

  Promosi kesehatan dalam pelayanan penunjang medis, yaitu di kamar obat/apotik dan di laboratorium. d.

  Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik sanitasi.

  e.

  Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan puskesmas (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

  f.

  Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, yaitu di tempat parkir, halaman, dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.

2. Di Masyarakat (di luar gedung)

  Banyak tatanan di mana puskesmas dapat melakukan promosi kesehatan di masyarakat, yakni: Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks-kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun

  Warga dan lain-lain.

  b.

  Tatanan sarana pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pondok pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.

  c.

  Tatanan tempat kerja, yaitu di pabrik-pabrik, kanto-kantor, koperasi- koperasi, himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan lain- lain.

  d.

  Tatanan tempat umum, yaitu di terminal, stasiun, dermaga/pelabuhan, pasar, restauran, penginapan dan lain-lain (Hartono, 2010).

2.4.4 Tingkat-Tingkat Pencegahan Penyakit

  Menurut Leavel and Clark dalam Syafrudin ada lima tingkat pencegahan penyakit yaitu sebagai berikut.

1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion) 2.

  Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu(General

  and Spesifik Protection ) 3.

  Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early

  Diagnosis and Prompt Treatment ) 4.

  Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) 5. Penyembuhan kesehatan (Rehabilitation)

  Hal tersebut di atas dijabarkan dalam upaya-upaya pencegahan sebagai berikut.

  Upaya Pencegahan Primer a. Upaya peningkatan kesehatan

  Yaitu upaya pencegahan yang umumnya bertujuan meningkatkan taraf kesehatan individu/keluarga/masyarakat, misalnya:

  1. Penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia remaja.

  2. Perbaikan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

  3. Kesempatan memperoleh hiburan sehat yang memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.

  4. Pendidikan kependudukan, nasihat perkawinan, pendidikan seks, dan sebagainya.

  5. Pengendalian faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

  b.

  Perlindungan umum dan khusus Perlindungan khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan. Upaya-upaya yang termasuk perlindungan umum dan khusus anatara lain:

  1. Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.

  2. Perlindungan tenaga kerja terhadap setiap kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja.

  3. Perlindungan terhadap bahan-bahan beracun, korosif, alergen dan sebagainya.

  4. Perlindungan terhadap sumber-sumber pencernaan.

  2. Upaya Pencegahan Sekunder Pada pencegahan sekunder termasuk upaya yang bersifat diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt teratment) meliputi mencari kasus sedini mungkin: 1.

  Melakukan general check up rutin pada setiap individu.

  2. Melakukan berbagai survei (survei sekolah, rumah tangga) dalam rangka pemberantasan penyakit menular.

  3. Pengawasan obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan bebas, golongan narkotika, psikofarmaka dan obat-obatan bius lainnya.

  3. Upaya Pencegahan Tersier Pencegahan tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi penyakit yag lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian cacat fisik maupun mental, meliputi upaya-upaya sebagai berikut.

  1. Penyempurnaan cara pengobatan serta perawatan lanjut.

  2. Rehabilitasi sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitasi fisik dan mental).

  3. Mengusahakan pengurangan beban sosial penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan pengobatan serta kelanjutan rehabilitasi dan sebagainya (Syafrudin, 2009).

2.4.5 Jangkauan Pelayanan Kesehatan

  Keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan dapat dengan mudah mendapatkan akses layanan puskesmas. Agar jangkauan pelayaanan puskesmas lebih merata dan meluas, perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, bidan desa di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang sudah ada. Di samping itu penggerakkan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina dasawisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan (Mubarak, 2012).

2.5.1 Fokus Penelitian

  Fokus penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana implementasi pelayanan promotif dan preventif di puskesmas melalui indikator masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu , fokus penelitian disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

  Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut :

  1. Masukan (input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) shingga dapat berjalan dengan baik, meliputi kebijakan, tenaga kesehatan, pendanaan, serta sarana, prasarana dan peralatan.

  a.

  Kebijakan adalah terdiri dari konsep dan asas yang dirangkai menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pekerjaan, kepemimpinan, dan cara untuk bertindak yang dapat diterapkan bagi individu dan kelompok.

  Keluaran : Pelayanan

  Promotif dan Preventif

  Proses : Pelaksanaan Upaya

  Kesehatan Masyarakat (UKM )

  Pelaksanaan Upaya Kesehatan Perorangan

  (UKP) Masukan : 1.

  Kebijakan 2. Tenaga

  Kesehatan 3. Pendanaan 4.

  Sarana, Prasarana dan Peralatan b.

  Tenaga Kesehatan adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan formal yang melaksanakan pelayanan promotif dan preventif.

  c.

  Pendanaan adalah biaya atau materi berupa uang yang digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif.

  d.

  Sarana, Prasarana dan Peralatan adalah sesuatu yang digunakan termasuk di dalamnya tempat, media dan peralatan pendukung dalam terlaksananya pelayanan promotif dan preventif.

  2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di puskesmas.

  a.

  Upaya kesehatan masyarakat adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan meningkatkan derajat kesehatan.

  b.

  Upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan tenaga medis atau pun paramedis di puskesmas yang berfokus pada individu/ perorangan untuk menyembuhkan penyakit.

  3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. Dari hasil tersebut diharapkan adanya peningkatan pelayanan promotif dan preventif di puskesmas yaitu: a.

  Pelayanan promotif adalah kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan individu, keuarga, kelompok dan masyarakat.

  b.

  Pelayanan preventif adalah kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam upaya pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja - Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Dan Kecelakaan Kerja Di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2014

0 4 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Dan Kecelakaan Kerja Di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2014

2 14 8

KUESIONER FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM INSTANT MESSAGING ( Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

0 1 11

BAB II URAIAN TEORITIS - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

0 0 7

Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

0 1 14

1. Menguasai karakteristik peserta didik. - Implementasi Fuzzy Inferensi Dan Decision Tree untuk Optimasi Pengukuran Kinerja Guru Dalam Menentukan Kompensasi Merit Pay

0 0 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika yang hanya berdasarkan atas 2 nilai kebenaran yaitu TRUE (1) dan FALSE (0) kadang-kadang dirasakan kurang lengkap untuk menyatakan logika berpikir manusia. Sehingga dikembangkan logika yang tidak hanya bernil

0 1 18

Implementasi Fuzzy Inferensi Dan Decision Tree untuk Optimasi Pengukuran Kinerja Guru Dalam Menentukan Kompensasi Merit Pay

0 2 15

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Store Atmosphere 2.1.1 Pengertian Store Atmosphere - Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Kongbox Cafe Medan

0 8 22