2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit - Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

  Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009).

  Menurut Hospital Association dalam Azwar (2010) menyatakan rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

  2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

  Pengklasifikasian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan kekhususannya. Klasifikasi rumah sakit umum adalah pengelompokan rumah sakit umum berdasarkan perbedaan tingkatan menurut kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, fisik dan peralatan yang dapat disediakan dan berpengaruh terhadap beban kerja, yaitu rumah sakit kelas A, B, C dan D.

  Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Persyaratan rumah sakit

  1. Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis.

  2. Kriteriafasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelasA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

  3. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak /keluarga berencana.

  4. Pelayanan medik subspesialis terdiri dari subspesialis bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi dan gigi mulut.

  5. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 18 orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

  6. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter

  7. Pada pelayanan spesialis penunjang medik harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

  8. Pada pelayanan medik subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap.

  9. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

  10. Jumlah tempat tidur minimal 400 buah. Persyaratan rumah sakit umum kelas B antara lain sebagai berikut :

  1. Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayananmedik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayananspesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2(dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

  2. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelasB sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayananmedik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medikspesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak /keluarga berencana.

  4. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

  5. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

  6. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.

  7. Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 pelayanan meliputi mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.

  8. Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang . meliputi : bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi

  9. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 12 orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

  10. Pada pelayanan medik spesialis dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang . dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap

  11. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

  Persyaratan rumah sakit umum kelas C antara lain sebagai berikut :

  1. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik.

  2. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

  3. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

  4. Pada setiap pelayanan spesialis penunjang medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

  5. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit. .

  6. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah Persyaratan rumah sakit umum kelas D antara lain sebagai berikut :

  1. Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.

  2. Pelayanan medik spesialis dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan

  3. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

  4. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

  5. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

  6. Jumlah tempat tidur minimal 50 buah.

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

  Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.Sesuai dengan Undang- undang Nomor 44 Tahun 2009 fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut :

  1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

  2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

  3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

  4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

2.2 Pelayanan Rawat Inap

  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.

  Pelayanan rawat inap adalah kegiatan pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit, menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya.Bagian rawat inap mempunyai kedudukan sangat penting di rumah sakit dalam rangkamenyelenggarakan fungsi utamanya. Tenaga yang terlibat dalam pemberian pelayanan pasien antara lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi, dan tenaga keteknisian kesehatan lainnya.

  Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yangterdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu . perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya (Anjaryani, 2009)

  Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:

  1. Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku dokter, perawat dan tenaga profesi lainnya. sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

  3. Keselamatan pasien, menyangkut keselamatan dan keamanan pasien

  4. Kepuasan pasien, menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya. Menurut Muslihuddin (1996), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik apabila:

  1. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit.

  2. Menyediakan pelayanan yang benar-benar professional dari setiap strata pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pulang pasien. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut:

  1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin memerlukan penanganan segera.

  2. Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu membuat kepercayaan pada pasien.

  3. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit.

  4. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai tambah.

  Lingkup kegiatan di ruang rawat inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien meliputi pendataan pasien dan penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan), rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil/ pantry, konsultasi medis). Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu kelas utama (termasuk VIP), kelas I, Kelas II dan kelas III.

  Menurut Azwar (1996)sejak pasien dirawat di rumah sakit hingga diperbolehkan pulang, maka pasien rawat inap akan mendapat pelayanan sebagai berikut:

2.2.1 Pelayanan Penerimaan/ Administrasi

  Pelayanan penerimaan pasien merupakan bagian yang paling utama dari pelayanan rumah sakit, karena dari bagian ini awal dari seluruh bentuk dan pelayanan kesehatan. Pada bagian ini pula kesan pertama dirasakan oleh pasien atau keluarga pasien akan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Salah satu tujuan pelayanan penerimaan pasien adalah menciptakan suasana transisi yang lancar dan menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama terhadap penerimaan pasien. Kesan ini sering menetap dalam diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka terhadap lembaga, staf, dan perawatan atau pelayanan yang mereka terima (Aditama, 2003).

  Menurut Herkunto (1995) selama pasien dirawat dirumah sakit maka apa yang menjadi hak pasien telah diterima sesuai dengan kemampuan rumah sakit saat itu. kewajiban memberikan pembayaran yang pantas kepada pihak pemberi jasa, dalam hal ini rumah sakit. Hal ini ditegakkan demi tercapainya kesebandingan antara hak dan kewajiban dalam hubungan pasien dengan pihak pemberi jasa. Tentunya kewajiban ini dilakukan sesuai dengan keadaan ekonomi pasien.

2.2.2 Pelayanan Dokter

  Dokter adalah unsur paling berpengaruh dalam menentukan kualitas pelayanan rumah sakit kepada pasien. Dokter dapat dianggap sebagai jantung dari sebuah rumah sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat di pertanggungjawabkan (Aditama, 2003).

  Donabedian (1980) yang dikutip Anjaryani (2009) mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi danmanajemen terpadu, manajemen kontinuitas dan koordinasi kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal, yaitu : a. Ketepatan diagnosis

  b. Ketepatan dan kecukupan terapi

  c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggotakeluarga dokter harus menghargai serta menghormati hak-hak mereka. Adapun hak-hak pasien seperti yang tercantum dalam penjelasan pasal 32 undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit setiap pasien mempunyai hak 1) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit, 2) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dantata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan, 3) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya didampingi keluarganya dalam keadaan kritis, 4) memperoleh layanan kesehatan yang bermutusesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

2.2.3 Pelayanan Keperawatan

  Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai autonomi yang didefenisikan sebagai fungsi professional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.

  Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan.

  Untuk dapat melakukan tugasnya, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan nonmedik (Aditama, 2003).

  Pelayanan penunjang medik diagnostik meliputi :

  1. Laboratorium

  2. Radiologi

  3. Electro cardio graph (EGC)

  4. Ultrasonography (USG) 5. Unit Gawat Darurat, dan lain-lain.

  Pelayanan penunjang medik teraupetik meliputi :

  1. Farmasi

  2. Terapi rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.

  3. Pelayanan sosial

  4. Radioterapi 5. Psikologi klinik (Aditama, 2003).

  Umumnya pasien rawat inap merasa puas bila seluruh pemeriksaan dan pengobatan sudah disiapkan oleh rumah sakit. Demikian juga kebutuhan-kebutuhan mendadak seperti alat-alat selalu sudah tersedia dan siap pakai. Di dalam rumah sakit pelayanan kesehatan hampir seluruhnya merupakan pemberian obat. Obat dan semua alat untuk melakukan pengobatan tidak dapat dipisahkan dari rumah sakit dan bertanggung jawab atas kuantitas maupun kualitasnya, baik dari mulai pengadaannya, pendistribusiannya, sampai pada pengawasannya. Penyaluran pada pasien harus tepat dalam waktu, jumlah dan cara pemakaiannya. Demikian obat-obatan harus tersedia saat bila diperlukan dan memenuhi standar yang diwajibkan.

  Makanan yang dihidangkan harus dalam jumlah perkiraan kebutuhan, enak dipandang, dapat dicerna dengan baik, bebas dari kontaminasi, memperhatikan nutrisi dan memenuhi standar resep, serta penyajiannya pada waktu yang tepat dan teratur. Pada hakekatnya pelayanan gizi adalah penerapan ilmu dan seni dalam membantu seseorang dalam keadaan sehat atau sakit untuk memilih dan memperoleh makanan yang sesuai guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Di rumah sakit pelayanan ini ditunjukkan kepada pasien rawat inap, rawat jalan serta karyawan.

2.2.5 Lingkungan Fisik

  Lingkungan fisik dan non fisik rumah sakit juga dapat mempengaruhi kenyamanan pasien dalam menjalani rawat inap.Hospitalisasi merupakan perlakuan, peraturan, dan suasana baru yang ditimbulkan atas konsekuensi ditentukannya rawat inap di rumah sakit bagi seorang pasien.Akibat yang ditimbulkan oleh hospitalisasi seringkali menuntut pasien untuk beradaptasi dengan cepat dan terdapat hambatan- hambatan yang cukup besar, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan berakibat pada penolakan rawat inap (Susanty, 2009). Kondisi lingkungan fisik ruang perawatan memerlukan situasi yang tenang, nyaman, bersih dan syarat-syarat tertentu. Untuk menuju kearah itu sebenarnya SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit antara lain: 1) lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup, 2) sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa, 3) pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.

  Lingkungan fisik merupakan tempat di mana pasien berada selama menjalani perawatan di rumah sakit. Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan ruang bangunan yang bertujuan menciptakan ruangan yang nyaman, bersih, dan sehat, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada proses penyembuhan pasien, pada pengunjung, dan juga pada tenaga kerja rumah sakit. Untuk menjaga dan memelihara kondisi ini bukan hanya tugas pimpinan tapi menjadi tugas semua pegawai rumah sakit termasuk pasien dan pengunjungnya. Dengan demikian diperoleh suasana yang aman, asri, tenteram, bebas dari segala gangguan sehingga dapat memberikan kepuasan pasien dalam proses penyembuhan penyakit.

2.3 Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap

  Standar pelayanan minimal (Kepmenkes 129 Tahun 2008) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum. Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.

Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan Pelayanan Indikator Standar

  a. dr Spesialis

  ≥ 90 %

  ≤ 0.24 % 9. ≤ 5 % 10.

  ≤ 1,5 % 6. ≤ 1,5 % 7. 100 % 8.

  5.

  4. 08.00 s/d 14.00 wib setiap hari kerja

  3. Anak, Penyakit Dalam, Kebidanan, Bedah

  b. Perawat minimal pendidikan D3 2. 100%

  10. Kepuasan pelanggan 1.

  Rawat Inap 1. Pemberian pelayanan di Rawat Inap

  9. Kejadian pulang paksa

  8. Kematian pasien > 48 jam

  7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

  6. Kejadian infeksi nosokomial

  5. Kejadian infeksi pasca operasi

  4. Jam visite Dokter Spesialis

  3. Ketersediaan pelayanan rawat inap

  2. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) rawat inap

  Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang SPM RS

2.4 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

  Setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit kemudian pasien akanberhenti dibedakan atas :

  1. Diijinkan Pulang/ Boleh Pulang Diijinkan pulang/boleh pulang adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusan dokter karena sudah tidak memerlukan rawat inap dan diperbolehkan pulang.

  2. Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit.

  Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumahsakit, dan saksi.

  3. Lari Lari adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap tetapi keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuanpetugas sehingga meninggalkan kewajibannya.

  4. Dirujuk Dirujuk adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas rumah sakitlain untuk memperoleh pelayanan kesehatan lebih lanjut.

  5. Meninggal Meninggal adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit dalam keadaan mati.

  Pulang paksa atau discharge against medical advice (DAMA) adalah pemutusan kontrak kesepakatan antara provider dengan klien sesuai dengan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kegiatan pelayanan diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara provider dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, , peningkatan kesehatan pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Menteri Kesehatan nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah

  ≤ 5%.

  Menurut Thenie (2002) beberapa contoh kejadian/kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan sehingga pasien meminta pulang paksa adalah biaya pelayanan yang terlalu tinggi, tempat yang kurang nyaman, informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, tenaga medis/paramedis yang kurang profesional serta prosedur administrasi atau birokrasi yang terlalu rumit.

  Pulang paksa adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang menolak perawatan yang diajukan pihak rumah sakit dengan berbagai alasan. atau yang lebih sering lagi adalah karena tidak ada biaya. Kejadian ini cukup sering ditemui di rumah sakit pemerintah, pasien-pasien yang terpaksa pulang tersebut mayoritas berasal dari kalangan menengah ke bawah.Jika ada yang berasal dari kalangan menengah ke atas biasanya menolak perawatan karena ingin dirujuk ke rumah sakit lain .

  PAPS adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumahsakit, dan saksi (Susanty, 2009).

  PAPS merupakan hak otonomi pasien. Ketika pasien pulang, pasien harus paham diagnosis dan rencana pelayanan medis yang akan dikerjakan oleh dokter.

  Setelah mendapat penjelasan dan memahami penjelasan tersebut, keputusan pasien untuk menerima rencana pelayanan atau tidak dapat dibuat dengan tepat. Adapun penyebab PAPS adalah antara lain pasien tidak mengerti mengapa saat atau sudah diopname, tetapi belum sembuh juga, dokter yang gagal menjelaskan bahwa penyakit itu tidak bisa sembuh secara instan tetapi harus perlahan, pasien merasa tidak betah dengan fasilitas yang ada di tempat rawat inap, pasien memiliki keinginan untuk dirawat di tempat yang lebih bagus.

  Tetapi sebelum pasien pulang, staf keperawatan harus mematuhi langkah-langkah berikut: 1) mengkaji status pasien, 2) memberi tahu dokter yang memeriksa pasien dan memberitahukannya tentang; permintaan pasien untuk pemulangan, alasan pasien (seperti yang dinyatakan oleh pasien), pengkajian terhadap kondisi mental dan fisik pasien yang terakhir, adanya informasi penting lain berkaitan dengan permintaan tersebut.

  Menurut Bail yang dikutip Susanty (2009) jika dokter memberi instruksi untuk memulangkan pasien, lakukanproses intruksi tersebut berdasarkan kebijakan dan prosedur fasilitas, seperti yang ditunjukkan pada langkah-langkah berikut:

  1. Instruksikan pasien untuk membaca, mengisi dan menandatanganipernyataan pulang paksa dan format kuesioner pulang paksa.

  2. Mendokumentasikan dengan jelas seluruh insiden dalam ringkasanpemulangan yang terdapat dicatatan klinis pasien.

  3. Menyelesaikan semua prosedur pemulangan

  4. Memberitahukan kantor pendaftaran, penyelia keperawatan dan administrator

  5. Menyelesaikan laporan insiden.

  Kesemua hal di atas penting karena jika setelah di pulangkan terjadi sesuatu terhadap pasien, keluarga tidak boleh menuntut ke dokter atau rumah sakit.apalagi

2.5 Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

  Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan, faktor – faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut

  determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Determinan internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yaitu bersifat

  given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

  2. Determinan eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2010).

  Menurut Skiner yang dikutip Notoatmodjo (2010),perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme-respons dan untuk respons itu sendiri Skiner membaginya menjadi dua jenis yaitu perilaku tertutup dan terbuka.

  Teori Skiner tersebut menjelaskan perilaku yang ada didalam masyarakat dalam mengatasi penyakitnya. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but not illness) tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. kesehatan mengenai konsep sehat-sakit itu sendiri, dan persepsi sehat-sakit masyarakat erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan (Notoatmodjo, 2010).

  Menurut Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2010), menjadi 3 kategori utama kecenderungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: 1) Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

  Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, ini digunakan untuk menggambarkan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Dan hal itu disebabkan oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam: pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal –hal yang berkaitan dengan kesehatandan persepsi, serta faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan) akan mempengaruhi motivasi perorangan maupun kelompok untuk melakukan tindakan. Hal ini lebih mengarah pada tingkat kepercayaan dari pengguna pelayanan kesehatan tersebut.

  2) Faktor Pemungkin (Enabling factor) Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

  Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, ini mencakup personal skill dan sumber daya kelompok maupun sumber daya masyarakat, antara lain ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, biaya, pendapatan 3) Faktor Penguat(Reinforcing factor)

  Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi faktor untuk menentukan pelayanan kesehatan tersebut diminati atau tidak diminati oleh masyarakat dilihat dari sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5 Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, maka dapat digambarkan fokus penelitian sebagai berikut:

  • Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
  • Persepsi

  Faktor Pemungkin

  • Fasilitas kesehatan
  • Pelayanan tenaga kesehatan
  • Keterjangkauan biaya
  • Pendapatan keluarga
  • Akses geografi

  Perilaku PAPS Faktor Predisposisi

  Faktor Penguat

  • Perilaku tenaga kesehatan

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konseptual 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia

0 0 18

KATA PENGANTAR - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2004-2011

0 0 14

BAB II TINJAUAN UMUM DINAS A. Sejarah Singkat Dinas - Penggunaan Internet Dalam Pencarian Berita Di Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN - Peranan Agrowisata Dalam Mendukung Pendapatan Asli Kabupaten Karo

0 0 19

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata - Kampung Ladang Outbound Camp Sebagai Wadah Alternatif Wisata Outdoor Di Kota Medan

0 1 11

Kampung Ladang Outbound Camp Sebagai Wadah Alternatif Wisata Outdoor Di Kota Medan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai - Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

0 0 11

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

0 0 11