Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Resiko Kehamilan Diusia Remaja di Kelurahan Koto Taluk Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan ( Knowledge )

  Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dipikiran manusia. Tanpa ada pemikiran tersebut, maka pengetahuan tidak akan ada (Hidayat, 2008).

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

  Pengetahuan adalah kesatuan atau perpaduan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui atau dengan kata lain subjek itu memandang objek sebagai sesuatu yang diketahuinya ( Lubis, 1994 ).

  Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan kekuatan dasar dalam berbagai kegiatan kebudayaan pada zaman modern sekarang ini.

  Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu prestasi besar dari pemikiran manusia. Tanpa pengetahuan perkembangan atau pertumbuhan

  2.1.1. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) ada enam tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif yang meliputi: a.

  Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  b.

  Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

  c.

  Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil.

  d.

  Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

  e.

  Sintesis (Sintesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian f.

  Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau objek penilaian terhadap suatu materi atau objek.

  2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

  a. Umur Dengan bertambahnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang akan makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

  b. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001).

  c. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang.

  Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih situasi yang melibatkan emosi, sehingga penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas.

  d. Informasi Informasi merupakan fungsi yang penting sebelum dilakukan sesuatu tindakan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut.

  e. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

2.2. Sikap ( attitude)

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata manunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

  Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap suatu objek. jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap tanpa

  Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga- lembaga, terhadap norma-norma, nilai- nilai dan lain- lain. Ciri-ciri sikap adalah:

  a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

  Sikap ini membedakannya dengan sifat motif- motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

  b. Sikap dapat berubah- ubah karena sikap itu dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat dalam keadaan-keadaan atau syarat-syarat tertentu.

  c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

  d. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal- hal tersebut.

  e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang. terhadap suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap bila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu.

  Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan dalam sikap negatif kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, sikap ini penting sekali. ( Purwanto, H, 1998)

  Newcomb, seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motiv tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. ( Notoatmodjo, 2003 ). Diagram di bawah ini dapat menjelaskan uraian tersebut.

  

Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

Reaksi Stimulus Proses Stimulus Rangsangan

  Tingkah Laku (Terbuka) Sikap (Tertutup)

  Skema 1. Proses terbentuknya sikap dan reaksi

  2.2.1. Komponen Pokok Sikap Dalam bagian lain Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

  a). Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

  b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

  c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

  Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebab, polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berminat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena Polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa Polio.

  2.2.2. Berbagai Tingkatan Sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

  a) Menerima (Receiving)

  Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah- ceramah tentang gizi.

  b) Merespon (Responding)

  Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

  c) Menghargai (Valuing)

  Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap ketiga. Misalnya seorang ibu mengajak menimbang anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

  d) Bertanggung jawab (Responsible)

  Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

  Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan Posyandu? Atau saya akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun ( sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian Remaja

  Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara ma sa kanak- kanak dan masa dewasa,merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada anak laki- laki untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong,et al. 2009).

  Pubertas adalah proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong,et al. 2009).

  Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), usia remaja adalah anak yang sedang mengalami masa peralihan antara umur 13-20 tahun, secara berangsur-angsur menunjukan ciri-ciri seorang wanita/laki- laki sampai mencapai masa kematangan biologik, jiwanya berkembang dari kanak- kanak sampai dewasa dengan keadaan sosial ekomoni dan orang tua berangsur-angsur bebas.

2.3.2. Tahap Perkembangan Remaja

  Menurut Monks (1998) dikutip dari Novita Pratiwi (2005) membagi perkembangan remaja menjadi 3 tahap, yaitu :

  1. Tahap Remaja Awal Usia 12 – 15 tahun sebagai tahap remaja awal. Remaja yang berada

  Kepekaan yang berlebihan dan kurangnya pengendalian ego menyebabkan ia sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

  2. Tahap Remaja Madya Usia remaja madya berkisar antara 15-18 tahun. Pada tahap ini remaja senang bila memiliki banyak teman dan berada dalam kelompoknya terdapat kecenderungan memiliki kesamaan sifat dan penampilan dan kelompoknya.karena itu tidak heran kalau remaja sering mengikuti kegiatan yang sedang trend agar tidak dikatakan ketinggalan jaman.

  3. Tahap Remaja Akhir Menetapkan usia remaja akhir 18-21 tahun. Pada tahap ini remaja mulai menuju masa dewasa dan memiliki minat yang semakin dalam fungsi intelektual (Novita, 2005).

2.2.3. Tugas Perkembangan Remaja

  Sesuai tumbuh dan berkembangnya suatu individu, dari masa anak- anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing- masing pada setiap tahap perkembangannya. Yang dimaksud tugas pada setiap tahap perkembangan adalah bahwa setiap tahapan semua individu tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, Kebutuhan pribadi itusendiri timbul dari dalam diri yang dirangsang oleh kondisi disekitarnya atau masyarakat (Widyastuti, Y, dkk, 2010) Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y havighurst dalam bukunya Human Development and Education yang dikutip dari Panuju dan Ida (1999) ada sepuluh, yaitu: 1.

  Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

  2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing- masing.

  3. Menerima kenyataan jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

  4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain.

  5. Mencapai kebebasan ekonomi.

  6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

  7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

  9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

  10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan- tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

2.4. Kehamilan

  Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuhdi dalam tubuhnya ( yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 37-40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan.

  Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu dan janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko tinggi.

  Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya, perdarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. (Menuaba, 1999)

   2.4.1. Pengertian Kehamilan Usia Remaja

  Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 – 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah.

  (Menuaba, 1999).

  Kehamilan diusia remaja merupakan perubahan kondisi seseorang wanita menjadi ibu pada usia remaja (11-24 tahun). Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial belum siap terhadap ibu maupun bayinya.

  (Sugiharta, 2004).

   2.4.2. Penyebab Kehamilan di usia Remaja

  Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah karena pertumbuhan dan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi, kesulitan dalm persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu. Alasan kehamilan pada remaja adalah :

1. Kecelakaan (Simms & Smith, 1986)

  Seiring masa pubertas periode perubahan dari tidak matang menjadi matang dengan rasa penasaran dan coba-coba yang dilakukan remaja

  Kondisi hamil ya ng membuat remaja tersebut mendapat tunjangan dari orang tua atau bahkan pasangannya.

  3. Ingin anak 4.

  Ingin berperan Berhubungan dengan perkembangan psikososial dimana remaja ingin menunjukan kemampuannya dan mempunyai tanggung jawab.

  5. Faktor hubungan Hubunga n dalam keluarga yang tidak harmonis atau keluarga yang kurang mendukung, membuat remaja terjebak dalam perilaku seks bebas.

  6. Keinginan untuk meniru saudara yang sedang hamil pada usia remaja ( East & Felice, 1992 dikutib dari Susanti,N, 2002)

  Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah psikologis, ekonomi, dan sosial yang memerlukan perhatian khusus yang berupa:

  1. Bantuan yang berkualitas, seperti sekolah khusus untuk remaja yang sedang hamil.

  2. Dukungan sosial. Keputusan untuk melakukan abortus banyak dipengaruhi oleh orang tua.

  3. Ibu usia remaja kurang mempunyai pengetahuan tentang anak dan masalah perkembangan anaksehingga perlu diberi informasi oleh petugas kesehatan profesional.

  4. Ibu usia remaja beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap anaknya. Oleh karena itu, ibu usia remaja memerlukan informasi untuk mencegah hal tersebut.

5. Ibu usia remaja beresiko ketika melahirkan dan dapat mengalami komplikasi pasca partum.

  6. Ibu usia remaja perlu mendapatkan pendidikan, karier, dan peningkatan ekonomi. (Susanti, N, 2002)

2.5. Resiko Kehamilan di Usia Remaja

  Resiko Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang memuat banyak resiko. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang bahkan stres. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayi (Ubaydillah. 2000).

  Dua dampak yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi persoalan kehamilan remaja, diantaranya :

  1. Faktor psikologis yang belum matang

  a). Alat reproduksinya masih belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

  b). Remaja berusia muda dan sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat putus pekerjaan yang baru dirintis. c). Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat.

  d). Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.

  e). Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau minuman keras.

2. Faktor fisik

  a). Mungkin kehamilan ini tidak jelas siapa ayah sebenarnya

  b). Kehamilannya dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap. c).Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matang dapat menimbulkan abortus , persalinan prematur atau gestosis.

  d). Dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.

  e). Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif.

  f). Pada janin dapat terjadi kelainan kongenital, berat badan lahir rendah.

  g). Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja relatif tinggi dibanding masa reproduksi sehat antara 20-35 tahun.

  Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan ini disebabkan karena belum matang alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan dengan tekanan (stres) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya : a)

  Keguguran Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki, keguguran sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan efek samping yang serius, seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat produksi yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kemandulan.

  b). Persalinan prematur dan kelainan bawaan, kekurangan bahan zat yang dipergunakan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, BBLR, dan cacat bawaan.

  c). Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial, ekonomi rendah, dan stres mempermudah terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada saat nifas.

  d). Anemia kehamilan Penyebab anemia pada saat hamil muda disebabkan kurangpengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda,karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalamianemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya darahmerah janin dan plasenta, lama kelamaan seseorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis. e).Keracunan kehamilan

  Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap dan anemia makin meningkat terjadinya keracunan hamil, dalam bentuk, preeklamsi, dan eklamsia yang memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

  f). Kematian ibu yang tinggi Remaja yang stres akibat kehamilan sering mengambil jalan pintas untuk melakukan gugur kandung oleh tangan dukun.

  Angka kematian karena gugur kandung yang dilakukan cukup tinggi terhadap angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi pada kehamilan aterm, kematian yang terjadi karena trias klasik yaitu; perdarahan, infeksi dan gestosis (preeklamsia) (Menuaba, 1999).

2.5.1. Upaya pencegahan Kehamilan Remaja yang Tidak Diinginkan.

  Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah kehamilan remaja yang tidak diinginkan ; 1). Menciptakan lingkungan keluarga sestabil mungkin, karena keluarga sebagai salah satu kesatuan bisa berfungsi lebih baik dan biosa menjalankan perannya masing- masing dengan cara mendukung keluarga adalah dengan berdiskusi memberi arahan dan bimbingan kepada remaja tentang pendidikan seks. 2).

  Pengembangan pribadi melalui pendidikan sekolah, diperlukan motivasi yang kuat dari pihak orang tua dan guru dalam menyelesaikan masalah remaja. Untuk dapat mengurangi poengaruh negatif dari lingkungan, orang tua dan pendidikan disekolah harus meningkatkan kembali peran mereka masing- masing, dengan cara orang tua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi langsung dengan guru. 3). Meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang tertentu sesuai dengan bakat dan kemampuannya, misalnya dengan olahraga, kesenian, musik dan lain- lain. Remaja dapat me manfaatkan waktunya dan mengisi waktu dengan berbagai kegiatan sehingga pikiran mereka selalu sibuk. Karena kesibukan tersebut dapat memalingkan dari kebiasan negatif. 4).Meningkat kan iman dan takwa. Iman yang teguh serta kuat akan memberikan dasar moral keagamaan yang kuat dan akan menghasilkan keyakinan yang tidak mungkin goyah, terutama perbuatan dan sikap tercela yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku ditengah masyarakat (Menuaba, 2001)

Dokumen yang terkait

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012

0 0 52

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012

0 0 6

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012

0 0 7

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012

0 0 14

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

1 1 14

ABSTRAK Pengaruh Komunikasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Binjai

1 1 10

Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Manajemen Keperawatan 2.1.1 Defenisi - Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 21

Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 5 10

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Resiko Kehamilan Diusia Remaja di Kelurahan Koto Taluk Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi

0 0 27