METODE PENELITIAN - FP Analisis Risiko Reaktivasi Jalur KA SSM
Analisis Risiko Reaktivasi Jalur Kereta Api Menuju Pelabuhan Panjang dengan Soft
System Methodology (SSM)
Ika Kustiani ,1*
, Amril Ma’ruf Siregar
1 , Maulyda NA Fanhar
2 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Lampung
Gedung E Fakultas Teknik Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
2 CV.86 KonsultanJalan Ciptomangun kusumo No. 49a, Teluk Betung Utara
- E-mail korespondensi : ikakustiani@eng.unila.ac.id
Abstrak. Reaktivasi Jalur Kereta Api menuju Pelabuhan Panjang merupakan salah satu program
pengembangan dan peningkatan sarana kereta api sebagai angkutan barang yang efektif dan efisien
dengan biaya murah dan hemat energi. Pengaktifan kembali jalur ini diharapkan mampu mengakomodir
angkutan barang dalam jumlah besar dimana Provinsi Lampung memiliki potensi angkutan di bidang
perkebunan dan pertambangan. Keberhasilan sebuah sistem transportasi kereta api tidak bisa dilepaskan
dari kondisi sarana dan prasarananya. Saat ini, kondisi jaringan jalan kereta api di areal pelabuhan
panjang sebagian besar merupakan peninggalan jaman Belanda. Dengan demikian dibutuhkan kegiatan
pembangunan dengan mengganti sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Penelitian ini menitikberatkan pada analisis dampak risiko reaktivasi jalur kereta api dengan
mengidentifikasi dampak risiko yang akan muncul pada saat proses pembangunan. Dampak risiko yang
diprediksi akan diidentifikasi secara kualitatif dan dikuantfikasikan dengan menggunakan Soft System
Methodology dengan teknik purpose sampling dari responden pemangku kepentingan yang akan terlibat
dalam proses pembangunan.
Hasil dari uji risiko probabilitas, risiko konsekuensi, dari soft system methodology menunjukkan bahwa
risiko kendala penertiban lahan dan penataan kawasan pelabuhan merupakan risiko yang paling ekstrim
yang menghambar kelancaran pembangunan Reaktivasi Jalur KA Menuju Pelabuhan Panjang.Kata kunci: reaktivasi jalur kereta api, risiko, soft system methodogy, penertiban lahan
PENDAHULUAN
Reaktivasi Jalur Kereta Api menuju Pelabuhan Panjang merupakan salah satu program pengembangan
dan peningkatan sarana kereta api sebagai angkutan barang yang efektif dan efisien dengan biaya murah
dan hemat energi. Mengingat potensi hasil perkebunan Provinsi Lampung yang sangat besar di bidang
perkebunan, menjadikan provinsi ini merupakan salah satu daerah yang sangat membutuhkan sarana dan
prasarana transportasi yang memadai untuk distribusi hasil perkebunan dan pertanian. Menurut data dari
Bappeda Provinsi Lampung pada tahun 2010, komoditas hasil perkebunan terbesar di provinsi Lampung
adalah tebu dengan produksi 799.185 ton, kelapa sawit 364.826 ton, dan kopi 145.220 ton. Kebanyakan
dari hasil perkebunan tersebut merupakan hasil usaha yang dikelola oleh BUMN dan pihak swasta dan
hasil perkebunan tersebut setelah diolah kemudian dibawa ke Pelabuhan Panjang melalui angkutan darat
(truk dan kontainer) untuk diekspor.Melihat keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh PT. Kereta Api (Persero) dalam melaksanakan
angkutan batu bara dalam jumlah besar yaitu target 27,29 juta ton pada tahun 2017, maka Pemerintah
sesuai dengan kebutuhan saat ini. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis dampak risiko reaktivasi
jalur kereta api dengan mengidentifikasi dampak risiko yang akan muncul pada saat proses pembangunan.
Analisis dilakukan dengan menggunakan Soft System Methodology yaitu mendefinisikan risiko dengan
analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga akan diperoleh peluang dan dampak risiko yang akan terjasi.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak terkait untuk
meminimalisir dampak risiko yang akan muncul, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan
lancar.METODE PENELITIAN
Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengidentifikasian, penganalisisan,
perencanaan dan penanganan serta pengendalian terhadap risiko yang terdapat di suatu proyek (Project
Manajemen Institute,2013). Ilmu manajemen risiko diperlukan untuk meningkatkan peluang positif
terhadap penanganan risiko dan menurunkan dampak negatif risiko yang dapat menghambat proses
pembangunan. Tahapan manajemen risiko dimulai dari proses identifikasi risiko berdasarkan lingkup
pelaksaan kegiatan yang mencakup banyak faktor penyebab yang mungkin terjadi jika kegiatan tersebut
terlaksana. Identifikasi risiko pada proyek konstruksi secara umum bisa muncul dari aspek finansial,
sosial, politik, teknis, lingkungan, komunikasi, teknologi dan banyak faktor.Soft System Methodology (SSM) dikembangkan oleh Peter Checkland pada tahun 60-an di universitas
di Inggris. SSM dikenal sebagai proses penelitian yang menggunakan model – model sistem (Checkland,
1990). SSM juga merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk menggali permasalahan yang
tidak terstruktur dan proses penyelesaiannya didiskusikan secara intensif dengan pihak yang dianggap
mengetahui dan mempunyai kapasitas untuk menyelesaikan permasalahan. Keunggulan metode ini yaitu
memudahkan situasi masalah yang tidak terstruktur menjadi terstruktur dan dapat mengembangkan
pemahaman berdasarkan persepsi para responden (Maulyda,2017).Hasil analisa data dengan metode SSM dapat dipertajam dengan menggunakan metode penilaian dan
pengukuran risiko. Hal ini merupakan proses penelitian dan pengukuran terhadap peluang kejadian dan
dampak yang ditimbulkan jika seandainya risiko terjadi (Pastiarsa,2015). Peluang terjadinya risiko
selanjutnya dikuantifikasi berdasarkan skala yang dibentuk berdasarkan kriteria. Tabel di baawah ini
menujukkan penilaian terhadap peluang terjadinya risiko.
TABEL 1. Peluang Terjadinya Risiko.
Peluang Terjadi Risiko Skala Kriteria Sangat Besar
5 Frekuensi atau presentasi kejadiannya sangat tinggi yaitu lebih dari 80% Besar
4 Frekuensi atau presentasi kejadiannya tinggi yaitu antara > 60% sampai dengan 80% Sedang
3 Frekuensi atau presentasi kejadiannya cukup yaitu antara > 40% sampai dengan 80% Kecil
2 Frekuensi atau presentasi kejadiannya tidak terlalu tinggi yaitu antara > 20% sampai dengan 40% Sangat Kecil
1 Frekuensi atau presentasi kejadiannya tidak signifikan yaitu sampai dengan 20% Sumber : Pastiarsa, 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dimana data yang digunakan
dalam menganalisis risiko diperoleh dari interview dengan para pemangku kepentingan yang berkaitan
dengan kegiatan Reaktivasi Jalur Kereta Api menuju Pelabuhan Panjang. Identifikasi risiko dilakukan
dengan membuat kuisioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan detail rencana pembangunan
responden harus memberikan tanda tangan sebagai tanda bersedia tanpa ada paksaan dan berhak menolak
jika tidak ingin disurvei. Untuk skala pengukuran, peneliti memberikan peringkat terhadap dampak risiko
yang akan muncul dengan membuat deskripsi tidak penting, kecil, sedang, besar, dengan masing –
masing diberi symbol angka beserta dampak yang ditimbukan dengan angka 1,2, dan seterusnya sampai
maksimum angka 5.Sampel responden disebar secara purposive sampling dengan tujuan data yang diperoleh bisa
merepresentasikan hasil sesuai dengan kondisi. Responden yang dijadikan sebagai subjek penelitian
adalah pemangku kepentingan terhadap kegiatan Reaktivasi Jalur Ka Menuju Pelabuhan Panjang yang
terdiri dari PPK Desain, PPK Pembangunan dari Ditjen Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian
Selatan, IPC Pelabuhan Panjang, PT. KAI Persero, Instansi Pemerintahan di Provinsi Lampung.Kuisioner berisi 3 hal penting yaitu informed consident form, profil responden, dan pertanyaan pokok
menyangkut tema dan masalah yang diteliti. Kuisioner selanjutnya dianalisis terdahap probabilitas dan
Konsekuensi pada penelitian. Selanjutnya, analisis data dengan Soft System Methodology dengan
tahapan perumusan masalah, analisis data, penentuan root definition dimana pada tahapan ini merupakan
proses transformasi yang dapat merubah input menjadi output dengan menggunakan teknik CATWOE.
Catwoe disusun berdasarkan hasil interview dengan menanyakan kepada responden dengan menggunakan
kata “apa”, “siapa” dan “mengapa” mengenai masalah risiko pada tahap pembangunan. Tahap akhir dari
analisis data yaitu membandingkan Conceptual model dengan real worldm dimana pada bagian ini,
masing – masing pihak akan diwawancara mengenai persepsi dan penilaian responden terhadap aktivitas
yang dimodelkan yang pada akhirnya dilanjutkan dengan diskusi dengan pihak terkait yang dibangun.Mulai Perumusan
Masalah Studi Literatur
Pengumpulan Data sekunder Pengumpulan Data Primer (Survei Opini menggunakan kuisioner)
Uji Risiko Probabilitas dan Konsekuensi
Analisis Data dengan Menggunakan SSM
Interpretasi Hasil Analisis
Kesimpulan Selesa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Km.0+00 sampai dengan Km.03+00 pelabuhan Panjang. Gambar di bawah ini menunjukkan rencana jalur reaktivasi kereta api menuju Pelabuhan Panjang
GAMBAR 2. Rencana Jalur Kereta Api di Pelabuhan Panjang (Sumber : BTP Sumsel, 2017) Uji Risiko Probabilitas
Uji risiko dan probabilitas dilakukan berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji risiko probabilitas pendapat responden
TABEL 2. Hasil Uji Risiko Terhadap Probalitas
Pendapat Responden5 Variabel 1 (Tidak
3
4 Frekuensi 2 (Kecil) (Sangat Probabilitas Penting) (Sedang) (Besar) Terbanyak Besar)
1
4
11
3
11
3
2
11
9
11
2
3
7
13
13
5
4
2
10
8
10
4
5
7
13
13
5
6
2
7
10
1
10
4
7
12
8
12
4 Kesimpulan dari hasil uji risiko terhadap probabilitas pada tabel diatas risiko yang mungkin terjadi
pada studi kasus yaitu variabel tiga untuk konflik pembebasan lahan dan variabel lima untuk penataan
areal pelabuhan terhadap rencana pembangunan reaktivasi jalur kereta.Root Definition Langkah selanjutnya yaitu membangun Rich Picture untuk mendapatkan gambaran yang
menjelaskan hubungan struktur dan proses organisasi yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan dimana
organisasi tersebut beroperasi. Rich Picture dibangun dengan berdasarkan risiko yang mungkin terjadi di
studi kasus.Konflik pembebasan lahan
GAMBAR 3. Rich Picture konflik pembebasan lahan
Output:
Environtment: Pemilik
BPN
Owners: Pemilik tanah,
infastruktur akan lebih baik jika tidak ada hambatan
World Wide: Pembangunan
Kendala pembebasan lahan
Input:
Meminimalisir konflik pembebasan lahan
Transformation:
Kendala pada pembebasan lahan dapat di minimalisir
(Proyek), BPN, Pemprov, KSOP,Kemenhub, PT.KAI Pemilik Tanah
Keterangan: Merah : Penghambat pembebasan lahan Kuning : Usaha untuk penanganan Biru : Pembebasan lahan
Actor (Responsible): Owner
Melakukan proses dan pendekatan kepada pihak terkait untuk mengatasi konflik pembebasan lahan
Proses:
Costumer: Owner (proyek)
Pemerintahan Daerah
Kemenhub (PPK Lahan)
(Proyek) Pemilik tanah
Negara) Owner
BPN (Badan Pertanahan
GAMBAR 4. Metode CATWOE risiko kendala pada pembebasan lahan
Setelah membangun Rich Picture langkah selanjutnya yaitu membuat Root Definiton sistem yaitu
proses transformasi yang mengubah input menjadi output yang merumuskan siapa yang dapat
mempengaruhi dan terpengaruhi pada sistem dengan metode CATWOE. CATWOE pada sistem ini
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:tanah yang tidak ingin dibebaskan lahannya
Penataan areal pelabuhan merupakan risiko yang dipilih para responden sebagai salah satu risiko
yang menghambat proses pembangunan reaktivasi jalur kereta api, mengingat gambar rencana yang
diusulkan merubah layout pelabuhan Panjang .Output:
Environtment: Pengaturan
Panjang, KSOP
Owners: IPC Pelabuhan
infastruktur akan lebih baik jika tidak ada hambatan
World Wide: Pembangunan
Meminimalisir konflik penataan kawasan pelabuhan
Transformation:
Kendala penataan kawasan pelabuhan
Input:
Kendala penataan kawasan dapat di minimalisir
Melakukan proses dan pendekatan kepada pihak terkait untuk mengatasi konflik penataan kawasan pelabuhan
GAMBAR 5. Rich Picture risiko konflik penataan areal Pelabuhan
GAMBAR 6. CATWOE risiko konflik penataan kawasan Pelabuhan
Proses:
IPC Pelabuhan Panjang
(Proyek), BPN, Pemprov, KSOP,Kemenhub, PT.KAI
Actor (Responsible): Owner
Costumer: Owner (proyek)
Pemerintahan Daerah
IPC Pelabuhan Panjang
Owner (Proyek)
KSOP Pelabuhan Panjang
Conceptual Model Dalam membuat model konseptual, peneliti menemui para responden dan melakukan
diskusi untuk merancang sebuah sistem berdasarkan pendapat dan perspektif tentang sistem yang
diinginkan dalam aktivitas konflik pembebasan lahan dan penataan areal pelabuhan.
Berikut beberapa model konseptual yang dirancang untuk konflik pada pembebasan lahan dan
penataan areal pelabuhan. Masing – masing konfilik dibuat menjadi 3 skenario yang selanjutnya dari
masing – masing scenario akan dilakukan penilaian skor.handling pelabuhan terganggu
3. Konsultasi public rencana
Penyerahan data hasil pengadaan tanah oleh BPN ke PPK lahan
Selesai
Yes/
Jika ada pihak keberatan, maka wajib lapor ke BPN (max 14 hari dari pengumuman)
Yes/ Pengumuman hasil pendataan (max 14 hari kerja)
Panjang, Kemenhub, PT.KAI)
Penetapan Lokasi (KSOP, IPC
GAMBAR 7. Model Konseptual Risiko Pembebasan Lahan Skenario 1
Mulai
BPN memverivikasi dan melakukan perbaikan ulang Penilaian ganti rugi (max 30 hari)
Pendataan tanah oleh BPN (max 30 hari kerja)
Pengajuan pelaksanaan lahan oleh PPK ke BPN
Lokasi PPK Lahan dan Owner (proyek) mengajukan permohonan penetapan lokasi pada Gubernur
pembangunan (max 30 hari kerja) Penetapan
2. Pendataan awal lokasi oleh PPK Lahan (max 30 hari kerja)
1. Pemberitahuan rencana pembangunan
Pelepasan objek tanah (max 60 hari kerja dari penetapan lokasi)
1. Pemberitahuan rencana pembangunan Mulai
2. Pendataan awal lokasi oleh PPK Lahan (max 30 hari kerja)
3. Konsultasi public rencana
pembangunan (max 30 hari kerja) Penetapan
Lokasi PPK Lahan dan Owner (proyek) mengajukan permohonan penetapan lokasi pada Gubernur
Penetapan Lokasi (KSOP, IPC Panjang,
Kemenhub, PT.KAI)
Yes/
BPN menetapkan tim penilai tanah Pengajuan
(tim Appraisal) pelaksanaan lahan oleh PPK ke BPN
Jika ada pihak yang keberatan wajib mengajukan ke pengadilan (max 14 hari kerja)
Pendataan tanah oleh BPN (max 30 hari
Pengadilan memutuskan besar ganti kerja) rugi (max 30 hari kerja dari pengajuan)
Pihak keberatan terhadap putusan Penilaian ganti mengajukan kasasi kepada Mahkamah rugi (max 30
Agung (max 14 hari kerja) hari) Pihak keberatan terhadap putusan mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung (max 14 hari kerja)
Pelepasan objek tanah (max 60 hari kerja dari penetapan lokasi)
Penyerahan data
Yes/
hasil pengadaan tanah oleh BPN Selesai ke PPK lahan Mulai
1. Pemberitahuan rencana pembangunan
2. Pendataan awal lokasi oleh PPK Lahan (max 30 hari kerja)
3. Konsultasi public rencana
pembangunan (max 30 hari kerja) Penetapan
Lokasi PPK Lahan dan Owner (proyek) mengajukan permohonan penetapan lokasi pada Gubernur
Penetapan Lokasi (KSOP, IPC
Panjang, Kemenhub,
Yes/
PT.KAI)
No
Pengajuan pelaksanaan Pelepasan objek pengadaan tanah lahan oleh PPK untuk kepentingan umum yang ke BPN dimiliki pemerintah
Pendataan tanah oleh BPN Ganti kerugian atas objek pengadaan
(max 30 hari tanah dapat diberikan dalam bentuk: kerja)
Uang Pemukiman kembali Kepemilikan saham
Dan bentuk lain yang setujui
oleh kedua belah pihak Penilaian ganti rugi (max 30 hari)
Yes/
Pelepasan objek tanah (max 60 Penyerahan data hari kerja dari hasil pengadaan penetapan lokasi) tanah oleh BPN
Selesai ke PPK lahan
GAMBAR 9. Model Konseptual Risiko Pembebasan Lahan Skenario 3 Kemenhub Sosialisasi KSOP, IPC, PT.KAI, Bappeda
Hasil DED Melakukan Verifikasi
Kesesuaian dengan Masterplan Persetujuan penataan areal pelabuhan
Penetapan Tata Letak Jalur Kereta Api Berdasarkan Hasil
Verifikasi Hasil DED Redesain Penataan
Kawasan Pelabuhan Pembuatan
Selesai Shop Drawing
GAMBAR 8. Model Konseptual Risiko Penataan Kawasan Pelabuhan Skenario 1
KSOP, IPC, PT.KAI, Bappeda Kemenhub Sosialisasi
Melakukan Verifikasi Hasil DED
Kesesuaian dengan Masterplan Persetujuan penataan
Penetapan Tata Letak Jalur areal pelabuhan Kereta Api Berdasarkan
Hasil Verifikasi Hasil DED Pembuatan Shop
Drawing Selesai
GAMBAR 8. Model Konseptual Risiko Penataan Kawasan Pelabuhan Skenario 2
Kemenhub Sosialisasi Hasil
Koordinasi dengan DED
KSOP dan IPC Panjang Persetujuan Penataan areal
Pelabuhan Sesuai Hasil DED Pembuatan Shop
Selesai Drawing
GAMBAR 10. Model Konseptual Risiko Penataan Kawasan Pelabuhan Skenario 3
Menetapkan Konsep Terpilih Membandingkan Conceptual Model dengan Real World Selanjutnya yaitu membandingkan ketiga model konseptual di atas dengan dunia nyata yaitu pada studi kasus dengan meninjau dari beberapa kriteria penilaian. Kriteria penilaian untuk konflik pembebasan lahan dan penataan areal pelabuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3. Kriteria Penilaian Conceptual Model Konflik pembebasan lahan.
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Bobot
No Kriteria Penilaian Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai (%) Nilai Nilai Nilai
(%) (%) (%)
1 Lama proses
50
3
1.5
1
0.5
5
2.5
2 Biaya proses
30
2
0.6
1
0.3
2
0.6 Kepuaasan pihak
3
20
2
0.4
1
0.2
4
0.8 yang terlibat Total 100%
7
2.5
3
1
11
3.9 TABEL 4. Kriteria Penilaian Conceptual Model Konflik penataan areal pelabuhan Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
No Kriteria Penilaian Bobot Bobot
Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai
1 Lama Proses
50
1
0.5
3
1.5
5
2.5
2 Biaya Proses
30
1
0.3
2
0.6
4
1.2 Kepuaasan pihak
3
20
2
0.2
2
0.4
3
0.6 yang terlibat 100
4
1.0
7
2.5
12
4.5 Menetapkan Conceptual Model
Berdasarkan pada tabel di atas didapatkan nilai terbesar untuk model konseptual yang ditetapkan untuk mengatasi konflik pada pembebasan lahan dan penataan areal pelabuhan didapatkan nilai terbesar pada scenario 3 dengan nilai 11 atau 3,9% untuk pembebasan lahan dan 12 atau 4,5% untuk penataan areal pelabuhan.
KESIMPULAN
Hasil uji risiko terhadap probabilitas dan konsekuensi risiko pada rencana pembangunan Reaktivasi Jalur Kereta Api Menuju Pelabuhan Panjang menunjukkan penyebab risiko utama tertinggi yang berdampak ekstrim yaitu kendala pembebasan lahan dan kendala penataan areal pelabuhan. Soft system Methodology dengan analisis rich picture dan CATWOE menunjukkan bahea pihak yang dapat menghentikan aktivitas dan kendala pembebasan lahan adalah pemilik tanah dan BPN, sedangkan untuk penataan areal pelabuhan adalah KSOP dan IPC Panjang.Dengan demikian dibutuhkan scenario penyelesaian masalah untuk risiko tersebut. Dari kedua kendala risiko yang ada, masing – masing kendala menetapkan scenario 3 sebagai solusi permasalahan dengan nilai 11 atau 3,9% untuk pembebasan lahan dan 12 atau 4,5% untuk penataan areal pelabuhan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera
Bagian Selatan , PT. Ambara Puspita, IPC Pelabuhan Panjang, KSOP Pelabuhan Panjang, Pemerintah
Provinsi Lampung yang telah memberikan masukan data selama pelaksanaan penelitian ini.DAFTAR PUSTAKA
Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Selatan,2017. Desain Reaktivasi Jalur KA
Menuju Pelabuhan Panjang, Palembang,Checkland P, and Scholes, J, 1990.Soft System Methodology in Action, John Wiley & Sons Ltd,
ChischesterMaulyda NA Fanhar, 2017. Analisis Risiko Pembangunan Konstruksi Jalan Tol Tahap Konstruksi
Menggunakan Metode Soft System Methodology, Studi Kasus Jalan Tol Trans SumateraSeksi 2 Sidomulyo – Kotabaru (Sta.39+400 – Sta 80+000). Skrissi :Universitas Lampung
Project Management Institue, 2013. A Guide to the Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide) 5 thEdition, Newton Square, Pennsylvania: Four Campus Boulevart
Pastiarsa, M, 2015. Manajemen Proyek Konstruksi Bangunan Industri: Perspektif pemilik Proyek,
Yogyakarta:Teknosain