MAKALAH MEMAHAMI PERBEDAAN PESERTA DIDIK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kita sebagai manusia serupa dalam banyak hal,
tetapi tidak disetiap hal. Bahkan diantara para anggota keluarga yang sama
sekalipun ada kontras-kontras yang nyata dalam penampakan, minat,
kemampuan, dan tempramen. Perubahan-perubahan mutakhir dalam
undang-undang federal berarti bahwa Anda paling tidak akan memeiliki
seorang siswa dengan kebutuhan khusus di kelas Anda, kelas berapa pun
yang Anda ajar. Kita mengeksplorasi masalah-masalah belajar yang lazim
dan yang lebih jarang terjadi yang mungkin dialami siswa.

B. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini dibatasi pada memahami perbedaan
peserta didik dan keanekaragaman budaya terhadap hakekat perbedaan
individu, Integrasi. Perbedaan kemampuan dan pembelajaran.
C. Tujuan Penulisan
1.

Mempelajari lebih terinci mengenai perbedaan peserta didik dan
keanekaragaman budaya


2.

Sebagai syarat dalam memenuhi tugas makalah dan diskusi pada mata
kuliyah Psikologi Pendidikn.

D. Manfaat Penulisan
Melalui tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perbedaan peserta didik dan keanekaragaman budaya.

1

BAB II
PEMBAHASAN
MEMAHAMI PERBEDAAN PESERTA DIDIK DAN
KEANEKARAGAMAN BUDAYA

I. Hakekat Perbedaam Individu, Integrasi dan Inklusi. Perbedaan
Kemampuan dan Pembelajaran


A. Inteligensi, Pemrosesan Kognitif, dan Gaya Pembelajaran

1. Inteligensi

a. Labeling
Setiap anak memiliki sekumpilan talenta, kemampuan, dan
keterbatasan yang khas. Dalam pengertian itu, semua anak “exceptional
(luar biasa/istimewa)”. Akan tetapi sebagian disebut exceptional student
(siswa luar biasa) karena keterampilan dan kemampuan fisik, intelektual,
atau perilakunya yang berbeda secara substansial dari norma lebih tinggi
atau lebih rendah. Sebuah label tidak menunjukkan metode mana yang
digunakan untuk individu-individu siswa, ada banyak macam strategi dan
materi pengajaran yang appropriate. Lebih jauh, label dapat menjadi selffulfulling prophecy. Dilain pihak, sebagian pendidik berpendapat bahwa

bagi siswa yang lebih muda, paling tidak, diberi label “khusus”
melindungi anak itu. Memang, label nasih membuka pintu bagi beberapa
program khusus, informasi yang bermanfaat, tekhnologi dan peralatan
khusus, atau bantuan finansial. Label barangkali mendtigmatisasi dan
sekaligus membantu siswa (Hallahan, Lloyd, Kauffman, Weiss &
Martinez, 2005; Hardman, Drew, & Ega, 2005).


2

b. Person-First Language
Perhatian tentang labeling juga berlaku untuk banyak deskripsi
yang lazim terdengar di sekolah setiap hari. Dewasa ini, banyak orang
menolak label-label seperti “mentally retaded students” (siswa yang
mentalnya terbelakang) atau “at-risk student” (siswa berisisko) karena
mendiskripsiskan seorang yang begitu kompleks hanya dengan satu atau
dua patah kata menyitratkan bahwa kondisi yang diberi lebel adalah
aspek terpenting orang itu. Sebenarnya individu memiliki banyak
kemampuan,

dan

memfokuskan

pada

disabilitasnya


berarti

mempereentasikan individu itu secara tidak semestinya. Salah satu
alternatifnya adalah “person-first” language atau mengatakan “student
with intelectual disabilities” (siswa dengan disabilitas intelektual) atau
“student placed at risk” (siswa yang ditempatkan pada posisi berisiko).
Disini, penekanan pertamanya adalah siswa, bukan tantangan khusus
yang mereka hadapi.

c. Gangguan, Disabiitas dan Cacat
Disorder (gangguan) adalah istilah yang luas, gangguang secara
umum dalam fungsi fisik atau mental, misalnya gangguan komunikasi.
Disability (disabilities) yaitu ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu
yang spesifik seperti melafalkan kata-kata atau melihat atau brjalan.
Handicap (rintanagn) adalah keadaan yang merugikan dalam situasi
tertentu, kadang-kadang disebabkan oleh suatu disabilitas.

d. Pengertian Inteligensi
Plato mendiskusikan variasi serupa lebih dari 2.000 tahun yang

lalu. Kenyakan teori awal tentang sifat inteligensi melibatkan satu di
antara tiga berikut atau lebih:
1) Kapasitas untuk belajar
2) Pengetahuan total yang telah didapatkan seseorang

3

3) Kemampuan untuk beradaptasi dengan sukses dalam situasi-situasi
baru dan dalam lingkunagn secara umum.

Sebagian

teoritisi

percaya

bahwa

inteligensi


adalah

sebuah

kemampuan dasar yang mempengaruhi kinerja disemua tugas yang
berorientasi kognitif, mulai dari soal-soal matematika sampai menulis
puisi atau menyelesaikan teka-teki. Dan berbagai kemampuan untuk
mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah dan beradaptasi dengan dunia.
Carles Spearman (1927) mengatakan bahwa ada sebuah atribut
mental, yang disebutnya g atau general intelligence (inteligensi umum),
yang digunakan untuk mengerjakan semua tes mental, tetapi setiap tes
juga membutuhkan kemampuan-kemampuan spesifik selain g.
Pandangan lainnya yang telah teruji oleh waktu adalah teori
Raymond Cattell dan John horn tentang fluid intelligece (inteligensi cair)
dan crystallized inteligence (inteligensi terkristalisasi). fluid intelligece
adalah efisiensi mental yang pada dasarnya bebas budaya dan nonverbal.
Aspek inteligensi ini meningkat sampai pada masa remaja karena berpijak
pada perkembangan otak, lalu menurun secara gradual seiring
bertambahnya umur. Sebaliknya, crystallized inteligence adalah kempuan

untuk menerapkan metode-metode pengatasan masalah yang diterima
secara kultural, dapat meningkat sepanjang hidup karena mencangkup
teterampilan dan pengetahuan yang dipelajari. Dengan menginvestasikan
inteligensi cair dalam mengatasi masalah, kita mengembangkan
inteligensi terkristalisasi kita, tetapi ada banyak tugas dalam keidupan ,
seperti penalaran matematis, yang mendasarkan diri pada inteligensi cair
dan inteligensi terkristalisasi sekaligus.

e. Multiple Intelligences
Sebagian psikolog bersikeras bahwa ada beberapa kemampuan
mental terpisah. Menurut theory of multiple intelligences dari gardner

4

menyatakan ada delapan intelegansi yag terpisah diantaranya: linguistik
(verbal), musikal, spasial, logis-matematis, jasmaniah-kinestetik (gerakan),
interpersonal (mmahami orang lain), interpersonal (memahami diri
sendiri) dan naturalis (mengamati dan memahami pola-pola dan sistemsistem alamiah dan buatan manusia). Gardner menekankan bahwa
mungkin ada lebih banyak lagi jenis inteligensi. Selain itu, individuindividu mungkin unggul di salah satu diantara kedelapan bidang tersebut,
tetapi tidak memiliki kemampuan yang menonjol di ketujuh bidang

lainnya

f. Emotional Intelligence
Terdapat empat kemampuan yang luas diantaranya, memersepsi,
mengintegrasikan, memahami dan mengeliola informasi. Emotional
Intelligence (kecerdasan emosional) adalah kemampuan untuk memproses

dan menggunakan informasi emosional secara akurat dan efisien.

2. Pemrosesan Kognitif

a. Inteligensi Sebagai Sebuah Proses
Triarchic theory successful inteligence yang dilontarkan Robert

Sternberg adalah pendekatan kognitif untuk memahami inteligensi.
Successful intelligence (inteligensi yang sukses) termasuk keterampilan

dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses dalam hidup, menurut
definisi kesuksesan orang yang bersangkutan, dalam konteks sosial
kulturalnya. Sternberg lebih menyukai istilah Successful intelligence untuk

menekankan bahwa inteligensi melibihi apa yang diukur oleh tes-tes
kemampuan mental. Inteligensi adalah tentang kesuksesan dalam hidup.
Triarchic theory successful inteligence deskripsi tiga bagian tentang

kemampuan mental (proses berpikir, menghadapi pengalaman baru, dan
mengadaptasikan dengan konteks)menghasikan perilaku yang lebih atau
kurang cerdas.

5

b. Mengukur Inteligensi
IQ adalah nilai yang didasarkan pada perbandingan statistik
performa seorang individu dengan performa rata-rata orang lain di
kelompok umur tersebut. Inteligensi diukur melalui tes-tes individual dan
tes kelompok. Dibanding tes individual, tes kelompok memiliki
kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk mendapatkan gambaran yang
akurat tentang kemampuan seseorang. Nilai rata-ratanya adalah 100.
Sekitar 68% populasi secara umum akan mendapatkan nilai IQ antara 85
dan 115. Hanya sekitar 16% populasi yang akan menerima nilai masingmasing dibwah 85 dan 115. Inteligensi memprediksikan kesuksesan
sekolah, tetapi kurang prediktif untuk kesuksesan dalam hidup bila tingkat

pendidikan diperhatikan.

c. Inteligensi: Keturunan atau lingkungan.
Hampir tidak mungkin untuk memisahkan inteligensi “dalam gen”
dengan inteligensi “akibat pengalaman”. Dewasa ini, kebanyakan psikolog
percaya bahwa pebedaan-perbedaan dalam inteligensi adalah hasil
keturunan dan lingkungan, mungkin dengan proporsi yang sama dengan
anak-anak. Gen tidak menentukan perilaku. Alih-alih, mereka menetapkan
rentang kemungkinann reaksi terhadap berbagai kemungkinan pengalaman
yang dapat diberikan

lingkungan. Pengaruhb lingkungan mencangkup

semua hal, mulai dari kesehatan ibu seorang anak selama masa kehamilan
sampai banyaknya timah di rumah anak itu hingga kualitas pengajaran
anak diterima. Inteligensi adalah perkara saat ini, yang dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu dan terbuka bagi perubahan-perubahan dimasa
depan. Bhkan bila inteligensi adalah sebuah potensi yang terbatas, potensi
ini masih tetap cukup besar, dan merupakan tantangan bagi semua guru.


6

3. Gaya Pembelajaran
Meskipun ada banyak macam gaya pembelajaran yang telah
dideskripsikan, salah satu tema yang menyatukan sebagian besar gaya adalah
perbedaan antara pendekatan mendalam dan permukaan untuk memproses
informasi dalam situasi pembelajaran.

a. Hal-hal Yang Diperhatikan Tentang Prefernsi Pembelajaran
Preferensi pembelajaran sering disebut learning styles (gaya
pembelajaran), preferensi adalah label yang lebih akurat karena “gaya”
ditentukan oleh prefernsi anda untuk lingkungan belajar tertentu. Beberapa
pendukung gaya pembelajaran percaya bahwa siswa belajar lebih banyak
bila mereka belajar dalam setting dan cara yang lebih mereka sukai.
Karena mereka tidak mempunyai alternatif lain, hal itu satu-satunya cara
yang mereka ketahui untuk mendekati tugas. Siswa semacam ini bisa
mendapatkan manfaat dari pengembangan cara-cara pemebelajaran baru
yang mungkin lebih efektif.

b. Pentingnya Mempertimbangkan Gaya Pembelajaran
Pertama, dengan membantu siswa memikirkan tentang bagaimana mereka
belajar, anda dapat mengembangkan self-monitoring (pemantauan diri) dan
self-awareness

(kesadaran diri). Kedua, melihat pendekatanbelajar

individual siswa dapat membantu guru untuk mengapresiasi, menenerima,
dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan siswa.

B. Integrasi dan Inklusi: Mengajar Semua Anak di Kelas Masa Kini

1. Perbrdaan Individual dan Undang-undangnya
Dimulai dengan Public Law 94-149 (1975) dan dilanjutkan dengan
banyaknreotorisasi

termasuk

Indivial

with

Disabilities

Education

Improvement Act (2004), ketentuan-ketentuan unutk mengajari siswa-siswa
dengan disabilitias disebut dengan jelas. Semua siswa luar biasa atau siswa

7

dengan kebutuhan khusus (zero reject) seharusnya dididik dilingkungan yang
sedapat mungkin tidak restriktif sesuai individualized education program
(IEP). Undang-undang juga melindungi hak siswa dengan kebutuhan khusus
dan orangtuanya. Least Restrictive Environment (LRE) menjelaskan bahwa
mendidik setiap anak bersama teman-teman sebayanya dikelas reguler sampai
tingkat yang sejauh-jauhnya. Selain itu, section 504 dari Vocation
Rehabilitation Act 1973 mencegah diskriminasi terhadap para penyandang
disabilitas disemua program yang menerima uang federal, misalnya sekolahsekolah luar negeri. Melalui Selection 504, semua anak usia sekolah
dipastikan untuk mendapat kesempatan-kesempatan yang sama untuk
berpartisispasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

2. Tantangan-tantangan Yang Lazim Dihadapi
Definisi yang digunkan dalam IDEIA: “gangguan yang salah satu
proses psikologis dasarnya atau lebih terlibat dalam pemahaman atau
penggunaan bahasa, lisan atau tertulis”. Sebagian besar definisi sepakat
bahwa siswa dengan disabilitas belajar menunjukkan kinerja yang secara
signifikan dibawah tingkat yang diharapkan, mengingat kemampuankemampuann lainnya normal. Disabilitas belajar spesifik adalah gangguan
dalam salah satu proses psikologi dasar atau lebih yang terlibat dalam
pemahaman atau penggunaan bahasa lisan atau tertulis. Mendengarkan,
bicara, membaca, menulis. Menalar, atau kemampuan matematis mungkin
terpengaruh. Gangguan ini instrinsik bagi individu yang bersangkutan, yang
diduga merupakan akibat disfungsi sistem saraf pusat, dan dapat terjadi
sepanjang hidup. Siswa dengan disabilitas belajar dapat menjadi korban
learned helplessness bila mereka menjadi percaya bahwa mereka tidak

mampu mengontrol atau meningkatkan pembelajarannya dan oleh sebab itu
tidak akan bisa meraih kesuksesan. Fokus pada berbagai strategi belajar
sering dapat membantu siswa dengan disabilitas.

8

3. Siswa Dengan Gangguan Hiperaktivitas dan Gangguan Pemusatan Perhatian
Hiperaktivitas bukanlah sebuah kodisi tetentu, tetapi dua macam
masalah yang dapat muncul bersama-sama atau sendiri-sendiri, yakni
gangguan pemusatan dan masalah yang dapat muncul bersama-sama atau
sendiri-sendiri,

yakni

gangguan

pemusatan

perhatian

dan

masalah

hiperaktivitas-impulsif. Attention-deficit hyperctivity disorder

(ADHD)

(gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas) adalah istilah yang digunakan
untuk mendiskripsikan individu-individu dengan umur berapapun yang
hiperaktif

dan

mengalami

kesulitan

untuk

memusatkan

perhatian.

Penggunaan obat untuk menangani ADHD kontraversial, tetapi saat ini
cenderung meningkat. Untuk banyak siswa ada banyak efek samping
negatifnya. Selain itu, hanya sedikit yang dikethui tentang efek jangka
panjang dari terapi obat. Juga tidak ada bukti bahwa obat menghasilkan
perbaikan kepada pembelajaran akademik atau hubungan sebaya. Dua
pendekatan yang cukup menjanjikan adalah modifikasi perilaku dan tekhniktekhnik yang mengombinasikan latihan motivasi dengan pengajaran dalam
strategi-strategi belajar dan ingatan. Pendekatan SMART yang difokuskan
pada kemampuan-kemampuan anak adalah sebuah kemungkinan lain.

4. Siswa Dengan Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi yang lazim dijumpai termasuk hendaya bicara
(gangguan artikulasi, gagap, dan masalah penyuaraan) dan gangguan bahasa
oral. Bila masalah ini ditangani sejak dini, kemajuan besar mungkin dicapai.

a. Gangguan Bicara
Siswa yang tidak dapat menghasilkan bunyi secara efektif untuk
bicara dianggap memiliki gangguan bicara.

 Gangguan Artikulasi

Salah satu kesulitan melafalkan, seperti subtitusi, distorsi atau
pembuangan bunyi. Pada umumnya muncul pada umur 3 dan 4 tahun.
Apapun penyebabnya, gagap dapat membuat anak malu dan cemas.

9

Bila gagap berlangsung lebih dari satu tahun, anak seharusnya dirujuk
ketarapis bicara.

 Voicing problem
Masalah penyuaraan, masalah pich, kualitas, atau tingkat keraslembut yang tidak tepat. Atau secara menoton.

b. Gangguan Bahasa
Perbrdaan bahasa belum tentu gangguan bahasa. Siswa dengan
ganguan bahasa adalah mereka yang sangat kurang dalam kemampuannya
memahami atau mengekspresikan bahasa, dibandingkan siswa-siswa lain
seumurnya dan kelompok kulturalnya.

5. Siswa dengan Gangguan Emosional dan Gangguan Perilaku
Siswa dengan gangguan emosional dan gangguan perilaku dapat
menjadi siswa yang paling sulit diajar dikelas reguler, dan menjadi sumber
kekhawatiran banyak guru. Para profesional dibidang

pendidikan

mengatakan bahwa gangguan perilaku adalah gangguan yang sangat jauh
menyimpang dari normanya sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak sendiri dan menyimpang dari normanya sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri dan/atau
kehidupan orang lain. Oleh karena siswa-siswa dengan gangguan emosinal
dan perilaku sering melanggar aturan dan berusaha memperlebar batasbatas, guru seringkali harus mendisiplinkan mereka. Ketahulah bahwa sudah
ada guru-guru yang harus menghadapi pengadilan karena mendisiplikan
siswa dengan masalah emosional serius.
a.

Bunuh Diri
Memang tidak setiap siswa dengan masalah emosional atau
perilaku akan berpikir untuk bunuh diri, banyak orang yang tidak
memiliki masalah semacam itu akan berpikir untuk itu. Akan tetapi,
depresi sering diasosiasikan dengan bunuh diri. Bila anda mencurigai
adanya masalah, bicaralah secara langsung sengan siswa yang

10

bersangkutan. Tanyakan tentang hal-hal yang spesifik, dan anggap
serius pikiran siswa.
b.

Penyalahgunaan Obat
Untuk banyak alasan, dan bukan karena pesan-pesan kontradiktif
ini, penggunaan obat menjadi masalah bagi siswa. Cara terbaik untuk
mendorong siswa mengalami kesulitan untuk mengataka

“tidak”

tanpaknya adalah melalui program-program sebaya yang mengajari
mereka untuk berkata “tidak” secara asertif.
6. Masalah-Masalah Yang Kurang Begitu Meninjol/ Disabilitas-Disabilitas
Yang Lebih Berat

a. Siswa Dengan Hendaya Kesehatan
1). Cerebral palsy adalah kondisi yang melibatkan beragam kesulitan
motorik atau koordinasi akibat kerusakan otak. Sedangkan, Spasticity
adalah otot-otot yang terlalu kencang atau tegang. Banyak anak-anak
mengalami hambatan-hambatan sekunder dan menjadi masalah terbesar
dan pada umumnya inilah yang dapat dibantu dengan sebaik-baiknya
oleh guru-guru reguler.
2). Gangguan Seizures (Epilepsi). Seizure adalah satu klaster perilaku
yang terjadi sebagai respons tehadap aktivitas neurokimiawi yang
abnormal di otak. Penderita epilepsi berulangkali mengalami Seizures
(kejang-kejang), tetapi tidak semua seizure merupakan akibat epilepsi.
Kondisi-kondisi temporer seperti demam tinggi atau infeksi juga dapat
memicu seizures.

b. Siswa Tunarungu
Tanda-tanda masalah pendengaran adalah mengarahkan salah satu
telinga ke arah pembicara, lebih menyukai salah satu telinga dalam
bercakap-cakap, atau

tidak memahami pembicaraan bila wajah si

pembicara tidak dapat dilihat. Indikasi lain termasuk tidak mengikuti

11

instruksi, kadang-kadang tampak terdistraksi atau bingung, sering
meminta orang untuk mengulangi perkataannya, salah melafalkan katakata atau nama-nama baru, dan tidak mau berpartisipasi dalam diskusi
kelas.

c. Siswa Dengan Handaya Penglihatan
Siswa yang mengalami kesulitan melihat sering memegang buku
dengan jarak yang amat dekat atau sangat jauh dari matanya. Mereka
mungkin sering mengedipkan atau mengosok-gosok matanya, keliru
membaca apa yang tertulis dipapan tulis, dan menelengkan kepala
dengan kemiringan yang aneh.

d. Autisme dan sindroma Asperger
Sindroma Asperger adalah salah satu gangguan spektum autisme.
Banyak siswa dengan autisme yang juga memiliki diabilitas intelektual
sedang sampai berat, tetapi siswa dengan sindroma Asperger biasanya
memiliki inteligensi rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki
kemampuan bahasa yang lebih baik dibanding anak-anak dengan
autisme lainnya.

C. Perbedaan Kemampuan Dan Pengajaran

1. Pengelompokan Antarkelas
Pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik dapat memiliki
kerugian dan keuntungan bagi guru dan siswa. Akan tetapi, bagi siswa
kemampuan rendah, pengelompkan kemampuan antarkelas secara umum
memiliki efek negatif pada prestasi, penyesuaian sosial, dan Self-esteem.
Guru kelas prestasi rendah cenderung menekankan tujuan tingkat rendah
atau prosedur rutin, dengan fokus akademik yang kurang. Seringkali ada
lebih banyak masalah perilaku siswa, sters yang meningkat pada guru,
ekspektasi

yang

lebih

rendah,

dan

antusiasme

yang

menurun.

12

Pengelompokan berdasarkan kemampuan dapat menimbulkan segregasi di
sekolah. Baru-baru ini terjadi gerakan untuk untracking, atau mengajar
semua siswa di kelompok-kelompok kemampuan-campuaran, tetapi
memberikan bantuan ekstra bagi mereka yang mengalami kesulitan dan
pengayaan bagi mereka yang belajar lebih cepat.

2. Pengelompokan Dalam Kelas Dan Fleksibel
Pengelompokan lintas umur berbedasarkan subjek dapat merupakan
cara yang efektif untuk mengatasi perbedaan kemampuan di sekolah.
Pengelompkan kemampuan dalam kelas, bila ditangani secara sensitif dan
fleksibel, dapat memiliki efek positif, tetapi alternatif-alternatif, seperti
cooperative learningi (belajar kooperatif) mungkin lebih baik.

3. Siswa-Siswa Gifted dan Talented
Siswa-siswa gifted belajar dengan mudah dan cepat dan menyimpan
apa yang telah mereka pelajari, menggunakan common sense dan
pengetahuan praktis tahu banyak hal yang tidak diketahui anak-anak lain.
Menggunakan kata-kata dalam jumlah besar dengan mudah dan akurat.
Mengenali berbagai hubungan dan memahami maknanya, waspada dan
pengamat yang tajam serta merespons dengan cepat, persisten dan sangat
termotivasi di beberapa tugas, dan kreatif atau membuat koneksikoneksiyang menarik. Guru seharusnya berusaha secara khusus untuk
mendukung siswa-siswa gifted dan underrepresented. Siswa perempuan,
siswa dengan disabilitas belajar, dan anak-anak yang hidip dalam
kemiskinan.

4. Mengidentifikasi dan Mengajar Siswa-siswa Gifted
Mengidentifikasi anak-anak gifted tidak selalu mudah, dan mengajari
mereka dengan baik mungkin bahkan lebih menantang lagi. Banyak
orangtua memberikan pengalaman pendidikan dini untuk anak-anaknya
bahkan kemampuan membaca yang sanagat advenced di tingkat-tingkat

13

kelas awal tidak menjamin bahwa siswa itu akan tetap menjadi pembaca
yang menonjol bertahun-tahun kemudian. Di SMP dan SMA, sebagian
siswa yang sebenarnya sangat mampu sengaja meraih nilai-nilai yang lebih
rendah, yang membuat kemampuan mereka semakin sulit ditengarai. Anakanak perempuan sanagat mungkin menyembunyikan kemampuan mereka.

a. Mengenarai Gift dan Talent.
Guru hanya berhasil menengarai anak-anak gifted dikelasnya
sebanyak 10% sampai 50% saja. Siswa-siswa ini mungkin lebih suka
bekerja sendiri, memiliki rasa keadilan dan kejujuran yang tajam,
energetik dan intens, memiliki komitmen yang kuat terhadap teman.
Seringkali siswa yang lebih tua darinya, dan selalu ingin mencapai
kesempurnaan.

b. Mengajar Siswa-siswa Gifted
Sebagian pendidik percaya bahwa siswa gifted seharusnya diakselerasi.
Pindah dengan lebih cepat ke kelas lebih tinggi atau subjek-subjek yang
lebih tinggi. Pendidik lainnya lebih mnyukai enrichment (pengayaan).
Memberikan pekerjaan tambahan yang lebih rumit dan lebih
memprovokasi pikiran kepada siswa, tetapi tetap mempertahankan
mereka dikelas dengan anak-anak yang seusia di sekolah. Salah satu
cara melakukannya adalah melalui curriculum compacting (pemadatan
kurikulum). Mengakses pengetahuan siswa tentang materi dalam unit
instruksional tertentu, lalu hanya mengajarkan materi yang belum
dicapai.

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

 Setiap anak memiliki sekumpilan talenta, kemampuan, dan keterbatasan
yang khas

 Perhatian tentang labeling juga berlaku untuk banyak deskripsi yang lazim
terdengar di sekolah setiap hari. Dewasa ini, banyak orang menolak labellabel seperti “mentally retaded students” (siswa yang mentalnya
terbelakang)

atau

“at-risk

student”

(siswa

berisisko)

karena

mendiskripsiskan seorang yang begitu kompleks hanya dengan satu atau
dua patah kata menyitratkan bahwa kondisi yang diberi lebel adalah aspek
terpenting orang itu

 Disorder (gangguan) adalah istilah yang luas, gangguang secara umum
dalam fungsi fisik atau mental

 Inteligensi adalah sebuah kemampuan dasar yang mempengaruhi kinerja
disemua tugas yang berorientasi kognitif, mulai dari soal-soal matematika
sampai menulis puisi atau menyelesaikan teka-teki

 Menurut theory of multiple intelligences dari gardner menyatakan ada
delapan intelegansi yag terpisah diantaranya: linguistik (verbal), musikal,
spasial, logis-matematis, jasmaniah-kinestetik (gerakan), interpersonal
(mmahami orang lain), interpersonal (memahami diri sendiri) dan naturalis
(mengamati dan memahami pola-pola dan sistem-sistem alamiah dan
buatan manusia)

 Terdapat empat kemampuan yang luas diantaranya, memersepsi,
mengintegrasikan, memahami dan mengeliola informasi

 IQ adalah nilai yang didasarkan pada perbandingan statistik performa
seorang individu dengan performa rata-rata orang lain di kelompok umur
tersebut

 pebedaan-perbedaan dalam inteligensi adalah hasil keturunan dan
lingkungan, mungkin dengan proporsi yang sama dengan anak-anak

15

 Melalui Selection 504, semua anak usia sekolah dipastikan untuk
mendapat kesempatan-kesempatan yang sama untuk berpartisispasi dalam
kegiatan-kegiatan sekolah

 Siswa Dengan Gangguan Komunikasi
Gangguan Bicara

 Gangguan Artikulasi
 Voicing problem
Gangguan Bahasa

 Masalah-Masalah Yang Kurang Begitu Meninjol/ Disabilitas-Disabilitas
Yang Lebih Berat
a. Siswa Dengan Hendaya Kesehatan
b. Siswa Tunarungu
c. Siswa Dengan Handaya Penglihatan
d. Autisme dan sindroma Asperger

16