DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MASALAH (2)

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MASALAH KESEHATAN UTAMA DALAM KESMAS

Dosen Pengajar
Daniah , S.SiT, M.KM

Nama penulis
Windi Melati Debora
Devi Intan Silvia
Isharyati

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKes MITRA R1A HUSADA JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

dengan lancar.. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, serta infomasi dari media internet yang berhubungan dengan Ilmu
Kesehatan Mayarakat, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen
pengajar mata kuliah Dasar Ilmu Kesmas atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada teman teman kelompok 3, yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

2

DAFTAR ISI

JUDUL.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….………….................5
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….................6
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………..6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ……………………………………………………………………………………7
2.2 Masalah kesehatan utama ………………………………………………….....................8
A. Masalah Perilaku Sehat ……………………………………………………………….9
B. Masalah Kesehatan Lingkungan ……………………………………………………..10
C. Masalah Pelayanan Kesehatan …………………………………………...................13
D. Petugas Kesehatan Yang Profesional ………………………………………………..13
E. Sarana Bangunan dan Pendukung ………………………………………………….. 14
F. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………………………………….14
G. Masalah Genetik ……………………………………………………………..............15
2.3 Tantangan Masalah Kesehatan Utama di Indonesia ……………………………………15
A. Faktor Lingkungan …………………………………………………………………..15
B. Faktor Perilaku Gaya Hidup Masyarakat ……………………………………………16
C. Faktor Ekonomi …………………………………………………………......................16
D. Faktor Pelayanan Kesehatan ……………………………………………………….…16
2.4 Cara Menangani Masalah Kesehatan Utama ……………………………………………17

A. Pengembanga Organisasi Manajemen ……………………………………………….17
B. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ……………………………………….19
C. Peningkatan Orientasi Penelitian …………………………………………………….22
D. Peningkatan Partisipasi Masyarakat …………………………………………………….…23

3

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………...24
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang


Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial
sehingga dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kondisi tubuh
yang sehat pada manusia dapat kita lihat dari kebugaran tubuh. Dalam sebuah
lingkungan masyarakat terkadang mengalami beberapa masalah kesehatan, baik
yang muda, tua, wanita maupun pria.
Kesehatan dapat diartikan sebuah investasi penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status
kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu
melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian
bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–2003)
dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per
100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8

tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang
(underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5

5

persen (2004) dan Indonesia di urutan ketiga terbanyak penderita kusta di dunia
dengan jumlah penderita 18,994 orang (2012).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu
terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang
diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk
umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi
seperti kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung meningkat karena
perubahan gaya hidup masyarakat.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan
mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas

keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini,.
Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2014 sebanyak
9.731 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 3.378 unit puskesmas rawat inap dan 6.353
unit puskesmas non rawat inap. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013
yaitu sebanyak 9.655 unit. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah puskesmas
mengalami peningkatan. (SDKI, 2014)
Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220
obat. Penggunaan obat generik dan obat tradisional cenderung mengalami kenaikan,
dan 95 persen kebutuhan obat nasional telah dipenuhi dalam negeri. Demikian juga
dengan vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun demikian ketersediaan,
mutu, keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum
dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.

6

Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir
semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM
adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Dan dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya

desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi
kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama
dalam perencanaan, peningkatan sistem informasi, terbatasnya pemahaman terhadap
peraturan perundangan serta struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.
1.2

1.3

Rumusan Masalah
1.2.1 apa masalah kesehatan utama dalam masyarakat?
1.2.2 Apa tantangan kesehatan utama dalam masyarakat?
1.2.3 Bagaimana cara menangani masalah kesehatan utama?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui dan memahami tentang masalah utama kesehatan, factor yang
mempengaruhi masalah kesehatan, memberikan contoh kasus masalah kesehatan
utama dalam kesmas.

7


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang
sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit.
Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi
produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu modal produksi atau
prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktivitas yang produktif.
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara
adekuat. Self care resources : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self
care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
(Paune 1983)
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (Pender 1982)
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan,menyatakan bahwa sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
(White 1977)

8

Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang
menggunakan pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh
dan untuk masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui
promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga.
Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi masalah
kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang banyak
terjadi dalam lingkungan mereka dilanjutkan survey mawas diri (SMD) dan aplikasi
upaya mengatasi yang disepakati masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa
(MMD). Harapan pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dapat lebih cepat dan lebih awet karena masyarakat mampu mandiri
untuk sehat.

Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat
oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat.
Implikasinya akan terjadi semakin jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit
dan masalah kesehatan antara petugas kesehatan dan masyarakat sehingga gagal
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2.2 Masalah Kesehatan Utama
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk
yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak
antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan
anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia
pada

kelompok

mahasiswa,

anak-anak

usia


sekolah,

serta

bagaimana

mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi
kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi
gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental

9

dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena
dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang
mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak
sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih
besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam
penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 %
seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya
promosi kesehatan.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di
Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan
berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan
penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut
dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
a.

Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di
Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor
perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai akibat masih
rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut
mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon
terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek
tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap
terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah

10

respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa
didasari kedua respon di atas.
Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk
tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu. Proses terbentuknya sebuah
perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan
diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran
sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan
harapan sasaran dapat berperilaku sehat. Sikap setuju terhadap suatu
perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku
diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif.
Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat
yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang
mendukung. Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3
faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor
pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh
sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu
melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga
masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat).
b.

Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.

11

1)

Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan

salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk
yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah
kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan
berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat
berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat
kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan.
Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per
penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan
sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta
gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik,
mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada
akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.
2)
Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak
dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal
sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat
fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki
karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu
udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis)
dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat
kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air
sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumbersumber

air

tersebut

memiliki

karakteristik

masing-masing

yang

membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan

12

atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan
lain-lain.
3)

Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah

tangga, industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan
bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam
kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan
menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan. Pengolahan kotoran
manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak
menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi
bau dan mengganggu estetika.
Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa
jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa
penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran. Pengelolaan sampah
meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap
pengelolaan

yaitu

pengumpulan

dan

pengangkutan

sampah

serta

pemusnahan dan pengolahan sampah. Pengelolaan limbah ditujukan untuk
menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga pengolahan limbah harus
menghasilkan limbah yang tidah berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair
meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengolahan air limbah
dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air
limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan
irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi
Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).
4)
Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar
dan lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan
makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan

13

(toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa
pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan
limbah dan sampah.
c.

Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat
kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar
membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat
untuk

memanfaat

pelayanan

kesehatan

baik

negeri

atau

swasta

membutuhkan prasyarat sumber daya
d.

Petugas kesehatan yang professional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis
keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi).
Profesionalitas tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan
ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur. Saat ini masyarakat
banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat
di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi
karena kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara
merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak
sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering
menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.
Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan
keterpaksaan.
Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga
kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan

14

distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan
mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang
masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin
sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum
dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat
dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan
hanya pada saat sakit.
e.

Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan
saat ini diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan
masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung
sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit.
Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan
Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana
pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.

f.

Pembiayaan kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang
merupakan faktor pendukung (enabling factors) masyarakat untuk
berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalui asuransi kesehatan
maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai
negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri), pekerja sektor
industri (PT. Jamsostek), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga

15

Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda) bahkan masyarakat umum
(Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah pembiayaan
kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang
bermutu terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit
masih dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar
cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan.
Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma
Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus
menerus.
g.

Masalah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh
faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes
Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan
rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah
kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak
disebabkan kurang paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap
penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku
genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai
upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh
masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan
melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah
dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya
penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.

2.3.

Tantangan Masalah Kesehatan Utama di Indonesia
A.

Faktor lingkungan

16

a) Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalahmasalah kesehatan).
b) Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang
kesehatan.
B.

Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
a) Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan
dan membahayakan kesehatan mereka.
b) Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.

C.

Factor social ekonomi
a)

Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih

rendah.
b) Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat
belum merata ke sebagian penduduk Indonesia.
c) Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan
memprihatinkan.
D.

Factor pelayanan kesehatan
a) Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian
propinsi di indonsia yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal
dan belum merata.
b) Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya
kuratif.
c) Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.
manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan
prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana
(pembiayaan kesehatan).

17

2.4 Cara Menangani masalah Kesehatan Utama
Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain meliputi pengembangan
organisasi
pendidikan,

dan

manajemen

peningkatan

pelayanan

orientasi

kesehatan,

penelitian

dan

pengembangan
peningkatan

institusi
partisipasi

masyarakat.
a.Pengembengan dan Organisasi Manajemen
Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu
keharusan. Pendekatan organisasi birokrasi yang selama ini berlaku dan
bersifat sangat hirarkis (top down) atau sentralistis haruslah dirubah menjadi
suatu tatanan organisasi pelayanan yang lebih mengutamakan pendekatan
kewilayahan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai pada
berapa bidang (terutama pembangunan sarana fisik) merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipungkiri. Namun berdampingan dengan keberhasilan yang ada,
banyak fakta menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan kesehatan tidak
kalah besarnya. Salah satu faktor sulitnya mencapai prestasi optimum
organisasi pelayanan kesehatan adalah organisasi ini terlalu terpusat
(sentralistis). Sentralisasi yang terlalu kuat, menyebabkan pejabat di daerah
hanya selalu menunggu paket program yang akan dilaksanakan didaerahnya.
Budaya sentralisasi dicurigai menimbulkan kematian inisiatif dan
menghidupkan/menyuburkan sikap pasif pengelolaan organisasi kesehatan di
daerah. Disamping itu budaya sentralisasi cenderung menyebabkan banyak
aspek karakakteristik kondisi dan situasi daerah yang luput dari perhatian para
pembuat program hal ini mengakibatkan banyak paket program kesehatan sulit
dilaksanakan.

18

Fenomena yang menarik, meskipun paket program tidak mencapai
tujuan yang dikehendaki laporan akhir program sering menunjukkan
tercapainya target dan tujuan sama seperti yang ditetapkan oleh pejabat pusat.
Fenomena di atas haruslah segera dirubah melalui pengembangan
organisasi dan manajemen agar lebih siap menghadapi tantangan di masa
depan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Pengembangan organisasi adalah suatu proses sadar dan terencana
untuk mengembangkan kemampuan suatu organisasi sehingga mencapai dan
mempertahankan suatu tingkat optimum prestasi yang diukur berdasarkan
efisiensi. efektifitas dan kesehatan organisasi. Pengembangan manajemen
ditekankan pada upaya memperbaiki pengetahuan dan keterampilan para
manajer/pimpinan (McGill.1982).
Pengembangan organisasi mengacu kepada strategi reedukasi dan
normatif yang ditujukan untuk mempengaruhi sistem kepercayaan, nilai, dan
sikap dalam organisasi sehingga dapat beradaptasi lebih baik terhadap
akselerasi laju perubahan teknologi lingkungan industri dan lingkungan
masyarakat umumnya. Pengembangan organisasi mencakup pula penataan
kembali organisasi formal yang sering mulai, diperlancar dan diperkuat oleh
perubahan normatif dan perilaku (Gibsori dkk. 1994).
Otonomi Daerah yang dicanangkan pemerintah dapat dikategorikan
sebagai model pengembangan organisasi don manajemen daerah (termasuk
organisasi kesehatan di daerah). Daerah akan menjadi tuan di rumahnya
sendiri. Otonomi organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat dilakukan
dengan sungguhsungguh bukan sekedar komoditas politik untuK kepentingan
yang dangkal. Ancangan efisiensi efektifitas

dan kesehatan organisasi

merupakan sasaran utama pengembangan organisasi birokrasi pelayanan

19

keserlatan yang ditujukan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara kontinue hal inilah yang dikatakan sebagai
pencapaian dail mempertahankan optimum prestasi. Dengan demikian
otonomi sebagai perwujudan pengembangan organisasi haruslah direncanakan
dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh, untuk menciptakan
suatu organisasi pelayanan kesehatan yang siap menghadapi tantangan dan
menyelesaikan masalah kesehatan yang senantiasa berkembang, terutama di
daerah.
Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan harus
dapat menghilangkan berbagai penyimpangan perilaku birokrasi kesehatan
yang tidak bermoral, seperti tidak efisien, tidak efektif, korupsi, kolusi, dan
mengabaikan kualitas pelayanan.
Kegiatan pengembangan organisasi harus dilandasi oleh nilai moral,
jika tidak birokrat kesehatan akan mudah tergelincir untuk melakukan
kostitusi birokratis; yang pada akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban.
Segala sesuatunya punya moral, kata Alice dalam petualangannya di
negeri ajaib. “asal kau mampu menemukannya” (Lewis Corral, dipetik oleh
Sumateri JS.1994).
b. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Melalui Pengembangan Institusi
Pendidikan Kesehatan
Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan
kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan
masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya
manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur
pendidikan.
Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah mrencanakan partisipasi
perguruan tinggi jauh lebih besar dibandingkan dengan kegiatan pembangunan
sebelumnya dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

20

Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas
mempunyai kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan
seluruh sektor kehidupon msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan
wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan.
Pentingnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan syarat
utama pengembangan organisasi upaya untuk mendorong terciptanya organisasi
pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan optium
prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan organisasi dan manajemen pada dasarnya menempatkan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sebagai salah satu fokus utama.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, umumnya menjadi tindakan awal
(masuk dalam program jangka pendek) untuk melakukan tindakan pengembangan
organisasi dan manajemen secara konprehemsif.
Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari organisasi
pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan
masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah bersiap untuk
melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk
menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka
institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga harus melakukan pengembangan
organisasi dan manajemen untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin
kompleks.
Institusi pendidikan kesehatan masyarakat harus mampu menciptakan
ilmuan dan praktisi kesehatan yang dapat menopang pengembangan organisasi
dan manajemen pelajaran kesehatan dan dapat membantu memecahkan masalah
kesehatan masyarakat.
Upaya pengembangan institusi pendidikan dapat dilakukan berdasarkan
segmen pendidikan, antara lain meliputi :

21

1.
dan

Kurikulum Pendidikan. Kurikulum pendidikan harus selalu dikaji
dievaluasi

agar

senantiasa

relevan

dengan

perkembangan

tantangan/masalah kesehatan masyaakat.
2.
Peningkatan Mutu Pengajaran. Mutu pengajaran dapat dilakukan
melalui peningkatan jenjang pendidikan para staf pengajar (strata 2 dan 3)
serta pengembangan metode proses belajar mengajar yang lebih efeisien
dan efektif.
3.
Pengembangan Institusi. Sebagai antisipasi kebutuhan tenaga
kesehatan yang berkualitas dalam jumlah besar. harus dilakukan dengan
mengembangkan jenjang pendidikan yang dikelola oleh instansi upaya
memenuhi kebutuhan tenaga. kesehatan pada level top dan

middle

management, maka insitusi pendidikan sebaiknya telah mematangkan
rencana dan segera membuka pendidikan Strata 2 dan Srata 3. Adapun
upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada level lower
management maka institusi pendidikan sebaiknya mematangkan rencana
dan segera membuka pendidikan Diploma 3 dan 4.
4.
Pengembangan Kerjasama. Institusi pendidikan dengan organisasi
pelayanan kesehatan segera mengembangkan kerjasama yang relatif
permanen. Pengembangan kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan
sifat interdependen dan komplementer antar kedua organisasi, sehingga
berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk keberhasilan dan kelangsungan
pembangunan kesehatan dapat dipenuhi.
Berdasarkan

pertimbangan tantangan kesehatan dan kebutuhan tenaga

kesehatan yang berkualitas di luar Jawa, maka FKM USU khususnya, sudah harus
merintis pembukaan pendidikan jenjang D3 pada tahun 1999, dan jenjang S2 pada
tahun 2000, serta jenjang S3 paling lambat pada tahun 2005.
c.

Peningkatan Orientasi Penelitian

22

Intensitas penelitian yang berorientasi keilmuan dan terapan harus
dikembangkan dan dibudayakan dikalangan staf akademisi birokrat kesehatan dan
dikalangan praktisi kesehatan. Kegiatan penelitian harus sungguh-sungguh
dilakukan dengan berorientasi keilmuwan atau terapan yang jelas tidak lagi sematamata berorientasi "panggilan proyek". Pembangunan kesehatan masa depan
haruslah

dilakukan

dengan

basis

penelitian

ilmiah

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
Agar terciptanya budaya penelitian diperlukan kemauan politik yang kuat,
yang mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi kegiatan penelitian ilmiah.
dan anggaran biaya yang cukup.
Institusi pendidikan dan organisasi pelayanan kesehatan harus dapat
mendorong unit organisasi penelitiannya yang berkembang dan menjadikannya
sebagai pusat rujukan utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan
kesehatan. Selaras meningkatnya kompleksitas masalah kesehatan , dimasa depan.
dengan tingginya variasi faktor yang mempengaruhi maka peneletian
kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekan lintas disiplin
ilmu."Telitilah sebelum membeli" kata iklan suatu pesan moral yang dalam dari
kalimat yang sederhana agar kita tidak tertipu dan merasa puas terhadap barang
yang dibeli.
d.

Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan pembangunan. Hal ini menegaskan bahwa partisipasi aktif masyarakat
dalam proses pembangunan menempati posisi yang sangat penting. Pandangan
bahwa masyarakat adalah semata-mata objek pembangunan harus diganti dengan
menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku (subjek) pembangunan.
Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan sesuai kondisinya.
Situasi dan kondisi masyarakatlah yang seharusnya menentukan secara objektif
tingkat posisi partisipasinya dalam proses pembangunan; bukan keputusan sepihak

23

birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi masyarakat yang pada akhirnya
sering menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan.
Beberapa program pemerintah yang berorientasi pada upaya peningkatan
partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam kesehatan yang dilaksanakan saat
iniseperti Program Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan melibatkan LSM
Perguruan Tinggi sebagai pembina Program JPKM dan pemberdayaan pesantren
sebagai mitra kerja puskesmas haruslah dilaksanakn dengan benar
Pengawasan dan evaluasi harus dilakukan secara objektif dan efektif,
terutama diarahkan kepada birokrat pelaksana. Tindakan ini menjadi sangat penting
agar tujuan program dapat tercapai sesuai yang diinginkan.
Tantangan pembangunan kesehatan di masa depan tidak lagi harus menjadi
tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. tetapi harus dibagi kepada masyarakat.

24

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Problem kesehatan masyarakat di masa depan cenderung semakin meningkat
dan kompleks. Hal ini membutuhkan berbagai upaya agar masalah kesehatan dapat
ditanggulangi secara efisien dan efektif, sehingga kualitas kesehatan masyarakat
senantiasa terjaga baik.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan organisasi dan
manajemen pelayanan kesehatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi
pengembangan institusi pendidikan kesehatan, peningkatan penelitian dan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya upaya kesehatan masyarakat yang melakukan
pengembangan

organisasi

dan

manajemen

pelayanan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menjadi lebih tinggi.

25

kesehatan,

dapat

DAFTAR PUSTAKA

Albert, K ; Pengembangan organisasi, Penerbit Angkasa : Bandung, 1985
Gibson, Ivansevic Donnely ; Organisasi, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1985
Lawler, EE; Sistem imbalan dan pengembangan organisasi, Pustaka Binaman
Pressindo, 1983
Sumantri, JS, Filsafat Ilmu, Siantar Harapan : Jakarta, 1984
Western,J [dan] Donogue, P, Pengelolaan sumberdaya manusia, Penerbit Bumi
AKsara : Jakarta, 1994
http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat

26