Tugas BakmiVet Pertumbuhan Bakteri pada
Nama
: 1. Mitahuddin Azis (B04150036)
2. Sutisno
(B04150042)
3. Lee Xia Meen
(B04158016)
Hari/ tanggal : Rabu/ 5 Oktober 2016
Judul
: Pertumbuhan Bakteri pada Berbagai Media
LAPORAN PRAKTIKUM
1. Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair
1.1 Uraian
Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu
diusahakan agar semua alat yang ada di dalam hubungannya dengan
medium agar tetap sterli, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(dwijoeseputro 1998). Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptis
ke dalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula
merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan baik dalam
keadaan cair maupun padat.
Tujuan dari inokulasi yaitu biakan murni untuk keperluan
diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi atau kegiatan
lain yang berkaitan dengan mikroorganisme. Nutrisi dan lingkungan yang
menunjang pertumbuhan mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis
yang dapat mencegah adanya kontaminan dalam biakan diperlukan untuk
mendapatkan kultur yang murni. Identifikasi biakan mikroorganisme
seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi
pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan tekhnik
aseptis untuk mempertahankan kemurnian biaka selama pemindahan
berulangkali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau
padat. Kekeruhan dalam suatu media cair menunjukan terjadinya
pertumbuhan miroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada
dasar tabung maka akan membentuk sendimen, sedangkan pada
permukaannya pertumbuhan terlihat seperti partikel. Teknik aseptis
sangat diperlukan pada saat memindahkan biakan dari suatu tempat ke
tempa lainnya. Penggunaanya teknik aseptis mencegah terjadinya
kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen.
Teknik aseptis, teknik dekontaminasi, serta penyelesaian pekerjaan
mikroorganisme. Semua pekerjaan pada praktikum ini dilakukan dengan
memperhatikan prosedur aseptis. Teknik aseptis pada inokulasi :
Pembuatan Area Aseptis. Dilakukan dengan bekerja diantara dua nyala
api bunsen dengan jarak kurang lebih 20cm. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan kontaminasi. Bunsen dibiarkan selama10 menit bertujuan
agar terjadi radiasi mikroorganisme menjauh.
Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara selektif. Tujuannya yaitu memusnahkan
semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai
daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan
kegunaanya yaitu:
1. Ethyl alkohol. Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena
daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih
rendah atau lebih tinggi.
2. Jodium Tinctura. Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu
desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi
kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan
kulit.
Alkohol dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif,
termasuk patogen yang multidrugresistent, Mycobacterium tuberculosis,
virus, dan jamur.(Hasan, dkk., 2000)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
inokulasi :
1. Menyiapkan ruangan
Ruangan tempat penanaman bakteri harus bersih dan
keadaannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengamatan atau percobaan dalam laboratorium pembuatan serum
vaksin dsb.
2. Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidkikan air minum atau
penyelidikian untuk diambil 1ml contoh yang akan diencerkan oleh air
sebanyak 99ml murni.
3. Flambir
Dilakukan dengan cara memanaskan alat ke bunsen, pada jarum
ose harus sampai berwarna merah , jika pada alat2 yang lain
seperlunya saja. Ini dilakukan untuk menjaga kesterlian.
4. Penggunaan alkohol 70%
Dilakukan untuk membersihkan tempat agar terhindar dari
mikroorganisme.
1.2 Hasil Pengamatan
Gambar
pertumbuhan
bakteri
Nama bakteri
Jenis
pertumbuhan
S. aureus
B. cereus
Sedimen
(anaerob)
Sedimen
(anaerob)
E. coli
Keruh
(anaerob
fakultatif)
P. aeruginesa
Sedimen
(anaerob)
1.3 Pembahasan
Menurut Yuwono (2008), pertumbuhan jasad renik dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan metode langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran pertumbuhan secara langsung dapat dilakukan
dengan cara penghitungan jumlah sel menggunakan Petroff Hausser
Bacteria Counter (Hemasitometer) atau dengan mengukur kepekatan
(turbiditas) selnya menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat
dihitung secara langsung jika jasad renik tersebut ditumbuhkan dalam
media cair agar terhitung jumlah jasad renik yang mati maupun masih
hidup.
Pertumbuhan juga dapat ditentukan secara tidak langsung dengan
metode penuangan (platting) pada media padat. Jumlah sel pada metode
penuangan ditentukan dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh
dalam media padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih
hidup. Metode yang dipergunakan dalam menghitung bakteri kali ini
adalah metode cawan sebar dan metode cawan tuang dengan
pengenceran serial terlebih dahulu.
Metode penyebaran (Spread Plate Method) dilakukan dengan cara
menyebarkan sampel yang telah diencerkan diatas permukaan pelat agar
dalam cawan petri sedangkan metode penuangan (Pour Plate Method)
merupakan metode penghitungan mikroba dengan mencampurkan
sampel pada media agar cair (Harmita dan Maksum Radji 2008). Metode
penyebaran lebih efektif dalam perhitungan cawan karena bakteri dapat
tersebar merata ke seluruh cawan dengan minimnya penumpukan tetapi
indikasi terkena kontaminannya tinggi. Sedangkan cawan tuang
cenderung sulit dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna
dengan adanya koloni yan bertumpuk.
Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri
atau pengenceran serial dari sampel yang mengandung mikroorganisme.
Koloni bakteri yang muncul akibat pertumbuhan mikroorganisme,
diasumsikan berasal dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, jumlah bakteri
pada sampel asal dapat ditentukan dengan menghitung jumlah koloni dan
memperhitungkan faktor pengenceran. Berikut cara perhitungan bakteri
dengan cawan sebar ataupun cawan tuang (Hadioetomo dalam Sutanti
2009):
Gambar 1 Perhitungan jumlah sel bakteri
Kelemahan metode pengenceran adalah keselektifan hasil
perhitungan yang kadang menjadi bias. Kondisi pertumbuhan
kontaminan, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi,
suhu dan pH sangat menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh
populasi yang ada (Harmita dan Maksum Radji 2008).
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, tidak bergerak
ditemukan satu-satu, berpasangan, berantai pendek atau bergerombol,
tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung
dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikhoat.
Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. S. aureus
merupakan bakteri berbentuk bulat (coccus), yang bila diamati di bawah
mikroskop tampak berpasangan, membentuk rantai pendek, atau
membentuk kelompok yang tampak seperti tandan buah anggur.
Organisme ini Gram-positif. Beberapa strain dapat menghasilkan racun
protein yang sangat tahan panas, yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia.
Infeksi yang disebabkan di golongkan sebagai penyakit
menular/lokal (biasanya) atau menyebar (jarang). Staphylococcus adalah
sel yang berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1μm dan tersusun
dalam kelompok tak beraturan. S.aureus menghasilkan koagulase,suatu
protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberi
oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam
banyak serum.
Kingdom
: Eubacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa adalah salah satu dari Pseudomonas sp
yang sering terdapat pada infeksi opportunistik dan infeksi nosokomial
pada pasien immunocompromise sebagai akibat dari luka bakar atau
trauma yang berat, penyakit seperti kanker, diabetes, dan cystic fibrosis
(CF), immunosuppresion, dan operasi besar. Pseudomonas aeruginosa
meningkat secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba
dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug
Resistance (MDR) yang tinggi, termasuk pada penislin dan sefalosporin
generasi pertama dan kedua, tetrasiklin, kloramfenikol, dan makrolid.
Antimikroba yang mempunyai aktivitas terhadap Pseudomonas
aeruginosa meliputi: aminoglikosida (gentamisin, amikasin, tobramisin),
quinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin, tapi tidak moksifloxacin),
sefalosporin (seftazidim, sefepime, sefpirome, tapi tidak sefuroksim,
seftriakson, sefotaksim), ureidopenisilin (piperasilin, ticarsilin:
Pseudomonas aeruginosa pada dasarnya resisten terhadap penisilin lain),
carbapenem (meropenem, imipenem, tapi tidak ertapenem), polimiksin
(polimiksin B dan colistin), monobaktam (aztreonam). Antimikrsobaantimikroba ini harus diberikan secara injeksi, kecuali fluoroquinolon,
karena di beberapa rumah sakit, penggunaan fluoroquinolon dibatasi
hanya untuk infeksi berat untuk menghindari berkembangnya resistensi
Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi Pseudomonas yang serius sering terjadi di rumah sakit dan
bakteri biasanya ditemukan di tempat yang lembab, seperti bak cuci dan
wadah air kemih. Bahkan organisme ini ditemukan dalam cairan
antiseptik tertentu. Infeksi paling serius terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya terganggu, baik karena pengobatan maupun penyakit.
Pseudomonas bisa menginfeksi darah, kulit, tulang, telinga, mata, saluran
kemih, katup jantung dan paru-paru. Luka bakar juga bisa terinfeksi oleh
Pseudomonas, menyebabkan infeksi darah yang sering berakibat fatal.
Pseudomonas aeruginosa
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar
manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E.
Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius
pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan
bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu
basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.
Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti
daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya
dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau
dengan mencegah baketi lain di dalam usus.
Escherichia coli
Domain
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: E. coli
1.4 Kepustakaan
Hadioetomo R. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Didalam : Sutanti. 2009. Pengaruh
pemberian bakteri probiotik Vibrio SKT-b Melalui Artemia
dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup pasca larva udang windu [skripsi]. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Harmita dan Maksum R. 2008. Analisis Hayati. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Yuwono T. 2008. Biologi Molekular. Jakarta (ID): Erlangga.
2.
Pertumbuhan pada Media Lempengan Agar
2.1 Uraian
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh
yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media semi padat
biasanya digunakan untuk uji mortalitas (pergerakan) mikroorganisme
dan kemampuan fermentasi, contohnya agar dengan konsentrasi 0.5%.
Media untuk perhitungan spesifik yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba contohnya Plate Count Agar (PCA).
Pemindahan bakteri dari medium ke medium yang lain atau
inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita
harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk
pengerjaan inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak
diinginkan sehingga biakan yang tumbuh didalam medium adalah benarbenar biakan murni (Dwidjoseputro 1990).
2.2 Hasil Pengamatan
2.2.1 pertumbuhan pada lempengan agar
Gambar
penyebaran
koloni bakteri
Nama Bakteri
Ukuran Koloni
Bentuk Koloni
Permukaan
Koloni
Aspek Koloni
Tepi Koloni
Elevasi Koloni
Sifat Tembus
Cahaya
Pigmentasi
S. aureus
Sedang
Bulat
B. cereus
Besar
Tidak teratur
Keriput
Halus
Mengkilat
Berlekuk
Cembung
Tidak mengkilat
Berlekuk
Cembung
Transparan
Opaque
Kuning keemasan
Kuning pucat
E. coli
Kecil
Bulat
P. aeruginosa
Kecil
Bulat
Halus
Kasar
Mengkilat
Rata
Cembung
Mengkilat
Berlekuk
Cembung
Gambar
penyebaran
koloni bakteri
Nama Bakteri
Ukuran Koloni
Bentuk Koloni
Permukaan
Koloni
Aspek Koloni
Tepi Koloni
Elevasi Koloni
Sifat Tembus
Cahaya
Pigmentasi
Transparan
Transparan
Putih susu
Kuning kehijauan
2.2.1 pertumbuhan pada agar miring
Gambar
pertmbuhan
bakteri
Nama bakteri
Pertumbuhan
Sifat tembus
cahaya
Pigmentasi
S. aureus
Rhizoid
B. cereus
Spreeding
E. coli
Spreeding
P. aeruginosa
Spreeding
Transparan
Transparan
Transparan
Transparan
Kuning emas
Putih pucat
Putih pucat
Hijau
2.3 Pembahasan
Pada pembuatan plat agar dengan media nutrient agar cair kedalam
cawan petri digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri pada plat
agar tersebut. Pada pembuatan plat agar miring itu dilakukan untuk
menumbuhkan bakteri yang bersifat aerob. Pada pembuatan plat agar
tegak dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerob.
Bakteri aerobik adalah organisme yang membutuhkan oksigen. Bakteri
anaerobik adalah organisme yang tumbuh tanpa oksigen molekular.
Bakteri anaerobik terbagi 2:
- Anaerobik fakultatif adalah bakteri yang masih bisa hidup ditempat
yang mengandung oksigen.
- Anaerobik obligat adalah bakteri yang sama sekali tidak bisa terkena
oksigen.
Prosedur kerja aseptis dilakukan dengan prinsip seminimal
mungkin tidak terjadi kontaminasi dan tercampurnya bahan yang tidak
diinginkan. Digunakannya jarum ose lurus pada agar tegak dikarenakan
pada inokulasi bakteri agar tegak lurus, menggunakan tabung, dan agar
inokulan yang ada bisa masuk secara merata dalam media sampai menuju
titik pusat tabung.
A. Bacillus cereus
Bacillus cereus pada media agar miring: bakteri tumbuh disekitar
agar yang posisinya miring mengikuti bentuk goresan (merupakan
bakteri yang bersifat aerob). Pertumbuhan bakteri Bacillus cereus akan
tumbuh banyak, seperti halnya pada media plat, karena media miring ini
memungkinkan tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi bakteri
ini. Bacillus cereus pada medium agar tegak: Pertumbuhan bakteri
ditunjukan dengan adanya bakteri yang melintang ke dalam media tegak,
namun pertumbuhan bakteri diatas permukaan media tegak lebih banyak,
ini ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob bergerak ke atas untuk
mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang lebih banyak
ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini
pertumbuhan baketri lebih sedikit di banding pada media miring atau
media plat.
Bacillus pada agar medium agar cair: Pada media cair penampakan
bakteri ditunjukkan dengan keruhnya warna yang terjadi pada media cair,
seperti halnya pada media yang lain, pada media cair ini pun kebanyakan
penampakan pertumbuhan bakteri terjadi diatas permukaan media cair,
meskipun media ini berbentuk cair, tapi bakteri ini tetap saja bergerak ke
atas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
Bacillus pada cawan Petri: Pada penanaman inokula bakteri
Bacillus subtilis ini, ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri di
atas permukaan media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob,
bakteri menuju keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada
media plat, pertumbuhan lebih banyak di banding dengan pertumbuhan
pada media yang lain, ini disebabkan karena luas permukaan sentuh
media plat dengan oksigen lebih banyak sehingga pada media plat,
bakteri Bacillus subtilis ini lebih banyak tumbuh pada media plat.
B. Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus pada agar miring : bakteri hanya tumbuh
diatas permukaan yang diberi goresan saja tidak sampai menembus
hingga dasar tabung ( merupakan bakteri yang bersifat aerob).
Staphylococcus aureus pada agar tegak : bakteri tumbuh mulai dari atas
permukaan hingga dasar tabung ( merupakan bakteri yang bersifat
anaerob fakultatif ).
Staphylococcus aureus pada agar cair : bakteri tumbuh
dikeseluruhan plat agar dari atas hingga dasar tabung. Bakteri tumbuh
sesuai tempatnya, warna keruh menandakan bakteri ini tumbuh, namun
tidak bergerak ke atas mendekati permukaan media, karena sifat bakteri
yang anaerobic fakultatif, meski dalam media cair, bakteri ini tetap akan
tumbuh.
Staphylococcus aureus pada cawan Petri : bakteri tumbuh
membentuk gelembung-gelembung yang bersatu mengikuti goresangoresan yang telah dibuat pada prosedur awal. Penampakan pada plat
ditunjukkan dengan adanya goresan bakteri yang berwarna kekuningkuningan di atas permukaan plat, karena bakteri ini bersifat aerob dan
anaerob fakultatif, maka bakteri ini dapat tumbuh baik di dalam media
plat, media miring, media tegak, maupun media cair.
C. Pseudomonas Aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen,
yang dihasilkan dari asam amino aromatic seperti tirosin dan fenilalanin.
Beberapa pigmen tersebut antara lain; Piosianin, pigmen berwarna biru,
dihasilkan strain piosianogenik, Pioverdin, pigmen berwarna kuning,
Piorubin, pigmen berwarna merah, Piomelanin, pigmen berwarna
cokelat, Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta
larut dalam air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut
apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni halus bulat
dengan warna fluroesensi kehijauan, yang merupakan kombinasi
pioverdin dan piosianin. Oleh karena itu dapat di simpulkan kenapa
bakteri Pseudomonas auroginosa pada percobaan ini berwarna hijau-biru.
Bakteri yang tumbuh menghasilkan pigmen tertentu yang menyebabkan
warna media berubah menjadi hijau. Pada media plat, pertumbuhan
bakteri lebih banyak yang ditunjukkan dengan adanya warna hijau yang
lebih banyak di atas permukaan. Selain bakteri ini menghasilkan pigmen,
bakteri ini bersifat aerob, ini berarti pertumbuhan bakteri yang paling
banyak berada pada media yang aerob, seperti pada media plat dan media
miring. Pada media tegak, pertumbuhannya relative sedikit, begitupula
pada media cair, media cair yang warnanya terbentuk hijau berada pada
bagian atas permukaan media cair. Pseudomonas aeruginosa pada agar
miring : bakteri tumbuh diatas permukaan miring yang digores dan
berwarna kebiru-biruan (merupakan bakteri yang bersifat aerob).
Pseudomonas aeruginosa pada agar cair : bakteri tumbuh secara
keseluruhan dan menyebar mulai dari atas permukaan hingga dasar
tabung dan bakteri berwarna kebiru-biruan (merupakan bakteri yang
bersifat aerob).
Pseudomonas aeruginosa pada agar tegak : bakteri tumbuh disekitar
plat agar yang diberi tusukan mulai dari atas permukaan hingga dasar
tabung tetapi tidak menyebar secara keseluruhan pada plat agar
(merupakan bakteri yang bersifat aerob). Pseudomonas aeruginosa pada
cawan petri : bakteri tumbuh membentuk warna biru tua kekuningkuningan dan tumbuh dipermukaan plat agar (merupakan bakteri yang
bersifat aerob).
E. Escherichia coli
E. Coli pada media agar miring : bakteri tumbuh disekitar agar
yang posisinya miring mengikuti bentuk goresan ( merupakan bakteri
yang bersifat aerob). Pertumbuhan bakteri ini akan tumbuh banyak,
seperti halnya pada media plat, karena media miring ini memungkinkan
tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi bakteri ini.
E. Coli pada medium agar tegak : Pertumbuhan bakteri ditunjukan
dengan adanya bakteri yang melintang ke dalam media tegak, namun
pertumbuhan bakteri diatas permukaan media tegak lebih banyak, ini
ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob bergerak ke atas untuk
mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang lebih banyak
ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini
pertumbuhan baketri lebih sedikit di banding pada media miring atau
media plat. E. Coli pada agar medium medium cair : Pada media cair
penampakan bakteri ditunjukkan dengan keruhnya warna yang terjadi
pada media cair, seperti halnya pada media yang lain, pada media cair ini
pun kebanyakan penampakan pertumbuhan bakteri terjadi diatas
permukaan media cair, meskipun media ini berbentuk cair dan berbusa,
tapi bakteri ini tetap saja bergerak ke atas untuk mendapatkan oksigen
lebih banyak.
E. Coli pada cawan Petri : Pada penanaman inokula bakteri ini,
ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri di atas permukaan
media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob, bakteri menuju
keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada media plat,
pertumbuhan lebih banyak di banding dengan pertumbuhan pada media
yang lain, ini disebabkan karena luas permukaan sentuh media plat
dengan oksigen lebih banyak sehingga pada media plat, bakteri ini lebih
banyak tumbuh pada media plat.
2.4 Kepustakaan
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar
Djambatan Pratiwi.
Mikrobiologi.
Jakarta
(ID):
2.5 Pertanyaan
1. Jelaskan setiap perlakuan berikut:
- Ose dipijarkan sebelum dan setelah digunakan ?
Jawab : Pemijaran ose sebelum digunakan bertujuan untuk
mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata ose dan
pemijaran ose, setelah digunakan bertujuan untuk mencegah
pencemaran mikroorgnisme pada penggoresan daerah berikutnya.
- Setelah dipijarkan, ose didinginkan sejenak baru digunakan untuk
meminfdahkan biakan ?
Jawab : Karena ose yang panas akan mematikan mikroorganisme
sehingga tidak terjadi pertumbuhan paada berkas goresan.
- Mulut tabung dipanaskan diatas api pada waktu tabung dibuka dan
sebelum ditutup kembali ?
Jawab : Untuk mematikan mikroorganisme yang ada di mulut
tabung dan mencegah agar bakteri yang ada didalam tabung tidak
terkontaminasi.
2. Mengapa tutup tabung tidak boleh dileakan di atas meja kerja ketika
tabung tersebut sedang dibuka?
Jawab : Agar tutup tabung tetap steril dan tidak terkontaminasi
dengan mikroorganisme lain di lingkungan yang ada di meja atau
mikrorganisme yng ada di tabung tidak mengkontaminasi meja.
3. Mengapa agar digunakan sebagai pemadat pada media?
Jawab : agar bisa membentuk medium miring yang di inginkan
hingga memadat, mudah untuk mengamati koloni.
4. Apa keuntungan penggunaan ahgar miring dibandingkan dengan agar
tegak?
Jawab : luas permukaan yang kecil sehingga peluang kontaminasi
rendah dan dapat memperluas bidang untuk digunakan strain murni
lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni.
5. Mengapa cawan petri berisi biakan selalu dieramkan dalam incubator
dalam posisi terbaalik?
Jawab : untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas permukaan agar,
sehingga dapat terjadi perubahan koloni dan mengganggu
pertumbuhan mikroba.
6. Berapa suhu yang digunakan untuk meginkubasi biakan bakteri?
Jawab : suhu yang digunakan antara 35 oC – 37 oC
7. Dimanakah media yang baru di inokulasi disimpan?
Jawab : di inkubator
: 1. Mitahuddin Azis (B04150036)
2. Sutisno
(B04150042)
3. Lee Xia Meen
(B04158016)
Hari/ tanggal : Rabu/ 5 Oktober 2016
Judul
: Pertumbuhan Bakteri pada Berbagai Media
LAPORAN PRAKTIKUM
1. Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair
1.1 Uraian
Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu
diusahakan agar semua alat yang ada di dalam hubungannya dengan
medium agar tetap sterli, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(dwijoeseputro 1998). Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptis
ke dalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula
merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan baik dalam
keadaan cair maupun padat.
Tujuan dari inokulasi yaitu biakan murni untuk keperluan
diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi atau kegiatan
lain yang berkaitan dengan mikroorganisme. Nutrisi dan lingkungan yang
menunjang pertumbuhan mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis
yang dapat mencegah adanya kontaminan dalam biakan diperlukan untuk
mendapatkan kultur yang murni. Identifikasi biakan mikroorganisme
seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi
pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan tekhnik
aseptis untuk mempertahankan kemurnian biaka selama pemindahan
berulangkali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau
padat. Kekeruhan dalam suatu media cair menunjukan terjadinya
pertumbuhan miroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada
dasar tabung maka akan membentuk sendimen, sedangkan pada
permukaannya pertumbuhan terlihat seperti partikel. Teknik aseptis
sangat diperlukan pada saat memindahkan biakan dari suatu tempat ke
tempa lainnya. Penggunaanya teknik aseptis mencegah terjadinya
kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen.
Teknik aseptis, teknik dekontaminasi, serta penyelesaian pekerjaan
mikroorganisme. Semua pekerjaan pada praktikum ini dilakukan dengan
memperhatikan prosedur aseptis. Teknik aseptis pada inokulasi :
Pembuatan Area Aseptis. Dilakukan dengan bekerja diantara dua nyala
api bunsen dengan jarak kurang lebih 20cm. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan kontaminasi. Bunsen dibiarkan selama10 menit bertujuan
agar terjadi radiasi mikroorganisme menjauh.
Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara selektif. Tujuannya yaitu memusnahkan
semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai
daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan
kegunaanya yaitu:
1. Ethyl alkohol. Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena
daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih
rendah atau lebih tinggi.
2. Jodium Tinctura. Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu
desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi
kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan
kulit.
Alkohol dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif,
termasuk patogen yang multidrugresistent, Mycobacterium tuberculosis,
virus, dan jamur.(Hasan, dkk., 2000)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
inokulasi :
1. Menyiapkan ruangan
Ruangan tempat penanaman bakteri harus bersih dan
keadaannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengamatan atau percobaan dalam laboratorium pembuatan serum
vaksin dsb.
2. Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidkikan air minum atau
penyelidikian untuk diambil 1ml contoh yang akan diencerkan oleh air
sebanyak 99ml murni.
3. Flambir
Dilakukan dengan cara memanaskan alat ke bunsen, pada jarum
ose harus sampai berwarna merah , jika pada alat2 yang lain
seperlunya saja. Ini dilakukan untuk menjaga kesterlian.
4. Penggunaan alkohol 70%
Dilakukan untuk membersihkan tempat agar terhindar dari
mikroorganisme.
1.2 Hasil Pengamatan
Gambar
pertumbuhan
bakteri
Nama bakteri
Jenis
pertumbuhan
S. aureus
B. cereus
Sedimen
(anaerob)
Sedimen
(anaerob)
E. coli
Keruh
(anaerob
fakultatif)
P. aeruginesa
Sedimen
(anaerob)
1.3 Pembahasan
Menurut Yuwono (2008), pertumbuhan jasad renik dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan metode langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran pertumbuhan secara langsung dapat dilakukan
dengan cara penghitungan jumlah sel menggunakan Petroff Hausser
Bacteria Counter (Hemasitometer) atau dengan mengukur kepekatan
(turbiditas) selnya menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat
dihitung secara langsung jika jasad renik tersebut ditumbuhkan dalam
media cair agar terhitung jumlah jasad renik yang mati maupun masih
hidup.
Pertumbuhan juga dapat ditentukan secara tidak langsung dengan
metode penuangan (platting) pada media padat. Jumlah sel pada metode
penuangan ditentukan dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh
dalam media padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih
hidup. Metode yang dipergunakan dalam menghitung bakteri kali ini
adalah metode cawan sebar dan metode cawan tuang dengan
pengenceran serial terlebih dahulu.
Metode penyebaran (Spread Plate Method) dilakukan dengan cara
menyebarkan sampel yang telah diencerkan diatas permukaan pelat agar
dalam cawan petri sedangkan metode penuangan (Pour Plate Method)
merupakan metode penghitungan mikroba dengan mencampurkan
sampel pada media agar cair (Harmita dan Maksum Radji 2008). Metode
penyebaran lebih efektif dalam perhitungan cawan karena bakteri dapat
tersebar merata ke seluruh cawan dengan minimnya penumpukan tetapi
indikasi terkena kontaminannya tinggi. Sedangkan cawan tuang
cenderung sulit dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna
dengan adanya koloni yan bertumpuk.
Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri
atau pengenceran serial dari sampel yang mengandung mikroorganisme.
Koloni bakteri yang muncul akibat pertumbuhan mikroorganisme,
diasumsikan berasal dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, jumlah bakteri
pada sampel asal dapat ditentukan dengan menghitung jumlah koloni dan
memperhitungkan faktor pengenceran. Berikut cara perhitungan bakteri
dengan cawan sebar ataupun cawan tuang (Hadioetomo dalam Sutanti
2009):
Gambar 1 Perhitungan jumlah sel bakteri
Kelemahan metode pengenceran adalah keselektifan hasil
perhitungan yang kadang menjadi bias. Kondisi pertumbuhan
kontaminan, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi,
suhu dan pH sangat menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh
populasi yang ada (Harmita dan Maksum Radji 2008).
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, tidak bergerak
ditemukan satu-satu, berpasangan, berantai pendek atau bergerombol,
tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung
dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikhoat.
Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. S. aureus
merupakan bakteri berbentuk bulat (coccus), yang bila diamati di bawah
mikroskop tampak berpasangan, membentuk rantai pendek, atau
membentuk kelompok yang tampak seperti tandan buah anggur.
Organisme ini Gram-positif. Beberapa strain dapat menghasilkan racun
protein yang sangat tahan panas, yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia.
Infeksi yang disebabkan di golongkan sebagai penyakit
menular/lokal (biasanya) atau menyebar (jarang). Staphylococcus adalah
sel yang berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1μm dan tersusun
dalam kelompok tak beraturan. S.aureus menghasilkan koagulase,suatu
protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberi
oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam
banyak serum.
Kingdom
: Eubacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa adalah salah satu dari Pseudomonas sp
yang sering terdapat pada infeksi opportunistik dan infeksi nosokomial
pada pasien immunocompromise sebagai akibat dari luka bakar atau
trauma yang berat, penyakit seperti kanker, diabetes, dan cystic fibrosis
(CF), immunosuppresion, dan operasi besar. Pseudomonas aeruginosa
meningkat secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba
dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug
Resistance (MDR) yang tinggi, termasuk pada penislin dan sefalosporin
generasi pertama dan kedua, tetrasiklin, kloramfenikol, dan makrolid.
Antimikroba yang mempunyai aktivitas terhadap Pseudomonas
aeruginosa meliputi: aminoglikosida (gentamisin, amikasin, tobramisin),
quinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin, tapi tidak moksifloxacin),
sefalosporin (seftazidim, sefepime, sefpirome, tapi tidak sefuroksim,
seftriakson, sefotaksim), ureidopenisilin (piperasilin, ticarsilin:
Pseudomonas aeruginosa pada dasarnya resisten terhadap penisilin lain),
carbapenem (meropenem, imipenem, tapi tidak ertapenem), polimiksin
(polimiksin B dan colistin), monobaktam (aztreonam). Antimikrsobaantimikroba ini harus diberikan secara injeksi, kecuali fluoroquinolon,
karena di beberapa rumah sakit, penggunaan fluoroquinolon dibatasi
hanya untuk infeksi berat untuk menghindari berkembangnya resistensi
Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi Pseudomonas yang serius sering terjadi di rumah sakit dan
bakteri biasanya ditemukan di tempat yang lembab, seperti bak cuci dan
wadah air kemih. Bahkan organisme ini ditemukan dalam cairan
antiseptik tertentu. Infeksi paling serius terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya terganggu, baik karena pengobatan maupun penyakit.
Pseudomonas bisa menginfeksi darah, kulit, tulang, telinga, mata, saluran
kemih, katup jantung dan paru-paru. Luka bakar juga bisa terinfeksi oleh
Pseudomonas, menyebabkan infeksi darah yang sering berakibat fatal.
Pseudomonas aeruginosa
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar
manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E.
Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius
pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan
bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu
basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.
Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti
daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya
dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau
dengan mencegah baketi lain di dalam usus.
Escherichia coli
Domain
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: E. coli
1.4 Kepustakaan
Hadioetomo R. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Didalam : Sutanti. 2009. Pengaruh
pemberian bakteri probiotik Vibrio SKT-b Melalui Artemia
dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup pasca larva udang windu [skripsi]. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Harmita dan Maksum R. 2008. Analisis Hayati. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Yuwono T. 2008. Biologi Molekular. Jakarta (ID): Erlangga.
2.
Pertumbuhan pada Media Lempengan Agar
2.1 Uraian
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh
yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media semi padat
biasanya digunakan untuk uji mortalitas (pergerakan) mikroorganisme
dan kemampuan fermentasi, contohnya agar dengan konsentrasi 0.5%.
Media untuk perhitungan spesifik yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba contohnya Plate Count Agar (PCA).
Pemindahan bakteri dari medium ke medium yang lain atau
inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita
harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk
pengerjaan inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak
diinginkan sehingga biakan yang tumbuh didalam medium adalah benarbenar biakan murni (Dwidjoseputro 1990).
2.2 Hasil Pengamatan
2.2.1 pertumbuhan pada lempengan agar
Gambar
penyebaran
koloni bakteri
Nama Bakteri
Ukuran Koloni
Bentuk Koloni
Permukaan
Koloni
Aspek Koloni
Tepi Koloni
Elevasi Koloni
Sifat Tembus
Cahaya
Pigmentasi
S. aureus
Sedang
Bulat
B. cereus
Besar
Tidak teratur
Keriput
Halus
Mengkilat
Berlekuk
Cembung
Tidak mengkilat
Berlekuk
Cembung
Transparan
Opaque
Kuning keemasan
Kuning pucat
E. coli
Kecil
Bulat
P. aeruginosa
Kecil
Bulat
Halus
Kasar
Mengkilat
Rata
Cembung
Mengkilat
Berlekuk
Cembung
Gambar
penyebaran
koloni bakteri
Nama Bakteri
Ukuran Koloni
Bentuk Koloni
Permukaan
Koloni
Aspek Koloni
Tepi Koloni
Elevasi Koloni
Sifat Tembus
Cahaya
Pigmentasi
Transparan
Transparan
Putih susu
Kuning kehijauan
2.2.1 pertumbuhan pada agar miring
Gambar
pertmbuhan
bakteri
Nama bakteri
Pertumbuhan
Sifat tembus
cahaya
Pigmentasi
S. aureus
Rhizoid
B. cereus
Spreeding
E. coli
Spreeding
P. aeruginosa
Spreeding
Transparan
Transparan
Transparan
Transparan
Kuning emas
Putih pucat
Putih pucat
Hijau
2.3 Pembahasan
Pada pembuatan plat agar dengan media nutrient agar cair kedalam
cawan petri digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri pada plat
agar tersebut. Pada pembuatan plat agar miring itu dilakukan untuk
menumbuhkan bakteri yang bersifat aerob. Pada pembuatan plat agar
tegak dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerob.
Bakteri aerobik adalah organisme yang membutuhkan oksigen. Bakteri
anaerobik adalah organisme yang tumbuh tanpa oksigen molekular.
Bakteri anaerobik terbagi 2:
- Anaerobik fakultatif adalah bakteri yang masih bisa hidup ditempat
yang mengandung oksigen.
- Anaerobik obligat adalah bakteri yang sama sekali tidak bisa terkena
oksigen.
Prosedur kerja aseptis dilakukan dengan prinsip seminimal
mungkin tidak terjadi kontaminasi dan tercampurnya bahan yang tidak
diinginkan. Digunakannya jarum ose lurus pada agar tegak dikarenakan
pada inokulasi bakteri agar tegak lurus, menggunakan tabung, dan agar
inokulan yang ada bisa masuk secara merata dalam media sampai menuju
titik pusat tabung.
A. Bacillus cereus
Bacillus cereus pada media agar miring: bakteri tumbuh disekitar
agar yang posisinya miring mengikuti bentuk goresan (merupakan
bakteri yang bersifat aerob). Pertumbuhan bakteri Bacillus cereus akan
tumbuh banyak, seperti halnya pada media plat, karena media miring ini
memungkinkan tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi bakteri
ini. Bacillus cereus pada medium agar tegak: Pertumbuhan bakteri
ditunjukan dengan adanya bakteri yang melintang ke dalam media tegak,
namun pertumbuhan bakteri diatas permukaan media tegak lebih banyak,
ini ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob bergerak ke atas untuk
mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang lebih banyak
ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini
pertumbuhan baketri lebih sedikit di banding pada media miring atau
media plat.
Bacillus pada agar medium agar cair: Pada media cair penampakan
bakteri ditunjukkan dengan keruhnya warna yang terjadi pada media cair,
seperti halnya pada media yang lain, pada media cair ini pun kebanyakan
penampakan pertumbuhan bakteri terjadi diatas permukaan media cair,
meskipun media ini berbentuk cair, tapi bakteri ini tetap saja bergerak ke
atas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
Bacillus pada cawan Petri: Pada penanaman inokula bakteri
Bacillus subtilis ini, ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri di
atas permukaan media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob,
bakteri menuju keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada
media plat, pertumbuhan lebih banyak di banding dengan pertumbuhan
pada media yang lain, ini disebabkan karena luas permukaan sentuh
media plat dengan oksigen lebih banyak sehingga pada media plat,
bakteri Bacillus subtilis ini lebih banyak tumbuh pada media plat.
B. Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus pada agar miring : bakteri hanya tumbuh
diatas permukaan yang diberi goresan saja tidak sampai menembus
hingga dasar tabung ( merupakan bakteri yang bersifat aerob).
Staphylococcus aureus pada agar tegak : bakteri tumbuh mulai dari atas
permukaan hingga dasar tabung ( merupakan bakteri yang bersifat
anaerob fakultatif ).
Staphylococcus aureus pada agar cair : bakteri tumbuh
dikeseluruhan plat agar dari atas hingga dasar tabung. Bakteri tumbuh
sesuai tempatnya, warna keruh menandakan bakteri ini tumbuh, namun
tidak bergerak ke atas mendekati permukaan media, karena sifat bakteri
yang anaerobic fakultatif, meski dalam media cair, bakteri ini tetap akan
tumbuh.
Staphylococcus aureus pada cawan Petri : bakteri tumbuh
membentuk gelembung-gelembung yang bersatu mengikuti goresangoresan yang telah dibuat pada prosedur awal. Penampakan pada plat
ditunjukkan dengan adanya goresan bakteri yang berwarna kekuningkuningan di atas permukaan plat, karena bakteri ini bersifat aerob dan
anaerob fakultatif, maka bakteri ini dapat tumbuh baik di dalam media
plat, media miring, media tegak, maupun media cair.
C. Pseudomonas Aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen,
yang dihasilkan dari asam amino aromatic seperti tirosin dan fenilalanin.
Beberapa pigmen tersebut antara lain; Piosianin, pigmen berwarna biru,
dihasilkan strain piosianogenik, Pioverdin, pigmen berwarna kuning,
Piorubin, pigmen berwarna merah, Piomelanin, pigmen berwarna
cokelat, Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta
larut dalam air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut
apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni halus bulat
dengan warna fluroesensi kehijauan, yang merupakan kombinasi
pioverdin dan piosianin. Oleh karena itu dapat di simpulkan kenapa
bakteri Pseudomonas auroginosa pada percobaan ini berwarna hijau-biru.
Bakteri yang tumbuh menghasilkan pigmen tertentu yang menyebabkan
warna media berubah menjadi hijau. Pada media plat, pertumbuhan
bakteri lebih banyak yang ditunjukkan dengan adanya warna hijau yang
lebih banyak di atas permukaan. Selain bakteri ini menghasilkan pigmen,
bakteri ini bersifat aerob, ini berarti pertumbuhan bakteri yang paling
banyak berada pada media yang aerob, seperti pada media plat dan media
miring. Pada media tegak, pertumbuhannya relative sedikit, begitupula
pada media cair, media cair yang warnanya terbentuk hijau berada pada
bagian atas permukaan media cair. Pseudomonas aeruginosa pada agar
miring : bakteri tumbuh diatas permukaan miring yang digores dan
berwarna kebiru-biruan (merupakan bakteri yang bersifat aerob).
Pseudomonas aeruginosa pada agar cair : bakteri tumbuh secara
keseluruhan dan menyebar mulai dari atas permukaan hingga dasar
tabung dan bakteri berwarna kebiru-biruan (merupakan bakteri yang
bersifat aerob).
Pseudomonas aeruginosa pada agar tegak : bakteri tumbuh disekitar
plat agar yang diberi tusukan mulai dari atas permukaan hingga dasar
tabung tetapi tidak menyebar secara keseluruhan pada plat agar
(merupakan bakteri yang bersifat aerob). Pseudomonas aeruginosa pada
cawan petri : bakteri tumbuh membentuk warna biru tua kekuningkuningan dan tumbuh dipermukaan plat agar (merupakan bakteri yang
bersifat aerob).
E. Escherichia coli
E. Coli pada media agar miring : bakteri tumbuh disekitar agar
yang posisinya miring mengikuti bentuk goresan ( merupakan bakteri
yang bersifat aerob). Pertumbuhan bakteri ini akan tumbuh banyak,
seperti halnya pada media plat, karena media miring ini memungkinkan
tersentuh oksigen untuk mendapatkan nutrisi bagi bakteri ini.
E. Coli pada medium agar tegak : Pertumbuhan bakteri ditunjukan
dengan adanya bakteri yang melintang ke dalam media tegak, namun
pertumbuhan bakteri diatas permukaan media tegak lebih banyak, ini
ditunjukkan karena bakteri yang bersifat aerob bergerak ke atas untuk
mendapatkan oksigen, sehingga penampakan bakteri yang lebih banyak
ada di atas permukaan media tegak, namun pada media tegak ini
pertumbuhan baketri lebih sedikit di banding pada media miring atau
media plat. E. Coli pada agar medium medium cair : Pada media cair
penampakan bakteri ditunjukkan dengan keruhnya warna yang terjadi
pada media cair, seperti halnya pada media yang lain, pada media cair ini
pun kebanyakan penampakan pertumbuhan bakteri terjadi diatas
permukaan media cair, meskipun media ini berbentuk cair dan berbusa,
tapi bakteri ini tetap saja bergerak ke atas untuk mendapatkan oksigen
lebih banyak.
E. Coli pada cawan Petri : Pada penanaman inokula bakteri ini,
ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri di atas permukaan
media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob, bakteri menuju
keatas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Pada media plat,
pertumbuhan lebih banyak di banding dengan pertumbuhan pada media
yang lain, ini disebabkan karena luas permukaan sentuh media plat
dengan oksigen lebih banyak sehingga pada media plat, bakteri ini lebih
banyak tumbuh pada media plat.
2.4 Kepustakaan
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar
Djambatan Pratiwi.
Mikrobiologi.
Jakarta
(ID):
2.5 Pertanyaan
1. Jelaskan setiap perlakuan berikut:
- Ose dipijarkan sebelum dan setelah digunakan ?
Jawab : Pemijaran ose sebelum digunakan bertujuan untuk
mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata ose dan
pemijaran ose, setelah digunakan bertujuan untuk mencegah
pencemaran mikroorgnisme pada penggoresan daerah berikutnya.
- Setelah dipijarkan, ose didinginkan sejenak baru digunakan untuk
meminfdahkan biakan ?
Jawab : Karena ose yang panas akan mematikan mikroorganisme
sehingga tidak terjadi pertumbuhan paada berkas goresan.
- Mulut tabung dipanaskan diatas api pada waktu tabung dibuka dan
sebelum ditutup kembali ?
Jawab : Untuk mematikan mikroorganisme yang ada di mulut
tabung dan mencegah agar bakteri yang ada didalam tabung tidak
terkontaminasi.
2. Mengapa tutup tabung tidak boleh dileakan di atas meja kerja ketika
tabung tersebut sedang dibuka?
Jawab : Agar tutup tabung tetap steril dan tidak terkontaminasi
dengan mikroorganisme lain di lingkungan yang ada di meja atau
mikrorganisme yng ada di tabung tidak mengkontaminasi meja.
3. Mengapa agar digunakan sebagai pemadat pada media?
Jawab : agar bisa membentuk medium miring yang di inginkan
hingga memadat, mudah untuk mengamati koloni.
4. Apa keuntungan penggunaan ahgar miring dibandingkan dengan agar
tegak?
Jawab : luas permukaan yang kecil sehingga peluang kontaminasi
rendah dan dapat memperluas bidang untuk digunakan strain murni
lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni.
5. Mengapa cawan petri berisi biakan selalu dieramkan dalam incubator
dalam posisi terbaalik?
Jawab : untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas permukaan agar,
sehingga dapat terjadi perubahan koloni dan mengganggu
pertumbuhan mikroba.
6. Berapa suhu yang digunakan untuk meginkubasi biakan bakteri?
Jawab : suhu yang digunakan antara 35 oC – 37 oC
7. Dimanakah media yang baru di inokulasi disimpan?
Jawab : di inkubator