KELUARGA SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN DA

KELUARGA SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN DASAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Disusun Oleh:
Bunga Dwimalah Guswanna (1582070)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Jalaluddin

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2016

0

PENDAHULUAN
Hidup berumah tangga merupakan tuntutan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial. Keluarga atau rumah tangga muslim adalah lembaga terpenting dalam

kehidupan kaum muslimin umumnya dan manhaj amal Islami khususnya. Ini semua
disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu mencetak dan
menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan umat dan perisai
penyelamat bagi negara.
Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keluarga merupakan pondasi
awal dari bangunan masyarakat dan bangsa. Oleh karenanya, keselamatan dan
kemurnian rumah tangga adalah faktor penentu bagi keselamatan dan kemurnian
masyarakat, serta sebagai penentu kekuatan, kekokohan, dan keselamatan dari
bangunan negara. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa apabila bangunan sebuah
rumah tangga hancur maka sebagai konsekuensi logisnya masyarakat serta negara
bisa dipastikan juga akan turut hancur.
Kemudian setiap adanya sekumpulan atau sekelompok manusia yang terdiri
atas dua individu atau lebih, tidak bisa tidak, pasti dibutuhkan keberadaan seorang
pemimpin atau seseorang yang mempunyai wewenang mengatur dan sekaligus
membawahi individu lainnya (tetapi bukan berarti seperti keberadaan atasan dan
bawahan).
KELUARGA SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN DASAR
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan
anak – anak.1 Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil.

Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan
meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari
ketidak harmonisan dan kehancuran. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga
adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan
merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi
muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Bila pondasi ini kuat lurus agama dan akhlak anggota maka akan kuat pula
masyarakat dan akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebalik bila tercerai
berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggota maka dampak terlihat
1 Heri Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000),

hlm. 142.

1

pada masyarakat bagaimana kegoncangan melanda dan rapuh kekuatan sehingga
tidak diperoleh rasa aman.2
Kemudian setiap adanya keluarga ataupun sekumpulan atau sekelompok
manusia yang terdiri atas dua individu atau lebih, tidak bisa tidak, pasti dibutuhkan
keberadaan seorang pemimpin atau seseorang yang mempunyai wewenang mengatur

dan sekaligus membawahi individu lainnya (tetapi bukan berarti seperti keberadaan
atasan dan bawahan).
Demikian juga dengan sebuah keluarga, karena yang dinamakan keluarga
adalah minimal terdiri atas seorang suami dan seorang istri yang selanjutnya muncul
adanya anak atau anak-anak dan seterusnya. Maka, sudah semestinya di dalam sebuah
keluarga juga dibutuhkan adanya seorang pemimpin keluarga yang tugasnya
membimbing dan mengarahkan sekaligus mencukupi kebutuhan baik itu kebutuhan
yang sifatnya dhohir maupun yang sifatnya batiniyah di dalam rumah tangga tersebut
supaya terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Di dalam alQur’ān disebutkan bahwa suami atau ayahlah yang mempuyai tugas memimipin
keluarganya karena laki-laki adalah seorang pemimpin bagi perempuan. Seperti yang
terungkap dalam Al-Qur’an sebagai berikut.
‫ألنرجال قنوامون علىالننسآء‬.
“laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan”
Sehingga laki-laki memiliki amanah kepemimpinan yang lebih dari perempuan.
b. Pengertian Institusi
Kata institusi dapat diartikan sebagai norma atau aturan. Kata lain dari
institusi adalah pranata. Banyak orang yang menyamakan lembaga dan institusi
padahal keduanya berbeda. Pranata atau institusi adalah sistem norma yang berupa
aturan-aturan khusus mengatur aktivitas manusia, yang dibentuk dalam rangka
memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia di masyarakat. Jadi pranata itu

menunjukkan pada sistem norma. Sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau
organisasi yang melaksanakan aktivitas manusia. Jadi lembaga merupakan
wujud/bentuk nyata dari sistem norma/pranata.
Institusi dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :3


Institusi formal adalah suatu institusi yang dibentuk oleh pemerintah atau oleh
swasta yang mendapat pengukuhan secara resmi serta mempunyai aturanaturan tertulis/ resmi. Institusi formal dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

2 Ibid
3 Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pradya
Pramitra, 1997) hlm. 89

2



Institusi pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
berdasarkan suatu kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan pada suatu
peraturan perundang-undangan melakukan kegiatan untuk meningkatkan

pelayanan masyarakat dan meningkatkan taraf kehidupan kebahagiaan
kesejahteraan masyarakat. Institusi Pemerintah atau Lembaga Pemerintah
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
o Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh seorang menteri.



Lembaga pemerintah yang tidak dipimpin oleh seorang menteri, dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden (disebut Lembaga Pemerintah
Non-Departemen). Institusi swasta adalah institusi yang dibentuk oleh swasta
(organisasi swasta) karena adanya motivasi atau dorongan tertentu yang
didasarkan atas suatu peraturan perundang-undangan tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Institusi atau lembaga ini secara sadar dan ikhlas
melakukan kegiatan untuk ikut serta memberikan pelayanan masyarakat
dalam bidang tertentu sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.



Institusi non-formal adalah suatu institusi yang tumbuh dimasyarakat karena

masyarakat membutuhkannya sebagai wadah untuk menampung aspirasi
mereka. Ciri-ciri institusi non-formal antara lain:
1. Tumbuh di dalam masyarakat karena masyarakat membentuknya,
sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka.
2. Lingkup kerjanya, baik wilayah maupun kegiatannya sangat terbatas.
3. Lebih bersifat sosial karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan
para anggota.
4. Pada umumnya tidak mempunyai aturan-aturan formal (Tanpa
anggaran dasar/Anggaran rumah tangga).
Sedangkan institusi biasanya disebut sebagai pranata sosial adapun pengertian

menurut para ahli sebagai berikut:


Menurut Roucek dan Warren
Pranata sosial ialah pola-pola yang telah mempunyai suatu kedudukan tetap
maupun pasti

untuk


dapat

mempertemukan

bermacam-macam

kebutuhan pada manusia yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dengan cara

3

mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah tidak bisa dipungkiri lagi,
untuk dapat memenuhi konsep kesejahteraan masyarakat dan juga
menghasilkan suatu struktur.


Menurut Mayor Polak:

“Pranata sosial ialah suatu kompleks maupun sistem peraturan-peraturan dan juga
adat istiadat yang dapat mempertahankan nilai- nilai penting.”



Menurut Soerjono Soekanto

“ ialah himpunan dari norma dan perilaku dari segala tindakan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan bermasyarakat.”


Menurut Kentjaraningrat

“Pranata sosial ialah satu sistem tata kelakuan dan juga hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk dapat memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus didalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial pada awalnya
ialah bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini perlu dalam keteraturan, sehingga pada
akhirnya akan diperlukan adanya norma-norma yang dapat menjamin keteraturan
tersebut. Norma-norma tersebut, pada akhirnya berkembang dan akan menjadi
pranata sosial yang pada dasarnya diciptakan untuk dapat memenuhi kebutuhankebutuhan manusia.”


Menurut R.M. Mac Iver dan CH.

“Pranata sosial ialah bentuk-bentuk maupun kondisi-kondisi prosedur yang
mapan, yang akan menjadi karakteristik bagi aktivitas dalam kelompok.
Kelompok yang akana melaksanakan patokan-patokan tersebut dikenal
dengan asosiasi.4



Menurut Alvin L. Bertand :
“Pranata sosial pada hakikatnya ialah suatu kumpulan dari norma sosial
(struktur-stuktur sosial) yang telah ada dan diciptakan untuk bisa
melaksanakan fungsi dalam masyarakat. Pranata-pranata tersebut akan
meliputi antara lain norma dan juga bukan norma yang berdiri sendiri.”5



Menurut Summer
“Melihat dari sudut kebudayaan , Summer mengartikan pranata sosial ialah
sebagai perbuatan, cita-cita, sikap, dan juga perlengkapan kebudayaan, yang
mempunyai sifat kekal dan juga yang bertujuan untuk dapat memenuhi


4 Wikipedia
5 Ibid

4

kebutuhan-kebutuhan

dalam

masyarakat.

yang

berguana untuk

dapat

menciptakan keteraturan dan juga integrasi dalam masyarakat.”6



Menurut Leopold von Wiese dan Howord Becker:
pranata sosial ialah suatu jaringan dari proses-proses hubungan antara
manusia dan juga antara kelompok manusia yang berguna untuk dapat
memelihara hubungan-hubungan dan juga serta pola-polanya yang sesuai
dengan kepentingan-kepentingan manusia dan juga kelompok.7



Selo Sormadjan dan Soelaeman Soemardi :

“ialah semua norma-norma dari segala tingkat dan juga yang berkisar pada suatu
keperluan pokok didalam kehidupan masyarakat yang merupakan suatu kelompok
yang diberi nama ialah sebagai lembaga kemasyarakatan.”
c. Pengertian Pendidikan Dasar
Menutut Poerwadarminta istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan” (hal, cara,
dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu
“paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan
dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan. 8
Dalam

perkembangannya

istilah

pendidikan

berarti

bimbingan

atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
kearah dewasa.
Di bawah ini beberapa rumusan para ahli tentang pengertian pendidikan : 9
- Hasan Langgulung (1985:3) menyebutkan bahwa:”pendidikan dalam arti luas
bermakna merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat”.
6 M Husaini, M Noor. HS. Himpunan Istialah Psikologi,(Jakarta: Mutiara, 1978), hlm. 98
7 Ibid
8 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
9

5

- Zuhairini, dkk (1992:149) menyebutkan “pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup”.
- H.M Arifin (1993:11) menyebutkan “pendidikan sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniyah juga
berlangsung secara bertahap”.
- Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa:”pendidikan adalah bimbingan
dan pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
menuju terbentuknya kepribdian yang utama”.
- Ahmad Tafsir (1990:6) menawarkan definisi pendidikan sebagai berikut, yakni
“pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dari segala aspeknya”.
Sedangkan kata dasar biasa diartikan dengan asas, landasan, pegangan, dan
aturan yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Sehingga pendidikan dasar
dapat diartikan sebagai Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar
bagi jenjang pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6
tahun.
d. Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan Dasar
- Pendidikan dari orang tua
Allah pernah menjelaskan dalam firmannya bahwa yang akan dimintai
pertanggungjawaban keadaan anak-anak adalah sosok orang-orang yang ada
disekitar, Allah akan mengutuk orang-orang yang meninggalkan generasi berikutnya
dengan keadaan yang buruk. Disinilah pentingnya kita harus menanamkan
pendidikan islam sejak masa usia dini hingga remaja, mulai dari menanamkan nilainilai ketauhidtan dahulu dalam surat al Lukman dijelaskan
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”(QS:Lukman:13)
Pendidikan pertama yang diajarkan kepada anaknya yaitu tentang keesaan
kepada Allah swt, karena pendidikan manusia hakikatnya adalah mengenalkan siapa
dirinya, ataupun bisa disebut dengan memanusiakan manusia. Mengajarkan hamba
hakikat manusia hanyalah sebagai hamba Allah dan khalifah Allah. Salah satu ayat
yang menjelaskan pentingnya pendidikan islam dalam surat al Lukman ayat 17
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa

6

yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).
Sejak anak baru lahir dengan kondisi lemah dan polos anak perlu dibimbing
dan diarahkan untuk menuju kedewasaan yang sesuai dengan islam sadangkan ketika
remaja adalah fase mengambil keputusan sendiri. Anak remaja cenderung menentang
dominasi orangtuanya dan mengungkapkan pendapat yang berbeda dari pendapat
mereka.10 Ada keadaan secara fitrah manusia masa usia dini sekitar usia 0-12 tahun
dan usia remaja 12 keatas mengalami dua keadaan yang berbeda perubahanperuabahan yang dialami masa remaja lebih kompleks jika dibandingkan dengan
masa dini, hal ini pasti sangat berbeda menanamkan pendidikan islam kepada anak
usia dini dan anak usia remaja. Sehingga dalam makalah akan dibahas mengenai
bagaimana keadaan secara fitrah manusia anak baru dilahirkan hingga mengalami
mas remaja, baik itu dilihat dari kebutuhan-kebutuhan dari aspek psikis maupun
sosial sosial.
-

Orang tua yang sibuk

Kemudian Islam datang untuk menempatkan kedudukan wanita pada posisi
yang layak, memberikan hak-haknya dengan sempurna tanpa dikurangi sedikitpun.
Islam memuliakan kedudukan kaum wanita, baik sebagai ibu, sebagai anak atau
saudara perempuan, juga sebagai istri. Pada poin yang terakhir ini, yaitu sebagai istri,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan seorang suami untuk menafkahi
istrinya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dari segi makanan,
pakaian, dan sebagainya. Seorang istri berhak mendapatkan apa-apa yang ia butuhkan
dengan cara meminta kepada suaminya dengan cara yang ma’ruf.11
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia menuturkan bahwa Hindun binti ‘Utbah
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang suami yang
pelit. Ia tidak memberikan nafkah yang cukup untukku dan anakku, kecuali apa-apa
yang aku ambil darinya dengan sembunyi-sembunyi“ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ambillah harta yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang
ma’ruf (baik)” (HR. Al Bukhari dalam Shahih-nya (no. 5324), Kitab “an-Nafaqaat”,
Bab “Idzaa lam Yunfiqir Rajulu”; Muslim dalam Shahih-nya (no. 1714), Kitab “alAqdhiyah”, Bab “Qadhiyah Hind”, dari ‘Aisyah)
Di zaman sekarang ini, semakin banyak wanita keluar dari rumahnya untuk
bekerja. Sebagian besar dari mereka bekerja dengan dalih menambah penghasilan
10 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.178.
11 Husein Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 1999), Cet. I, hlm. 3.

7

karena uang bulanan yang diberikan oleh suaminya tidak mencukupi. Persoalan
wanita bekerja di luar rumah atau yang populer disebut wanita karir memang masih
ramai dibicarakan. Ada yang menerima dan ada yang menolak.12
Islam mengatur semua hal, bahkan hal kecil sekalipun, apalagi soal harkat dan
martabat wanita. Dalam Islam, wanita sangat dimuliakan. Sebelum datangnya Islam,
wanita diperlakukan semena-mena. Pada masa jahiliyah, bayi perempuan dikubur
hidup-hidup karena diapandang bahwa wanita hanya akan menyusahkan.
(٩ )

‫ولإ ٮ ل‬
‫(ب ٮأ لىى ذ لن بنبب قست ٮل لتت‬٨) ‫سٮ ٮل لتت‬
‫موتسءۥد لة س س‬
‫ذا ٱلت ل‬

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh.” [Q.s At-Takwir: 8-9]
Dalam masyarakat Yunani, wanita dipandang sebagai barang yang dapat
diperjual- belikan. Dalam masyarakat Hindu, bahkan wanita disamakan dengan
makhluk jelata yang setingkat dengan kasta hewan.
Kemudian Islam datang untuk menempatkan kedudukan wanita pada posisi
yang layak, memberikan hak-haknya dengan sempurna tanpa dikurangi sedikitpun.
Islam memuliakan kedudukan kaum wanita, baik sebagai ibu, sebagai anak atau
saudara perempuan, juga sebagai istri. Pada poin yang terakhir ini, yaitu sebagai istri,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan seorang suami untuk menafkahi
istrinya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dari segi makanan,
pakaian, dan sebagainya. Seorang istri berhak mendapatkan apa-apa yang ia butuhkan
dengan cara meminta kepada suaminya dengan cara yang ma’ruf.13
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia menuturkan bahwa Hindun binti ‘Utbah
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang suami yang
pelit. Ia tidak memberikan nafkah yang cukup untukku dan anakku, kecuali apa-apa
yang aku ambil darinya dengan sembunyi-sembunyi“ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ambillah harta yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang
ma’ruf (baik)” (HR. Al Bukhari dalam Shahih-nya (no. 5324), Kitab “an-Nafaqaat”,
Bab “Idzaa lam Yunfiqir Rajulu”; Muslim dalam Shahih-nya (no. 1714), Kitab “alAqdhiyah”, Bab “Qadhiyah Hind”, dari ‘Aisyah)
Namun, Islam agama yang sempurna adakalanya wanita dibutuhkan
kehadirannya di luar. Atau mungkin mereka membutuhkan sesuatu yang harus

12 Ibid
13 Haya Binti Mubarok Al Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah, 1422), hlm.
264.

8

didapat dengan cara keluar dari rumahnya. Jika wanita mesti keluar rumah untuk
bekerja, maka hal-hal berikut yang mesti diperhatikan:14


Mendapatkan izin dari walinya
Wali adalah kerabat seorang wanita yang mencakup sisi nasabiyah (garis
keturunan, seperti dalam An Nuur:31), sisi sababiyah (tali pernikahan, yaitu
suami), sisi ulul arham (kerabat jauh, yaitu saudara laki-laki seibu dan paman
kandung dari pihak ibu serta keturunan laki-laki dari keduanya), dan sisi
pemimpin (yaitu hakim dalam pernikahan atau yang mempunyai wewenang
seperti hakim). Jika wanita tersebut sudah menikah, maka harus mendapat izin
dari suaminya.



Berpakaian secara syar’i
Syarat pakaian syar’i yaitu menutup seluruh tubuh selain bagian yang
dikecualikan (wajah dan telapak tangan, -ed), tebal dan tidak transparan,
longgar dan tidak ketat, tidak berwarna mencolok (yang menggoda), dan tidak
memakai wewangian.



Aman dari fitnah
Yang dimaksud aman dari fitnah adalah wanita tersebut sejak menginjakkan
kaki keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah, mereka terjaga agamanya,
kehormatannya, serta kesucian dirinya.Untuk menjaga hal-hal tersebut, Islam
memerintahkan wanita yang keluar rumah untuk menghindari khalwat
(berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, tanpa ditemani mahramnya),
ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita tanpa dipisahkan oleh tabir),
menjaga sikap dan tutur kata (tidak melembutkan suara, menundukkan
pandangan, serta berjalan dengan sewajarnya, tidak berlenggak-lenggok).15



Adanya mahram ketika melakukan safar
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang
wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama mahramnya.” [HR.
Bukhari dalan Shahihnya (no. 1862), Kitab “Jazaa-ush Shaid”, Bab “Hajjun
Nisaa’”; Muslim (no. 1341), Kitab “al-Hajj”, Bab “Safarul Mar-ah ma’a
Mahramin ilal hajji wa Ghairihi”, dari Ibnu ‘Abbas]
Dari ulasan di atas, tetaplah sebaik-baik tempat wanita adalah di rumahnya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫جاَه ٮل ٮي يةٮ ا ل س‬
َ‫لوللى‬
‫ج ال ل ل‬
‫ن ت لب لرر ل‬
‫ن وللل ت لب لير ل‬
‫ولقللر ل‬
‫ج ل‬
‫ن ٮفيِ ب سسيوُت ٮك س ي‬
14 Ibid
15 Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian dan Jender,
1999), hlm. 27.

9

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah hendaklah wanita berdiam di
rumahnya dan tidak keluar kecuali jika ada kebutuhan. Sehingga jika ada pekerjaan
bagi wanita yang bisa dikerjakan di rumah, itu tentu lebih layak dan lebih baik. Dan
perlu ditekankan kewajiban mencari nafkah bukanlah jadi tuntutan bagi
wanita.16Namun prialah yang diharuskan demikian. Inilah yang Allah perintahkan,
Allah Ta’ala berfirman,

‫ل‬
‫فقل س‬
‫فقل ٮ‬
‫ه فلل لي سن ل ٮ‬
‫سعلةة ٮ‬
‫ل ٮي سن ل ٮ‬
‫ن ل‬
‫ذو ل‬
‫ماَ آلتاَه س‬
‫م ي‬
‫ن قسد ٮلر ع لل لي لهٮ رٮلزقس س‬
‫سعلت ٮهٮ ول ل‬
‫م ل‬
‫م ل‬
َ‫ها‬
‫ماَ آ للتاَ ل‬
‫ه لل ي سك لل ى س‬
‫ه ن لفل س‬
‫ساَ إ ٮيل ل‬
‫ف الل ي س‬
‫الل ي س‬
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).
e. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Anak
Rasulullah pernah bersabda"Apabila Allah menghendaki, maka rumah tangga
yang Bahagia itu akan diberikan kecenderungan senang mempelajari ilmu- ilmu
agama, yang muda-muda menghormati yang tua-tua, harmonis dalam kehidupan,
hemat dan hidup sederhana, menyadari cacat-cacat mereka dan melakukan taubat."
(HR Dailami dari Abas ra)
Menurut hadist Rasulullah SAW, yang dilansir di awal tulisan ini, paling tidak ada
lima syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan suami istri:17
-

Pertama Harus banyak mempelajari ilmu-ilmu agama. Faktor ajaran
Islam memegang peranan penting karena ajaran agama (Islam) ini
merupakan petunjuk untuk membedakan antara yang hak dan batil, antara
yang menguntungkan dan merugikan, yang pada gilirannya merupakan
pegangan dalam meniti kehidupan berkeluarga.
Salah satu contoh ajaran Islam, walaupun seorang laki-laki dan perempuan
sudah membina rumah tangga, harus tetap berbakti kepada kedua orangtua
kedua belah pihak sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini: "Ridho
Allah tergantung kepada keridhaan orang tuanya dan murka Allah juga
diakibatkan kemurkaan orang tuanya."

hlm. 23.

16 HAMKA, Tafsir Al-Azhar,(Singapura: Pustaka Nasional, Pte.Ltd, 1999), cet. III, hlm. 7205.
17 Siti Meichati, Kepribadian Mulai Berkembang di dalam Keluarga, (Semarang: tp, 1976),

10

Berbakti kepada orang tua bukan cuma memberikan material semata,
tetapi banyak cara termasuk berbakti kepada mereka yang sudah
meninggal dunia dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT memohon
keselamatan dan ampunan bagi mereka.
Pihak keluarga muslim yang bahagia adalah ketakwaan kepada Allah
SWT yang didirikan berdasarkan ilmu keagamaan. Dengan pilar ini maka
semua kekurangan akan dapat dilengkapi. Dia juga pematri pemandu hati,
pembina watak dan pembersih jiwa. Dengan ketakwaan juga dia akan
menjadi kompas penunjuk hak dan pengikat kewajiban dan dia pulalah
pemudah semua kesulitan dan penangkal segala kejahatan. Takwa juga
akan menjadi pemacu segala kebajikan dan pemersatu segala perbedaan.
- Kedua. Akhlak dan Kesopanan. Di dalam rumah tangga yang bahagia
sudah terjalin hubungan harmonis antara sesama keluarga. Mereka yang
muda menghormati yang tua, begitu juga sebaliknya yang tua menghargai
dan mencintai yang muda. Sikap saling menghormati dan menyayangi
dalam keluarga ini digariskan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW:
"Tidaklah termasuk umatku orang-orang yang tidak menghormati orang
tua dan orang yang tidak menyayangi orang-orang kecil/muda."
- Ketiga. Etika Pergaulan. Dalam rumah tangga yang bahagia akan
tercermin melalui keharmonisan antara sesama anggota keluarga. Masingmasing anggota keluarga dapat menempatkan diri dan menjalankan
tugasnya

masing-masing

dengan

penuh

tanggung

jawab.

Suami

bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anak, sedangkan isteri tidak
membuat kebijakan tanpa sepengetahuan suami. Demikian pula anak-anak
selalu mematuhi kehendak orang tuanya. Dalam rumah tangga yang
bahagia tidak ada perasaan saling mencurigai dan saling salah
menyalahkan.
- Keempat. Hemat dan Hidup Sederhana. Rumah tangga yang serba
berkecukupan dengan harta benda yang melimpah belum menjamin
penghuninya berbahagia. Malahan dengan harta melimpah disertai
kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang luas sering menimbulkan
persoalan yang tiada henti.
Di dalam keluarga harmonis anak akan belajar selalu mengucap syukur.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis akan merasakan kasih
sayang dari kedua orangtuanya secara penuh, hal inilah yang mendasari anak untuk

11

selalu mengucap syukur sebab ia sadar di luar sana banyak anak tidak beruntung
seperti dirinya.
Di dalam keluarga harmonis anak akan mudah bersosialisasi. Mayoritas anak
belajar melalui cara inisiasi atau mencontoh. Ketika kedua orangtua hidup rukun,
maka dengan sendirinya anak akan belajar arti persahabatan. Dalam kehidupan
bermasyarakat pun anak tidak akan mengalami kesulitan berarti, karena apa yang ia
pelajari di dalam rumah itu pula yang akan ia terapkan.
Di dalam keluarga harmonis anak belajar untuk tidak merasa khawatir dengan
kehidupan. Dengan dukungan dari kedua orangtua yang sangat mengasihinya anak
akan mampu mengembangkan rasa percaya diri, sehingga ia tidak akan terlalu
khawatir untuk menghadapi masa depannya. Tidak hanya itu, melalui teladan
kesalehan dari orangtua mereka juga akan belajar lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, sehingga kehidupan rohaninya tetap terjaga.18
Anak-anak yang dibesarkan dengan suasana harmonis umumnya akan tumbuh
dengan memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spritual yang lebih baik.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut pada akhirnya akan membuat anak mampu bersaing
baik di sekolah maupun dalam kegiatan informal.19
Di dalam keluarga harmonis anak tidak mengalami krisis kasih saying.
Orangtua yang saling mengasihi imbasnya akan dirasakan oleh seluruh anggota
keluarga, di mana keharmonisan akan tercipta dan kasih sayang sebagai keluarga
terbina. Anak-anak yang tumbuh dengan kondisi keluarga demikian tidak akan
mengalami krisis kasih sayang, sehingga kehidupan mereka akan sangat bahagia dan
jauh dari perbuatan-perbuatan merugikan.20
Di dalam keluarga harmonis kesehatan anak terjamin tidak perlu diragukan
lagi anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis tidak akan sampai ditelantarkan,
imbasnya kesehatan anak akan selalu terjamin karena orangtua yang peduli.
Keharmonisan keluarga memiliki peran sangat penting dalam upaya mengembangkan
kepribadian seorang anak. Maka dari itu, sebagai orangtua persiapkanlah diri Anda
dengan sebaik mungkin agar mampu menjawab kebutuhan buah hati akan kasih
sayang. Tidak ada seorang pun orangtua yang sempurna, tetapi sejauh Anda mau
berusaha yakinlah tidak ada yang mustahil yang tidak bisa Anda capai.
f. Anak Sholeh dan sholehah
18 Hanna Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, (Yogyakarta: Pestaka Pelajar,
1995), hlm. 190.
19 Muhlisin, Pendidikan Bernasis Keluarga (Studi Tentang Pendidikan Luqman Hakim), (Semarang:
Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2002), hlm. 17.
20 Siti Meichati, Kepribadian Mulai Berkembang di dalam Keluarga, (Semarang: tp, 1976), hlm.
23.

12

11 ciri anak sholeh & sholehah dalam Agama Islam:
1. Cinta kepada Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan
tidak beribadah kepada selainNya seperti beribadah kepada Nyi Roro Kidul, Kerbau,
Kuburan orang sholeh ,Matahari, Dewa-Dewi, Batu, Pohon-pohon besar, patung dan
lain sebagainya. Ingat dosa syirik tidak akan terampuni sebelum taubatan nashuha.21
2. Cinta Rasulullah Muhammad SAW sebagai Nabi utusan Allah dengan mematuhi
perintahnya dan menjauhi apa yang dilarangnya, serta percaya dengan risalah yang
dibawanya yaitu hadits atau As-Sunnah. Genggam terus syariat islam ya, meski bagai
menggenggam bara api. Ini merupakan sikap mental yang penting agar bisa menjadi
anak sholeh dan sholehah.22
3. Cinta Al-Qur’an, dengan selalu membacanya, menerapkan hukum-hukum yang
terkandung di dalam Al Quran, kemudian senantiasa muroja’ah berusaha
menghafalnya dan karena orang yang menjaganya akan mendapatkan syafaat atau
pertolongan kelak di hari kiamat atau hari pembalasan.
4. Cinta kepada sahabat-sahabat Muhammad SAW yang turut membela dan
memperjuangkan Islam disisi Rasulullah SAW dengan tidak membenci mereka
ataupun mencaci mereka.
5. Cinta kepada Keluarga Rasulullah yang turut berjuang bersama Rasulullah
Muhammad SAW menyebarkan Islam ke seluruh negeri dan cinta kepada orangorang yang selalu mengikuti jalan Rasulullah SAW, termasuk juga para alim ulama
seperti Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah dan ulama lain
yang istiqomah dalam haq. Hafidz Muda yang bisa dijadikan teladan ciri anak sholeh
& sholehah dalam Agama Islam.23
6. Mendakwahkan Islam, apapun profesi kita jangan lupakan berdakwah, selain
pahalanya besar dakwah juga akan membuat agama Islam ini terus berkembang,
terlebih lagi dakwah untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupan adik-adik. Ciri
anak sholeh dan sholehah ini sangat penting, karena dakwah selain sebuah kewajiban
juga merupakan salah satu cara penyebaran agama Islam.24
7. Mengerjakan Sholat lima waktu dengan tidak sekalipun meninggalkannya serta
mengerjakan sholat-sholat sunnah, bagi anak laki-laki berjama’ah di Masjid dan anak
perempuan sholat di rumah mereka tepat pada waktunya.25
21 Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), hlm.178
22 Ibid
23 M. Nipon Abdullah Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001),
hlm. 87.
24 Ibid

13

8. Suka dengan masjid, karena masjid adalah rumah Allah dengan menjaga
kebersihannya, tidak membuat keributan di dalamnya serta tidak bercanda atau
tertawa ketika sholat karena cinta mereka kepada Allah dan menghargai rumah
Allah.26
9. Berbakti kepada kedua orang tua, dengan mematuhi perintahnya, tidak menyakiti
hati mereka, selalu berbuat baik kepada mereka, berusaha menyenangkan hati orang
tua dan tidak menyusahkan atau membandel terhadap keduanya.27
10. Menyayangi saudara, adik-kakak, kakek-nenek, paman-bibi, tetangga dan seluruh
kaum muslimin di seluruh dunia. Ingat kita bagaikan satu tubuh, yang satu sakit yang
lain ikut merasakan sakit.
11. Cinta dan sayang kepada fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, dengan
memberikan bantuan sesuai dengan keperluan mereka dan peduli serta tidak
mencemooh atau mengolok-olok mereka sebab mereka adalah juga hamba Allah,
menyumbang untuk anak yatim, mejenguk mereka saat sakit, baik di rumah sakit atau
saat sudah dirumah dan berbagai aktivitas lain.
Untuk referensi tambahan mengenai ciri anak sholeh dan sholehah dalam Islam,
agaknya kita perlu mentadaburi kembali surat Luqman dari ayat 12 sd 19. Luqman
memang bukan nabi dan rasul, namun hikmah yang Allah karuniakan sungguh layak
kita teladani. Insyaa Allah ada banyak pelajaran mendidik anak islami dari sana.
Terjemah Surat Luqman Ayat 12-13
12. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah
kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Terjemah Surat Luqman Ayat 14-15
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
25 M. Nipon Abdullah Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001),
hlm. 89
26 Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh (Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam
Keluarga), (Bandung: al Bayan, 1998), Cet. VI, hlm. 38.
27 Ibid

14

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka
akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Terjemah Surat Luqman Ayat 16-19
16. (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti.
17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang
ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang sombong dan membanggakan diri.
19. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Kesembilan belas ciri anak sholeh diatas mengingatkan anak merupakan
amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga
cahaya mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adalah generasi mendatang
yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.
Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua

g. Dampak Keluarga Broken Home Pada Perkembangan Anak
1. Perkembangan Emosi
Menurut Hather Sall “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan
pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian
adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu.
Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak. Adapun
dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja
menurut Wilson Madeah adalah: Perceraian orang tua membuat temperamen anak
terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu
membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari
perhatian orang tua/orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang
tumpang dan kurang serasi. Sedangkan menurut Hetherington “Peristiwa perceraian
itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”.

15

Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika peristiwa
perceraian dialami oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan
remaja merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan
ini. Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan
mudah terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock “Hubungan antara kedua
orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan
emosi marah”. 28
Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karena
keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman
dan kurang bahagia.
2. Perkembangan Sosial Remaja
Menurut Brim Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan
seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak
keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja menurut Sunggih D
Gunawan adalah: Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan infenority
terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk
meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.29
Sedangkan Willson Nadeeh menyatakan bahwa: Anak sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri
anak tersebut.30
Dampak bagi remaja putri menurut Hethagton menyatakan bahwa: Remaja
putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim
terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang
kedua terlalu aktif, agresif dan genit.31
Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial
remaja karena dari keluarga remaja menampilkan bagaimana cara bergaul dengan
teman dan masyarakat.
3. Perkembangan Kepribadian

28 M. Arif Hakim, Mendidik Anak Secara Bijak (Panduan Keluarga Muslim Modern), (Bandung:
Marja’, 2002), hlm. 25.
29 Ibid hlm 28
30 Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga,
(Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1995), hlm. 30.
31 Ibid

16

Perceraian

ternyata

memberikan

dampak

kurang

baik

terhadap

perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan Haller yaitu bahwa remaja
yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a. Berperilaku nakal.
b. Mengalami depresi.
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif.
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang.32
Keadaan keluarga yang tidak harmonis tidak stabil atau berantakan (broken
home) merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak
sehat. Perilaku menyimpang pada diri remaja dapat terjadi oleh beberapa faktor, salah
satunya “Apabila ada satu atau lebih kebutuhan dasar manusia itu tidak terpenuhi
maka akan terjadi prilaku menyimpang dan merugikan diri remaja itu sendiri maupun
orang lain
h.

Menanamkan Pendidikan Dasar Yang Kokoh Sejak Dini
Rafi’ ra. meriwayatkan bahwa aku melihat Rasulullah saw. menyerukan

adzan ke telinga Hasan bin Ali ketika ia baru saja dilahirkan oleh Fathimah ra.”
(HR. Tirmidzi).
Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan aqidah sejak dini kepada anak.
Panca indera yang pertama kali berfungsi pada bayi adalah indra pendengaran. Meski
bayi baru dilahirkan, tetapi ia sudah bisa mendengar suara. Bahkan, sejak dalam
kandungan pun sebenarnya indra pendengaran bayi sudah berfungsi.33
Bayi sudah bisa menangkap suara-suara tertentu sejak masih dalam
kandungan ibunya. Karena itu, ketika bayi lahir, Islam mengajarkan kepada umatnya
agar menyerukan adzan dan iqamah di telinga bayi. Dengan demikian, kalimat yang
pertama didengar oleh bayi adalah kalimat tauhid.34
Islam yang paling fundamental adalah tauhid atau aqidah. Mengumandangkan
adzan dan iqamah pada bayi adalah upaya menanamkan fondasi tauhid yang kuat
pada anak. Selanjutnya, fondasi tauhid ini harus dibangun menjadi bangunan tauhid
yang kokoh seiring dengan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, ketika tumbuh
remaja dan dewasa, anak memiliki bangunan tauhid yang kokoh. Ia tidak terombang
ambing oleh bentuk-bentuk kemusyrikan yang membinasakan.35

32 Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga,
(Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1995), hlm. 45
33 HAMKA, Tafsir Al-Azhar,(Singapura: Pustaka Nasional, Pte.Ltd, 1999), cet. III, hlm. 7507.
34 Ibid
35 Baqir Sharif al qarasi, Seni Mendidik Islami, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Cet. I, hlm. 57.

17

Mari kita belajar kepada Luqman. Bagaimana Luqman menanamkan tauhid
sejak dini kepada anak-anaknya. Demikian salehnya sosok Luqman, baik sebagai
individu maupun sebagai Ayah, sehingga kisahnya diabadikan dalam Alquran.
Alquran menerangkan, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
ketika dia memberikan pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benarbenar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13).
Nabi Ibrahim as. dan Nabi Yaqub as. pun berwasiat kepada anak-anaknya agar
teguh memegang aqidah Islam. Karena, hal ini sangat fundamental. Menentukan
keselamatan dan kebahagiaan hidup di akhirat. Dan, sungguh, kehidupan akhirat
itulah kehidupan sebenarnya dan abadi.
Alquran menerangkan, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ucapan) itu kepada
anak-anaknya, demikian pula Yaqub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah
telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yaqub
ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kamu sembah
sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 132 – 133).
Oleh karena itu, ketika bayi Anda lahir, segera sambut dengan menyerukan
adzan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya dengan penuh
kekhusyukkan. Mudah-mudahan bayi Anda kelak tumbuh menjadi anak saleh dan
salehah yang memiliki tauhid yang kokoh.
Selain itu, Rasulullah saw. juga mengajarkan kepada umatnya agar berdoa
memohonkan perlindungan kepada Allah bagi bayi Anda agar dilindungi dari
gangguan setan yang terkutuk. Saat bayi dari seorang muslim terlahir, sudah pasti
setan akan berusaha menanamkan pengaruhnya. Ia akan mengganggu bayi itu.
Karena itulah, penting bagi setiap orangtua mendoakan bayinya. Abdullah ibnu Abbas
meriwayatkan bahwa ketika Hasan dan Husain lahir, Rasulullah saw. memanjatkan
doa kepada Allah memohon perlindungan bagi kedua cucunya dengan doa berikut ini.

‫شي ل ل‬
‫ن كس ى‬
‫ن كس ى‬
‫ل ل‬
‫ن‬
‫ن ول ل‬
‫أس ٮ‬
‫مةة ول ٮ‬
‫مةٮ ٮ‬
‫ماَ ٮ‬
‫هاَ ي‬
‫ت اللهٮ اليتاَ ي‬
‫ماَ ب ٮك لل ٮ ل‬
‫عي لذ س ك س ل‬
‫م ل‬
‫طاَ ة‬
‫م ل‬
‫ل ع لي ل ة‬
‫مة ة‬
‫ل ل ي‬.

“Aku mohonkan perlindungan bagi kamu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari setiap setan, jiwa yang jahat, dan dari setiap mata yang
memperdaya.”

18

Kemudian, Rasulullah saw. bersabda,

‫ذا ل‬
‫عي ل ل‬
‫ههك ل ل‬.
‫حاَقل‬
‫ماَ ٮ‬
‫س ل‬
‫كاَ ل‬
‫ل ولا ٮ ل‬
‫م ي سعلوُىذ س ا ٮ ل‬
‫س ل‬
‫ن ا لٮبيِ ا ٮب للراه ٮي ل س‬
“Demikianlah bapakku, Ibrahim, memanjatkan doa perlindungan bagi Ismail dan
Ishak.” (HR. Bukhari dan Muslim).36
Oleh karena itu, mari kita berdoa kepada Allah memohon perlindungan-Nya
agar anak-anak kita dilindungi dari godaan dan tipu daya setan yang terkutuk.
Karena, Allah-lah Tuhan semesta alam yang menguasai seluruh makhluk. Allah-lah
sebaik-baik pelindung dan penjaga. Semoga anak-anak kita tumbuh dan berkembang
menjadi anak-anak saleh dan salehah, penyejuk mata bagi orangtuanya, dan
senantiasa mendoakan orangtuanya. Aamin.
KESIMPULAN
Sejak lahir, setiap insan memiliki hak dan kewajibannya masing – masing
yang dianugrahkan Allah swt. sejak masih di dalam perut kandungan. Agama islam
telah menyediakan berbagai tuntunan kehidupan, seperti halnya berkehidupan rumah
tangga. Agar kehidupan rumah tangga berjalan dengan baik, anak dan orang tua harus
menjalankan kewajibannya masing-masing dan menyesuaikan haknya. Islam telah
menata itu semua dengan baik dan sesuai.
Anak adalah amanah dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan
amanah dengan sebaik-baiknya. Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan
amanat yang diberikan kepada kita.
Semua

anak

dilahirkan

diatas

fitrah,

orang

tuanya-lah

yang

menjadikannya yahudi atau nashrani atau majusi. Dan barang siapa yang tidak
menempati amanahnya, maka Allah akan mengazabnya di akhirat nanti
DAFTAR PUSTAKA
Heri Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani,
2000)
Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Pradya Pramitra, 1997)
M Husaini, M Noor. HS. Himpunan Istialah Psikologi,(Jakarta: Mutiara, 1978)
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.178.
Husein Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 1999)
36 Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Terjemah. Tafsir Al-Maraghi, (28), (Semarang: CV. Toha

Putra, 1989), cet. I, hlm. 261-262.

19

Haya Binti Mubarok Al Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,
1422)
Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian
dan Jender, 1999)
HAMKA, Tafsir Al-Azhar,(Singapura: Pustaka Nasional, Pte.Ltd, 1999)
Siti Meichati, Kepribadian Mulai Berkembang di dalam Keluarga, (Semarang: tp,
1976)
Hanna Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, (Yogyakarta: Pestaka
Pelajar, 1995)
Muhlisin, Pendidikan Bernasis Keluarga (Studi Tentang Pendidikan Luqman Hakim),
(Semarang: Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2002)
Siti Meichati, Kepribadian Mulai Berkembang di dalam Keluarga, (Semarang: tp,
1976)
Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2001)
M. Nipon Abdullah Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Jakarta: Pustaka Amani,
2001)
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh (Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam
Keluarga), (Bandung: al Bayan, 1998)
M. Arif Hakim, Mendidik Anak Secara Bijak (Panduan Keluarga Muslim Modern),
(Bandung: Marja’, 2002)
Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan
Keluarga, (Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1995)
Baqir Sharif al qarasi, Seni Mendidik Islami, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Cet. I,
Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Terjemah. Tafsir Al-Maraghi, (28), (Semarang: CV.
Toha Putra, 1989)

20