RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK PENGANTAR TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

TANTI ANIFAH

C0608010

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

Disusun oleh

TANTI ANIFAH

C0608010

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. Edi Wahyono, M.Sn. NIP. 195107121982031001

Pembimbing II

Novita Wahyuningsih, S.Sn NIP. 197907122005012002

Mengetahui Ketua Jurusan Seni Rupa Murni

BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

Disusun Oleh :

TANTI ANIFAH

C0608010

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal ……………………..

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua :

Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn.

Desi Nurcahyanti, S.Sn, M.Hum.

NIP. 198412012009122007

Penguji I :

Drs. Edi Wahyono, M.Sn.

NIP. 195107121982031001

Penguji II :

Novita Wahyuningsih, S.Sn.

NIP. 197907122005012002

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERNYATAAN

Nama : Tanti Anifah NIM : C0608010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul Rasi Bintang

dan Pranata Mangsa sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik

adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Yang membuat pernyataan,

Tanti Anifah

PERSEMBAHAN

Allah SWT., yang telah menciptakan alam semesta.

Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah memberi suri tauladan bagi umat

manusia.

Bapak Ibu dan keluarga tercinta.

MOTTO

“Segala keberhasilan, segala kekayaan berawal dari sebuah pemikiran”.

(Napoleon Hill)

“Semua usaha pasti ada hasilnya”.

(Penulis)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan pada Program Strata-1 jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Pengantar Karya yang telah disusun ini diharapkan dapat membuka wawasan baru terutama bagi penulis dan semua pihak yang terkait. Penulisan Pengantar Karya ini disusun atas masukan, saran, serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed. Ph. D., selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

2. Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Bapak Drs. Edi Wahyono, M.Sn., selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan pengetahuan, pengalaman dan pengarahan tentang seni keramik.

4. Ibu Novita Wahyuningsih, S.Sn, selaku pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan bimbingan dalam proses penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum., selaku Koordinator Tugas Akhir.

7. Bapak, Ibu dan Adik-adikku tercinta, terimakasih atas semua yang diberikan.

8. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim M.Sn, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingannya.

9. Bapak Joko Lulut Amboro, S.Sn, M.Sn, dan Ibu Dona Prawita, S.Sn. M.Hum. selaku dosen praktik studio keramik yang juga selalu mengarahkan dan memberikan saran-sarannya.

10. Sdr. Yudhitira yang selalu sabar menemani dan ikut mengarahkan.

11. Rita dan MAMIWITA group yang setia berteman selama ini.

12. GAPURO dan Sahabat-sahabatku Seni Rupa Murni angkatan 2008, adik-adik dan kakak tingkat tingkat (Dias Tanti, Anjas, Ervan, Kholid dan kawan- kawan)

13. Tak lupa, semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis buat ini masih ada kekurangan. Tetapi niat baik menjadi dasar untuk selalu semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Alhamdulillah. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

4. Penyajian Karya .................................................................... 42

C. Diskripsi Karya ………………………………………………… 43

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 53

B. Saran ............................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ABSTRAK

Tanti Anifah. C0608010. 2012. Rasi Bintang dan Pranata Mangsa sebagai

Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu: (1) Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa? (2) Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim? (3) Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim dalam karya keramik? Tujuan Tugas Akhir ini adalah: (1) Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim. (2) Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan karya tugas akhir. (3) Merumuskan konsep perwujudan karya. Implementasi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah Implementasi Teoritik dan Implementasi Visual. Implementasi Teoritik mencakup tinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi Visual mencakup bahan, konsep bentuk, proses, teknik dan penyajian karya. Dasar pembuatan karya keramik ini adalah pengetahuan tentang rasi bintang dan pranata mangsa untuk dapat dituangkan atau diekspresikan lewat karya dengan media keramik. Karya yang dibuat merupakan perwujudan dari beberapa nama mangsa dan penanda-penanda alam yang mengikutinya. Teknik yang digunakan adalah teknik pijit (pinch) dan cetak tekan, dengan pertimbangan lebih mudah dlam membentuk karya. Dalam pembuatan karya keramik ini, penulis memvisualkan dengan stilasi yaitu menggayakan dan distorsi pada bagian-bagian tertentu.

Kata kunci: rasi bintang; pranata mangsa; keramik; Kata kunci: rasi bintang; pranata mangsa; keramik;

2 3 Teknik yang digunakan adalah teknik pijit (pinch) dan cetak Drs. Edi Wahyono, M.Sn. Novita Wahyuningsih, S.Sn. tekan, dengan pertimbangan lebih mudah dlam membentuk

Tanti Anifah

karya.

ABSTRAK

Dalam pembuatan karya keramik ini, penulis memvisualkan dengan stilasi yaitu menggayakan dan distorsi pada bagian-

2012. Pengantar Karya Tugas Akhir Jurusan Seni Rupa Murni

bagian tertentu.

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu: (1) Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa? (2) Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim? (3) Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim dalam karya keramik? Tujuan Tugas Akhir ini adalah: (1) Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim. (2) Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan karya tugas akhir. (3) Merumuskan konsep perwujudan karya. Implementasi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir

ini adalah Implementasi Teoritik dan Implementasi Visual. Implementasi Teoritik mencakup tinjauan karya secara

teoritik dan konseptual penulis. Implementasi Visual

mencakup bahan, konsep bentuk, proses, teknik dan penyajian karya.

Dasar pembuatan karya keramik ini adalah pengetahuan

tentang rasi bintang dan pranata mangsa untuk dapat

1 Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni dengan NIM C0608010 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia secara geografis merupakan Negara kepulauan yang sering disebut archipelago . Negara yang terdiri darirangkaian kepulauan yang indah terbentang di sepanjang garis khatulistiwa. Wilayahnya beriklim tropis. Dalam satu tahun terjadi pergantian dua musim, yaitu musim penghujan yang dimulai dari bulan Oktober hingga april. Dan musim kemarau yang dimulai dari bulan November hingga Maret. Indonesia memiliki tanah yang subur karena pergantian musim yang berulang secara teratur. Kondisi inilah yang selanjutnya membuat sebagian besar penduduk di Indonesia bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Kehidupan yang berkelanjutan dari generasi kegenerasi muncul beragam tradisi dan budaya.Termasuk di dalamnya adalah adat istiadat.

Petani dan nelayan bekerja sesuai dengan kondisi dan peristiwa alam yang terjadi di dalamnya. Secara sederhana bisa dinyatakan, ketika musim penghujan datang, dapat di anggap sebagai tanda musim tanam bagi para petani. Sedangkan bagi para nelayan didalam kehidupan profesinya, selain menggunakan musim sebagai tanda, mereka juga memanfaatkan fenomena alam yang disebut pasangsurut.

Selain tanda-tanda alam, para petani dan nelayan juga memanfaatkan gejala alam yakni posisi matahari dan jajaran bintang yang juga digunakan sejak zaman dahulu untuk menandai terjadinya pergantian musim. Kemunculnya rasi bintang Selain tanda-tanda alam, para petani dan nelayan juga memanfaatkan gejala alam yakni posisi matahari dan jajaran bintang yang juga digunakan sejak zaman dahulu untuk menandai terjadinya pergantian musim. Kemunculnya rasi bintang

Oleh masyarakat Jawa, setiap rasi bintang memiliki arti sendiri-sendiri. Masyarakat Jawa tidak hanya menggunakan peristiwa rasi bintang saja dalam menentukan musim. Ada beberapa peristiwa alam lain yang menyertai ketika rasi bintang muncul. Misalnya ketika rasi bintang Waluku muncul, akan disertai dengan pohon Asam yang bersemi, Laron-laronmulai berterbangan, Lempuyang dan Kunyit, mulai muncul Rebung. Ketika rasi bintang Lumbung atau Gubuk Penceng muncul, disertai dengan peristiwa angin berhembus dari utara ke selatan, tanaman Ketela mulai menjalar, dan udaranya panas (http://archive69blog.blogspot.com/2011/12/ pranata-mangsa-petani-zaman-baheula . html . ).

Masyarakat Jawa hidup dan bekerja selaras dengan alam. Manusia dan alam memiliki hubungan yang erat yang menurut Anton Bakker bahwa manusia secara objektif tidak hanya merupakan bagian dunia saja, tetapi manusia menguasai dirinya dan korelasinya dengan yang lain yang dihayati dalam dunia. Jadi dunia tidak dapat dipakai tanpa manusia, demikian juga sebaliknya, manusia dan dunia saling mengimplikasikan, saling mengandung (Bakker, 1970:2).

akan terjadi sebuah kebudayaan didalamnya begitu pula sebaliknya, tanpa manusia maka alam tidak akan menciptakan kebudayaan. Sehingga alam menjadi sarana masyarakat menciptakan budaya, sebagai kumpulan gagasan, yang menunjukkan proses penyelidikan terus-menerus bagi landasan tindakan pengetahuan. Alam ini adalah hasil upaya manusia untuk menghubungkan berbagai makna dalam pengalaman, dalam cara meneguhkan pengalaman-pengalaman yang bernilai, serta dengan melakukan penyelidikan dan pengujian untuk menentukan apa yang terbukti yang akan terus bernilai (Laksono, 1997:2).

Melihat keselarasan antara manusia dan alam dalam masyarakat Jawa, maka penulis ingin mengabadikan peristiwa-peristiwa yang terjadi menyertai saat kemunculan rasi bintang tertentu sebagai penanda sebuah musim. Peristiwa-peristiwa alam tersebut, akan diabadikan kedalam karya seni keramik. Dengan media tanah liat penulis dapat menciptakan karya seni keramik tiga dimensional.

B. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis akan membatasi pada kalender musim menurut orang Jawa, atau yang sering disebut sebagai pranata mangsa. Penulis hanya membahas tentang peristiwa-peristiwa alam, khususnya rasi bintang posisi matahari yang dijadikan penanda oleh masyarakat Jawa dalam mengenali musim atau mangsa.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengambil rumusan permasalahan:

1. Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa?

2. Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim?

3. Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim dalam karya keramik?

D. Tujuan Penulisan

Penulis dalam menyusun tulisan ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:

1. Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim.

2. Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan karya Tugas Akhir.

3. Merumuskan konsep perwujudan karya.

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penciptaan karya seni keramik dengan mengambil tema rasi bintang dan pranata mangsa bagi penulis diantaranya adalah:

1. Sebagai pegangan gagasan berkarya keramik dengan konsep “Rasi Bintang dan Pranata Mangsa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan 1. Sebagai pegangan gagasan berkarya keramik dengan konsep “Rasi Bintang dan Pranata Mangsa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan

3. Memperkaya ilmu pengetahuan tentang “Rasi Bintang dan Pranata Mangsa sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik ”.

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengaruh Rasi Bintang dalam Pranata Mangsa

1. Rasi Bintang

Pemandangan yang cerah pada malam hari, menampakkan cahaya yang muncul dari berbagai macam bintangdi langit. Pemandangan itu tentunya juga dapat diamati dari berbagai belahan bumi manapun secara langsung ketika cuaca langit dalam keadaan cerah. Posisi bintang di langit, tampak ada yang bergerombol membentuk satu kelompok yang relatif tetap, sehingga seolah-olah membentuk “gambar” tertentu, jika pada bintang itu ditarik garis imajiner, misalnya ada yang berbentuk perahu, layang-layang, bahkan gambar imajinasi tentang binatang dan manusia. Selain bintang yang posisinya bergerombol, banyak juga bintang yang dalam posisinya selalu tampak menyendiri dengan sinarnya yang sangat cerah, salah satunya secara umum dikenal sebagai bintang Pagi atau sering juga disebut bintang Timur. Kala malam hari bintang Timur sering disebut sebagai bintang Kejora.

Bintang yang bergerombol dilangit dan secara visual imaginer posisinya membentuk beragam gambar itu dalam istilah astronomi disebut rasi bintang atau konstelasi bintang. Orang-orang pada masa lalu telah menggolongkan bintang- bintang yang bergerombol menjadi rasi bintang yang pada masing rasi juga telah diberi nama. Melalui pengamatan, bangsa-bangsa mulai menemukan bahwa rasi bintang dapat dijadikan sebagai penanda dalam perhitungan waktu (Danang Endarto,

Sebagian besar Petani di Pulau Jawa juga menggunakan sistem penanggalan pertanian yang disebut pranata mangsa, yang dasarnya adalah tahun surya. Tahun yang didasarkan pada gerak tahunan matahari.

Pranata mangsa merupakan pedoman kerja bertani yang bersifat musiman. Petani menggunakan pedoman pranata mangsa demi keselamatan usahanya dalam bertani. Mengamati dan memperhatikan alam sebagai penentu apa yang akan terjadi, dan membuat petani mengerti apa yang seharusnya mereka tanam dan mereka lakukan.

Pranata mangsa yang artinya “pengaturan musim”, banyak dipakai oleh

masyarakat yang tinggal disekitar wilayah sekitaran Gunung Merapi dan Merbabu. Kawasan ini memiliki tipe iklim tropika dengan perbandingan musim basah dan musim kering yang cukup seimbang, sehingga menguntungkan pertanian padi basah. Pranata mangsa memilikin pertalian yang mengagumkan antara aspek-aspeknya yang bersifat kosmografis, bioklimatologis yang mendasari kehidupan sosial- ekonomi dan sosial-budaya masyarakat bertani di pedesaan. Sebagai keseluruhan Pranata mangsa mencerminkan ontology menurut konsepsi Jawa serta archetype alam pikiran petani Jawa yang dilukiskan dengan berbagai lambang yang berupa watak-watak mangsa dalam peristilahan kosmologis yang mencerminkan harmoni antara manusia, kosmos dan realitas.

Menurut sejarahnya sistem penanggalan yang diwariskan turun-temurun ini talah dibakukan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII. Pembakuan tersebut Menurut sejarahnya sistem penanggalan yang diwariskan turun-temurun ini talah dibakukan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII. Pembakuan tersebut

a. Kosmografis Pranata Mangsa

Pranata mangsa memiliki latarbelakang kosmografi (pengukuran posisi benda langit), Bintang dan Matahari merupakan benda alam, Karena peredaran Matahari dalam setahun menyebabkan perubahan musim, pranata mangsa juga memiliki sejumlah penciri klimatologis.

Menurut Daldjoeni pranata mangsa yang dibakukan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII dibagi kedalam 12 mangsa. Setiap mangsa memiliki rasi bintangnya masing-masing yaitu:

1. Mangsa ke-satu (kasa) bintangnya Sapi Gumarang 41 hari, dimulai tanggal 22 Juni.

2. Mangsa kedua (karo) bintangnya Tagih 23 hari, dimulai tanggal 2 Agustus.

3. Mangsa ketiga (katelu) Lumbung 24 hari, dimulai tanggal 25 Agustus.

4. Mangsa keempat (kapat) Jaran Dawuk 25 hari, dimulai tanggal 19 September.

5. Mangsa kelima (kalima) Banyak Angkrem 27 hari, dimulai tanggal 14 Oktober.

6. Mangsa keenam (kanem) Gotongmayit 43 hari, yang dimulai tanggal 10 November.

7. Mangsa ketuju (kapitu) Bimasakti43 hari, dimulai tanggal 23 Desember.

8. Mangsa kedelapan (kawolu) Wulanjar Angirim 26 hari, dimulai tanggal 14

10. Mangsa kesepuluh (kasapuluh) Waluku 24 hari, dimulai tanggal 26 Maret.

11. Mangsa kesebelas (desta) Lumbung 23 hari, dimulai tanggal 19 April.

12. Mangsa keduabelas (saddha) Tagih 41 hari, dimulai tanggal 12 mei. Jumlah mangsa dalam pranata mangsa pada awalnya hanya 10 mangsa saja

dikarenakan pada mangsa desta dan sada tidak memiliki bintang yang khas. Bintang ke-dua mangsa tersebut sama dengan bintang pada mangsa karo dan katelu, yakni Lumbung dan Tagih. Disamping itu, untuk menentukan saat mulai dan berakhirnya masing-masing musim yaitu dengan cara mengukur panjangnya bayangan manusia pada tengah hari atau tanda-tanda rasi bintang dilangit pada malam hari. Dalam setahun mangsa diklasifikasikan atas empat mangsa utama yaitu: terang (82 hari), semlah (99 hari), udan (86 hari), pangarep-arep (98 hari) (N. daldjoeni,1983:4-9).

b. Penanda Alam

Pranata mangsa merupakan sarana yang digunakan oleh para petani untuk meramalkan cuaca. Petani berusaha mengikuti irama musim yang berlangsung untuk mensukseskan usaha pertaniannya. Seperti yang dikatakan oleh Daldejoeni dalam bukunya bahwa berdasarkan gejala-gejala alami yang menyolok, (sebagai reaksi makhluk terhadap pergantian mangsa menurut perubahan lintasan matahari) dapat dirumuskan berbagai watak mangsa. Sejajar dengan kondisi alam pada tiap mangsanya , seperti:

1. Mangsa kesatu, sotya murca ing embanan (ratna jatuh dari tatahan) menggambarkan dedaunan mulai gugur. Gejala alam yang menyertai dedaunan 1. Mangsa kesatu, sotya murca ing embanan (ratna jatuh dari tatahan) menggambarkan dedaunan mulai gugur. Gejala alam yang menyertai dedaunan

3. Mangsa ketiga, suta manut ing bapa artinya, karena pada musim ini tanaman lung-lungan mulai menjalar, disini lung-lungan diumpamakan anak (suta) lanjaran artinya bapa.

4. Mangsa keempat, wasspo kumembang jroning kalbu artinya, sumber-sumber mulai kering, air mata diibaratkan air, kalbu adalah hati yang diibaratkan sumber mata air. Gejala alam yang menyertai hawa panas musim ini mulai panen palawija, tanaman bambu, uwi, gadung, kunci dan lain-lainnya mulai tumbuh.

5. Mangsa kelima, pancuran emas sumawur ing jagadartinya,pancuran diibaratkan hujan, sumawur tersebar di bumi. Hawa nya mulai dingin, pohon asam jawa mulai bersemi, ular, lalat bermunculan, panen mangga.

6. Mangsa keenam, rasa mulyo kasucen artinya, musim banyak buah-buahan. Keadaan alam rambutan, durian, dan manggis mulai masak. Saatnya mengolah sawah, menyebar benih padi di Sawah.

7. Mangsa ketujuh, wisa kentar ing marutoartinya, bisa larut oleh angin, musim banyak penyakit. Musim banyak hujan, sungai-sungai mulai meluap, banjir, para petani mulai menanam padi di Sawah.

8. Mangsa kedelapan, ajrah jroning kayun (tersiar dalam kehendak) artinya musim kucing kawin, sebab hatinya senang dan bergairah. Hawanya mulai panas, tanaman padi di sawah mulai hijau, ulat-ulat mulai banyak.

saatnya jangkrik dan gangsir mulai berbunyi (ngentir) gareng mulai berbunyi ngereng .

10. Mangsa kesepuluh, gedong minep jroning kalbu (gedong tertutup dalam kalbu) pada musim ini masanya binatang bunting. Padi mulai menguning, panen padi, burung-burung kecil mulai membuat sarang, mengeram dan menetas.

11. Mangsa kesebelas sotya sinarawedi (intan diasah) artinya, sotya diumpamakan anak burung, sinar wedi artinya disuapi sebab dimasa ini burung-burung mulai menyuapi anak-anaknya. Para petani mulai panen raya, panen padi dan tanaman pala pendhem ketala, umbi-umbian.

12. Mangsa keduabelas tirta sah saking sasana (air lenyap dari tempatnya) artinya air pergi atau pisah dari tempatnya. Disini air diibaratkan keringat, sasana diumpamakan badan, maka dimusim ini orang jarang keringatan, sebab udaranya dingin (Sindhunata, 2009: 59-70).

c. Pranata Mangsa Sebagai Pedoman Kaum Tani (Primbon)

Pranata mangsa sering dikaitkan dengan primbon. Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia primbon adalah kitab yang berisi ramalan dan pengetahuan tentang perhitungan hari. Kebanyakan orang menganggap hal tersebut merupakan tahayul. Padahal, hal tersebut merupakan pengaruh dari kondisi alam pada mangsa tersebut. Misalkan, boyongan rumah pada mangsa katelu menjadi pantangan, karena akan berakibat cekcok dengan istri, gampang kemasukan pencuri, atau rumah akan terbakar. Hal tersebut memang masuk akal. Dengan kondisi paceklik, alam serba Pranata mangsa sering dikaitkan dengan primbon. Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia primbon adalah kitab yang berisi ramalan dan pengetahuan tentang perhitungan hari. Kebanyakan orang menganggap hal tersebut merupakan tahayul. Padahal, hal tersebut merupakan pengaruh dari kondisi alam pada mangsa tersebut. Misalkan, boyongan rumah pada mangsa katelu menjadi pantangan, karena akan berakibat cekcok dengan istri, gampang kemasukan pencuri, atau rumah akan terbakar. Hal tersebut memang masuk akal. Dengan kondisi paceklik, alam serba

Kondisi psikologis seseorang memang banyak dipengaruhi dengan keadaan alam di sekitarnya, kadang-kadang bertalian dengan kondisi unsur-unsur iklim pada suatu mangsa.Misalnya menurut primbon, mangsa ke-sepuluh merangsang rasa lesu dan marah, tetapi anehnya akhir mangsa ke-tiga tidak demikian; padahal lintasan matahari untuk pulau Jawa sama-sama mendekati yang zenital.

Pada mangsa ke-sepuluh (april) presentase lengas udara relatif, ternyata paling tinggi untuk jawa tengah (75% sampai 80%) sedang selama mangsa ke-tiga (kasa, karo, katelu ) meskipun suhu-suhunya serba maksimal, lengas udara relatif hanya 60% sampai 75% saja. Sudah selayaknya bahwa dalam bulan-bulan kering tersebut menurut primbon manusia dikatakan ladak ati (kasa), terang ati, latip (karo) dan pating klesik amemikir wuwuhe (katelu). Jelaslah bahwa suhu-suhu yang tinggi (29ºC - 30ºC), kekurangan air dan paceklik, yang kesemuanya dinamakan mangsa semlah, manusia masih mengharapkan segala pemecahan segala masalahnya. Tidakkah pada masa mengarungi masa-masa habis harapan, sebenarnya pertolongan telah dekat. Samahalnya semakin larut malam, makin dekat fajar pagi.

dalam setiap musimnya:

1. Mangsa katiga yaitu mangsa kesatu, kedua dan ketiga. Sikap batin manusia prihatinyang dilambangkan dengan warna kuning, pada mangsa ini merupakan musim kering tidak ada air, kurang pangan.

2. Mangsa labuh yaitu mangsa keempat, kelima, dan keenam. Sikap batin manusia penuh keinginan yang dilambangkan dengan warna merah. Pada masa labuh ini merupakan musim yang banyak air, petani berlomba-lomba untuk menanam tanaman pangan.

3. Mangsa rendheng yaitu mangsa ke-tujuh, kedelapan, dan kesembilan. Sikap batin manusia tenteram yang dilambangkan dengan warna putih. Musim-musim ini merupakan musim-musim setelah menanam dan keadaan alamnya pun masih dingin (anyep), sehingga petani merasa sedikit santai setelah berhasil menanam.

4. Mangsa mareng yaitu mangsa ke-sepuluh, kesebelas, dan keduabelas. Sikap batin manusia waspada yang dilambangkan dengan warna hitam. Pada masa ini petani mulai panen padi. Petani harus waspada dengan tanaman padinya akan bahaya pencuri maupun hama sawah yang dapat merusak panenannya (N. Daljoeni, 1983:16 -23).

Tiap-tiap mangsa memiliki watak-wataknya yang khas yang perumusannya didasarkan atas gejala-gejala alam dan yang dicerminkan pula oleh perilaku tanaman, hewan, pemikiran serta emosi manusia yang dominan menurut musimnya. Hilangnya suatu indikasi musim yang khas, baik yang berupa gejala meteorologis tertentu Tiap-tiap mangsa memiliki watak-wataknya yang khas yang perumusannya didasarkan atas gejala-gejala alam dan yang dicerminkan pula oleh perilaku tanaman, hewan, pemikiran serta emosi manusia yang dominan menurut musimnya. Hilangnya suatu indikasi musim yang khas, baik yang berupa gejala meteorologis tertentu

Dalam primbon dikenal juga Naga bulan yakni sebagai berikut:

No Mangsa

Bulan

Naga berada di

Puasa, Sawal, Dulkaidah

Selatan

Besar, Sura, Sapar

Barat

3 8, 9, 10 Robiulawal, Robiulakir, Jumadilawal Utara

4 11, 12, 1 Jumadilakir, Rejeb, Ruwah

Timur

Dalam primbon, musim diasumsikan sebagai Naga, dimana musim memiliki kepala, perut dan ekor. Kepala atau perut merupakan arah yang dihindari, karena kepala merupakan bagian yang dianggap bahaya oleh masyarakat Jawa. Mereka akan bergerak menuju ekor atau punggung naga untuk lebih selamat. Jika bepergian jauh, pindah rumah, janganlah duduk diatas kepala dan perut naga, sebaiknya duduk diatas ekor atau punggung naga. Adapun pergerakan naga adalah sebagai berikut: No Mangsa

Kepala Ekor

Punggung Perut

Sura, Sapar, Robiulawal

Jumadilawal, Jumadilakir

Utara

Selatan Barat

Timur

Puasa

Sawal, Dulkaidah, Besar

Selatan Utara

Timur

Barat

(Harya Tjakaningrat: 133-134). Sebab itu maka petani memperhatikan segala gejala yang dilihatnya sebagai penyimpangan dari yang biasa. Misalnya naiknya semut secara demonstratif ke atap, berbondong-bondong sepanjang hari sebelum mangsanya yang semestinya, ditangkap oleh petani sebagai pertanda akan datangnya hujan lebat bahkan banjir bandang. Sarang-sarang lebah yang dikonstruksikan horizontal memberikan pertanda bahwa musim rendheng yang bersangkutan tak akan begitu basah.

d. Kesimpulan

Sejak zaman dahulu rasi bintang telah dijadikan sebagai penanda dalam perhitungan waktu. Di Indonesia khususnya di pulau Jawa, dikenal pula perhitungan waktu yang digunakan oleh kaum tani yang berupa pranata mangsa. Petani menggunakan pedoman pranata mangsa demi keselamatan usahanya dalam bertani.

Pranata mangsa merupakan sarana yang digunakan oleh para petani untuk meramalkan cuaca. Petani berusaha mengikuti irama musim yang berlangsung untuk mensukseskan usaha pertaniannya. Mereka berusaha mempelajari kejadian-kejadian yang terjadi di alam yang berulang setiap tahunnya.

Tiap-tiap mangsa memiliki watak-wataknya yang khas yang perumusannya didasarkan atas gejala-gejala alam dan yang dicerminkan pula oleh perilaku tanaman, Tiap-tiap mangsa memiliki watak-wataknya yang khas yang perumusannya didasarkan atas gejala-gejala alam dan yang dicerminkan pula oleh perilaku tanaman,

Selain pranata mangsa dikenal pula naga bulan, dalam kalender Jawa musim diasumsikan sebagai Naga, dimana musim memiliki kepala, perut dan ekor. Kepala atau perut merupakan arah yang dihindari, karena kepala merupakan bagian yang dianggap bahaya oleh masyarakat Jawa. Mereka akan bergerak menuju ekor atau punggung naga untuk lebih selamat. Jika bepergian jauh, pindah rumah, janganlah duduk diatas kepala dan perut naga, sebaiknnya duduk diatas ekor atau punggung naga. Masyarakat Jawa melakukan hal-hal tersebut demi kenyamanan dan keamanan dalam menjalani hidup. Mereka memiliki pedoman-pedoman yang digunakan berdasarkan penanda-penanda yang dikeluarkan oleh alam.

B. Keramik

1. Pengertian Keramik dan Seni Keramik

Keramik merupakan benda yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keramik sebenarnya sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Hal tersebut terbukti dengan banyak ditemukannya benda-benda keramik berupa mangkuk, periuk dan sebagainnya.

Walaupun keramik sudah dikenal sejak lama, namun banyak yang tidak mengerti apa itu keramik. K eramik berasal dari bahasa Yunani “keramos’ yang berarti “tanah liat” atau dari kata “keramikos” yang berarti bahan yang telah dibakar.

pembakaran yang bertujuan atau mempunyai kecenderungan sebagai wadah dan benda-benda lainnya yang merupakan ungkapan bebas (Bambang Prasetyo, 1974: 1).

Selain itu dijelaskan pula dalam kamus lengkap bahasa Indonesia bahwa keramik adalah tanah liat yang diaduk dan dicampur dengan bahan mineral lainnya lalu dibakar.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keramik adalah segala benda yang dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan bahan-bahan lain dan melalui proses pembentukan, pengeringan serta pembakaran.

“Dalam Diksi Rupa, dijelaskan bahwa seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya.

Pengalaman batin tersebut, disajikan secara ”indah” atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia

lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual ” (Mikke Susanto, 2001: 101-102).

Sedangkan Suryo Suradjijo mengatakan bahwaseni merupakan suatu kegiatan dimana seorang kreator atau seniman mencipta atau mengekspresikan yang ada dalam pikirannya pada suatu bidang. Baik yang bersifat dua dimensi ataupun tiga dimensi, secara sadar dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu yang menyampaikan perasaan, ide dan realitas yang mampu dicerna dan dinikmati oleh orang lain (Suryo Suradjijo, 1987: 21).

Dharsono Sony Kartika juga menambahkan bahwa seni merupakan ungkapan pengalaman emosional dan atau ungkapan pengalaman batin sang seniman yang terbabar ke dalam bentuk karyanya. Ungkapan tersebut merupakan informasi Dharsono Sony Kartika juga menambahkan bahwa seni merupakan ungkapan pengalaman emosional dan atau ungkapan pengalaman batin sang seniman yang terbabar ke dalam bentuk karyanya. Ungkapan tersebut merupakan informasi

Jadi seni merupkan ungkapan atau curahan perasaan yang dirasakan oleh seorang seniman, yang dibuat dalam sebuah bidang baik dua dimensi maupun tiga dimensi, untuk disampaikan kepada orang lain agar orang lain dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sang seniman. Seni juga merupakan ungkapan pengalaman batin seorang seniman.

Dalam dunia seni, khususnya seni rupa ada berbagai macam jenis-jenis seni. Salah satunya adalah seni keramik. Menurut Ensiklopedi Indonesia, pengertian seni keramik adalah suatu hasil dari produk seorang seniman dalam proses penciptaan karya dari bahan tanah liat, dapat juga dalam berbagai komposisi campuran material alam, misal: pasir, kaolin, Feldspard. Campuran bahan-bahan tersebut setelah dibentuk dengan tangan atau disekat, lalu dikeringkan dan kemudian dibakar pada suhu tertentu, dan suhu berkisar 700º C-1150ºC (Ensiklopedia Indonesia, 1990: 30).

2. Unsur Bahan dan Komposisi Bahan Keramik

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan keramik terdiri dari beberapa unsur yang harus terpenuhi. Unsur-unsur dalam bahan keramik terdiri atas bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelebur, dan bahan-bahan tambahan.

Bahan pengikat yang dimaksut adalah lempung, bahan pengikat atau lempung Bahan pengikat yang dimaksut adalah lempung, bahan pengikat atau lempung

Bahan pengisi terdiri dari silica dan grog. Bahan ini mempunyai suhu bakar tinggi dengan susut kering rendah, disamping itu juga sebagai kerangka, dan mengurangi susut kering bakar.

Bahan pelebur biasanya berupa Feldspard, bahan ini mempunyai sifat titik lebur tinggi. Fungsi dari bahan ini hampir sama dengan bahan pengisi, tetapi pada produk akhirnya berfungsi sebagai pembentuk massa gelas, mengurangi prousitas, dan menambah susut bakar. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah sehingga menjadi satu-kesatuan bahan keramik yang berkualitas.

Bahan keramik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bahan-bahan yang masih berada di tempat aslinya yang berupa batuan. Bahan-bahan seperti ini sering disebut dengan bahan keramik dari tambang bahan sedimen yaitu bahan tambang bahan keramik yang masih berada di tempat asalnya. Biasanya masih berupa bahan-bahan batuan yang berwarna putih, setelah diolah dengan campuran ballclay , tujuannya agar bahan keramik tersebut memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk. Umumnya warna tanah liat ini putih, dan bila dibakar, maka suhu panas bakarnya mencapai 1300°C sebab mengandung bahan kaolin. Sedangkan jenis bahan yang kedua adalah jenis bahan dari tambang endapan yang merupakan erosi dari tanah sedimen atau tambang sedimen, yang berupa tanah liat earthenware. Jenis bahan tambang ini merupakan erosi atau endapan yang sudah bercampur dengan Bahan keramik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bahan-bahan yang masih berada di tempat aslinya yang berupa batuan. Bahan-bahan seperti ini sering disebut dengan bahan keramik dari tambang bahan sedimen yaitu bahan tambang bahan keramik yang masih berada di tempat asalnya. Biasanya masih berupa bahan-bahan batuan yang berwarna putih, setelah diolah dengan campuran ballclay , tujuannya agar bahan keramik tersebut memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk. Umumnya warna tanah liat ini putih, dan bila dibakar, maka suhu panas bakarnya mencapai 1300°C sebab mengandung bahan kaolin. Sedangkan jenis bahan yang kedua adalah jenis bahan dari tambang endapan yang merupakan erosi dari tanah sedimen atau tambang sedimen, yang berupa tanah liat earthenware. Jenis bahan tambang ini merupakan erosi atau endapan yang sudah bercampur dengan

sangat mudah pecah (Ponimin, 2010:15-13). Dalam pembuatan produk keramik dibutuhkan beberapa unsur bahan keramik, baik sebagai bahan utama maupun bahan pendukung. Bahan utama pembuatan keramik meliputi, ball clay atau tanah liat plastis, dan zat pengisi seperti, pasir kuarsa, pasir sungai, samot atau grog, serta Kaolin. Sedangkan bahan pendukung meliputi, talk , Feldspard, dan bahan-bahan finising.

a. Unsur Bahan Keramik:

1. Kaolin Kaolin atau disebut china clay merupakan bahan baku yang paling dominan digunakan untuk pembuatan bahan keramik halus, berwarna putih, abu-abu, krem hingga kuniang.

2. Ball clay Adalah suatu tanah liat sedimen yang mempunyai butir-butir sangat halus, biasanya mengandung bahan organik, dan juga mempunyai keplastisan yang tinggi, kekuatan kering yang tinggi berwarna krem kecoklatan.

3. Feldspard Adalah bahan tambang dalam kelompok batuan beku yang terdiri dari senyawa alumina silika, bahan ini berfungsi sebagai bahan pelebur.

4. Kuarsa 4. Kuarsa

5. Pasir Samot Adalah zat pengisi dalam bodi keramik yang berfungsi untuk mengurangi susut kering dan susut bakar serta memberi kekokohan bodi keramik ketika dibentuk dan dibakar.

b. Pengolahan Bahan

Pengolahan bahan dilakukan agar didapatkan clay keramik yang berkualitas baik. Proses pengolahan bahan juga bertujuan untuk mensterilkan tanah dari kotoran, sampah, kerikil dan benda-benda yang nantinya dapat menyebabkan tanah tidak menyatu, sampah atau kerikil tersebut memisahkan partikel yang ada pada tanah, sehingga akan menyebabkan karya pecah atau retak baik sebelum karya keramik dibakar atau sesudah dibakar.

Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu basah dan kering. Penghalusan atau penyeragaman partikel dilakukan dengan pengolahan secara manual ataupun masinal. Pengolahan manual dilakukan dengan cara menginjak-injak tanah liat hingga menjadi plastis, ulet dan halus. Sedangkan secara masinal dengan menggunakan mesin giling (ball mill).

Dalam pengolahan bahan ini proses yang harus dilakukan antara lain: penghalusan butiran partikel clay, pencampuran (blending,) penyaringan, Dalam pengolahan bahan ini proses yang harus dilakukan antara lain: penghalusan butiran partikel clay, pencampuran (blending,) penyaringan,

c. Teknik

Karya keramik dapat dibuat degan berbagai cara. Ada beberapa teknik dalam pembuatan karya keramik diantaranya yaitu: pembentukan tangan langsung (hand building ), teknik putar (throwing) dan teknik cetak (casting).

Teknik pembentukan secara langsung dengan tangan merupakan teknik pembentukan keramik untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan, hanya membutuhkan penggunaan jari-jari tangan, yang dapat menghasilkan tekstur bekas jari-jari tangan pada badan keramik, dan bentuknya tidak selalu simetris.

Dalam teknik pembentukan tangan langsung, menurut Ambar Astuti dalam buku “Pengetahuan Keramik” (1997), ada beberapa cara yang dikenal yaitu:

1) Teknik pijit (pinching): tanah liat ditekan-tekan atau dipijit-pijit di antara ibu jari dan jari-jari tangan sambil dibentuk menjadi benda yang diinginkan.

2) Teknik pilin (coiling): tanah liat dipilin-pilin dengan jari-jari dan telapak tangan, sehingga membentuk pipa atau tali-tali silindris dengan besar diameter dan panjang pilinan sesuai yang dikehendaki. Pilinan- pilinan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk benda yang direncanakan.

3) Teknik lempeng (slabbing): membuat lempengan (lembaran) tanah liat dengan cara mengerol tanah liat dengan ketebalan sama. Kemudian pada lempengan-lempengan tersebut digambarkan pola-pola tertentu dan dipotong, untuk membentuk benda yang dikehendaki (Ambar Astuti, 1997: 34).

Teknik putar (throwing) biasanya digunakan untuk membuat dengan bentunk yang simetris, bulat silindris. Teknik ini biasanya digunakan oleh para pengrajin di Teknik putar (throwing) biasanya digunakan untuk membuat dengan bentunk yang simetris, bulat silindris. Teknik ini biasanya digunakan oleh para pengrajin di

d. Pembuatan Karya

Proses pembuatan karya dimulai dengan persiapan bahan, kemudian pembentukan karya, finishing karya, pengeringan karya. Kemudian diakhiri dengan dua tahap pembakaran. Pembakaran pertama merupakan pembakaran bisquit dengan suhu 700ºC- 900°C dan pembakaran yang kedua merupakan pembakaran glasir, yaitu pembakaran yang bertujuan untuk menggelaskan atau pemberian lapisaan kaca untuk memberi warna.

e. Pembakaran

Pembakaran adalah suatu reaksi yang cepat antara oksigen dengan elemen bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara elemen bahan bakar dan oksigen.Sedangkan bahan bakar mempunyai elemen-elemen yang bisa terbakar menghasilkan panas yaitu karbon hidrogen dan belerang. Pembakaran merupakan proses terakhir yang menentukan berhasil atau tidaknya pembuatan benda keramik. Tujuan pembakaran adalah mengubah benda mentah (greenware) menjadi benda keramik bisquit, mematangkan glasir, maupun mematangkan dekorasi glasir, selain itu mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat.

Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku pembakaran (kiln) yaitu suatu tempat atau ruangan terbuat dari bata tahan api yang dapat dipanaskan dengan bahan Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku pembakaran (kiln) yaitu suatu tempat atau ruangan terbuat dari bata tahan api yang dapat dipanaskan dengan bahan

Proses pembakaran keramik terdiri dari dua tahap:

1) Pembakaran Bisquit

Barang keramik dibakar pertama kali dengan suhu bakar 800 o

C. Pembakaran ini merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik bisquit. Pembakaran bisquit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup keras, kuat, tidak larut air.

2) Pembakaran Glasir Barang keramik yang telah dibakar biskuit dan sudah dilapisi glasir kemudian dibakar pada suhu yang dibutuhkan untuk mematangkan bahan glasirnya. Suhu untuk pembakaran glasir bermacam-macam, tergantung dari jenis tanah atau badan dan jenis glasir yang dipakai. Sedangkan pembakaran bisquit sendiri menurut Wahyu Gatot Budiyanto

dala m buku “Kriya Keramik” (2008) dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu:

a) Tahap penguapan (water smoking) yaitu tahap pelepasan air mekanis. Untuk menetapkan suhu berapa berakhirnya tahap pengeringan sangatlah sulit, tetapi 150 o C dianggap sebagai suhu akhir tahap pelepasan air mekanis.

b) Tahap dehidrasi (pelepasan uap air), pembakaran dilakukan secara perlahan- lahan karena apabila pada tahap ini tungku terlalu cepat dipanaskan bisa mengakibatkan barang-barang keramik meledak atau pecah. Air yang b) Tahap dehidrasi (pelepasan uap air), pembakaran dilakukan secara perlahan- lahan karena apabila pada tahap ini tungku terlalu cepat dipanaskan bisa mengakibatkan barang-barang keramik meledak atau pecah. Air yang

C- 460 o C.

c) Tahap oksidasi (pembakaran), terjadi pada suhu berkisar antara 400 o

C- 10 o C, saat tanah liat dibakar, apabila oksidasi kandungan karbon tak sempurna maka akan mengakibatkan adanya bintik-bintik hitam dan lubang-lubang kecil pada permukaan badan keramik. Hal ini akan berdampak pula pada aplikasi glasir menjadi tidak merata.

d) Tahap vitrifikasi (penggelasan), pada tahap pematangan bodi ini suhu sekitar 900 o

C. Pada tahap ini terjadi peleburan dan rekristalisasi. Bila suhunya dinaikkan lagi, leburan akan menembus ke pori-pori yang lebih dalam dan menghasilkan bahan padat. Dalam proses monitoring harus diperhatikan sampai suhu 1000 o

C, karena jika suhunya diatas titik vitrifikasi yaitu melebihi 1000 o C akan keluar gas sehingga muncul gelembung yang kemudian melepuh, hal ini karena flux dalam badan keramik mendidih.

e) Tahap soaking, menahan suhu pembakaran agar berada pada suhu tetap selama beberapa waktu ketika suhu matang telah dicapai (soaking period), tujuannya untuk meratakan suhu dalam tungku. Apabila proses soaking period dianggap telah cukup, tungku dapat dimatikan dan didinginkan dalam waktu yang cukup, atau minimal 18 jam. Setelah tungku dingin dan mencapai suhu di bawah 100 o C, tungku dapat dibuka sedikit, beberapa saat kemudian barang-barang keramik dapat dibongkar atau di keluarkan (Wahyu Gatot Budiyanto, 2008: 501).

Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga faktor, Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga faktor,

f. Pengglasiran

Pengglasiran merupakan salah satu proses terakhir dalam pembuatan keramik.Penglasiran dilakukan untuk mendapatkan efek mengkilat atau penggelasan pada permukaan keramik. Menurut Ponimin glasir adalah suatu bahan atau teknik penggelasan pada permukaan bahan keramik dari bahan utama feldspad yang terkena panas tinggi dan mengkristal atau menggelas, yaitu membentuk lapisan yang menggelas atau mengkaca.

Penerapan glasir pada badan keramik dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengglasiran yaitu: teknik tuang (pouring), celup (dipping), semprot (spraying) dan kuas (brushing), tergantung bentuk dan ukuran benda keramik. Untuk benda-benda besar atau lebar lebih baik menggunakan teknik semprot, sedangkan untuk benda- benda kecil atau sedang berongga seperti cangkir mangkok lebih baik glasirnya menggunakan teknik celup.

Sebelum melaksanakan pengglasiran benda keramik, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui jenis badan tanah liat yang digunakan untuk membuat benda keramik serta temperatur bakar glasir yang digunakan, hal ini penting karena dalam mengglasir benda keramik harus ada kesesuaian antara jenis badan keramik dengan temperatur glasir yang digunakan, apabila terjadi ketidak sesuaian maka badan Sebelum melaksanakan pengglasiran benda keramik, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui jenis badan tanah liat yang digunakan untuk membuat benda keramik serta temperatur bakar glasir yang digunakan, hal ini penting karena dalam mengglasir benda keramik harus ada kesesuaian antara jenis badan keramik dengan temperatur glasir yang digunakan, apabila terjadi ketidak sesuaian maka badan

1) Membersihkan benda keramik bisquit dengan sikat, disemprot dengan udara, atau dicuci dengan air sehingga bersih dari minyak dan debu.

2) Mengeringkan benda keramik bisquit agar dalam proses penggelasiran badan benda keramik tersebut dapat menyerap glasir dengan baik.

Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahap demi tahapsangat diperlukan untuk menghasilkan produk dengan kualitas memuaskan.

3. Pengertian Bentuk

Bentuk dalam sebuah karya seni merupakan totalitas dalam berkarya, subject matte r yang telah dipilih hendaknya direalisasikan dalam suatu bentuk karya seni. Seperti yang dikatakan oleh Ocvirk dalam Tugas Akhir Yudhitira, lewat bentuk kita dapat mengerti keseluruhan karya seni. Bentuk adalah rancangan dari kumpulan semua unsur yang membentuk karya seni. Unsur-unsur yang di maksud diatas sering disebut perangkat visual atau unsur bentuk. Unsur bentuk tersebut terdiri dari: garis, bidang, nilai-nilai (variasi dari gelap dan terang), tekstur, dan warna (Ocvirk, 1962 : 11).

Di dalam bidang keramik terjadi perubahan bentuk, diantaranya yaitu:

a. Stilasi Adalah cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara

menggayakan setiap kontur pada objek atau benda yang digambar, tanpa menggayakan setiap kontur pada objek atau benda yang digambar, tanpa

b. Distorsi Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, distorsi diartikan sebagai penyimpangan, atau terjadinya bentuk yang tidak diinginkan. Jadi distorsi dalam karya keramik merupakan penyimpangan yang melanggar dari bentuk semula atau bentuk yang benar dan perubahan yang terjadi pada nilai susut dan nilai kepadatan yang sangat ditentukan oleh karakter tanah liat, selain itu perubahan fisik terletak pada kapasitas bentuk dalam proses pengolahan karakter tanah.

Untuk mencapai keindahan, maka dalam suatu karya juga harus memperhatikan unsur yang ada di dalam karya seni, yaitu garis, shape (bidang), gelap terang, warna, dan tekstur.

1) Garis Pengertian garis menurut Feldman ada dua yaitu: garis dan garis secara umum. Garis adalah jejak yang terbuat oleh alat tajam seperti pena, pensil, krayon, tongkat. Garis menunjukkan tindakan karena tindakan diperlukan untuk menciptakannya. Garis pada umumnya mengarah atau berorientasi sebuah efek atau pergerakan dapat di capai dengan serangkaian bidang, dimana tidak ada yang mengimplikasikan arah. Garis yang dimaksud di sini adalah garis yang terbentuk dari serangkaian titik (Feldman, 1967: 217).