28. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Pendidikan Al-Quran Tahun 2013

(1)

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

NSPK

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

PETUNJUK TEKNIS

PENYELENGGARAAN PAUD BERBASIS

PENDIDIKAN AL-QURAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


(2)

NSPK

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

PETUNJUK TEKNIS

PENYELENGGARAAN PAUD BERBASIS

PENDIDIKAN AL-QUR AN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

NONFORMAL DAN INFORMAL

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2013


(3)

KATA SAMBUTAN

Cita-cita besar pembangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia adalah untuk mengantarkan anak Indonesia menjadi insan yang cerdas komprehensif. Program PAUD merupakan salah satu bentuk investasi pengembangan sumber daya manusia. Mereka kelak akan menjadi penggerak pembangunan bangsa dan negara menuju kehidupan yang lebih baik.

Permasalahan PAUD masih sangat mendasar, baik masalah pemerataan akses maupun mutu. Dari aspek pemerataan, data tahun 2011/2012 menunjukkan APK PAUD untuk kelompok usia 3-6 tahun baru mencapai 60,33 %.

Padahal target APK Tahun 2013 sebesar 67,4% dan tahun 2014 sebesar 72,9 %. Dari aspek mutu, masih banyak layanan yang belum sesuai standar. Selain itu, data menunjukkan masih terdapat 30.124 desa yang belum memiliki layanan PAUD atau baru sekitar 39,11% dari 77.013 desa/kelurahan/nama lain di seluruh Indonesia. Hal ini memerlukan kerja keras dan dukungan semua pemangku kepentingan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pengelolaan dan layanan PAUD, pemerintah terus mendorong dan memperluas kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam


(4)

mengembangkan layanan PAUD. Salah satu bentuknya adalah PAUD berbasis Pendidikan Al-Quran merupakan salah satu jenis Satuan PAUD Sejenis (SPS).

PAUD Berbasis Pendidikan Al-Quran tidak dimaksudkan untuk menggantikan program pendidikan Al-Quran yang sudah melembaga di masyarakat saat ini, melainkan untuk memperkuat dan melengkapinya dengan substansi PAUD.

Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan petunjuk ini. Kritik dan saran dari para pemangku kepentingan untuk perbaikan petunjuk ini di masa yang akan datang, sangat kami harapkan.

Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal,

Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog NIP.195703221982112001


(5)

KATA PENGANTAR

Pemerintah terus mendorong dan memperluas kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui pendirian berbagai jenis satuan PAUD. Salah satu satuan PAUD adalah Satuan PAUD Sejenis (SPS) yang salah satu bentuknya adalah PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an.

PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an merupakan PAUD yang berbasiskan keagamaan, sehingga peruntukkannya bagi anak yang seagama. Di masyarakat PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an muncul dalam berbagai nama, seperti Taman Asuh Anak Muslim (TAAM), TK Al-Qur an, PAUD-TPQ, Taman Bina Anak (TBA), Bina Anak Muslim Berbasis Masjid (BAMBIM), dll. Sampai awal tahun 2013 ini jumlah lembaga SPS termasuk di dalamnya PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an yang terdata di aplikasi pendataan online ada sebanyak 24. 243 lembaga (data masih terus berkembang).

Dalam rangka meningkatkan mutu pengelolaan dan layanan PAUD, pemerintah berupaya untuk memfasilitasi, membina dan mengarahkan masyarakat agar memahami apa, mengapa, dan bagaimana menyelenggarakan pendidikan anak usia dini yang benar. Untuk memberikan arahan penyelenggaraan PAUD


(6)

berbasis pendidikan AL-Qur an diterbitkan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an.

Petunjuk ini berisikan: pertama pendahuluan yang mencakup latar belakang, landasan, pengertian, tujuan, dan ruang lingkup; kedua, syarat dan tatacara pendirian yang mencakup syarat pendirian lembaga, tata cara pendirian, dan izin operasional penyelenggaraan program satuan; ketiga, penyelenggaraan program yang mencakup tujuan, prinsip, komponen, proses, evaluasi, pembinaan dan pelaporan.

Akhirnya melalui kesempatan ini kami mohon kepada para pembaca/pengguna petunjuk ini untuk memberikan koreksi atau saran demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut andil demi tersusunnya petunjuk ini.

Jakarta, Januari 2013 Direktur Pembinaan PAUD

Dr. Erman Syamsuddin


(7)

DAFTAR ISI

Kata Sambutan ... i

Kata Pengantar ... .. iii

Daftar Isi ... .. v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Landasan ... 3

C. Pengertian ... 5

D. Tujuan Petunjuk Teknis ... 6

E. Ruang Lingkup... 7

BAB II SYARAT DAN TATA CARA PENDIRIAN 8 A. Syarat Pendirian Lembaga ... 8

B. Tata Cara Pendirian... 8

C. Izin Operasional Penyelenggaraan Program Satuan PAUD ... 25

BAB III PENYELENGGARAAN PROGRAM ... 29

A. Tujuan Program Layanan ... 29

B. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 29

C. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan ... 40

D. Komponen Penyelenggaraan ... 41

1. Kurikulum ... 41`

2. Peserta didik ... 41

3. Tenaga Pendidik dan kependidikan ... 41

4. Sarana dan prasarana... 44

5. Pengelolaan ... 46

6. Pembiayaan ... 48

7. Kemitraan ... 49

E. Proses Kegiatan ... 50

1. Pendekatan ... 50

2. Alur Kegiatan ... 51


(8)

4. Pengelolaan Proses Kegiatan ... 54

F. Evaluasi, Pelaporan dan Pembinaan ... 68

1. Evaluasi ... 68

2. Pelaporan ... 71

3. Pembinaan ... 72


(9)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1a

Contoh APE untuk kelompok Alif ... 74

Lampiran 1b

Contoh APE untuk Kelompok Ba ... 76

Lampiran 1c

Contoh APE untuk Kelompok Ta ... 78

Lampiran 1d

Contoh APE untuk Main Balok dan Bahan Alam ... 90

Lampiran 1e

Contoh Resep untuk Membuat Bahan Main ... 82

Lampiran 2a

Contoh Jadwal Pembekalan Pendidik PAUD Berbasis

Pendidikan Al-Qur an Tahap I... 87

Lampiran 2b

Contoh Jadwal Pembekalan Pendidik PAUD Berbasis

Pendidikan Al-Qur an Tahap II ... 88

Lampiran 3a

Contoh Buku Induk Anak ... 88

Lampiran 3b

Contoh Buku Data Pengelola dan Pendidik ... 89

Lampiran 3c

Contoh Daftar Hadir Pengelola dan Pendidik ... 90

Lampiran 3d ...

Contoh Daftar Hadir Anak ... 91

Lampiran 3e

Contoh Rencana Kegiatan Harian ... 92

Lampiran 3f

Contoh Catatan Perkembangan Anak ... 94

Lampiran 3g

Contoh Kartu Infaq Bulanan ... 95

Lampiran 3h


(10)

Lampiran 3i

Contoh Buku Kas ... 97

Lampiran 3j

Contoh Format Buku Inventaris... 99

Lampiran 3k

Contoh Format Buku Tamu ... 100

Lampiran 4a

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 101

Lampiran 4b

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 102

Lampiran 4c

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 103

Lampiran 5

Acuan Evaluasi Keberhasilan Program ... 104

Lampiran 6

Contoh Formulir Pendaftaran Peserta Didik ... 105

Lampiran 7

Contoh Laporan Perkembangan Anak ... 106

Lampiran 8

Contoh Format Surat Tanda Serta Belajar ... 108

Lampiran 9

Contoh Pengaturan Jadwal Masuk ... 109

Lampiran 10

Pemenuhan Layanan Kesehatan, Gizi, dan Stimulasi Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Sesuai dengan kebutuhan Esensial Anak... 110

Lampiran 11


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam keseluruhan tahap perkembangan manusia. Pada masa itu, terjadi lonjakan perkembangan anak yang tidak terulang pada periode berikutnya, sehingga para ahli menyebutnya sebagai usia emas perkembangan. Oleh karena itu pembentukan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan, serta pembentukan watak/karakter, sangat tepat jika dilakukan sejak usia dini. Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi seimbang, kesehatan, perlindungan, asuhan penuh kasih sayang, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan nilai-nilai serta potensi yang akan dikembangkan masing-masing anak.

Pemberian rangsangan pendidikan tersebut, dapat dilakukan sejak lahir bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini dilakukan secara bertahap, berulang-ulang, konsisten, dan tuntas (dengan intensitas waktu yang cukup), sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak.


(12)

Seiring bertambahnya usia, anak membutuhkan rangsangan pendidikan yang lebih lengkap sehingga membutuhkan tambahan layanan pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD).

Untuk menjangkau semua lapisan, di masyarakat terdapat beragam layanan PAUD sesuai dengan kelompok usia dan segmentasi sasaran yang berbeda. Penyelenggaraan PAUD berbasis keagamaan salah satunya adalah layanan PAUD yang dintegrasikan dengan pendidikan Al-Qur an di agama Islam. PAUD berbasiskan keagamaan ini hanya dikhususkan bagi anak-anak usia dini yang seagama.

PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an tidak dimaksudkan untuk menggantikan program pendidikan Al-Quran yang sudah melembaga di masyarakat saat ini, melainkan untuk memperkuat dan melengkapinya dengan substansi PAUD. Tujuannya untuk mengoptimalkan perkembangan anak pada usia emasnya dan untuk memastikan bahwa anak belajar melalui bermain yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan potensi masing-masing anak (tidak dipaksakan).


(13)

Al-gerakan pendidikan Al-Quran yang dapat diintegrasikan dengan PAUD, terutama dalam bentuk TKA/TKQ, TPA/TPQ yang dimotori oleh lembaga/organisasi keagamaan Islam seperti Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Muslimat NU, Aisyiyah, dan lainnya.

Di masyarakat muncul program PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an dengan berbagai nama, seperti Taman Asuh Anak Muslim (TAAM) dan TK Al-Qur an yang dikembangkan oleh BKPRMI, PAUD berbasis Taman Pendidikan Al-Qur an (PAUD-TPQ) yang dikembangkan oleh Muslimat NU, Taman Bina Anak (TBA) yang dikembangkan oleh Aisyiyah, dan satuan PAUD sejenis lainnya. Semua bentuk layanan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an tersebut, dalam pembinaannya dikategorikan ke dalam Satuan PAUD Sejenis.

Buku petunjuk ini disusun sebagai acuan dalam penyelenggaraan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an, yang mengacu pada kebijakan dan standar PAUD.

B. LANDASAN

1. Landasan Hukum

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(14)

b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

c. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

d. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010. h. Peraturan Presiden Nomor24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, tugas dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon 1 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.67 tahun 2010.


(15)

i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Landasan Nilai

a. Al-Qur an Surat An Nisaa ayat 9, Surat Luqman ayat 12 19, Surat At Tahrim ayat 6 dan Surat Maryam ayat 59-60.

b. Sunnah Rasul dan Hadits-hadits terkait.

C. PENGERTIAN

1. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam


(16)

memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No 20 Tahun 2003)

2. Pendidikan Al-Qur an adalah pendidikan anak berbasis Al-Qur an yang terdiri dari Taman Kanak Kanak Qur an (TKA/TKQ), Taman Pendidikan Al-Qur an (TPA/TPQ), Ta limul Al-Quran lil Aulad (TQA), dan bentuk lain yang sejenis (PP 55 2007).

3. PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an adalah salah satu bentuk satuan PAUD sejenis yang penyelenggaraannnya diintegrasikan dengan pendidikan Al-Quran seperti: TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran), TKQ (Taman Kanak-Kanak Al-Quran), TBA (Taman Bina Anak); TAAM (Taman Asuh Anak Muslim), dll

D. TUJUAN PETUNJUK TEKNIS

1. Menjadi acuan bagi para pejabat PAUD yang berwenang di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam membina program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

2. Menjadi acuan bagi penyelenggara, pengelola, dan pendidik dalam penyelenggaraan PAUD berbasis


(17)

3. Menjadi bahan rujukan teknis penyelenggaraan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur anbagi semua pihak yang berkepentingan.

E. RUANG LINGKUP

Petunjuk ini hanya mengatur teknis penyelenggaraan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an yang khusus mengatur aspek penyelenggaraan pendidikannya saja, sedangkan yang terkait dengan kurikulum disusun berdasarkan kompetensi dan disesuaikan dengan kelembagaan induk organisasi masing-masing dengan mengacu pada standar PAUD sesuai Permen Diknas Nomor 58 Tahun 2009.


(18)

BAB II

SYARAT DAN TATACARA PENDIRIAN

A. SYARAT PENDIRIAN LEMBAGA

1. Memiliki kepala PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagai pengelola satuan PAUD jalur pendidikan nonformal. 2. Memberikan pelayanan untuk anak usia 2-6 tahun yang

beragama Islam dengan jumlah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) peserta didik dan berpotensi meningkatkan daya tampung minimal menjadi 25 (dua puluh lima) peserta didik.

3. Memiliki pendidik dengan kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai standar PAUD.

4. Memiliki APE luar sekurang-kurangnya terdiri dari ayunan dan perosotan.

B. TATA CARA PENDIRIAN 1. Penentuan Tempat

PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an diselenggarakan dengan menggunakan fasilitas keagamaan Islam seperti masjid, musholla, surau, langgar, atau fasilitas keagamaan lainnya seperti;


(19)

2. Dukungan Lingkungan

Dukungan lingkungan diperlukan untuk menjamin keberlangsungan program. Dukungan yang diperlukan untuk menyelenggarakan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an, antara lain:

a. Dukungan dari pengelola rumah ibadah (masjid, musholla, surau, langgar), madrasah, atau pondok pesantren yang bersangkutan.

b. Tersedia calon peserta didik usia 2 - 6 tahun beragama Islam yang belum terlayani PAUD lainnya, minimal 15 anak.

c. Tersedia calon pengelola, dan pendidik minimal 3 orang.

d. Memperoleh dukungan dari orangtua, masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pamong desa/kelurahan.

e. Tersedia tempat yang layak untuk kegiatan.

f. Memiliki sumber pembiayaan yang tetap (iuran orangtua, donatur, dana infaq).

3. Pengelompokan Anak

Pengelompokan anak bertujuan untuk memudah-kan proses pembelajaran, dengan mengelompokmemudah-kan anak sesuai dengan usia mental, yang pada umumnya


(20)

juga sesuai dengan usia kronologis (usia kalender). Artinya, jika ada anak yang usianya telah memenuhi syarat untuk kelompok tertentu tetapi perkembangannya belum mencapai, maka anak tersebut ditempatkan di kelompok usia di bawahnya sampai memiliki kesiapan mental yang diperlukan. Perpindahan ke kelompok yang lebih tinggi dapat dilakukan setiap saat sesuai kesiapan masing-masing.

Untuk anak-anak yang perkembangannya normal, perpindahan ke kelompok yang lebih tinggi dapat di-lakukan seiring dengan bertambahnya usia anak. Untuk kanak-anak yang mengalami gangguan perkembangan, disesuaikan dengan tingkat perkembangannya atau berdasarkan rekomendasi ahli. Pengukuran tahap perkembangan dapat menggunakan instrumen Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK).

Pengelompokan anak pada program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur andiatur sebagai berikut: a. Kelompok Alif: Usia 2 4 tahun (24 48 bulan), per

kelompok maksimal 10 anak. Jika jumlah anak lebih dari 10, dapat dipecah menjadi beberapa kelompok misalnya kelompok usia 2 3 tahun (24 36 bulan)


(21)

b. Kelompok Ba: Usia 4.0 5.0 tahun (49 60 bulan), per kelompok maksimal 12 anak. Jika jumlah anak lebih dari 12, dapat dibagi menjadi beberapa kelompok misalnya kelompok usia 4.0 4,5 tahun (49 54 bulan) dan 4,5 5.0 tahun (55 60 bulan). c. Kelompok Ta: Usia 5.0 6.0 tahun (61 72) bulan,

per kelompok maksimal 15 anak. Jika jumlah anak lebih dari 15, dapat dibagi menjadi beberapa kelompok misalnya kelompok usia 5.0 5,5 tahun (61 66 bulan) dan 5,5 6.0 tahun (67 72 bulan).

Penambahan kelompok hendaknya memper-hatikan ketersediaan pendidik dan ruangan.Jika jum-lah pendidik atau ruangan kurang, alternatif yang dapat ditempuh antara lain:

a. Membuka kelas pagi dan sore.

b. Mengatur jadwal masuk bergantian hari.

c. Membatasi penerimaan peserta didik sebatas daya tampung yang dimungkinkan.

4. Penyiapan Tempat dan Alat-alat

Tempat perlu ditata, dirapikan, dan dilengkapi dengan alat-alat sesuai kebutuhan. Kebutuhan ruangan dalam (indoor) untuk setiap anak minimal 3 m2. Artinya untuk kegiatan 10 anak minimal diperlukan ruangan


(22)

seluas 30 m2 atau sekitar 6 x 5 m. Luas ruangan tersebut termasuk untuk penempatan alat-alat.

Alat-alat yang diperlukan antara lain:

a. Almari untuk menyimpan kelengkapan administrasi dan buku-buku panduan.

b. Rak setinggi 120 cm untuk tempat APE sekaligus sebagai sekat/pembatas antar kelompok.

c. Meja anak secukupnya.

d. Kursi lipat/plastik ukuran anak-anak sejumlah anak. e. Kontainer/wadah plastik besar untuk menyimpan

APE (sesuai kebutuhan).

f. Papan tulis formika putih (white board) ukuran 70 x 90 cm (sejumlah kelompok).

g. Tiker/karpet berbentuk lingkaran dengan diameter 200 cm atau persegi dengan ukuran 180 x 220 cm (sejumlah kelompok).

Jika penataan alat main menggunakan sistem sentra, maka APE ditata berdasarkan kebutuhan sentra, misalnya sentra balok, sentra main peran, sentra seni dan kreativitas, sentra persiapan, dan sentra bahan alam. Sentra digunakan secara bergilir oleh masing-masing kelompok (moving class) sesuai jadwal. Jika penataan


(23)

perlu dilengkapi dengan semua jenis APE untuk mendukung proses pembelajaran di masing-masing kelompok.Masing-masing kelompok melakukan kegiatan di tempatnya masing-masing secara menetap (kecuali saat kegiatan bersama atau bermain di luar).

Jika kebutuhan perabot seperti tersebut di atas belum dapat dipenuhi, minimal kelengkapan yang harus ada adalah sebagai berikut:

a. Tempat untuk menyimpan kelengkapan adminis-trasi dan buku-buku panduan;

b. Tempat APE (sejumlah kelompok);

c. Papan tulis formika putih (white board) ukuran 70 x 90 cm (sejumlah kelompok);

d. Karpet/tikar berbentuk lingkaran dengan diameter 200 cm atau persegi dengan ukuran 180 x 220 cm (sejumlah kelompok);

e. Meja gambar lipat milik masing-masing anak. 5. Penyiapan Alat Permainan Edukatif (APE)

APE digunakan untuk mendukung proses belajar melalui bermain. APE disesuaikan dengan usia anak dan rencana kegiatan belajar yang sudah disusun. APE tidak harus yang sudah jadi tetapi dapat membuat sendiri atau melibatkan orangtua anak.


(24)

Penggunaan APE baik yang sudah jadi maupun yang dikembangkan sendiri agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menggunakan bahan yang aman bagi anak (tidak runcing/tajam dan tidak mengandung racun/zat yang membahayakan kesehatan anak).

b. Menarik buat anak dan dapat dimainkan oleh anak dengan berbagai cara.

c. Murah dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Apabila tempat yang digunakan untuk penye-lenggaraan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an juga digunakan untuk kegiatan lain, sebaiknya APE ditempatkan di rak yang memiliki roda atau disimpan di tempat yang mudah dipindah dan disimpan setelah selesai kegiatan. Tempat APE semacam ini dikenal dengan sebutan Keranjang PAUD. Apabila tempat kegiatan bersifat menetap (tidak bergantian dengan kegiatan lain), APE dapat disimpan di rak-rak mainan. Penempatan APE sebaiknya terjangkau oleh anak saat mau memainkannya.


(25)

Kerapian penataan APE akan membentuk kebiasaan rapi dan merangsang anak untuk memainkannya.

Pengelompokan APE sebagai berikut: a. APE untuk Kelompok Alif

Kelompok Alif merupakan kelompok gabungan anak usia 2 - 3 tahun dan 3 - 4 tahun. Pada usia 2 - 3 tahun merupakan akhir masa toddler atau penjelajah. Anak usia ini belum dapat duduk dengan tenang, suka iseng dengan memegang, menarik, atau memainkan benda-benda yang dipegangnya. Kegiatannya masih lebih banyak melibatkan gerakan fisik. Secara emosi masih sering terlihat malu-malu dan ragu. Jika lingkungannya mendukung, anak akan lebih percaya diri dan berekspresi secara penuh tanpa malu-malu dan ragu. Tetapi jika lingkungannya kurang mendukung, anak akan terus merasa malu-malu dan ragu. Pada usia ini anak belum dapat


(26)

mem-bangun atau membentuk sesuatu dengan konsep yang jelas. Semua kegiatan dilakukan dengan mencoba-coba. Kepekaan yang terjadi pada masa ini antara lain kepekaan akan keteraturan, kepekaan akan detil, kepekaan penggunaan tangan, dan kepekaan akan bahasa.

Pada usia 3 - 4 tahun anak sudah mulai dapat berkonsentrasi walaupun hanya beberapa menit. Anak sudah memiliki beberapa kecakapan, mulai dapat mencoba membentuk sesuatu yang sederhana, dan menyukai permainan bongkar pasang. Dengan kecakapan tersebut anak terdorong untuk melakukan berbagai kegiatan, tetapi karena kemampuannya masih terbatas adakalanya mengalami kegagalan. Kegagalan ini menyebabkan anak merasa bersalah. Pendidik hendaknya mendukung agar anak berani mencoba kembali. Jika anak memperoleh keper-cayaan, maka inisiatifnya akan berkembang mengalahkan rasa bersalah/gagal. Tetapi jika anak kurang memperoleh kepercayaan atau dipersalahkan, maka ia akan berkembang menjadi kurang percaya diri. Kepekaan akan keteraturan, kepekaan akan


(27)

detil, dan kepekaan akan bahasa masih terus berlanjut dan perlu memperoleh dukungan.

Contoh APE yang untuk kelompok Alif dapat dilihat pada Lampiran 1a.

b. APE untuk Kelompok Ba

Kelompok Ba adalah Kelompok anak usia 4 - 5 tahun. Pada usia ini anak-anak menyukai kegiatan mencoret-coret, menggambar, membentuk, menyusun, berimajinasi, bermain peran mikro dan makro, dan mulai mengenal keaksaraan. Anak-anak pada usia ini masih perlu diberikan kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan melalui bermain dan menggunakan benda-benda konkrit. Kegiatan yang bersifat skolastik seperti baca-tulis-hitung masih bersifat pengenalan.

Contoh APE yang untuk Kelompok Ba dapat dilihat pada Lampiran 1b.

c. APE untuk Kelompok Ta

Kelompok Ta adalah Kelompok anak usia 5 - 6 tahun. Pada usia ini anak-anak semakin menyukai kegiatan mencoret-coret, menggambar, membentuk, menyusun, berimajinasi, bermain peran mikro dan


(28)

makro, dan mulai mengenal keaksaraan. Anak-anak pada usia ini masih perlu diberikan kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan melalui bermain dan menggunakan benda-benda konkrit. Kegiatan baca-tulis-hitung juga semakin diminati. Biarkan kemampuan ini berkembang secara alami sesuai minat anak. Hindari adanya pemaksaan dalam bentuk latihan-latihan atau penugasan-penugasan terstruktur seperti menulis huruf, angka, atau bentuk-bentuk tertentu secara berulang-ulang. Alat tulis yang diperlukan adalah kertas kosong (tidak bergaris), pensil, spidol, dan krayon.

Contoh APE yang untuk Kelompok Ba dapat dilihat pada Lampiran 1c.

d. APE untuk Bermain Bahan Alam

Bermain bahan alam merupakan kegiatan yang sangat disukai anak. Main bahan alam berguna untuk pengembangan seluruh aspek; nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Contoh APE untuk bermain bahan alam dapat dilihat pada Lampiran 1d.


(29)

Contoh APE Bahan Alam

e. APE Buatan Sendiri

Berbagai bahan dan alat main dapat dibuat sendiri oleh kader dan orangtua. Bahan-bahan tersebut antara lain playdough, ublek, cat jari, cat air, kuas dari busa, dll.

Contoh APE untuk main bahan alam dapat dilihat pada Lampiran 1e.

6. Pembekalan Pendidik dan Pengelola

Peningkatan mutu pendidik dan pengelola dapat dilakukan melalui:

a. Belajar secara mandiri dengan bahan bacaan atau media lain yang relevan seperti pedoman, petunjuk pelaksanaan program, modul, buku teks, video, dll. b. Pelatihan bagi pendidik dan pengelola secara


(30)

c. Diskusi interaktif dalam pertemuan rutin (bulanan) para pendidik dan pengelola guna saling berbagi ilmu atau mendengarkan materi dari narasumber. d. Magang dan/atau studi banding.

e. Seminar dan/atau lokakarya tentang PAUD.

Contoh pembekalan awal untuk pendidik dan pengelola PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat dilihat pada Lampiran 2a dan 2b.

7. Penyiapan Buku Administrasi

Kegiatan administrasi disesuaikan dengan kebutuhan setiap lembaga. Buku-buku administrasi yang diperlukan antara lain:

a. Buku Induk Anak.

b. Buku Data Pengelola dan Pendidik. c. Daftar Hadir Pengelola dan Pendidik. d. Daftar Hadir Anak per Kelompok. e. Buku Rencana Pembelajaran Harian. f. Buku Catatan Perkembangan Anak. g. Kartu Iuran Anak.

h. Daftar Rekapitulasi Penerimaan Infaq Bulanan. i. Buku Kas dan Buku Inventaris.


(31)

Contoh Buku Administrasi dapat dilihat pada lampiran 3a - 3k.

8. Kalender Pendidikan

Kalender Pendidikan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an disesuaikan dengan kalender pendidikan nasional dan kalender kegiatan lembaga/yayasan, khususnya dalam kaitannya dengan hari libur dan pembagian buku laporan. Namun dalam hal penerimaan peserta didik dan perpindahan kelompok (kenaikan kelas) berbeda. Penerimaan peserta didik dapat dilakukan sepanjang waktu asalkan kapasitas daya tampung lembaga masih memungkinkan. Sedangkan perpindahan kelompok ke kelompok yang lebih tinggi dilakukan seiring dengan usia mentalnya. Bagi anak yang akan melanjutkan ke SD/MI, pendidik berkewajiban untuk memberikan pertimbangan kepada orangtua apakah secara mental yang bersangkutan sudah siap bersekolah. Pada usia 6 tahun anak sudah boleh mendaftar ke SD/MI. Tetapi jika belum siap sebaiknya digenapkan sampai usia 7 tahun.

9. Penyusunan Rencana Pembiayaan

Pembiayaan program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an antara lain mencakup:


(32)

a. Perawatan sarana dan prasarana. b. Pembelian dan perawatan APE. c. Biaya operasional kegiatan.

d. Biaya beban (listrik, air, dan telepon)

e. Peningkatan keterampilan pengelola dan pendidik. f. Insentif pengelola dan pendidik.

g. Insentif petugas kebersihan.

h. Peningkatan kapasitas lembaga (penambahan ruang, lahan, dll).

Pembiayaan program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an antara lain bersumber dari:

a. Iuran orang tua. b. Sumbangan donatur. c. Bantuan desa.

d. Bantuan Pemerintah (APBD II, APBD I, APBN). e. Bantuan pihak lain yang tidak mengikat.

10. Pendaftaran Calon Peserta Didik

Dalam hal PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an merupakan pengembangan dari Pendidikan Al-Quran yang sudah ada, maka peserta didiknya adalah anak-anak usia dini yang sudah terdaftar di lembaga tersebut. Dalam hal PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an


(33)

dan pendaftaran calon peserta didik. Pendaftaran peserta didik dapat menggunakan formulir sebagaimana dalam lampiran 6. Untuk melengkapi data, peserta didik lama dapat dilakukan registrasi ulang dengan menggunakan formulir tersebut.

11. Penyusunan Rencana Kegiatan Pembelajaran

Tujuan penyusunan rencana kegiatan pembelajaran adalah untuk mempermudah proses pembelajaran. Rencana kegiatan pembelajaran disusun dengan mengacu pada Standar PAUD.

Rencana kegiatan pembelajaran mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program dan kegiatan. Rencana Kegiatan pembelajaran terdiri dari: (1) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT); (2) Rencana Kegiatan Bulanan (RKB); (3) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM); dan (4) Rencana Kegiatan Harian (RKH). RKT dan RKB disiapkan oleh pengelola bersama pendidik, dengan memperhatikan masukan dari para orangtua. RKM dan RKH disiapkan oleh pendidik yang bersangkutan dengan mengacu pada RKT dan RKB.


(34)

Dalam menyusun rencana program pembelajaran PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tahapan perkembangan anak.

b. Kemampuan yang akan dikembangkan.

c. Tema/topik dan kegiatan yang akan dilakukan. d. Alat dan bahan main yang diperlukan.

e. Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan. f. Metode/pendekatan yang akan digunakan.

g. Alat ukur/evaluasi ketercapaian perkembangan anak.

Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) memuat tingkat pencapaian perkembangan anak untuk masing-masing kelompok usia (Permendiknas No. 58 Tahun 2009), alokasi waktu, dan temapembelajaran selama satu tahun.

Rencana Kegiatan Bulanan (RKB) merupakan penjabaran dari RKT. RKB memuat tema, indikator, konsep, dan kosa kata yang akan dikembangkan. RKB dapat berbentuk webbing, matrik, atau format lain sesuai kebutuhan.


(35)

Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan pen-jabaran dari RKB. RKM memuat tujuan pembelajaran, konsep yang akan dikenalkan, penambahan kosa kata, indikator perkembangan, serta sentra/kegiatan main yang akan dilakukan selama seminggu. Jika ada kejadian tertentu yang perlu diketahui anak seperti gempa, banjir, atau gerhana, tema dapat disesuaikan sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi anak.

Rencana Kegiatan Harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM. Rencana kegiatan harian memuat satu topik yang dibahas pada hari tersebut, konsep yang akan dikenalkan, penambahan kosa kata, serta kegiatan main, alat dan bahan main yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

C. IZIN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN PRO-GRAM SATUAN PAUD

Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, setiap pendirian lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal wajib memperoleh izin dari pemerintah. Tujuan perizinan adalah untuk keperluan pembinaan dalam rangka


(36)

memberikan pelayanan terbaik serta perlindungan kepada masyarakat.

Perizinan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota. UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan wajib memfasilitasi proses perizinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila masih terdapat persyaratan yang belum terpenuhi, maka dilakukan pembinaan serta diberitahukan kekurangannya. Bagi PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an yang telah melapor tetapi belum memenuhi persyaratan, dapat diberikan surat izin sementara untuk jangka waktu satu tahun. Surat izin sementara dapat diperpanjang sebanyak-banyaknya dua kali. Apabila setelah berakhirnya perpanjangan kedua yang bersangkutan belum mampu memenuhi persyaratan, agar diupayakan untuk dibantu. Apabila tidak memungkinkan, dapat disarankan untuk bergabung dengan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an terdekat yang memenuhi syarat.

Persyaratan perizinan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an antara lain mencakup:

1. Memiliki kepengurusan (pengelola kegiatan) sekurang-kurangnya terdiri dari unsur Ketua, Sekretaris, dan


(37)

2. Memiliki pendidik sekurang-kurangnya 3 orang (ter-masuk pengelola yang merangkap sebagai pendidik). 3. Sekurang-kurangnya 50% pendidik berpendidikan

minimal SMA/Aliyah atau sederajat.

4. Sekurang-kurangnya 50% pendidik telah mengikuti pelatihan program PAUD (dibuktikan dengan sertifikat pelatihan).

5. Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan anak (dilampiri foto tempat kegiatan).

6. Surat pernyataan bahwa kegiatan diselenggarakan di area tempat ibadah atau area pendidikan (pondok pesantren/sekolah Islam).

7. Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan toileting anak dan pendidik.

8. Memiliki halaman/area untuk bermain bebas.

9. Memiliki Alat Permainan Edukatif (APE) untuk men-dukung kegiatan anak di masing-masing kelompok. 10. Memiliki administrasi pencatatan kegiatan. 11. Memiliki buku-buku panduan/pedoman kegiatan. 12. Memiliki sumber pembiayaan yang dapat menjamin

keberlangsungan program (dilampiri daftar perkiraan penerimaan keuangan dan pengeluaran selama setahun).


(38)

13. Kegiatan telah berjalan aktif selama 6 bulan terakhir. 14. Jumlah peserta didik sekurang-kurangnya 15 anak. 15. Rekomendasi dari organisasi induk.

16. Berbadan hukum dari organisasi induk atau yayasan/lembaga penyelenggara.

Teknis perizinan diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.


(39)

BAB III

PENYELENGGARAAN PROGRAM A. TUJUAN PROGRAM LAYANAN

1. Memperluas jangkauan layanan PAUD khususnya di kalangan masyarakat muslim.

2. Memberikan wahana pendidikan anak usia dini yang berlandaskan nilai-nilai Al-Quran.

B. PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Penyelenggaraan pendidikan pada PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an berdasarkan prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut:

1. Berorientasi pada kebutuhan anak

Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini guru harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan tidak membedakan anak satu dengan lainnya.


(40)

2. Sesuai dengan perkembangan anak

Anak usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik khusus di semua area perkembangannya. Di aspek fisik, anak telah memiliki kekuatan otot dan koordinasi visual motorik yang semakin matang. Di aspek bahasa, anak telah memiliki kosa kata yang cukup sehingga mampu membangun komunikasi dengan orang lain. Secara kognitif, anak telah mampu melakukan hubungan logika sebab akibat dan pemecahan masalah sederhana. Secara sosial emosional, anak telah mempunyai kemampuan untuk mengelola perasaannya sehingga memungkinkankan untuk menjalin interaksi dengan teman dan orang dewasa. Secara moral dan agama, anak mulai dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu, guru harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi.

3. Sesuai dengan keunikan setiap individu

Anak merupakan individu yang unik, masing-masing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan


(41)

(visual) dan ada yang harus dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki minat yang berbeda-beda terhadap alat/bahan yang dipelajari/digunakan, juga mem-punyai temperamen yang berbeda, bahasa yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda.Guru seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, danmengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing-masing anak. Untuk mendukung hal tersebut guru harus meng-gunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak, menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan kekuatannya, serta menyediakan ragam main yang cukup.

4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain

Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menye-nangkan, sehingga tidak boleh terjadi pemaksaan (penekanan). Selama bermain, anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek-aspek nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Pembiasaan dan pembentukan karakter yang baik seperti tanggung jawab,


(42)

kemandirian, sopan santun, dan lainnya ditanamkan melalui cara yang menyenangkan.

5. Pembelajaran berpusat pada anak

Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan. Oleh karena itu guru harus memberi kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator saja, bukan yang menentukan segala sesuatu yang akan dikerjakan anak.

6. Anak sebagai pembelajar aktif

Anak bukanlah sebuah wadah kosong yang perlu diisi guru dengan berbagai pengetahuan, tetapi anak merupakan subjek/pelaku kegiatan dan guru merupakan fasilitator (membantu dan mengarahkan sesuai kebutuhan masing-masing anak). Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide, dan tidak bisa berdiam dalam jangka waktu lama. Izinkanlah anak untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dengan beraneka bahan dan kegiatan. Oleh karena itu guru harus menyediakan


(43)

untuk memainkannya dengan berbagai cara, dan memberikan waktu kepada anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Guru juga harus memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang dilakukannya dalam waktu yang lama.

7. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial

a. Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit yang dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal-hal yang bersifat abstrak /imajinasi.

b. Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang lebih rumit, misalnya mula-mula anak memahami apel sebagai buah kesukaan-nya, kemudian anak memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatannya.

c. Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh lalu berkembang menggunakan bahasa lisan. Guru harus me-mahami bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan main.


(44)

d. Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri, kemudian ke lingkungan dan orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang lebih luas.

Dengan demikian guru harus menyediakan alat-alat main dari yang paling konkrit sampai alat-alat main yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar

Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan pembelajaran berupa lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda-benda yang ada di sekitar anak, perubahan benda (daun muda menjadi daun tua lalu menjadi daun kering, dst.), cara kerja benda (bola didorong akan menggelinding, sedangkan kubus didorong akan menggeser, dst.), dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang-orang sekitar, suasana belajar (keramahan pendidik, pendidik yang siap membantu,


(45)

Karena itu, guru perlu menata lingkungan yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat dengan anak, dan hubungan antar anak dan antar guru. Guru perlu memfasilitasi anak untuk mendapatkan pengalaman belajar di dalam dan di luar ruangan secara seimbang dengan menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan anak. Guru juga menanamkan kebiasaan baik, nilai-nilai agama dan moral di setiap kesempatan selama anak di lembaga dengan cara yang menyenangkan.

9. Merangsang munculnya kreatifitas dan inovasi Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatifitas yang sangat tinggi. Karena itu berikan anak kesempatan untuk menggunakan bahan dengan berbagai jenis, tekstur, bentuk, dan ukuran dalam kegiatan permainannya, dan kesempatan untuk belajar tentang berbagai sifat dari bahan-bahan, cara memainkan, bereksplorasi dan menemukan.

Guru perlu menghargai setiap kreasi anak apapun bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka. Dengan kreatifitas, nantinya anak akan dapat memiliki pribadi yang kreatif sehingga mereka dapat memecahkan persoalan kehidupan dengan cara-cara yang kreatif.


(46)

Ide-ide kreatif dan inovatif mereka dapat menunjang untuk menjadi seorang wirausaha yang dapat meningkatkan perekonomian negara.

10. Mengembangkan kecakapan hidup anak

Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan dasar yang perlu dimiliki anak melalui pengembangan karakter, yang berguna bagi kehidupannya kelak. Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk sehingga menjadi modal bagi masa depannya kelak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, menghargai, kerjasama dan mampu membangun hubungan dengan orang lain. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak melakukan sendiri kegiatan-kegiatan untuk menolong dirinya (sesuai dengan kemampuan anak), misalnya membuka sepatu dan meletakkan di tempatnya, membuka bungkus makanan, mengancingkan baju sendiri, dan lain-lain.

11. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar


(47)

menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi anak. Air, tanah liat, pasir, batu-batuan, kerang, daun-daunan, ranting, karton, botol-botol bekas, perca kain, baju bekas, sepatu bekas, dan banyak benda lainnya dapat dijadikan sebagai media belajar. Dengan menggunakan bahan dan benda yang ada di sekitar anak, maka kepedulian anak terhadap lingkungan terasah untuk ikut serta menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitarnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada guru tetapi orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Misalnya anak dapat belajar tentang tugas dan cara kerja petani, peternak, polisi, pak pos, petugas pemadam kebakaran, dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka atau mendatangkan mereka ke sekolah untuk menunjukkan kepada anak bagaimana mereka bekerja dan menjadi sumber pengetahuan serta inspirasi.

12. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya

PAUD merupakan wahana anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi dengan berdasarkan pada sosial budaya yang berlaku di lingkungannya. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya daerah


(48)

seperti kesenian, bahasa, adat istiadat, permainan tradisional anak, benda-benda budaya seperti alat musik, baju,dan peralatan lainnya yang biasa digunakan oleh daerah setempat, menjadi bagian dari pembelajaran baik secara rutin maupun melalui kegiatan tertentu. 13. Melibatkan peran serta orangtua

Keberhasilan PAUD tidak bisa tercapai secara optimal tanpa keterlibatan orangtua. Guru sebagai pendidik kedua harus terus menjalin hubungan dengan orangtua untuk mendapatkan informasi tentang anak agar dapat menumbuh kembangkan semua potensi anak secara optimal. Orangtua harus dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan di sekolah, sehingga diharapkan dapat menjamin terjadinya keberlangsungan dan kesinambungan program antara apa yang dilakukan guru di sekolah dengan orangtua di rumah. Selain itu, orangtua juga dapat menjadi sumber informasi mengenai kebiasaan, kegemaran, ketidaksukaan anak, dan lain-lain yang digunakan pendidik dalam penyusunan program pembelajaran dan evaluasi perkembangan anak. Untuk itu, sekolah perlu memiliki program pendidikan


(49)

secara rutin, bukan sekedar pertemuan untuk pengambilan laporan perkem-bangan anak. Dengan demikian maka stimulasi yang dilakukan terhadap anak di lembaga dan di rumah menjadi sejalan dan saling menguatkan.

14. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan

Saat anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek perkem-bangan/kecerdasannya. Sebagai contoh saat anak makan, ia mengembangkan kemampuan bahasa (kosa kata tentang nama bahan makanan, jenis makanan, dsb.), gerakan motorik halus (memegang sendok, membawa makanan ke mulut), kemampuan kognitif (membedakan jumlah makanan yang banyak dan sedikit), kemampuan sosial emosional (duduk dengan tepat, saling berbagi, saling menghargai keinginan teman), dan aspek moral (berdoa sebelum dan sesudah makan). Program pembelajaran dan kegiatan anak yang dikembangkan guru seharusnya ditujukan untuk mencapai kematangan semua aspek perkembangan


(50)

C. PRINSIP - PRINSIP PENYELENGGARAAN

Penyelenggaraan Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:

1. Optimalisasi Program

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dimak-sudkan untuk memperkuat lembaga pendidikan Al-Quran yang sudah berjalan atau menggabungkan penyelenggaraan PAUD dengan pendidikan Al-Quran yang sudah ada sehingga hasilnya lebih optimal.

2. Optimalisasi Ketenagaan

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur andapat mengoptimalkan ketenagaan (ustadz/ustadzah TPQ) yang ada untuk melaksanakan dua program secara terpadu, yaitu PAUD dan Pendidikan Al-Quran.

3. Optimalisasi Sarana dan Prasarana

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia seperti masjid, musholla, atau prasarana lain yang dimiliki masyarakat, dengan memasang identitas (papan nama lembaga PAUD yang berbasis Pendidikan Al-Qur an).


(51)

D. KOMPONEN PENYELENGGARAAN 1. Kurikulum

a. Kurikulum PAUD berbasis Pendidikan Al-Quran digunakan oleh lembaga masing-masing dengan mengikuti standar PAUD Permen Diknas Nomor 58 tahun 2009.

b. Panduan kurikulum PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an disusun oleh lembaga/organisasi induk satuan PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an tingkat pusat.

2. Peserta Didik

a. Peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an adalah anak dari keluarga muslim mulai usia 2 sampai dengan 6 tahun.

b. Peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an diutamakan anak yang tidak/belum terlayani PAUD lainnya.

3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik anak usia dini adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pem-belajaran, dan menilai hasil pempem-belajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlin-dungan anak didik. Pendidik PAUD berbasis


(52)

Pen-didikan Al-Qur an bertugas di berbagai jenis layanan baik pada TAAM, TKA/TKQ, TPA/TPQ, TBA, dan bentuk lain yang sederajat. Pendidik PAUD terdiri atas guru dan guru pendamping.

Tenaga kependidikan terdiri atas pengawas/penilik, kepala sekolah, pengelola, administrasi, dan petugas kebersihan. Tenaga kependidikan bertugas melak-sanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

a. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1) Standar Pendidik

a) Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD didasarkan pada peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru beserta lampirannya.

b) Bagi guru PAUD jalur pendidikan non formal ( TPA, KB, TAAM TK Al-Qur an, TPQ dan


(53)

kualifikasi akademik dan kompetensi disebut guru pendamping dan pengasuh. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru pendamping a) Memiliki ijazah D-II PGTK dari

per-guruan tinggi terakreditasi; atau

b) Memiliki ijazah minimal sekolah me-nengah atas (SMA/Aliyah) atau se-derajat dan memiliki sertifikat pelatih-an/pendidikan/kursus PAUD yang ter-akreditasi.

2) Standar Tenaga Kependidikan

Untuk membantu anak usia dini mencapai tingkat perkembangan potensinya,layanan PAUD harus dikelola dengan baik. Setiap satuan PAUD harus memiliki penanggung jawab yang bertugas me-rencanakan, melaksanakan, mengelola adminis-trasi dan biaya, serta mengawasi pelaksanaan program. Tenaga kependidikan PAUD terdiri atas pengawas/penilik, kepala sekolah, pengelola, tenaga administrasi, dan petugas kebersihan yang di atur sendiri oleh masing-masing lembaga.


(54)

a) Pengawas / Penilik

Kualifikasi dan kompetensi Penilik PAUD Jalur Pendidikan Nonformal didasarkan pada peraturan Penilik Pendidikan Nonformal pada umumnya.

b) Pengelola PAUD Jalur Pendidikan Nonformal

Pengelola PAUD Jalur Pendidikan Nonformal adalah penanggungjawab dalam satuan PAUD Jalur Pendidikan Nonformal dengan kualifikasi:

(1) Minimal memiliki kualifikasi dan kompetensi guru pendamping

(2) Berpengalaman sebagai pendidik PAUD minimal 2 tahun

(3) Lulus Pelatihan/magang/kursus penge- lolaan PAUD dari lembaga terakreditasi

4. Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam men-dukung pelayanan PAUD. Standar sarana prasarana meliputi jenis, kelengkapan, dan kualitas fasilitas yang


(55)

digunakan dalam menyelenggarakan proses penye-lenggaraan PAUD.

Standar sarana prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan dan perlindungan. Pengadaan sarana prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya dan jenis layanan PAUD.

Dalam mempersiapkan sarana dan prasarana harus memperhatikan hal berikut:

a. Prinsip.

1) Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan anak.

2) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada dilingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.

b. Persyaratan

1) Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani dengan luas minimal 3m² per peserta didik.

2) Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktifitas anak yang terdiri dari


(56)

ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.

3) Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani.

4) Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.

5. Pengelolaan

Pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya hak dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksanaan PAUD.

a. Prinsip Pengelolaan.

1) Program dikelola secara partisipatoris

2) Menerapkan manajemen berbasis masyarakat b. Bentuk layanan.

Anak usia 2 6 tahun c. Perencanaan Pengelolaan

1) Setiap lembaga PAUD perlu menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga serta


(57)

mengembang-rangka pengelolaan dan peningkatan kualitas lembaga.

2) Visi, misi, dan tujuan lembaga dfijadikan cita-cita dan upaya bersama agar mampu mem-berikan inspirasi, motivasi dan kekuatan pada semua pihak yang berkepentingan.

3) Visi, misi dan tujuan lembaga dirumuskan oleh pimpinan lembaga bersama masyarakat, pen-didik dan tenaga kepenpen-didikan.

4) Program harus memiliki izin sesuai dengan jenis penyelenggaraan program.

d. Pelaksanaan Pengelolaan

1) Pengelolaan administrasi kegiatan meliputi: a) Data anak dan perkembangannya b) Data lembaga, dan

c) Administrasi keuangan dan program

2) Pengelolaan sumber belajar/media meliputi pengadaan, pemanfaatan, dan perawatan.

a) Alat bermain

b) Media pembelajaran c) Sumber belajar lainnya.


(58)

6. Pembiayaan

Pembiayaan meliputi jenis, sumber, dan pemanfaatan serta pengawasan dan pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan dan pengembangan lembaga PAUD yang dikelola secara baik dan transparan.

a. Jenis dan Pemanfaatannya:

1) Biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap.

2) Biaya operasional, digunakan untuk gaji pen-didik dan tenaga kepenpen-didikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung.

3) Biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Sumber Pembiayaan

Biaya investasi, operasional, dan personal dapat diperoleh dari pemerintah, pemerintah daerah, yayasan, partisipasi orang tua, masyarakat dan/atau


(59)

c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban

Lembaga memiliki mekanisme untuk melakukan pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

7. Kemitraan

PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an bekerjasama/bermitra dengan orang tua/wali murid, instansi pemerintah, instansi swasta, lembaga swadaya masyarakat, yayasan, dan lembaga peduli PAUD, dalam maupun luar negeri.

Orangtua/wali peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an merupakan bagian yang sangat penting sebagai pendidik pertama dan utama.

a. Komitmen orangtua/wali diperlukan untuk men-dukung proses pembelajaran PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

b. Keterlibatan orangtua/wali dalam mendukung proses pembelajaran antara lain dilakukan dengan: 1) Melanjutkan pembiasaan akhlakul karimah

(sikap dan perkataan positif) di rumah;

2) Melanjutkan pembiasaan sholat berjamaah di masjid atau di rumah;


(60)

4) Membiasakan membaca doa sehari-hari; 5) Membiasakan menghafal surat-surat pendek; 6) Mengikuti program parenting pertemuan rutin

yang diselenggarakan dilakukan oleh lembaga; 7) Membayar infaq bulanan secara tepat waktu dan

sesuai kemampuan dan kepatutan dengan prinsip gotong royong (bagi yang mampu membayar infaq lebih besar daripada yang kurang mampu), atau sesuai kesepakatan bersama;

8) Berpartisipasi aktif dalam memajukan program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

E. PROSES KEGIATAN 1. Pendekatan

Kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an meng-gunakan pendekatan:

a. Belajar melalui bermain.

b. Terintegrasi dengan pengembangan akhlak, Imtaq, dan karakter.

c. Berbasis pada Al-Quran, Hadits, dan ilmu penge-tahuan modern.


(61)

d. Proses kegiatan bersifat terpadu dan tematik, yaitu setiap kegiatan ditujukan untuk mengembangkan semua aspek yang dibungkus dengan tema tertentu.

2. Alur Kegiatan

Secara umum runtutan alur kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an sejak kedatangan anak hingga anak pulang dapat digambarkan pada bagan berikut. Namun secara khusus dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat dan waktu pelaksanaannya (pagi/sore).

KEDATANGAN

JURNAL(20 MENIT)

PEMBUKAAN (20 MENIT)

TRANSISI (10 MENIT)

PULANG

PEMBIASAAN AGAMA (60 MENIT)

KEGIATAN PENUTUP (10 MENIT) KEGIATAN KELOMPOK (60 MENIT)


(62)

Contoh jadwal kegiatan harian PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat dilihat pada lampiran 4a dan 4b.

3. Proses Kegiatan

Proses kegiatan merupakan inti dari kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an. Proses kegiatan merupakan wahana untuk memfasilitasi agar setiap anak dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usia dan potensi masing-masing. Proses kegiatan PAUD mencakup bidang Pengembangan Kemampuan Perilaku/Pembiasaan, dan bidang Pengembangan Kemampuan Dasar.

Proses kegiatan anak usia dini pada program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an diintegrasikan dengan pengembangkan akhlak dan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam diri setiap anak sesuai ajaran Islam. a. Pengembangan Kemampuan Perilaku/Pembiasaan

Pengembangan Pembiasaan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan, di antaranya:

1) Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 2) Mengikuti ibadah harian.

3) Senyum, salam, dan sapa.


(63)

5) Menggunakan kata-kata toyyibah seperti maaf, pe-rmisi, terimakasih, tolong, Subhanallah, Alham-dulillah, Allahu akbar, bismillah, dsb.

6) Hormat kepada orang dewasa dan sayang sesama teman.

7) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 8) Saling tolong-menolong.

9) Aktif dan antisipatif. 10) Selalu ceria.

11) Senang membantu/menolong.

12) Berbicara dengan lembut dan santun. 13) Bersabar untuk antri atau menunggu giliran. 14) Menyegerakan urusan yang ditunggu teman/orang. 15) Berempati kepada teman yang sedih/kesusahan. 16) Bersikap jujur, adil, dan berani.

17) Mencintai lingkungan alam dan binatang sesuai ajaran agama.

18) Infaq, sadaqah, dan menyantuni anak yatim/fakir-miskin.

19) Bersyukur dan bertawakal. 20) Bersilaturahmi.

Pengembangan pembiasaan tersebut dilakukan secara berkelanjutan, namun perlu disesuaikan dengan


(64)

kesiapan anak. Bila anak belum mampu atau lupa melakukan, maka guru mengingatkan dengan memberi contoh apa yang seharusnya dilakukan anak. Contoh: ketika anak lupa mengucapkan terimakasih saat dibantu atau diberi sesuatu, maka pendidik yang mengucapkan terimakasih . Jika anak masih lupa atau belum mau mengucapkan, maka pendidik yang terus mengucapkan. Demikian seterusnya sampai hal tersebut dilakukan dan menjadi perilaku anak. Jadi dalam melakukan pembiasaan ini tidak cukup hanya diajarkan, tetapi dicontohkan secara terus-menerus oleh pendidik. Pendidik tidak perlu menegur apalagi menghukum anak yang belum melakukan, tetapi cukup mengajak, mencontohkan, atau mengingatkan.

b. Pengembangan Kemampuan Dasar

Pengembangan Kemampuan Dasar dilakukan dengan mengacu pada: (1) tingkat pencapaian perkembangan anak menurut usia sebagaimana tertuang dalam Standar PAUD (Permendiknas No. 58 Tahun 2009); dan (2) potensi masing-masing anak. Indikator tingkat pencapaian perkembangan tersebut merupakan standar umum, sehingga pelaksanaannya harus


(65)

disesuaikan dengan potensi masing-masing anak serta tidak boleh dipaksakan.

c. Keterpaduan antara Program Pengembangan Kemam-puan Perilaku/Pembiasaan dan Program Pengembangan Kemampuan Dasar

Program pengembangan pembiasaan dan program pengembangan kemampuan dasar pada anak usia dini tidak bersifat terpisah/sendiri-sendiri, tetapi menyatu dan bersifat saling mendukung.Semua program tersebut ditujukan untuk membantu anak mencapai perilaku mulia (akhlaqul karimah) dan perkembangan optimal pada semua aspek, dalam rangka membentuk pribadi yang Islami, sehat/bugar, cerdas, dan kreatif sesuai dengan potensi masing-masing. Para pendidik dapat mengembangkan kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan budaya masing-masing daerah. 4. Pengelolaan Proses Kegiatan

a. Penyiapan/penataan Bahan dan Alat Main/APE

1) Sebelum kedatangan anak, pendidik menyiap-kan/menata bahan dan alat main/APE yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk setiap kelompok.


(66)

2) Penataan bahan dan alat main/APE hendaknya mencerminkan rencana pembelajaan yang sudah dibuat, yaitu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai anak selama bermain dengan bahan dan alat main tersebut.

b. Penyambutan Kehadiran Anak

Jika saatnya anak mulai datang, salah seorang pendidik menyambut kedatangan anak dengan ramah dan membimbing untuk menyimpan bekal dan peralatan yang dibawapada tempatnya.

c. Fasilitasi Kegiatan Jurnal Harian

1) Sambil menunggu anak-anak lainnya datang, anak yang sudah datang dipersilahkan melakukan jurnal pagi melalui kegiatan misalnya: menggambar, mencoret-coret bebas, atau kegiatan lain yang disukai anak.

2) Kegiatan jurnal pagi penting sebagai sarana transisi sebelum mengikuti proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini emosi anak dapat tersalurkan melalui coretan atau gambar yang dihasilkan. Selain itu, jurnal pagi juga dapat mengembangkan aspek motorik halus, sosial-emosional, seni dan kreativitas,


(67)

d. Kegiatan Pembuka

Saat waktunya tiba, semua anak diminta berkumpul membentuk lingkaran besar untuk melakukan kegiatan pembuka. Kegiatan pembuka dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Salah seorang pendidik memimpin kegiatan pembuka dengan mengucapkan salam lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Pendidik lain membantu mengatur anak agar mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib. Kegiatan pembuka dapat berupa permainan tradisional, gerak dan musik, mendongeng, bernyanyi, menirukan gerakan/suara hewan, atau kegiatan lain yang melibatkan gerakan kasar dan membangun emosi positif anak.


(68)

e. Transisi

1)Setelah mengikuti kegiatan pembuka, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan, dan lain-lain. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilakan untuk minum dan ke kamar kecil/mencuci tangan. Kegiatan ini bertujuan untuk latihan kebersihan diri ke kamar mandi (toilet training). Masing-masing pendidik memimpin kelompok anak yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Setelah selesai toilet training, anak-anak diminta

mengambil air wudhu untuk melakukan shalat dhuha dan pembiasaan agama.

3) Setelah semua anak siap, pendidik mengajak anak-anak menuju sentra/kelompoknya guna persiapan shalat dhuha.

f. Pembiasaan Agama

1) Jika waktunya pagi dapat dimulai dengan shalat dhuha yang diikuti seluruh anak atau di ke-lompoknya masing-masing.


(69)

membaca Iqra, doa harian, surat pendek, atau lagu-lagu Islami (nasyid).

g. Kegiatan di Kelompok 1) Pijakan sebelum bermain

a) Pendidik dan anak-anak duduk melingkar atau menggerombol berhadapan dengan pendidik. Pendidik memberi salam kepada anak-anak dan menyapa setiap anak dengan menanyakan kabarnya.

b) Pendidik meminta anak-anak untuk memper-hatikan siapa saja yang tidak hadir.

c) Mengajak anak membaca doa sebelum kegiatan dan meminta salah seorang anak untuk memimpin doa.

d) Pendidik menyampaikan kegiatan hari ini dan hal-hal yang dapat dilakukan anak.

e) Pendidik membacakan buku yang sesuai tema terintegrasi dengan nilai-nilai kehidupan ber-agama Islam.

f) Pendidik mengenalkan kosa kata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung pem-belajaran anak.


(70)

g) Pendidik mengenalkan alat main yang sudah disiapkan.

h) Pendidik menjelaskan cara menggunakan alat-alat.

i) Agar tertib, anak-anak diminta mengusulkan dan menyepakati aturan bermain.

j) Pendidik mempersilakan anak untuk mulai bermain melalui kegiatan transisi, misalnya mempersilakan anak tertentu untuk bermain terlebih dahulu dengan menunjuk anak ber-dasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya.

2) Pijakan Saat Anak Bermain

a) Pendidik berkeliling dan memastikan semua anak aktif bermain.

b) Memberi gagasan cara main pada anak yang belum memiliki pengalaman menggunakan bahan dan alat main yang disediakan.

c) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak.

d) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pertanyaan


(71)

dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.

Pendidik Sedang Memberikan Pijakan Saat Anak Bermain e) Memberikan bantuan pada anak yang

membutuhkan.

f) Mendukung anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya (densitas).

g) Mencatat dan mendokumentasikankegiatan, perilaku, dan perkataan anak.

h) Meminta anak untuk mengumpulkan hasil kerja mereka, dengan mencantumkan nama serta tanggal di lembar kerjanya (apabila anak belum bisa menulis maka pendidik membantu menuliskannya)


(72)

i) Bila waktu tinggal 5 menit, pendidik mem-beritahukan kepada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainannya. 3) Pijakan Setelah Bermain

a) Setelah waktu bermain selesai Pendidik mem-beritahukan saatnya mengembalikan mainan, alat dan bahan pada tempatnya dengan melibatkan anak-anak.

b) Bila anak belum terbiasa, Pendidik bisa mem-buat permainan atau lagu yang menarik agar anak senang merapikan.

c) Saat merapikan, Pendidik menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan jenisnya.

Anak-anak terlibat saat mengembalikan mainan dan membersihkan kembali tempat main


(73)

d) Bila peralatan dan bahan main sudah dirapikan kembali, pendidik merapikan tempat dan membantu anak-anak merapikan bajunya dan/atau menggantinya bila basah.

e) Setelah rapi dan semua anak duduk, pendidik menanyakan kembali kepada setiap anak kegiatan main yang telah dilakukannya. Ke-giatan menanyakan kembali (recalling) melatih kekuatan berpikir anak, melatih menggunakan kalimat untuk mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya, serta memperluas perbendaharaan kata anak.

f) Pendidik mengajak anak membaca do a setelah selesai kegiatan bermain.


(74)

h. Makan Bersama

1) Makan bersama bertujuan untuk membiasakan adab makan, mengenal jenis-jenis makanan, mensyukuri rizqi dari Allah, dan meningkatkan gizi anak. Jenis makanan berupa kue atau makanan bergizi lainnya. Agar menu makanan dapat diatur dan untuk menghindari makanan jajanan yang ku-rang sehat, disarankan agar makanan disediakan secara bergilir oleh orangtua untuk masing-masing kelompok. Untuk itu perlu disepakati menu/jenis makanan yang harus disiapkan oleh orangtua beserta patokan harga minimalnya (sesuai ke-sepakatan). Hari yang orangtuanya membawakan makanan dijadikan hari sodaqoh anak. Anak yang bersodaqoh dapat diberi kesempatan sebagai pemimpin pada hari itu.

2) Sebelum makan, pendidik mengajak anak untuk cuci tangan, membantu mempersiapkan hidangan, mendiskusikan makanan yang sudah terhidang, berterimakasih pada anak yang orangtuanya membawakan makanan (bersedekah), bersyukur, dan mengucapkan doa dipimpin oleh anak yang


(75)

Anak sedang makan bersama-sama

3) Pembiasaan tatacara/adab makan yang baik.

4) Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan yang tercecer atau bungkus makanan dibuang ke tempat sampah.


(76)

i. Kegiatan Penutup (diikuti seluruh anak)

1) Setelah semua anak berkumpul membentuk ling-karan besar, pendidik dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyam-paikan rencana kegiatan hari berikutnya dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing.

2) Pendidik meminta salah satu anak secara bergiliran untuk memimpin doa penutup.

3) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia, dan lain-lain. Selanjutnya berjabatan tangan sambil mengucapkan salam.

Pulang dengan tertib merupakan pijakan akhir yang mengesankan

j. Perencanaan Kegiatan Hari Berikutnya


(77)

bersama pendidiklain mendiskusikan kejadian hari ini dan menyiapkan rencana kegiatan hari berikutnya. k. Program Orangtua

1) Program orangtua dikembangkan dalam rangka menjembatani kesesuaian pemahaman akan pendidikan, dan pengasuhan anak yang diberikan di lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dan pengasuhan di rumah.

2) Program orangtua dilaksanakan secara berkala. Waktu pertemuan disepakati bersama. Inisiatif kegiatan dapat datang dari orangtua, sedangkan lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an memfasilitasinya.

3) Kegiatan Program orangtua dapat berbentuk: kelas orangtua, keterlibatan orangtua di kelas/kelompok/sentra, keterlibatan orangtua dalam kegiatan bersama, hari konsultasi, kunjungan rumah, dan sebagainya.

4) Materi yang dibahas dalam program orangtua disesuaikan dengan kebutuhan orangtua yang terkait dengan permasalahan pendidikan, pera-watan, dan pengasuhan anak.


(78)

5) Narasumber dapat berasal dari orangtua itu sendiri, lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an, atau ahli dari luar.

6) Program Orangtua sebaiknya disusun oleh orangtua bersama lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

7) Selain melalui kegiatan tatap muka, media yang dapat digunakan dalam bentuk: leaflet, koran dinding, atau siaran radio komunitas orangtua PAUD.

8) Pelaksanaan Program Orangtua mengikuti Petunjuk yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD Tahun 2013.

F. EVALUASI, PELAPORAN DAN PEMBINAAN 1. Evaluasi

Kegiatan evaluasi yang dilakukan di program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an mencakup dua kegiatan yakni evaluasi terhadap program kegiatan dan evaluasi hasil kemajuan perkembangan anak.


(79)

a. Evaluasi Penyelenggaraan Program

Evaluasi keberhasilan program dilakukan secara: 1) Internal; oleh penyelenggara, pengelola dan

pendidik, sekurang-kurangnya setahun sekali. 2) Eksternal; oleh orang atau lembaga dari luar,

misalnya dinas pendidikan atau kantor wilayah kementerian agama setempat.

Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui efek-tivitas pelaksanaan program PAUD berbasis Pen-didikan Al-Qur an. Evaluasi program mengukur sejauh mana indikator keberhasilan dapat tercapai, antara lain meliputi:

1) Tempat Kegiatan 2) Pendidik

3) Peserta didik 4) Frekuensi kegiatan

5) Orangtua yang aktif membayar iuran/infaq 6) Partisipasi orangtua dalam mendukung program 7) Jumlah kelompok

8) Sumber pendanaan 9) Dukungan unsur pembina

Pelaksanaan evaluasi program dapat menggunakan format penilaian keberhasilan program PAUD


(80)

berbasis Pendidikan Al-Qur an pada lampiran 5. Hasil evaluasi pelaksanaan program dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kinerja berikutnya. b. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi perkembangan anak dilakukan sekurang-kurangnya setiap enam bulanan. Evaluasi perkembangan anak dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang tertuang dalam:

1) Buku catatan perkembangan dan catatan anekdot.

2) Kumpulan hasil karya anak (portofolio).

3) Daftar cek (checklist) perkembangan anak (jika

tersedia).

4) Data kesehatan dan perkembangan berat badan. 5) Informasi relevan lainnya (dari orangtua/sumber

lain).

Pencatatan perkembangan anak dilakukan setiap pertemuan dengan menggunakan buku catatan perkembangan dan catatan anekdot anak. Pencatatan perkembangan mencakup semua aspek perkembangan. Selain dalam bentuk catatan perkembangan, pendidik juga dapat menggunakan


(1)

112

NO

SIKLUS/

USIA ANAK

KEBUTUHAN

ESSENSIAL

JENIS LAYANAN

Perawatan balita gizi buruk

Pencegahan penyakit menular lainnya

4. Pengembangan

kecerdasan jamak:

-

Verbal/bahasa

-

Matematika/logika

-

Visual-spasial

-

Kinestetik &

gerakan tubuh

-

Musik-irama

-

Interpersonal

-

Intrapersonal

-

Naturalis

-

Spiritual

-

Pemberian rangsangan pendidikan

sesuai tahap perkembangan dan

potensi anak yang mencakup: (1)

pembiasaan sikap dan perilaku positif

(pembentukan karakter); (2)

pengembangan fisik dan motorik (3)

sosial dan emosional, (4) bahasa dan

komunikasi, (5) kognitif, (6) seni dan

kreativitas.

-

Bimbingan keagamaan sesuai usia

dan tahap perkembangan anak.

5

Janin sampai

6 tahun

-

Penerimaan & kasih

sayang

-

Asuhan dan

perlindungan

Pemeliharaan, perawatan, bimbingan,

pendidikan, pembinaan & perlindungan.

6

Janin sampai

6 tahun yang

mempunyai

kebutuhan

khusus

-

Penerimaan dan

kasih sayang.

-

Pemeliharaan dan

perawatan.

-

Asuhan, bimbingan,

didikan dan

pembinaan.

-

Perlindungan.

-

Pemeliharaan, perawatan, bimbingan,

pendidikan, pembinaan dan

perlindungan sesuai kebutuhan

khususnya.

-

Pendidikan inklusif/non-diskriminatif.

-

Sistem rujukan.

Sumber: Bappenas, Buku Saku Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif, 2010.

Penjelasan:

Menu dengan gizi seimbang adalah beraneka ragam dan dalam jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan. Beraneka ragam artinya bahan makanan

mengandung semua zat gizi (karbonhidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral serta serat).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan

keterpaduan dalam tatalaksanan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas

rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya pengobatan

terhadap penyakit: pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,

malnutrisi, dan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

meliputi imunisasi, pemberian Vitamin A dan konseling pemberian makan.


(2)

Lampiran 11


(3)

114

Petunjuk Pengisian

Petunjuk Umum:

1. Pengamatan dilakukan pada akhir bulan ke-4, 8, 12, 18, 24, 36, 48, dan 60 usia anak. 2. Saat pengamatan dilakukan anak harus dalam kondisi sehat dan tanpa beban. 3. Pengamatan dilakukan sealami mungkin sehingga si anak tidak tahu sedang dideteksi. 4. Pengamatan dilakukan per aspek perkembangan, mulai dari gerakan kasar sampai sosialisasi.

5. Garis grafik perkembangan dimulai dari titik merah pada usia pengamatan, selanjutnya dihubungkan dengan titik-titik pada kolom aspek perkembangan sesuai dengan kemampuan anak saat pengamatan.

6. Saat membubuhi titik pada kolom perkembangan yang dicapai, pastikan bahwa kemampuan itu tidak terjadi secara kebetulan.

7. Untuk anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya DDTK dilakukan oleh orangtuanya dengan dibantu oleh Kader.

Usia 4 Bulan:

1.1 Anak ditengkurapkan, di depannya diletakkan mainan.

Anak mampu mengangkat kepala.

1.2 Anak ditelentangkan. Anak mampu bermain-main dengan kedua tangannya.

1.3 Anak diterlentangkan, di atasnya diberi mainan. Anak mampu mengamati mainan.

1.4 Anak diterlentangkan. Anak mampu mendengar suara kertas diremas & bermain bibir sambil mengeluarkan air liur

1.5 Anak digendong Ibunya. Anak mampu tersenyum pada Ibunya ketika di goda.

Usia 8 Bulan:

2.1 Anak dalam posisi duduk dengan mainan. Anak mampu duduk sendiri dan mengambil posisi ongkong-ongkong sambil bertahan sebentar.

2.2 Balok mainan diletakkan di depan anak. Anak mampu menggenggam balok mainan dengan seluruh permukaan tangan.

2.3 Mainan diletakkan di atas meja di depan anak lalu mainan digerakkan/digelindingkan sampai jatuh. Anak mampu memperhatikan dan mencari mainan yang jatuh.

2.4 Ibu memperhatikan dan mendengar celoteh anak. Anak mampu mengeluarkan suara: ma.. ma ma , da... da da , ta... ta ta

2.5 Bapak/Ibu duduk di depan anak berhadap-hadapan. Anak mampu bermain Ciluk Baa

Usia 12 Bulan:

3.1 Mainan diletakkan didepan anak.Anak mampu berdiri sendiri dan berjalan berpegangan.

3.2 Benda kecil disebarkan didepan anak.Anak mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk.

3.3 Mobil-mobilan atau boneka diletakkan didepan anak.Anak mampu menunjuk roda mobil-mobilan atau mata boneka. 3.4 Ibu/Bapak memperhatikan dan mendengarkan ucapan

anak. Anak mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya.

3.5 Anak sedang asyik dengan mainan, ibu meninta mainanya.

Anak mampu memberikan mainan pada Ibu/Bapak

Usia 18 Bulan:

5.1 Anak diminta mendekati ibu dengan cepat. Anak mampu berlari tanpa terjatuh.

5.2 Ibu memperhatikan ucapan anak. Anak mampu mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan tahu artinya.

5.3 Ibu bertanya: NAmamu siapa? . Anak mampu menyebutkan namanya bila ditanya.

5.4 Ibu memperhatikan ucapan anak. Anak mampu mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan tahu artinya.

5.5 Ibu bertanya: Namamu siapa? . Anak mampu menyebutkan namanya bila ditanya.

Usia 24 Bulan:

5.1 Anak diminta untuk melompati garis. Anak mampu melompat dengan dua kaki sekaligus.

5.2 Anak diminta membuka botol dengan memutar tutupnya.

Anak mampu membuka botol dengan memutar tutupnya.

5.3 Anak diminta menyebukan bagian-bagian tubuh. Anak mampu menyebutkan 6 bagian tubuh (mata, hidung, mulut, kepala, tangan, telinga, dst).

5.4 Ibu bertanya dengan pertanyaan sederhana, Mau apa?

Anak mampu menjawab dengan dua kata.

5.5 Ibu mengajak anak mencuci.Anak mampu meniru kegiatan orang dewasa.

Usia 36 Bulan:

6.1 Anak diminta untuk turun tangga. Anak mampu turun tangga dengan kaki bergantian tanpa berpegangan.

6.2 Anak diminta untuk mengambar garis dan lingkaran.

Anak mampu meniru garis tegak, garis datar dan lingkaran.

6.3 Anak diminta untuk menunjukkan warna sayur-sayuran dan buah-buahan. Anak mampu menyebut tiga warna.

6.4 Ibu/bapak mengajak anak melihat gambar.Anak mampu bertanya dengan memakai kata apa, siapa, dimana?

6.5 Anak diminta bergabung dengan teman-temannya. Anak mampu bermain bersama dengan teman.

Usia 48 Bulan:

7.1 Anak diminta untuk melompat dengan satu kaki. Anak mampu melompat dengan satu kaki ditempat.

7.2 Anak diberi pensil dan kertas untuk menggambar, kemudian perhatikan cara anak memegang pensil. Anak mampu memegang pensil dengan ujung jari.

7.3 Anak diminta untuk menghitung tiga balok mainan didepannya. Anak mampu menghitung tiga balok mainan dengan cara menunjuk.

7.4 Ibu bertanya dan mendengarkan ucapan anak saat bermain, Mis: Itu apa?Anak mampu menggunakan kalimat lengkap (lebih dari 2 kata).

7.5 Anak diajak bergabung dengan teman-temannya dalam satu permainan. Anak mampu bermain bersama teman dalam satu permainan.

Usia 60 Bulan:

8.1 Anak diminta melompat dengan satu kaki kearah depan.

Anak mampu melompat dengan satu kaki kearah depan.

8.2 Beri contoh menggambar tanda + Anak mampu meniru tanda +

8.3 Anak diminta untuk menggambar orang. Anak mampu menggambar orang.

8.4 Ibu mendengar apa yang diceritaqkan anak pada temannya. Anak mampu bercerita dan bermakna.

8.5 Ibu diminta bergabung dengan teman-temannya dalam permainan yang berurutan. Anak mampu bermain bersama teman dengan mengikuti urutan permainan.


(4)

Langkah-langkah dalam DDTK

1. Persiapkan buku DDTK

2. Persiapkan Kartu DDTK

3. Tentukan Umur anak

4. Cantumkan dan lingkari

tanggal pemeriksaan di

kotak umur anak

5. Lakukan Pemeriksaan

6. Jika anak sudah

mampu,berikan tanda(Ö)

pada kotak yang tersedia

7. Jika anak tidak mampu,

lihatlah kemampuan anak

satu tingkat dibawah

usianya

8. Hubungkan tanda (Ö)

menjadi sebuah garis

yang saling berhubungan

9. Hasil pemeriksaan DIBAHAS

bersama:

-

Apakah anak perlu

distimulasi ?

-

Apakah anak perlu dirujuk ?

-

Apakah anak sudah sesuai

umur

perkembangannya ?

10. Pencatatan

Catat hal hal yang ditemukan

pada saat pemeriksaan:

-

Sikap

-

Kondisi anak saat


(5)

116

Nama

Tanggal,

bulan,

tahun

lahir

Status

gizi(KMS)

Perkembangan

berdasarkan 5 fungsi

(checklist)

keterangan

Usia

Sekarang

g

e

ra

k

a

n

k

a

sa

r

g

e

ra

k

a

n

h

a

lu

s

p

e

n

g

a

m

a

ta

n

b

ic

a

ra

so

si

a

li

sa

si

pita kuning

pita hijau

pita merah

Rekapitulasi Pelaksanaan DDTK

Nama Lembaga PAUD:...

Tanggal Observasi:


(6)

Dicetak oleh:

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Tahun 2013