Nilai Gotong Royong Dalam Istiadat Ritual Khitanan Pada Masyrakat Melayu Langkat Di Desa Secanggang

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kajian Yang Relevan
Dalam penelitian ini penulis menemukan dan memahami serta merujuk pada beberapa

penelitian tentang istiadat ritual khitanan yang telah dilaksanakan diantaranya; Irdlon (2011)
berupa tesis, berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Khitanan. Dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa

tradisi khitanan terdapat nilai-nilai pendidikan, khususnya kepada anak. Nilai itu,

membangun dan membina anak agar menjadi pribadi muslim dan shaleh atau berbudi pekerti.
Penelitiannya juga mengutarakan bagaimana cara mengimplementasikannya dalam pendidikan
anak. Selain itu, penelitian tersebut juga mengungkapkan agar umat Islam lebih paham makna
khitanan. Kemudian, anak, keluarga, dan masyarakat bersedia mempraktikkannya demi
pendidikan anak-anak mereka.
Suyanto (2013) dalam kemasan skripsi meneliti tentang nilai kegotong royongan. Skripsi
ini berjudul; Implementasi Nilai Gotong Royong dalam Tradisi Gubregan (studi kasus pada

masyarakat Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong kabupaten Boyolali Tahun 2013).

Penelitian ini menjelaskan bahwa Gumbregan adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat Dukuh Bandung setelah selesai melakukan panen raya padi. Tradisi ini dilakukan
secara bersama-sama yang dilaksanakan pada hari tertentu dan waktunya pagi hari.
Dalam Tradisi Gumbregan juga terdapat nilai-nilai gotong-royong, Pertama implementasi
gotong-royong tercermin pada saat warga bersama-sama mempersiapkan seserahan yang berupa
umbi-umbian, ketela pohon, gembili, uwi, tebu, kimpul, ubi jalar, ketupat dan pisang.Kedua
tercermin pada saat warga bersama-sama membawa seserahan ke rumah sesepuh desa. Ketiga
pada saat anak sesepuh desa menerima seserahan yang dibawa, lantas dibantu warga
6

Universitas Sumatera Utara

membagikan kembali secara adil. Keempat pada saat alim ulama setempat bersama warga yang
datang melakukan doa sebagai wujud terima kasih kepada nikmat dan rejeki dari Tuhan Yang
Maha Esa. Kelima pada saat warga melanjutkan tradisi ini untuk menyebar seserahan di sawah.
Keenam pada saat warga melanjutkan tradisi ini untuk menyebar seserahan di kandang ternak.
Amran Kasimin (1999) juga menulis buku tentang ritual khitanan dalam masyarakat
Melayu, khususnya di Semenanjung Malaysia. Dalam bukunya dijelaskan aspek- aspek ritual

khitanan merupakan pengaruh India atau Hindu. Diuraikan bahwa istiadat ritual khitanan bernilai
etika yang lazim dilakukan oleh masyarakat dimanapun. Selain itu, dijelaskan juga tentang nilai
kerja sama atau gotong royong yang ada dalam istiadat ritual khitanan merupakan salah satu
aspek jati diri atau karakter dari masyarakat Melayu.
2.2

Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat
Pengertian kosmologi dalam konteks penelitian nilai budaya atau tradisi Melayu dapat

diartikan segala sesuatu mendasari aktifitas atau keadaan bersifat kultural yang mengitari
wujudnya aspek suatu budaya atau istiadat masyarakat. Dalam konteks penciptaan karya, dalam
hal ini juga dapat disebut sebagi konsep kreatif seorang penyair atau pujangga. Aktifitas dan
keadaan tersebut berperan penting dalam pemaknaan dan kelangsungan suatu budaya atau
istiadat dan karya tertentu. Manakala secara etimologi, kosmologi berasal dari perkataan kosmos
yang berarti dunia, aturan alam dan logos berarti rasio atau akal. Jadi kosmologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam (dunia), akan tetapi kosmologi merupkaan ajaran
atau ulasan tentang dunia dari suatu aspek budaya.7
Membahas tentang ilmu alam atau ilmu dunia, seperti istiadat ritual khitanan tak terlepas
dari pemahaman tentang kosmologi religius dan budaya, kosmologi ini merupakan ajaran dan


7

Bertens, 1985:13
7

Universitas Sumatera Utara

keyakinan bersifat religi dan nilai serta norma sesuai keyakinan dan memberikan petunjuk dan
prilaku-prilaku manusia yang memiliki etika.
Kabupaten Langkat merupakan daerah Melayu yang teridentik beragama Islam. Yang
selalu berpegang teguh pada adat yang bersendikan ’’syara’’ syara bersendikan kitabullah.
Yuchan mengatakan dalam bukunya adat istiadat perkawinan Melayu Sumatera Timur, Adat
dan budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu
tempat, setelah masuknya agama islam ke Indonesia sebagian besar agama yang dianut dan
ditaati oleh sebahagian besar bangsa indonesia, maka untuk menyempurnakannya adat dan
budaya Melayu diselaraskan dengan ajaran agama islam sesuai dengan ungkapan yang
berbunyi’’ adat yang bersendikan syara’’ syara mengikat adat ’’kuat agama kuat adat kuat adat
kuat agama’’.
Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat dari beberapa pakar-pakar adat serta budayawan
Melayu maka adat Melayu dibagi atas beberapa tingkatan yaitu: adat yang sebenar adat, adat

yang diadatkan, adat yang teradat. Adat yang sebenar adat adalah sebuah prinsip- prinsip adat
Melayu yang tidak dapat berubah. Prinsip-prinsip tersebut tersimpul dalam ’’adat bersendikan
syara’’ dan ’’syara bersendikan kitabullah’’. Sedangkan ketentuan-ketentuan adat yang
bertentangan dengan ajaran agama islam tidak dapat digunakan lagi. Adat yang diadatkan adalah
adat yang dibuat oleh penguasa satu kurun waktu tertentu. Masa berlaku adat ini adalah selama
belum dirubah oleh penguasa berikutnya. Adat ini dapat dirubah sesuai dengan situasi dan
kondisi serta perkembangan zaman. Adat yang teradat adalah suatu kebiasaan sehari- hari yang
merupakan berlaku bagi Masyarakat Melayu atau istilah dengan tradisi. Adat ini selalu dipakai

8

Universitas Sumatera Utara

dan dilaksanakan sebagai pelengkap sehingga pelanggaran terhadap adat ini tidaklah
mendapatkan sanksi apapun terkecuali nasehat dari para pengetua adat pada zaman dahulu. 8
Pada Masyarakat Desa Secanggang juga sangat memegang tuguh agama islam, selalu
berpedoman pada ALQUR’AN dan HADIST. Ajaran agama islam sangat penting bagi kehidupan
Melayu, terutama Shalat dan Mengaji. Di dalam organisasi bermasyarakat juga penduduk Desa
Secanggang juga membuat perwiritan atau yasin sebagai kegiatan agama, dan dalam bentuk
pengajian lainnya. Biasanya anak- anaknya pergi mengaji ke sebuah sekolah Madrasah. Dan

mereka juga membuat acara syukuran apabila anak mereka sudah khatam mengaji.
Pada umumnya mata pencarian masyarakat Secanggang adalah sebagai nelayan, ada juga
sebagian yang menjadi pedagang atau guru. Mereka pergi berlayar atau melaut Mencari ikan
dengan menggunakan bot atau sampan. Jika mereka ingin mengambai udang maka mereka pergi
ke laut tengah malam. Dalam hidup sosial mereka juga sangat mengutamakan hubungan baik
dengan tetanngga dan jiran, ramah tamah dan berakhlak juga sangat diperhatikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.3

Letak Geografis dan Sejarah Singkat

2.3.1 Letak Geografis
Letak Geografi Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara,
serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas
dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh, Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo, Sebelah

8

Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia 2007, Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur ,
Medan


9

Universitas Sumatera Utara

Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdan, Sebelah Barat, berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh
Tengah).9
Langkat sebelumnya merupakan bawahan Kesultanan Aceh sampai awal abad 19,
wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah
aliran anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah Sungai lainnya di antara kedua Sungai ini yaitu
Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan perdagangan
penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia. Sungai Batang Serangan
ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian menjadi Sungai Langkat. Kedua
sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala langkat dan Tapak Kuda.10
2.3.2 Sejarah Singkat
Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari nama sejenis
pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan “pohon langkat”. Dahulu
kala pohon Langkat banyak tumbuh di sekitar Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang
sudah langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini
menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat kerajaan

Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya populer dengan nama
Kerajaan Langkat.
Selain itu, ada cerita berupa legenda yang mengkisahkan asal-usul negeri Langkat, yaitu
legenda Sultan Ahmad. Ia adalah Sultan yang pertama dari kerajaan Langkat. Dikisahkan; suatu
hari terjadi peperangan yang disebabkan oleh permusuhan diantara dua orang berilmu yang

Sejarah Geografi. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara, serta 93o51’ dan 98o45’
Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh,
Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo, Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang dan Sebelah
Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah).
9

10

76https://humancareindonesia.wordpress.com/2011/05/22/sejarah-langkat
10

Universitas Sumatera Utara

tangguh. Salah seorang dari mereka yang berperang bersumpah apabila berakhir peperangan

meraka akan menancapkan sebatang kayu dan kayu itu tidak boleh diangkat disebut ; “La
Angkat”. Dikisahkan berhentilah peperangan, maka masyarakat dan sultan yang berkuasa
bernama Sultan Ahmad menamai wilayah itu menjadi Langkat. Artinya, kata Langkat itu
berasal;ah dari kata La Angkat.
Pada penelitian ini, penulis memilih desa Secanggang Kabupaten Langkat sebagai bahan
penelitian untuk skripsi dengan judul yang diambil berkaitan dengan Masyarakat tersebut. Desa
secanggang juga mempunyai sejarah singkat dengan nama Secanggang.
Desa Secanggang adalah Desa yag terletak di selatan Pesisir Pantai Provinsi Sumatera
Utara. Tepatnya berada di wilayah Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Ditinjau dari Letak
geografisnya Desa Secanggang berada di bagian utara berbatasan dengan Desa tanjung Ibus,
sebelah Selatan berbatan dengan Selat Malaka, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang
Gading. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selotong. Total luas Wilayah Desa Secanggang
2058 Ha/ M2. Jarak tempuh dari ibu Kota, Kecamatan sekitar 6 Km, Lama jarak tempuh sekitar
15 menit. Jarak ke Ibu kota kabupaten sekitar 20 Km, jarak ditempuh ke ibu Kota provinsi n60
Km.
Kata Secanggang menurut ibu kota setempat, berawal dari kedatangan orang suku bangsa
yang datang dan menetap di Desa secanggang, karena masyarakat setempat merasa dari waktukewaktu banyak yang berpindah atau datang menetap di wilayah itu, maka perlu ditingkatkan
rasa tenggang. Akibat dari harapan masyarakat tersebut mereka kerap menyebutkan kata
tenggang, namun karean perubahan penyebutan yang dipengaruhi dialek, akhirnya kata tenggang
tersebut berubah penyebutannya menjadi sejanggang dan untuk menunjukkan betapa pentingnya

rasa itu, maka masyarakat merubahnya kembali menjadi Si Janggang.Maka sampai terbiasa
pengucapannya sampai sekarang.
11

Universitas Sumatera Utara

Secanggang telah di kenal sebagai Desa pelabuhan dan termasuk kedalam wilayah kerajaan
Kesultanan Melayu Deli Tanjung Pura Langkat, sekitar 35 Km dari Desa Secanggang. Sejak
1948 suku Melayu sudah menetap di Desa Secanggang pada waktu agresi Belanda tahun 1940
keluarga Kesultanan Mengungsi ke Desa Secanggang Untuk menyelamatkan diri, keluarga
Kesultanan mendirikan rumah-rumah di sekitar Desa Secangganng. Di bawah ini merupakan
tabel batas wilayah kecamatan Secanggang.
Batas Wilayah Kecamatan Secanggang
Batas

Desa/ Kelurahan

Kecamatan

Sebelah Utara


Tanjung Ibus

Secanggang

Sebelah Selatan

Selat Malaka

Secanggang

Sebelah Timur

Karang Gading

Secanggang

Sebelah Barat

Selotong


Secanggang

2.2.3 Adat Istiadat dan Sosial Masyarakat
Nilai budaya merupakan tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Sebabnya
karena nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga
dan penting oleh warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan. Walaupun nilai-nilai
budaya berfungsi sebagai pedoman hidup warga sesuatu masyarakat, sebagai konsep sifatnya
sangat umum memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara
rasional dan nyata. Namun, karena itulah ia berada dalam daerah emosional dari alam jiwa
seseorang lagi pula, sejak kecil orang telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup di
dalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep budaya itu telah berakar dalam jiwanya. Karena

12

Universitas Sumatera Utara

itu untuk mengganti suati nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan
waktu yang lama.11
Suatu nilai budaya seringkali merupakan pandangan hidup, walaupun kedua istilah itu
sebaiknya tidak disamakan, “pandangan hidup” biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai
yang dianut oleh suatu masyarakat, dan yang telah dipilih secara selektif oleh individu-individu
dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila ’’sistem nilai’’ merupakan
pedoman hidup yang dianut oleh suatu masyarakat maka, pandangan hidup merupakan suatu
pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau bahkan individu-individu tertentu dalam
suatu masyarakat. Karena itu suatu pandangan hidup tidak berlaku bagi seluruh Masyarakat.
Dalam adat istiadat ada nilai budayanya dan juga sitem normanya yang secara khusus
dapat diperinci lagi kedalam berbagai norma, sesuai dengan pranata-paranata yang ada dalam
masyarakat yang bersangkutan . Fungsi dari sistem budaya adalah menata serta mnetapkan
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Sistem sosial juga terdiri aktivitas-aktivitas atau
tindakan-tindakan berinteraksi antar individu yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai tindakan-tindakan berpola yang saling berkaitan, sitem sosial lebih menjadi pranatapranata oleh nilai-nilai dan norma tersebut.12
Masyarakat setempat Desa Secanggang juga sangat mengenal budaya sosial, nilai dan
norma pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dalam melaksanakan tradisi ritual khitanan
masyarakat setempat mengutamakan budaya sosial dalam bermasyarakat saling berinteraksi
kepada sanak saudara dan tetangga jiran. Tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang dianggap
masyarakat tabu haruslah dipatuhi. 13

11

logcit
logcit
13
Wawancara salah satu masyarakat sebagai informan
12

13

Universitas Sumatera Utara

Hukum dengan segala ketentuannya mengandung petunjuk-petunjuk hidup berupa perintah
maupun larangan yang harus di taati dalam suatu masyarakat tertentu. Baik bersifat larangan
untuk bersikap melakukan suatu perbuatan, maupun ketentuan yang mengatur untuk besikap
melakukan suatu perbuatan yang telah diatur oleh ketentuan hukum tersebut. Karena suruh dan
larang telah diatur oleh hukum yang berlaku di masyarakat maka berarti setiap anggota
masyarkat yang hidup di kawasan tersebut harus menaatinya, sehingga ketertiban dalam
kehidupan itu terpelihara.14
2.2.4 Khazanah Sastra Tradisi Melayu Langkat
Dalam buku berjudul Pemikiran Kreatif dan Sastra Tradisi Melayu (2015) diutarakan
bahwa Khazanah kesusastraan lisan atau tradisi masyarakat Melayu pada umumnya mempunyai
beberapa ciri tertentu. Ciri pertama yang paling ketara adalah cara ia disampaikan, yaitu secara
lisan. Namun, ada juga sebagian darinya telah ditulis dan kemudian dilisankan kembali.
Manakala ada juga yang dituturkan secara individu kepada individu atau kepada
sekumpulan/masyarakat. Kesusastraan lisan atau disebut juga sastra tradisi masyarakat Melayu,
khususnya yang berdomisili di Pesisir Timur-langkat juga dipertuturkan untuk diperluaskan
penggunaannya dalam majlis-majlis/pesta-pesta perkahwinan, berkhitan, bercukur, berendoi, dan
dalam adat-istiadat yang lain, seperti puja pantai, syukuran laut, jamu kampong, dan dalam seni
permainan rakyat. Kemudian baik sebagai bagian dari majlis/pesta adat, pemeriah dalam hajatan
ataupun hanya penghibur dalam pertemuan-pertemuan tersebut.
Menurut pandangan anggota masyarakat Melayu di Langkat bernama Sidin, ada juga ketua
kampung dan daerah yang mengambil kesempatan menulis dan merakam setiap yang dituturkan
di dalam majlis/pesta tersebut untuk dijadikan koleksi dan pengetahuan pribadi atau berniat
diperturunkan kepada generasi pewaris.
14

logcit
14

Universitas Sumatera Utara

Berkaitan dengan isi kandungannya, ciri kesusastraan lisan masyarakat Melayu telah
menerima pengaruh Hindu-Buddha dan Islam. Kesusastraan lisan masyarakat Melayu tersebar di
kalangan masyarakatnya dari berbagai-bagai pengaruh dan cara penyebarannya terdapat tiga hal
yang selalu terjadi, yaitu pertama kesusastraan lisan masyarakat Melayu mengalami penambahan
baik dalam bentuk, isi maupun pertuturannya. Kedua, kesusastraan lisan masyarakat Melayu
mengalami pengurangan baik isi, bentuk maupun cara pertuturannya, dan yang ketiga di dalam
masyarakat Melayu, khususnya di Pesisir Timur sendiri ditemui pelbagai genre dan variasi serta
gaya penceritaan.
Hal tersebut terjadi disebabkan oleh seorang penutur baik pencatat maupun perekam akan
menokok tambah atau menambah-nambahi cerita, bentuk serta

penyampaiannya untuk

menambah kesedapan, kesesuaian cerita dengan suasana dan alam persekitaran, di mana ia
dituturkan dan disampaikan serta di dimana pula ia berkedudukan hingga tidak ada rasa raguragu untuk membuang dan rnenambah isi serta bentuk dan juga gaya penyampaiannya.
Disebabkan itulah ditemui beberapa karya yang bersifat cerita dan bukan cerita baik
berbentuk prosa ataupun puisi mempunyai judul yang sama. Misalnya; Syair Puteri Hijau,
Kelambai, dan Syair Burong Punggok. Namun begitu, terdapat perbedaan apabila dilihat dari
segi isi ataupun kandungan cerita serta gaya penyampaian serta penuturannya. Begitu juga
halnya dengan bentuknya, dari sesebuah judul diceritakan dalam genre yang berbeda-beda. Ciri
yang kedua melibatkan soal keberadaan kelahiran dari kesusastraan lisan masyarakat Melayu,
yaitu lebih banyak lahir dan berkembang dari dalam masyarakat yang sederhana. Mungkin ia
turut lahir dan wujud dalam masyarakat bangsawan, walaupun penggunaannya terbatas hanya
pada acara-acara adat.
Berkenaan dengan isi cerita-cerita yang berkembang dalam masyarakat sederhana dan
masyarakat bangsawan pada masa pengaruh Hindu-Buddha, ia bertemakan atau mengacu kepada
15

Universitas Sumatera Utara

kebesaran raja sebagai titisan dewa. Semasa pengaruh Islam cerita-cerita yang berkembang berisi
dan bertemakan Kebesaran Allah sebagai pencipta manusia, langit, dan alam lingkungan berserta
isi- isinya. Misalnya; Hikayat Deli, Hikayat Malem Deman, dan Cerita Puteri Bungsu.
Ciri ketiga ialah kesusastraan lisan masyarakat Melayu mengandungi ciri-ciri budaya asal
masyarakat yang melahirkannya sehingga menggambarkan suasana rnasyarakat Melayu yang
alamiah. Hal ini wujud dalam sastra yang berbentuk cérita baik karya-karya dalam bentuk lisan
ataupun tulisan. Misalnya ; Cerita Datuk Bogak, Pangbelgah, dan cerita Si Kuntai. Disebabkan
oleh sastra lisan merupakan ekspresi atau pernyataan budaya, rnelalui kesusastraan lisan
masyarakat Melayu Pesisir Timur dapat mewujudkan corak budaya asas atau tradisionalnya,
sehingga ciri asalnya tetap terpelihara.
Walaupun terdapat unsur-unsur saling melengkapi atau tokok tambah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa karya-karya sastra lisan masyarakat Melayu pada hakikatnya cagar budaya
bangsa karena kesemuanya tuangan pengalaman jiwa bangsanya dan turut meliputi pandangan
hidup serta landasan falsafah bangsa.
Ciri keempat menunjukkan bahwa kesusastraan lisan atau disebut juga sastra tradisi
kepunyaan bersama, baik dianggap sebagai milik masyarakatnya ataupun bukan milik
perseorangan. Dengan itu apabila disusurgalurkan dengan kewujudan masyarakat Melayu dan
kesusastraan lisan ditemui mempunyai banyak berbedaan versi. lni bermakna hasil kesusastraan
lisan, baik yang bersifat lisan maupun tulisan juga mempunyai gaya penceritaan dan bukan
bersifat penceritaan. Terdapat beberapa kelainan di dalam isi, gaya pertuturan dan bentuknya
walaupun tajuknya sama.
Ciri ke lima dan terakhir ialah dalam kesusastraan lisan Melayu terdapat unsur-unsur
pemikiran yang luas tentang kemampuan masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan
unsur ketiga-tiga unsur ini berlaku dalam sesetengah susunan kata- puitis dan teratur indah.
16

Universitas Sumatera Utara

Manakala susunan kata-kata demikian gambaran sesuatu keadaan atau peristiwa dipaparkan. Ini
menunjukkan bahwa aspek pemikiran masyarakat Melayu sangat luas tentang alam nyata dan
alarn ghaib. Bentuk pemikiran itu ada kaitan pula dengan sistern kepercayaan dan agama yang
dianuti seperti animisme, Hindu, Budha, dan Islam.
a. Bentuk-Bentuknya
Kesusastraan lisan masyarakat Melayu, khususnya di pesisir Secanggang-Langkat, dilihat
dari segi isi dan sifat penceritaannya lahir dalam dua sifat. Kedua-duanya diwujudkan dalam
bentuk prosa dan puisi yang hidup di dalam masyarakatnya. Sifat penceritaan yang dimaksudkan
wujud dalam cerita rakya mitos, epic serta kuntai, legenda dan cerita jenaka juga dongeng,
sedangkan yang bukan bersifat penceritaan wujud dalam nyanyian rakyat, ungkapan, peribahasa,
teka-teki dan undang-undang adat. Genre dari puisi rakyat masyarakat Melayu ialah syair,
pantun, seloka, teka-teki, gurindam, dan mantera.
Cerita rakyat yang dimaksudkan merupakan cerita yang pada umumnya, mempunyai isi
untuk tujuan pengajaran dan hiburan serta perobatan, bahkan

kadangkala diluahkan untuk

jenaka, seperti cerita Datuk Bogag, Pak Belalang, Si Jibau Malang dan lain-lain.
Mitos ialah cerita-cerita yang mengisahkan masa Iampau yang mengisahkan tentang dewadewi dan asal-usul kehidupan dan dianggap keramat baik oleh cendikiawan dan budayawan
ataupun masyarakat setempat. Perihal mitos yang wujud dalam masyarakat Melayu, seperti yang
telah dipahami, yaitu;
"... Mitos yang ada di dalam masyarakat Melayu juga pada dasarnya
merupakan cerita tentang asal-usul; baik asal-usul nama sesuatu tempat, asa-usul manusia asalusul sesuatu kejadian dan sebagainya. Mitos yang terdiri dari pelbagai cerita, menjadi
kepercayaan rakyat, sesuatu kaum, bahkan sesuatu bangsa; selalunya oleh masyarakat Melayu, ia
dihormati, sampai turun temurun. Kadangkala mitos juga, oleh karena sukar dikikis dari jiwa,
17

Universitas Sumatera Utara

pemikiran, dan kepercayaan sesuatu kelompok masyarakat, terus dihormati baik kaum tersebut
telah ataupun belum menerima pengaruh agama asing yang besar, seperti Hindu, Islam, Buddha,
Kristian dan lain-lain”.
Dalam konteks kepercayaan dan folklor, cerita rakyat, dan mitos bukan saja dihormati
bahkan diyakini seolah-olah sesuatu peristiwa yang berunsur mitos itu benar benar berlaku dalam
masyarakat. Dalam anggota masyarakat Melayu, cerita yang bersifat mitos, yaitu mitos
Mambang Si Gao, Si Peros, Meriam Puntung, dan Puteri Tanah Datar serta Asal Usul Tanjung
Balai.
Mitos Mambang Si Gao, mengisahkan tentang zuriat masyarakat Melayu dan kesaktian
dari peneroka daerah pesisir. Si Peros mengisahkan tentang keajaiban seekor harimau sebagai
penunggu istana, sedangkan mitos Mariam Puntung pula merupakan mengenai puteri jelita dari
zuriat kesultanan Deli di Sumatera. Kemudian cerita mitos Puteri Tanah Datar berkisar tentang
kesaktian puteri raja yang menguasai di suatu kerajaan, sedangkan Asal Usul BandarTanjung
Balai pula mengisahkan tentang alam yang telah menjadikan suatu bandar wujud hingga ke saat
ini.
Selanjutnya epik adalah cerita-cerita kewiraan yang bersambung-sambung tentang tokoh
atau wira yang terkenal baik perihal Kegagahan maupun kegigihannya. Misalnya, dalam
masyarakat Melayu Pesisir Timur cerita Guru Patimpus dan Datuk Hamparan Perak. Legenda
adalah cerita-cerita yang dianggap, atau dalam konsepsi yang empunyanya sebagai peristiwaperistiwa sejarah. Dundes di dalam bukunya yang bertajuk: The Study of Folklore yang dikutip
dari James menyatakan bahwa; “...Legenda adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi manusia
yang adakalanya memihki sifat-sifat luar biasa dan dibantu oleh kuasa atau makhluk ajaib.
Cerita-cerita legenda juga dipercayai pernah benar-benar terjadi oleh penuturnya dan
masyarakatnya tetapi tidak dianggap suci. Legenda bersifat keduniawian, terjadi pada masa yang
18

Universitas Sumatera Utara

belum begitu lama dan bertempat di dunia. Selanjutnya jumlah legenda dalam ssesuatu
kebudayaan mungkin jauh lebih besar dari mitos karena setiap zaman akan melahirkan legenda
baru atau sekurang - kurangnya varian baru bagi legenda yang sudah ada".
Tokoh-tokoh yang dibawa dalam huraian legenda luar biasa, tetapi tokoh-tokoh itu
mempunyai sifat-sifat tertentu yang tidak bisa mengatasi hukum alam semula jadi. Bermakna
legenda tidak bersifat ritual atau kudus, tetapi bersifat ghaib seperti legenda Pulau Si Mardan dan
Perahu Si Kantan dan Legenda Pemandian Puteri Hijau di alam Melayu di Sumatera Timur.
Cerita Pulau Si Mardan hingga sekarang dipercayai oleh anggota masyarakat Melayu
karena realitasnya wujud di daerah kesultanan Panai Labuhan Bilik. Apabila seorang pengunjung
menunjuk pulau itu dan menyebutkan Si Mardan malu beribu atau berulang-ulang sekali
dipercayai air dipersekitarannya pulau itu akan bergelombang besar dan pulau pun terasa
bergoyang. Begitu juga dengan Si Kantan’ yang berkaitan dengan anak derhaka terhadap orang
tuanya. Dipercayai puing-puing perahunya boleh dilihat di suatu daerah yang dinamakan Panai
Tengah yang masih wujud hingga kini.
Bukan naratif seperti nyanyian tarian rakyat yang merupakan satu keseluruhan yang
mengandungi kata-kata dan lagu, seperti nyanyian sewaktu purnama, yaitu Dendang Petani dan
satu bait antaranya berbunyi;
Oi.... dendang didendang dendang ku sayang
bila dah tinggi jangan lupa sembayang
Oi .....Allah dan orang tua yang disayang
Seterusnya melagukan nyanyian sebelum tidur, yaitu "Nan Mata Pena" satu bait dari teksnya
seperti berikut:
Satu kejadian heranlah kite tidak berlidah

19

Universitas Sumatera Utara

pandai berkate mulut setempat dengan pena perkataannya
jauh didengar nyate.
Ungkapan pula membawa maksud simpulan bahasa tertentu sebagai
'membungai' percakapan sehari-hari dan mempunyai fungsi tertentu
walaupun fungsinya tidak begitu dirasakan sangat. Umumnya, ia digunakan untuk memberi
galakan dan semangat baik perangsang ataupun mengucapkan sukses atas kesuksesan seseorang.
Selanjutnya peribahasa juga mencakupi bidalan, pepatah dan petitih yang merupakan khas
dalam penggunaan bahasa. la merupakan pengajaran dan teladan ataupun fikiran dan falsafah
terhadap hidup masyarakatnya, seperti bidalan; "Luke bise semboh, tapi parot tetinggal jue",
Hal ini bersifat mengaitkan sesuatu kepada yang lain, seperti “belalai gading besar dabah,
sampai umurnya ia pun rebah"
b. Kedudukan dalam Masyarakat
Melihat kepada ciri, isi, dan bentuknya, kesusastraan lisan masyarakat Melayu mempunyai
kedudukan yang tinggi di dalam kehidupan masyarakatnya baik dalam masyarakat masa lalu
maupun masa kini. Ia merupakan salah satu warisan budaya yang mempunyai nilai kegunaan
yang tinggi. Kesusastraan lisan bukan sahaja menjadi alat hiburan yang indah, tetapi juga
sebagai alat pengajaran yang memberikan yang lebih berkesan. Di samping memancarkan nilainilai kehidupan masyarakat Melayu, ia juga memancarkan segala pewarnaan jiwa, semangat,
sikap kepercayaan dan sejarah ideologi dan cermin hidup dan hati nurani masyarakatnya.
Dalam hubungannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Melayu, kesusastraan
lisan atau disebut juga sastra tradisi tidak dapat diabaikan karena ia sebahagian dari keseluruhan
kehidupan. Pengkajian sosiobudaya tidak akan member makna jika tidak melihat kesusastraan
lisan atau disebut juga sastra tradisi sebagai sesuatu yang pendukung. Persehsihan telah berdamai
atau akur, tetapi masih merupakan kenyataan-kenyataan yang menyembunyikan makna berikut;
20

Universitas Sumatera Utara

"Lame-lame panjang bertambah, disertekan pula jika tidak melihat kesusastraan lisan sebagai
sesuatu.
Kesusastraan lisan boleh memberi hala tuju peristiwa masyarakat dan boleh juga
memperlihatkan perkembangan dapat dikatakan bahwa ada kelangsungan dalam Pesisir Timur
dengan kesusastraan lisan atau masyarakatnya. la adalah sebagai histeriografi masyarakat
Melayu, khasnya di Pesisir Timur, yaitu penulisan mengenai peristiwa-peristiwa telah disusun di
dalam bentuk sastra yang agak baik dan pengajaran dan kemegahan generasi semasa masyarakat
dan keturunannya.
Kepahaman terhadap nilai yang dihasilkan dari cerita-cerita rakyat Si Kantan dan Pulau Si
Mardan serta sikap keperwiraan kepercayaan terhadap mitos Mambang Si Gao dan terkandung di
dalam Asal-Usul Raja-Raja di Sumatera kelangsungan sosial budaya di antara masyarakat
Melayu, kesusastraan lisan atau disebut juga khazanah kesusasteraan rakyatnya.15
2.5 Tradisi Ritual Istiadat Khitanan
Pada usia delapan tahun seorang anak Malayu sudah boleh menjalani khitan atau sering
disebut Sunat Rasul. Dipercayai peristiwa ini adalah mulainya fase remaja seorang anak. Acara
ini biasanya dilaksanakan pada bulan sy’aban dan syawal, dan bulan haji. Upacara itu dilakukan
dengan sangat meriah yang melaksanakan kenduri disertai dengan menabuh rebana. Orang
Melayu menjunjung tinggi sifat berani, kesatria taat dan setia. Orang tua-tua mengatakan adat
janta, berani, adat perempuan lembut hati. Dalam ungkapan lain dikatakan,’’ siapa berani ia
terpuji, siapa penakut, ia akan hanyut’’. 16

15
16

Lihat Wan Syaifuddin, 2015. Pemikiran Kreatif & Sastra Tradisi Melayu, Medan: USU Press
ibid
21

Universitas Sumatera Utara

Tunjuk ajar Melayu menunjukan pula, bahwa sifat berani yang di junjung tinggi dan di
hormati adalah ’’berani karena benar atau ’’ berani karena hak. Keberanian amatlah diperlukan
dalam kehidupan manusia, terutama utuk membela keadilan dan kebenaran.
Mengkhitankan anak sesuai dengan syariat Islam bagi masyarakat Melayu merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua apabila anak laki-laki mereka telah cukup
usia untuk melaksanakannya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya berkhitan selalu diiringi dengan
ritual-ritual adat. Bagi masyarakat yang mampu biasanya mengkhitankan anak selalu diiringi
dengan acara kenduri dan peralatan yang diadakan dengan sedikit meriah. Akan tetapi bagi yang
tidak mampu pelaksanaanya cukup diiringi doa-doa secara sedehana, penjemputan semangat
serta tepung tawar. Bagi masyarakat yang mampu, sebelum acara pengkhitanan biasanya
didahului dengan acara kumpul keluarga untuk menentukan pembagian tugas dan tanggal
pelaksaan yang sesuai dengan rasi atau tanggal baiknya, Pada hari yang telah ditetapkan, 17
Masyarakat Secanggang

setempat sangat menjunjung tinggi adat isitiadat dalam

pelaksanaan tradisi khitan. Bahkan mereka melakukan adat ini sampai turun temurun. Karena
menurut mereka adat ini adalah warisan dari nenek moyang yang tak boleh dihilangkan oleh
generasi. Pada pelaksanaan ritual khitanan sangatlah diperlukan adanya budaya gotong-royong,
karena menurut ’’bapak Amat’’ yang asli penduduk secanggang mengatakan bahwa dengan
adanya gotong -royong kepada tetangga dan sanak saudara acara pelaksanaan ritual khitanan
berlangsung dengan baik. Karena menurut beliau adat

khitanan cukup banyak jadi tidak

mungkin dilakukan dengan keluarga saja.

17

Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia 2007, Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur
, Medan

22

Universitas Sumatera Utara

2.6 Adapun Tahap- Tahap Pelaksanaan Khitanan
Menurut Dananjaya (2000) setiap pelaksanaan istiadat mempunyai aktifitas yang tetap dan
teratur, walaupun berubah-ubah, tetapi isinya sentiasa mengacu kepada maksud dan tujuannya
salah tujuan menghantar individual dari satu fase kehidupan ke fase tertentu, seperti dari fase
kehidupan anak-anak menjadi ke fase kehidupan remaja. Tahap istiadat itu bersifat fungsional.
Tahap istiadat ritual khitanan dalam masyarakat Melayu Secanggang Langkat adalah
sebagai berikut; Tahap Memanggil Anak. Tahap ini kerap disebut ‘membujuk’. anak yang
hendak dikhitan. Kemudian, tahap Pengenalan dan Penyampaian Hajat dan tahap berikutnya
Penyampaian terhadap sanak keluar/saudara serta masyarakat. Selanjutnya tahap pelaksanaan
istiada ritual yang meliputi; Diarak dan di julang , Mandi Buyuh atau Turun Sungai, dan
Pengkhitanan. Selanjutnya tahap pengakhiran dan jamuan ritual khitanan desertai dengan petuah
dan doa.
2.6.1 Pemanggilan Anak yang Dikhitan
Menurut informan desa Secanggang, bapak Arifin pemanggilan anak yang akan dikhitan
dapat dilakukan pada waktu setelah sholat subuh. Kedua orang tua menjelaskan kepadanya
anaknya yang akan dikhitan bahwa setiap orang muslim pada masa peralihan dari kanak-kanak
ke remaja dilakukan khitan atau sunat. Dijelaskan juga bahwa makna sunat ini berkaitan dengan
kesehatan. Di samping itu agar badan tumbuh dengan baik sehingga pertumbuhan badan menjadi
besar dan gempal18.
Budak jantan pandai melangkah
Pandai bercakap satu dua
Kepala bergombak jambul pendek
Jambul turun menutup dahi
18

Wawancara salah satu masyarakat Secanggang
23

Universitas Sumatera Utara

Ketak berketak ruas tangannya
Ketak berketak ruas kakinya
Gemuk gendempal bentuk badannya.
Tahap ini, akan didengan jawaban dari sang anak. Bila ia menyatakan mau atau dengan
kata berani maka akan dilaksanakanlah tahap berikutnya.
2.6.2 Tahap Pengenalan dan Penyampaian Hajat Kepada Keluarga
Tahap ini, dihadiri oleh Kedua orang tua, anak yang akan dikhitan, sanak keluarga, dan
beberapa orang-orang tua di lingkungan rumah juga pamong kampung atau kepala lingkungan.
Undangan dilakukan oleh kedua orang tua atau yang mewakilinya. Dalam mengundang
diutarakan pantun sebagai berikut;
Senyum membayang menganak bulan
Gelak berderai berpada-pada
Cakap lembut berbasa-basi
Tanda orang yang berbangsa
Tanda beradat berlembaga,
Tanda tahu kan salah silaih
Tanda sarat iman di dada
Niat hendak khitanan akan ananda19.
Pada tahap ini masing-masing sanak keluarga atau yang hadir menawarkan waktu
penyelenggaran dan tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang akan dilaksanakan di dalam
pelaksanaan ritual khitanan. Tokoh atau orang yang dituakan di kampung menentukan hari dan
tanggal penyelenggaraan. Puan-puan mengambil pekerjaan menghias dan memasak untuk
jamuan makan.Tuan-tuan atau laki-laki mengambil bagian menyediakan tempat penyelenggaraan
19

Hasil wawancara kepada Informan abah asfan
24

Universitas Sumatera Utara

ritual khitanan, seperti teratak dan tempat jamuan. Manakala keluarga dekat akan menyiapkan
undangan dan memberi tahu kepada pawang atau guru serta dokter/manteri yang akan
menghitan. Dalam tahap ini diakhiri dengan ucapan orang yang ituakan di kampung dengan
untaian;
Pertama jiran dan sahabat kanti
Kawan-kawan semangkuk sepiring makan
Kawan sebantal seketiduran
Kawan sebaya sepermainan
Bagai kuku dengan daging
Bagai aur dengan tebing
Bagai ikan dengan air
Bagai jarum dengan kelindan
Ke hulu sama kehulu
Kehilir sama mengalir.
2.6.3 Tahap Pelaksanaan Ritual Istiadat Khitanan
Tepat pada hari dan tanggal yang telah direncanakan, maka dilaksanakanlah istidat
khitanan dengan kegiatan sebagai berikut;
a.

Berdoa
Doa ini disebut sebagai doa sebelum berkhitan. Anak yang hendak dikhitankan terlebih

dahulu akan membaca doa dua kalimat syahadat yang telah di tentukan oleh ajaran Islam.
Sebagai seorang muslim anak lelaki yang sudah cukup usia akan dikhitankan wajib mengetahui
doa tersebut. Sebelum anak dikhitankan maka anak tersebut wajib di wudhukan untuk
mensucikan diri dari najis- najis kecil. Adapun doa berwudhu adalah sebagai berikut:
’’nawaitul wudhuu a liraf'il hadatsil ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa ’’
25

Universitas Sumatera Utara

Artinya : Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadis kecil fardu karena Allah Ta'ala.
Setelah anak tersebut sudah diwudhukan maka, barulah selanjutnya membaca doa dua
kalimat syahadat yang sudah menjadi ketentuan Islam wajib untuk membacanya sebelum
berkhitan. Adapun doa nya adalah:
’’Asyhadu allaaa ilaaha illallaah’’
’’ wa asyhadu anna muhammadarrasulllah’’
Artinya: Aku bersaksi bahwa sesembahan yang berhak diibadahkan kecuali Allah, dan aku juga
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

b.

Berinai
Berinai adalah menempelkan atau melekatkan inai yang berwarna merah yang sudah

digiling halus ke jari- jari tangan. Pada malam hari sebelum acara khitanan, anak lelaki yang
hendak dikhitan biasanya dipasangkan inai ke tangan dan kakinya. Inai ini merupakan campuran
dari daun nasi, arang, kacu, dan daun atap. Ia dtempelkan sembari mengatakan ;
“ semakin bongkok joran jerat
Semakin kuat pentingnya”.
Inai bermakna sebagai terpancarnya seri di dalam diri, inai juga bertujuan menandakan
sebagai anak itu sudah di khitankan oleh kedua orang tuanya. Tetapi jika anak yang belum cukup
umur untuk di khitan biasanya orang tua mereka melarang berinai. Dalam acara ini seorang
tokoh masyarakat atau yang dituakan dalam masyarakat menyampaikan kata petua melalui
pantun sebagai berikut;
Sahabat sepenggalah
Tahan asak dan lempar demi Allah dan Orang tua
Kasihnya berbatas-batas
Sayangnya berhingga-hingga
26

Universitas Sumatera Utara

Buah habis galah di buang.
Kalau tidur sama sekandang
Kalau makan di tangah padang
Kalau berbini tanduk menanduk
Beradu kuat dengan keras.
c.

Marhaban
Tradisi marhaban adalah tradisi masyarakat Melayu Secanggang sebagai lantunan nasehat-

nasehat yang di nyanyikan oleh anggota marhaban dengan menepuk rebana. Pada saat mula
acara marhaban ini tak lupa pula anggota marhaban melantukan salawat barzanzi terlebih dahulu.
Adapun shalawat nabi berbunyi:
Allaahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaih
Aljannatu wa na’iimuhaa sa’dun li man yushallii
wa yusallimu wa yubaariku ‘alaih
Abdadi ul imlaaa bismidz dz'ati
mustadirron faidhol barokaati ‘alaa maa anaalahu wa aulaah
Wa utsanni bi hamdin mawaariduhu saa-ighotun haniyyah
mumtathiyan minasya syukril jamiili mathooyaah’’

Wa usholli wa usallimu ‘alan nuril
maushuufi bit taqodumi wal awwaliyyah.
Almuntaqilli fil ghuroril karimati wal jibaah.

Waastamnihullaha ta’alaa ridwanan yakhusshul
itrotath thoohirotan nabawiyyah

Wayaummus shohabata wal atbaa’a wamawwalah.
Wa astajdiihi hidaayatan lisulukis
27

Universitas Sumatera Utara

subulil waadhihatil jaliyyah
Wahifzan minal ghowaayati fii khithotil khotoo’i wakhutooh.
Wa ansyuru min qishhotil maulidin nabawiyyi
burudan hisanan abqoriyyah
Naadziman minan nasabisy syariifi

iqdan tahallal masami’u bihulaah
Wa asta’inu bi haulillahi ta’aala
wa quwwatihil qowiyyah fa innahuu laa haula wa laa
quwwata illaa billaah.
Marhabaaaanaaaaaa..aaaaaaaaaa

Marhabaaaaaaaaaaaa……..aaaaa
Marhabannnnn ya nurul aini yaaaaa aaaa…
d.

Tepung Tawar
Tepung tawar adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu dalam

melaksanakan acara adat istiadat yang termasuk tradisi ritual khitanana. Adapun pihak- pihak
keluarga yang menepung tawari anak lelaki yang dikhitan yaitu:
1. Atok
2. Andong
3. Ayah/abah
4. emak
5. Uwak
6. Pak cik/ paman
7. Abang
8. Akak
28

Universitas Sumatera Utara

9. Dan sanak saudara
Sebelum acara tepung tawar di mulai seorang pembawa acara atau protokol menyatakan;
Hati-hati memetik mawar
Salah petik kena durinya,
Hati-hati tepung tawar
Salah niat syirik jadinya20.
e.

Diarak dan di julang
Sebelum diarak anak yang dikhitan berwuduk dan disuruh memakai selempang di

pinggang atau sarung kemudian dijunjung dan diarak keliling halaman rumah oleh abang atau
pamannya. Mereka menyampaikan petuah berupa pantun yang berbunyi;
Ke hulu sama ke hulu
Ke hilir sama menghilir
Satu sakit dua terasa
Yang tahan asak dengan banding
Yang tahan berpahit-pahit
Kalau koyak tambal menambal
Kalau condong sokong menyokong
Terbakar sama hangus
Terendam sama basyah
Luka tidak dipampas
Mati tidak diungkit
Sakit tidak disebut
Salah tidak ditimbang.
20

Salah satu informan yang membacakan berZanji dengan lantunan syair- syair marhaban
29

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya di buat juga pelaminan halaman yang di hiasi ala kadarnya. Maka setelah di
junjung tak lupa pula para anggota keluarga dan tetanga bermain pencak silat dan menepuk
rebana. Maka sesudah itu baru lah di tepung tawari kembali dan di turunkan ke sungai untuk di
wudhukan supaya anak lelaki tersebut bersih dan suci.
f.

Mandi Buyuh atau Turun Sungai
Masyarakat Melayu desa Secanggang melanjutkan mandi turun sungai kemudian setelah

itu dilaksanakan khitnan maka mulailah acara wajibnya yaitu pengkhitanan yang dilakukan
dengan seorang mantri yang sudah mahir dan pandai dalam kesehatan. Anak tersebut akan
membacakan doa dua kalimah syahadat yang sudah diajarkan sejak kecil. Sebelum sembuh betul
semasa di khitan anak tersebut biasanya makan makanan yang pantang dan tidak gatal, supaya
bekas luka cepat kering dan cepat sembuh kembali.
Anak yang di khitankan itu tidak boleh keluar rumah atau bermain karena kata orang tua
dalam bahasa melayunya takut di ketip tungau. Begitulah seterusnya sampai satu minggu lebh
barulah sang anak bisa pulih kembali dengan melakukan aktivitas seperti biasanya.
g. Pengkhitanan
Setelah semuanya sudah dilaksanakan maka mulailah acara wajibnya yaitu pengkhitanan
yang dilakukan dengan seorang mantri yang sudah mahir dan pandai dalam kesehatan. Anak
tersebut akan membacakan doa dua kalimah syahadat yang sudah diajarkan sejak kecil. Sebelum
sembuh betul semasa di khitan anak tersebut biasanya makan makanan yang pantang dan tidak
gatal, supaya bekas luka cepat kering dan cepat sembuh kembali.
2.6.4 Doa
Di dalam tahapan pelakssanaan ritual khitanan, ada tahap pembacaan doa syukuran bagi
keluarga dengan mengundang alim ulama dan tetangga jiran untuk datang ke rumah keluarga
yang sedang berkhitan dengan membacakan doa- doa syukuran. Adapun doanya adalah:
30

Universitas Sumatera Utara

Allahumma inna nas a’luka salaman wasalamatan, wabarakatan fi hajal mazlis
Wafil malimati khitani……21
Birahmatika ya arahma rahimin
Allhumma angzirahma alaina

Wasalamatan khususana’alla jam’aah
Walmuslimin nawal muslimin

2.6.5 Pemulangan Jamuan Khitan
Balai merupakan sajian yang disusun dan berisikan pulut kuning ,inti, yang di hiasi
bendera kuning dan di gantung dengan telur yang sudah di rebus agar kelihatan cantik dan
indah.

kuning

dalam

adat Melayu

melambangkan kemulian. Dalam pelaksanaan ritual

khitanan ada yang namnya jamuan yang menjadi tradisi masyarakat Secanggang yaitu namanya
Balai. Sebelum anak lelaki yang dikhitan maka biasanya masyarakat Secanggang juga
melaksanakan khatam Alqur’an sebagai tanda tamat mengaji. Jamuan yang disajikan dalam
khatam Alquran adalah balai dan di berikan kepada guru ngaji yang sudah mengajari bacaan
Alqur’an hingga khatam. Dalam melaksanakan adat dan tradisi, masyarakat Melayu selalu
membuat balai sebagai pelengkap dalam jamuan.
2. 7 Pendekatan Antropologi Sastra
Pendekatan antropologi sastra memiliki kaitan erat dengan kajian budaya. Salah satunya
merupakan pendekatan interdidipliner, aspek ekstrinsik menurut Renen Wellek dan Autin
Warren yang kemudian diterima secara umum sebagai salah satu cara untuk membedakannya
dengan pendekatan intrinsik, pendekatan objektif menurut pemahaman yang lain, antropologi
sastra merupakan salah satu varian antropologi budaya, di dalamnya aspek-aspek estetis menjadi
masalah pokok. Di pihak lain, mempertimbangkan relavansi model analisis wancana, teks,
21

Nama anak yang di khitan
31

Universitas Sumatera Utara

antropologi sastra merupakan varian analisis wacana, bahkan antropologi sastra identik dengan
kajian budaya itu sendiri. 22
Sebagai interdisiplin, dalam rangka menompang eksitensi karya sastra, psikologi sastra,
sosiologi sastra, dan antropologi sastra dianggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya.
Seperti halnya psikologi sastra menganalisis karya sastra dari segi kejiwaan, sosiologi sastra
menganalisis karya sastra dari segi masyarakatnya, sedangkan antropologi sastra menganalisis
dari segi manusia sebagai mahluk yang berbudaya. Dengan kalimat lain, sebagai tripel
ekstrensik, psikologi sastra dalam kaitannya dengan proses kreatif , sosiologi sastra menjelaskan
karya sastra dalam kaitannya dengan arti dengan latar belakang sosial, sedangkan antropologi
sastra secara keseluruhan.
Ketiga pendekatan ini tidak bisa dibedakan secara jelas sebab masing-masing berkaitan
erat. Perbedaan dilakukan semata-mata sebagai salah satu cara untuk menentukan bahwa suatu
objek didominasi oleh salah satu ciri sehingga pantas dianalisis dari pendekatan tersebut.
Psikologi sastra, misalnya baik dilkukan pada karya yang banyak mengandung konflik batin,
sosiologi sastra terhadap karya yang banyak bercerita menegenai berbagai peristiwa masyarakat
. demikian juga antropologi sastra pada karya menganandung tema , pesan, pandangan dunia,
dan nilai-nilai kehidupan manusia, kebudayaan pada umumnya, khususnya yang berkaitan
dengan masa lampau.
Antropologi sastra dengan demikian memiliki tugas yang sangat penting untuk
megungkapkan aspek-aspek kebudayaan, khususnya kebudayaan tertentu masyarakat tertentu.
Karya sastra, dalam bentuk apapun, ternasuk karya-karya yang dikatagorikan sebagai bersifat

22

Nyoman kutha Ratna, 2011 . antropologi satra peranan unsur- unsur kebudayaan dalam proses kreatif: penerbit
Pustaka Pelajar hal 43-44
32

Universitas Sumatera Utara

realis tidak pernah secara eksplisit mengemukakan muatan-muatan yang akan ditampilkan, ciriciri antropologis yang terkandung di dalamnya.23
Lahirnya pendekatan antropologis, didasarkan atas kenyataan, pertama, adanya hubungan
antara ilmu antropologi dengan bahasa. Kedua, dikaitkan dengan tradisi lisan, baik antropologi
maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya sebagai objek yang penting. Oleh karena itu
dalam penelitian sastra lisan, mitos dan sistem religi sering diantara dua pendekatan terjadi
tupang tindih. Masalah penting juga yang perlu dicatat, sebagaimana juga dalam pendekatan
sosiologis dan psikologis, pendekatan antropologis bukanlah aspek antopologi dalam sastra
melainkan antropologi dari sastra.
Pokok- pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis adalah bahasa
sebagaimana dimanfaatkan dalam karya sastra, sebagai struktur naratif, diantaranya:
1. Aspek-aspek naratif karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda
2. Penelitian aspek naratif sejak epic yang paling awal hingga novel yang paling modern
3. Bentuk- bentuk arkhais24 dalam karya satra, baik dalam konteks karya individual maupun
generasi
4. Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra.
5. Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primordial yang lain dalam kebudayaan
tradisional.

23

Kutha Ratna, nyoman, dkk 2004. teori metode dan tehnik penelitian sastra, pustaka pelajar

24

Dalam kamus bahasa inidonesia arkhais yaitu berkaitan dengan zaman dahulu atau kuno dan tidak lazim di pakai
lagi seperti (tantang kata)
33

Universitas Sumatera Utara