Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

(1)

MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM UPACARA RITUAL SYUKURAN LAUT MASYARAKAT MELAYU DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH

NAMA : FAIZATUL ZUHRA

NIM : 110702021

PROGRAMSTUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat, kesehatan, dan keselamatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Seperti yang diketahui, bahwa musyawarah untuk mufakat merupakan salah satu nilai tunjuk ajar Melayu dan upacara ritual merupakan khazanah bangsa yang harus tetap terjaga kelestariannya.

penulis akan memaparkan rincian sistematika penulisan ini sebagai berikut.

Skripsi ini terdiri atas 6 bab, yaitu : bab pertama berisi pendahuluan, dibagi atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup kajian

Bab kedua membahas kajian pustaka, terdiri dari kajian yang relevan, kosmologi masyarakat Melayu Langkat, konsep kesusastraan tradisi, pelaksanaan ritual syukuran laut, dan pendekatan sosiologi sastra

Bab ketiga membahas metode penelitian, dibagi atas desain penelitian, lokasi dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab keempat dan kelima merupakan hasil dan pembahasan. Pada bab ini membahas esensi dan eksistensi musyawarah mufakat dalam ritual syukuran Laut yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Bab keenam merupakan kesimpulan dan saran, kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas.. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2015 Penulis


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah kasihnya, kekuatan serta hikmat kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, saran, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak .

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum. Selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Wan Syaifuddin, M.A.Ph.D. Sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, dan arahan juga meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan masuka dan ide-ide hingga penulisan skripsi ini selesai. 5. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Dosen pembimbing II penulis yang

memberikan banyak masukan – masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,

6. Kepada Bapak/Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Daerah yang telah banyak membantu penulis dalam belajar selama delapan semester di Fakultas Ilmu Budaya. 7. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis Alm. Zulkarnain Saman dan ibunda

faisaliah yang telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, dan kepada adik-adik penulis fazlullah ul Haqqi. Fachri Zani, Farhan Zahiri yang


(6)

dengan penuh kasih sayang, dukungan perhatian, dan doanya sehingga membuat penulis semangat untuk terus berjuang.

8. Sahabat sahabat seperjuangan stambuk 2011, para senior dan adik-adik junior, serta keluarga besar Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah, Terima kasih untuk semua nasehat, doa, waktu, dukungan dan kebersamaannya.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Kajian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang relevan ... 6

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat- Jaring Halus ... 6

2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat ... 8

2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat ... 9

2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi ... 10

2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut ... 13


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Sumber Data ... 19

3.3 Instrumen Penelitian ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4.1 Teknik Observasi ... 20

3.4.2 Teknik Kuesioner ... 21

2.4.3 Teknk Dokumentasi ... 22

3.5 Metode Analisis Data ... 22

3.5.1 Metode Reduksi Data ... 22

3.5.2 Penyajian Data ... 23

3.5.3 Penarikan Kesimpulan ... 23

BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TERHADAP MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT 4.1 Latar Belakang Responden ... 23

4.2 Hakikat Manusia dengan Tuhan ... 24

4.3 Hakikat Manusia dengan alam ... 26

4.4 Hakikat Manusia dengan Kehidupan ... 28

4.5 Hakikat Manusia dengan Pekerjaan ... 31

4.6 Hakikat Manusia dengan Waktu ... 33

4.7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia ... 34


(9)

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.1 Analisis Teks ... 40

5.1.1 Pengertian Mantera ...41

5.1.2 Bahasa Mantera ... 45

5.1.3 Pengucapan Mantera ... 47

5.1.3.1 Rima ... 47

5.1.3.2 Aliterasi ...49

5.1.3.3 Asonansi ...50

5.1.4 Bentuk Mantera ... 50

5.2 Analisis Konteks ... 51

5.2.1 Makna Makanan dan Jenis Tumbuhan ... 52

5.2.2 Makna Jenis Hewan ...55

5.2.3 Makna Jenis Logam dan Pakaian ...56

5.2.4 Pantang Larang ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(10)

ABSTRAK

Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan bangsa ini terpecah belah, melainkan semakin memperkaya khasanah budaya bangsa. Hal ini menjadi bagi masyarakat Indonesia lebih memiliki toleransi hidup yang tinggi, sebagaimana yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walau berbeda-beda tetap satu jua.

Persembahan ritual atau upacara ritual merupakan salah satu tradisi tertua dalam kehidupan budaya dan adat-istiadat. Tradisi ritual adalah gambaran yang tidak hanya menggambarkan tentang kehidupan tetapi juga membina keutuhan suatu masyarakatMelayu.1

Musyawarah untuk mufakat adalah salah satu tunjuk ajar yang merupakan warisan leluhur yang sangat berharga. Ia kerap terungkap didalam tradisionalisme masyarakat Melayu. Ia adalah untuk mencapai keputusan berupa solusi dari berbagai persoalan yang berpengaruh bagi kepentingan bersama. Hasil dari musyawarah bukanlah ditentukan dengan pungutan suara terbanyak, melainkan diperoleh dari kesepakatan bersama. Jika tidak demikian, maka akan terjadi persoalan baru, yaitu lahirnya kubu-kubu yang berbeda paham yang disebut kelompok mayoritas dan minoritas.

1

Amran Kasimin,Istiadat Pekwinan Melayu, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1996, hlm 10-21


(12)

Musyawarah berasal dari kata ‘syawara’ yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Jadi musyawarah adalah suatu upaya untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah. Mufakat sendiri adalah kesepakatan yang di hasilkan setelah melakukan proses pembahasan dan perundingan bersama. Jadi musyawarah mufakat merupakan proses membahas persoalan secara bersama demi mencapai kesepakatan bersama.2

Musyawarah mufakat ini vital guna menangkal kekuasaan perseorangan ataupun golongan tertentu ketika mengambil keputusan serta selalu berfokus untuk keadilan sosial sekaligus kepentingan bersama. Konsep Musyawarah mufakat ini juga secara tegas dinyatakan dalam sila keempat Pancasila. Bahwa tidak boleh melanggar prinsip hikmat dan setiap keputusan harus dijalankan dengan cara yang bijaksana.3

Kesepakatan yang ditetapkan oleh masyarakat diperoleh dari hasil musyawarah secara kekeluargaan dengan mengedepankan akal sehat. Konsep inilah yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat tradisional Melayu, sehingga terwujud tatanan kehidupan yang teratur, seimbang dan harmonis baik antar sesama manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan penciptanya.4

Berdasarkan pengamatan awal peneliti selama beberapa hari pada masyarakat Melayu Langkat khususnya di Desa Jaring Halus, masyarakat tersebut masih teguh dalam melestarikan tradisi kebudayaannya dan mengaplikasikan nilai leluhur terutama tentang Musyawarah untuk mufakat, demikian juga aspek nilai budaya lainnya.5

2

Brainly.co.id, diakses dari http://brainly.co.id/tugas/1000026, pada tanggal 26 mei 2015pukul 19:37 WIB 3

Wawancara dengan Muktamar, Kepala Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari di Desa Jaring halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

4 ibid 5


(13)

Masyarakat Melayu di daerah tersebut senantiasa menjunjung dan menjaga adat-istiadat yang berlaku sebagai wujud penghormatan terhadap pusaka yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Hal ini jelas terlihat dengan masyarakatnya selalu melaksanakan musyawarah sebagai upaya penyelesaian persoalan. Kenyataan ini berhubungan dengan ungkapan: “Apa tanda Melayu beradat, bermusyawarah mencari mufakat.”

Pada umumnya masyarakat Desa Jaring Halus bermata pencaharian sebagai nelayan dikarenakan secara geografis letak desa ini berada di sebuah pulau yang dikelilingi oleh laut lepas. Hal ini menjadi ciri dari suku Melayu yaitu bermukim di daerah pesisir. Kenyataan tersebut tidaklah menjamin kemakmuran bagi keluarga nelayan yang menjadikan laut sebagai sumber utama pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Boleh jadi disuatu waktu, alam tidak bersahabat dengan mengirim angin kencang, ikan berjumlah sedikit, serta gelombang ombak yang besar. Hal ini dipercayai menjadi sebab kesejahteraan masyarakatnya menurun.6

Permasalahan ini mengharuskan mereka untuk mencari jalan keluar baik secara mistis maupun rasional. Tujuannya supaya dapat hidup dengan penuh ketenangan. Dikarenakan sumber daya laut adalah penghasilan terbesar terhadap kehidupannya. Maka, mereka menempuh upaya bermusyawarah untuk menyelesaikan permasalahan dikehidupan yang dialaminya, serta menyepakati beberapa ketetapan dan ketentuan yang harus dijalankan.7

Melalui musyawarah dan membaca gejala-gejala dari alam akhirnya mereka memahami bahwa dengan menginternalisasi dan mengaktualisasi butir-butir kebaikan akan memperoleh kehidupan yang seimbang. Mereka pun menyepakati bersama untuk menerapkan aturan dan norma-norma hidup yang dikemas dalam bentuk upacara ritual bahari yaitu Syukuran Laut.

6

Wawancara dengan Julpikar, Sekretaris Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari 2015 di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

7


(14)

Pada hakikat atau secara filosofis, pelaksanaan Ritual syukuran Laut dirayakan sebagai wujud doa dan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan rezeki dari perolehan hasil laut untuk kesejahteraan mereka.8

Dalam hal ini dapat simpulkan bahwa salah satu sandaran adat Melayu adalah musyawarah untuk mufakat, sesuai dengan perkatan orang tua yang populer di kalangan masyarakat Melayu Langkat di Desa Jaring Halus: “Tegak adat karena mufakat, tegak tuah karena musyawarah.” Acuan ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian mengenai musyawarah untuk mufakat dalam upacara ritual Syukuran Laut yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapatlah dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap masyarakat Desa Jaring Halus melalui persepsi secara umum terhadap ritual Syukuran Laut .

2. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara syukuran laut.

3. Bagaimana nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara syukuran laut.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah :

1) Menjelaskan keberadaan ritual Syukuran Laut di kalangan Masyarakat desa Jaring Halus.

2) Menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan Upacara Syukuran Laut.

8


(15)

3) Menjelaskan nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara syukuran laut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Untuk memberikan dorongan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus agar dapat melestarikan tradisi budaya tersebut supaya tidak punah.

2) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam studi sastra dan budaya daerah dengan tinjauan sosiologi sastra.

3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan rujukan bagi penelitian lanjutan dan dapat pula digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan kajian yg lebih lanjut.

1.5Ruang Lingkup Kajian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pesisir Timur Sumatera Utara tepatnya di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Kajian ini mengenai musyawarah untuk mufakat, yaitu upaya dari masyarakat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menyepakati bersama secara kekeluargaan yang diaplikasi dalam pelaksanaan upacara ritual Jamuan Laut.

Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan membahas bagaimana masyarakat setempat melaksanaan musyawarah yang termasuk dalam persiapan upacara ritual Syukuran laut, hingga kepada pelaksanaan ritual yang ketetapan dan aturan dalam perayaannya diperoleh dari hasil rundingan bersama. Metode penelitian ini bersifat kualitatif-naturalistik yaitu menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar


(16)

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak mengabaikan pendapat masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA


(17)

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak mengabaikan pendapat masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA


(18)

Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti.9 Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan permasalahan dalam penulisan.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu Sumatera Timur.

Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya.

Tesis Irfan (2003), mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai keharmonisan.

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang

9

Andi Prastowo, Dunia Penelitian, diakses dari http;//dunia-penelitian.blogspot.com/2011/10/pengertian-tinjauan-puataka.html?m=1, pada tanggal 13 Maret 2015 pukul 10:30 WIB


(19)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta.

Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut secukupnya saja.10

Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat.

Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya.11 Hal demikian juga dilakukan oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang. Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya sehari-hari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam kehidupan.

10

Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209

11


(20)

Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan, kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai keluhuran.

2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat

Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km. Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa Jaring Halus.

Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51’30”-3º59’45” LU dan 98º 30’- 98º42’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura.12

Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring Halus sebanyak 3.261 orang (785 KK), yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan. Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas

12

Pemerintah Kabupaten Langkat, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2014, Daftar Isian Profil Desa Jaring Halus. Hlm 3


(21)

mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh.13

Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada Sultan Langkat (Sultan Musa) melalui perantara Datok Secanggang.14

Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring Halus.15

2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat.

Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya.16

Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan di masjid.

13

Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19 14

Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus 15

Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus 16


(22)

Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu , ternyata belum bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut agar mudah mendapatkan rezeki.

Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-Islam dengan ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi mereka.

2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi

Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra Melayu lama atau sastra lisan dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan, yang merupakan refleksi bagaimana ketamadunan masyarakat tersebut. Sastra lisan atau sastra rakyat merupakan hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut, baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga menentukan bahwa sastra tersebut adalah sastra rakyat.

Peristiwa penuturan sastra lisan itu adalah panggung sosial dengan ranah kolektivitas di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan dahulu sangat digemari oleh warga masyarakat dan biasanya didengarkan secara kolektif karena mengandung gagasan, pikiran, ajaran dan harapan masyarakat. Suasana kebersamaan yang


(23)

dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap menguatnya ikatan sosial diantara anggota masyarakat.17

Kesusastraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki pesan dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesusastraan tradisi yang melahirkan aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah. Kenyataan tersebut menciptakan integritas dan kebersamaan dikalangan masyarakat yang menjalani konsep tersebut dikehidupannya.

Berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan wilayah Melayu Sumatera Timur, penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi kesusastraan.

Kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur mempunyai beberapa ciri tertentu. Ciri pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan, yaitu secara lisan. Namun, sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan pula. Kedua, melibatkan soal penciptaan dari kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur, yaitu lebih banyak lahir dan berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga, mengandung ciri-ciri budaya asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, di dalam kesusastraan masyarakat Melayu Sumatera Timur terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan unsur pensejarahan.18

Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung norma dan nilai-nilai keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupakan harta pusaka nenek moyang

17

Robert Sibarani, Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan), Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan. 2012 Hlm. 33

18


(24)

terdahulu. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimamfaatkan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat yang rukun, makmur dan penuh keberkahan.

Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Langkat sangat banyak hubungannya dengan alam dikarenakan daerah ini secara georafis berada di pesisir Sumatera. Oleh sebab itu, masyarakatnya banyak memamfaatkan lingkungan dengan hasil alamnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat Melayu Kabupaten Langkat melakukan proses adaptasi dalam mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material. Melalui proses tersebut lahirlah berbagai karya sastra seperti ritual syukuran laut.

2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara masih mempercayai adanya kekuatan ghaib terhadap kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka sebagai nelayan, yaitu dengan rnengadakan suatu bentuk upacara untuk menghindarkan mara bahaya dari mereka. Melalui upacara syukuran laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara syukuran laut dapat diadakan.

Upacara ritual ini dilaksanakan empat tahun sekali, kecualai ada isyarat dari mimpi pawang atau fenomena alam seperti terjadi wabah penyakit dan iklim yang tidak mendukung untuk mencari nafkah, sehingga waktu pelaksanaannya ini dapat dipercepat.19

Abdullah menjelaskah bahwa Pelaksanaan upacara syukuran laut ini dilakukan oleh pawang dan dibantu oleh masyarakat dan pemerintah yang sebelumnya sudah disepakati dalam musyawarah. Adapun tahap pelaksaan ritual Syukuran Laut sebagai berikut:

19


(25)

 Persiapan Ritual Syukuran Laut

Persiapan ritual syukuran laut yaitu diadakan musyawarah yang didalamnya membahas ketetapan waktu, tempat sekaligus tatacara agar terlaksana perayaan tersebut. Musyawarah ini dilaksanakan dibalai desa dengan menghadirkan perangkat pemerintah di Desa jaring Halus, pawang dan perwakilan masyarakat.

 Permulaan Perayaan

Awal mula dilaksanakan ritual tersebut, yaitu pawang menancapkan panji di yang terbuat dari buluh. Panji tersebut di tancapkan di dekat muara ketika fajar mulai menyingsing. Kemudian pawang memercikkan air kearah panji tersebut sekaligus membacakan mantera. Hal ini menandakan perayaan ritual sudah dimulai. Adapun mantera yang dibaca oleh pawang ialah :

Assalamu’alaikum alaikum salam Hai, saidina Alam

Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal Bomoh yang usul

Bomoh yang tidak tiru Bomoh yag turun-temurun Marilah mu bersama-sama aku Aku nak buat kenduri khidmad Assalamu’laikum

Aku kirim salam pada jin tanah Aku tahu asalmu


(26)

Bukan aku melepas bala mustaka

Sang kala Sang Lipat melepas bala mustaka Jin taru melepas bala mustaka

 Menghantarkan persembahan

Ketika matahari sudah terbit yaitu sekitar pukul 09.00 Wib, hantaran yang akan di berikan ke laut siap di hanyutkan oleh pawang dan di disertai beberapa anggota masyarakat. Hantaran tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu berupa: kepala dan tulang dari seekor kambing jantan, ayam, dan bahan lainnya.

Ketika menghanyutkan persembahan ke Laut, pawang membaca mantera sebagai berikut : Assalamu’laikum alikum salam

Nenek putrid hijau

Yang diam di galah jambu air Tempat jin turun berkecimpung Sungai pusat Tesek Pauh Jenggi Mohon beta minta ampun minta maaf Terimalah persembahan anak cucu Nenek putrid hijau

Banyak tanda ada Sedikit tanda terkenang


(27)

Setelah persembahan tersebut diihanyutkan ke tengah laut, pawang dan beberapa anggota masyarakat yang ikut serta menghantarkan persembahan tersebut tidak boleh melihat kebelakang. Setiba di desa seluruhnya berkumpul dan makan bersama-sama, serta berdoa yang dipimpin oleh pawang agar ritual tersebut diberkati oleh Tuhan yang maha kuasa.

 Pawang Membaca Pantang Larang

Selesai berdoa, pawang membaca pantang larang yang harus dipatuhi pasca pelaksanaan ritual syukuran laut. 20

Adapun pantang larangnya adalah sebagai berikut

1. Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang semena-mena.

2. Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah. Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati.

3. Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai dengan 18.00

4. Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa pantang larang berakhir.21

20

wawawncara dengan Abdullah, di desa Jaring Halus 21


(28)

2.5 Pendekataan Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata

sosio (Yunani) (Socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,

soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat,

ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi kata jadian kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra dapat diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi kemasyarakatannya22.

Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bisa mengandung gagasan yang

22


(29)

mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Oleh Karena itu,

karya sastra dikenal sebagai cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap individu maupun masyarakat.23

Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tindakan sosiokultural masyarakat seperti pada upacara keagamaan, perkawinan, kelahiran, pekerjaan sehari-hari atau permainan. Karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.24

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang dalam menganalisisnya mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang terdapat di dalam karya sastra.

Karya sastra tidak dapat dipahami dengan selengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang menghasilkannya. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor kultural dan sosial (masyarakat). Sedangkan Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah; pertama, sebagai suatu kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi. Yaitu kecendrungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif.25

23

Ratna, log. cit. hlm 3-6 24

Ratna, opcit, hlm 8-15 25

Sapardi Djoko Damono, Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm 6-7


(30)

Sosiologi sastra memiliki tiga ciri dasar, yaitu :

(1) Kecendrungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan lingkungan;

(2) Kecendrungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global; dan

(3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.26

Dan terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu :

(1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

(2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya;

(3) Penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.27

Berkaitan dengan objek kajian yaitu musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai tunjuk ajar Melayu, penulis pada penelitian ini menggunakan perspektif pertama dan kedua. Yakni menganalisis aspek sosial khususnya kemampuan masyarakat Desa Jaring Halus dalam

26 Goldmann (1981:11) dalam buku Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, Medpress, 2008, hlm 79

22


(31)

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara syukuran laut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat, merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diajukan.


(32)

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara syukuran laut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat, merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diajukan.


(33)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan demikian kegiatan penelitian haruslah berdasarkan keilmuan yang rasional, empiris, dan sistematis.

Metode dasar penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif naturalistik. Penulis menggunakan metodologi ini untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial, dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat diungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, terkait dengan tulisan penulis yang merupakan bagian dari tradisi lisan, pendekatan penelitian kualitatif-naturalistik sangat tepat untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan sebenarnya di lapangan.

Data penelitian ini dikumpulkan secara langsung dari lingkungan nyata dalam situasi sebagaimana adanya untuk mendapatkan makna secara utuh termasuk makna atau nilai yang diteliti dalam peristiwa yang sebenarnya. Pemahaman ini sangat penting bagi peneliti tradisi lisan agar memahami bahwa sebuah tradisi bersifat fungsional serta tidak dapat dipisahkan dari teks dan konteksnya.28

3.2 Lokasi dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut ini: Pertama, sumber data berupa manusia yaitu masyarakat melayu Langkat yang bermukim di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang. Kedua, sumber data berupa suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai masyarakat, interaksi sosial antara masyarakat sekitar dan tempat berkumpul/kerumunan yang berpotensi memberikan informasi terhadap penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

28


(34)

Dalam suatu penelitian, instrumen memegang peranan yang sangat penting. Berhasil atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pertanyaan, peralatan tulis untuk mencatat informasi, perekam suara untuk wawancara, kamera untuk dokumentasi gambar, dan video untuk gambar yang bergerak beserta suara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal penting yang meliputi strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.4.1 Teknik Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat sangat tergantung pada kemampuan observer.29

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan menerapkan pencatatan berkala atau insidental record. Pencatatan dilakukan menurut urutan kejadian dan urutan waktu yang tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan pada waktu tertentu dan mempunyai batas pula, pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan, serta mengandalkan indera mata dan telinga yang dilakukan secara terlibat dan terkendali.

Berkaitan dengan judul musyawarah untuk mufakat sebagai tradisi masyarakat Melayu Langkat dalam upacara adat syukuran laut, maka peneliti melakukan pengamatan terhadap data sekunder berupa video pelaksanaan upacara syukuran laut. Hal ini dikarenakan

29


(35)

waktu pelaksanaan upacara tersebut dilangsungkan lima tahun sekali. Oleh karenanya, peneliti pada tahap observasi ini mengamati data dari sumber yang telah ada dan melakukan penelitian lapangan dengan menemui tokoh-tokoh serta objek-objek alam lainnya yang memiliki peran dalam upacara ini yang berlangsung di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

3.4.2 Teknik Kuesioner

Kuesioner berisi pertanyaan untuk masyarakat sebagai responden. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang pandangan mereka tehadap tunjuk ajar Melayu yaitu musyawarah untuk mufakat dalam upacara adat syukuran Laut.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.30

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang ada di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian data; dan 3) penarikan simpulan (verifikasi).

30


(36)

Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data.31 Penjelasannya sebagai berikut.

3.5.1 Reduksi Data

Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Data-data yang sudah dicatat tersebut; kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini musyawarah untuk mufakat masyarakat Melayu Langkat dalam tradisi adat syukuran laut. Informasi-informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.

3.5.2 Penyajian Data

Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara sistematis dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai luhur dalam upacara jamuan laut khususnya yang berkenaan dengan musyawarah untuk mufakat.

3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dan data yang diperoleh sejak awal penelitian. Kesimpulan dari ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid. Ketiga

31


(37)

komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.

BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TENTANG MUSYAWARAHMUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT

4.1 Latar Belakang Responden

Sampel kajian terdiri dari 20 orang responden yang dipilih secara acak. Populasi kajian terdiri dari masyarakat melayu yang bertempat tinggal di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Responden kajian berumur 15 tahun sampai 50 tahun keatas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jenjang pendidikan yang berbeda-beda.

Dari segi pekerjaan, responden terdiri dari nelayan, pedagang dan ibu rumah tangga. Responden juga dipilik dari berbagai suku yaitu Melayu yang merupakan penduduk asli yang menetap di desa tersebut sejak lahir. Sedangkan suku Banjar, Nias dan Jawa yang merupakan suku pendatang sudah menetap lebih dari 2 tahun.

Taburan Latar Belakang Responden

No Latar Belakang Kategori Pembagian Taburan

1 Jenis Kelamin Laki-laki 10

Perempuan 10

2 Umur 15-19 Tahun 3


(38)

30-49 tahun 8

50 tahun keatas 4

3 Pendidikan Tidak sekolah 3

Sekolah dasar 4

Sekolah menengah pertama 6

Sekolah menengah atas 5

Universitas 2

4 Pekerjaan Nelayan 10

Pedagang 3

Ibu Rumah Tangga 7

5 Lama waktu menetap < 5 tahun 2

5 tahun keatas 3

Sejak lahir 15

4.2 Hakikat Manusia Dengan Tuhan

Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, memiliki hak untuk mengatur dan memelihara alam, dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.32

Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manusia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi

32


(39)

ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio.33

Apabila akal digunakan dengan benar ia akan menyadari siapa yang menciptakan dirinya dan untuk apa ia diciptakan. Berdasarkan taburan jawaban responden menunjukkan bahwa semua yang berada di alam ini hanyalah bersifat sementara dan hanya berupa titipan, baik berupa harta, keluarga maupun kesehatan dan kemampuan yang ia punya. Dengan demikian, akan lahirlah rasa syukur dari dalam diri manusia untuk bersyukur kepada tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta.

Maknanya secara keseluruhan menyatakan bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus dalam melaksanakan upacara syukuran laut sangat melibatkan pandangan bahwa semua yang dilaksanakan atas dasar memuliakan kebesaran tuhan. Walaupun dalam konteks syukuran laut, namun dalam tata laksananya terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada tuhan yang maha pencipta agar diberikan kemudahan dalam perolehan rezeki dan kehidupan masyarakat desa tersebut dalam keadaan makmur dan sejahtera.

Adapun daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

1 Apakah masyarakat di desa

Jaring Halus termasuk

masyarakat yang mempunyai keyakinan terhadap Tuhan yang maha kuasa

15 2 3

33


(40)

2 Dalam melaksanakan upacara Syukuran laut apakah ada terdapat doa atau persembahan yang menyatakan makna syukur terhadap Tuhan yang maha kuasa

17 2 1

4.3 Hakikat Manusia Dengan Alam

Hubungan timbal balik manusia dengan alam sangat ditentukan oleh kemampuan manusia dan alam sesuai karakternya masing-masing. Keduanya memerlukan hubungan timbal balik secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan lingkungan hidup secara bijaksana selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat menjamin kebutuhan dan kemakmuran umat manusia itu sendiri. Oleh karenanya. disadari atau tidak, keseimbangan dalam lingkungan kehidupan manusia dan lingkungan alam dapat terganggu karena ulah manusia itu sendiri.

Manusia adalah makhluk termulia di bumi ini, maka segala sesuatu memang disediakan untuknya. Diantara tugas manusia, yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Hubungan manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat. Yaitu manusia mengelola alam yang diciptakan oleh tuhan yang hasilnya bisa dimamfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu


(41)

manusia tidak seharusnya mengeksploitasi atau membuat kerusakan di alam baik di laut maupun di darat.

Dengan campur tangan manusia dan faktor alami yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu baik , tetapi manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi, memiliki budaya, dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang, maka manusia dimampukan untuk dapat menghadapi serta mengatasinya.34

Berdasarkan taburan jawaban yang disampaikan responden bahwa masyarakat di Desa Jaring halus mempercayai bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan berdampak terhadap keseimbangan alam. Oleh karenanya mereka senantiasa menerapkan nilai-nilai leluhur dalam kehidupannya yang dipercayai dapat menciptakan keharmonian di alam semesta. Melalui kemufakatan syukuran laut dapat dilaksanakan dengan segala ketetapan yang didasari atas nilai-nilai kebaikan.

Daftar pertanyaan adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

3 Apakah gejolak dari alam dikarenakan ulah dari tindakan manusia

117 1 2

4 Apakah nilai luhur yang terdapat dalam musyawarah

15 2 3

34


(42)

berperan dalam keseimbangan alam

5 Apakah hikmah dalam

musyawarah dapat menghindari seseorang dalam bertindak buruk terhadap alam

17 1 2

6 Apakah kemufakatan dalam upacara syukuran laut dapat

mewujudkan keharmonian

manusia dengan alam

14 3 3

4.4 Hakikat Manusia Dengan Kehidupan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran. Sejak dilahirkan, manusia tentu saja telah memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai macam pengalaman semasa hidupanya sampai dia dewasa. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya pandangan hidup yang berbeda – beda pada setiap orang.

Hubungan pandangan mengenai kehidupan manusia dan masyarakat berdasarkan pada pandangan tentang manusia ini haruslah didasari oleh nilai-nilai kebaikan supaya dapat mengatur kehidupan dengan benar. menjadikan dunia dan lingkungan lebih menyenangkan dan menjadikan hidup lebih baik.

Praduga penulis berdasarkan taburan terhadap hakikat kehidupan ialah masyarakat di Desa jrring Halus berpandangan mengenai kehidupan didasari oleh nilai-nilai kebaikan


(43)

supaya dapat mengatur kehidupan dengan benar, menjadikan dunia dan lingkungan lebih menyenangkan hingga akhirnya dapat menciptakan hidup yang lebih baik.

Penulis juga berpendapat bahwa dengan menerapkan poin-poin musyawarah untuk mufakat baik di kehidupan sehari-hari pada umumnya, atau khususnya dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut. Masyarakat yang menerapkan nilai kebaikan tersebut memiliki karakter yang bijaksana, adil, dan tegas dalam kehidupannya. Hal ini merupakan dampak yang positif sehingga membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

7 Apakah bermusyawarah hanya digunakan dalam upacara Syukuran laut saja

2 16 2

8 Apakah masyarakaMelayu juga

menggunakan konsep

Musyawarah dalam

menyepakati atau memutuskan suatu perkara dalam kehidupan sosialnya

14 4 2

9 Menurut anda, dalam membuat suatu keputusan perlukah kita bermusyawarah


(44)

10 Apakah hasil yang dimufakati dari musyawarah adalah keputusan yang bijak

16 1 3

11 Apakah dengan bermusyawarah dapat mempengaruhi kita

menjadi manusia yang

bijaksana, tegas dan adil.

15 3 2

12 Apakah bermusyawarah dapat mengatur hidup kita menjadi lebih baik

17 2 1

4.5 Hakikat Manusia Dengan Pekerjaan

Hubungan dalam menjalani berbagai aktifitas ialah upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyelesaikan berbagai masalah


(45)

kehidupannya. Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya bekerja agar apa yang mereka inginkan bisa terwujudkan.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus sebagai mahluk yang bekerja, karena semua kebutuhan harus dilakukan dengan bekerja. Dalam menjalani pekerjaan tersebut teradapat norma-norma yang digunakan sehingga pekerjaan tersebut tidak menjadi salah satu penyimpangan sosial di kalangan masyarakat.

Dalam merayakan upacara ritual syukuran laut ini juga dapat mempengaruhi semangat kerja terhadap masyarakatnya. Yaitu setelah melaksanakan masa pantang selama sehari yang oleh masyarakat tidak boleh keluar melaksanakan aktivitas kerja seperti melaut, berdagang dan lainnya. Selama masa pantang tersebut mereka gunakan untuk beristirahat didalam rumah. Oleh karenanya setelah melewati masa pantang, semangat bekerja mereka rasakan kembali.

Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

13 Apakah hasil yang diperoleh secara mufakat akan lebih baik dalam hal pelaksaannya

14 3 3

14 Apakah hasil yang diperoleh

secara mufakat dapat

meningkatkan keselamatan dalam hal pelaksanaannya


(46)

15 Adakah pawang hadir dalam melaksanakan musyawarah

20

16 Apakah dalam melaksanakan upacara syukuran laut dapat meningkatkan semangat kerja

16 1 3

17 Apakah dalam melaksanakan upacara syukuran laut dapat meningkatkan kualitas kerja

15 2 3

18 Dapatkah kita menggunakan peralatan teknologi canggih dalam hal pelaksanaan upacara ini

12 2 6

19 Apakah diperlukan pengetahuan tata cara hukum adat dan pemerintahan Negara dalam melaksanakan upacara ini

14 5 1

4.6 Hakikat Manusia Dengan Waktu

Manusia dalam menjalankan kegiatan tak terlepas dari pengaruh waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus


(47)

usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa upacara ritual syukuran laut merupakan warisan leluhur dari zaman sebelumnya dan masih dilestarikan hingga sekarang ini. Masyarakat di desa Jaring halus mempercayai bahwa sesuatu yang memiliki nilai kebaikan pada zaman dahulu maka akan tetap dilaksanakan untuk menjadikan ciri khas dari masyarakatnya.

Daftar pertanyaannya ialah sebagai berikut

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

20 Apakah musyawarah masih

berhubungan apabila

dilaksanakan pada zaman sekarang ini

13 2 5

21 Apakah musyawarah diwariskan dari leluhur jaman dulu

16 2 2

22 Apakah upacara syukuran laut

masih berhubungan

dilaksanakan pada zaman sekarang ini

15 3 2

23 Apakah upacara syukuran laut diwariskan dari leluhur zaman


(48)

dulu

4. 7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia

Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan sacara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal merupakan hubungan manusia kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia dan Tuhan yang tahu seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah satunya adalah hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan bahwa manusia itu adalah mahkluk sosial yang tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban, Di dalam kehidupan masyarakat di Desa Jaring Halus tidak hidup dalam kesendirian. Mereka memiliki keinginan hidup bermasyarakat dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan atau berinteraksi dengan manusia lain. Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

24 Apakah hakikat manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat

14 3 3


(49)

dalam keharmonisan sesama manusia

26 Apakah dengan bermusyawarah

dapat menciptakan

kebersamaan

16 2 2

27 Apakah kemufakatan dalam upacara syukuran laut dapat melahirkan nilai persatuan dan kesatuan antar sesama makhluk ciptaan tuhan

17 2 1

.

Secara umum berdasarkan persepsi masyarakat Melayu di jaring halus, kecamatan secanggang, kabupaten langkat, dapat dinyatakan ;

No Konsep Dasar Orientasi Nilai Budaya Orientasi Nilai Budaya

Pendapat penulis

1 Hakikat manusia terhadap Tuhan Manusia merupakan

mahluk ciptaan

Tuhan yang sudah

Masyarakat di desa

Jaring Halus


(50)

seayaknya dalam segala sifat dan sikapnya

mencerminkan ketunduk-patuhan terhadap segala perintah dan larangan Tuhan yang maha

kuasa dalam

kehidupan sehari-harinya

upacara syukuran laut

adalah untuk

memanjatkan doa dan

bentuk syukur

terhadap Tuhan yang maha kuasa.

2 Hakikat manusia terhadap alam Manusia dengan alam menjalin hubungan timbal-balik dalam artian berinteraksi

dann saling

membutuhkan.

masyarakat di Desa

Jaring halus

mempercayai bahwa setiap perbuatan yang

dilakukan akan

berdampak terhadap keseimbangan alam.

Oleh karenanya

mereka senantiasa menerapkan nilai-nilai leluhur dalam kehidupannya yang dipercayai dapat menciptakan

keharmonian di alam semesta

3 Hakikat manusi aterhadap kehidupan Pandangan hidup adalah sikap manusia yang paling mendasar dalam menyikapi setiap hal yang terjadi dalam kehidupan, baik itu berupa masalah, tugas, tantangan dan segala yang dilakukannya

manusia pasti

mempunyai pandangannya masing – masing.

Musyawarah mufakat dakam pelaksanaan

upacara ritual

syukuran laut

melahirkan dan

membentuk

masyarakat yang berkarakter bijaksana karena menerapkan nilai-nilai kebaikan

yang terdapat


(51)

4 Hakikat manusia terhadap Waktu Memandang bahwa setiap kegiatan merupakan lahir dari sebuah perencanaan dari masa lalu yang kemudian

dilaksanakan hingga sekarang apabila bernilai positif atau

member dampak

yang baik

Upacara syukuran

laut merupakan

warisan leluhur zaman dahulu dan

masih tetap

dilaksanakan sampai sekarang karena didalamnya banyak terdapat ajaran kebaiakan yang dapat mempengaruhi hidup menjadi lebih baik. 5 Hakikat manusia terhadap Pekerjaan Memandang manusia

tidak terlepas dari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Masyarakat di Desa Jaring Halus sebagai mahluk yang bekerja. Dalam menjalani pekerjaan tersebut teradapat norma dan nilai-nilai yang digunakan sehingga pekerjaan tersebut memiliki dampak yang baik terhadap kehidupan mereka. 6 Hakikat manusia terhadap Sesama

manusia

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari bantuan orang lain.

Masyarakat di desa

Jaring Halus

memiliki keinginan hidup bermasyarakat dengan sesamanya. Hal ini terlihat adanya kesolidan dan kebersamaaan dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut.

4.8 Deskripsi Masyarakat Desa Jaring Halus

Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa masyarakat Melayu desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara masih mempercayai adanya pengaruh kerja alam terhadap kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan


(52)

hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka dengan rnengadakan suatu bentuk upacara untuk menghindari mara bahaya dari mereka.

Melalui upacara syukuran laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara syukuran laut dapat diadakan. Adanya rasa solidaritas dan aktivitas ini dapat kembali menetralisir keadaan sebelumnya di mana di antara mereka satu dengan yang lainnya telah ada jarak dari pengaruh yang ada pada saat ini, pendidikan, ekonomi dan prinsip hidup tidak menjadi penyebab utama adanya perubahan pada upacara syukuran laut.

Perubahan dan perbedaan yang terjadi dalam pada upacara tersebut tidaklah bersifat keseluruhan, melainkan berbentuk prinsipil seperti penambahan unsur sajian yaitu buah-buahan, makanan, jenis kue, hiasan balai yang semuanya hanya bertujuan untuk menyernarakkan dan memperindah pelaksanaan upacara syukuran laut.

Manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang tak lain membutuhkan satu sama lain, meski dibedakan oleh agama, suku, atau negara tapi tetap saja kita saling membutuhkan. meskipun begitu dari kita adalah makhluk yang diciptakan untuk memimpin di dunia, merawatnya serta menjaga norma-norma yang berlaku agar tercipta hubungan yang baik dan masyarakat yang teratur.

Masyarakat di desa Jaring Halus memelihara nilai-nilai dan norma-norma yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penulis setelah melakukan penelitian lapangan menemukan bahwa masyarakat tersebut memahami dan menjaga bagaimana hakikat hidup antara manusia dengan pencipta, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, serta hubungan manusia terhadap sesama manusia.

Dapat disimpulkan bahwa upacara ritual syukuran laut masih rutin dilaksanakan setiap tiga tahun sekali di desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. yang berperan dalam perayaan tersebut terdiri dari masyarakat yang berusia 27 sampai 50


(53)

tahun keatas. Sedangkan generasi selanjutnya tidaklah berperan aktif disebabkan tingkat pengalaman dan kematangan hidup. Namun secara keseluruhan upacara ritual syukuran laut ini popular karena lingkungan tempat tinggal mereka adalah disebuah pulau di tengah laut. Oleh karenanya pengaruh lingkungan secara geografis ini sangat kuat terhadap pelaksanaan adat yang mentradisi seperti upacara ritual syukuran laut.

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.1 Analisis Teks

Dalam kegiatan ritual syukuran laut oleh masyarakat pada umumnya mereka berprofesi sebagai nelayan. Mereka melakukan syukuran Laut mengharapkan mendapatkan ikan yang banyak. Kegiatan yang dilaksanakan pada ritual tersebut ialah persiapan membersihkan lingkungan pemancangan panji, pembuatan balai penyembelihan hewan, dan mengantar persembahan ke laut, serta pembacaan mantera.


(54)

Mantra yang digunakan dalam sebuah perayaan upacara ritual adalah teks yang dimaksud dalam penelitian ini.35. Secara umum isi teks mantra masih sangat erat kaitannya bagi kehidupan masyarakat Melayu. Isinya merupakan bagian dari tradisi masyarakat. Didalamnya terdapat maksud dan makna-makna bahasa yang bisa dimengerti dengan jalan menafsirkan berdasarkan kebudayaan dimana mantra ini terdapat atau diucapkan.

5.1.1 Pengertian Mantra

Mantra adalah salah satu wujud kebudayaan yang umum dijumpai di nusantara ini. Mantra selalu menggunakan bahasa verbal dan juga pilihan kata yang khas, yang maknanya baru dapat diketahui melalui pembacaan kultural dan saintifik secara mendalam berdasarkan kebudayaan dimana mantra itu hidup. 36

35

Opcit, KBBI

36Wikipedia. http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mantera, diakses pada tanggal 2 juni 2015 pukul 22.00


(55)

Mantra oleh para pakar dan pengamat kebudayaan dianggap sebagai kesusastraan yang paling awal dikenal oleh manusia. Sastra lisan berbentuk mantra dapat dikategorikan sebagai sastra lama atau sastra tradisional. Sastra lama dapat berbentuk puisi dan prosa jenis sastra yang termasuk puisi ialah mamtra, pantun, syair dan lain-lain. Masyarakat tradisional bahkan hingga kini, mantra dan segala aspek yang berhubungan dengannya masih berperan dalam kehidupan masyarakatnya.37

Menurut orang melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan ghaib untuk meraih tujuan-tujuan tertentu. Secara umum mantra dapat dibagi kepada empat jenis berdasarkan jenis pelafalannya. Yaitu :

1. Mantra untuk pengobatan

2. Mantra untuk pakaian atau pelindung diri 3. Mantra untuk pekerjaan

4. Mantra adat-istiadat38

Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan kedalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanta menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawing tidak memahami arti dari mantra yang dibaca, ia hanya memahami kapan mantra itu dibaca dan apa tujuannnya. Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu.Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan

37

Opcit, wan syaifuddin, (disertasi) hlm 259-280 38


(56)

kepada keturunan, murid, atau orang yang dianggap menggantikan fungsinya sebagai dukun39.

Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam, oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka.

Dalam penelitian upacara syukuran laut di desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Terdapat penggunaan mantra dalam perayaan upacara ritual tersebut. Desa tersebut merupakan desa terapung yang terletak disebuah pulau ditengah lautan. Hal ini berkaitan dengan penjabaran bahwa masyarakat yang lingkungannya dekat dengan alam akan terlihat dariketeguhannya yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisi seperti mantra.

Masyarakat yang melaksanakan syukuran laut mempercayai bahwa Mantra yang digunakan adalah salah satu bentuk doa kepada Tuhan yang maha kuasa tentang bagaimana manjaga hubungan manusia, alam dan Tuhan, serta dalam konteks perekonomian rakyat.

Berikut merupakan contoh mantra yang digunakan dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut yang dibacakan oleh pawang ketika menancapkan bendera atau panji, hal ini menandakan bahwa upacara akan dimulai;

“Assalamu’alaikum Alaikum musalam, Hai syaidinan Alam

Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal

39


(57)

Bomoh yang usul Bomoh yang tidak ditiru Bomoh yang turun-temurun Marilah mu bersama-sama aku Aku nak buat kenduri khidmat

Assalamu’alaikum

Aku kirim salam pada jin tanah Aku tahu asalmu

Mu keluar dari air ketuban Bukan aku melepas bala mustaka

Sang Kaka Sang Kipatmelepas bala mustaka Jin Taru melepas bala mustaka

Bukan aku melepas bala mustaka Jin yang tua melepas bala mustaka Aku melepas kweng keneng Lara badi bala mustaka Aku lepas pada tahun ini Aku lepas pada hari ini

Aku lepas sekali pada periuk belanga

Aku lepas sekali dengan lekar, sudip, dan sendok Aku lepas sekali dengan lontoh tabib

Terimalah persembahan ini Dengan sa tiga lima tujuh Lepas


(58)

Assalamu’alaikum40

Sebelum persembahan di arak ke laut, pawang mmbaca mantera

Assalamu’alaikum alaikum salam Maaf beribu maaf

Nenek air jembalang air Yang duduk di atas ditepi air Nenek yang alus bahasa alus Anak cucu yang kasar bahasa kasar Maaf beribu maaf ampun beribu ampun Nenek air jembalang air

Yang duduk diatas air ditepi air Jangan diulah-ulahi lagi anak cucu Wahai nenek, nenek air jembalang air Yang duduk di atas di tepi air

Ampun beribu ampun Maaf beribu maaf

Terimalah persembahan anak cucu Wahai nenek air jembalang air41

5.1.2 Bahasa Mantra

40

Opcit, wan syaifuddin, hlm 259-282 41


(59)

Bahasa mantra merupakan bahasa yang mengandung nilai-nilai religius dan dipercaya memiliki kekuatan atau kekeramatan. Oleh karenanya dalam pengucapannya tidak boleh dipergunakan oleh sembarang orang, melainkan orang tertentu seperti pawang atau orang yang dituakan.42

Kutipan mantera di atas dari segi bahasa dapat dikatakan bahwa pemilihan diksi, istilah yang digunakan dan gaya bahasa merupakah ciri khas Melayu. Terdapat beberapa kata yang memperlihatkan kesederhanaan kehidupan masyarakat dengan menyebutkan beberapa peralatan yang mereka gunakan yang tergolong tradisional, seperti;

Lara badi bala mustaka Aku lepas pada tahun ini Aku lepas pada hari ini

Aku lepas sekali pada periuk belanga

Aku lepas sekali dengan lekar, sudip, dan sendok Aku lepas sekali dengan lontoh tabib

Terimalah persembahan ini

Ucapan salam di awal pembacaan mantra menunjukkan bahwa pemikiran masyarakat tersebut yang berasaskan kepada ajaran Islam. Hal ini relevan dengan pernyataan beberapa informan yang merupakan penduduk asli desa Jaring halus dan juga aktif mengikuti perayaan syukuran laut. Bahwa dalam pelaksanaan upacara ritual ini tidak terlepas dari keyakinan ajaran islam. Walaupun masih ada pengaruh warisan adat dahulu dalam tata laksananya seperti pembacaan mantera. Namun demikian, pembacaan mantera diniatkan tidak untuk keburukan. Melainkan sebagai doa atau ucapan kebaikan yang diyakini dapat memberikan

42


(60)

berkat dari Tuhan yang maha kuasa terhadap pelaksanaan upacara tersebut dan kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan penutupan pembacaan mantera dengan menyebutkan kalimat thaibah.

Maaf beribu maaf Ampun beribu ampun Berkat la ilaha illallah Muhammada Rasulullah

5.1.3 Pengucapan Mantera

Pengucapan merupakan satu dari pada cirri-ciri yang harus ada pada mantera atau dengan perkataan lain, tidak akan terkesan sebuah mantera tanpa adanya pengucapan. Bagi pengucapan mantera ritual syukuran laut melibatkan aspek rima, asonansi, pengulangan dan cara sebutan.


(61)

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik didalam larik sajakmaupun pada akhir larik sajak yang berdekatan.43 Terdapat beberapa rima dalam teks mantera upacara syukuran laut. Yaitu :

 Rima Awal

menegaskan bahwa kekuatan pawang yang dapat menyampaikan maksud kepada makhluk yang dipercaya sebagai penunggu di laut.

Aku lepas pada tahun ini Aku lepas pada hari ini

Aku lepas sekali dengan rumah tangga Aku lepas sekali dengan kain baju Aku lepas sekali dengan periuk belanga Aku lepas sekali dengan lekar, sudip sendok Aku lepas sekali dengan tabib

 Rima permulaan

Yaitu perulangan suku kata /a/ dan /ku/ dalam kata aku,. Kajian menunjukkan memperkuat kesan magis dan menegaskan pengetahuan pawang mengenai upacara syukuran laut.

Akulah bomoh yang asal Marilah bersama aku

4343


(62)

Akulah bomoh yang asal Bomoh yang usul

Bomoh yang tidak ditiru Bomoh yang turun-temurun

 Rima Dalam

Suku kata /li/ dari pada sekali, /da/ daripada kata ada dan /li/ dari pada kata kembali merupakan pengulangan bunyi rima dalam atau tengah pada teks mantera syukuran laut. Kajian ini menunjukkan kepahaman atas perayaannya.

Aku lepas pada tahun ini Aku lepas pada hari ini

Aku lepas sekali dengan rumah tangga Aku lepas sekali dengan kain baju Aku lepas sekali dengan periuk belanga Aku lepas sekali dengan lekar, sudip sendok Aku lepas sekali dengan tabib

5.1.3.2. Aliterasi

Aliterasi ialah sajak awal atau pengulangan bunyi konsona dari kata-kata yang berurutan44. Dalam teks mantera upacara ritual syukuran laut terdapat perulangan konsonan di awal secara berturut-turut. Dalam kajian ini menunjukkan bahwa perulangan yang terjadi menimbulkan keindahan bunyi serta menegaskan adanya kekuatan magis.

44


(63)

Contoh teks tersebut ialah:

Asssalamualaikum alaikum salam Ampun beribu ampun

Maaf beribu maaf Nenek air jembalang air

Yang duduk diatas air ditepi air Nenek yang halus bahasa yang halus Anak cucu kasar bahasa kasar

Maaf beribu maaf ampun beribu ampun Nenek air jembalang air

Yang duduk diatas air ditepi air Jangan didahului anak cucu

5.1.1.4 Asonansi

Asonansi ialah perulangan bunyi vocal dalam deretan kata.45 Dalam teks mantera upacara ritual syukuran Laut terdapat perulangan bunyi vocal atau asonansi yang menyatakan ketegasan sebuah berita atau pernyataan dalam sebuah mantera. Contoh teks mantera tersebut:

Nenek orang datu orang yang alus bahasa alus

45


(64)

Anak cucu tubuh kasar bahasa kasar Maaf beribu maaf ampun beribu ampun Datu’ Mat Kuis

Jangan dihalangi lagi anak cucu Jangan diulangi lagi

5.1.4 Bentuk Mantera

Dari segi bentuk, mantera syukuran laut dibagi menjadi beberapa bagian yang dialamnya mengandung unsur:

penghormatan kepada Allah SWT, penghormatan kepada guru, pengakuan atau pernyataan diri oleh pawang.

Contoh:

“Assalamu’alaikum Alaikum musalam, Hai syaidinan Alam

Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal Bomoh yang usul

Bomoh yang tidak ditiru Bomoh yang turun-temurun


(65)

Konteks ialah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian makna46. Dalam konteks upacara ritual syukuran laut, terdapat beberapa jenis bebda yang diklasifikasi pada jenis makanan, tumbuh-tumbuhan, hewan, logam dan pakaian.

Perlengkapan yang dipersembahkan dalam upacara ritual syukuran laut oleh kebanyakan masyarakat menyebutnya ramuan syukuran laut. Benda-benda yang dipersembahkan mengandung makna tertentu dan sesuai dengan keadaan masyarakat daerah. Adapun benda tersebut, yaitu:

1. Beras putih satu piring 2. Beras kuning satu piring 3. Pulut hitam satu piring 4. Beras kuning

5. Bertih

6. Bunga rampai satu talam 7. Limau purut, limau pagar, 8. kemenyan

9. daun pepulut

10.gambar berbagai jenis ikan dari timah, seperti ikan bilis, bawal, tongkiol, jenahar, udang dan kepituing

11.cawan

12.pakaian pawang berwarna putih 13.seekor kambing jantan berwarna hitam 14.ayam putih

46


(66)

5.2.1 Makna Makanan dan Jenis Tumbuhan

 Beras putih

Menurut pandangan Sofyan, beras putih artinya untuk menyatakan tujuan kehidupan masyarakat yang bersih dan lurus berkat petunjuk dari Tuhan yang maha kuasa. Mereka mengharapkan bahwa dengan pelaksanaan upacara ini dapat memperoleh perlindungan dari Tuhan yang maha kuasa.47

 Beras Merah

Menurut pandangan informan bernama Sofyan, Beras menyatakan hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat Dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut, mereka saling berpangku-tangan dan bekerja bersama-sama agar tercapai apa yang diinginkan dan sesuai dengan ajaran hidup yang benar.48

 Beras Hitam/ Pulut Hitam

Menurut pandangan Mukhtamar, pulut hitam bertujuan menggambarkan sikap tegas. Beras merupakan makanan pokok yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk pemenuhan pangan. Sedangkan warna hitam memggambarkan sikap ketegasan. Oleh karenanya dalam kehidupan bermasyarakat ketika terjadi suatu permasakahan, maka mereka menyepakati jalan keluar yang ditempuh ini dengan pertimbangan sehingga dapat mengambil keputusan yang tegas.49

47

Wawancara dengan Sofyan, di desa jarring Halus 48

opcit 49


(67)

 Beras Kuning

Menurut pandangan mukhtamar, beras kuning artinya sebagai rasa hormat terhadap pemangku adat yang telah banyak berjasa dalam menjaga dan melestarikan adat di desa tersebut. Oleh karenanya, masyarakat harus berprilaku baik dalam kesehariannya, terlebih ketika upacara syukuran laut berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa mereka menaruh rasa penghormatan yang tinggi terhadap seseorang yang dituakan yang berada ditengah-tengah masyarakat. Dengan menjaga sikap sesuai dengan etika bersosial maka kehidupan masyarakat akan sejahtera.50

 Daun pepulut

Menurut pandangan informan bernama Zulham, daun pepulut artinya menjaga kekuatan raga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Bahwa di dalam diri kita terdapat kebaikan, kekuatan, dan kesehatan yang dikarunia oleh tuhan yang maha kuasa, hal ini selayaknya dipergunakan untuk saling membantu agar terciptanya kehidupan yang harmonis ditengah-tengah masyarakatnya. Salah-satu kegiatan tersebut ialah perayaan ritual syukuran laut.51

 Bertih

Bertih adalah beras yang disangrai atau digonseng dengan tidak menggunakan minyak dalam mengolahnya. Menurut informan bernama Fikar. Bertih dalam upacara ritual syukuran laut menyatakan semangat kesetiakawanan dan kesungguhan dalam menjalankan kehidupan. Sifat ini terlihat dalam diri masyarakat yang selalu aktif

50

ibid 51


(68)

dalam melaksanakan gotong-royong, saling menolong dan selalu mengedepankan kebersamaan.52

 Kemenyan

Menurut pandangan Fikar, wangian dari asap kemenyan yang digunakan dalam upacara ritual syuukuran laut menyatakan keharmonian yang terjalin antara sesame masyarakat dikarenakan mereka memegang teguh adat dan selalu berprilaku terpuji sebagaimana yang dicontoh kan oleh nenek moyangnya. 53

 Bunga Rampai

Menurut pandangan Amoy, bunga rampai yang terdiri dari berbagai jenis bunga yang kemudian dihimpun dalam satu cawan atau wadah ialah sebagai lambang dari perbedaan yang terdapat ditengah-tengah masyarakat, namun mampu disatukan sehingga menjadi sebuah kekuatan atau keindahan.54

 Limau Purut/ Limau Pagar

52

Wawncara dengan Fikar, di Desa Jaring Halus 53

Ibid, Fikar 54


(69)

Menurut pandangan Amoy, Limau purut atau limau pagar menyatakan bahwa kepahaman nilai dan norma adat atau pun kehidupan oleh masyarakat desa di Jaring Halus.55

5.2.2 Makna Jenis Hewan

 Kambing jantan

Menurut pandangan Rahmad, kambing Jantan yang dipersembahkan dalam upacara ritual syukuran laut menyatakan bahwa adanya nilai sosial dan pengorbanan yang terdapat pada masyarakat. Kambing jantan juga melambangkan sebuah pemberian yang bernilai, dikarenakan masyarakat tersebut sangat berantusias dalam merayakan upacara syukuran laut, sehingga mempersembahkan sesuatu yang memiliki nilai tinggi.56

 Ayam putih

Menurut pandangan informan bernama Rahmad, ayam putih menyatakan semangat yang harus ada dalam diri masyarakat. Hal ini dianalogikan dengan ciri khas ayam yaitu sudah bersuara ketika fajar menjelang.57

 Beberapa jenis ikan

55

Ibid, Wawancara dengan Amoy 56

Wawancara dengan Rahmad, di Desa Jaring Halus 57


(70)

Menurut pandangan informan bernama Fikar, ikan dalam yang ada dalam upacara ritual syukuran laut menyatakan hasil pencarian utama bagi masyarakat nelayan disana. Untuk mendapatkan hasil yang banyak sesuai dengan harapan, maka mereka bersama-sama menjaring ikan di laut.58

5.2.3 Makna Jenis Logam dan Pakaian

 Cawan

Menurut pandangan informan bernama Rian, cawan yang digunakan dalam perayaan upacara ritual syukuran laut adalah bentuk kepatuhan dari seorang murid terhadap gurunya. Boleh juga dikatakan antara seorang hamba terhadap Tuhannya. Hal ini juga berlaku di dalam masyarakat, yaitu mereka akan mematuhi segala ketetapan dan keputusan yang telah digariskan.59

 Pakaian pawang yang berwarna putih

Menurut pandangan Rian, menunjukkan seorang yang bersih dan dapat diteladani. Oleh karenanya, mereka akan menerapkan sesuatu yang baik yang ada dalam diri pawang di dalam kehiduoan masyarakatnya.60

5.2.4 Pantang Larang

58

Opcid, wawancara dengan Fikar 59

Wawancara dengan Rian, di desa Jaring Halus 60


(71)

Pemberitahuan pantang larang dilakukan oleh pawang yaitu dengan mengumumkan di depan khalayak ramai. Pantang larang ini harus dilaksanakan dan dikawal bersama-sama agar harapan doa-doa yang dipanjatkan dalam ritual tersebut dikabul kan oleh Tuhan yang maha kuasa. Oleh karena itu, seyogyanya masyarakat di desa Jaring Halus senantiasa menjaga sikap dan prilaku yang dapat memancing kerusuhan atau kesalahan dikehidupan.

Menurut pandangan informan yang bernama sofyan, terdapat beberapa pantang larang yang harus dijalankan pasca pelaksanaan upacara ritual syukuran laut, yaitu:

 Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang semena-mena.

 Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah. Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati.

 Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai dengan 18.00

 Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa pantang larang berakhir.61

61


(72)

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

masyarakat nelayan Melayu desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara mempercayai adanya pengaruh alam terhadap kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka dengan rnengadakan suatu bentuk ritual untuk menghindari mara bahaya dari mereka.


(1)

Kumbang jantan hitam

Kemenyan


(2)

Beras hitam

Ikan tongkol


(3)

Dupa

Daun sihitam-hitam


(4)

Cawan

Bunga rampai


(5)

Biji jeruk nipis

bertih


(6)