Pembinaan Ketaatan Santri dan Santriwati (Studi Kasus di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini mengkaji tentang pembinaan ketaatan yang ada di Pondok Pesantren ArRaudlatul Hasanah. Di zaman modern sekarang ini, manusia sering kali melakukan perbuatan
dengan sekehendak hati mereka. Manusia telah melupakan arti sebenarnya dari sebuah
ketaatan. Banyak manusia yang tidak taat, baik terhadap Tuhan maupun aturan dan normanorma yang berlaku di dalam masyarakat. Manusia berbuat sesuka hati mereka untuk mencari
kesenangan duniawi, tanpa mentaati peraturan yang ada.
Di Indonesia sendiri, banyak sekali terjadi bentuk dari ketidaktaatan manusia, dalam
rangka untuk mencari kepuasan. Para pelaku pemerintahan di Indonesia seringkali melakukan
perbuatan korupsi dan tidak mentaati peraturan yang ada hanya untuk memuaskan nafsu
keserakahannya atas kekayaan material. Dengan melupakan nilai-nilai ketaatan, akibatnya
negara Indonesia menjadi semakin miskin dan terpuruk. Manusia tidak hanya tidak taat
terhadap aturan yang ada, tetapi manusia juga tidak taat terhadap Tuhan. Manusia seringkali
melupakan akan tujuan hidup yang Tuhan berikan kepada mereka untuk melayani setiap
panggilan Tuhan, taat kepada-Nya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus taat
terhadap Tuhan dengan cara menjalankan kewajiban agama masing-masing dengan benar.
Manusia hidup adalah untuk mentaati perintah Tuhan agar manusia dapat memperoleh
keselamatan. Ketaatan adalah kehendak Tuhan, kehendakNya menjadi paling utama untuk
kita lakukan. Melakukan ketaatan terhadap perintahNya merupakan kehendakNya.
Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih dalam tentang apa arti dari ketaatan di
Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah dan bagaimana kita sebagai manusia harus hidup

dalam ketaatan, sehingga kita sadar akan arti sebenarnya dari sebuah nilai ketaatan dan dapat

1

Universitas Sumatera Utara

mengaplikasikannya dalam kehidupan. Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam ketaatan
kepadaNya dalam suka maupun duka.
Apabila kita berada di lingkungan keluarga, kita haruslah menaati perintah orang tua kita
yang melahirkan kita dan membesarkan kita hingga saat ini. Lain lagi ada beberapa
pandangan seperti saat kita berada di lingkungan umum. Kita pun harus menghormati orang
yang lebih tua dengan cara memanggil kakak ataupun abang untuk orang yang lebih dewasa
dari kita. Ada juga yang berfikiran atau berpandangan apabila kita berada di lingkungan
sekolah kita harus lebih mentaati peraturan yang berada di lingkungan sekolah dan bapak/ibu
guru. Begitu juga halnya di lingkungan Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah para santri
dan santriwati harus menaati dan menghormati para ustadz/ustadzah, selain itu para santri dan
santriwati yang tinggal dan belajar di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah harus dan
wajib menaati segala peraturan maupun disiplin yang telah di buat oleh pihak pesantren.
Ketaatan bisa di artikan dengan kata lain sebagai sebuah disiplin.
Menurut ustadz dan ustadzah di pesantren, penegakkan disiplin merupakan modal utama

meraih kesuksesan. Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup. Disiplin adalah
sikap selalu menaati peraturan, disiplin dimulai dari diri sendiri bukan dari diri orang lain.
Disiplin diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang teratur. Menurut kamus umum
Bahasa Indonesia, Disiplin berarti melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati
segala tata tertib yang telah di buat. Disiplin berarti melatih diri melakukan segala sesuatu
dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang
ingin dicapai dalam hidup.
Mau tidak mau, manusia harus berdisiplin atau terkena disiplin. Orang yang hidup dan
segala sesuatu yang hidup tidak akan dapat terlepas dari disiplin dan peraturan. Disiplin
adalah sebagai sebuah perintah maupun aturan yang harus kita jalankan, di mana pun kita

2

Universitas Sumatera Utara

berada pasti terdapat sebuah disiplin, baik itu di rumah, di sekolah, di kehidupan masyarakat,
di jalan raya dan sekalipun itu kita berada di dalam hutan, semuanya terdapat disiplin.
Disiplin akan terasa manfaatnya jika kita memiliki suatu impian dan cita – cita yang ingin
dicapai. Kita harus mendisiplinkan (melatih) diri untuk mengerjakan hal – hal yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, di dunia ini dibuat peraturan – peraturan

yang disertai hukuman yang setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap manusia mau belajar
hidup disiplin dan menaati aturan yang ada sehingga dunia tidak kacau balau dan seseorang
tidak dapat berbuat sekehendak hatinya atau sesuka hatinya.
Memiliki masa depan yang cerah pasti menjadi tujuan hidup semua orang. Contohnya
sukses dalam pendidikan dan karier. Seseorang yang mau berdisiplin akan sukses untuk
kedepannya, manfaat disiplin yang kita tanamkan sejak kecil akan membuahkan hasil di masa
yang akan datang, adapun manfaat disiplin adalah: hidup kita akan selalu teratur, dapat
mengatur waktu dengan baik, dan pekerjaan selesai tepat waktu. Betapa sangat pentingnya
sebuah disiplin di kehidupan sehari-hari maupun di masa yang akan datang, maka dari itu
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan maupun pembinaan ketaatan di
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan
komunitas tersendiri dibawah pimpinan kiai ataupun ulama dibantu oleh seorang atau
beberapa orang ulama atau para ustadz/ustadzah yang hidup bersama di tengah-tengah para
santri dan santri wati dengan mesjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedunggedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, serta
pondok-pondok sebagai tempat tinggal santri dan santriwati.


3

Universitas Sumatera Utara

Pesantren merupakan lembaga penggembangan ilmu keagamaan yang sangat tua.
Lembaga ini telah eksis sejak munculnya masyarakat Islam di nusantara, yaitu sekitar abad ke
13 dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous. Sejak awal sejarahnya,
pesantren didirikan dengan tujuan khusus antara lain: sebagai wahana kaderisasi ulama yang
nantinya diharapkan mampu menyebarkan agama di tengah-tengah masyarakat, membentuk
jiwa santriwati yang mempunyai kualifikasi moral dan religius, dan menanamkan kesadaran
holistik bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan, bukan
hanya untuk meraih prestasi kehidupan dunia. Eksistensi pesantren dengan serangkaian
tujuan yang ingin dicapai tersebut memerlukan keseriusan dan kesungguh-sungguhan para
pengelolannya, sekurang-kurangnya bermula dari para pimpinan dan pengasuh pesantren
dalam meneladankan profil sumber daya manusia yang ingin dibangun, selanjutnya menjadi
model bagi para santri dan santriwati yang secara sabar menuntut ilmu dan meniru model
tersebut.
Pola seperti ini jika dilihat dari teori resiprocal determinant dari Bandura, lebih
mencerminkan perpaduan antara kognitif dan perilaku. Dalam teori itu disebutkan bahwa
perilaku, lingkungan dan faktor person (kognitif) berinteraksi untuk melahirkan kepribadian.

Masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Pada satu sisi lingkungan
dapat menentukan perilaku seseorang, tetapi pada kesempatan lain perilaku seseorang juga
dapat mengubah lingkungan. Demikian juga dengan faktor-faktor kognitif person dapat
mempengaruhi perilaku dan dipengaruhi oleh perilaku. 1
Kepala Pusat Pusat Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Pelatihan Kementerian
Agama H. Abdul Jamil mengatakan, jumlah santriwati pondok pesantren di 33 provinsi di
seluruh Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok
pesantren. Jumlah tersebut terus bertambahnya setiap tahunnya. Ini merupakan sebuah

1

John W. Santrock, Perkembangan Remaja, terj. Sherly Saragih (Jakarta:Erlangga, 2006), 50

4

Universitas Sumatera Utara

kemajuan

yang


patut

dibanggakan,

Ia mengatakan, mutu pendidikan di lingkungan ponpes (pondok pesntren) juga cukup baik.
Sebagian ponpes masih menerapkan pendidikan tradisional, namun banyak juga sudah
modern, sehingga tidak kalah bersaing dengan pendidikan yang ada di sekolah.
Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa pendidikan di lingkungan ponpes sebagai salah
satu ujung tombak dari terselenggaranya pendidikan agama Islam yang baik dan benar sesuai
dengan tuntutan agama Islam yang tertuang dalam kitab suci Al-quran dan Hadist Nabi SAW.
Ponpes telah melahirkan tokoh-tokoh Islam yang sukses, sehingga menjadi teladan bagi kita
semua, para alumni ponpes tersebut kita harapkan terus mengembangkan ponpes di
Indonesia. Dalam peraturan perundang-undangan telah dijelaskan bahwa pendidikan di
ponpes telah diakui, Ia mengatakan, tidak perlu dibeda-bedakan antara pendidikan di ponpes
dan sekolah umum, karena memiliki tujuan yang sama yakni bagaimana menciptakan kader
pemimpin masa depan bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur. "Sebenarnya kalau
dilihat prospek kedepan pendidikan di ponpes memimiliki peluang besar untuk
mengembangkan pendidikannya dengan membuka berbagai program pendidikan yang
diminati banyak orang”. Ponpes tidak hanya bertumpu saja pada pendidikan agama. 2

Pendataan Pondok Pesantren tahun 2011-2012 berhasil mendata 27.230 Pondok Pesantren
yang tersebar di seluruh Indonesia. 3
Sedangkan jumlah Pondok Pesantren di Kota Medan berjumlah lebih kurang 9 Pesantren
diantaranya sebagai berikut 4:
Tabel 1.1 Jumlah Pondok Pesantren di Kota Medan
No
Nama Pondok Pesantren
1
Pondok Pesantren Ar Raudlatul
Hasanah, Medan Tuntungan

Alamat
Jl. Letjend Jamin
Ginting Km 11

Kecamatan
Medan Tuntungan,
Medan

2


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/07/19/lokvps-di-indonesia-santriponpes-mencapai-365-juta
3
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/pontrenanalisis.pdf, di akses pada tanggal 6 Juni 2016.
4
Data Pesantren Provinsi Sumatera Utara, diakses pada tanggal 6 Juni 2016.
5

Universitas Sumatera Utara

2
3
4
5
6
7
8
9

Pondok Pesantren Al Manar, Medan

Johor
Pondok Pesantren Ta'dib As
Syakirin, Medan Johor
Pondok Pesantren Al Kautsar Al
Akbar, Medan Denai
Pondok Pesantren Yayasan Azzidin,
Medan Denai
Pondok Pesantren Darul Hikmah
TPI, Medan Kota
Pondok Pesantren Usman Syarif,
Medan Sunggal
Pondok Pesantren Puteri Aisyah,
Medan Area
Pesantren Darularafah Medan

Jl. Karya Bakti
No.34
Jl. Brigjen Katamso
Km.7,5
Jl. Pelajar Timur

No.264
Jl. Panglima Denai
No. 28 B
Jl. Pelajar No.44
Medan
Jl. Karya Baru No 7
Jl. Demak No. 3
Jl. Berdikari

Medan Johor,
Medan
Medan Johor,
Medan
Medan Denai,
Medan
Medan Denai,
Medan
Medan Kota,
Medan
Medan Sunggal,

Medan
Medan Area,
Medan
Medan, Medan

Sumber: Data Pesantren Provinsi Sumatera Utara
Untuk itu penulis pun tertarik memilih salah satu Pondok Pesantren yang
ada di Kota Medan yaitu Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah di karenakan Pesantren ini
sudah mendapatkan akreditas yang cukup baik dan telah dikategorikan sebagai Pondok
Pesantren Modern Internasional yang berada di tengah-tengah kota Medan, akhirnya lebih
khusus penulis akan mengkaji bagaimana cara pembinaan ketaatan santri dan santriwati di
Pondok Pesantren tersebut. Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah dikatakan modern,
karena modern di sini artinya adalah kata modern berasal dari kata latin yang berarti
“sekarang ini ”. Dalam pemakaiannya kata modern mengalami perkembangan, sehingga
berubah menjadi sebuah istilah atau sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai
dengan tuntutan zaman. Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah fasilitasnya sudah sesuai dengan
tuntutan zaman pada masa kini, contohnya kantin di pesantren ini sudah menyerupai
swalayan atau pun Indomaret, setiap para santri dan santriwati yang ingin berbelanja di kantin
ataupun di toko pelajar, mereka memilih barang sesuai dengan keinginannya dan
membayarnya ke kasir. Selain itu kurikulum di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak hanya
fokus pada kitab kuning maupun agama akan tetapi santri dan santriwati mempelajari
pengetahuan umum seperti sekolah lainnya. Podok Pesantren ini dikatakan sudah

6

Universitas Sumatera Utara

Internasional karena santri dan santriwati ada yang berasal dari luar negri seperti Thailand
dan Malaysia.
Pada perkembangannya, pesantren tidak pernah lepas dari orientasi kebutuhan
masyarakat. Upaya yang dilakukan pesantren senantiasa berpedoman dengan kondisi sosial
dan persoalan yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan pesantren
hidup dari maupun untuk masyarakat. Pesantren senantiasa berupaya sejalan dengan kondisi
kehidupan masyarakat yang terus berkembang. Karena itu, hubungan antara masyarakat dan
pesantren tidak dapat dipisahkan. Sebab pemisahan tersebut akan mengakibatkan salah
satunya terkikis. Pesantren tanpa masyarakat, tidak akan mampu berbuat apa-apa. Begitu juga
sebaliknya masyarakat tanpa pesantren akan mengalami kekacauan.
Konsepsi pendidikan Islam yang dikaitkan dengan konsep tentang kejadian manusia yang
dari sejak awal kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai ciri dasar dengan
dibekali potensi hidayah akal dan ilmu, di samping pada sisi lain menjalankan misi untuk
mengabdi dalam arti yang luas sebagai khlaifah di bumi memikul amanat dan tanggung
jawab. Oleh karena itu, pengertian pendidikan menurut ajaran Islam adalah merupakan usaha
dasar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang
dianugerahkan Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawabnya
sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah. Menerapkan konsepsi
pendidikan Islam yang berusaha mengembangkan kepentingan dunia dan akhirat, adalah
pendidikan yang mementingkan kepentingan bersama, akhlak, budi pekerti luhur serta amal
shaleh dengan menguasai ilmu pengetahuan dan keahlian/teknologi yang fungsional bagi
pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah mementingkan pendidikan dari pada pengajaran
karena pendidikan lebih penting di dalam kehidupan masyarakat. diantaranya adalah: hidup
sederhana, berdikari (tidak menggantungkan diri kepada orang lain), ukhuwah islamiyah,

7

Universitas Sumatera Utara

dan disiplin. Pada penelitian ini penulis lebih tertarik tentang pendidikan yang ada di
pesantren salah satunya mengenai masalah disiplin yang ada di Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah. Hal ini disebutkan karena penulis melihat ketaatan di lingkungan sekitar kita sudah
mulai melonggar contohnya ketaatan

dalam berjalan di jalan raya, banyak dari kita

melanggar rambu lalu lintas dan membuang sampah sembarangan. Maka dari itu penulis pun
ingin melihat bagaimana perkembangan ketaatan di salah satu pesantren yang berada di Kota
Medan, dan akhirnya penulis memilih Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
Seperti yang di kemukakan oleh Ustadzah Nani salah satu pengelola Pondok Pesantren
Ar-Raudlatul Hasanah, beliau mengatakan di pesantren lebih mementingkan pendidikan dari
pada pengajaran:
“Karena di Pesantren ini pengajaran itu artinya antara ustadz/ustadzah dan
santri/santriwati membahas satu mata pelajaran yang terjadi di dalam kelas
sedangkan pendidikan bisa kita temui di mana saja salah satu ilmu yang
diajarkan maupun yang diterapkan di pondok pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
adalah: Apa yang kita dengar, Apa yang kita lihat, Apa yang kita rasakan itu
semua termasuk sebuah pendidikan, nah di pesantren ini kita gak hanya dapat
sebuah pengajaran saja melainkan mendapatkan sebuah pendidikan karena kita
dididik dari bangun tidur hingga tidur kembali”. Ustadzah Nani 35 Tahun (
Wawancara pada tanggal 22 Sepetember 2016).

Kiai sebagai pendidik (pengajar) tidak diperlukan persyaratan ijazah formal tertentu, yang
penting memiliki keahlian (penguasaan) terhadap kitab-kitab klasik (kitab kuning), dan
biasanya mudah belajar dalam waktu yang cukup lama di pesantren.
Sedangkan di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tenaga pendidiknya (pengajar) adalah
mereka yang bertugas mengemban amanat untuk melakukan transformasi pikir, sikap dan
moralitas kepada santri/wati dan masyarakat sekitar. Saat ini jumlah pendidik (pengajar) di
pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sebanyak 215 orang. Mereka terdiri dari lulusan S1 dan S2
pada Perguruan Tinggi Negeri/Swasta baik dalam maupun luar negeri.
Dalam ajaran Islam terdapat pelajaran yang amat penting tentang disiplin. Misalnya
shalat dengan pembagian waktunya, puasa dengan disiplin diri, dan lainnya. Maka itu kita

8

Universitas Sumatera Utara

tidak boleh salah mengartikan kata-kata bebas. Bebas bukan berarti kita tidak berdisiplin, tapi
sebenarnya bebas adalah kebebasan dalam berpikir dalam memilih disiplin yang akan ditaati,
apabila menurut kita itu benar dan baik lakukan jika tidak benar dan tidak benar tinggalkan
karena bagaimana pun disiplin itu sangat penting bagi diri kita sendiri. Di pesantren ArRaudlatul Hasanah tidak ada paksaan, hanya saja kadang ada perintah mirip sebagai paksaan
kepada anak-anak besar yang masih berjiwa lemah seperti anak-anak kecil. Maka fungsi
disiplin adalah sebagai penolongnya bagi anak yang kurang kuat menguasai dirinya.
Adapun kasus-kasus yang pernah terjadi di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah khususnya
mengenai masalah disiplin adalah sebagai berikut:
Kasus yang pertama, adalah seorang banat dan banin 5 kelas 3 SMA (Madrasah Aliyah)
melanggar salah satu disiplin yang ada di pesantren yaitu berpacaran. Berpacaran sangat tidak
diperbolehkan di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, karena itu merupakan salah satu bentuk
disiplin di pesantren. Mereka berpacaran sudah cukup lama sejak mereka berada di bangku
kelas 2 SMP (Madrasah Tsanawiyah) mereka berdua berasal dari daerah yang sama yaitu
Kota Pematang Siantar. Selama 4 tahun lebih kurang, mereka tidak pernah ketahuan pacaran
tetapi setelah 4 tahun terakhir ini mereka ketahuan berpacaran. Menurut informasi yang
didapat mereka ketahuan berpacaran karena ada yang diam-diam menyelidiki mereka berdua,
tidak lain adalah teman mereka sendiri yang menyelidiki, dan temannya itu pun segera
melaporkan hal tersebut kepada ustadz dan ustadzah yang ada di pesantren, setelah itu kasus
mereka pun segera di proses. Mereka berdua di panggil ke kantor untuk diintrogasi apakah
benar mereka pacaran. Tentu saja jawabannya iya mereka berpacaran sejak kelas 2 SMP.
Mereka berdua pun dikenakan sanksi ataupun hukuman. Kalau santriwati hukumannya
adalah memakai jilbab warna-warni yaitu warna merah-kuning-hijau selama 2 minggu,
sedangkan yang santri hukumannya adalah kepala di botak licin. Mereka berdua pun

5

Banat (Santri Wati) = Perempuan sedangkan Banin (Santri) = Laki-laki.

9

Universitas Sumatera Utara

menjalankan hukuman dengan berat hati, dan ternyata bukan sekedar itu saja hukumannya
melainkan di permalukan didepan ustadz/ustadzah maupun santri dan santri wati. Pada sore
hari seluruh penghuni pesantren Ar-Raudlatul Hasanah di umumkan untuk segera berkumpul
di lapangan basket pesantren, dan yang berpacaran pun dipermalukan. Cara dipermalukannya
adalah dengan cara santriwati (banat) duduk di atas beko

dan yang

santri (banin)

mengendarai beko tersebut setelah itu mereka berdua berjalan mengendarai beko tersebut di
tengah-tengah para santri dan santriwati.
Kasus yang kedua, adalah seorang banat kelas 2 SMA (Madrasah Aliyah) melanggar
salah satu disiplin di pesantren yaitu membawa barang elektronik yaitu HP, dia membawa HP
agar bisa menghubungi pacarnya yang berada di luar pesantren. Ketahuannya juga sama
seperti kasus yang pertama karena ada yang menyelidiki yaitu temannya sendiri, dia pun
segera dipanggil ke kantor untuk segera diintrogasi. Hukumannya adalah memakai jilbab
warna-warni selama 1 minggu dan berdiri di tangga mesjid selama 1 minggu pada sore hari,
dan akhirnya HP nya di hancurkan dengan kedua tangannya sendiri, dengan menggunakan
alat yaitu martil atau palu, setelah itu kedua orang tuanya di panggil ke pesantren. Pihak
pesantren melakukan hukuman seperti ini agar para santri dan santriwati tidak meyepelekan
sebuah ketaatan yang sudah ditetapkan oleh pesantren.
Sudah kita lihat banyak santri dan santriwati yang melanggar aturan maupun ketaatan di
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, cara mengatasi hal tersebut peran ustadz dan ustadzah di
sini sangat lah penting, para santri dan santriwati membutuhkan sebuah nasihat maupun
bimbingan agar mereka tidak salah jalan. Setiap bulannya para santri dan santriwati
diwajibkan untuk berkumpul di Mesjid, beberapa ustadz dan ustadzah memberi arahan dan
bimbingan bahwasannya sangat penting sebuah ketaatan di mana pun kita berada. Agar para
santri dan santriwati tidak bosan setiap dua minggu sekali diadakan nonton bersama di tangga
Mesjid ataupun di Gedung Olahraga. Film yang ditayangkan berupa motivasi maupun

10

Universitas Sumatera Utara

nasihat, contohnya seperti Film yang bernuansa Islami. Agama Islam mengajarkan kita tidak
boleh berpacaran yang boleh hanya “ta’aruf”, karena orang yang berpacaran adalah hampir
mendekati perbuatan zina. Seperti itu lah salah satu film yang ditayangkan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti bagaimana
pembinaan persiapan ketaatan dalam mendidik santri dan santriwati di Pondok Pesantren ArRaudlatul Hasanah .
1.2 Tinjauan Pustaka
Pendidikan merupakan kebudayaan manusia yang ada di setiap kelompok (masyarakat).
Pendidikan adalah proses sosial yang dijadikan alat dan sarana mempertahankan
keberlangsungan kelompok (masyarakat) tersebut. Pendidikan itu sebagai suatu proses (verb)
dan sekaligus suatu hasil (noun). 6 Pendidikan Islam adalah salah satu proses dari usaha dasar
secara

sengaja

mengarahkan

pertumbuhan

dan

perkembangan

seseorang,

untuk

mengaktualkan potensi kemampuan keimanan (tauhid), potensi kecerdasan (akal), potensi
kemampuan memikul amanat dan tanggung jawab, serta potensi berkomunikasi melalui
bahasa (al-bayan) agar menjadi manusia Muslim yang bertakwa kepada Allah, yaitu
kepatuhan untuk menjalankan perintah dan mejauhi atau menghindari larangannya dengan
ikhlas dan ikhsan.
Ketaatan sendiri masih dapat dibedakan kualitasnya dalam tiga jenis:
1. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan
hanya ia takut terkena sanksi
2.
Ketaatan yang bersifat identification yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hanya kar
ena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak.
3. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu
6

H.A.R Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya),
hal. 28

11

Universitas Sumatera Utara

aturan benar-benar kareana ia merasa aturan itu sesuai dengan nilai
nilai intrinsik yang dianutnya.
Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial pada pendidikan dalam keluarga yang
diemban oleh orang tua karena mereka bertanggung jawab secara kodrati dalam meletakkan
dasar-dasar dan fondasinya kepada anak-anak. Upaya orang tua atau pendidik akan tercapai
jika anak telah mampu mengontrol perilakunya sendiri dengan acuan dari nilai-nilai moral
yang terinternalisasi.
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren semula
banyak berdiri dan berkembang di daerah pedesaan. Umumnya, yang menjadi santri dan
santriwati adalah masyarakat pedesaan. Sekarang ini minat belajar di pesantren juga telah
termasuk pada masyarakat perkotaan. Pesantren menggunakan materi pembelajaran yang
disebut Kitab Kuning yaitu yang ditulis dalam bahasa Arab dan tidak menggunakan harakat
(dikenal juga sebagai kitab gundul), dengan menggunakan metode sorongan atau bandongan.
Kiai/ustadz berperan utama dan menentukan keberlangsungan pesantren. Pesantren yang
berdiri pada zaman dahulu disebut sebagai pesantren tradisional, dan sampai saat ini masih
terus berjalan. Belakangan ini mulai bermunculan pesantren modern. Keberadaan pesantren
modern (khususnya di perkotaan) cenderung lebih diminati oleh kaum muda karena
dipandang mengikuti perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah termasuk pesantren yang modern karena lokasi pesantren ini
terdapat di tengah-tengah kota.
Akhirnya, dapat disimpulkan pendidikan merupakan syarat mutlak apabila manusia ingin
tampil dengan sifat-sifat hakikat manusia yang dimilikinya untuk bisa bersosialisasi antar
sesama manusia inilah manusia perlu pendidikan. Definisi tentang pendidikan banyak sekali
ragamnya dengan definisi yang satu dapat berbeda dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi
oleh sudut pandang masing-masing. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia,

12

Universitas Sumatera Utara

mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu,
maka tidak ada satu batasan pun secara gamblang dapat menjelaskan arti pendidikan. Batasan
tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya dapat
berbeda yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa karena orientasinya, konsep dasar
yang digunakannya, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya,
yang terpenting dari semua itu adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara sadar,
mempunyai tujuan yang jelas, dan menjamin terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin discipulus yang berarti “pembelajaran”. Jadi,
disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Menurut Ariesandi arti disiplin
sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter anak secara bertahap sehingga
menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan berguna bagi masyarakat. Menurut para
ahli pengertian tentang disiplin sebagai berikut:


Menurut

James

Drever

dari

sisi

psikologis,

disiplin

adalah

kemampuan

mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal
yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin dari
segi psikologis merupakan perilaku seseorang yang muncul dan mampu
menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.


Menurut Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian, yaitu
disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan satu
sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap disiplin merupakan orangorang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan patokan atau
batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial
masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur
pendidikan dan pembelajaran.

13

Universitas Sumatera Utara



Menurut John Macquarrie dari segi etika, disiplin adalah suatu kemauan dan
perbuatan seseorang dalam mematuhi seluruh peraturan yang telah terangkai dengan
tujuan tertentu. 7
Dapat disimpulkan bahwa dari sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang

wajib ada dalam diri semua individu. Karena disiplin adalah dasar perilaku seseorang yang
sangat berpengaruh besar terhadap segala hal, baik urusan pribadi maupun kepentingan
bersama. Untuk mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu,
dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri akan pentingnya sikap disiplin sehingga
menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat berkerja, tetapi juga dalam berperilaku seharihari.
Dalam bahasa Nabi, perilaku disiplin itu tersirat dalam sifat ihsan. Dalam sebuah Hadits
sahih riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa ihsan adalah “menyembah Allah
seakan-akan kamu melihatNya.” Konsekuensi dari perilaku ihsan adalah komitmen untuk
melakukan segala aturan Allah menjalani perintah dan menjauhi laranganNya saat sendirian
maupun saat ada orang yang mengawasi. Inilah inti dari disiplin.
Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan
digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada pembahasan berikutnya, terlebih dahulu
akan dikemukakan pengertian dari pola asuh itu sendiri. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu
pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola: berarti corak, model, sistem,
cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat
dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan
memimpin(mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Lebih jelasnya,
kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan,
dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
7

http://www.duniapelajar.com/2014/07/16/pengertian-disiplin-menurut-para-ahli/, di akses pada tanggal 15
Juni 2016.

14

Universitas Sumatera Utara

Pola asuh itu sendiri berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan
anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat
mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Dalam penelitian ini hanya akan
membahas tiga macam pola asuh, yang secara teoritis lebih dikenal bila dibandingkan dengan
yang lainnya, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire.
Dalam buku Psikologi Pendidikan, Samuel Soeitoe (1982) mengemukakan bahwa
terdapat empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi
karakter seseorang yaitu:


Pembawaan
Pada waktu lahir seseorang membawa kemungkinan untuk merealisasi potensinya.



Lingkungan
Tempat dimana orang tersebut hidup, tumbuh dan berkembang serta bagaimana
hubungannya dengan orang sekitarnya.



Ego
Baru mengambil peranan pada suatu taraf perkembangan tertentu, bila yang
bersangkutan telah mengetahui perbedaan antara baik dan buruk. Tiap inisiatif yang
berarti turut menentukan jalan perkembangan.



Takdir/Nasib

15

Universitas Sumatera Utara

Masa atau periode atau kejadian penting yang dialaminya pada suatu ketika turut
menentukan perkembangan hidup seseorang.
Menguraikan betapa pentingnya karakter sebagai modal sosiokultural yang berasal
dari kearifan lokal dalam rangka mempersiapkan generasi muda ke masa depan yang lebih
cerah. Itulah sebenarnya pembangunan yang hakiki, yakni mempersiapkan masa depan
generasi muda ke arah lebih sejahtera dan beradab. Masa depan yang lebih sejahtera dan
beradab dilakoni dan dihasilkan oleh orang-orang yang berkarakter baik.
Karakter adalah sikap dan cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi sebagai ciri khas
seorang individu dalam hidup, bertindak, dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat maupun bangsa. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa “character is the sum
of all the qualities that make you who you are. It’s your values, your thoughts, your words,
your actions”. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa karakter merupakan keseluruhan
nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri
seseorang. Karakter itulah nilainya, pemikirannya, kata-katanya, tindakannya. Karakter itu
menjadi bagian identitas diri seseorang sehingga karakter dapat disebut sebagai jati diri
seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan melalui sejumlah nilai-nilai etis yang
dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya. 8
Struktur kepribadian dasar (basic personality structure) adalah intisari dari kepribadian,
yang dimiliki oleh kebanyakan anggota masyarakat, sebagai akibat dari pengalaman mereka
pada masa kanak-kanak. Struktur kepribadian ini menjadi alat dasar bagi penyesuaian diri
individu di dalam masyarakat. Struktur kepribadian dasar meliputi (1) teknik berfikir
(technique of thinkings). (2) sikap terhadap benda hidup (attitude toward objects), misalnya
menerima atau menolak tergantung pada pengalamannya masih kanak-kanak (anak-anak
yang semasa kecilnya mengalami kekejaman dari ibunya, setelah dewasa akan bersikap

8

D:\robert sibarani.htm

16

Universitas Sumatera Utara

menolak wanita. (3) system keamanan dan kesejahteraan (security system), dinilai dari
kecemasan (anxiety) dan kekecewaan karena ketidakberdayaan (frustration) sewaktu
kanak-kanak; misalnya seorang anak yang semasa kanak-kanaknya selalu dalam keadaan
kelaparan, ketika dewasa akan bersifat hemat. (4) pembentukan super ego 9 atau bagian dari
kepribadian dari individu yang terbentuk dengan jalan mengambil-alih pandangan hidup dari
orang tuanya (Danandjaja, 1994:51).
Tipe kepribadian dasar diperoleh karena suatu kolektif mempunyai pengalaman masa
kanak-kanak yang sama yaitu berupa pengasuhan anak (child rearing ). Akibatnya kolektif
mempunyai cara pengasuhan yang berbeda akan menghasilkan tipe kepribadian dasar
yang berbeda pula. Pendapat ini dikategorikan sebagai determinisme pengasuhan anak
(child rearing determinism). Dasar pemikiran aliran ini sangat dipengaruhi yaitu pengalaman
masa kanak-kanak penting bagi pembentukan kepribadian seseorang setelah dewasa kelak. 10
Koentjaraningrat (1990-18) mendefinisikan kebudayaan merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Keluarga merupakan lingkungan belajar informal
yang pertama dan yang paling utama dalam proses sosialisasi anak. Di dalam keluarga, anak
akan diajarkan pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan untuk pertama kalinya.
Orang tua akan mulai memberikan motivasi kepada anaknya agar mau mempelajari pola
perilaku yang dianggap benar.
Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah peran ustadz dan ustadzah sangat penting, mereka
banyak mengajarkan ilmu-ilmu agama dan akhlak-akhlak yang baik yang patut untuk
diajarkan maupun diamalkan. Di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah orang tua juga
diperbolehkan untuk mengunjungi anak-anak mereka. Seorang anak sangat butuh semangat
9

super ego adalah salah satu aspek dari psyche yang berkembang dengan jalan menghayati norma-norma dari
orang tua atau masyarakatnya. Terdiri dari ego ideal dan hati nurani(conscience) dan berdasarkan prinsip ideal
(ideal principle).
10
http://www.academia.edu/5959323/Sekilas_tentang_Antropologi_Psikologi di akses 16 oktober 2016.

17

Universitas Sumatera Utara

dan dorongan dari kedua orang tuanya. Keluarga bertugas menjalankan sosialisasi nilai-nilai
dasar kemanusian dalam pola hubungan yang efektif dan menjalankan kewajibannya untuk
menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya sedangkan pesantren lebih menekankan pada
proses pembelajaran dan penempaan kepada individu yang berisikan tentang ilmu
pengetahuan, keterampilan, penguasaan peran-peran sosial.
Pelly (1987-20) kebudayaan adalah tidak hanya sebatas pewarisan nilai-nilai, tetapi juga
harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan kata lain, pengetahuanpengetahuan dasar yang diperoleh dari keluarga tidaklah cukup untuk “bekal” anak ketika
beranjak dewasa. Hal tersebut lah yang akan menjadi peran dari sekolah. Sekolah mempunyai
potensi yang berpengaruh besar dalam pembentukan pengetahuan dan perilaku anak serta
mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru kemudian hari ketika tidak lagi
menggantungkan hidupnya pada keluarga dan mulai bermasyarakat. Dengan demikian,
sekolah menjadi produk dari masyarakat itu sendiri dan mencerminkan mereka.
Di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah diajarkan hidup secara mandiri baik itu dari mencuci
baju, mengurus keuangannya sendiri dan lain sebagainya. Dari kelas 1 SMP sampai dengan
kelas 3 SMA ustadz/usadzah yang di pesantren mengajarkan bagaimana hidup secara mandiri
(berdikari) tidak pernah menggantungkan diri kepada orang lain. Berdikari merupakan
senjata hidup yang ampuh. Itu sebabnya pesantren Ar-Raudlatul Hasanah berprinsip Zelp
berdruiping systeem (sama-sama membayar iuran dan sama-sama dipakai), jadi walaupun
mereka jauh dari keluarga masih ada ustaz/ustazah yang membimbing dan mengarahkan
mereka menjadi santri dan santri wati yang shaleh dan shaleha, karena saat hidup di pesantren
kedua orang tua mereka adalah ustadz/ustadzah yang harus mereka patuhi dan hormati.
Ternyata pesantren bukan hanya sekedar merupakan tempat anak didik menerima ilmu
pengetahuan saja, khususnya ilmu agama. Lebih jauh dari itu, lembaga pesantren merupakan

18

Universitas Sumatera Utara

suatu wadah sosialisasi anak didik yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang
budaya yang berbeda, dengan dasar norma-norma agama.
Sistem pendidikan pesantren termasuk pendidikan nonformal sehingga sistem pendidikan
yang berlangsung di dalamnya sesuai dengan karakteristik. Pendidikan nonformal tersebut
adalah seperti yang menonjol dalam sebuah pendidikan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
ini salah satunya adalah pembinaan kemandirian dan disiplin yang tinggi. Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk mengkaji aspek ketaatan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tulisan di atas maka dengan ini penulis menarik rumusan masalah
tentang bagaimana pembinaan ketaatan di pondok pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, dari itu
dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Mengapa soal ketaatan penting dalam pembinaan ketaatan di Pondok Pesantren ArRaudlatul Hasanah?
2. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi faktor ketaatan tersebut?
3. Bagaimana tanggapan para santri dan santriwati mengenai pembinaan ketaatan di
Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Untuk mengetahui bagaimana model pembinaan ketaatan santri dan santriwati di
Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.

b. Mengetahui perilaku santri dan santriwati dalam usahanya menjalani ketaatan di
Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
c. Mengetahui apa-apa saja faktor dari ketaatan tersebut.

19

Universitas Sumatera Utara

d. Mengetahui bagaimana pengalaman santri dan santriwati dalam proses mengahadapi
ketaatan tersebut.
1.4.2

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah:
a. Menambah kepustakan Departemen Antropologi Fisip USU dalam kajian mengenai
Antropologi Pendidikan mengenai ketaatan yang terjadi di Pondok Pesantren ArRaudlatul Hasanah.
b. Memperluas kajian mengenai ketaatan menggunakan pendekatan antropologis.
c. Menambah wawasan pembaca mengenai ketaatan sebagai suatu masalah sosial.
d. Menambah wawasan pada masing-masing orang tua agar lebih menjaga maupun

mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang berkarakter.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe
penelitian yang berbentuk etnografi. Bogdan dan Taylor (1992:21) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan mampu menemukan pola hubungan
yang bersifat interaktif. Menurut Spradley (2006-10) metode etnografi adalah sebuah metode
khusus atau kumpulan metode-metode yang di dalamnya meliputi, melihat, mendengar dan
ikut berpartisipasinya etnografer dengan masyarakat/kelompok yang diteliti. Hal ini
dimaksudkan agar dapat memahami sudut pandang mereka. Tidak hanya mempelajari
masyarakat/kelompok, lebih dari itu etnografer dituntut untuk belajar dari masyarakat.
Disiplin dipandang sebagai sebuah aturan yang harus ditaati oleh setiap individu tidak hanya
di tempat tertentu melainkan di berbagai tempat, contohnya: di dalam sekolah maupun

20

Universitas Sumatera Utara

pesantren, di kantor, di tempat umum, sekalipun di dalam hutan dan lain-lain yang akan
peneliti ungkapkan melalui penelitian studi kasus.
Studi kasus adalah salah satu jenis penelitian yang digunakan dalam kajian antropologi.
Penelitian studi kasus memiliki suatu batasan yang jelas dan terperinci terhadap suatu
masalah dan tempat. Studi kasus merupakan penelitian terhadap kesatuan sosial yang dipilih
sebagai bahan kajian terhadap kesatuan yang lebih luas, tetapi hubungan antara kesatuan itu
tidak dapat diperkirakan secara pasti. Artinya, bahwa hasil penelitian ini belum dapat
dijadikan patokan untuk menarik kesimpulan umum yang lebih luas.Menurut Marzali (1980)
studi kasus bukanlah suatu teknik penelitian, tetapi suatu pendekatan, suatu cara agar dapat
diperoleh suatu sifat yang utuh dari data yang didapatkan. 11
Penelitian yang dilakukan adalah studi ketaatan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah. Tentunya penulis terfokus kepada bagaimana persepsi santri dan santriwati tersebut
terhadap suatu ketaatan. Persepsi mereka mencakup segala macam hal yang berkaitan dengan
ketaatan. Data yang didapatkan secara keseluruhan adalah penting, karena persepsi
merupakan cerminan nilai-nilai yang mereka miliki dalam melihat suatu masalah. Untuk
memahami bagaimana persepsi mereka terhadap ketaatan, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data selama melakukan penelitian di lapangan, penulis akan
menggunakan teknik pengumpulan data yakni:
1.5.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dan berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yakni dilakukan dengan cara:

11

Jusman Mamo, “Antropologi Budaya,” http://antropologiso.blogspot.co.id/2013/01/antropologibudaya.html (akses 20 Januari 2016)

21

Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan.
Pengamatan adalah suatu cara yang dilakukan terhadap suatu fenomena yang tampak oleh
indera mata. Pengamatan dalam konteks penelitian ini peneliti meneliti keadaan ketaatan
yang terjadi di Pondok Pesantren Ar-Raudltul Hasanah dan meneliti informan serta gerakgerik informan menanggapi sebuah ketaatan serta memperhatikan bagaimana pengalaman
santri dan santriwati menanggapi sebuah ketaatan yang terjadi di Pondok Pesantren ArRaudlatul Hasanah. Teknik ini penulis di lakukan dengan cara mengamati semua aktivitas
yang dilakukan di sekitar Pondok Pesantren.
1.5.3 Wawancara
Saya menggunakan teknik wawancara terbuka dan wawancara mendalam (indepth
interview) untuk mendapatkan data dari informan. Observasi serta wawancara terbuka dan
indepth interview terhadap informan bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
dan valid terhadap permasalahan yang diteliti. Subjek atau pun orang yang akan dijadikan
informan diantaranya adalah beberapa santri dan santriwati yang tinggal di Pondok Pesantren,
ustadz/ustadzah yang membimbing para santri dan santriwati, serta para orangtua dan pihakpihak lain yang dianggap terkait dengan proses pembentukan pendidkan di pesantren ArRaudlatul Hasanah khususnya mengenai masalah ketaatan. Penulis juga menggunakan alat
bantu dalam wawancara, diantaranya adalah alat rekam suara dan camera.
Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur dan wawancara
mendalam. Wawancara testruktur adalah wawancara yang sudah direncanakan serta
pertanyaan yang akan diajukan sudah disusun sedemikian rupa agar hasil data yang
didapatkan lebih terinci dan lebih terarah. Sedangkan wawancara mendalam adalah suatu
teknik wawancara dimana peneliti dalam keadaan sudah terbina hubungan baik (rapport)
dengan informan sehingga wawancara sudah lebih mudah karena sudah ada saling percaya

22

Universitas Sumatera Utara

diantara peneliti dan informan tersebut. Kepercayaan tersebut akan menjadikan informan mau
memberikan data yang lebih terinci dan mendalam. Wawancara mendalam juga akan
menghasilkan data yang lebih terinci sehingga data yang didapat lebih bersifat holistic.
Peneliti ingin mengungkapkan bagaimana tanggapan para santri dan santriwati mengenai
masalah- masalah yang terjadi di Pesantren khususnya mengenai masalah ketaatan.
Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai persepsi santri dan
santriwati terhadap ketaatan.
Adapun informan yang penulis wawancarai selama survei di lapangan adalah, para santri
dan santriwati yang melanggar ketaatan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, para wali santri
dan santriwati menanggapi sebuah ketaatan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, dan para
Ustadz/Ustadzah yang tinggal di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
1.5.4

Profil Informan

Agar penulisan ini dapat dipahami lebih mendalam, penulis akan mengambil 3 profil
informan dari santriwati untuk menggali pengalaman mereka sebagai penguat data tentang
beberapa kisah santri dan santriwati yang betah dan yang tidak betah tinggal di pondok
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah dan mengambil pengalaman mereka dalam proses
mengahadapi ketaatan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah. Adapun nama 3 orang
informan tersebut yaitu adalah: Fira Amaliyah Rosyada, Zellica Andriani, dan Nurul Azmi
Harahap.
1.5.5

Pengembangan Raport

Peneliti akan berusaha mengembangkan hubungan baik(raporrt) dengan para
informan, dengan mengembangkan rasa saling percaya, sopan santun dan ramah tamah dan
menghilangkan rasa curiga. Teknik ini sangat penting dilakukan agar penelitian ini
mendapatkan informasi yang mendalam.

23

Universitas Sumatera Utara

Selama penulis berada di lapangan banyak penulis lihat beberapa santri dan santriwati
melanggar sebuah ketaatan, dari yang membuang sampah sembarangan, tidak menggunakan
bahasa Arab dan Inggris dan lain sebagainya, namanya juga manusia pasti tidak pernah luput
dari sebuah kesalahan. Hasil dari lapangan yang penulis simpulkan adalah bahwasannya
adanya ketaatan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sangat mempengaruhi prestasi belajar
mereka, dan dari sisi lainnya karena adanya ketaatan tersebut sebagian dari santri dan
santriwati tidak betah tinggal di pesantren, alasan santriwati mengungkapkan hal tersebut
adalah karena disiplin di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sangat lah ketat, itu lah yang
mempengaruhi faktor-faktor ketaatan tersebut. Selama penulis berada di lapangan begitu
banyak persepsi mengenai ketaatan baik itu dari para santri dan santriwati maupun dari wali
santri dan santriwati, dan penulis pun mengambil kesimpulan bahwasannya ketaatan adalah
suatu keharusanyang harus di jalankan, karena ketaatam adalah dasar perilaku seseorang yang
sangat berpengaruh besar terhadap segala hal, baik urusan pribadi maupun kepentingan
bersama.
Untuk mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu,
dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri akan pentingnya sikap ketaatan sehingga
menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat bekerja, tetapi juga dalam berperilaku seharihari.Di mana pun kita berada pasti terdapat sebuah ketaatan, walau seketat apa pun ketaatam
yang telah di buat jika kita senang mengerjakannya maka ketaatan tersebut akan ringan untuk
kita jalankan dan sebaliknya jika kita berat untuk mengerjakan ketaatam tersebut maka akan
terasa berat dan malas mengerjakan ketaatan. Selama penelitian penulis menemui beberapa
kendala seperti, informan yang telah berjanji oleh penulis tidak dapat di jumpai, penulis pun
segera mencari informan di sekitar lingkungan pesantren, Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
lumayan cukup luas, membuat penulis letih untuk mencari informan dan akhirnya penulis
memilih untuk beristirahat sejenak di kantin, dan ternyata penulis melihat informan yang

24

Universitas Sumatera Utara

telah di janjikan tadi sedang asyiknya makan di kantin sambil berbincang-bincang dengan
temannya, penulis pun segera menghampiri informan tersebut. Informan tersebut membuat
alasan karena dirinya lupa kalau sebenarnya ada janji hari ini untuk wawancara, kami pun
segera melakukan wawancara.
Dengan seiringnya waktu penulis hampir setiap hari ke pesantren, penulis pun mencoba
mengingat-mengingat waktu masih belajar atau masih pondok di pesantren, selama 6 tahun
belajar dan tinggal di pondok pesantren, sangat banyak pengalaman dan pelajaran yang
penulis dapatkan, dari yang tidak betah karena pisah dengan orang tua, harus belajar mandiri,
nafsu makan berkurang dikarenakan lauknya kurang memuaskan, belajar berdisiplin, harus
pintar mengatur waktu, dan lain sebagainya, 6 tahun bukan waktu yang sebentar, awalnya
memang terasa sangat berat untuk tinggal dan belajar di pesantren, tetapi dengan berjalannya
waktu semua itu sudah terbiasa, lambat laun sudah mulai betah, yang membuat penulis betah
tinggal di pesantren karena mempunyai banyak teman dari berbagai daerah, di saat kita sedih
ada teman yang menemani, dan di pesantren tidak akan pernah merasa kesepian, jiwa
kekeluargaan di pesantren sangat lah indah, ini lah satu alasan yang membuat penulis betah
tinggal dan belajar di pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah.
1.5.6 Data Sekunder
Penulis turut juga menggunakan data sekunder untuk mendukung analisis data yang
akan dihasilkan. Data-data sekunder bersumber dari buku, majalah, jurnal, artikel (baik di
media cetak maupun elektronik), internet dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dapat
dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
Data sekunder sangat berguna bagi peneliti sebagai kerangka teori dan sebagai acuan
pemikiran dalam melakukan penelitian yang bersifat antropologis. Sehingga data sekunder
yang penulis ambil adalah seperti buku-buku yang berkaitan dengan antropologi pendidikan
dan ketaatan maupun disiplin.

25

Universitas Sumatera Utara

1.6

Pengalaman Penelitian

Pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 untuk pertama kalinya penulis ke lapangan untuk
meneliti sebuah pesantren yang berada di tengah-tengah Kota Medan tepatnya yang berlokasi
di Jl. Jamin Ginting km 11/ Jl. Setia Budi Simpang Selayang Medan SUMUT. Walaupun
proposal penelitian penulis belum di Acc masih tahap revisi, penulis langsung melakukan
survei ke lapangan. Pukul 16.30 WIB sore hari penulis pun pergi ke pesantren dengan
mengendarai sepeda motor bersama kakak, dari rumah ke pesantren jaraknnya lebih kurang
10 menit. Sesampainya di pesantren penulis langsung mendatangi kantor pusat bagian
bendahara untuk menanyakan bagaimana mengurus surat izin u