Faktor-Faktor yang Pempengaruhi Penyalahgunaan Napza pada Residen di Panti Al-Kamal Sibolangit Centre

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Individu
2.1.1 Pengertian
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di
dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi
terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspeksosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada
aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3
kemungkinan:

pertama

menyimpang

dari

norma

kolektif


kehilangan

individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi
masyarakat (Hartono, 2004).
Menurut pendapat Dr. A. Lysen kata individu merupakan sebutan yang dapat
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu
bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu menurut
konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai
mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup
yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Dengan demikian individual tidak hanya
dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak
kepribadiannya dan kecakapannya.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu adalah :
a. Faktor Bawaan lahir (Aliran Nativisme)
Aliran yang Nativisme yang dipelopori oleh Schoupen Houer berpendapat

bahwa faktor pembawaan lebih kuat dari pada faktor yang datang dari luar.
A.Schopenhaver yang menyatakan bahwa pada perkembangan anak, faktor
keturunan yang lebih mempengaruhi daripada faktor lingkungan, misalnya seorang
bapak yang sifatnya jahat, kemungkinan besar anaknya pasti akan menjadi penjahat
walaupun lingkungan tempat mereka tinggal merupakan lingkungan yang tergolong
baik.
b. Faktor Lingkungan (Aliran Empirisme)
Aliran emperisme dikemukakan oleh John Locke yang menyatakan bahwa
pada perkembangan anak, faktor lingkungan lebih berperan daripada faktor
keturunan. Misalnya seorang anak yang memiliki keturunan yang bersifat baik, tetapi
lingkungan disekitarnya buruk atau teman-teman yang sering diajaknya bermain
berprilaku buruk, pasti si anak akan meniru kebiasaan tersebut, karena pergaulan
sangat berpengaruh pada tingkah laku pada anak, khususnya dikalangan remaja.
c. Faktor keturunan dan Lingkungan (Aliran konvergensi)

Aliran konvergensi dikemukakan oleh William Stern yang menyatakan
bahwa faktor keturunan sama besar pengaruhnya dengan faktor lingkungan. Disini
keduanya sama-sama sangat berpengaruh pada perkembangan anak, jika anak
dididik dengan baik, walaupun dari keturunan yang buruk, kemungkinan si anak
dapat berprilaku baik. Disini juga dituntut bimbingan dari keluarga dan juga

masyarakat tempat ia tumbuh (http://prince-mienu.blogspot.com/2010. Maimalu,
2010. Diakses pada Pukul 09.45 wib. 18 februari 2014).

Universitas Sumatera Utara

2.2.Teori Interaksi Sosial
2.2.1.Pengertian
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi
dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi html. Maryati dan
Suryawati, 2003. Diakses pada pukul 14.05 wib. 18 februari 2014.

Iteraksi Sosial menurut adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap
dan

pada

akhirnya


memungkinkan

pembentukan

struktur

social

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html.
Murdiyatmoko dan Handayani. 2004. Diakses pada Pukul 12.00 wib. Tanggal 18
februari 2014).
Menurut Shaw (Ali,2004) merupakan suatu pertukaran antar pribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini,
tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi
individu lain yang menjadi pasangannya. Berdasarkan definisi yang telah
dikembangkan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah
suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik
itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.


Universitas Sumatera Utara

2.2.2.Jenis-jenis Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Interaksi Antara Individu dan Individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi
positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi Antara Individu dan Kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan
kondisinya.
3. Interaksi Sosial Antara Kelompok dan Kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan
suatu

proyek


(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-

bentuk-ciri.html. Maryati dan Suryawati, 2003. Diakses pada pukul 14.05 wib. 18
februari 2014).
2.2.3. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial, menurut Park dan Burgess (Santosa,
2004) bentuk interaksi sosial dapat berupa:
a. Kerja sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau
kelompok-kelompok bekerja sama bantu- membantu untuk mencapai tujuan
bersama. Misal, gotong-royong membersihkan halaman sekolah.

Universitas Sumatera Utara

b. Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau
kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.
c. Pertentangan.
Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang

langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok
untuk mencapai tujuan yang sama.
d. Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang- orang atau kelompokkelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan
tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut- larut dengan
melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal. Selain itu
akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang
yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
e. Perpaduan
Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai
dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau
kelompok, dan juga merupakan usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan,
sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Universitas Sumatera Utara

2.3.Napza ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif )
2.3.1.Pengertian
a. Pandangan Umum

Semua jenis zat kimia baik alami maupun tidak yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman yang berbentuk sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan perubahan kesadaran dalam sifat, pikiran, perasaan dan sikap perilaku/
karakter manusia. Semua jenis narkoba baik itu resmi maupun tidak resmi apabila
disalahgunakan dapat menimbulkan efek yang sangat merugikan baik bagi diri
sendiri, keluarga dan masyarakat luas. Penyalahgunaan semua jenis narkoba secara
terus menerus akan mengakibatkan kecanduan yang nanti pada akhirnya akan
menjadi

suatu

ketergantungan

dan

ketagihan

(http://www.scribd.Com/doc/

148072174/Pengertian-dan-Dampak-Narkoba. Prasetyo, 2013. Diakses pada Pukul 12.39

wib. 20 februari 2014).
b. Badan Dunia
Suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi
fungsifisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air dan oksigen), World Health
organization (WHO).
c. Kesehatan
Bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh
terutamasusunan syaraf pusat/ otak sehingga bilamana disalahgunakan akan
menyebabkangangguan fisik, psikis/ jiwa dan fungsi sosial (Departemen Kesehatan
RI).

Universitas Sumatera Utara

d. Hukum
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupunsemi

sintetis

yang


menyebabkan

penurunan

atau

perubahan

kesadaran,menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan/ adiktif (Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009).
e. Sosial Kemasyarakatan
Napza disebutkan menimbulkan dampak negatif baik bagi pribadi, keluarga,
masyarakat maupun bagi bangsa dan negara. Bahaya NAPZA sebagaimana
disebutkan di atas menimbulkan dampak negatif baik bagi pribadi, keluarga, sosial,
masyarakat maupun bagi bangsa dan negara. Selain penyalahggunaan NAPZA yang
melanggar hukum, penggunaan NAPZA juga berlawanan arah dengan ajaran agama.
2.3.2. Jenis-Jenis Napza
Jenis-jenis


NAPZA

dapat

dikelompokkan

menjadi

4

bagian.

(http://rohmanahplbuns2012.blogspot.com.pengertian-dan-jenis-jenis-narkobaberbahaya. Rohmanah, 2013) yaitu :
a. Berdasarkan bahan (natural dan sintesis).
b. Berdasarkan efek kerja (merangsang, menekan dan mengacaukan sistem saraf
pusat).
c. Berdasarkan cara penggunaan (oral, injeksi, melalui luka, menghirup dan insersi
anal).
d. Berdasarkan bentuk (cairan, pasta, pil/kapsul, kristal/block, bubuk, gas dan
lapisan kertas).

Universitas Sumatera Utara

2.4. Penyalahgunaan NAPZA
2.4.1.Pengertian
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergatungan adalah
keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh
memerlukan jumlah NAPZA yang semakin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat.
Penyalahgunaan dalam penggunaan NAPZA adalah pemakain obat-obatan dengan
tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti
aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang sesuai dosis yang dianjurkan
dalam kepentingan kedokteran maka penggunaan NAPZA secara terus-menerus
akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan. Adapun
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional pada
pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka
akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat
(BNN-RI 2009).
2.4.2. Dampak / Bahaya dari Penyalahgunaan NAPZA
Narkoba atau NAPZA sebagaimana disebutkan di atas menimbulkan dampak
negatif baik bagi pribadi, keluarga, masyarakat maupun bagi bangsa dan negara.
Dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahaya yang bersifat pribadi
1) Narkoba akan merobah kepribadian si korban secara drastis, seperti berubah
menjadi pemurung, pemarah, melawan dan durhaka.

Universitas Sumatera Utara

2) Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya seperti tidak lagi
memperhatikan pakaian, tempat tidur dan sebagainya, hilangnya ingatan,
dada nyeri dan dikejar rasa takut.
3) Semangat belajar menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersifat seperti
orang gila karena reaksi dari penggunaan narkoba.
4) Tidak lagi ragu untuk mangadakan hubungan seks karena pandangnya
terhadap norma-norma masyarakat, adat kebudayaan, serta nilai-nilai agama
sangat longgar. Dorongan seksnya menjadi brutal, maka terjadilah kasuskasus perkosaan.
5) Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau
menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius, ingin mati bunuh
diri.
6) Menjadi pemalas bahkan hidup santai.
7) Bagi anak-anak sekolah, prestasi belajarnya akan menurun karena banyak
berkhayal dan berangan-angan sehingga merusak kesehatan dan mental.
8) Memicu timbulnya pemerkosaan dan seks bebas yang akhirnya terjebak
dalam perzinahan dan selanjutnya mengalami penyakit HIV/AIDS.
b. Bahaya yang bersifat keluarga
1) Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan bahkan menjual barang-barang di
rumah untuk mendapatkan uang secara cepat.
2) Tidak menjaga sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua.
3) Kurang menghargai harta milik yang ada seperti mengendarai kendaraan
tanpa perhitungan rusak atau menjadi hancur sama sekali.
4) Mencemarkan nama baik keluarga.

Universitas Sumatera Utara

c. Bahaya yang bersifat sosial
1) Berbuat yang tidak senonoh ( mesum/cabul ) secara bebas, berakibat buruk
dan mendapat hukuman masyarakat.
2) Mencuri milik orang lain demi memperoleh uang.
3) Menganggu ketertiban umum, seperti ngebut dijalanan dan lain-lain.
4) Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain
karena kurangnya rasa sosial manakala berbuat kesalahan.
5) Timbulnya keresahan masyarakat karena gangguan keamanan dan penyakit
kelamin lain yang ditimbulkan oleh hubungan seks bebas.
d. Bahaya bagi Bangsa dan Negara
1) Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya siap untuk menerima tongkat
estafet kepemimpinan bangsa.
2) Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa yang pada gilirannya
mudah untuk di kuasai oleh bangsa asing.
3) Penyelundupan akan meningkat padahal penyelundupan dalam bentuk
apapun adalah merugikan negara.
4) Pada akhirnya bangsa dan negara kehilangan identitas yang disebabkan
karena perubahan nilai budaya.
2.4.3. Faktor Penyebab dari Penyalahgunaan NAPZA
Penyebab penyalahgunaan napza sangat kompleks akibat interaksi antara
faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan, dan tersedianya zat napza.
Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan napza adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan napza dimulai atau terdapat pada masa remaja,
sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik, maupun sosial
yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan napza. Anak
atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai resiko yang lebih besar untuk
menjadi penyalahguna napza. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Cenderung membrontak dan menolak otoritas.
b. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi,
cemas, psikotik, dan kepribadian dissosial.
c. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
d. Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra
diri negatif (low self-esteem).
e. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
f. Mudah murung, pemalu, pendiam, mudah merasa bosan, dan jenuh.
g. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran, keinginan untuk
bersenang-senang, dan keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
h. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran napza dengan tegas.
i.

Kemampuan komunikasi rendah, melarikan diri dari sesuatu, putus sekolah,
dan kurang menghayati iman kepercayaannya.

2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
1) Komunikasi orangtua-anak kurang baik/efektif.
2) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga.
3) Orangtua bercerai, berselingkuh, atau kawin lagi.

Universitas Sumatera Utara

4) Orangtua terlalu sibuk atau tidak acuh.
5) Orangtua yang serba memperbolehkan (permisif).
6) Oarangtua kurang peduli dan tidak tahu dengan napza.
7) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga.
8) Orangtua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna napza.
b. Lingkungan Sekolah
1) Sekolah yang kurang displin.
2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual napza.
3) Sekolah

yang

kurang

memberi

kesempatan

pada

siswa

untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif.
4) Adanya murid pengguna napza.
c. Lingkungan Teman Sebaya
1) Berteman dengan penyalahguna.
2) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar.
d. Lingkungan Masyarakat atau Sosial
1) Lemahnya penegakan hukum.
2) Situasi poltik, sosial, dan ekonomi yang kurang mendukung.
3. Faktor Napza
a. Mudahnya napza didapat dimana-mana dengan harga terjangkau.
b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba.
c. Khasiat farakologik napza yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia/fly/stone dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak
menjadi penyalahguna napza, akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin
besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna napza. Penyalahguna napza

Universitas Sumatera Utara

harus dipelajari kasus demi kasus. Faktor individu, lingkungan, keluarga, dan teman
sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang
menyalahgunakan napza. Karena faktor pergaulan bisa saja seorang anak yang
berasal dari keluarga harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna napza.
2.5. Konsep Rehabilitasi
2.5.1.Pengertian
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar
mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani,
sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program
holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan
vokasional yang memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih
pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional
dengan

dunia

(http://blogspot.com/2012/10/pengertian-rehabilitasi.

Banja,

Istiningtyas, 2012. Diakses pada Pukul 10.15 wib.18 februari 2014).
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah berupa
bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada
pemberian kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba melakukan
dan memecahkan sendiri masalah-masalah yang disandangnya. Arah tujuan
rehabilitasi

adalah

refungsionalisasi

dan

pengembangan.

Refungsionalisasi

dimaksudkan bahwa rehabilitasi lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari
peserta didik, sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau menemukan
dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih ada serta potensi yang dimiliki
untuk memenuhi fungsi diri dan fungsi sosial dimana ia berada.

Universitas Sumatera Utara

2.5.2.Tujuan Rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi
diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik,
mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama
rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental,
sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Jadi tujuan
rehabilitasi adalah terwujudnya anak atau peserta didik berkelainan yang berguna
(http://rianplbuns2012.blogspot.com/2012/10. Rian,2012. Diakses pada Pukul 12.25
wib. 20 februari 2014).
Aspek berguna dapat mencakup self realization, human relationship,
economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya melalui kegiatan-kegiatan
rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan :
a. Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian rupa,
sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self realization).
b. Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tahu
akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya di
lingkungannya (human relationship).
c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu yang
dapat

menjamin

kehidupannya

kelak

dibidang

ekonomi

(economic

efficiency).
d. Memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap lingkungan
masyarakat (civic responsibility).

Universitas Sumatera Utara

2.5.3.Sasaran Rehabilitasi
Sasaran rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari
aspek jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup
luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada petugaspetugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga
pemerintah dan swasta serta organisasi sosial yang terkait.
2.5.4.Prinsip Dasar Filosofi Rehabilitasi
Prinsip dasar rehabilitasi adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang menganut nilai-nilainya sendiri dan itu harus dihormati.
b. Setiap orang adalah anggota dari masyarakat, dan rehabilitasi seyogyanya
memupuk agar orang itu diterima sepenuhnya oleh masyarakatnya.
c. Aset yang terdapat dalam diri individu harus ditekankan, didukung dan
dikembangkan.
d. Faktor-faktor realita seyogyanya ditekankan dalam membantu individu
menghadapi lingkungannya.
e. Perlakuan yang komprehensif harus melibatkan orang itu seutuhnya karena
bidang-bidang kehidupan itu saling ketergantungan.
f. Perlakuan seyogyanya bervariasi dan fleksibel sesuai dengan karakteristik
dan pribadi orang.
g. Rehabilitasi merupakan proses berkelanjutan selama masih dibutuhkan.

h. Reaksi psikologis dan personal selalu ada dan sering kali sangat penting
diperhatikan

(http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/05/landasan-filosofis-

konseling.html. Tarsidi, 2008.Landasan Filosofis Konseling Rehabilitasi.
Diakses pada pukul 13.32 wib. 17 januari 2014).

Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Fungsi Rehabilitasi
Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik berkelainan
berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan dan pemeliharaan
(Surya, 2011).
a. Fungsi pencegahan ,melalui program dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat menambah kecacatan
yang lebih berat/lebih parah. Misalnya melalui terapi ,penyebaran kecacatan
dapat dicegah dan dibatasi.
b. Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik
dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula tidak kuat menjadi kuat,
yang tadinya tidak berfungsi menjadi berfungsi, dan sebagainya. Dengan
demikian fungsi penyembuhan dapat berarti pemulihan atau pengembalian
atau penyegaran kembali.
c. Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah memperoleh
layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medik, sosial, dan
keterampilan organ gerak/keterampilan vokasional tertentu yang sudah
dimiliki dapat tetap terpelihara/tetap terjadi melalui kegiatan-kegiatan
rehabilitasi yang dilakukan.
Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik, sosial dan
keterampilan :
a. Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi
medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembukan dan
meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/peserta didik.
b. Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki masalah
sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri, isolasi diri, dsb).

Universitas Sumatera Utara

Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi memupuk kemampuan anak dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya.
c. Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik akan
memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam
memilih dan menekuni keterampilan profesional tertentu di masa depan.
2.5.6.Kode Etik Dalam Layanan Rehabilitasi
Tujuan adanya kode etik adalah mengatur tingkah laku para pendukung
profesi dalam rehabilitasi. Kode etik dalam rehabilitasi menyangkut masalahmasalah kewajiban tenaga rehabilitasi terhadap :
a. Individu dan keluarga yang di rehabilitasi.
b. Masyarakat atau pihak yang berkepentingan dalam proses rehabilitasi.
c. Teman sejawat antar profesi.
d. Tanggungjawab profesional dan.
e. Keterbukaan pribadi.
Ada beberapa syarat sebagai pegangan untuk dijadikan kode etik dalam
pelayanan rehabilitasi :
a. Memegang teguh rahasia residen dan rahasia-rahasia lain yang berhubungan
dengan residen.
a. Menghormati residen karena residen punya harga diri dan merupakan pribadi
yang berbeda dengan

pribadi lain.

b. Mengikutsertakan residen dalam masalahnya.
c. Menerima residen sebagaimana keadaannya.
d. Menempatkan kepentingan residen diatas kepentingan pribadi.
e. Tidak membedakan pelayanan residen atas dasar syarat dan status tertentu.

Universitas Sumatera Utara

f. Tidak egois, tetap berusaha memahami residennya, kesulitan residen,
kelebihan dan kekurangannya.
Dengan demikian pelayanan yang diberikan dalam rehabilitasi bukan
berdasarkan atas belas kasihan kepada penyandang cacat dan ketidakmampuannya,
tetapi harus berorientasi kepada kemampuan yang masih ada.
2.5.7.Rehabilitasi Napza
Pengertian rehabilitasi narkoba adalah sebuah tindakan represif yang
dilakukan bagi pencandu narkoba. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada korban
dari penyalahgunaan narkoba untuk memulihkan atau mengembangkan kemampuan
fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Selain untuk memulihkan,
rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkotika,
agar para pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika.

Bagi

pecandu narkoba yang memperoleh keputusan dari hakim untuk menjalani hukuman
penjara atau kurungan akan mendapatkan pembinaan maupun pengobatan dalam
Lembaga Permasyarakatan. Dengan semakin meningkatnya bahaya narkotika yang
meluas keseluruh pelosok dunia, maka timbul bermacam-macam cara pembinaan
untuk penyembuhan terhadap korban penyalahgunaan narkotika. Dalam Ketentuan
Umum Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, rehabilitasi

dibedakan dua macam, yaitu meliputi:
1. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Rehabilitasi Medis
pecandu narkotika dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan. Yaitu rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun
oleh masyarakat. Selain pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi medis,

Universitas Sumatera Utara

proses penyembuhan pecandu narkotika dapat diselenggarakan oleh masyarakat
melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
2. Rehabitasi Sosial
Rehabitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik
secara fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan
bekas pecandu narkotika disini adalah orang yang telah sembuh dari ketergantungan
terhadap narkotika secara fisik dan psikis. Rehabilitasi sosial bekas pecandu
narkotika dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Menteri
Sosial, Yaitu lembaga rehabilitasi sosial yang diselenggarakan baik oleh pemerintah,
maupun oleh masyarakat. Tindakan rehabilitasi ini merupakan penanggulangan yang
bersifat represif yaitu penanggulangan yang dilakukan setelah terjadinya tindak
pidana, dalam hal ini narkotika, yang berupa pembinaan atau pengobatan terhadap
para pengguna narkotika. Dengan upaya-upaya pembinaan dan pengobatan tersebut
diharapkan nantinya korban penyalahgunaan narkotika dapat kembali normal dan
berperilaku baik dalam kehidupan bermasyarakat.
2.6.Kerangka Pikir
Penyalahgunaan Napza merupakan salah satu masalah yang berkaitan dengan
faktor berisiko pada masalah kesehatan dalamnya juga mencakup daya hayat dan
daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan
kebiasaan merokok, serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan
masalah sosial lainnya.
Banyak faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan Napza, diantaranya
adalah Faktor Individu. Individu menurut A. Lysen (Alvian,2011) bukan berarti

Universitas Sumatera Utara

manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu dipengaruhi oleh :
a. Faktor Bawaan lahir (Aliran Nativisme).
b. Faktor Lingkungan (Aliran Empirisme).

c. Faktor

keturunan

dan

Lingkungan

(Aliran

konvergensi)

alvian.blogspot.com/2011/10/pengertian-individu-keluarga.

(http://fajar-

Alvian,

2011.

Diakses pada Pukul 12.45 wib. 18 februari 2014).

Disamping faktor individu, penyalahgunaan Napza juga dipengaruhi oleh
lingkungan dalam teori Interaksi Sosial menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu,
antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Salah satunya adalah lingkungan
dari individu tersebut, aik itu lingkungan keluargam, masyarakat dan lingkungan
sebaya.
Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, dapat dilihat bagan kerangka
pemikiran di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Bagan 2.1 Alir Pikiran
Manusia

Interaksi Sosial

Individu

Faktor – yang Mempengaruhi
Penyalahgunaan Napza

Individu

Lingkungan

a. Cenderung membrontak dan menolak otoritas.
b. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain
(komorbiditas)
c. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma
yang berlaku.
d. Rasa kurang percaya diri
e. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan
destruktif.
f. Mudah murung, pemalu, pendiam, mudah
merasa bosan, dan jenuh.
g. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau
penasaran, keinginan untuk bersenang-senang,
dan keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
h. Tidak siap mental
i. Kemampuan komunikasi rendah

Napza

a. Lingkungan
Keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Teman
Sebaya
d. Lingkungan
Masyarakat atau
Sosial

TINDAKAN

a. Mudahnya napza didapat
dimana-mana
dengan
harga terjangkau.
b. Banyaknya iklan minuman
beralkohol dan rokok
yang menarik
untuk
dicoba.
c. Khasiat farakologik napza
yang
menenangkan,
menghilangkan
nyeri,
menidurkan,
membuat
euforia/fly/stone dan lainlain

REHABILITASI

Universitas Sumatera Utara

2.7.Defenisi Konsep dan Operasional
2.7.1.Defenisi Konsep
Secara umum, konsep dapat diartikan sebagai suatu representasi abstrak dan
umum tentang sesuatu. Karena sifatnya yang abstrak dan umum, maka konsep
merupakan suatu hal yang bersifat mental. Representasi sesuatu itu terjadi dalam
pikiran. Sebuah konsep mempunyai rujukan pada kenyataan. Ada juga yang
mengartikan bahwa, pengertian konsep adalah suatu medium yang menguhubungkan
subjek penahu dan objek yang diketahui, pikiran, dan kenyataan. Menurut
Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan
barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian
tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus
dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan
digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Napza adalah faktor-faktor
yang datang dari luar dan dalam diri sipemakai dalam hal pemakaian obat-obatan
atau zat-zat berbahaya dengan tujuan tertentu.
2. Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre merupakan panti
rehabilitasi korban narkoba yang berada di Desa Suka Makmur, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang dikelola oleh pihak
swasta dan berada di bawah naungan GAN Indonesia. Sekaligus

tempat

dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Sibolangit Centre.

Universitas Sumatera Utara

2.7.2.Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi
lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan
memiliki

rujukan-rujukan

empiris.

Defenisi

operasional

bertujuan

untuk

memudahkan untuk penelitian di lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari konsepkonsep untuk menggambarkan yang harus diamati (Silalahi, 2009).
Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis
menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan
untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang
benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam
konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini diukur dari
indikator-indikator berikut ini:
1. Faktor Individu adalah karakteristik, dan perilaku dari pelaku penyalahgunaan
Napza yang menjadi penghuni Pusat Rehabilitasi Sibolangit Center.
2. Faktor Lingkungan adalah sejauh mana hal-hal yang dapat mempengaruhi
perilaku untuk menyalahgunaan Napza, dalam hal ini adalah keluarga, teman
seprofesi, teman sebaya.
3. Faktor Napza adalah Mudahnya napza didapat dimana-mana dengan harga
terjangkau; Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik.
untuk dicoba ;Khasiat farakologik napza yang menenangkan, menghilangkan
nyeri, menidurkan, membuat euforia/fly/stone dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara