Faktor-Faktor yang Pempengaruhi Penyalahgunaan Napza pada Residen di Panti Al-Kamal Sibolangit Centre

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif

lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara
bio, psiko maupun sosial, hal yang paling mendasar dari persoalan ini adalah
banyaknya generasi muda bangsa yang terjerat dilembah hitam narkotika ini bahkan
anak berusia 10 tahun tidak luput dari jerat narkoba. Masalah penyalahguanaan
NAPZA adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan
suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi
kesehatan

pribadinya,

maupun

dampak


sosial

yang

ditimbulkannya

(http://www.kemsos.go.id/. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, 2009. Diakses
pada Pukul 11.33 wib. 23 februari 2014).
Penyalahgunaan Napza yang sedang marak dibicarakan di masyarakat kita
maupun

masyarakat

dunia,

memang

merupakan

kondisi


yang

sangat

memprihatinkan. Penggunaan Napza tersebut telah merasuk dalam masyarakat dan
mengancam generasi penerus bangsa. Tidak hanya orang dewasa yang menjadi
sasaran Napza, tetapi juga anak-anak usia sekolahan. Kita sebagai masyarakat
Indonesia yang memiliki nilai-nilai, norma dan budaya yang luhur, miris sekali
mendengarnya. Penyalahgunaan Napza sangat berakibat buruk, baik terhadap kondisi
jasmani, rohani, hubungan sosial, hubungan dengan Tuhan, dengan orang tua, dan
masih banyak lagi akibat buruk lainnya. Hasil Penelitian maupun pengamatan seharihari secara awam tentang persoalan ini jelas menunjukkan penyalahgunaan Napza
secara nyata telah menurunkan derajat kesejahteraan sosial seseorang dan lingkungan
sosialnya. Penyalahgunaan Napza, menyangkut aspek fisik, mental, emosional,

Universitas Sumatera Utara

spiritual dan ekonomi yang selaras dengan fokus upaya-upaya kesejahteraan sosial
yang menekankan pada kesejahteraan seseorang baik perorangan maupun
kolektivitas secara fisik, mental, emosional, spritual dan ekonomi. Salah satu wujud

dari upaya kesejahteraan sosial adalah meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi
sosial untuk para korban penyalahgunaan NAPZA (http://www.google.com/search.
Rauf, 2012. Diakses pada Pukul 11.49 wib. 20 februari 2014).
Menurut laporan United Nations Office Drugs and Crime (UNODC) pada
tahun 2009 menyatakan 149 sampai 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun
yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir. Dari
semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan
di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk dunia dengan
prevalensi 2,8%-4,5% (https://www.unodc.org/ (2009). Diakses pada Pukul
13.40 wib. 17 januari 2014).
Berdasarkan Surveilans (penelitian) Terpadu-Biologis Perilaku (STBP) pada
kelompok berisiko tinggi di Indonesia tahun 2011, pengguna NAPZA suntik
memiliki jumlah kasus HIV tertinggi di antara kelompok paling berisiko di
Indonesia dengan prevalensi Jakarta 56,4%, Surabaya 48,8%, Medan 39,2%, dan
Bandung 25,2%. Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi
terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dihitung dengan membagi jumlah orang
yang memiliki penyakit atau kondisi dengan jumlah total orang dalam kelompok
(http://www.lpse.depkes.go.id/eproc/. Departemen Kesehatan RI (Depkes), 2011.
Diakses pada Pukul 11.15 wib. 23 februari 2014).
Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) 1,5 persen populasi penduduk

Indonesia atau sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang terlihat penyalahgunaan
narkoba.Bahkan sekitar 15 ribu jiwa harus melayang sia-sia tiap tahun karena barang

Universitas Sumatera Utara

haram tersebut. BNN juga mencatat, jumlah tindak pidana narkotika dan
psikotropika terus meningkat. Tahun 1997 hanya terjadi 622 kasus Narkoba.
Memasuki tahun 2000-an, terjadi lebih dari 3 ribu kasus. Di atas tahun 2005, kasus
Narkoba mencapai puluhan ribu. Tahun 2011, kasus Narkoba yang terungkap
sebanyak 26.560 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 32.876 orang
(http://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/surveilans.

Indonesian

Public

Health. 2013. Surveilans Epidemiologi DBD. Diakses pada pukul 15.39 wib. 15
februari 2014).
Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah
pecandu narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh

Indonesia tahun 2012, sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26–40 tahun,
yaitu sebanyak 9.972 orang. Dari data yang diperoleh, sebanyak 4 juta jiwa anak
Indonesia terlibat penyalahgunaan narkona. Sementara yang mendapat rehabilitasi
masih sekitar 15.000 jiwa, tentunya ini menjadi suatu masalah yang besar jika sisa
dari

penyalahguna

itu

tidak

direhabilitasi

(http://portalkriminal.

com/index.php/narkoba/11324-4-juta-pengguna. Portalkriminal, 2013. Diakses pada
Pukul 11.53 wib. 13 februari 2014).
Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah perilaku manusia dan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan, bukan semata-mata masalah zat atau

narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku, banyak faktor yang mem-pengaruhi.
Oleh karena itu, informasi tentang bahaya NAPZA kepada anak maupun remaja,
tanpa usaha mengubah perilakunya dengan memberikan keterampilan yang
diperlukan,

hasilnya

akan

kurang

bermanfaat

(http://lettre-deraphael.

blogspot.com/2013/05/pengaruh-penyalahgunaan-narkoba.html
Bahri, 2012. Diakses pada Pukul 14.55 wib.15 februari 2014).

Universitas Sumatera Utara


Dari sudut individu, penyalahgunaan NAPZA harus dipahami dari masalah
prilaku yang kompleks. Secara tidak langsung, penggunaan NAPZA dalam tataran
individu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan mencakup keluarga,
kelompok pergaulan sebaya, kehidupan sekolah dan masyarakat luas. Lingkungan
termasuk media masa, iklan, undang-undang, batas usia minimum merokok dan
minum-minuman beralkohol serta pelaksanaan penegakan hukum setempat. Dari
ketiga faktor tersebut, faktor yang paling krusial adalah individu. Seseorang harus
bertanggung jawab atas prilakunya dan tidak boleh mempermasalahkan orang lain
atau keadaan. Tanggung jawab dari individu menyangkut masalah pengambilan
keputusan. Seseorang melakukan sesuatu atas dasar pertimbangan mengenai apa
yang baik dan buruk, atau apa yang benar dan salah. Selain itu setiap individu juga
harus mengerti akan tanggung jawab yang menyangkut masalah nilai, norma, religi
dan pedoman hidup (http://www.google.com/search. Asep, 2013. Diakses pada Pukul
10.00 wib.18 februari 2014).
Saat ini di Indonesia kasus penyalahgunaan NAPZA meningkat dengan cepat,
terutama menimpa pelajar dan generasi muda. Hal ini dikarenakan rendahnya
pengetahuan mengenai bahaya narkoba dikalangan pelajar serta masih adanya
pandangan yang salah bahwa NAPZA dapat menimbulkan rasa nikmat. Dewasa ini
penggunaan narkoba makin marak terjadi di Indonesia, hasil survei Badan Narkotika
Nasional menunjukkan dari tahun ke tahun kasus penyalahgunaan narkoba

cenderung meningkat seperti apa yang dapat dilihat di tabel di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Jumlah Kasus Narkoba 2005-2008
No

Kasus

Periode

Total

2005

2006

2007


2008

1

Narkotika

8,171

9,422

11,380

10,006

18,979

2

Psikotropika


6,733

5,658

9,289

9,780

31,460

3

Bahan Adiktif

1,348

2,275

1,961


9,573

15,157

Jumlah

16,252

17,355

22,630

29,359

85,596

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Empat tahun terakhir terlihat jelas bahwa ada peningkatan jumlah pemakaian
narkoba berdasarkan kasus yang terungkap dari tahun 2005-2008. Dari tahun 20052008 kasus narkoba meningkat dari 16.252 kasus menjadi 29.359, ini menunjukkan
bahwa permasalahan narkoba adalah suatu masalah yang serius. Dengan adanya
jumlah kasus yang meningkat, maka otomatis jumlah pemakai narkoba pun
meningkat.
Tabel 1.2.
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Kewarganegaraan
2005-2008
No

Warga Negara

Periode

Total

2005

2006

2007

2008

1

WNI

22,695

31,571

36,101

44,599

134,96

2

WNA

85

64

68

95

312

Jumlah

22,780

31,635

36,169

44,694

135,278

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.3.
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin
2005-2008
No

Jenis Kelamin

Periode

Total

2005

2006

2007

2008

1

Pria

21,046

29,423

33.134

41,340

124,943

2

Wanita

1,734

2,212

3,035

3,354

10,335

22,780

31,635

36,169

44.694

135,278

Jumlah

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel 1.4.
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Usia
2005-2008
No

Usia

Periode

Total

2005

2006

2007

2008

1

< 16 Tahun

127

175

110

133

545

2

16-19 Tahun

1,668

2,447

2,617

2,001

8,733

3

20-24 Tahun

5,503

8,383

8,275

6,441

28,602

4

25-29 Tahun

6,442

8,105

9,278

10,126

33,951

5

< 29 Tahun

9,040

12,525

15,889

25,993

63,447

22,780

31,365

36,169

44,694

135,278

Jumlah

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.5.
Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan
2005-2008
No

Pendidikan

Periode

Total

2005

2006

2007

2008

1

SD

2,542

3,247

4,138

4,404

14,331

2

SLTP

5,148

6,632

7,486

10,819

30,085

3

SMA

14,341

20,977

23,727

28,470

87,515

4

PT

149

779

818

1,001

3,347

22,780

31,635

36,169

44,694

135,278

Jumlah

Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Naiknya jumlah pemakai narkoba pada empat tahun terakhir ini haruslah
dicermati penyebabnya. Seperti yang diketahui pemakaian narkoba memiliki dampak
yang serius pada sosial masyarakat khususnya para remaja sebagai generasi penerus
bangsa ini. Selain sebagai penyebab timbulnya fenomena-fenomena sosial yang
merugikan seperti penularan penyakit melalui jarum suntik, peningkatan perilaku
kekerasan

yang

diakibatkan

dampak

pemakaian

narkoba,

penyalahgunaan

napza/narkoba merupakan awal bibit dari kehancuran bangsa.
Pada dasarnya tidak ada satu program terapi pun yang bisa membuat para
penyalahguna NAPZA lepas dari ketergantungan. Karena banyak penyalahguna
NAPZA yang sudah menjalani berbagai jenis terapi NAPZA, tetap mengalami
kekambuhan, karena didalam menjalani terapi NAPZA, tidak hanya pengguna saja
yang

mempunyai komitmen, tetapi dibutuhkan juga support orang-orang

terdekatnya, dalam hal ini adalah keluarga. Karena sering keluarga juga mengalami
kejenuhan

dalam

merawat

anggota

keluarganya,

karena

terapi

NAPZA

Universitas Sumatera Utara

membutuhkan perawatan dalam waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit. Hal tersebut yang menjadi kendala bagi program terapi pasien NAPZA.
Di Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika
mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan
narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus
dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514
tersangka. Jika dilihat data beberapa tahun sebelumnya, kepolisian Sumut mencatat,
3.514 tersangka dari 2.728 kasus (2011), 3.736 tersangka dari 2.718 kasus (2010),
3.531 tersangka dari 2.802 kasus (2009), 3.896 tersangka dari 2.666 kasus (2008).
Data di atas secara gamblang mengatakan bahwa jumlah rata-rata tersangka
mencapai lebih dari 3.500 orang per tahun dengan kisaran 2. 700 lebih kasus
(http://www.waspada.co.id/index. Widyastuti, 2012. Diakses pada pukul 14.25 wib.
20 februari 2014).
Menyikapi tingginya jumlah tersangka dan banyaknya kasus narkoba di
Sumut, berbagai terus melakukan pencegahan dan penindakan. Sejauh ini
pencegahan yang dilakukan berupa sosialisasi antinarkoba lewat seminar-seminar,
diskusi, kampanye-kampanye lewat reklame, menyediakan 5 pos polisi pencegahan
narkoba yang berada di Langkat, Madina, Asahan, Pak-Pak barat, dan Labuhan
Selatan. Di kota Medan, jumlah penghuni kasus narkotika di seluruh lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan per Desember 2013 adalah 7.507 orang. Jumlah
ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 7.682. ersentase
penghuni narkotika dibandingkan dengan jumlah penghuni keseluruhan sebesar
43,12 persen. Narapidana pria masih menjadi penghuni kasus narkotika mayoritas,
yaitu 5.626 orang. Narapidana wanita berjumlah 263 orang, tahanan pria berjumlah
1.425, dan tahanan wanita 193 orang. Jika dikategorikan berdasar perannya, maka

Universitas Sumatera Utara

penghuni yang berstatus pemakai menjadi yang terbanyak, yaitu 4.365 orang. Jumlah
narapidana dan tahanan yang merupakan pengedar juga cukup banyak, yaitu 2.676
orang, disusul Bandar berjumlah 353 orang, dan pemakai sekaligus pengedar
sebanyak 113 orang (http://www.waspada.co.id/index. Tribun-Medan, 2013. Diakses
pada pukul 10.11 wib. 17 januari 2014).
Panti Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre (Rehabilitation For Drugs
Addict) Jl. Medan Berastagi KM. 45 Desa Suka Makmur Kecamatan. Sibolangit
Kabupaten. Deli Serdang merupakan panti rehabilitasi korban narkoba terbesar di
Sumatera Utara dengan luas 4 Ha yang dkelola oleh pihak swasta dan berada di
bawah naungan Gerakan Anti Narkoba (GAN) Indonesia. Pusat Rehabilitasi Narkoba
Al Kamal Sibolangit Centre dengan peringkat Akreditasi A didirikan 2001 oleh
Bapak H. Kamaluddin Lubis, SH. Bapak H. Kamaluddin Lubis, SH berkecimpung
mengelola panti rehabilitasi miliknya di Kawasan Sibolangit Sumatera Utara. Panti
tersebut di beri nama Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre.
Menurut beliau sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut.
Berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara maupun Aceh, bahkan ada juga
pasien dari provinsi lain. Mereka yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang
itu umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif.
Bapak Kamaluddin sendiri mengaku terinspirasi mendirikan pusat rehabilitasi
tersebut karena dampak dari zat Psikotropika itu juga turut merenggut nyawa
puteranya, Baron beberapa tahun lalu atau sekitar tahun 1999. Dimana anak beliau
mengalami kerusakan sistem pompa jantung (gagal jantung) akibat kebanyakan
mengkonsumsi. Akibatnya ayah empat anak ini pun berjanji untuk mendirikan panti
rehabilitasi, karena keinginannya yang kuat untuk bisa mengobati putera-puteri
bangsa ini yang mengalami nasib yang sama seperti puteranya.

Universitas Sumatera Utara

Panti itu awalnya, merupakan swadaya dan tanpa bantuan dari pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten. Menurut Kalamuddin, tekadnya dengan ikhlas
mengelola panti rehabilitasi itu juga karena amanah sang anak yang sebelum
meninggal sempat bertutur meminta agar ayahnya juga mau menolong pemudapemuda lain yang bernasib sama seperti dirinya. “ Selamatkan juga teman-teman
saya ayah,” kata Kamaluddin menceritakan pesan puteranya itu. (Pusat Rehabilitasi
Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre), setiap pasien akan dikenakan biaya Rp.
5.000.000/bulan dengan masa rehabilitasi minimum 1 tahun.
Berdasarkan survei awal, di Panti Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre
saat ini jumlah pasien ada 51 orang yang terdiri dari berbagai suku, agama dan rata
rata pasiennya adalah usia muda, hanya 1 orang yang berusia sekitar 53 tahun.15
orang masih remaja dan yang lainnya produktif usia 27-40 an tahun Panti
Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre bukan untuk menyembuhkan pasien narkoba,
tetapi adalah rehabilitasi (memulihkan)/ menetralisasikan korban (Hasil Survei
Januari 2014).
Beranjak dari berbagai keadaan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian yang berhubungan denga perilaku pengguna Napza dengan judul
penelitian : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di Panti
Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre.

1.2.Perumusan Masalah
Dari ruang lingkup permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka secara
spesifikasi dan operasional masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di Panti
Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre ?

Universitas Sumatera Utara

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sebagaimana latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
diuraikan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
: Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di
Panti Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat secara langsung
bagi peneliti, guru, sekolah dan dinas pendidikan setempat. Manfaat-manfaat yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pada Pusat Rehabilitasi Narkoba
Al Kamal Sibolangit Centre

agar dapat lebih meningkatkan perilaku

penghuni .
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan
melaksanakan penelitian dalam bidang yang sama.

Universitas Sumatera Utara

1.4.

Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan kedalam enam

bab, dengan urutan sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan teori-teori yang mendukungdalam penelitian, kerangka
pemikiran, depenisi konsep dan depenisi operasional.

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta
analis pembahasannya.

BAB VI

: PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara