Prevalensi Penyakit Hipertensi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif yang Berkunjung ke RSU Dr. Pirngadi Medan pada Januari hingga Juni 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat ke jaringan tubuh yang
membutuhkan (Bustan, 2000). Menurut World Health Organization (WHO) pada 1999,
batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg
tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan menghidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih
dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah tinggi merupakan kondisi tetap dari tingginya tekanan darah dari
periode waktu yang lama. Efek yang lebih parah akan muncul setelah tekanan darah tinggi
ini meningkat selama bertahun-tahun (Pickering,1997).
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh beberapa proses patologik yang dapat dikenali, biasanya terkait
dengan fisiologis ginjal (Yogiantoro, 2006).
Ada lagi istilah hipertensi benigna dan maligna, tergantung perjalanan penyakitnya.
Bila timbulnya berangsur, disebut benigna, bila tekanannya naik secara progesif dan cepat

disebut hipertensi maligna, dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi
retina dan ensefalopati (Tambayong, 1999).

2.1.2 Epidemiologi

Universitas Sumatera Utara

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering
timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia 65 tahun keatas (Yogiantoro, 2006).
Hipertensi bermanifestasi berbeda pada berbagai negara di dunia. Penyakit ini
menyumbang 6% kematian pada orang dewasa di seluruh dunia. Pada negara maju,
prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan umur dan mempengaruhi 25 -30% populasi
dewasa. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi
1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati, 2007).
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah perdesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan. Berdasarkan penilaian Setiawan (2004) diketahui bahwa prevalensi
hipertensi di Pulau Jawa sebesar 41,9% . Prevalensi di pedesaan (44,1%) lebih tinggi dari
prevalensi di perkotaan (39,9%). Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur >65
tahun (75,4%). Perempuan lebih banyak menderita hipertensi (47,1%) dibandingkan lakilaki (36,7%) (Setiawan, 2004).

2.1.3 Etiologi
a) Usia
Insidensi hipertensi meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Penderita
hipertensi pada yang berusia