Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Lensa kontak merupakan hasil perkembangan teknologi di bidang

oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk
mengoreksi kelainan refraksi mata. Ide pertama kali pembuatan lensa kontak
adalah oleh Leonardo Da vinci pada tahun 1508 (Chrismer, 2010). Peresepan
penggunaan lensa kontak telah menjadi bagian integral praktik oftalmologi yang
komprehensif pada masa kini. Alasan penggunaan lensa kontak adalah lebih
sesuai untuk aktivitas olahraga, tuntutan pekerjaan, dan indikasi terapeutik.
Namun, mayoritas orang memilih lensa kontak adalah dikarenakan alasan estetis
dan area pandangnya yang lebih luas dibanding kacamata (Kalaiyarasan, 2004).
Data menurut National Eye Institute pada tahun 2012, terdapat 125 juta
pengguna lensa kontak di seluruh dunia dengan 67 persen dari penggunanya
merupakan wanita serta umur rata-rata penggunanya adalah 31 tahun. Penelitian

tersebut sesuai dengan Swanson (2012) National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) 2005-2008 yang menyatakan prevalensi tertinggi
pemakai lensa kontak merupakan dewasa muda, yakni 20- 35 tahun. Di Indonesia,
pengguna lensa kontak mengalami peningkatan lebih dari 15 persen per tahunnya
(Widya artini, 2010). Sementara itu, pengguna lensa kontak pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2009 sebanyak 115
pengguna lensa kontak dari 1306 mahasiswa (Somanathan, 2009).
Lensa kontak yang pada awalnya dimaksudkan untuk kepentingan medis,
misalnya mengatasi gangguan refraksi, kini telah beralih fungsi menjadi suatu tren
kosmetika pada kalangan dewasa muda. Meskipun pemakaian lensa kontak hanya
untuk kegiatan kosmetik tanpa indikasi kepentingan medis bukanlah sesuatu yang
salah, namun tingginya jumlah pengguna lensa kontak ini tidak diikuti tata cara
pemakaian serta penyimpanan lensa kontak yang baik. Setiap tahun rata-rata
80.000 orang mengalami komplikasi akibat pemakaian lensa kontak (Stamler,

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

2


2012). Salah satu efek samping yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya
blepharoptosis.
Penggunaan lensa kontak rigid menyebabkan blepharoptosis pada semua
pasien tanpa memperhatikan umur pasien (Watanabe, 2006). Selain itu,
blepharoptosis juga sering terjadi pada pengguna soft-contact lens. Pada studi
Bosch dan Lemij, 2012 ditemukan bahwa pada pasien blepharoptosis di bawah 35
tahun, penyebab terseringnya adalah penggunaan lensa kontak lunak. Peningkatan
durasi pemakaian lensa kontak berhubungan dengan peningkatan tingkat kejadian
blepharoptosis involusional. Etiologi yang mendasari hal tersebut adalah
terjadinya peregangan dan disrupsi otot levator palpebrae superioris ketika mata
dipertahankan buka (Goldberg, 2012). Penelitian tersebut didukung oleh studi
Epstein G, Putterman yang mendeskripsikan secara patalogi bahwa penyebab
blepharoptosis yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak adalah
dikarenakan disinsersi aponeurosis levator.
Blepharoptosis, disebut juga ptosis, adalah drooping atau posisi rendah
abnormal satu atau kedua kelopak atas mata ketika mata melihat secara horizontal.
Blepharoptosis terjadi bila otot yang mengangkat kelopak mata, yakni otot levator
palpebrae superior dan otot tarsal superior, mengalami disfungsi. Blepharoptosis
menyebabkan berkurangnya diameter apertura kelopak mata. Resiko terjadinya
blepharoptosis semakin meningkat dengan meningkatnya umur seseorang.

Namun, hal yang menjadi pemicu utama kejadian blepharoptosis adalah paparan
yang dikenakan pada kelopak mata seseorang semasa hidupnya. Salah satu faktor
yang dapat memicunya adalah penggunaan lensa kontak yang tidak benar dimana
pada masa kini, penggunaan lensa kontak tanpa indikasi yang jelas sudah menjadi
hal yang sangat lazim.
Apabila pencegahan terjadinya blepharoptosis tidak dilakukan sejak dini,
dalam kasus ini penggunaan lensa kontak yang tidak benar, maka hal ini akan
menyebabkan komplikasi yang akan berakhir pada hilangnya penglihatan.
Komplikasi pada blepharoptosis adalah ambliopia, strabismus, dan astigmatisma,
dengan kejadian penyebab kehilangan penglihatan terbanyak adalah oleh sebab
amblyopia. Pasien blepharoptosis memiliki resiko tiga kali lebih besar menderita

Universitas Sumatera Utara

3

ambliopia dibandingkan orang normal. Selain itu, beratnya kelopak mata yang
menekan kornea pada pasien blepharoptosis akan mengubah kurvatura kornea dan
menyebabkan astigmatisma. Hal-hal inilah yang akan menyebabkan kehilangan
penglihatan mata yang merupakan organ penting bagi kehidupan manusia.

(Hashemi, 2010). Meskipun penggunaan lensa kontak hanyalah salah satu dari
banyaknya penyebab blepharoptosis, namun hal inilah yang membuat penulis
tertarik untuk mengangkat topik ini mengingat kemungkinan peluang tertutupinya
lensa kontak sebagai penyebab blepharoptosis cukup besar.
Dari data statistik dapat diketahui tingkat penggunaan lensa kontak serta
tingkat insidensi komplikasi akibat penggunaan lensa kontak semakin meningkat
tiap dekade, terutama pada pengguna mayoritasnya, yakni dewasa muda (20-35
tahun). Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil sampel berupa
mahasiswa kedokteran, terlebih lagi, blepharoptosis yang menurut WHO
merupakan penyakit dengan prevalensi cukup jarang lebih dimengerti oleh
mahasiswa kedokteran dibandingkan orang awam. Walaupun telah terdapat
banyak jurnal penelitian maupun buku teks yang menyatakan adanya hubungan
antara penggunaan lensa kontak (baik lensa kontak keras maupun lensa kontak
lunak) dengan terjadinya blepharoptosis, namun belum ada penelitian hubungan
tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa FK USU tentang
CLIP (Contact Lens-Induced Ptosis). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini.
1.2

Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui :
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan
mahasiswa FK USU tentang blepharoptosis akibat memakai lensa kontak.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum

Penelitan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa

tentang blepharoptosis

pada pengguna lensa kontak.

Universitas Sumatera Utara


4

1.3.2

Tujuan Khusus

a)

Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang blepharoptosis dan
cara pencegahannya akibat memakai lensa kontak

b)

Mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan
tindakan pencegahan tentang blepharoptosis akibat memakai lensa kontak.

1.4

Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1.4.1

Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai bahan masukan dalam
menerapkan metode pembelajaran yang telah dipelajari.

1.4.2

Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa
tentang blepharoptosis dan memberi masukan dalam mencegah terjadinya
blepharoptosis.

1.4.3

Bagi Dunia Kedokteran
Menjadi referensi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang blepharoptosis pada pengguna lensa kontak.


1.4.4

Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan koleksi kepustakaan di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara