Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama manusia hidup pasti melakukan gerakan (aktivitas), termasuk
orang sedang bekerja. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita
berisiko untuk mendapat gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan
oleh pekerjaan tersebut. Sebagian orang menyadari bahwa penyakit yang diderita
besar kemungkinan karena pekerjaannya, tetapi banyak yang tidak menyadari
bahwa pekerjaan yang ditekuninya sehari-hari sebagai penyebab penyakit tertentu.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak
hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga
oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan, perilaku kerja, serta faktor lainnya (Anies,
2014).
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat interaksi pekerjaan dan lingkungan
(Wowo Sunaryo, 2014). Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian
antara pekerja dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi pekerjaan. Penyakit akibat kerja
merupakan manifestasi dari kesehatan kerja atau kondisi kesehatan dari tenaga

kerja atau pekerja (Anies, 2014). Menurut Wowo Sunaryo (2014), jenis potensi
bahaya (hazard) adalah sebagai berikut : bahaya fisik, bahaya bahan kimia,

1
Universitas Sumatera Utara

2

bahaya biologi, bahaya ergonomi, dan bahaya psikologi. Ergonomi disebabkan
oleh kesalahan-kesalahan kontruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara
melakukan pekerjaan, dan lain-lain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik
bahkan lambat laun berpengaruh pada perubahan fisik tubuh pekerja (Anies,
2014). Risiko kerja apabila tidak dikendalikan baik oleh diri sendiri, maupun oleh
manajemen tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap tubuh
pekerja baik saat terjadi maupun dirasakan dalam waktu jangka panjang (Wowo
Sunaryo, 2014).
Gangguan musculoskeletal adalah masalah kesehatan yang paling umum
di Uni Eropa yaitu 25-27% pekerja Eropa mengeluh sakit punggung dan 23%
nyeri otot (Hartatik, dan Mahawati, 2014). Berdasarkan data statistik Bureau of
Labour Statistic Amerika Serikat pada tahun 2008 persentase gangguan

muskuloskeletal (MSDs) mencapai 29 persen dari semua cedera dan penyakit
(Sulianta, 2014).
Gangguan musculuskeletal (MSDs) adalah cedera pada otot, saraf, tendon,
ligamen, sendi, tulang rawan atau cakram tulang belakang. MSDs biasanya hasil
dari setiap peristiwa sesaat atau akut (seperti slip, perjalanan, atau jatuh), selain
itu mencerminkan perkembangan yang lebih bertahap atau kronis (Wowo
Sunaryo, 2014). Sinyal adanya indikasi MSDS adalah sakit, kegelisahan,
kesemutan, kematian rasa, rasa terbakar, pembengkakan, kekakuan, kram,
kekuatan menggenggam di tangan bergerak, rentang gerak pendek, perubahan
keseimbangan tubuh, sesak, dan hilangnya fleksibilitas. Menurut Hardianto dan
Yessierli (2014) antisipasi terhadap kemungkinan risiko gangguan pada sistem

Universitas Sumatera Utara

3

otot rangka di tempat kerja dapat dilakukan dengan memahami dengan baik
faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini disebut risiko atau risk
factor. Menurut Tarwaka (2004) yang mengutip pendapat Peter Vi, beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal seperti :

peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah,
tekanan, getaran, mikrolimat, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan
fisik, ukuran tubuh, umur, dan jenis kelamin.
Postur tubuh dalam melakukan pelayanan dengan posisi berdiri,
merupakan suatu totalitas perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik
dan mental (Wowo Sunaryo, 2014). Menurut Gempur (2013) kecenderungan
lainnya adalah memerlukan tenaga lebih besar dibandingkan dengan posisi duduk,
mengingat kaki sebagai tumpuan tubuh. Bekerja dalam posisi berdiri lebih
berdampak pada lumbar lordosis daripada kerja posisi duduk. Bekerja berdiri
statis dan lama akan membebani otot tulang belakang. Suatu perlawanan (reaksi)
terhadap suatu beban (aksi) mengakibatkan otot mengalami kontraksi yang
berlebihan. Kontraksi otot tulang belakang yang kuat dalam waktu lama
mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan (fatique). Apalagi bila
posisi berdiri membungkuk, maka akan lebih membebani otot rangka tulang
belakang karena terjadi momen tubuh. Suatu perlawanan terhadap suatu beban
momen tubuh mengakibatkan otot mengalami kontraksi yang semakin berlebihan.
Kontraksi otot rangka tulang belakang yang kuat dan lama mengakibatkan
keadaan yang dikenal sebagai kelelahan, seperti pramuniaga di beberapa mall dan
petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang bekerja terus


Universitas Sumatera Utara

4

menerus berdiri selama lebih kurang 8 jam, performa berdiri seperti itu sangat
melelahkan. Menurut Tarwaka (2004) yang mengutip pendapat Grandjean, sikap
kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tanpa terangkat,
punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh
posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Hardianto dan Yassierli (2014) suatu
gangguan pada sistem otot rangka dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi
beberapa faktor risiko. Semakin banyak faktor risiko yang melekat pada suatu
pekerjaan, risiko gangguan MSDs yang mungkin terjadi juga semakin besar.
Salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami keluhan muskuloskleletal
adalah operator SPBU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gempur
(2013) terhadap operator SPBU tentang tingkat keluhan yang diderita operator
SPBU diantaranya keluhan pada bahu kanan, punggung, pinggang, lengan atas
kanan dan kiri, betis kanan serta betis kiri.
Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) adalah tempat dimana

pengendara kendaraan bermotor mengisi bahan bakar seperti biosolar, premium,
pertamax dan pertalite. SPBU 14.201.103 adalah SPBU yang berada di jalan Setia
Budi Medan. SPBU ini adalah SPBU DODO ( Dealer owned dealer operated )
yang memiliki 7 stasiun pengisian bahan bakar minyak yang dibagi menjadi
stasiun pengisian bahan bakar motor dan mobil. SPBU 14.201.103 memiliki 14
orang pekerja sebagai operator. Operator terdiri dari pria dan wanita yang
memiliki tugas yang sama yaitu mengisi bahan bakar minyak kendaraan motor

Universitas Sumatera Utara

5

dan mobil. Operator di SPBU ini berusia antara 17-30 tahun. Berdasarkan survey
pendahuluan yang dilakukan di SPBU ini didapatkan informasi bahwa SPBU
beroperasi selama 24 jam dibagi menjadi 3 shift kerja yaitu shift pagi, shift siang
dan shift malam. Shift pagi bekerja mulai pukul 06.00-15.00 wib, shift siang
pukul 15.00-22.30 wib, dan shift malam pada pukul 22.30-06.00 wib. Lama
operator bekerja dalam sehari antara 7 sampai 9 jam. Operator diberi waktu
istirahat selama 30 menit untuk satu shift kerja.
Operator yang bekerja di stasiun pengisian bahan bakar minyak motor dan

mobil memiliki cara kerja yang sama yaitu operator dalam melayani pembeli
dengan sikap berdiri untuk jangka waktu yang lama.Operator memanfaatkan
untuk duduk jika tidak ada kendaraan yang mengisi bahan bakar. Operator akan
membuka tutup tangki kendaraan dengan kepala menunduk, terkadang dilakukan
dengan membungkuk. Operator akan menekan layar pompa untuk nominal yang
dipesan oleh konsumen dengan kepala menengadah dan lengan tangan terangkat.
Kemudian operator akan mengangkat nozzle (selang pompa) dengan lengan
tangan terangkat, bahu terangkat dan diletakkan di tangki kendaraan dengan
kepala menunduk. Setelah itu operator akan menekan tuas sehingga bahan bakar
keluar dan akan otomatis berhenti setelah mengeluarkan bahan bakar sesuai
nominal yang ditekan pada layar pompa. Pada saat menekan nozzle diperlukan
kekuatan menahan dan

menekan secara intermitten atau secara tidak terus-

menerus dengan lengan tangan dan bahu terangkat. Selanjutnya operator akan
mengangkat dan meletakkan nozzle kembali pada dudukan nozzle dengan lengan
terangkat. Pengisian bbm memerlukan waktu ± 1 menit untuk setiap pengisian

Universitas Sumatera Utara


6

Cara kerja tersebut dilakukan secara terus-menerus selama jam kerja. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa operator bekerja dengan sikap
kerja berdiri statis dan melakukan sikap kerja yang tidak alamiah, yaitu leher
menengadah ke atas dan menoleh ke bawah, terkadang membungkuk, bahu
terangkat dan tangan terangkat. Pekerjaan seperti ini dilakukan oleh operator
secara berulang-ulang selama jam kerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan operator, didapatkan informasi bahwa banyak keluhan yang dirasakan
operator seperti keluhan rasa sakit di daerah leher, bahu, lengan, pinggang, tangan
kanan, betis, dan kaki.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan musculuskeletal disorders pada
operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal
disorders pada operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal disorders
pada operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

7

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran sikap kerja operator SPBU 14.201.103 Setia Budi
Medan Tahun 2016.
2. Mengetahui keluhan Musculoskeletal Disorders pada operator SPBU
14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada pihak SPBU dalam meminimalisir keluhan
musculoskeletal

disorders

yang


dirasakan

operator

sehingga

dapat

meningkatkan produktivitas kerja operator.
2. Memberikan masukan kepada operator SPBU untuk meminimalisir keluhan
musculoskeletal disorders.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
4. Sebagai bahan dan pedoman bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara