Pengaruh Perempuan Minangkabau Dalam Pembuatan Kebijakan

BAB 2
SEJARAH DAN PROFIL NAGARI PAUAH DAN GAMBARAN BUDAYA
MATRILINEAL

A. Sejarah Dan Profil Nagari Pauah
A.1. Sejarah Nagari Pauah
Menurut cerita turun-menurun dari orang tua, nama Pauah berasal dari
nama jenis tanaman pohon kayu yang berbuah asam yang sangat digemari, yang
konon dulunya banyak tumbuh pohon yang berbuah asam ini tumbuh subur dan
besar-besar batang kayu nya, atas kebiasaan-kebiasaan inilah nenek moyang kita
dulu memakai nama dan bertutur bahasa Pauah. Nenek moyang Nagari Pauah
cantik dan molek yang bernama Puti Sangkar Bulan, yang sampai sekarang masih
mempunyai kampung tua yang bernama Balai Durian. 63
Nagari Pauah yang dikelilingi oleh Bukik Gadang (Bukit Barisan) dan
Bukik Kaciak (Bukit Kecil). Masa itu perpindahan penduduk di alam
Minangkabau dalam perluasan daerah dan mencari tempat tinggal yang baru,
konon kabarnya pendatang pertama Nagari Pauah adalah dari suku mande nan
hilang atau mandailing, yang datang dari utara-Rao Nagari Lasuang Batu tempat
ini dinamakan Pauah karena ada batang pauah. Maka bernamalah kampuang
Pauah, Pauah pada zaman dahulu bernama Pauah Ujung Tanjuang.
Nagari Pauah dahulu ada 6 kampung yaitu sebagai berikut:



Kampung Pauah.

63

Profil Nagari Pauah Tahun 2014. hal 2.

52

Universitas Sumatera Utara












Kampung Tanjung Alai.
Kampung Taluak Ambun.
Kampung Kubu Rarak.
Kampung Paraweh.
Kampung Ateh.
Sekarang menjadi 3 Jorong/Dusun yaitu sebagai berikut:







Jorong Pauah.
Jorong Tanjung Alai.
Jorong Taluak Ambun.
Nagari Pauh memiliki Induak Nan Salapan yaitu:
a) Urang Tuo Batigo.

-

Datuak Majoindo.

-

Datuak Bandaro (Kemenakan dari Datuak Majoindo)

-

Datuak Rajo Batembang (Anak menurut adat yang bersuku
piliang)

b) Mamak Sara’
-

Imam Khatib Rajo.

-


Imam Marajo.

-

Khatib Bagindo Ali.

c) Mamak Adat
-

Tuo Bainduak Kato.

-

Tuo Bainduak Kampuang Paraweh.

53

Universitas Sumatera Utara

-


Tuo Bainduak Rajo Manyusun.

-

Tuo Bainduak Taluak Ambun.

-

Tuo Bainduak Khatib Rajo.

-

Tuo Bainduak Sutan Kumolo.

-

Tuo Bainduak Piliang.

-


Tuo Bainduak Kampuang Ateh.

Pucuk Bulek Nagari Pauh adalah Datuk Majoindo, dengan penghulu
kampung yang mempunyai suku Mandailiang dan Piliang.

A.2. Profil Nagari Pauah
A.2.1. Keadaan Geografis Nagari Pauah
Nagari Pauah adalah salah satu Nagari dari enam Nagari yang ada di
wilayah

Kecamatan

Lubuk

Sikaping,

Kabupaten

Pasaman,


Sumatera

Barat.Dengan luas wialayah 600 Ha yang terdiri dari 3 Jorong/Dusun. 64
Tabel 2.1 Luas Nagari Pauah Menurut Pembagian Wilayah Jorong
No.
Jorong
Luas Wilayah
1. Pauah
200 Ha
2. Taluak Ambun
150 Ha
3. Tanjung Alai
250 Ha
Jumlah
600 Ha
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.
Nagari Pauah berada pada ketinggian 400 m diatas permukaan laut,
dengan luas pertanian 60 Ha dan lebihnya pemukiman dan hutan lindung.


64

Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014. hal 1.

54

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Peta Wilayah Nagari Pauah Kecamtan Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman

Daerah Nagari Pauh memiliki batas daerah yaitu sebagai berikut: 65









Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Aia Manggih.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Durian Tinggi.
Sebelah Barat berbatasan dengan Bukik Kaciak.
Sebelah Timur berbatasan dengan Bukik Barisan.
Nagari Pauah terdiri dar 3 Jorong yaitu sebagai berikut:







Jorong Pauah.
Jorong Tanjung Alai.
Jorong Taluak Ambun.

65

Profil Nagari Pauah Tahun 2014. hal 4.


55

Universitas Sumatera Utara

A.2.2. Keadaan Demografi Nagari Pauah
A.2.2.1. Jumlah Penduduk
Kenagarian Pauh memiliki jumlah penduduk sebanyak 9.796 Jiwa, yang
terbagi dalam berberapa jorong berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), yaitu.
1) Jorong Pauh
Laki-laki

: 1.423 Jiwa.

Perempuan

: 1.553 Jiwa.

2) Jorong Tanjung Alai
Laki-laki


: 1.529 Jiwa.

Perempuan

: 1.335 Jiwa.

3) Jorong Taluak Ambun
Laki-laki

: 813 Jiwa.

Perempuan

: 873 Jiwa

Dengan jumlah keseluruhan penduduk laki-laki yaitu 4.888 Orang dan
perempuan 4.908 Orang dengan 1854 Kartu Keluarga (KK). 66
A.2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Usia
0-12 Bulan
1 Tahun
2 Tahun
66

Laki-Laki
42 0rang
59 Orang
60 Orang

Perempuan
34 Orang
84 Orang
87 Orang

Usia
39 Tahun
40 Tahun
41 Tahun

Laki Laki
64Orang
49 Orang
60 Orang

Perempuan
76 Orang
75 Orang
84 Orang

Data Kependudukan Kantor Wali Nagari Pauah Tahun 2014

56

Universitas Sumatera Utara

3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
7 Tahun
8 Tahun
9 Tahun
10 Tahun
11 Tahun
12 Tahun
13 Tahun
14 Tahun
15 Tahun
16 Tahun
17 Tahun
18 Tahun
19 Tahun
20 Tahun
21 Tahun
22 Tahun
23 Tahun
24 Tahun
25 Tahun
26 Tahun
27 Tahun
28 Tahun
29 Tahun
30 Tahun
31 Tahun
32 Tahun
33 Tahun
34 Tahun
35 Tahun
36 Tahun
37 Tahun

49 Orang
57 Orang
48 Orang
110 Orang
68 Orang
65 Orang
66 Orang
67 Orang
74 Orang
83 Orang
75 Orang
73 Orang
77 Orang
50 Orang
73 Orang
78 Orang
80 Orang
74 Orang
135 Orang
66 Orang
74 Orang
71 Orang
60 Orang
63 Orang
75 Orang
70 Orang
58 Orang
67 Orang
64 Orang
50 Orang
69 Orang
70 Orang
61 Orang
53 Orang
73 Orang

82Orang
102 Orang
92 Orang
97 Orang
95 Orang
86 Orang
94 Orang
87 Orang
74 Orang
88 Orang
96 Orang
88 Orang
89 Orang
82 Orang
109 Orang
115 Orang
112 Orang
113 Orang
114 Orang
87 Orang
86 Orang
78 Orang
40 Orang
77 Orang
79 Orang
85 Orang
68 Orang
85 Orang
74 Orang
72 Orang
63 Orang
64 Orang
64 Orang
68 Orang
71 Orang

38 Tahun

60 Orang

69 Orang

42 Tahun
43 Tahun
44 Tahun
45 Tahun
46 Tahun
47 Tahun
48 Tahun
49 Tahun
50 Tahun
51 Tahun
52 Tahun
53 Tahun
54 Tahun
55 Tahun
56 Tahun
57 Tahun
58 Tahun
59 Tahun
60 Tahun
61 Tahun
62 Tahun
63 Tahun
64 Tahun
65 Tahun
66 Tahun
67 Tahun
68 Tahun
69 Tahun
70 Tahun
71 Tahun
72 Tahun
73 Tahun
74 Tahun
75 Tahun
Lebih Dari
75 Tahun
Lebih Dari
75 Tahun

52 Orang
55 Orang
61 Orang
85 Orang
57 Orang
54 Orang
58 Orang
49 Orang
48 Orang
60 Orang
53 Orang
49 Orang
52 Orang
49 Orang
55 Orang
45 Orang
38 Orang
41 Orang
31 Orang
30 Orang
24 Orang
30 Orang
26 Orang
30 Orang
33 Orang
32 Orang
31 Orang
31 Orang
32 Orang
27 Orang
28 Orang
28 Orang
25 Orang
23 Orang
58 Orang

82 Orang
68 Orang
61 Orang
76 Orang
77 Orang
72 Orang
77 Orang
68 Orang
61 Orang
72 Orang
58 Orang
55 Orang
50 Orang
51 Orang
61 Orang
75 Orang
49 Orang
33 Orang
38 Orang
39 Orang
27 Orang
28 Orang
29 Orang
31 Orang
38 Orang
35 Orang
33 Orang
38 Orang
26 Orang
33 Orang
28 Orang
23 Orang
32 Orang
86 Orang
42 Orang

58 Orang

42 Orang

JUMLAH
4.888
4.908
Sumber: Data Kependudukan dari Kantor Wali Nagari Pauah Tahan 2014
Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014

57

Universitas Sumatera Utara

A.2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Nagari Pauah menurut kelompok tenaga kerja dapat
dilihat dalam tabel berikut ini: 67
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Umur

Jumlah

Laki-Laki
Perempuan
15-19 Tahun
362
352
20-26 Tahun
648
504
27-40 Tahun
768
760
41-56 Tahun
654
750
57 Tahun Ketas
299
348
Jumlah
2.731
2.714
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.

A.2.2.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat
a. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Jumlah penduduk Nagari Pauah menurut tingkat pendidikan dapat dilihat
dalam tabel berikut ini: 68
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No.
1.

2.

Keterangan
Lulusan Pendidikan Umum
1. Taman Kanak-Kanak
2. Sekolah Dasar
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi (D1-D3)
6. Sarjana (S1-S2)
7. Sarjana (S3)
Lulusan Pendidikan Khusus
1. Pendidikan Pesantren

Jumlah (Orang)
1.500
809
1.500
2.173
422
529
6
-

67

Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014. hal 6.
Ibid. hal 7.

68

58

Universitas Sumatera Utara

2.
3.
4.
5.

Madrasah
Pendidikan Keagamaan
Sekolah Luar Biasa
Kursus/Keterampilan
Jumlah
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.

500
4
83
7.526

b. Jumlah penduduk wajib belajar 9 Tahun
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Wajib Belajar 9 Tahun
No.
Keterangan
Jumlah
1. Usia 7-15 Tahun yang masih sekolah
1.238
2. Usia 7-15 Tahun yang tidak sekolah
31
Jumlah
1.269
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.
c. Jumlah kelembagaan pendidikan masyarakat
Tabel 2.6 Jumlah Kelembagaan Pendidikan Masyarakat 69
No.
1.
2.
3.

Keterangan
Jumlah
Perpustakaan Desa/Kelurahan
1 Unit
Lembaga Kursus Keterampilan
1 Unit
Peserta Kursus Keterampilan
15 Orang
Jumlah
2 Unit/15 Orang
Sumber Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.

A.2.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Nagari Pauah menurut mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No.
1.

69

Keterangan
Karyawan
1. PNS
2. ABRI

Jumlah
(Orang)
635 Orang
60 Orang

Ibid. hal 8.

59

Universitas Sumatera Utara

3. Polisi
169 Orang
4. Dosen Swasta
3 Orang
2. Wiraswasta
170 Orang
3. Tani
1.856 Orang
4. Pertukangan
170 Orang
5. Buruh tani
23 Orang
6. Pensiunan
169 Orang
7. Sopir
12 Orang
8. Pengangguran/Pekerja tidak tetap
100 Orang
9. Pemilik sawah
217 Orang
10. Pemilik usaha jasa transportasi
4 Orang
11. Pemilik usaha informasi dan komunikasi
20 Orang
12. Kontraktor
30 Orang
13. Pemilik usaha hotel dan penginapan
6 Orang
14. Buruh usaha hotel dan penginapan
18 Orang
15. Montir
90 Orang
16. Tukang Batu
60 Orang
17. Tukang Kayu
70 Orang
18. Tukang Sumur
15 Orang
19. Tukang Jahit
120 Orang
20. Tukang Kue
250 Orang
21. Tukang Rias
15 Orang
22. Pengrajin Industri Rumah Tangga
213 Orang
Lainnya
23. Pedagang Hasil Bumi
5 Orang
Jumlah
4.500 Orang
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.

A.2.2.6. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Jumlah penduduk Nagari Pauah menurut agama dapat dilihat dalam tabel
berikut ini: 70

70

Ibid. hal 9.

60

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan
Jumlah (Orang)
Islam
7.451
Kristen
50
Khatolik
25
Budha
Hindu
Jumlah
7.526 Orang
Sumber: Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.

A.2.2.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku atau Marga
Jumlah penduduk Nagari Pauah menurut suku atau marga berdasarkan
penjelasan hasil wawancara dengan Wali Nagari Pauah Bapak Raymon Andesta
adalah 80% merupakan suku minang asli dan 20% merupakan suku jawa dan
batak. 71

B. Pemerintahan Nagari
B.1. Sejarah Pemerintahan Nagari
Sejarah

pemerintahan

Nagari

Pauah

sejalan

dengan

perjalanan

pemerintahan Belanda di Indonesia. Dalam sejarah pemerintahan Nagari Pauh
dibuat menjadi 2 Fase, yaitu:


Fase Pemerintahan Belanda
Pemimpin Nagari pada zaman Belanda disebut Kepala Lareh (Kepala
Kelarasan) pada zaman itu terdapat beberapa orang kepala laras.

71

Hasil Wawancara dengan Bapak Raymond Andesta Wali Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari
2016 pukul 14.00 Wib.

61

Universitas Sumatera Utara



Fase Pemerintahan Kemerdekaan
Pada zaman kemerdekaan Wali Nagari dikenal pada mulanya sebagai
Angku Palo atau Kepala Nagari. Dengan Kepala Nagari sebagai berikut: 72
Tabel 2.9 Kepala Nagari Pada Fase Pemerintahan Kemerdekaan
No.

Kepala Nagari/Wali
Periode
Nagari
1. Bone
1940
2. Djamaran
1940
3. Hasan Basri Nan Bagadiang
1960-1970
4. Zainal Bahri
1970-1980
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.

Kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1979,73
maka pemerintahan diseluruh Indonesia adalah Desa dan Kelurahan dan Nagari
Pauah waktu itu terpecah menjadi 3 kelurahan :
a) Kelurahan Pauah.
b) Kelurahan Tanjung Alai.
c) Kelurahan Taluak Ambun.
Dan masing-masing Desa dan Kelurahan dipimpin oleh Kepala Desa dan
Lurah.Pada tahun 2001 Nagari Pauah resmi kembali ke sistem Pemerintahan
Nagari sebagai perwujudan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman No. 16 Tahun
2001 Tentang Pemerintahan Nagari. 74

72

Profil Nagari Pauah Tahun 2014 .hal 4.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1979.
74
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Pemerintahan Nagari.
73

62

Universitas Sumatera Utara

Sampai sekarang ini telah ada 3 Wali Nagari yang menjabat semenjak
kembalinya kepada Pemerintahan Nagari yaitu: 75
Tabel 2.10 Wali Nagari dalam Pemerintahan Nagari Pauah
No.
Nama
Periode
1. Muksinin
2001-2006
2. Erizal, SH.
2006-2008
3. Raymond Andesta
2008-2014
4. Raymon Andesta
2014-2020
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Nagari Pauah telah dipimpin oleh
beberapa Wali Nagari sebagai berikut:

No.

Kapalo Lareh/Kapalo
Periode
Nagari/Wali Nagari
1. Bone
1940
2. Djamaran
1940
3. Hasan Basri Nan Bagadiang
1960
4. Zainal Bahri
1970-1980
5. Muksinin
2001-2006
6. Erizal, SH.
2006-2008
7. Raymon Andesta
2008-2014
8. Raymon Andesta
2014-2020
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.

B.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari
Dalam menjalankan organisasi pemerintahan Nagari dikepalai oleh
seorang Wali Nagari yang dibantu oleh Perangkat Nagari yang terdiri seorang

75

Profil Nagari Pauah Tahun 2014. hal 5.

63

Universitas Sumatera Utara

Sekretaris dan beberapa orang Kaur dan Staf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini: 76
Tabel 2.11 Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari
No.
1.
2.

Nama
Raymon
Andesta
Jufrial, AMD

Jabatan
Wali Nagari

Sekretaris Nagari
Kepala Urusan
3.
Ernawati
Pelayanan Umum dan
Pemerintahan
4.
Yulius
Kepala Urusan
Pembangunan
5.
Mairiza, SH.
Kepala Urusan Kesra
6.
Devi Indra
Kepala Urusan
Trantib
7.
Hidayat
Bendahara Nagari
8.
Etriana Asmita
Operator Komputer
9.
Septian
Staf
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.

Umur
38 Tahun

Pendidikan
MAN

48 Tahun

D.III

39 Tahun

SLTA

51 Tahun

SLTA

40 Tahun
39 Tahun

SH
SMK

34 Tahun
26 Tahun
38 Tahun

SLTA
SMK
D3

Kemudian dibantu oleh 2 orang petugas teknis lapangan yaitu sebagai
berikut:
No.

Nama

1.

Leny Karmila

2.

Wesnelli

Keterangan
Sarjana
Pendamping
Nagari
Dai Nagari

Umur

Pendidikan

41 Tahun

SH

49 Tahun

D3

Dan dalam membantu tugas Wali Nagari di wilayah kejorongan dibantu
oleh 3 Orang Kepala Jorong. Bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

76

Profil Nagari Pauah Tahun 2014. Hal 42.

64

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.12 Kepala Jorong di Nagari Pauah
No.
1.

Nama
Syafril

Jorong
Umur
Kepala Jorong
54 Tahun
Pauah
2.
Rafdinal
Kepala Jorong
52 Tahun
Tanjung Alai
3.
Efrizal
Kepala Jorong
38 Tahun
Taluak Ambun
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.

Pendidikan
SLTA
SLTA
SLTA

Kemudian dalam menjalankan Pemerintahan Nagari, Wali Nagari dibantu
oleh Lembaga-Lembaga Nagari yaitu sebagai berikut: 77
Tabel 2.13 Lembaga Nagari di Nagari Pauah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

77

Lembaga Nagari
BAMUS (Badan Musyawarah)
KAN (Kerapatan Adat Nagari)
LPMN (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Nagari)
PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga)
BKMT (Badan Kerapatan Majelis
Taqlim)
FKPM (Forum Kemitraan Polisi
Masyarakat)
LPTQ (Lembaga Pengembangan
Tilawatil Quran)
BUNDO KANDUANG

Nama Ketua
Hendri V. Khatib Rajo
R. DT. Rajo Batimbang
Fahmi Athar
Neni Nurwijayanti
M. Mardinal, S.Ag.
Jufrial, A.Md.

Fartini
Djawanis
Yuniwati Thahar
Kartini
Sumber: Profil Nagari Pauah Tahun 2014.

Ibid. hal 45.

65

Universitas Sumatera Utara

B.2.1. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Wali Nagari
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dalam Pemerintahan
Nagari, Wali Nagari memiliki tugas, wewenang dan kewajiban yang di atur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 yaitu terdapat
dalam Pasal 5 yang berbunyi dalam alinea pertama Wali Nagari mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pembangunan dan kemasyarakatan, alinea kedua
menjelaskan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Wali

Nagari

mempunyai

wewenang

yaitu

memimpin

penyelenggaraan

pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BAMUS
Nagari, mengajukan rancangan Peraturan Nagari, menetapkan Peraturan Nagari
yang telah mendapatkan persetujuan bersama BAMUS Nagari, menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintahan Nagari (RPJMPN) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan
menyusun Rencana Kerja Pembangunan Pemerintahan Nagari (RKPPN) untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun diteapkan dengan Keputusan Wali Nagari,
penyusunan RPJMP Nagari berpedoman kepada RPJMD Kabupaten, menyusun
dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari mengenai APBP Nagari untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BAMUS Nagari, membina kehidupan masyarakat
Nagari, membina perekonomian Nagari, mengkordinasikan pembangunan
Pemerintahan Nagari secara partisipastif, mewakili Pemerintahan Nagarinya di
dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk

66

Universitas Sumatera Utara

mewakilinya sesuai peraturan perundang-undangan, melaksanakan wewenang lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kemudian dalam pasal 6 dijelaskan dalam alinea pertama dalam
melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Wali
Nagari mempunyai kewajiban yaitu memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memelihara
ketentraman dan ketertiban masyarakat, melaksanakan kehidupan demokrasi,
melaksanakan prinsip tata pemerintahan Nagari yang bersih dan bebas dari
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra
kerja pemerintahan Nagari, mentaati dan menegakkan seluruh peraturan
perundang-undangan, menyelenggarakan administrasi pemerintahan Nagari yang
baik, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
Pemerintahan Nagari, melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Nagari,
mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari, mengembangkan pendapatan
masyarakat dan Nagari, membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial
budaya dan adat istiadat, memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Nagari,
mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
Dalam alinea kedua selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Wali Nagari mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan

Nagari

kepada

Bupati,

memberikan

Laporan

Keterangan

67

Universitas Sumatera Utara

Pertanggungjawaban kepada BAMUS Nagari serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan nagari kepada masyarakat, alinea ketiga laporan
penyelenggaraan pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Bupati, melalui Camat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun,
alinea ketiga Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BAMUS Nagari
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun dalam sidang Tahunan BAMUS Nagari, alinea keempat menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagari kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berupa selebaran dan ditempelkan pada papan
pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan
masyarakat Nagari, radio komunitas atau media lainnya, alinea kelima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai dasar
melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Nagari dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut, alinea keenam laporan akhir masa jabatan Wali Nagari
disampaikan kepada Bupati melalui Camat, dan kepada BAMUS Nagari
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan pemberitahuan berakhirnya masa jabatan
BAMUS Nagari, dan
penyelenggaraan

alinea ketujuh Tata cara penyampaian

Pemerintahan

Nagari

dan

Laporan

laporan

Keterangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) diatur lebih lanjut dengan Pearturan Kepala Daerah.

68

Universitas Sumatera Utara

B.2.2. Kedudukan, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban Bamus
Nagari
Kedudukan, fungsi, wewenang, hak dan kewajban bamus terdapat dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pemerintahan Nagari yang tertuang dalam beberapa pasal, yaitu sebagai berikut: 78
Di dalam pasal 69 Bamus Nagari Berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan nagari. Kemudian dalam Pasal 70 Bamus Nagari berfungsi
menetapkan

Peraturan

Nagari

bersama

Wali

Nagari,

menampung

dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, Anggota BAMUS Nagari adalah wakil dari
penduduk nagari yang bersangkutan berdasarkan musyawarah mufakat, anggota
BAMUS Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil sebanyak 7 orang, Anggota
BAMUS Nagari terdiri dari unsure Niniak Mamak 1 (satu) orang, Alim Ulama 1
(satu orang), Cadiak Pandai 2 (dua) orang, Bundo Kanduang 1 (orang), dan
pemuda 2 (dua) orang atau sebutan lainnya dan masa jabatan anggota BAMUS
Nagari adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk (satu)
kali masa jabatan berikutnya.
Kemudian dalam Pasal 71 dijelaskan terkait dengan tugas dan wewenang
BAMUS Nagari, adapun tugas dan wewenang BAMUS Nagari yaitu membahas
rancangan peraturan nagari bersama wali nagari, melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan nagari dan peraturan wali nagari, mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian wali nagari, membentuk panitia pemilihan wali

78

Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011.

69

Universitas Sumatera Utara

nagari, menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih atas usul yang
ditetapkan oleh panitia pemilihan, menetapkan calon wali nagari terpilih dan
mengusulkan kepada bupati melalui camat. Menggali, menampung, menghimpun,
merumuskan dan menyalurkan aspirasi penduduk nagari dan menyusun tata tertib
Bamus Nagari.
Dalam Pasal 72 menjelaskan hak BAMUS dalam pemerintahan Nagari
yaitu meminta keterangan kepada wali nagari, menyatakan pendapat.Pasal 73
menjelaskan bahwa BAMUS Nagari berhak mengajukan rancangan peraturan
nagari, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan
dipilih dan memperoleh tunjangan. Kemudian Pasal 74 dijelaskan dalam alinea
pertama bahwa anggota BAMUS

Nagari

mempunyai

kewajiban

yaitu

mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku,

melaksanakan

kehidupan

demokrasi

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan nagari, mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerap, menampung,
menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi penduduk nagari, memperoses
pemilihan wali nagari, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat masyarakat setempat, menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja
dengan lembaga kemasyarakatan dan dalam alinea kedua dijelaskan memperoses
pemilihan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah

70

Universitas Sumatera Utara

membentuk panitia panitia pemilihan, menetapkan calon Wali Nagari yang berhak
dipilih, menetapkan calon Wali Nagari terpilih dan mengusulkan calon Wali
Nagari terpilih kepada bupati melalui Camat.

B.2.3. Landasan Hukum Pemerintahan Nagari
Landasan hukum berdirinya Pemerintahan Nagari Pauah:


Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
Pemerintahan Nagari.



Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 8 Tahun 2007 Tentang
Pemerintahan Nagari.



Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 9 Tahun 2007 Tentang
Badan Permusyawaratan Nagari.



Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 10 Tahun 2007 Tentang
Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Wali Nagari.



Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pemerintahan Nagari.

B.2.4. Kebijakan Pemerintahan Nagari Pauah
Dalam menjalankan sistem pemerintahan nagari, pemerintahan nagari
pauah pada periode 2014-2020, Wali Nagari Pauah Raymon Andesta sebagai
eksekutif

dan

BAMUS

(Badan

Musyawarah)

sebagai

legislatif

telah

71

Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan beberapa kebijakan peraturan nagari, peraturan wali nagari di
Tahun 2015, sebagai berikut: 79


Peraturan Nagari Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Perubahan (RPJM-P) Nagari Pauah 2014-2020.



Peraturan Nagari Nomor 02 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Nagari Tahun Anggaran 2015.



Peraturan Nagari Nomor 03 Tahun 2015 Tentang Besaran Biaya
Administrasi/Jasa Pelayanan Di Kantor Wali Nagari Tahun 2015.



Peraturan Nagari Nomor 04 Tahun 2015 Tentang Besaran Presentase
Penggunaan Pendapatan Asli Nagari Pauah Tahun Anggaran 2015.



Peraturan Nagari Nomor 05 Tahun 2015 Tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nagari Tahun Anggaran 2015.



Peraturan Nagari Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Bantuan Pinjam/Kredit
Khusus Ibu Rumah Tangga.



Peraturan Nagari Nomor 07 Tahun 2015 Tentang Gerakan Masyarakat
Maghrib Mengaji di Nagari.



Peraturan Nagari Nomor 08 Tahun 2015 Tentang Badan Usaha Milik
Nagari (BUMNag).



Peraturan Wali Nagari Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Standar
Operasional Pelayanan (SOP) Dikantor Wali Nagari Pauah Tahun 2015.

79

Data Bidang Urusan Pemerintahan Pelayanan Umum Kantor Wali Nagari PauahTahun 2015.

72

Universitas Sumatera Utara



Peraturan Wali Nagari Nomor 02 Tahun 2015 Tentang Pergeseran
Anggaran Mendahului

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Nagari Pauah Tahun Anggaran 2014.


Peraturan Wali Nagari Nomor 03 Tahun 2015 Tentang Penetapan Besaran
Biaya Perjalanan Dinas Nagari Pauah Tahun Anggaran 2015

C. Gambaran Umum Budaya Matrilineal
C.1. Sejarah Budaya Matrilineal
Sejarah matrilineal secara turun-menurun berdasarkan cerita para tokoh di
minangkabau berawal pada masa kepemimpinan Datuk Katumangungan dan
Datuk Parpatiah Nan Sabatang di minangkabau yang kemudian diserang oleh
panglima

perang

kerajaan

Majapahit

Adityawarman.

Majapahit

berniat

menyerang daerah minangkabau karena daerah minangkabau terkenal sebagai
daerah yang cinta akan perdamaian sehingga tidak memiliki angkatan perang
maupun kepolisian.
Karena kerajaan minangkabau memang kerajaan yang tidak menyukai
peperangan dan lebih menyukai cara-cara damai, maka Datuk Katumanggungan
berupaya keras mencari cara agar peperangan benar-benar terhindarkan dan tidak
terjadi di bumi minangkabau. Hingga akhirnya Datuk Katumanggungan bersiasat
pada saat panglima Adityawarman sampai di bumi minangkabau, maka beliau
tidak akan disambut dengan pasukan dan peperangan, melainkan disambut dengan

73

Universitas Sumatera Utara

keramah tamahan dan akan dipinang untuk dijodohkan dengan adik kandungnya
yang bernama Putri Jamilah. 80
Akhirnya sampailah panglima perang majapahit Adityawarman di ranah
minangkabau.Adityawarman yang datang dari daerah jawa merasa kaget dengan
penyambutan yang dilakukan oleh tentara minangkabau.Dirinya merasa heran
karena Datuk Katumanggungan justru menyambutnya dengan penuh keramahan
dan rasa persaudaraan, dan bukannya menyambut dengan bala tentara perang.
Utusan dari istana Pagaruyung datang menemuinya dan mengatakan niatnya untuk
meminang panglima Adityawarman untuk dinikahkan dengan sang putri dari
kerajaan yaitu Putri Jamilah yang merupakan adik kandung dari Datuk
Katumanggungan. Dan tidak hanya itu demi menghindari perang yang dampaknya
akan menyesengsarakan rakyat, maka panglima Adityawarman akan diangkat
menjadi raja di minangkabau jika bersedia menikah dengan Putri Jamilah. Tentu
saja hal itu membuat panglima Adityawarman terkejut dan langsung menerima
tawaran itu. 81
Melihat gelagat bahwa panglima Adityawarman akan menerima tawaran
itu, maka sang Datuk berusaha mencari cara agar keturunan Jamilah nantinya
tetap menjadi orang minangkabau dan agar semua orang tahu bahwa keturunan
Putri Jamilah mendapatkan warisan dari kerajaan minangkabau dan bukannya
mendapatkan warisan dari kekuasaan dari Adityawarman. Maka akhirnya

80

Ir. Edison M. S. SH. M.Kn. 2010.Tambo Minangkabau: Budaya dan Hukum Adat di
Minangkabau. Bukittinggi: Penerbit Kristal Multimedia. hal 5.
81
Ibid. hal 6.

74

Universitas Sumatera Utara

ditetapkanlah adat batali bacambua yang langsung merubah struktur masyarakat
minangkabau:
“Nan dikatokan adat nan batali cambua, iyolah hubungan mamak dengan
bapak, dalam susunan rumah tango, sarato dalam Korong kampuang. Dek
Datuak Parpatiah Nan Sabatang, didirikan duo kekuasaan, balaku di ateh rumah
tango, iyolah tungganai jo rajonyo, nan Korong kampuang barajo mamak, rumag
tango barajo kali, di rumah gadang batungganai. Dicambua tali malakek”
Yang artinya: “ Adat batali bacambua mengatur hubungan antara bapak
dan mamak. Intinya, di dalam rumah tangga terdapat dua kekuasaan, pertama
kekuasaan bapak, kedua kekuasaan mamak, yaitu saudara laki-laki dari pihak
ibu.Pemikiran itu dibawa Datuk Parpatiah Nan Sabatang pada musyawarah
dengan cerdik pandai di balairung sari.Menyadari penting perubahan mufakat
didapatkan”. 82
Sejak saat itu susunan aturan masyarakat berubah, dahulu bapak
mewariskan kepada anak sekarang harus kepada kemenakan.Dahulu suku di dapat
dari bapak, sekarang dari ibu.Ini tidak lebih dari kecerdikan Datuk Parpatih Nan
Sabatang dan Datuk Katumanggungan. Dengan datangnya Adityawarman, ia tetap
menginginkan agar kekuasaan tetap berasal dari Datuk Katumanggungan. Dengan
waris turun dari mamak, bukan dari bapak ini, nantinya akan memposisikan
Adityawarman tidak lebih dari raja transisi bukan raja sebenarnya dari alam
minangkabau. Sebab Datuak Katumanggungan yang menyerahkan kekuasaan

82

Ibid. hal 7.

75

Universitas Sumatera Utara

padanya, dengan sistem adat yang baru, terkesan hanya menitip kekuasaan.Hingga
datang masanya nanti kemenakannya lahir dari perkawaninan Putri Jamilah
adiknya dengan Adityawarman.
Cerita tersebut yang secara turun menurun dipercaya oleh masyarakat
minangkabau sebagai cikal bakal dari gerakan matrilineal yang masih dijalani
oleh masyarakat minangkabau hingga sekarang dimana garis keturunan dan
warisan ditetapkan berdasarkan garis keturunan ibu, dan hak perwalian secara adat
dari seorang anak bukan terdapat pada ayah kandungnya atau ayah biologisnya,
melainkan ada pada paman atau saudara laki-laki ibu yang dalam bahasa
minangkabaunya disebut dengan mamak. 83

C.2. Fungsi Sistem Matrilineal
Sistem Matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan
ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam
garis ibu.Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman
ibu. Ayah tidak dapat memasukan anaknya ke dalam klen-nya sebagaimana yang
berlaku dalam sistem patrilineal. Oleh karena itu waris dan pusaka diturunkan
menurut garis ibu. 84
Sistem kekerabatan ini tetap di pertahankan masyarakat Minangkabau
sampai

sekarang.Bahkan

selalu

di

sempurnakan

sejalan

dengan

usaha

menyempurnakan sistem adatnya.Terutama dalam mekanisme penerapannya di
83

Ibid. hal 8.
H. Musyair Zainuddin. 2008. Implementasi Pemerintahan Nagari Bedasarkan Hak Asal Usul
Adat Minangkabau. Yogyakarta. Penerbit Ombak. hal 49.
84

76

Universitas Sumatera Utara

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peranan seorang penghulu ataupun
ninik mamak dalam kaitan bermamak berkemenakan sangatlah penting.
Bahkan peranan penghulu dan ninik mamak itu boleh dikatakan sebagai
faktor penentu dan juga sebagai indikator, apakah mekanisme sistem matrilineal
itu berjalan dengan semestinya atau tidak.Jadi keberadaan sistem ini tidak hanya
terletak pada kedudukan dan peranan kaum perempuan saja, tetapi punya
hubungan yang sangat kuat dengan institusi ninik mamaknya di dalam sebuah
kaum, suku atau klennya. Sebagai sebuah sistem, Matrilineal dijalankan
berdasarkan kemampuan dan berbagai penafsiran oleh pelakunya; ninik mamak,
kaum perempuan dan anak kemenakan. Akan tetapi sebuah uraian atau perincian
yang jelas dari pelaksanaan dari sistem ini, misalnya ketentuan-ketentuan yang
pasti dan jelas tentang peranan seorang perempuan dan sanksi hukumnya kalau
terjadi pelanggaran, ternyata sampai sekarang belum ada.Artinya tidak dijelaskan
secara tegas tegas tentang hukuman jika seorang minang tidak menjalankan sistem
matrilineal tersebut. 85
Sistem itu hanya diajarkan secara turun-menurun kemudian disepakati dan
dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya, pada hakekatnya
tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan itu sendiri.Hal seperti
ini dapat dianggap sebagai sebuah kekuatan sistem tersebut yang tetap terjaga
sampai sekarang.Pada dasarnya sistem matrilineal bukanlah untuk mengangkat
atau memperkuat peranan perempuan, tetapi sistem itu dikukuhkan untuk

85

Ibid. hal 51.

77

Universitas Sumatera Utara

menjaga, melindungi harta pusaka satu kaum dari kepunahan, baik rumah gadang,
tanah pusaka, dan sawah ladang. 86 Bahkan dengan adanya hukum faraidh dalam
pembagian harta menurut Islam, harta pusaka kaum tetap dilindungi dengan istilah
“pusako tinggi”, sedangkan harta yang boleh dibagi dimasukan sebagai “pusako
randah”.
Dalam sistem matrilineal perempuan di posisikan sebagai pengikat,
pemelihara, dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya amban
puruak atau tempat penyimpanan.Itulah sebabnya dalam penentuan peraturan dan
perundang-undangan adat, perempuan tidak di ikut sertakan.Perempuan menerima
bersih tentang hak dan kewajiban dalam adat yang telah di putuskan sebelumnya
oleh pihak ninik mamak.Perempuan menerima hak dan kewajiban tanpa harus
melalui sebuah prosedur apalagi bertahan.Hal ini disebabkan hak dan kewajiban
perempuan itu, begitu dapat menjamin keselamatan hidup mereka dalam kondisi
bagaimana pun juga.Semua harta pusaka menjadi milik perempuan, sedangkan
laki-laki diberi hak untuk mengatur dan mempertahakannya. 87
Perempuan tidak perlu berperan aktif seperti ninik mamak. Perempuan
Minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan lagi atau
menuntut lagi prosedur lain atas hak-haknya. Mereka tidak memerlukan
emansipasi lagi, mereka tidak perlu dengan perjuangan gender, karena sistem
matrilineal telah menyediakan apa yang sesungguhnya diperlukan perempuan.

86

Prof. Mr. M. Nasroen. 1965. Dasar Falsafah Alam Minangkabau. Jakarta: Percetakan Negara.
hal 47.
87
Ibid. hal 49.

78

Universitas Sumatera Utara

Para ninik mamak telah membuatkan suatu “aturan permainan” antara laki-laki
dan perempuan dengan hak dan kewajiban yang berimbang antar sesamanya.
Oleh karena itulah institusi ninik-mamak menjadi penting dan bahkan
sakral bagi kemenakan dan sangat penting dalam menjaga hak dan kewajiban
perempuan.Keadaan seperti ini sudah berlangsung lama, dengan segala kelebihan
dan kekurangannya, dengan segala plus minusnya. Keunggulan dari sistem ini
adalah, dia tetap bertahan walau sistem patrilineal juga diperkenalkan oleh islam
sebagai sebuah sistem kekerabatan yang lain pula. Sistem matrilineal tidak hanya
menjadi sebuah “aturan” saja, tetapi telah menjadi semakin kuat menjadi suatu
budaya, way of live, kecenderungan yang paling dalam diri dari setiap orang
Minangkabau. 88
Sampai sekarang pada setiap individu laki-laki minang misalnya,
kecenderungan

mereka

meyerahkan

harta

pusaka,

warisan

dari

hasil

pencahariannya sendiri, yang seharusnya dibagi menurut hukum faraidh kepada
anak-anaknya.Mereka

lebih

condong

untuk

menyerahkan

kepada

anak

perempuannya.Anak perempuan ini nanti menyerahkan pula kepada anak
perempuannnya pula, begitu seterusnya. Sehingga Tsuyoshi Kato dalam
disertasinya menyebutkan bahwa sistem matrilineal akan semakin menguat dalam
diri orang-orang minang walaupun mereka telah menetap di kota-kota di luar
minang sekalipun. Sistem matrilineal tampaknya belum akan melentur sama
sekali, walau kondisi-kondisi sosial lainnya sudah banyak yang berubah.

88

Ibid. Hal 51.

79

Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat menjalankan sistem tersebut dengan baik, maka mereka yang
akan menjalankan sistem itu haruslah orang minangkabau itu sendiri. Untuk dapat
menentukan seseorang itu orang minangkabau atau tidak ada beberapa
ketentuannya, atau syarat-syarat seseorang dapat dikatakan sebagai orang
Minangkabau.Aspek penting yang diatur dalam sistem matrilineal yaitu
pengaturan harta pusaka.
Harta pusaka yang dalam terminologi orang minangkabau disebut harato
jo pusako. Harato adalah sesuatu milik kaum yang tampak dan ujud secara
material seperti sawah, ladang, rumah gadang, ternak, dan sebagainya.Pusako
adalah sesuatu milik kaum yang diwarisi turun menurun baik yang tampak
maupun yang tidak tampak.Oleh karena itu di Minangkabau dikenal pula dua kata
kembar yang artinnya sangat jauh berbeda; sako dan pusako. 89
1. Sako
Sako adalah milik kaum secara turun menurun menurut sistem matrilineal
yang tidak berbentuk material, seperti gelar penghulu, kebesaran kaum, tuah dan
penghormatan yang diberikan masyarakat kepadanya.Sako merupakan hak bagi
laki-laki di dalam kaumnya.Gelar demikian tidak dapat diberikan kepada
perempuan walau dalam keadaan apapun juga.Pengaturan pewarisan gelar itu
tertakluk kepada sistem kelarasan yang dianut suku atau kaum itu.
Jika menganut sistem kelarasan Koto Piliang, maka sistem pewarisan
sakonya berdasarkan; patah tumbuah. Artinya, gelar berikutnya harus diberikan
89

Amir.M.S. 2007.Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT.
Mutiara Sumber Widya. hal 94.

80

Universitas Sumatera Utara

kepada kemenakan langsung dari si penghulu yang memegang gelar itu. Gelar
demikian tidak dapat diwariskan kepada orang lain dengan alasan apapun juga.
Jika tidak ada laki-laki yang akan mewarisi, gelar itu digantuang atau dilipek atau
disimpan sampai nanti kaum itu mempunyai laki-laki pewaris.
Jika menganut sistem kelarasan Bodi Chaniago, maka sistem pewarisan
sakonya berdasarkan hilang baganti.Artinya, Jika seorang penghulu pemegang
gelar kebesaran itu meninggal.Dia dapat diwariskan kepada laki-laki didalam
kaum berdasarkan kesepakatan bersama anggota kaum itu.Pergantian demikian
disebut secara adatnya gadang balega. Di dalam halnya gelar kehormatan atau
gelar kepenghuluan (datuk) dapat diberikan dalam tiga tingkatan; 90
a) Gelar yang diwariskan dari mamak ke kemenakan. Gelar ini
merupakan gelar pusaka kaum sebagaimana yang diterangkan di
atas. Gelar ini disebut sebagai gelar yang mengikuti kepada
perkauman yang batali darah.
b) Gelar yang diberikan oleh pihak keluarga ayah (bako) kepada anak
pisangnya, karena anak pisang tersebut memerlukan gelar itu untuk
menaikan status sosialnya atau untuk keperluan lainnya. Gelar ini
hanya gelar panggilan, tetapi tidak mempengaruhi konstelasi dan
mekanisme kepenghuluan yang telah ada di dalam kaum. Gelar ini
hanya boleh dipakai untuk dirinya sendiri, seumur hidup dan tidak
boleh diwariskan kepada yang lain; anak apalagi kemenakan. Bila

90

Ibid. hal 68.

81

Universitas Sumatera Utara

si penerima gelar meninggal, gelar itu akan di jemput kembali oleh
bako dalam sebuah upacara adat. Gelar ini disebut sebagai gelar
yang berdasarkan batali adat.
c) Gelar yang diberikan oleh raja Pagaruyung kepada seseorang yang
dianggap telah berjasa menurut ukuran-ukuran tertentu. Gelar ini
bukan gelar untuk mengfungsinya sebagai penghulu di dalam
kaumnya sendiri, karena gelar penghulu sudah dipakai oleh
penghulu kaum itu, tetapi gelaran itu adalah merupakan balasan
terhadap jasa-jasanya. Gelaran ini disebut secara adat disebabkan
karena batali suto. Gelar ini hanya boleh dipakai seumur hidunya
dan tidak boleh diwariskan. Bila terjadi sesuatu yang luar biasa,
yang dapat merusakkan nama raja, kaum, dan nagari, maka gelaran
itu dapat dicabut kembali.
2. Pusako
Pusako adalah milik kaum secara turun-menurun menurut sistem
matrilineal yang berbentuk material, seperti sawah, ladang, rumah gadang, dan
lainnya.Pusako di manfaatkan oleh perempuan di dalam kaumnya.Hasil sawah,
ladang menjadi bekal hidup perempuan dengan anak-anaknya.Rumah gadang
menjadi tempat tinggalnya.Laki-laki berhak mengatur tetapi tidak berhak untuk
memiliki nya. Karena itu di Minangkabau kata hak milik bukanlah merupakan
kata kembar, tetapi dua kata yang satu sama lain artinya tetapi berada dalam
konteks yang sama. Hak dan milik.Laki-laki punya hak terhadap pusako kaum,

82

Universitas Sumatera Utara

tetapi dia bukan pemilik pusako kaumnya. Dalam pengaturan pewarisan pusako,
semua harta yang akan diwariskan harus ditentukan dulu kedudukannya. 91
Kedudukan harta pusaka itu terbagi dalam;
a) Pusako Tinggi
Harta pusaka kaum yang diwariskan secara turun menurun
berdasarkan garis ibu.Pusaka tinggi hanya boleh digadaikan
apabila keadaan sangat mendesak sekali hanya untuk tiga hal saja
yaitu; gadih gadang indak balaki, maik tabujua di tangah rumah,
dan rumah gadang katirisan.Selain dari ketiga hal diatas harta
pusaka tidak boleh digadaikan apalagi dijual.
b) Pusako Randah
Harta pusaka yang didapat selama perkawinan antara suami dan
istri.Pusaka ini disebut juga harta bawaan, artinya modal dasarnya
berasal dari masing-masing kaum.Pusako randah diwariskan
kepada anak, istri dan saudara laki-laki berdasarkan hukum faraidh,
atau hukum Islam.Namun dalam berbagai kasus di Minangkabau,
umunya pusako randah ini juga diserahkan oleh laki-laki pewaris
kepada adik perempuannya.Tidak dibaginya menurut hukum
faraidh tersebut. Inilah mungkin yang dimaksudkan Tsuyoshi Kato
bahwa sistem matrilineal akan menguat dengan adanya keluarga
batih. Karena setiap laki-laki pewaris pusako randah akan selalu

91

Ibid. hal 69.

83

Universitas Sumatera Utara

menyerahkan harta itu kepada saudara perempuannya. Selanjutnya
saudara

perempuan

itu

mewariskan

pula

kepada

anak

perempuannya.Bagitu seterusnya.Akibatnya pusako randah pada
mulanya, dalam dua atau tiga generasi berikutnya menjadi pusako
tinggi pula.

C.3. Hak dan Kewajiban dalam Matrilineal
Kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat Minangkabau berada
dalam posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala yang ada di
dalam

perkauman, baik pengaturan pemakaian, pembagian harta pusaka,

perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk
keperluan anak beranak. Peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi
sesuatu yang harus dijalankannya dengan seimbang dan sejalan. 92
1. Sebagai Kemenakan
Di dalam kaumnya, seorang laki-laki bermula sebagai kemenakan (atau
dalam hubungan kekerabatan disebutkan; (ketek anak urang, lah gadang
kamanakan awak).Sebagai kemenakan dia harus mematuhi segala aturan yang ada
di dalam kaum.Belajar untuk mengetahui semua asset kaumnya dan semua
anggota keluarga kaumnya.Oleh karena itu ketika seseorang berstatus menjadi
kemenakan, dia selalu disuruh kesana kemari untuk mengetahui segala hal tentang
adat dan perkaumannya.

92

Ibid. hal 81.

84

Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitan ini, peranan surau menjadi penting, karena surau adalah
sarana tempat mempelajari semua hal itu baik dari mamaknya sendiri maupun dari
orang lain yang berada di surau tersebut. Dalam menentukan status kemenakan
sebagai pewaris sako dan pusako, anak kemenakan dikelompokan menjadi tiga
kelompok yaitu kemenakan di bawah daguak, kemenakan di bawah pusek, dan
kemenakan di bawah lutuik.
Kemenakan dibawah daguak adalah penerima langsung waris sako dan
pusako dari mamaknya.Kemenakan di bawah pusek adalah penerima waris
apabila kemenakan di bawah daguak tidak ada (punah).Kemenakan di bawah
lutuik, umumnya tidak diikutkan dalam pewarisan sako dan pusako kaum.
2. Sebagai Mamak
Pada giliran berikutnya, setelah dia dewasa, dia akan menjadi mamak dan
bertanggung jawab kepada kemenakannya. Mau tidak mau, suka tidak suka, tugas
itu

harus

di

jalaninnya.Dia bekerja disawah

kaumnya untuk

saudara

perempuannya anak-beranak yang sekaligus itulah pula kemenakannya.Dia mulai
ikut mengatur walau tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan mamaknya
yang lebih tinggi yaitu penghulu kaum.
3. Sebagai Penghulu
Selanjutnya dia akan memegang kendali kaumnya sebagai penghulu. Gelar
kebesaran diberikan kepadanya, dengan sebutan datuk.Seorang penghulu
berkewajiban menjaga keutuhan kaum, dan mengatur pemakaian harta pusaka.Dia

85

Universitas Sumatera Utara

juga bertindak terhadap hal-hal yang berada di luar kaumnya untuk kepentingan
kaumnya. 93
Setiap laki-laki terhadap kaumnya selalu diajarkan; kalau tidak dapat
menambah (maksudnya harta pusaka kaum), jangan mengurangi (maksudnya
menjual, menggadai atau menjadikan milik sendiri). Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa peranan seorang laki-laki di dalam kaum disimpulkan dalam
ajaran adatnya;
Tagak badunsanak mamaga dunsanak
Tagak basuku mamaga suku
Tagak bakampuang mamaga kampuang
Tagak banagari mamaga nagari
4. Peranan di Luar Kaum
Selain berperan di dalam kaum sebagai kemenakan, mamak atau penghulu,
seorang anak laki laki setelah dia kawin dan berumah tangga, dia mempunyai
peranan lain sebagai tamu atau pendatang di dalam kaum istrinya, dan istri
sebagai duta kaumnya pula di dalam kaum suaminya. Satu sama lain harus
menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, termasuk perlakuan-perlakuan
terhadap anggota kaum kedua belah pihak.
Didalam kaum istrinya, seorang laki-laki adalah sumando (semenda).
Sumando ini di dalam masyarakat Minangkabau dibuatkan pula beberapa
kategori: 94

93

Ibid. hal 83.

86

Universitas Sumatera Utara

a) Sumando ninik mamak. Artinya semenda yang dapat ikut
memberikan ketenteraman pada kedua kaum: kaum istrinya dan
kaum sendiri. Mencarikan jalan keluar terhadap sesuatu
persoalan dengan sebijaksana mungkin. Dia lebih berperan
sebagai seorang yang arif dan bijaksana.
b) Sumando kacang miang. Artinya, sumando yang membuat
kaum istrinya menjadi gelisah karena dia memunculkan atau
mempertajam persoalan-persoalan yang seharusnya tidak
dimunculkan. Sikap seperti ini tidak boleh dipakai.
c) Sumando

lapik buruk.

Artinya,

sumando

yang

hanya

memikirkan anak istrinya semata tanpa peduli dengan
persoalan-persoalan lainnya. Dikatakan juga sumando seperti
sumando apak paja, yang hanya berfungsi sebagai tampang
atau bibit semata. Sikap seperti ini juga tidak boleh dipakai dan
harus di jauhi.
Sumando tidak punya kekuasaan apapun dirumah istrinya, sebagaimana
yang selalu di ungkapkan dalam pepatah pepitih;
Sedalam-dalam payo
Hinggo dado itiak
Sakuaso-kuaso urang sumando
Hinggo pintu biliak

94

Ibid. hal 85.

87

Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya, peranan sumando yang baik dikatakan;
Rancak rumah dek sumando
Elok hukum dek mamaknyo
5. Kaum dan Pesukuan
Orang Minangkabau yang berasal dari satu keturunan dalam garis
matrilineal merupakan anggota kaum dari keturunan tersebut.Di dalam sebuah
kaum, unit terkecil disebut samande. Yang berasal dari satu ibu (mande). Unit
yang lebih luas dari samande disebut saparuik. Maksudnya berasal dari nenek
yang sama. Kemudian saniniak maksudnya adalah keturunan nenek dari
nenek.Yang lebih luas dari itu lagi disebut sakaum.Kemudian dalam bentuknya
yang lebih luas, disebut sasuku. Maksudnya, berasal dari keturunan yang sama
sejak dari nenek moyangnya. Suku artinya seperempat atau kaki.Jadi, pengertian
sasuku dalam sebuah nagari adalah seperempat dari penduduk nagari
tersebut.Karena, dalam sebuah nagari harus ada empat suku besar. 95
Pada mulanya suku-suku itu terdiri dari Koto, Piliang, Bodi dan
Caniago.Dalam perkembangannya, karena bertambahnya populasi masyarakat
setiap suku, suku-suku itupun dimekarkan. Koto dan Piliang berkembang menjadi
beberapa suku; Tanjuang, Sikumbang, Kutianyir, Guci, Payobada, Jambak, Salo,
Banuhampu, Damo, Tobo, Galumpang, Dalimo, Pisang, Pagacancang, Patapang,
Melayu, Bendang, Kampai, Panai, Sikujo, Mandahiliang, Bijo dll.

95

Ibid hal 91.

88

Universitas Sumatera Utara

Bodi dan Caniago berkembang menjadi beberapa suku; Sungai Napa,
Singkuang, Supayang, Lubuk Batang, Panyalai, Mandaliko, Sumagek dll. Dalam
majelis peradatan keempat pimpinan dari suku-suku ini disebut urang nan ampek
suku. Dalam sebuah nagari ada yang tetap dengan memakai ampek suku tapi ada
juga memakai limo suku, maksudnya ada nama suku lain; Malayu yang
dimasukkan ke sana.
Sebuah suku dengan suku yang lain, mungkin berdasarkan sejarah,
keturunan atau kepercayaan yang mereka yakini tentang asal sulu mereka, boleh
jadi berasal dari perempuan yang sama. Suku-suku yang merasa punya kaitan
keturunan ini disebut dengan sapayuang. Dari beberapa payuang yang juga
berasal sejarah yang sama, disebut sahindu. Namun, yang lazim dikenal dalam
berbagai aktivitas sosial masyarakat Minangkabau adalah; sasuku dan sapayuang
saja. 96
Sebuah kaum mempunyai keterkaitan dengan suku-suku lainnya, terutama
disebabkan oleh perkawinan. Oleh karena itu kaum punya struktur yang umumnya
dipakai oleh setiap suku;
(1) struktur di dalam kaum
Di dalam sebuah kaum, strukturnya sebagai berikut;
a.

Mamak yang dipercaya sebagai pimpinan kaum yang disebut
Penghulu bergelar datuk.

96

Ibid. hal 93.

89

Universitas Sumatera Utara

b.

Mamak-mamak di bawah penghulu yang dipercayai memimpin
setiap rumah gadang, karena di dalam satu kaum kemungkinan
rumah gadangnya banyak. Mamak-mamak yang mempimpin setiap
rumah gadang itu disebut; tungganai.

Seorang laki-laki yang memikul tugas sebagai tungganai rumah pada
beberapa suku tertentu mereka juga diberi gelar datuk.Di bawah tungganai ada
laki-laki dewasa yang telah kawin juga, berstatus sebagai mamak biasa.
Di bawah mamak itulah baru ada kemenakan.
(2) Struktur dalam kaitannya dengan suku lain.
Akibat dari sistem matrilienal yang mengharuskan setiap anggota suku
harus kawin dengan anggota suku lain, maka keterkaitan akibat perkawinan
melahirkan suatu struktur yang lain, struktur yang mengatur hubungan anggota
sebuah suku dengan suku lain yang terikat dalam tali perkawinan tersebut.
a. Induk bako anak pisang
Hubungan kekerabatan antara anak-anak dengan kerabat ayahnya, karena
seorang anak bernasab kepada anaknya.Hubungan bako dengan anak pisangnya
ini hanya dikenal dalam masyarakat minangkabau.Sebaliknya anak itu dipanggil
anak pisang oleh kerabat ayahnya. 97Induak bako anak pisang merupakan dua kata
yang berbeda; induak bako dan anak pisang.Induak bako adalah semua ibu dari
keluarga pihak ayah.Bako adalah semua anggota suku dari kaum pihak

97

Drs. H. Sjafnir Dt. Kando Marajo. 2006. Sirih Pinang Adat Minangkabau. Pengetahuan Adat
Minangkabau Tematis. Padang:Sentra Budaya. hal 42.

90

Universitas Sumatera Utara

ayah.Induak bako punya peranan dan posisi tersendiri di dalam sebuah kaum
pihak si anak.
b. Andam pasumandan
Hubungan kekerabatan dalam suatu nagari dan kampung yang sudah
saling silang, seperti sumando-ma