Pengaruh Perempuan Minangkabau Dalam Pembuatan Kebijakan
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Amir.M.S. 2007.Adat Minangkabau : Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress Catherine Natalia. 2005. Peranan Partai Politik dan Sitem Pemilihan Umum dalam
Meningkatkan Keterwakilan Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Masa Bakti 2004-2009. Tesis Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta.
Charles Lindblom. 1986. Proses Penetapan Kebijakan Publik Edisi Kedua. Jakarta: Airlangga.
Cornelius Trihendradi. 2005. Step by Step Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media. Drs. Yulius Slamet. M.Sc. 2006.Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
DR. S. Budhisantoso. 1998. Kedudukan Dan Peran Wanita: Dalam Kebudayaan
Suku Bangsa Minangkabau. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Drs. H. Sjafnir. D. Kando Marajo. 2006. Seri Pinang Adat Minangkabau.
(2)
Gabruel A. Almond & Sidney Verba. 1990. Budaya Politik. Jakarta: Bumi Aksara.
H. Soenarko. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University. H. Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu. 2004. Pegangan Penghulu. Bundo
Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
H. Suardi Mahyuddin.SH. 2009. Dinamika Sistem Hukum Adat Minangkabau
dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung. Jakarta. PT. Candi Cipta
Paramuda.
H. Musyair Zainuddin. 2008 Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan
Hak Atau Usul Adat Minangkabau.Yogyakarta. Penerbit Ombak.
Jurnal Perempuan. 2004. No. 34.Politik dan Keterwakilan Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
Jurnal Perempuan. 2006. No.45. Demokrasi. Jakarta: Yayasan Jurnal Indonesia. Joni Lovenduski. 2008. Politik Berparas Perempuan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
John W. Creswell. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Komarudin Sahid. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia. Laporan Praktek Kerja Lapangan Mantily dkk. 2014. Peran Biro Otonomi Daerah
dan Kerjasama Dalam Mengevaluasi Daerah Otonomi Baru.
(3)
Michael G. Roskin. 1997. Political Science : an introduction. A. Viacom Company: Prentice Hall Upper Saddle River New Jersey.
Miriam Budiardjo. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Moh.Nazir.Ph.D. 1983.Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Graha Indonesia. Narullah Dt. Perpati Nantuo. S.H.M.H. Dkk. 2002.Adat Basani Syara’ syara’
Basani Kitabullah. Pedoman Hidup Banagari. Lembaga Kerapatan Adat
Alam Minangkabau. (LKAAM), Padang:Megasari)
Nasrudin MN & Eddy Marlianto. 2008. Statistika. Medan: USU Press. Nagari Pauah Dalam Angka Tahun 2014.
Ny. Ir. Raudha Thaib. 2000. Bungo Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang: Lembaga Adat Kerapatan Minangkabau Sumatera Barat
Prof. Mr. M. Nasroen. 1965. Dasar Falsafah Alam Minangkabau. Jakarta. Percetakan Negara.
Prof. Dr. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
R. Nugroho. 2008. Public Policy: Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-Proses
Kebjakan-Perumusan-Implementasi-Evaluasi. Revisi.Risk Management Dalam Kebijakan Publik. Kebijakan Sebagai The FIthestate. Metode Kebijakan. Jakarta: PT. Alez Media Group.
Samuel P. Huntington & Joan Nelson.1990. Partisipasi Politik di Negara
(4)
Siti Musdah Mulia. 2008. Menuju Kemandirian Politik Perempuan. Yogyakarta: Kibas Press.
Subarsono, 2005.Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjino Sastroadmojo. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Sukaria Sinulingga. 2011. Metode Penelitian. Medan: USU Press.
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sutan Mahmoed IA. BA.2004. Nagari Limo Kaum Pusat Bodi Caniago
Minangkabau.Yayasan Mesjid Raya Limo Kaum.
Sjahmunir.2006. Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat. Padang: Andalas University Press.
Tirfan Islamy. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
William Dunn.2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Profil Nagari Pauah Tahun 2014
Undang-Undang/Peraturan Daerah:
Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 revisi Undang-Undang No. 34 Tahun 2004. Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Bawaslu
(5)
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun 2000 Tentang Pemerintahan Nagari.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 16 Tahun 2001 Tentang Pemerintahan Nagari
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman No. 12 Tahun 2011 Tentang Pemerintah Nagari
Peraturan Nagari No. 6 Tahun 2015 Tentang Bantuan Pinjam/Kredit Khusus Ibu Rumah Tangga
Data Bidang Urusan Pemerintahan Pelayanan Umum Kantor Wali Nagari Pauah Tahun 2015
Maklumat Residen Sumatera Barat Nomor 20 dan 21 Mei 1946
Internet/Website:
Dina Martiany, SH, MSi. 2014.Signifikasi Representasi Perempuan di Parlemen
Indonesia
Diakses pada 20 Desember 2014 Pukul 20.00 wib.
November 2015.Pukul 15.30 wib.
14 Januari 2015 Pukul 15.00 Wib.
(6)
akses 5 Desember 2015, pukul 19.57 Wib.
Pukul 20.05Wib.
(7)
BAB 3
ANALISIS PENGARUH PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN
Bab tiga ini memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, dengan menggunakan mixed methods atau penelitian campuran, guna untuk menjawab permasalahan dan batasan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian mixed methods penulis menggunakan strategi sequenstial mixed
methods (metode campuran bertahap), yang mana metode ini merupakan strategi
bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya, kemudian di dalam strategi metode campuran bertahap ini penulis memakai metode eksploratoris sekuensial dimana dalam penelitian ini tahap pertama penulis mengumpulkan data kualitatif kemudian dilanjutkan dengan kuantitatif.
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teori kebijakan publik, dan partisipasi politik.Dalam penelitian ini metode kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan pertama dalam penelitian ini bagaimana budaya minangkabau dalam menentukan pengaruh perempuan dalam pembuatan kebijakan, dengan batasan masalah bagaimana pengaruh budaya minangkabau dalam menentukan pengaruh perempuan dalam pembuatan Peraturan Nagari (Pernag) dalam (BAMUS) Badan Musyawarah di Nagari Pauah.Sedangkan kuantitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang kedua yaitu Bagaimana
(8)
pengaruh perempuan minangkabau dalam pembuatan kebijakan di Nagari Pauah dengan batasan masalah bagaimana pengaruh perempuan minangkabau dalam pembuatan peraturan nagari (Pernag) di Nagari Pauah.
A. Kedudukan Perempuan Minangkabau (Bundo kandung) Dalam Adat Minangkabau
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka menganalisis dan mengeksplorasi perempuan minangkabau (bundo kanduang) dalam adat minangkabau di Nagari Pauah Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Sumatera Barat, maka dilakukan wawancara dengan tokoh adat perempuan yaitu Bundo Kanduang di Nagari Pauah.
Bundo kanduang adalah panggilan terhadap kaum perempuan menurut adat minangkabau, bundo berarti ibu dan kanduang berarti sejati.Bundo kanduang berarti ibu sejati yang memiliki sifat keibuan dan kepemimpinan. Narasumber Ibu Pasmawati Bundo Kanduang di Nagari Pauah mengatakan:
“Bundo Kanduang di minangkabau berarti seluruh perempuan yang sudah berkeluarga dan menganut agama islam, sedangkan perempuan yang belum berkeluarga disebut dengan Puti Bungsu.
104
Dalam gurindam bundo kanduang diungkapkan sebagai berikut:105
Pusek jalo kumpulan tali Limpapeh rumah nan gadang Umban puruak pagangan kunci
104Hasil Wwawancara dengan Ibu Pasmawati Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24
Februari 2016 pukul 16.30 Wib. 105
Ny. Ir. Raudhah Thaib. 2000. Bungo Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang: Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau Sumatera Barat. hal 186.
(9)
Sumarak dalam nagari, hiasan di dalam kampuang Ka undang-undang ka Madinah
Ka payuang panji ka sarugo
Maksudnya Limpapeh rumah nan gadang mengisyaratkan bahwa bundo kanduang atau perempuan minangkabau itu bersifat tenang dan tidak liar artinya seorang wanita tidak suka keluar rumah, tidak suka bergunjing dan tidak suka bertandang, ketenangan seorang wanita itu memberi kesan damai dirumah tangga.
Umbun puruak pagangan kunci menunjukan makna yang arif biaksana, hormat,
khidmat, capek kaki ringan tangan (tidak malas), memiliki sifat mulia, dan menjauhi larangan terutama dalam memegang kendali perekonomian rumah tangga dan keluarganya. Pusek jalo kumpulan tali memiliki makna bahwa sosok ibu memiliki posisi sentral yang sangat menentukan keberhasilan anak dimasa depan, oleh sebab itu bundo kanduang harus memiliki pengetahuan. Sumarak
dalam nagari, hiasan di dalam kampuang mengandung makna bahwa kehadiran
wanita sebagai simbol dari keindahan, tidak semata-mata dalam pengertian lahiriah saja, hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa “kaum wanita adalah tiang rumah tangga dan negara, kalau baik kaum ibu, baiklah rumah tangga dan negara” (al-hadist).106
Ka undang-undang ka madinah bahwa bundo kanduang itu mampu
mendidik anak keturunanya untuk menunaikan ibadah haji/rukun islam yang kelima artinya mendidik moral dan pengetahuan dalam meraih cita-cita untuk
106
Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. dkk. 2002. Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi
Kitabullah. Pedoman Hidup Banagari. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM).
(10)
masa depan, tanggung jawab bundo kanduang dituntut dalam hal tersebut sebab perempuan itu seyogianya memberikan pendidikan dengan perasaan lemah lembut serta dengan penuh belaian kasih dan sayang. Ka payuang panji ka sarugo bundo kanduang itu dapat dan mampu membimbing dan melindungi kaumnya, tentang ilmu pengetahuan agama untuk bekal di akhirat nanti demi untuk dapat menempati tempatnya di sorga kelak. Keberadaan bundo kanduang itu sangat berperan dalam mendidik anak keturunan untuk mencapai masa ke depan yang lebih bahagia yang dilandasi dengan ilmu umum dan ilmu agama (akhlak mulia dan moral yang sehat).107
“….bundo kanduang harus memiliki tujuan dalam menjalani hidupnya, semua sudah diatur dalam adat kita, bundo kanduang itu harus sanggup memelihara dirinya, memelihara anak keluarganya, sanggup memelihara harta pusaka, sanggup melanjutkan kehidupan ekonominya dan menjalankan filsafat adat basandi syarak’, syarak’ basandi kitabullah”
A.1. Bundo Kanduang dalam Adat Minangkabau
Dalam budaya adat minangkabau, bundo kanduang harus memiliki tujuan menurut adat minangkabau yang diungkapkan oleh narasumber Ibu Djawanis Bundo Kanduang di Nagari Pauah, beliau mengatakan:
108
107Ibid. hal 22.
108
Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib.
Seorang Ibu atau bundo kanduang sangat dominan dalam membentuk watak manusia/anak yang dilahirkannya sebagai ungkapan:
(11)
Sampai ka muaro karuah juo Kok kuriak induaknyo
Sakurang-kurangnyo anaknya rintiak Aia cucuran atok jatuahnya kapalimbahan
Maksudnya Kok karuah aia dihulu, sampai ka muaro karuah juo pada umumnya keturunan akan menentukan corak dan kelakuan yang pernah dimiliki oleh ibu bapaknya. Kok kuriak induaknyo, sakurang-kurangnyo anaknyo rintiak maksudnya Ibu bapak yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula dan sebaliknya, dan aia cucuran atok jatuahnyo kapalimbahan maksudnya sifat dan tingkah laku seorang anak itu dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Sedangkan fungsi bundo kanduang yang di atur dalam adat minangkabau diungkapkan oleh narasumber Ibu Kartini Bundo Kanduang di Nagari Pauah, beliau mengatakan:
“ fungsi bundo kanduang kanduang dalam adat kita sudah tertuang di dalam gurindam kita, manuruik alua nan luruih, manampuah jalan nan pasa, mamaliharo harato jo pusako, mamaliharo anak-anak dan kaum kerabat….”109
Maksudnya ialah manuruik alua nan luruih yaitu setiap ketentuan adat minangkabau dan dan agama islam di dalam pergaulan hidup seperti ekonomi, sosial hukum dan sebagainya yang sudah digariskan, yang berdasarkan kepada “alua jo patuik” yang disebut dengan “alua pusaka”, menurut adat minangkabau
109
Hasil Wawancara dengan Ibu Kartini Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 16.00 Wib.
(12)
tidak dapat dimufakati karena merupakan ketentuan alam yang kebenarannya nyata. Pelanggaran terhadap alua pusakoakan menimbulkan akibat yang tidak baik, seperti melanggar kesopanan, mengerjakan maksiat, dan sebagainya. Jadi bundo kanduang berkewajiban untuk menjauhi perbuatan yang tidak menurut alua nan luruih.110
Manampuah jalan nan pasa menurut adat mengandung makna kiasan
yaitu setiap yang harus dilalui untuk sampai ke tujuan, baik dunia maupun akhirat.
Mamaliharo harato jo pusako maksudnya harta pusaka menurut adat
minangkabau adalah sawah ladang (kebun), banda buatan (Kolam ikan), pandam pakuburan, serta ulayat lainnya, sebagai sendi rumah tangga dan kaum, semuanya harus dipelihara jangan sampai harta pusaka ini habis atau berpindah hak milik kepada orang lain, kecuali dipergunakan untuk kepentingan umum dengan kata mufakat. Mamaliharo anak-anak dan kerabat dalam arti yang luas adalah merupakan kewajiban dan tugas yang sangat unik serta sangat berat, tetapi suci dan murni dimana bundo kanduang harus bisa menjaga anak dan kerabatnya.111
a) Adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat mandiri dan independent. A.2. Bundo Kanduang Dalam Organisasi
Organisasi Bundo Kanduang didirikan pada tanggal 18 november 1974 pada Mubes III LKAAM di Payakumbuh. Adapun sifat dari organisasi ini adalah:
110
Narullah Dt. Perpatih Nan Tuo, S.H. M.H. Op.cit. hal 24.
(13)
b) Menganut falsafah adat minangkabau yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai, alam takambang jadi guru.
Dan organisasi bundo kanduang ini berasaskan Pancasila. Organisasi bundo kanduang ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
a) Menghimpun potensi kaum ibu.
b) Meningkatkan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia baru berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
c) Memelihara dan melestarikan adat dan budaya minangkabau. Keanggotaannya:
a) Kaum ibu minangkabau yang beragama islam.
b) Wanita yang menjadi istri laki-laki orang minangkabau yang beragama islam.
Tetapi pada hakekatnya organisasi bundo kanduang bukanlah organisasi profesi, tetapi sebuah wadah bagi perempuan minangkabau:
a) Untuk saling memahami tentang keberadaannya sebagai sumarak dalam nagari dan pelanjut serta pemelihara keturunan dan warisan menurut garis matrilineal. Benteng kedepan dan terakhir dalam pertahanan adat dan budaya minangkabau.
(14)
b) Untuk saling menyadari tentang harkat, tugas dan fungsinya ditengah konstelasi adat dan budayanya, terutama dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan masa depan.
c) Untuk saling mengingat dan sama-sama berusaha dan mengatasi, bahwa perempuan minangkabau semakin hari tugasnya akan semakin berat, terutama dalam segi pendidikan adat dan budaya, pendidikan akhlak dan agama, bagi anak kamanakan, bagi kaumnya, dan bangsanya, agar keturunan berikutnya dapat melanjutkan dan mengembangkan adat budaya minangkabau dengan baik.
Oleh karena itu, bundo kanduang sebagai sebuah organisasi tidak dapat disamakan dengan organisasi wanita lainnya.Organisasi bundo kanduang jauah berbeda baik dalam gerak langkah, program, dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misinya.
A.3 Bundo Kanduang Dalam Masyarakat
Dalam undang-undang adat minangkabau kedudukan bundo kanduang adalah sangat kuat dapat dilihat dalam ungkapan yang disampaikan oleh narasumber Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah, beliau mengatakan:
“….dalam kehidupan bermasyarakat kedudukan bundo kanduang ini di nagari kita sangat kuat, bagaimana penentu garis keturunan, pembentukan prilaku dalam keluarga, sebagai limpapeh dalam rumah gadang, pemilik harta pusaka dan sebagai pemimpin tentunya”112
112
Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib.
(15)
Pertama, penentu garis keturunan dan pembentukan prilaku. Semua anak
yang lahir daripada garis ibu akan memperoleh suku ibu dan tidak menurut suku bapak. Dalam sistem matrilineal, pendidikan dan prilaku anak, termasuk prilaku politik tentunya, lebih kuat dipengaruhi dan diwarnai prilaku dan kebiasaan yang terdapat dilingkungan keluarga ibu. Kedua, limpapeh rumah nan gadang berarti perempuan yang berkedudukan sebagai penguasa rumah gadang (rumah besar). Perempuan mempunyai rumah tempat kediaman.Bagi perempuan minangkabau mempunyai rumah adalah perkara pertama dan utama. Pada masa lalu, mamak atau saudara laki-laki di minangkabau tidak akan berpuas hati sebelum mampu membuatkan rumah untuk kemenakan atau saudara perempuannya, walaupun hubungan yang seperti ini sudah agak berubah pada saat sekarang ini, dengan terjadinyaperubahan hubungan pada keluarga batih (inti), bapak memainkan peranan besar dan bapak tidak akan puas sebelum bisa membangun rumah untuk anak perempuannya.113
Kehadiran rumah diminangkabau diisyaratkan dalam fatwa seperti dalam pepatah adat minangkabau “iduik batampek, mati bakuburan, kuburan hiduik
dirumah gadang, kuburan mati ditangah padang. Maknanya hidup ada
tempatnya, meninggalada makamnya, tempat hidup ialah dirumah besar, tempat berkubur di tengah padang. Ketiga, adalah pemilik harta pusaka, pemilikan harta terutamanya tanah dan apa saja yang terdapat di atas tanah ini, termasuk rumah, adalah milik kaum perempuan. Harta itu berfungsi sebagai sumber
113
(16)
ekonomi.Sumber ekonomi yang diutamakan perempuan adalah sawah, ladang atau kebun, banda buatan atau kolam ikan.Semua harta benda yang terkait dengan tanah itu dimiliki perempuan, sementara laki-laki bertanggungjawab untuk mengurus, mengawas dan memeliharanya untuk kepentingan keluarga matrilineal.Bagi keluarga matrilineal, lelaki adalah tulang punggung yang kuat bagi perempuan dalam arti kata lelaki memainkan peranan dan tanggung jawab untuk menambah harta benda milik keluarga matrilineal itu.Keempat yaitu pemimpin.Bundo Kanduang adalah pengontrol kekuasaan, keputusan apapun yang diambil harus di musyawarahkan dulu dengan bundo kanduang, termasuk keputusan politik.114
“Sebenarnya terkait dengan bundo kanduang tinggal menunggu eksistensinya, padahal dia sudah diberikan porsinya secara peraturan di nagari, eksistensi sampe sekarang belom ada, dia sudah A.4. Peranan Bundo Kanduang Dalam Nagari Pauah
Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pemerintahan Nagari, bundo kanduang harus mampu menunjukan jati dirinya, memahami fungsi dan tugasnya, untuk membimbing keluarga, masyarakat atau generasi muda dalam membina hidup dalam beradat dan beragama, sehingga tercipta manusia/masyarakat yang berakhlak dan berbudi mulia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wali Nagari Pauah Bapak Raymon Andesta, beliau mengatakan:
114Ibid. hal 29.
(17)
dikasih wadah dan kesempatan tinggal menunggu kiprahnya saja…. ”115
“….sangat sedikit sekali perempuan yang terlibat di dalamnya, karena perempuan lebih mementingkan masalah dirumah dari pada dinagari itu sendiri, contohnya untuk keperluan anak dan suami…..” Dijelaskan juga oleh narasumber Bundo Kanduang Nagari Pauah yaitu Ibu Djawanis, beliau mengatakan:
116
a) Mengembalikan posisi perempuan kedalam kaumnya sebagai leader (pemimpin), katalisator/pendamping, pengawal moral, perekat dan pengayom serta memberi arah bagi semua anggota keluarga kaumnya. Untuk itu bundo kanduang harus dapat melaksanakan:
b) Mengembalikan perempuan sebagai subjek bukan hanya sebagai objek. c) Menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa bertanggung jawab serta rasa
memiliki sebagai orang yang berada pada tempat yang strategis terhadap pelaksanaan ajaran-ajaran agama, adat, dan budaya.
d) Menjadikan perempuan sebagai filter (sitawa-sidingin) dalam meredam berbagai permasalahan dalam masyarakat, yang kini sedang dilanda berbagai dampak negatif, modernisasi dan globalisasi.
Dengan Perda tersebut bundo kanduang diharapkan ikut aktif dalam usaha mensukseskan pemerintahan nagari dengan aman, sentosa, rukun, dan damai dengan sistem kekerabatan minangkabau baipa, babisan, bamamak, bakamanakan,, baandan, basumandan, dan babako dan babaki.
115Hasil Wawancara dengan Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari
2016 pukul 14.00 Wib. 116
Hasil Wawancara dengan Ibu Djawanis Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 15.00 Wib.
(18)
Hal tersebut dimungkinkan dengan duduknya unsur bundo kanduang dalam Bamus (Badan Musyawarah) dalam pemerintahan nagari dan tidak menutup kemungkinan pula bundo kanduang sebagai pimpinan Pemerintahan Nagari atau Wali Nagari. Untuk merebut peluang tersebut tentu tidak akan mudah, namun sangat diperlukan kemampuan dan SDM yang dibarengi dengan penampilan seseorang perempuan minang, yang benar-benar akan dapat menjadi panutan masyarakat.
B. Mengeksplorasi Pengaruh Bundo Kanduang Nagari Pauah Dalam Pembuatan Kebijakan
Pemerintahan Nagari merupakan bentuk pemerintahan terendah yang ada di Sumatera Barat. Pelaksanaan sistem pemerintahan nagari itu sendiri baru kembali berjalan semenjak tahun 2000, ketika Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari.117
Di Nagari Pauah, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 12
Sistem Pemerintahan Nagari ini sebenarnya bukanlah sistem yang baru, karena sebelum terjadi penyeragaman bentuk pemerintahan terendah pada tahun 1979 ke dalam bentuk desa, Sumatera Barat menggunakan sistem pemerintahan nagari. Nagari merupakan wilayah yang otonom dengan pengaturan pemerintahannya bersifat mandiri.
(19)
Tahun 2011 Tentang Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintahan Nagari sebagai eksekutif dan BAMUS sebagai legislatif. Pemerintahan Nagari dipimpin oleh wali nagari dan dibantu oleh perangkat nagari yang berwenang sebagai pelaksana Pemerintahan Nagari, sedangkan BAMUS merupakan lembaga perwakilan yang berkedudukan sejajar dan mitra dari Wali Nagari. Narasumber Ketua Bamus Bapak Hendri V Khatib Rajo mengatakan:
“Bamus ini dia legislatifnya tingkat terendah , misalkan DPR RI atau DPRD, nah bamus ini dia mitra kerja dari wali nagari atau pemerintahan nagari……”118
“Bamus atau badan permusyrawaratan adalah lembaga legislatif nya di tingkat desa atau nagari kita ini, bamus itu merupakan mitra kerja dari kepala desa atau wali nagari, dan dalam Bamus ini juga terdapat Unsur-unsur masyarakat yang ada didalamnya, ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai ada juga pemuda dan bundo kanduang nya. Hukum nya pun juga ada terkait dengan Bamus ini sendiri di atur dalam perda kabupaten kita”
Dan dijelaskan juga oleh Narasumber Uda Hendra Welrosa, beliau mengatakan:
119
“……elemen yang akan membahas atau merumuskan tentang peraturan nagari itu adalah eksekutif dan legislatif, dinagari itu eksekutif itu pemerintahan nagari ada wali BAMUS merupakan lembaga perwakilan yang mempunyai wewenang dan tugas membuat peraturan nagari bersama dengan wali nagari. Sebagaimana yang dikemukakan oleh narasumber Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah, beliau mengatakan:
118
Hasil Wawancara dengan Bapak Hendri V Khatib Rajo Ketua Bamus Nagari Pauah pada tanggal 26 Februari 2016 Pukul 15.00 Wib.
119
Hasil Wawancara dengan Uda Hendra Welrosa Unsur Pemuda Bamus Nagari Pauah pada tanggal 27 Februari 2016 Pukul 20.00 Wib.
(20)
nagari, jorong, dan kaur-kaur alat pemerintahan nagari dan legislatif nya itu BAMUS yang teridiri dari lima unsur masyarakat”120
Dalam pembahasan ini peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh perempuan minangkabau atau bundo kanduang dalam pembuatan kebijakan (peraturan nagari) di Bamus Nagari Pauah.Bamus Nagari adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagari sebagai unsur penyelenggara pemerintahan nagari.Bamus beperan sebagai pembantu dari Wali Nagari.Pada dasarnya Bamus berfungsi sebagai pembuat peraturan nagari yang dirumuskan bersama wali nagari.
Dengan kata lain BAMUS merupakan lembaga legislatif di nagari. BAMUS merupakan forum perwakilan seluruh masyarakat nagari yang diisyaratkan memiliki unsur semua elemen yang ada dalam masyarakat yang terdiri dari unsur ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda. Dilihat dari komposisi unsur BAMUS tersebut terlihat bahwa perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam lembaga tersebut.
B.1. Pengaruh Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dalam Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) di BAMUS Nagari Pauah
121
120Hasil Wawancara dengan Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari
2016 pukul 14.00 Wib.
121
Sjahmunir.2006. Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat. Padang: Andalas University Press. hal 23.
Di dalam Bamus terdapat unsur-unsur masyarakat yang terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh intelektual, tokoh pemuda dan perempuan yang dikenal dengan sebutan bundo
(21)
kanduang. Hal ini juga dijelaskan oleh narasumber Ketua Bamus Nagari Pauah yaitu Bapak Hendri V Khatib Rajo, beliau mengatakan:
“………….bamus ini bersama-sama dengan wali nagari dalam membuat kebijakan atau peraturan nagari, nah dibamus ini itulah unsure nya yang lima tadi, ada ninik mamak, alim ulama, pemuda, cadiak pandai dan pemuda, mereka lah nantinya yang bakalan menggodok segala pembahasan terkait dengan keperluan masyarakat.”122
“…dengan adanya ketentuan hukum dalam perda kabupaten Pasaman tentang Pemrintahan nagari di dalam Bamus, adanya unsur bundo kanduang yang dimasukan di dalamnya, ini merupakan sebuah pintu untuk bundo kanduang agar menyuarakan apa yang menjadi kehendak mereka”
Jika dilhat dari Peraturan Daerah dengan segala perangkat kelembagaan yang mengadopsi struktur politik modern, ini jelas merupakan suatu peluang bagi berperannya bundo kanduang dalam memberikan pengaruh dalam masyarakat nagari tersebut dan dijelaskan juga oleh Narasumber Ibu Kartini Bundo Kanduang Nagari Pauah, beliau mengatakan:
123
Secara yuridis Perda mengakui posisinya bundo kanduang untuk terlibat dalam kehidupan politik dengan adanya pengaturan unsur bundo kanduang dalam Badan Musyawarah (BAMUS).Ketentuan ini memberikan legalisasi untuk perempuan untuk dapat terlibat secara langsung dalam ranah publik sekaligus menjadi suatu peluang yang sangat strategis bagi bundo kanduang di Nagari Pauah untuk menunjukan eksistensi mereka. Namun persolannya apakah peluang
122Hasil Wawancara dengan Bapak Hendri V Khatib Rajo Ketua Bamus Nagari Pauah pada
tanggal 26 Februari 2016 Pukul 15.00 Wib.
123
Hasil Wawancara dengan Ibu Kartini Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 16.00 Wib.
(22)
ini akan juga didukung oleh nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Dalam kultur masyarakat minangkabau sendiri yang menganut sistem matrilineal jelas bahwa bundo kanduang mempunyai pengaruh yang penting. Masyarakat minangkabau yang sangat terikat oleh kesatuan keturunan yang ditarik berdasarkan garis keturunan ibu, atau perempuan, kesatuan berdasarkan keturunan ini disebut dengan suku.Sistem matrilineal ini menunjukan bahwa perempuan minangkabau atau bundo kanduang memiliki kekuasaan di dalam adat, diungkapkan oleh narasumber Bundo Kanduang Nagari Pauah.
“gambaran kekuasaan perempuan ini kalau diadat tentu jelas sudah ada dalam adat minangkabau yaitu sistem keturunan jelas dari ibu siapa pun tidak bisa menggugat baik dalam maupun luar, terus terkait dengan harta warisan jatuh kepada perempuan, perempuan berhak mengelola harta warisan, beda dengan laki-laki atau mamak dia hanya menjaga warisan itu saja, kekuasaan dalam rumah gadang sepenuhnya di atur oleh bundo kanduang itu.”124
Hal ini tersirat dalam pandangan kultural “bundo kanduang limpapeh
rumah nan gadang”, kekuasaan mereka hanya sebatas rumah gadang.Perempuan
Namun dalam kultur minangkabau kenyataannya yang memiliki kekuasaan atau yang berkuasa adalah laki-laki atau mamak. Hal ini dapat dilihat dalam satu kesatauan kaum, suku, dan nagari di kepalai oleh laki-laki. Perempuan dalam kultur minangkabau hanya memiliki kekuasaan kedalam seperti dalam hal perkawinan, harta pusaka, mengatur, dan mengurus rumah gadang.
124
Hasil Wawancara dengan Ibu Kartini Bundo Kanduang Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 16.00 Wib
(23)
di minangkabau pemelihara dan pemegang harta kekayaan kaumnya, namun perempuan lebih dinilai sebagai lambang atau simbol pengayoman.
Meskipun bundo kanduang dalam masyarakat minangkabau pemegang hak atas harta kekayaaan namun mereka tidak memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan menyangkut hal tersebut.Hak dalam pemeliharaan, pengembangan, dan pengelolaan harta pusaka diserahkan kepada laki-laki atau mamak.Kekuasaan eksternal semua di pegang oleh laki-laki, karena suku dalam interaksinya dengan suku/ nagari ataupun keluar diwakili oleh mamak kaum atau penghulu.Artinya interaksi yang berhubungan dengan publik di pegang oleh mamak kaum atau penghulu dan perempuan hanya berhak dalam mengatur rumah gadang/keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari perempuan minangkabau tidak terlibat langsung dalam mengambil keputusan dalam kaum.Biasanya pengambilan keputusan dalam rapat kaum hanya dihadiri oleh laki-laki dalam kaum tersebut. Hasil keputusan rapat kaum di akan disampaikan oleh masing-masing mamak paruik untuk disetujui oleh anggota kaum yang perempuan. Narasumber Uda Hendra Welrosa mengatakan:
“karena bundo kanduang ini kan limpapeh rumah nan gadang, segala sesuatu yang terjadi dirumah gadang di atur oleh bundo kanduang, mungkin juga karena sibuk mengurusi keperluan untuk anak dan suami sehingga sulit untuk keluar, tapi ya kebanyakan lebih banyak suaminya yang ikut atau terlibat”125
125
Hasil Wawancara dengan Uda Hendra Welrosa Unsur Pemuda Bamus Nagari Pauah pada tanggal 27 Februari 2016 Pukul 20.00 Wib.
(24)
Secara tidak langsung hak suara mereka memang diakui untuk melegalisasi keputusan namun perempuan tidak terlibat untuk menentukan keputusan.Terlihat bahwa sistem matrilineal di minangkabau tidak memberikan hak pada perempuan untuk terlibat secara langsung dalam ranah publik. Artinya kultur masyarakat minangkabau masih dipengaruhi kuat oleh kultur laki-laki atau patriarkhi, meskipun dalam penentuan garis keturunan menganut sistem matrilineal.
Meskipun secara yuridis perempuan minangkabau atau yang lebih dikenal dengan bundo kanduang di minangkabau memiliki kesempatan untuk terlibat dan menjadi anggota BAMUS, ternyata peluang mereka masih sangat kecil.Dari hasil penelitian dilapangan terlihat, pertama secara kuantitas mereka sangat kecil bahkan terkesan hanya untuk memenuhi tuntutan perda.Dalam Pemerintahan Nagari Pauah dari 9 orang jumlah anggota keseluruhan ada 4 orang dari unsur bundo kanduang.Jika dilihat dari komposisi penduduk pada Nagari Pauah dimana jumlah penduduk berdasarkan Kartu Tanda Penduduk yaitu laki-laki 3.765 jiwa dan perempuan 3.765 jiwa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Narasumber Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah, beliau mengatakan:
“Sebenarnya terkait dengan bundo kanduang itu sendiri tinggal menunggu eksistensinya, padahal dia sudah diberikan porsinya secara peraturan secara nagari, eksistensinya sampe sekarang belum ada, dia sudah dikasih wadah dan kesempatan tinggal menunggu kiprahnya.”126
126
Hasil Wawancara dengan Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 14.00 Wib.
(25)
B.2. Pengaruh Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dalam Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) di Nagari Pauah
Dalam pembahasan ini terkait dengan pengaruh perempuan minangkabau (bundo kanduang) dalam pembuatan kebijakan (peraturan nagari) di Nagari Pauah.Dalam penelitian ini penulis melihat objek penelian kepada masyarakat perempuan di nagari pauah dalam pembuatan kebijakan.
Berangkat dari penjelasan yang disampaikan oleh narasumber Bapak Raymon Andesta Wali Nagari Pauah, beliau mengatakan:
“Kalau di nagari pauah, nagari secara umum Alhamdulillah keterwakilan perempuan itu tidak kosong hadir selalu baik dalam pembahasan peraturan-peraturan nagari sampai keputusan nagari apa pun, baik itu tentang kemasyarakatan, pembangunan, peran bundo kanduang diberikan porsinya, tidak ada dikatakan tidak diberikan porsi.”127
Maka untuk mempermudah menganalisis pengaruh perempuan minangkabau (bundo kanduang) dalam pembuatan kebijakan (peraturan nagari), maka peneliti membuat hipotesis penelitian sebagai berikut:
Nagari Pauah merupakan daerah yang di pengaruhi oleh adat minangkabau.Dalam adat minangkabau, terikat kuat oleh adanya budaya matrilineal yang sistem kekerabatan mengikuti garis keturunan ibu atau suku ibu. Pengambilan garis keturunan ibu atau suku ibu yang akan menjadi suku anak, harta warisan dan rumah gadang. Oleh karena itu peneliti menduga bahwa adanya pengaruh perempuan minangkabau atau bundo kanduang dalam pembuatan kebijakan (peraturan nagari) di Nagari Pauah.
127Ibid.
(26)
a) Hipotesis Nol (HO) : Pernyataan yang menyatakan tidak ada pengaruh atau hubungan.
Maka Hipotesis HO Pada penelitian ini adalah Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) tidak ada pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan (Peraturan Nagari).
b) Hipotesis alternative (Ha) : Pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan atau pengaruh.
Maka Hipotesis Ha pada penelitian ini adalah adanya pengaruh perempuan minangkabau (Bundo Kanduang) dalam pembuatan kebijakan (Peraturan Nagari).
B.2.1 Analisis Tabel Frekuensi
Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.Tabel-tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar untuk analisis selanjutnya.Tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri dari frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori.Data yang dalam tabel terdiri dari karakteristik responden, Perempuan Minangkabau atau Bundo Kanduang (variabel x) dan Pembuatan Kebijakan atau Peraturan Nagari (Variabel y). Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 251 orang yang tersebar pada tiga jorong/dusun di Nagari Pauah dengan pembagian proporsional seperti yang diuraikan pada Bab 1 dalam penelitian ini
(27)
B.2.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berupa tabel yang memuat data identitas responden mencakup pekerjaan, pendidikan terakhir, usia, dan status pernikahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka identitas responden dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan usia, akan terlihat empat klasifikasi pendidikan sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Usia
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 Thn 26 10.4 10.4 10.4
26-35 Thn 51 20.3 20.3 30.7
35-45 Thn 126 50.2 50.2 80.9
> 45 Thn 48 19.1 19.1 100.0
Total 251 100.0 100.0
Sumber : Penelitian Tahun 2016
Dari tabel 3.1. di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan usia responden yakni 17-25 tahun sebanyak 26 orang (10.4%), usia 26-35 tahun sebanyak 51 orang (20.3%), usia 35-45 tahun sebanyak 126 orang (50.2%) dan usia > 45 tahun sebanyak 48 orang (19.1%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan jenis kelamin maka akan terlihat dua klasifikasi status perkawinan sebagaimana pada tabel berikut:
(28)
Tabel 3.2 Status Perkawinan Frequenc
y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Menikah 154 61.4 61.4 61.4
Belum
Menikah 97 38.6 38.6 100.0
Total 251 100.0 100.0
Sumber : Penelitian Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan status perkawinan yakni menikah sebanyak 154 orang (61.4%), dan belum menikah sebanyak 97 orang (38.6%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Apabila responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan klasifikasi interval pekerjaan, maka akan terlihat ada empat interval usia bagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Pekerjaan Frequenc
y Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 44 17.5 17.5 17.5
Wiraswasta 72 28.7 28.7 46.2
Petani 102 40.6 40.6 86.9
Mahasiswa 33 13.1 13.1 100.0
Total 251 100.0 100.0
Sumber : Penelitian Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan yakni PNS sebanyak 44 orang (17.5%), wiraswasta sebanyak 72 orang (28.7%), petani sebanyak 102 orang (40.6%), dan mahasiswa sebanyak 33 orang (13.1%).
(29)
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan pendidikan, maka akan terlihat ada empat interval usia bagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 21 8.4 8.4 8.4
SMP 38 15.1 15.1 23.5
SMA 126 50.2 50.2 73.7
Sarjana 66 26.3 26.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
Sumber : Penelitian Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir yakni SD sebanyak 21 orang (8.4%), SMP sebanyak 38 orang (15.1%), SMA sebanyak 126 orang (50.2%) dan sarjana sebanyak 66 orang (26.3%).
B.2.2. Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) dan Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari)
Untuk melihat kuatnya pengaruh perempuan minangkabau (bundo kanduang) yang ada di Nagari Pauah, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perempuan minangkabau (bundo kanduang).Untuk melihat Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang).
(30)
B.2.2.1 Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Tabel 3.5 Distribusi Jawaban Responden Didalam Budaya Minangkabau Sistem kekerabatan yang di
anut adalah sistem matrilineal
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 184 73.3 73.3 73.3
Tidak 67 26.7 26.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.5.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa didalam budaya minangkabau sistem kekerabatan yang dianut adalah sistem matrilineal, yakni sebanyak 184 orang menjawab Ya (73.3%), dan sebanyak 67 orang menjawab tidak (26.7%). Alasan sebagian masyarakat perempuan Nagari Pauah yang menjawab tidak (26.7%) masyarakat yang tidak mengerti adat minangkabau atau masyarakat yang melakukan perkawinan dengan suku di luar minangkabau.
Selanjutnya untuk melihat perempuan minangkabau/bundo kanduang yakni yang mengemukakan di dalam keluarga seorang anak perempuan adalah penerus keturunan ibu/suku ibu peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Distribusi Jawaban Responden Didalam keluarga seorang anak perempuan adalah penerus
keturunan ibu/suku ibu Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 192 76.5 76.5 76.5
Tidak 59 23.5 23.5 100.0
(31)
Tabel 3.6.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa didalam keluarga seorang anak perempuan adalah penerus keturunan ibu/suku ibu, yakni sebanyak 192 orang menjawab Ya (76.5%), dan sebanyak 59 orang menjawab tidak (23.5%). Alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak (23.5%) masyarakat yang melakukan perkawinan dengan suku di luar minangkabau.
Selanjutnya untuk melihat perempuan minangkabau/bundo kanduang yakni yang mengemukakan Dalam pembagian warisan, yang memperoleh warisan adalah perempuan peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Distribusi Jawaban Responden Dalam pembagian warisan, yang memperoleh
warisan adalah perempuan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 194 77.3 77.3 77.3
Tidak 57 22.7 22.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.7.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa dalam pembagian warisan, yang memperoleh warisan adalah perempuan, yakni sebanyak 194 orang menjawab Ya (77.3%), dan sebanyak 57 orang menjawab tidak (22.7%). Alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang mengatakan tidak (22.7%) masyarakat yang tidak paham dengan adat
(32)
minangkabau dan warisan tidak selamanya jatuh kepada pihak perempuan saja sebaliknya laki-laki.
Selanjutnya untuk melihat perempuan minangkabau/bundo kanduang yakni yang mengemukakan didalam budaya adat minangkabau posisi perempuan lebih utama dari pada posisi laki-laki peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Distribusi Jawaban Responden Didalam budaya adat minangkabau posisi perempuan
lebih utama dari pada posisi laki-laki
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 198 78.9 78.9 78.9
Tidak 53 21.1 21.1 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.8.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa dalam adat minangkabau posisi perempuan lebih utama dari pada posisi laki-laki, yakni sebanyak 198 orang menjawab Ya (78.9%), dan sebanyak 53 orang menjawab tidak (21.1%). Alasan masyarakat perempuan nagari pauah mengatakan tidak (21.1%) masyarakat yang tidak mengerti dengan adat minangkabau dan tidak tahu bagaimana kedudukannya di adat tersebut.
Selanjutnya untuk melihat perempuan minangkabau/bundo kanduang yakni yang mengemukakan Anda mengetahui tentang bundo kanduang peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
(33)
Tabel 3.9 Distribusi Jawaban Responden Anda mengetahui tentang bundo kanduang
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 181 72.1 72.1 72.1
Tidak 70 27.9 27.9 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.9.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya Anda mengetahui tentang bundo kanduang yakni sebanyak 181 orang menjawab Ya (72.1%), dan sebanyak 70 orang menjawab tidak (27.9%). Alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang mengatakan tidak (27.9%) masyarakat yang tidak mengetahui bahwasanya panggilan untuk perempuan di adat minangkabau adalah bundo kanduang.
Tabel 3.10 Distribusi Jawaban Responden
Ketika mendengar kata minangkabau adalah budaya minang yang sangat menghormati kaum perempuan.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 9 3.6 3.6 3.6
TS 2 .8 .8 4.4
S 17 6.8 6.8 11.2
SS 223 88.8 88.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.10. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, ketika mendengar kata minangkabau adalah budaya minang yang sangat menghormati kaum perempuan, yaitu sebanyak 223 orang menjawab Sangat Setuju (88.8%), sebanyak 17 orang menjawab Setuju (6.8%), 2 orang
(34)
Tidak Setuju (8%), serta sebanyak 9 orang menjawab sangat tidak setuju (3.6%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (3.6%) karena menurut mereka, masyarakat perempuan yang sama sekali tidak mengerti akan nilai-nilai yang terkandung di adat minangkabau.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.11 Distribusi Jawaban Responden Perempuan dalam budaya matrilineal adalah sebagai penerus
keturunan (suku/marga)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 15 6.0 6.0 6.0
TS 6 2.4 2.4 8.4
S 19 7.6 7.6 15.9
SS 211 84.1 84.1 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.11. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Perempuan dalam budaya matrilineal adalah sebagai penerus keturunan (suku/marga), yaitu sebanyak 211 orang menjawab Sangat Setuju (84.1%), sebanyak 19 orang menjawab Setuju (7.6%), 6 orang Tidak Setuju (2.4%), serta sebanyak 15 orang menjawab sangat tidak setuju (6%) Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (6.4%) karena menurut mereka, tidak semua masyarakat di nagari pauah yang menikah dengan suku yang ada di minangkabau melainkan suku di luar minangkabau.
(35)
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.12 Distribusi Jawaban Responden Kelahiran anak perempuan sangat penting bagi keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 11 4.4 4.4 4.4
TS 1 .4 .4 4.8
S 29 11.6 11.6 16.3
SS 210 83.7 83.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.12. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, kelahiran anak perempuan sangat penting bagi keluarga, yaitu sebanyak 210 orang menjawab Sangat Setuju (83.7%), sebanyak 29 orang menjawab setuju (11.6%), 1 orang Tidak Setuju (4%), serta sebanyak 11 orang menjawab sangat tidak setuju (4.4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (4.4%) karena menurut mereka, karena tidak semua masyarakat di nagari pauah yang menikah dengan sesama suku minangkabau, melainkan di luar suku minangkabau.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(36)
Tabel 3.13 Distribusi Jawaban Responden
Budaya minangkabau lebih menonjolkan perempuan dari pada laki-laki
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 8 3.2 3.2 3.2
TS 3 1.2 1.2 4.4
S 17 6.8 6.8 11.2
SS 223 88.8 88.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.13. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, budaya minangkabau lebih menonjolkan perempuan dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 223 orang menjawab Sangat Setuju (88.8%), sebanyak 17 orang menjawab Setuju (6.8%), 3 orang Tidak Setuju (1.2%), serta sebanyak 8 orang menjawab sangat tidak setuju (3.2%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (3.2%) karena menurut mereka, tidak semua masyarakat di nagari pauah paham dengan nilai nilai budaya matrilineal di adat minangkabau.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(37)
Tabel 3.14 Distribusi Jawaban Responden
Perempuan Minangkabau memiliki tempat dan hak suara di dalam kaum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 9 3.6 3.6 3.6
S 25 10.0 10.0 13.5
SS 217 86.5 86.5 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.14. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, perempuan minangkabau memiliki tempat dan hak suara di dalam kaum, yaitu sebanyak 217 orang menjawab Sangat Setuju (86.5%), sebanyak 25 orang menjawab Setuju (10%), dan sebanyak 9 orang menjawab sangat tidak setuju (3.6%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (3.6%) karena menurut mereka, tidak semua masyarakat perempuam nagari pauh mau terlibat dalam mengambil suara di dalam kaumnya.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(38)
Tabel 3.15 Distribusi Jawaban Responden
Perempuan minangkabau harus menjauhi sifat-sifat sumbang (buruk) dalam adat minangkabau.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 10 4.0 4.0 4.0
TS 7 2.8 2.8 6.8
S 32 12.7 12.7 19.5
SS 202 80.5 80.5 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.15. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, perempuan minangkabau harus menjauhi sifat-sifat sumbang (buruk)dalam adat minangkabau, yaitu sebanyak 202 orang menjawab Sangat Setuju (80.5%), sebanyak 32 orang menjawab Setuju (12.7%), 7 orang Tidak Setuju (2.8%), serta sebanyak 10 orang menjawab sangat tidak setuju (4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (4%) karena menurut mereka, masih banyak kaum perempuan minangkabau mengindahkan sifat-sifat sumbang (buruk) pada ririnya.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(39)
Tabel 3.16 Distribusi Jawaban Responden
Bundo Kanduang sebagai umbun puruak pegangan kunci menunjukan makna yang arif, bijaksana, hormat, khidmat, capek
kaki ringan tangan (tidak pemalas), memiliki sifat mulia dan menjauhi larangan.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 8 3.2 3.2 3.2
TS 3 1.2 1.2 4.4
S 20 8.0 8.0 12.4
SS 220 87.6 87.6 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.16. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Bundo Kanduang sebagai umbun puruak pegangan kunci menunjukan makna yang arif, bijaksana, hormat, khidmat, capek kaki ringan tangan (tidak pemalas), memiliki sifat mulia dan menjauhi larangan yaitu sebanyak 220 orang menjawab Sangat Setuju (84.1%), sebanyak 20 orang menjawab Setuju (8%), 3 orang Tidak Setuju (1.2%), serta sebanyak 8 orang menjawab sangat tidak setuju (3.2%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (3.2%) karena menurut mereka, tidak semua Bundo Kanduang menunjukan sifat yang arif, bijaksana, hormat, khidmat, capek kaki ringan tangan
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(40)
Bundo Kanduang sebagai pusek jalo kumpulan tali memiliki makna sosok ibu yang memiliki posisi sentral menentukan keberhasilan anak
dimasa depan.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 10 4.0 4.0 4.0
TS 4 1.6 1.6 5.6
S 23 9.2 9.2 14.7
SS 214 85.3 85.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.17.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Bundo Kanduang sebagai pusek jalo kumpulan tali memiliki makna sosok ibu yang memiliki posisi sentral menentukan keberhasilan anak dimasa depan, yaitu sebanyak 214 orang menjawab Sangat Setuju (85.3%), sebanyak 23 orang menjawab Setuju (9.2%), 4 orang Tidak Setuju (1.6%), serta sebanyak 10 orang menjawab sangat tidak setuju (4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (4%), karena menurut mereka, tidak semua Bundo Kanduang sebagai pusek jalo kumpulan tali memiliki makna sosok ibu yang memiliki posisi sentral menentukan keberhasilan anak dimasa depan
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.18 Distribusi Jawaban Responden
Bundo Kanduang sebagai sumarak dalam nagari, hiasan dalam kampung, mempunyai makna kehadiran wanita sebagai simbol
(41)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 9 3.6 3.6 3.6
TS 7 2.8 2.8 6.4
S 27 10.8 10.8 17.1
SS 208 82.9 82.9 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.18. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Bundo Kanduang sebagai sumarak dalam nagari, hiasan dalam kampung, mempunyai makna kehadiran wanita sebagai simbol keindahan, yaitu sebanyak 208 orang menjawab Sangat Setuju (82.9%), sebanyak 27 orang menjawab Setuju (10.8%), 7 orang Tidak Setuju (2.8%), serta sebanyak 9 orang menjawab sangat tidak setuju (3.6%) Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (2.8%), karena menurut mereka, tidak semua Bundo Kanduang sebagai sumarak dalam nagari, hiasan dalam kampung, mempunyai makna kehadiran wanita sebagai simbol keindahan.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.19 Distribusi Jawaban Responden
Bundo Kanduang sebagai nan gadang basa batuah memiliki makna bahwa sebagai lambang kebanggaan dan kemuliaan suatu kaum.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 9 3.6 3.6 3.6
TS 8 3.2 3.2 6.8
S 29 11.6 11.6 18.3
SS 205 81.7 81.7 100.0
(42)
Tabel 3.19. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Ketika mendengar kata minangkabau adalah budaya minang yang sangat menghormati kaum perempuan, yaitu sebanyak 205 orang menjawab Sangat Setuju (81.7%), sebanyak 29 orang menjawab Setuju (11.6%), 8 orang Tidak Setuju (3.2%), serta sebanyak 9 orang menjawab sangat tidak setuju (3.6%) Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (3.6%) karena menurut mereka, tidak semua perempuan nagari pauah yang bisa dijadikan lambang kebanggaan atau kemulian suatu kaum.
Selanjutnya untuk mengetahui Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
B.2.2.2 Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari)
Tabel 3.20 Distribusi Jawaban Responden Terlibat dalam pembuatan kebijakan/peraturan nagari di
nagari pauah Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 132 52.6 52.6 52.6
Tidak 119 47.4 47.4 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.20.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa Terlibat dalam pembuatan kebijakan/peraturan nagari di nagari pauah, yakni sebanyak 132 orang menjawab Ya (52.6%), dan sebanyak 119 orang menjawab tidak (47.4%). Adapun alasan masyarakat perempuan nagari pauah
(43)
yang mengatakan tidak (47.4%), tidak semua perempuan di nagari pauah dapat atau mau terlibat dalam pembuatan kebijakan di nagarinya.
Tabel 3.21 Distribusi Jawaban Responden Pernah memberikan suara dalam pembuatan kebijakan di
nagari pauah Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 156 62.2 62.2 62.2
Tidak 95 37.8 37.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.21.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa Pernah memberikan suara dalam pembuatan kebijakan di nagari pauah, yakni sebanyak 156 orang menjawab Ya (62.2%), dan sebanyak 95 orang menjawab tidak (37.8%). Adapun alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang mengatakan tidak (37.8%), karena tidak semua masyarakat perempuan di nagari pauah terlibat dalam memberikan suara dalam pembuatan kebijakan di nagari pauah.
(44)
Tabel 3.22 Distribusi Jawaban Responden Proses pembuatan kebijakan sesuai dengan adat
minangkabau
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 134 53.4 53.4 53.4
Tidak 117 46.6 46.6 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.22.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa proses pembuatan kebijakan sesuai dengan adat minangkabau, yakni sebanyak 134 orang menjawab Ya (53.4%), dan sebanyak 117 orang menjawab tidak (46.6%). Adapun alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang mengatakan tidak (46.6%), karena nilai-nilai adat minangkabau yang menjunjung azas musyawarah tidak dihiraukan lagi demi kepentingan.
Tabel 3.23 Distribusi Jawaban Responden Hasil kebijakan di nagari sudah mewakili kepentingan
perempuan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 126 50.2 50.2 50.2
Tidak 125 49.8 49.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.23.menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa hasil kebijakan di nagari sudah mewakili kepentingan perempuan, yakni sebanyak 126 orang menjawab Ya (50.2%), dan sebanyak 125 orang menjawab tidak (49.8%). Adapun alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang
(45)
mengatakan tidak (49.8%), karena sangat sedikit perempuan yang mau terlibat dalam pembuatan kebijakan, sehingga kebijakan yang dihasilkan tidak berkenaan dengan perempuan itu sendiri.
Tabel 3.24 Distribusi Jawaban Responden Saudara lebih senang yang membuat kebijakan di nagari
perempuan atau laki-laki
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid LK 169 67.3 67.3 67.3
PR 82 32.7 32.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.24. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa lebih senang yang membuat kebijakan di nagari perempuan atau laki-laki, yakni sebanyak 169 orang menjawab Laki-Laki (67.3%), dan sebanyak 82 orang menjawab perempuan (32.7%). Adapun alasan masyarakat perempuan nagari pauah yang mengatakan laki-laki (67.3%), karena perempuan nagari pauah dalam adat minangkabau banyak terlibat di lingkungan rumah gadang, sehingga samgat sedikit perempuan yang terlibat di dalam pemerintahan nagari
Selanjutnya untuk mengetahui Pembuatan Kebijakan di Nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(46)
Tabel 3.25 Distribusi Jawaban Responden
Budaya minangkabau membuat wanita tidak ikut campur dalam kehidupan politik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 4 1.6 1.6 1.6
TS 11 4.4 4.4 6.0
S 32 12.7 12.7 18.7
SS 204 81.3 81.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.25. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, budaya minangkabau membuat wanita tidak ikut campur dalam kehidupan politik, yaitu sebanyak 204 orang menjawab Sangat Setuju (81.3%), sebanyak 32 orang menjawab Setuju (12.7%), 11 orang Tidak Setuju (4.4%), serta sebanyak 4 orang menjawab sangat tidak setuju (1.6%) Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (1.6), karena menurut mereka, budaya minangkabau membuat wanita tidak ikut campur dalam kehidupan politik, karena urusan keluar lebih banyak diserahkan ke laki-laki, perempuan cukup mengurusi rumah gadang atau lingkungan keluarga.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(47)
Tabel 3.26 Distribusi Jawaban Responden
Perempuan harus ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan di nagari Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 4 1.6 1.6 1.6
TS 14 5.6 5.6 7.2
S 39 15.5 15.5 22.7
SS 194 77.3 77.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.26. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, perempuan harus ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan di nagari, yaitu sebanyak 194 orang menjawab Sangat Setuju (77.3%), sebanyak 39 orang menjawab Setuju (15.5%), 14 orang Tidak Setuju (5.6%), serta sebanyak 4 orang menjawab sangat tidak setuju (1.6%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (5.6%) karena menurut mereka, perempuan lebih disibukan dalam urusan mengurusi keluarga., sehingga kurannya keterlibatan perempuan dalam pembuatan kebijakan.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.27 Distribusi Jawaban Responden
Anggota BAMUS (legislatif nagari) harus lebih mayoritas perempuan.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 4 1.6 1.6 1.6
TS 11 4.4 4.4 6.0
S 40 15.9 15.9 21.9
SS 196 78.1 78.1 100.0
(48)
Tabel 3.27. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, anggota BAMUS (legislatif nagari) harus lebih mayoritas perempuan., yaitu sebanyak 196 orang menjawab Sangat Setuju (78.1%), sebanyak 40 orang menjawab Setuju (15.9%), 11 orang Tidak Setuju (4.4%), serta sebanyak 4 orang menjawab sangat tidak setuju (1.6%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (1.6%) karena menurut mereka, semakin banyak perempuan yang terlibat di dunia luar akan mengurangi tanggungjawab sebagai perempuan dalam mengurusi rumah gadang.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.28 Distribusi Jawaban Responden
Perempuan mempunyai kemampuan memimpin yang sama dengan laki-laki
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 10 4.0 4.0 4.0
TS 18 7.2 7.2 11.2
S 44 17.5 17.5 28.7
SS 179 71.3 71.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.28. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Perempuan mempunyai kemampuan memimpin yang sama dengan laki-laki, yaitu sebanyak 179 orang menjawab Sangat Setuju (71.3%), sebanyak
(49)
44 orang menjawab Setuju (17.5%), 18 orang Tidak Setuju (7.2%), serta sebanyak 10 orang menjawab sangat tidak setuju (4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (4%), karena menurut mereka, perempuan minangkabau mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang tidak dimiliki oleh laki-laki.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.29 Distribusi Jawaban Responden
Perempuan harus bersaing dengan laki-laki untuk menjadi pemimpin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 20 8.0 8.0 8.0
TS 17 6.8 6.8 14.7
S 54 21.5 21.5 36.3
SS 160 63.7 63.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.29. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, perempuan harus bersaing dengan laki-laki untuk menjadi pemimpin, yaitu sebanyak 160 orang menjawab Sangat Setuju (63.7%), sebanyak 54 orang menjawab Setuju (21.5%), 17 orang Tidak Setuju (6.8%), serta sebanyak 20 orang menjawab sangat tidak setuju (8%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju karena menurut mereka, perempuan memiliki keterbatasan dalam hal bersaing, tidak sama dengan laki-laki.
(50)
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.30 Distribusi Jawaban Responden
Jika perempuan masuk kedalam politik maka dapat memperjuangkan hak-hak perempuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 9 3.6 3.6 3.6
TS 27 10.8 10.8 14.3
S 65 25.9 25.9 40.2
SS 150 59.8 59.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.30. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, jika perempuan masuk kedalam politik maka dapat memperjuangkan hak-hak perempuan, yaitu sebanyak 150 orang menjawab Sangat Setuju (59.8%), sebanyak 65 orang menjawab Setuju (25.9%), 27 orang Tidak Setuju (10.8%), serta sebanyak 9 orang menjawab sangat tidak setuju (3.6%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari yang menjawab tidak setuju (3.6%), karena menurut mereka, jika perempuan masuk kedalam politik, siapa lagi yang akan bertanggung jawab dalam memelihara dan merawat keturunan, harta pusaka dan urusan di dalam rumah gadang.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(51)
Tabel 3.31 Distribusi Jawaban Responden Perempuan minangkabau hanya sebagai pengontrol dalam
pemerintahan nagari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 6 2.4 2.4 2.4
TS 43 17.1 17.1 19.5
S 64 25.5 25.5 45.0
SS 138 55.0 55.0 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.31. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, perempuan minangkabau hanya sebagai pengontrol dalam pemerintahan nagari, yaitu sebanyak 138 orang menjawab Sangat Setuju (55%), sebanyak 64 orang menjawab Setuju (25.5%), 43 orang Tidak Setuju (17.1%), serta sebanyak 6 orang menjawab sangat tidak setuju (2.4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju (17.15), karena menurut mereka, budaya minangkabau membuat wanita tidak ikut campur dalam kehidupan politik.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(52)
Tabel 3.32 Distribusi Jawaban Responden
Sistem matrilineal telah menempatkan perempuan pada posisi yang mengharuskannya berpikir luas, bijaksana, dan tegas terhadap
putusan yang akan diambil.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 7 2.8 2.8 2.8
TS 38 15.1 15.1 17.9
S 62 24.7 24.7 42.6
SS 144 57.4 57.4 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.32. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, sistem matrilineal telah menempatkan perempuan pada posisi yang mengharuskannya berpikir luas, bijaksana, dan tegas terhadap putusan yang akan diambil, yaitu sebanyak 144 orang menjawab Sangat Setuju (57.4%), sebanyak 62 orang menjawab Setuju (24.7%), 38 orang Tidak Setuju (15.1%), serta sebanyak 7 orang menjawab sangat tidak setuju (2.8%). Adapun alasan Responden yang masyarakat perempuan nagari pauah menjawab tidak setuju (2.8%), karena menurut mereka, tidak semua perempuan di nagari pauah bisa menempatkan dirinya atau posisi yang mengharuskannya berpikir luas, bijaksana, dan tegas dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(53)
Tabel 3.33 Distribusi Jawaban Responden
Keputusan politik apapun yang diambil di Nagari harus menunggu persetujuan perempuan yang bergelar Bundo Kandung.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 11 4.4 4.4 4.4
TS 30 12.0 12.0 16.3
S 82 32.7 32.7 49.0
SS 128 51.0 51.0 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.33. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, keputusan politik apapun yang diambil di Nagari harus menunggu persetujuan perempuan yang bergelar Bundo Kandung, yaitu sebanyak 128 orang menjawab Sangat Setuju (51.0%), sebanyak 82 orang menjawab Setuju (32.7%), 30 orang Tidak Setuju (12%), serta sebanyak 11 orang menjawab sangat tidak setuju (4.4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju karena menurut mereka, walaupun menunggu persetujuan dari bundo kanduang, katerlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam kebijakan masih kurang.
Selanjutnya untuk mengetahui pembuatan kebijakan di nagari maka peneliti mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
(54)
Tabel 3.34 Distribusi Jawaban Responden Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 70 menjamin keterlibatan bundo kanduang terlibat aktif dalam pembuatan
kebijakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid STS 10 4.0 4.0 4.0
TS 23 9.2 9.2 13.1
S 68 27.1 27.1 40.2
SS 150 59.8 59.8 100.0
Total 251 100.0 100.0
Tabel 3.34. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 70 menjamin keterlibatan bundo kanduang terlibat aktif dalam pembuatan kebijakan, yaitu sebanyak 150 orang menjawab Sangat Setuju (59.8%), sebanyak 68 orang menjawab Setuju (27.1%), 23 orang Tidak Setuju (9.2%), serta sebanyak 10 orang menjawab sangat tidak setuju (4%). Adapun alasan Responden masyarakat perempuan nagari pauah yang menjawab tidak setuju karena menurut mereka, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 70 tidak menjamin keterlibatan bundo kanduang terlibat aktif dalam pembuatan kebijakan sehingga kaum perempuan kurang dapat memberikan keputusan dalam pembuatan kebijakan di nagari.
(55)
C. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas C.1. Uji Validitas
Selanjutnya akan disajikan hasil uji validitas atas kinerjayang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 3.35
Hasil Uji Validitas Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang Kode Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation rstandar Kesimpulan
X1 0,629 0,126 Valid
X2 0,497 0,126 Valid
X3 0,652 0,126 Valid
X4 0,616 0,126 Valid
X5 0,811 0,126 Valid
X6 0,434 0,126 Valid
X7 0,716 0,126 Valid
X8 0,721 0,126 Valid
X9 0,704 0,126 Valid
X10 0,694 0,126 Valid
Sumber : Data diolah tahun 2016
Berdasarkan hasil uji validitas atas Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang dengan 10 item pernyataan yang diajukan, maka terlihat bahwa kesepuluh item pernyataan tersebut sudah valid atau sah karena memiliki nilai
corrected item total correlation di atas dari 0,126.
Tabel 3.36
Pembuatan Kebijakan di Nagari Kode Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation rstandar Kesimpulan
Y1 0,678 0,126 Valid
Y2 0,688 0,126 Valid
Y3 0,677 0,126 Valid
Y4 0,510 0,126 Valid
(56)
Y6 0,576 0,126 Valid
Y7 0,641 0,126 Valid
Y8 0,660 0,126 Valid
Y9 0,481 0,126 Valid
Y10 0,511 0,126 Valid
Sumber : Data diolah tahun 2016
Berdasarkan hasil uji validitas atas pembuatan kebijakan di nagari dengan 10 item pernyataan yang diajukan, maka terlihat bahwa kesepuluh item pernyataan tersebut sudah valid atau sah karena memiliki nilai corrected item total
correlation di atas dari 0,126.
C.2. Uji Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya.Reliabilitas dapat diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis dengan SPSS 23.Jika Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika Alpha Cronbach ≤ 0.6 maka dikatakan tidak
reliable.
Tabel 3.37 Statistik Reliabilitas Cronbach's
Alpha
N of Items
.853 20
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 23
Berdasarkan tabel 3.37 di atas, maka didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.938 ≥ 0.6.sehingga dapat simpulkan bahwa data reliable atau dapat dipercaya.
(57)
D. Korelasi product Moment
Korelasi Product Moment merupakan istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih.Untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel X (Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang) sebagai variabel bebas dengan variabel Y (Pembuatan Kebijakan di Nagari) sebagai variabel terikat yang berskala interval (scale). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negative (-). Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1 dengan ketentuan jika angka mendekati satu atau negatif satu maka hubungan kedua variabel semakin kuat tetapi sebaliknya jika angka korelasi mendekat angka 0 maka hubungan kedua variabel semakin melemah.
Korelasi product moment dihitung dengan rumus: rxy= ∑XY
√�2�2
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan SPSS Versi 23 dalam pengolahan data. Adapun out put untuk korelasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
(58)
Tablel 3.38
Koefisien Korelasi Product Moment (r) Correlations Perempuan Minangkaba u/Bundo Kanduang Pembuatan Kebijakan di Nagari Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang Pearson
Correlation 1 .122
*
Sig. (1-tailed) .027
N 251 251
Pembuatan Kebijakan di Nagari
Pearson
Correlation .122
*
1 Sig. (1-tailed) .027
N 251 251
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 23
Hasil dari tabel 3.38 tentang korelasi product moment mempunyai makna: 1. Berdasarkan output diatas, korelasi antara variabel X (perempuan
minangkabau/bundo kanduang) dengan variabel Y (pembuatan kebijakan di nagari) masuk kedalam kategori lemah, yaitu sebesar 0.122 atau 12.2% dengan arah positif. Hal ini menandakan perubahan yang terjadi diantara kedua variabel bersifat searah. Artinya semakin tinggi pengaruh perempuan minangkabau/bundo kanduang, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan di nagari. Angka 12.2% menunjukkan hubungan kedua variabel masuk kedalam kategori sangat lemah.
(59)
2. Berdasarkan output diatas, melalui uji signifikansi dapat diketahui bahwa antara perempuan minangkabau/bundo kanduang (variabel X), dengan pembuatan kebijakan di nagari (variabel Y) tidak terdapat korelasi yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikansi (Sig) 0.000 ≤ 0,1. Jika demikian, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel.
3. Berdasarkan tanda bintang SPSS: berdasarkan output di atas dapat dilihat bahwa nilai pearson correlation yang dihubungkan antara masing-masing variabel mempunyai tanda bintang. Hal ini menunjukkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
E. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Grafik Histogram
Pada grafik histogram data mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah dengan bentuk melengkung keatas atau seperti lonceng. Adapun grafik histogram pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(60)
Gambar 3.1. Grafik Uji Normalitas
Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 23
Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa data dengan bentuk melengkung keatas seperti lonceng menandakan data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam perhitungan statistik.
b. Uji Normalitas P-P Plot
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Gambar dari hasil uji normalitas tersebut dengan menggunakan software SPSS Versi 23 akan menunjukkan apakah titik menyebar disekitar garis diagonal, ada yang menyebar di atas garis diagonal dan ada yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi normal. Adapun hasil Uji P-P Plot dengan menggunakan SPSS Versi 23 adalah sebagai berikut:
(61)
Gambar 3.2
Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 23
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar mengikuti data disepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam perhitungan statistik.
F. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan pada variabel Y (Pembuatan Kebijakan di Nagari) jika terjadi perubahan pada variabel X (Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang) tiap satuan. Persamaan umunya adalah: Y = a + bX
(62)
Tabel 3.39. Analisis Regeri Sederhana
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 30.023 2.567 11.696 .000
Perempuan Minangkabau/Bun do Kanduang
.131 .068 .122 1.933 .054
Dependent Variable:Pembuatan Kebijakan di Nagari
Koefisien B dinamakan koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel x sebesar satu.Perubahan ini merupakan pertambahan bila B bertanda positif dan merupakan pengurangan bila B bertanda negatif. Hasil dari persamaan regresi diatas mempunyai makna:
1. Hasil perhitungan pada tabel 3.39 diperoleh nilai konstanta (a) sebesar sebesar 30.023 dan nilai b 0.131 yang artinya jika variabel independen yaitu perempuan minangkabau/bundo kanduang tetap (X=0) maka kenaikan pembuatan kebijakan di nagari sebesar 30.023 atau sekitar 2%. 2. Koifisien regresi bernilai 131 (positif) mengakibatkan perempuan
minangkabau/bundo kanduang berpengaruh positif terhadap pembuatan kebijakan di nagari. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa setiap adanya penambahan satu satuan pada perempuan minangkabau/bundo kanduang, maka akan berpengaruh dan mengalami kenaikan terhadap pembuatan kebijakan di nagari.
(1)
BAB II SEJARAH DAN PROFIL NAGARI PAUAH DAN GAMBARAN
BUDAYA MATRILINEAL ... 52
A. Sejarah Dan Profil Nagari Pauah... 52
A.1. Sejarah Nagari Pauah ... 52
A.2. Profil Nagari Pauah ... 54
A.2.1. Keadaan Geografis Nagari Pauah ... 54
A.2.2. Keadaan Demografi Nagari Pauah ... 56
A.2.2.1. Jumlah Penduduk ... 56
A.2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 56
A.2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja ... 58
A.2.2.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 58
A.2.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 59
A.2.2.6. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 60
A.2.2.7. Jumlah Penduduk Menurut Suku atau Marga ... 61
B. Pemerintahan Nagari ... 61
B.1. Sejarah Pemerintahan Nagari ... 61
B.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari ... 63
B.2.1 Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Wali Nagari ... 66
B.2.2. Kedudukan, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban Bamus Nagari... 69
B.2.3. Landasan Hukum Pemerintahan Nagari ... 70
B.2.4. Kebijakan Pemerintahan Nagari Pauah ... 71
C. Gambaran Umum Budaya Matrilineal ... 73
C.1. Sejarah Budaya Matrilineal ... 73
C.2. Fungsi Sistem Matrineal ... 76
C.3. Hak dan Kewajiban dalam Matrilineal ... 84
C.4. Struktur Matrilineal ... 95
BAB III ANALISI PENGARUH PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN ... 99
A. Mengeksplorasi Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dalam Adat Minangkabau ... 100
A.1. Bundo Kanduang dalam Adat Minangkabau ... 102
A.2. Bundo Kanduang dalam Organisasi ... 104
A.3. Bundo Kanduang dalam Masyarakat ... 106
A.4. Peranan Bundo Kanduang dalam Nagari Pauah ... 108
B. Mengeksplorasi Pengaruh Bundo Kanduang Nagari Pauah Dalam Pembuatan Kebijakan ... 110
B.1. Pengaruh Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dalam Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) di BAMUS Nagari Pauah ... 112
(2)
B.2. Pengaruh Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dalam Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) di
Nagari Pauah ... 117
B.2.1. Analisis Tabel Frekuensi ... 118
B.2.1.1. Karakteristik Responden... 118
B.2.2. Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Dan Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) ... 121
B.2.2.1. Perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) ... 122
B.2.2.2. Pembuatan Kebijakan (Peraturan Nagari) . 133 C. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 146
C.1. Uji Validitas ... 146
C.2. Uji Reliabilitas ... 147
D. Korelasi Product Moment ... 148
E. Asumsi Klasik ... 150
F. Analisis Regresi Sederhana ... 152
G. Koefisien Determinasi (R2) ... 154
H. Uji Hipotesis ... 154
I. Analisis Teoretis ... 157
BAB IV PENUTUP ... 164
A.1. Kesimpulan ... 164
A.2. Saran ... 165
A.3. Kelemahan ... 166 DAFTAR PUSTAKA
(3)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Proses Kebijakan Publik Menurut David Easton ... 15
Tabel 1.2 Bentuk dan Hierarki Partisipasi Politik Rush dan Althoff ... 23
Tabel 1.3 Bentuk Partisipasi Politik menurut Gabriel Almond ... 25
Tabel 1.4 Persebaran Penduduk di Nagari Pauah ... 33
Tabel 1.5 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu Dengan Taraf Kesalahan 1, 5, 10% ... 35
Tabel 1.6 Jumlah Penarikan Sampel Menggunakan Rumus Isaac dan Michael ... 36
Tabel 2.1 Luas Nagari Pauah Menurut Pembagian Wilayah Jorong ... 50
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 52
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja ... 54
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 54
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Wajib Belajar 9 Tahun ... 55
Tabel 2.6 Jumlah Kelembagaan Pendidikan Masyarakat ... 55
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 55
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 56
Tabel 2.9 Kepala Nagari Pada Fase Pemerintahan Kemerdekaan ... 57
Tabel 2.10 Wali Nagari Dalam Pemerintahan Nagari Pauah ... 58
Tabel 2.11 Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari ... 59
Tabel 2.12 Kepala Jorong di Nagari Pauah ... 60
Tabel 2.13 Lembaga Nagari di Nagari Pauah ... 60
Tabel 3.1 Usia ... 111
Tabel 3.2 Status Perkawinan ... 112
Tabel 3.3 Pekerjaan ... 112
Tabel 3.4 Pendidikan Terakhir ... 113
Tabel 3.5 Distribusi Jawaban Responden Didalam Budaya Minangkabau Sistem Kekerabatan Yang di Anut Adalah Sistem Matrilineal ... 114
Tabel 3.6 Distribusi Jawaban Responden Didalam Keluarga Seseorang Anak Perempuan Adalah Penerus Keturunan Ibu atau Suku Ibu 114 Tabel 3.7 Distribusi Jawaban Responden Dalam Pembagian Warisan Yang Memperoleh Warisan Adalah Perempuan ... 115
Tabel 3.8 Distribusi Jawaban Responden Didalam Budaya Adat Minangkabau Posisi Perempuan Lebih Utama Dari Pada Posisi Laki-Laki ... 116
Tabel 3.9 Distribusi Jawaban Respoden Anda Mengetahui Tentang Bundo Kanduang ... 116
Tabel 3.10 Distribusi Jawaban Responden Ketika Anda Mendengar Kata Minangkabau Adalah Budaya Minang Yang Sangat Menghormati Kaum Perempuan ... 117
Tabel 3.11 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Dalam Budaya atrilineal Adalah Sebagai Penerus Keturunan (Suku/Marga) ... 117 Tabel 3.12 Distribusi Jawaban Responden Kelahiran Anak Perempuan
(4)
Sangat penting Bagi Keluarga ... 118 Tabel 3.13 Distribusi Jawaban Responden Budaya Minangkabau Lebih
Menonjolkan Perempuan Dari Pada Laki-laki ... 119 Tabel 3.14 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Minangkabau
Memiliki Tempat dan Hak Suara di Dalam Kaum ... 120 Tabel 3.15 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Minangkabau Harus
Menjauhi Sifat-sifat Sumbang (Buruk) Dalam Adat
Minangkabau ... 121 Tabel 3.16 Distribusi Jawaban Responden Bundo Kandung Sebagai
Umbun Puruak Pegangan Kunci Menunjukan Makna Yang Arif, Bijaksana, Hormat, Khidmat,Capek Kaki Ringan Tangan (Tidak Pemalas), Memiliki Sifat Mulia dan Menjauhi Larangan 121 Tabel 3.17 Distribusi Jawaban Responden Bundo Kanduang Sebagai Pusek
Jalo Kumpulan Tali Memiliki Makna Sosok Ibu Yang Memiliki Posisi Sentral Menentukan Keberhasilan Anak Di Masa Depan 122 Tabel 3.18 Distribusi Jawaban Responden Bundo Kanduang Sebagai Sumarak
Dalam Nagari, Hiasan Dalam Kampung, Mempunyai Makna Kehadiran Wanita Sebagai Simbol Keindahan ... 123 Tabel 3.19 Distribusi Jawaban Responden Bundo Kanduang Sebagai Nan
Gadang Basa Batuah Memiliki Makna Bahwa Sebagai Lambang Kebanggan dan Kemulian Suatu Kaum ... 124 Tabel 3.20 Distribusi Jawaban Responden Terlibat Dalam Pembuatan
Kebijakan/Peraturan Nagari di Nagari Pauh ... 125 Tabel 3.21 Distribusi Jawaban Responden Pernah Memberikan Suara Dalam
Pembuatan Kebijakan di Nagari Pauah ... 125 Tabel 3.22 Distribusi Jawaban Responden Proses Pembuatan Kebijakan
Sesuai Dengan Adat Minangkabau ... 126 Tabel 3.23 Distribusi Jawaban Responden Hasil Kebijakan di Nagari Sudah
Mewakili Kepentingan Perempuan ... 126 Tabel 3.24 Distribusi Jawaban Responden Saudara Lebih Senang Yang
Membuat Kebijakan di Nagari Perempuan Atau Laki-Laki ... 127 Tabel 3.25 Distribusi Jawaban Responden Budaya Minangkabau
Membuat Wanita Tidak Ikut Campur Dalam Kehidupan Politik 127 Tabel 3.26 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Harus Ikut Terlibat
Dalam Pembuatan Kebijakan di Nagari ... 128 Tabel 3.27 Distribusi Jawaban Responden Anggota Bamus
(Legislatif Nagari) Harus Lebih Mayoritas Perempuan ... 129 Tabel 3.28 Distribusi Jawaban Responden Perempuan
Mempunyai Kemampuan Memimpin Yang Sama dengan
Laki-Laki ... 130 Tabel 3.29 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Harus Bersaing
Dengan Laki-Laki Untuk Menjadi Pemimpin ... 130 Tabel 3.30 Distribusi Jawaban Responden Jika Perempuan Masuk
(5)
Kedalam Politik Maka Dapat Memperjuangkan Hak-Hak
Perempuan ... 131
Tabel 3.31 Distribusi Jawaban Responden Perempuan Minangkabau Hanya Sebagai Pengontrol Dalam Pemerintahan Nagari ... 132
Tabel 3.32 Distribusi Jawaban Responden Sistem Matrilineal Telah Menempatkan Perempuan Pada Posisi Yang Mengharuskannya Berpikir Luas, Bijaksana, dan Tegas Terhadap Putusan Yang Akan Diambil ... 133
Tabel 3.33 Distribusi Jawaban Responden Keputusan Politik Apapun Yang di Ambil di Nagari Harus Menunggu Persetujuan Perempuan Yang Bergelar Bundo Kanduang ... 134
Tabel 3.34 Distribusi Jawaban Responden Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 70 Menjamin Keterlibatan Bundo Kanduang Terlibat Aktif Dalam Pembuatan Kebijakan ... 134
Tabel 3.35 Hasil Uji Validitas Perempuan Minangkabau/Bundo Kanduang 135 Tabel 3.36 Hasil Uji Validitas Pembuatan Kebijakan di Nagari ... 136
Tabel 3.37 Statistik Reliabilitas ... 137
Tabel 3.38 Koefisien Korelasi Product Moment (r) Correlations ... 138
Tabel 3.39 Analisis Regresi Sederhana ... 142
Tabel 3.40 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi... 143
Tabel 3.41 Uji Parsial (Uji-t) ... 144
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Nagari Pauah Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten
Pasaman ... 51 Gambar 3.1 Grafik Histogram ... 140 Gambar 3.2 Grafik P-P Plot Regresion Standardized Residual ... 141