Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Perspektif/ Paradigma Kajian
Paradigma menurut Thomas Kuhn dipergunakan dalam dua arti yang

berbeda yakni paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik,
dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu.
Di sisi lain paradigma juga berarti menunjukkan pada sejenis unsur dalam
konstelasi itu, pemecahan teka-teki yang konkrit, yang jika digunakan sebagai
model atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar
bagi pemecahan teka-teki sains yang normal yang masih tertinggal (Kuhn, 2002:
180). Thomas Kuhn (2002: 103) juga mengeksplisitkan bahwa perubahan
paradigma dapat menyebabkan perbedaan dalam memandang realitas alam
semesta. Realitas dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu,
kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.
Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai
seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan
dengan yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang

menggambarkan tentang alam semesta (world). Sifat alam semesta adalah tempat
individu-individu berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin
pada alam semesta dengan bagian-bagiannya.
Paradigma menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Hidayat (2004),
mengajukan

tipologi

yang

mencakup

empat

paradigma:

positivisme,

postpositivisme, Kritikal, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa
setiap


paradigma

membawa

implikasi

metodologi

masing-masing

(http://www.scribd.com/doc/15252080/Paradigma-Konstruktivisme-ParadigmaKritikal diakses pada 8 Februari 2015 pukul 19.03 WIB).
Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang

Universitas Sumatera Utara

diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa
dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan

perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengonstruksi dalam
realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman
perilaku di kalangan mereka sendiri.
Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara
dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
Paradigma konstruktivisme berbasis pada pemikiran umum tentang teoriteori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivisme. Littlejohn
mengatakan bahwa paradigma konstruktivisme berlandaskan pada ide bahwa
realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses
interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya (Wibowo, 2011: 27).
Paradigma konstruktivisme dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti
diutarakan oleh (Hidayat dalam Wibowo, 2010: 28) sebagai berikut:
1.

Ontologis: relativism, relativitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran
suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai
relevan oleh pelaku sosial.

2.


Epistemologis: transactionalist/subjectivist, pemahaman tentang suatu
realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara
peneliti dengan yang diteliti.

3.

Axiologis: Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak
terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant,
fasilitator yang menjebatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan
penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara
peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

4.

Metodologis: menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti
denagn responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui
metode-metode kualitatif seperti participant observasion. Kriteria kualitas

Universitas Sumatera Utara


penelitian authenticity dan revlectivty: sejauh mana temuan merupakan
refleksi otentik dari realitas yang di hayati oleh para pelaku sosial.
2.2

Uraian Teoritis

2.2.1 Studi kasus
Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau
“suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan
data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya”
dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan
kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu
(Creswell, 1998 : 37-38). Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan
penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu
waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.
Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih
studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah
program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi:

observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks
kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting
fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus di
dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi
kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan
kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus
instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu
pada studi kasus kolektif (Creswell, 1998 : 61-62). Untuk itu Lincoln Guba
mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan
pelajaran yang dipelajari.
Studi kasus menjadi berguna apabila seseorang/peneliti ingin memahami
suatu permasalahan atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dimana orang
dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi, kaya dalam pengertian

Universitas Sumatera Utara

bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dan
biasanya dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus pada umumnya berupaya untuk
menggambarkan


perbedaan

individual

atau

variasi

“unik”

dari

suatu

permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang, peristiwa, program, insiden
kritis/unik atau suatu komunitas dengan berupaya menggambarkan unit dengan
mendalam, detail, dalam konteks dan secara holistik. Untuk itu dapat dikatakan
bahwa secara umum, studi kasus lebih tepat digunakan untuk penelitian yang
berkenaan dengan how atau why.
Penekanan studi kasus adalah pada kedalaman dan kerincian: wawancara

mendalam, penggambaran secara rinci dan pengungkapkan kasus dengan
sungguh-sungguh melalui penerapan teori dalam cara yang berbeda, yakni tidak
memposisikan studi di dalam dasar teori tertentu sebelum pengumpulan data,
tetapi setelah pengumpulan data sehingga acapkali dikenal dengan teori-setelah.
Demikian pun dalam pengumpulan datanya yang diambil dari berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk
membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Analisis datanya
memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada setiap fase dalam
evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang “unik”, kita hendaknya
menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana peristiwa itu terjadi sesuai
dengan settingnya. Sedangkan dalam penulisan laporannya, studi kasus
membentuk struktur yang “lebih besar” dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini
disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam deskripsikan kasus atau
beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar
tempat. Untuk itu disarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus
menyusun laporan studi kasus seorang peneliti hendaknya menyusun rancangan
beberapa bagian laporan (misalnya bagian metodologi) daripada menunggu
sampai akhir proses analisis data.
2.2.2 Komunikasi
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia

Universitas Sumatera Utara

perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Secara

etimologis

atau

menurut

asal

katanya

komunikasi


atau

communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang
berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002: 41).
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia .
karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau
dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication.
Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan
komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat
terjadinya

komunikasi.


Secara

paradigmatis,

komunikasi

adalah

proses

penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004: 4). Menurut Harold D.
Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what
effect?.
Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
- Komunikator (communicator, source, sender)
- Pesan (message)
- Media (channel, media)

Universitas Sumatera Utara

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
- Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2004: 10).
Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan informasi (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:
a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)
2.2.3 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi menurut Griffin (2000: 50) adalah ”as the
process of creating unique shared meaning, but the impact of this statement
depends on images it calls to mind.” Dapat diartikan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah proses menciptakan makna yang unik dan kemudian
disampaikan kepada orang lain. Pengaruh dari pesan yang disampaikan tergantung
pada pandangan seseorang yang disebut pemahaman. Komunikasi antarpribadi
menurut Gamble & Gamble (2005: 233) adalah sebagai berikut: “An
interpersonal communication is a meaningful dyadic person to person connection.
When we share interpersonal relationship with another person, we become

Universitas Sumatera Utara

interdependent with that person.” Komunikasi antarpribadi adalah hubungan
penuh makna orang per orang yang terjadi secara diadik. Ketika orang saling
melakukan (share) hubungan antarpribadi dengan orang lain, maka seseorang
akan saling mengalami ketergantungan dengan orang lain.
Komunikasi antarpribadi ialah komunikasi yang melibatkan komunikator
yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, dan
memungkinkan dengan umpan balik seketika. Sementara menurut Rakhmat
(1996: 49) komunikasi antarpribadi berkaitan dengan bagaimana orang menerima
informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Proses
pengolahan informasi yang dinamakan komunikasi antarpribadi meliputi sensasi,
persepsi, memori, dan berpikir. Komunikasi antarpribadi menurut Devito
(Pratikno, 1987: 42) adalah “Interpersonal communication as the sending of
messages by one person and the of messages by another person, of small group of
person with some effect and some immediate feed back.” Komunikasi antarpribadi
adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau
sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik langsung.
Komunikasi antarpribadi dapat dipahami dengan melihat tiga definisi yang
dikemukakan oleh para ahli komunikasi antarpribadi seperti yang dijelaskan
Devito (1997: 231) berikut:
a. Definisi berdasarkan komponen (componential), menjelaskan komunikasi
antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok orang kecil, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
b. Definisi berdasarkan hubungan diadik (relational dyadic), mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua
orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
c. Definisi berdasarkan pengembangan (developmental), komunikasi antarpribadi
dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak pribadi

Universitas Sumatera Utara

(impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada
ekstrim yang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi antarpribadi dapat dikatakan
tidak lepas dari informasi dan waktu komunikasi yang mempengaruhi proses
komunikasi antarpribadi seperti dijelaskan Beebe et al (1996: 6) yakni:
Interpersonal communication is a special form of human communication
that occurs when we interact simultaneously with another person and
mutually influence each other. Simultaneous interaction means that the
communication partners are both acting upon the same information at the
same time. Mutual influence means that both partners are affected by the
interaction: it affects their thoughts, their feelings, and the way the
interpret

2.2.3.1

Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Pendapat lain dari Arni Muhammad (2002:165-168) tujuan komunikasi

interpersonal tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga tidak
perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari, boleh
disengaja ataupun tidak disengaja. Tujuannya adalah sebagai berikut:
1.

Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi antar pribadi adalah menemukan personal

atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain
kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. Adalah sangat
menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita
memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah
laku kita.
2.

Menemukan dunia luar

Universitas Sumatera Utara

Hanya komunikasi antar pribadi menjadikan kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun
banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi
interpersonal.
3.

Membentuk dan menjaga hubungan penuh arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu yang kita
pergunakan untuk komunikasi antar pribadi diabadikan untuk membentuk dan
menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4.

Berubah sikap dan tingkah laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku

orang lain dengan komunikasi interpersonal. Kita dapat menginginkan mereka
memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu,
menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah.
5.

Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang memiliki tujuan utama untuk

mendapat kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada
waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu pada
umumnya hal tersebut adalah pembicaraan untuk menghabiskan waktu.Dengan
melakukan

komunikasi

interpersonal

semacam

itu

dapat

memberikan

keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua
keseriusan di lingkungan kita.
6.

Untuk membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan ahli terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan

Universitas Sumatera Utara

kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang
putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya
diambil dan sebagainya.
2.2.3.2

Komunikasi Antarpribadi yang Efektif
Dalam kajian mengenai efektivitas komunikasi interpersonal Devito

mengungkapkan bahwa: Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan
lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality) (Devito, 1997: 259-264).
1.

Keterbukaan atau openess adalah suatu sikap dimana tidak ada perasaan
tertekan ketika melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai dengan
kesediaan untuk jujur dalam menyampaikan apa yang sedanng dirasakan
dan sedang dipikirkan.

2.

Empati, adalah suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan
bicara, yang ditandai dengan kesediaan mendengarkan dengan sepenuh
hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan
komunikasi.

3.

Dukungan yaitu suatu sikap memberikan respon balikan terhadap apa yang
dikemukakan dalam kegiatan komunikasi, sehingga dalam kegiatan
komunikasi terjadi pola dua arah.

4.

Rasa positif, adalah suatu perasaaan memandang orang lain dalam
kegiatan komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai dengan sikap tidak
mudah menjudge dalam setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi.

5.

Kesamaan, adalah suatu kondisi dimana dalam kegiatan komunikasi terjadi
posisi yang sama antara komunikan dan komunikator, tidak terjadi
dominasi antara satu dengan yang lain. hal ini ditandai arus pesan yang
dua arah.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3.3

Hambatan dalam Komunikasi Antar Pribadi
Tiga aspek yang termasuk dalam hambatan komunikasi interpersonal

menurut Sunarto (2003:17) yaitu :
a.

Hambatan mekanik, yakni hambatan yang timbul akibat adanya gangguan
pada saluran komunikasi, seperti terganggunya saluran magnetik radio
oleh getaran-getaran sehingga pesan yang disampaikan menjadi kurang
jelas.

b.

Hambatan semantik, yang sering terjadi dalam tahap proses komunikasi,
karena berkisar pada masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan
pada tahap-tahap komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada
seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya
gangguan pada komunikator karena salah persepsi.

c.

Hambatan manusiawi, segala masalah yang paling semu dalam proses
komunikasi adalah masalah yang timbul karena berasal dari dalam diri
manusia sendiri. Terjadi karena faktor emosi dan prasangka pribadi,
kemampuan atau ketidakmampuan alat panca indera.

2.2.4 Teknologi komunikasi
Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers, 1986
dalam Lubis (2005: 42), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai alat
perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk
mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain.
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian
pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun
kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, tapi sejak sekarang sudah dapat
diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun di
bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari
perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi,
terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi

Universitas Sumatera Utara

tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi
kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas (Nasution, 1989: 6).
Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktivitas kita
dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab
akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi selalu memiliki
dua aspek, yakni hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan
software (terdiri dari informasi untuk mengoperasikan hardware). Rogers, 1986
dalam buku Agoeng Nugroho (2010: 3) menjelaskan teknologi komunikasi
diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai
sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar
informasi dengan individu-individu.
Seluruh teknologi komunikasi sudah menjangkau pancaindera manusia
seperti sentuhan, penciuman, rasa, pendengaran dan penglihatan. Bahkan
teknologi komunikasi dapat membawa seseorang individu melintasi batas ruang
dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya
(McLuhan, 1965). Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela
dunia atau “a window to the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang
jauh jaraknya tanpa kita hadir langsung di lokasi kejadian (Agoeng Nugroho,
2010: 4).
Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama
dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada
masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun,
istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk
sistem, saluran, perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, di
mana teknologi informasi merupakan bagian dari padanya.
Lubis (2005), menjelaskan bahwa teknologi komunikasi adalah suatu
penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan “Kebersamaan
dalam Makna” (Commonness in Meaning). Dengan demikian, teknologi

Universitas Sumatera Utara

komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya
untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat.
Severin dan Tankard (2007: 305), mengatakan bahwa teknologi
komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang
“revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang
sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah video tape
recorder, video casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan
informasi komputer dengan komputer pribadi di rumah, internet, World Wide
Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi yang mempunyai dampak dramatis yaitu
memberikan

pengguna

kontrol

yang

jauh

lebih

banyak

pada

proses

telekomunikasi dan informasi yang diterima.
Menurut Asch dalam Rakhmat (2001), semua sikap bersumber pada
organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Sikap selalu
diarahkan pada obyek kelompok, atau orang. Hubungan kita dengan mereka pasti
berdasarkan pada informasi yang kita peroleh tentang sifat-sifat mereka, sikap
pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang obyek atau orang
tersebut. Tubbs dan Moss (1996) memperkenalkan suatu fenomena yang disebut
terpaan selektif (selective exposure), suatu kecenderungan untuk memilih
komunikasi yang akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilai anda sendiri.
Contohnya petani ketika memilih untuk membeli telepon, mereka memikirkan
manfaat dan dampak yang mereka peroleh dalam penggunaan telepon.
McLuhan dalam Abrar (1997) mengungkapkan kalau masyarakat pedesaan
ingin memperoleh kemajuan atau perubahan tentang suatu peristiwa, mau tidak
mau mereka harus memilih untuk menggunakan teknologi telekomunikasi.
Menurut Abrar (1997) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melihat
sikap masyarakat menanggapi adanya telekomunikasi, yaitu:
1.

Menolak secara pasif, yaitu tidak menjadikan semua teknologi sebagai
kerangka acuan kehidupan sehari-hari.

2.

Menolak secara aktif, yaitu tidak menggunakan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari jadi bergantung pada cara-cara tradisional

Universitas Sumatera Utara

3.

Menerima teknologi secara pasif, dimana teknologi digunakan pada
kegiatan sehari-hari tetapi tidak menyeleksi teknologi itu terlebih dahulu

4.

Menerima secara selektif, yaitu menjadikan teknologi sebagai kerangka
acuan dalam kehidupan dengan memikirkan baik buruknya teknologi itu

2.2.5 New Media
New Media merupakan perkembangan baru dari media-media yang telah
digunakan manusia. Karakternya yang merupakan bentuk digital tentu
memudahkan dalam bertukar informasi dan berbagai kegiatan lainnya.
Kajian-kajian berbagai aspek tentang perkembangan teknologi telematika
menjadi sangat penting terutama yang berhubungan dengan perkembangan media
baru (new media), karena tidak saja menyangkut basis-basis ekonomi yang perlu
disiapkan, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana konstruksi sosial media
massa memberi konstribusi terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan. Hal
ini nantinya berhubungan dengan dengan persoalan-persoalan difusi inovasi dan
adopsi yang dilakukan masyarakat, dan bagaimana pula media baru mendukung
pergerakan pembangunan masyarakat sebagai subjek perubahan di masyarakat itu
sendiri. (Bungin, 2009: 374).
Kemunculan media baru memberikan dampak yang besar terhadap
kehidupan manusia. Media baru secara langsung telah merubah pola kehidupan
masyarakat, budaya, cara berfikir, dan hampir segala aspek dalam kehidupan
manusia. Perkembangan media ini mendapatkan tanggapan yang beragam, ada
yang pro dan ada yang kontra. Tanggapan tersebut sah-sah saja dikeluarkan
sepanjang pengguna media memahami betul apa dan bagaimana media baru itu
sendiri. Menurut Jan Van Dijk dalam bukunya The Network Society, new media
are media which are both integrated and interactive and also use digital code at
the turn of the 20th and 21st centuries. Dengan kata lain, media baru adalah media
yang memiliki tiga karakteristik utama, yaitu integrasi, interaktif, dan digital.

Universitas Sumatera Utara

Secara karakteristik, media baru sangat berbeda karakteristiknya dengan
media lama. Pada media lama, interaktivitas tidak terjalin dan jarak diantara
komunikator dengan komunikan sangat terlihat sekali. Sebaliknya, media baru
membawa potensi hubungan yang interaktif diantara pengguna serta membangun
hubungan yang setara antara pengirim dan penerima pesan. Kemudahankemudahan yang ditawarkan oleh media baru dapat dilihat sebagai kelebihan atau
sisi positif dari media baru. Tapi kita juga tidak boleh menutup mata bahwa media
baru juga memberikan beberapa dampak negatif yang harus diwaspadai.
2.2.5.1

Internet Sebagai Media Komunikasi
Istilah internet Indonesia adalah istilah-istilah yang diserap dari bahasa

asing karena kemajuan teknologi internet. Mayoritas istilah-istilah tersebut adalah
berasal dari bahasa Inggris, karena dipandang memiliki kekayaan kosakata
internet yang paling luas.
Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin, pada tahun 1969, sebagai
jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya,
ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas, masing-masing di
UCLA, di Standford Research Institute (SRI), di Universitas California Santa
Barbara (UCSB), dan di Universitas Utah Charley Kline, yang terlibat dalam riset
militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project Agency
(Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat) (Fidler,
2003: 150).
Internet menjadi sedemikian populer menjelang 1995 sebagai akibat dari
teknologi-teknologi Mosaic dan Web sehingga jaringan-jaringan konsumer online,
seperti America Online, Prodigy dan CompuServe, mulai memberikan akses net
kepada para pelanggan mereka. Ledakan pertumbuhan kegiatan internet, yang
dalam 1995 semakin meningkat sekitar 10 sampai 15 persen per bulan, akhirnya
dipandang oleh para pakar sebagai tuntutan massa untuk memperoleh bentuk baru
pertukaran informasi (Fidler, 2003: 154).
Menurut Laquey (1997), internet merupakan jaringan longgar dari ribuan
komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah

Universitas Sumatera Utara

menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah
sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet
telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif,
sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah
tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan
komunikasi yang tak dapat diabaikan (Ardianto dan Lukiati, 2004: 141).
Membedakan internet dengan teknologi komunikasi yang lainnya yaitu
tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan
pesannya. Internet merupakan media yang memberi setiap penggunanya
kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Internet
juga dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media
massa, sebagian lagi mengkategorisasikannya sebagai media antar pribadi. Kedua
pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya, karena kedua pendapat
yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakekat internet yang
multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika
seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia
adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang
teman, misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi
juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau
mengkajinya (Vardiansyah, 2004: 106).
2.2.5.2

Jejaring Sosial (Social Networking)
Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen

individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka
berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal seharihari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes
di tahun 1954. Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari
simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat
dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan,
dll.

Universitas Sumatera Utara

Banyak layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan
kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat,
messaging, email, video, audio chat, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain.
Umumnya jejaring sosial memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya.
Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan
pengguna lainnya. Situs-situs dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter,
Youtube atau Yahoo Messenger. Beberapa jejaring sosial memiliki fitur tambahan
seperti pembuatan grup untuk dapat saling berbagi informasi didalamnya. Situs
jejaring sosial yang paling terkenal dan sering digunakan oleh masyarakat
Indonesia yaitu Facebook dan Twitter.
2.2.6 Maintenance Relationship
Menurut

Ayres

(1983)

mendefinisikan

pemeliharaan

hubungan

(maintenanance relationship) adalah menjaga hubungan dalam keadaan stabil,
sehingga mencegah hubungan tersebut dari penurunan atau peningkatan (dalam
Canary, 2003: 10).
Sepuluh elemen pemeliharaan hubungan jarak jauh (dalam Canary 2003:
133) adalah positivity, openness, assurances, sharing tasks, social networks, joint
activities, mediated communication (card or letters or calls), avoidance,
antisocial, and humor. (1) Positivity adalah sikap membuat interaksi yang
menyenangkan atau memberikan pujian. (2) Openness adalah berbicara dan
mendengarkan satu sama lain. Pasangan saling membuka diri dan bertukar
pikiran. (3) Assurances adalah sikap memberikan kepastian atau jaminan tentang
komitmen pasangan. (4) Sharing tasks adalah sikap melakukan tugas dan
pekerjaan yang relevan dalam hubungan bersama-sama. (5) Social networks
adalah sikap menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dan berkenalan dengan
orang-orang disekitar pasangan. (6) Joint activities adalah sikap melakukan
kegiatan dan menghabiskan waktu bersama. (7) Mediated communication adalah
sikap berkomunikasi menggunakan media telepon, teknologi, kartu, maupun surat.
(8) Avoidance adalah sikap menghindarkan diri dari pasangan dalam situasi atau
isu tertentu. Misalnya, menghormati privacy pasangan. (9) Antisocial adalah sikap
yang tidak ramah atau menggunakan kekerasan pada pasangan. Contohnya,

Universitas Sumatera Utara

membuat pasangan merasa bersalah, lalu menunjukkan sikap tidak ramah ketika
pasangan tidak memberikan perhatian. (10) Humor adalah sikap menggunakan
berbagai macam humor untuk membuat suasana menjadi menyenangkan.
Misalnya memberi panggilan yang unik atau sekedar bercerita hal-hal yang lucu
kepada pasangan.
Menurut DeVito (2008: 3) komunikasi interpersonal adalah interaksi
verbal dan nonverbal yang melibatkan antara dua orang atau bahkan lebih.
Sedangkan dalam Canary (2008:4) menjelaskan definisi komunikasi interpersonal
adalah pertukaran simbol yang digunakan untuk mencapai tujuan antarpribadi.
Komunikasi interpersonal sering terjadi tatap muka (face-to-face) seperti interaksi
orangtua dan anak dalam keluarga saat makan malam. Karena kemajuan
teknologi, interaksi saat ini tidak hanya dapat dilakukan secara langsung, namun
juga dapat dilakukan media online.
Teknologi mempengaruhi kehidupan baik secara diprediksi dan tidak
diprekdisi. Ketika seseorang menganggap bahwa pengaruh yang dimiliki
komputer (dan akan memiliki) pada orang yang terlibat dalam suatu hubungan,
hal ini penting untuk memahami bahwa orang-orang yang baru untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Canary, 2003: 141).
2.2.7 Teori Manajemen Koordinasi Makna (Coordinated Management Of
Meaning)
Teori ini dikemukakan oleh W. Barnett dan Vernon Cronen. Mereka
menyatakan bahwa “quality of our personal lives and of our social worlds is
directly related to the quality of communication in which we engage. Asumsi ini
dikembangkan berdasarkan pandangan mereka yang menganggap bahwa
percakapan adalah basic material yang membentuk dunia sosial. Teori mereka,
yaitu coordinated management of meaning, didasarkan pada pernyataan bahwa
persons-in-conversations co-construct their own social realities and are
simultaneously shaped by the worlds they create. Pearce dan Cronen
menghadirkan CMM sebagai sebuah teori praktis yang ditujukan untuk membuat
kehidupan menjadi lebih baik. Tidak seperti ahli teori objektivis lainnya, mereka

Universitas Sumatera Utara

tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa
kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian
utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi.
Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi
cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam
percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan
dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.
Esensi Teori
Para pengguna CMM menyebut diri mereka sebagai social constructionist
karena mereka berpegang pada asumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial itu
bukanlah sesuatu yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan,
dibangun, atau dikonstruksi. Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu
bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are
simultaneously shaped by the worlds they created.
Selanjutnya, secara lebih rinci dikatakan bahwa teori ini mengikuti
beberapa prinsip berikut:
1. The experience of persons-in-conversation is the primary social process of
human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses
utama dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini
dimunculkan

untuk

menyikapi

pendapat

yang

mengatakan

bahwa

“communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting
or important only when it is done poorly or breaks down.” Menurutnya,
komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai
tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan
menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka.
2. The way people communicate is often more important than the content of what
they say. Cara seseorang berkomunikasi sering lebih penting dari pada isi
pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran
yang besar dalam proses konstruksi sosial. Terkait dengan hal ini, bahasa

Universitas Sumatera Utara

disebut Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah
ditemukan dalam penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang
saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan
bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai
sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada
gila, dan sebagainya.
3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the
interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa
yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang
dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce
dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak
jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan.
4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious
participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena
mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan
dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu
berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat
dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena
mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah
kebenaran tunggal.
Para teoritisi CMM membedakan stories lived dan stories told. Stories
lived adalah co-constructed actions yang kita jalani bersama orang lain. Stories
told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived.
Koordinasi (coordination) berperan pada saat kita menyesuaikan stories lived kita
dengan stories lived orang lain sebagai cara untuk membuat hidup menjadi lebih
baik. Kita mencoba menginterpretasikan others stories sehingga mencapai sebuah
coherence –management of meaning. Kedua istilah, coordination dan coherence
tersebut menjelaskan alasan kenapa Pearce dan Cronen menamakan teori mereka
sebagai coordinated management of meaning. Sebagai ahli teori praktis, mereka
ingin membantu orang-orang untuk menginterpretasi apa yang dikatakan dan

Universitas Sumatera Utara

mengkoordinasikan apa mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka
ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.
Kisah-kisah yang kita ungkapkan sangat terbuka bagi banyak interpretasi.
Pearce dan Cronen memberikan beberapa model untuk membantu orang
menggambarkan apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Dua diantaranya
adalah the atomic model dan the serpentine model.
Jika menggunakan atomic model maka diketahui ada 4 konteks yang
berhubungan dengan percakapan sehari-hari, yaitu episode, relationship, identity,
dan culture. Kunci untuk melakukan interpretasi adalah dengan melihat mana
konteks yang mendominasi percakapan tertentu.
Coordination mengacu pada proses dimana orang-orang berkolaborasi
dalam sebuah upaya untuk menyamakan visi mereka tentang apa yang dianggap
perlu, mulia, dan baik serta untuk menghindari perbuatan yang ditakuti, dibenci,
atau dicela. Untuk bisa memadukan tindakan (stories lived) orang tidak selalu
harus koheren dengan orang lain, tetapi mereka tetap dapat memutuskan untuk
mengkoordinasikan perilaku mereka.
CMM bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Salah satu cara yang
disarankan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan
komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis dipandang sebagai sebuah cara untuk
menjelaskan bagaimana persons-in-conversation dapat mencapai the meshing of
stories lived. Bagi Pearce, hubungan interpersonal yang difokuskan pada
komunikasi dialogis akan membuatnya berbeda dari sekedar debat, diskusi, atau
ceramah. Komunikasi dialogis berarti berbicara dalam cara yang memungkinkan
orang lain untuk mendengarkan, dan mendengarkan dalam cara yang
memungkinkan orang lain untuk berbicara. Jadi dalam komunikasi dialogis, tidak
ada satu pihak bersikap acuh terhadap pembicaraan orang lain atau sebaliknya
yang mendominasi dan menghambat orang lain untuk berbicara.
Asumsi :

Universitas Sumatera Utara

1.

Manusia hidup dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi, yaitu manusia
hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang
sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami
proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989) berpendapat bahwa
komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia
dari yang seharusnya. Maksudnya kita hidup dalam komunikasi. Para
teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak
belakang; mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui
interaksi. Oleh karena individu-individu menciptakan realitas percakapan
mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. Pandangan
ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan
pandangan mereka yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang
komunikator.

2.

Manusia saling menciptakan realitas sosial: kepercayaan bahwa orangorang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut
sebagai konstruksionisme sosial (social construction). Realitas sosial
(social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna
dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.

3.

Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpersonal :
makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang
berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik
ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam
penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu
menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu
kita dalam penemuan kita mengenai orang lain. Ketika dua orang sepakat
mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai
makna interpersonal (interpersonal meaning).
Makna pribadi dan interpersonal didapatkan dalam percakapan, sering kali

tanpa dipikirkan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

1. Isi/Content : merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan
menjadi makna. “aku mencintai kamu” menyiratkan informasi mengenai
reaksi A ke B
2. Tindak Tutur/Speech Act : dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini,
Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagai ”tindakantindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya : bertanya,
memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak
tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan
konfigurasi ini dibangun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari
bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. “ Aku mencintai
kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan.
3. Episode : untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen (1980)
membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahan,
dan akhir yang

jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan

konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh
dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan
sutau tingkat penadaan (punctuation) yang terkoordinasi. Pearce (1976)
berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor
dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episodeepisode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode
sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan,
yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode
harus dilaksanakan.
4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract) : dimana dua orang menyadari
potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan
dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku.
Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan (enmeshment) untuk
menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai
bagaian dari suatu sistem.

Universitas Sumatera Utara

5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi) : kelompok-kelompok episode
masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat
dikelola bersama dengan orang lain.
6. Pola Budaya/Culture Patterns : Pearce dan Cronen (1980) menyataka bahwa
manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam
kebudayaan tertentu.
Koordinasi dipengaruhi beberapa hal :
1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap
tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting (Pearce 1989).
Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri
dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur
percakapan.
2. Sumber daya yang pada seseorang (resources), mereka merujuk pada
”cerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk
memaknai dunia mereka” (Pearce, 1989: 23). Sumber daya juga termasuk
persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi
dalam realitas sosial mereka.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Model Teoritik

Maintenance Relationship
Teori Manajemen Koordinasi
makna

Keluarga

Komunikasi Antarpribadi

TKI

Teknologi
Komunikasi

Teknologi
Komunikasi lama:

Teknologi
Komunikasi Baru:

Telepon, SMS, Fax,
dll

Internet, jejaring
sosial (Facebook,
Twitter, E-mail,

Gambar 2.1 Model Teoritik

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat Lama)

1 27 149

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 3 15

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 6

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 5

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 28