Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat Lama)

(1)

Pedoman Wawancara

1. Untuk mengetahui Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI Malaysia di Desa Stabat Lama.

- Dalam keluarga, siapa yang menjadi TKI ?

- Seringkah Bapak/Ibu menghubungi keluarga yang bekerja sebagai TKI di Malaysia?

- Berapa kali bapak/ibu berkomunikasi dengan keluarga dalam seminggu? - Siapa yang lebih sering menghubungi terlebih dahulu, bapak/ibu atau

keluarga yang menjadi TKI?

- Berapa lama biasanya Bapak/Ibu berbicara dengan keluarga yang menjadi TKI?

- Bagaimana Bapak/Ibu berkomunikasi dengan keluarga yang menjadi TKI? - Apa yang biasanya bapak/ibu bicarakan ketika berkomunikasi dengan

keluarga yang menjadi TKI?

- Kapan biasanya Bapak/Ibu berkomunikasi dengan Keluarga yang menjadi TKI?

- Bagaimana pengaturan waktu dalam berkomunikasi dengan TKI? - Untuk Apa biasanya menghubungi keluarga yang menjadi TKI?

- Bagaimanakah perubahan komunikasi yang terjadi diantara Bapak/Ibu dengan keluarga yang menjadi TKI?

2. Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi Keluarga TKI.

- Teknologi komunikasi apa yang biasanya digunakan? - Bagaimana Bapak/Ibu menggunakan teknologi tersebut? - Adakah hambatan menggunakan teknologi tersebut? - Bagaimanakah Bapak/Ibu mengatasi hambatan tersebut? - Bisakah Bapak/Ibu menggunakan teknologi tersebut sendiri? - Apakah teknologi komunikasi tersebut milik Bapak/ibu sendiri?


(2)

- Seberapa sering menggunakan teknologi tersebut?

- Teknologi komunikasi seperti apa yang Bapak/ibu gunakan? - Adakah teknologi komunikasi lain yang pernah digunakan?

- Seberapa penting teknologi tersebut dalam upaya komunikasi yang dilakukan?

3. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi dan penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI.

- Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu dengan TKI?

- Apa hambatan yang biasa terjadi ketika berkomunikasi? - Bagaimana biaya yang dikeluarkan untuk berkomunikasi?

- Pernahkah terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi dengan teknologi komunikasi antarpribadi?


(3)

Transkrip Hasil Wawancara Nama : Zulkifli (Informan)

Pekerjaaan : Tukang/penarik becak Hari/Tanggal : 26 Agustus 2015 Lokasi : Rumah Peneliti

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Masuk Wak..

Oh ya ya, hendak maya Ton?

Wak ini masak lupa, tapi ada sedikit yang mau ditanyakan. Okelah, maya yo?

Saya kan lagi penelitian tentang TKI wak, jadikan istri wak ini kan TKI, jadi saya mau nanya seputar hubungan Wak dan istri.

Bisa, bisa…

Sebelumnya. Saya butuh data diri wak, nama, tempat tanggal lahir Nama lengkap wak Zulkifli, wak lahir di Tebasan, 27 November 1952 Kita mulai boh wak? Di dalam keluarga, siapa yang menjadi TKI? Istri wak lah

Sudah berapa lama istri wak jadi TKI? Sepuluh tahun lebih

Disana, apa pekerjaan istri wak? Pembantu rumah tangga

Pindah-pindah bekerjanya selama sepuluh tahun? Tidak, itu-itu aja majikannya

Berarti sudah betah kali lah ya wak?

Memang lah, sayang betul majikannya sama dia, disana majikannya jam 6 pagi sudah berangkat dari rumah, jadi terserahlah… yang penting atas bawah (rumah) sudah selesai, nanti paling anak majikannya pulang jam 10 malam minta dimasakkan, Bi, masak tomyam, katanya, ya… masakkan, satu lagi anak yang


(4)

kecil itu, Bi, masak mie, masakkan juga. Kalau sudah siap atas bawah (rumah)nya itu, udah bertandanglah dia itu, ngerumpi dengan tetangga disana.

Berapa kali biasanya wak berkomunikasi dengan istri? Hampir setiap malam.

Hampir tiap malam Wak? Enggak mahal pulsa?

Kalau dari sini mahal lah, tapi kalau isteri Wak nanti bisa 10 Ringgit setengah jam-an. Masih bisa dijangkau untuk nelepon

Berapa lama biasanya Wak berkomunikasi dengan isteri? Ada lah setengah jam-an

Apa yang biasanya dibicarakan kalau nelponan dengan isteri wak?

macam- macam yang diomongkan, mulai kabar, kabar penting tu, kabar yang pertama kali Wak tanyakan kalau setiap menelepon, takut kalau sudah letih kali isteri Wak itu bisa sakit, jaga-jaga kesehatan Wak bilang, kalau sehat semua pekerjaan bisa dikerjakan kan, tapi sekarang lebih banyak tanya tentang Feri (anak), dia kan juga kerja di Malaysia, macam mana kabar Feri? Ada masalah lagi Feri ?, tapi kemarin itu Wak telepon, maya bang? Abang call tadi kan? Mana kau ni Bu? Ini lagi ngerumpi dengan kawan- kawan, udah siap kerjamu? alah tak usah kerja sajalah, dia (isteri) itu cepat bangun pagi, udah start dari jam empat, yang teriknya gosok pakaianlah nanti itu.”

Selain kabar, hal lain yang biasannya wak bicarakan istri, kan hampir setiap hari wak nelpon?

Biasanya tentang pekerjaan wak ditanyanya, waktu anaknya pergi ini lah, si feri, feri kan pergi kesana, nanya kabar feri lah dia sering, cerita-cerita tentang feri aja dia, apa ada masalah lagi feri? ada juga macam kemarin itu, Wak ditelepon, dimana ini bang ? katanya. Ini lagi di rumah, habis anak- anak itu ambilinnya rambutan, udahlah belum masak, aku bilang bentar- bentar lagi, aku pulang narik taka da bersisa lagi rambutan tadi (tertawa), udah itu, nanyak lagi, udah nolak pisang bang ? udah tadi tiga tandan, Wak memang nanam pisang dekat- dekat rumah itu, luman kan untuk makan sama jual.

Kalau keluh kesah Wak? isteri Wak kan sudah tua tapi tetap masih bekerja. Isteri Wak ada pernah bilang kalau dia merasa sangat lelah dan ingin pulang ke Indonesia tapi Wak bilanglah sabar-sabar lah disana, Wak pun kadang kasihan sama dia

Itu kan kalau isteri Wak, kalau Wak sendiri pernah mengungkapkan perasaan yang hanya bisa diomongkan dengan isteri?

Pernah, Wak kadang sering dengar orang sini ini menceritain Wak, yang tidak kasihan dengan isteri lah, katanya Wak selingkuh lah ada yang nengok . itulah yang Wak omongkan sama isteri kalau Wak rasa perlu diomongkan.


(5)

Nggak, jauh, delapan jam, feri kan di Selangor, kalau istri wak di K.L Pekerjaannya wak?

Ini,..apa pasang instalasi listrik.

Tapi istri wak punya nomor feri kan?

Nomor feri sana? Wak tahu tapi hilang-hilang di hp ini, entah macam mana hpnya ini,

Kalau Wak, bisa pake semuanya?

Gak. SMS wak gak bisa, nelepon aja lah. Ada salah sikit sama mata Wak ini Bagaimana dengan masalah keuangan? apakah anak wak feri juga ikut membantu?

Tidak, istri wak saja. Kalau feri baru kemarin nelpon. Yah, feri belum bisa ngirim ya yah, masih ada potongan dari gajinya, nnti bulan sebelas, duabelsas baru bisa ngiriminnya.

Jadi, berapa kisaran uang yang dikirimkan istri wak?

Sejuta untuk jajan, ya habis-habis gitu, mana ada lagi duit ini, (tertawa) Apa alasan istri wak pergi kerja ke Malaysia?

Sebetulnya Wak tak tega tengok dia (isteri) ke Malaysia, Wak hari itu yang mau pergi, tapi pas dah ditanya soal kerja disana untuk laki- laki tadak selera wak, lebih baik wak disini… isteri wak pun mau kerja sana, pas pulak kan banyak pekerjaan untuk perempuan, gajinya pun besar, susah kali pun Wak waktu itu. Jadi, wak sama istri wak sama-sama kerja?

Iya, itu pun kurang Ton, kadang-kadang wak pun minta sama istri wak itu, gara-garanya hari itu pas wak masih tinggal ke Tohir itu, wak kan kerja di jawa, jadi koki, habis-habis gitu, semua dijual, kulkas dijual,pulang wak habislah semua, habis pun kontrak jadi kami ngontrak lagi disana, jadi karena lokasi, bisa masak pake kayu , jadi masa ini becaknya agak lancar, cukuplah wak makan, jadi wak telepon istri wak, buk, ada sejuta buk, aku perlu kali lah ini buk, dah dikiriminnya satu juta, itulah wak baru beli gas, blender wak, kalau enggak, ya allah… nol, nol, pinginlah pulak awak makan gulai lemak, aduh, ya allah, nanti tetengok di pajak itu ikan nila, pinginlah rasanya sayur masam, paksa lah giling. Bisalah setengah hari enggak narik, kalau ini kan geeerrr sekali, udah.

Kalau dalam sehari, wak dapat berapa narik becak?

Gak tentu, Ton. Kadang-kadang empat puluh, kadang-kadang enam puluh, kadang lima belas, kadang sepuluh ribu gak tentu. Macam tadi pagi narik orang dapat 15 ribu, dah masuk kantong, pulang masak, hujan saja pun satu hari ini, nanti kalau lagi cerah rezeki kan atok (pelanggan) itu belanja, Evi (pelanggan) itu belanja dapat 25 ribu kadang-kadang Mak siapa itu, eee… belanja ya kan dapat 15 ribu, dapatlah 40 ribu kan, tapi kadang kalau apes kali dapat 10 ribu, kadang-kadang ada orang situ, bawakan aku ke simpang, dapat 5 ribu, tokk…5 ribu itu


(6)

kadang- kadang, hahaha… (tertawa), tapi kalau memang ada rezeki macam baru- baru ini 60 ribu gitu, tak tentu- tentu.

Ketika berkomunikasi dengan istri, pernahkah terjadi pertengkaran?

Tidak pernah, tapi kalau salah paham, gak nyambung ada kadang- kadang, Wak sering geram sama orang disini, wak akan ngomong (mengadu), pant**lah.. anji*** orang itu, nanti dia (isteri) bilang jangan gitu bang, tidak baik, biarkanlah orang cakap apa, jangan begaduh lagi”malah Wak yang sering dinasehatinya. Tapi, beberapa hari yang lalu, ada tetangga dekat situ minjam uang 1,5 juta, Wak telpon lah dia (isteri), oh.. Bu, ada orang yang mau pinjam uang sini ni, ada uang Ibu? Kasikanlah Bu…,Wak kata, Wak kan tulus kali meminjamkan uang sama orang, mau dia bayar pikir hati, macam kita kalau hutang, mau kita bayar, rupanya udahlah seratus, dua puluh, dua ratus dikasinya satu hari, jadi peninglah mikirkan uang yang 1,5 juta itu, awak perlu kali, Wak bilang gitu kan, alahh.. udahlah bang kalau gak bayar biarkan dia gak usah bayar, kalau gak diamkan saja nanti ku kirimin abang lagi, ya, lah kalau kau gitulah orang kau enak disitu itu, udahlah Bang yang sabar saja, gak akan sampai manalah duit itu. Dia bela- bela orang itu bikin Wak kadang salah paham, nanti akhirnya gara- gara orang berantem Wak sana istri Wak, nanti kalau Wak palak, Wak matikan hp itu, ha.., kalau gitu ada, tapi kalau sampai soal abang selingkuh selama aku disini begitu begini itu gak ada.

Teknologi apa yang biasanya wak gunakan ketika berkomunikasi dengan istri?

Cuman pake hp inilah, yang feri kasih ini. Butut (tertawa) Bisa lihat handphonenya Wak?

Nah… (memberikan hp kepada Peneliti) dulu hp ini dipackkan feri, dipaketkannya kemari kan, hp wak Zul kan hilang disini, Fer, feri dah beli hp?udah katanya, yang harga 700 ratus, hp yang lama, yang dari sini dulu, ada…, perlu ayah? Perlu wak bilang, itulah dipaketkannya kemari, hilang- hilang, dipanggilan masuk itu gak ada nomornya, jadi dia ajalah yang nelepon, mana pernah wak nelpon, orang hilang nomornya

Adakah hambatan yang wak rasakan ketika menggunakan hp ?

Tak ada hambatan cuman kadang-kadang namanya juga bekerja, kadang tidak ada waktu untuk menelepon, punya kesibukan masing-masing, Wak pun kadang


(7)

Selain hp, ada lagi yang Wak tahu untuk komunikas ke sana, misal facebook, pernah Wak dengar?

Ahh… mana tahu Wak apa itu, kalau wak ini cari yang wak ngerti aja, kalau yang kek baru-baru ini gak ngerti wak, megangnya pun gak pernah. Hp yang butut ini pun kadang wak gak ngerti, ntah apa-apa yang wak pencet nanti

Apakah harapan wak untuk istri dan anak wak yang jauh bekerja di Malaysia?

Ya..harapan Wak semoga orang itu (isteri dan anak) sehat- sehat disana, untuk Feri (anak) kerja bagus- bagus, kan ada anak isterinya, sudah tau hidup disini susah, kerja bagus- bagus disana, Wak selalu bilang itu sama dia (anak), kalau Wak ini narik becak pun dah cukup makan satu hari, cuman sendiriannya.

Ton. Ada lagi yang mau ditanyakan? Wak mau jemput orang lagi ini.

Oh gak ada wak, terima kasih ya wak udah repot mau datang ke rumah. Nanti kalau ada data yang kurang, bisakan wak ditanya-tanya lagi


(8)

Transkrip Hasil Wawancara Nama : Rismawati (Informan) Pekerjaaan : Ibu rumah tangga Hari/Tanggal : 27 Agustus 2015 Lokasi : Rumah informan

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Asssalamu’alaikum,,,

Wa’alaikumsalam, Ohh, masuk Ton

Maaf Bu, mengganggu santainya Alah, gak apa-apa, tarik kursi itu sini

Iya Bu, jadi gini saya lagi mengerjakan skripsi saya mengenai TKI, salah satu anggota keluarga Ibu kan ada yang bekerja TKI, jadi ada beberapa yang ingin ditanyakan soal komunikasi Ibu dan keluarga dengan TKI

Apa itu yang mau ditanyakan?

Mamak Toni kan TKI?

Iya bu, tapi dalam penelitian tidak boleh menjadikan anggota keluarga sebagai informan, nanti subjektifitas tinggi jadi datanya kurang terpercaya dan tidak ilmiah.

Baik bu, sebelumnya saya perlu data diri ibu, nama, tempat dan tanggal lahir


(9)

Nama ibu Rismawati, Ibu lahir di Pematang Siantar, 7 Maret 1955

Pertaanyaan pertama buat Ibu, di dalam keluarga siapakah yang bekerja sebagai TKI?

Anak Ibu, Novita

Alasan anak ibu bekerja sebagai TKI?

Tidak ada mata pencarian disini, dia (anak) kan pisah dengan suaminya, tidak ada mata pencarian disini, kerjaan pun gak ada yang tetap disini, gajinya pun 800 ribu, 500 ribu di swalayan kan sementara anaknya dua yang mau dihidupinya.

Bagaimana komunikasi Ibu dengan anak ibu tersebut?

Komunikasinya lancar, dalam seminggu kadang dua kali, kadang sekali, kadang sama sekali tidak ada, tapi lancarlah.

Hal-hal apa saja yang biasanya Ibu bicarakan dengan anak Ibu ?

Yang diomongkan biasanya masalah keluarga, masalah anak-anaknya, bagaimana kesehatannya, pendidikannya gimana, maju atau gak, ya gitulah, pendidikan anak- anaknya yang utama

Selain itu, apakah ada hal lain yang dibicarakan dengan Ibu?

Dia pernah cerita, katanya kalau udah ngantuk kali, kami sembunyi dibawah mesin itu tidur, kami biarkan saja barang- barang itu lewat, Ibu dengar itu ketawalah, ya namanya juga ngantuk kan, mana bisa ditahan tapi itu pas waktu awal- awal dia (anak) kerja disana. (tertawa). Selain itu, dia (anak) juga sering cerita tentang pekerjaannya, bagaiman dengan bosnya disana, katanya capek kali kerja, kami seperti budak disini, bosnya agak kasar apalagi orang india, kalian orang-orang indonesia bekerja disini, nanti kalau malam, kalau di Indonesia, semua orang tidur, kami kerja disini, agak iri dia (anak).

Apa pekerjaan anak Ibu di Malaysia? Kerja di Kilang pembuatan mainan anak-anak.


(10)

Bagaimana Ibu melihat pekerjaan anak Ibu itu?

Kerjaannya si sebenarnya kerjaan beratlah namanya juga di kilang, nanti di Indonesia tidur, malam- malam enak tidur, dia (anak) kerja, tapi karena situasi disini tidak menentu kan, biarlah terpaksa jauh dari keluarga, ya kerja beratlah, ini lagi dia sekarang kan kerja di pabrik mainan anak- anak itu, dia dibagian paling utama, bagian paling berat, bagian dekat pabrik, dekat mesinnya itu, angkatin timahnya itu katanya kedalam, ya sungguh beratlah.

Kapan biasanya anak Ibu menelepon?

Kadang pagi pulang kerja, kalau dapat shift malam nanti kan, nanti jam lima, jam enam dia nelepon, kalau dia (anak) dapat kerja siang, ya dia (anak) neleponnya sore tapi yang sering pagi.

Bagaimana Komunikasi anak Ibu dengan anggota keluarga lain, misalnya Bapak?

Kalau sama Bapak jarang nelepon, di rumah saja jarang, suami Ibu itu agak tegas orangnya, jadi si novit (TKI) sedikit segan untuk komnikasi dengan Bapaknya, kalau ngomong, kalau ada perlu saja. Bapak sedikit berubah sikap dengan anak ibu itu setelah perceraian anak Ibu itu. Anak Ibu itu udah tinggal sama Ibu semenjak dia (anak) cerai dia suaminya.

Pernahkah terjadi kesalahpahaman ketika berkomunikasi dengan anak Ibu tersebut?

Tidak pernah, baik-baik saja kalau telepon, nanti sebentar sama Ibu sebentar sama dua anaknya itu.

Kalau komunikasi dengan anak Ibu, teknologi komunikasi apa yang biasa digunakan?

Ya handphone, inilah handphone Ibu yang biasa dipake untuk nelepon (menunjukan handphone kepada peneliti), hari itu Ibu beli 800 ribuan lah, ini


(11)

cuman untuk nelepon dan SMS saja tidak bisa yang lain, karena kami (dirinya dan suami) gak tahu pake-pake,.. apa namanya tu? He’ee facebook, sama kami gak ada, tapi sama keluarga ada, family Ibu, anak- anak kakak Ibu yang di Medan, yang di Pekanbaru sering facebook-kan sama dia (anak), sekarang sama Karina (cucu), bisa dia itu kan, sama Raja (cucu) juga itu sering dia facebook-kan.

Adakah hambatan dalam penggunaan handphone tersebut?

Tidak ada, hanya sinyal dari sini kadang, kadang hilang timbul, suaranya putus-putus gitu tapi keseringan dari sini gangguan, dari sana lancar-lancar saja. Ngomongnya jadi gak puas kita.

Bagaimana Ibumengatasi hambatan tersebut?

Ya, Sabar-sabar sajalah. Kita kan juga tahu itu karena pekerjaan, dia kan pasti capek. Sudah ada saja menelepon dalam seminggu sudah sangat baik.

Oke bu, karena sudah sore dan data yang diperlukan sudah lengkap, saya pamit. Terima kasih banyak Ibu


(12)

Transkrip Hasil Wawancara Nama : Siti Khadijah (Informan) Pekerjaaan : Ibu rumah tangga

Hari/Tanggal : 31 Agustus 2015 Lokasi : Rumah informan

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Assalamu’alaikum

Wa’alaikumsalam, maya Ton?

Ini Alang ada yang mau ditanyakan kejap Nanya maya?

Ada sedikit Alang tentang kuliah

Kejap boh, Alang letih kali ne baru pulang. Alang pe bukan tahu-tahu jawabnya.

Bukan apa-apa Alang cuman seputar komunikasi Alang sama anak Alang yang di Malaysia. Sebelumnya saya mau nanya tentang data diri Alang, nama lengkap sama tempat tanggal lahir.

Siti khadijah, 23 April 1960

Di keluarga, anak Alang yang jadi TKI? Iya, anak Perempuan Alang paling besar.


(13)

Udah lebih tiga tahun. Sama-sama hari itu dia dengan anak keleng yang gak jadi pergi itu.

Jadi selama ini, bagaimana komunikasi Alang sama anak Alang?

Sering juga lah Mala (TKI) telepon, dalam seminggu, ada lah dua sampai tiga kali nelepon dia (anak) tapi kadang- kadang tak sempat terangkat, kadang- kadang Alang kan ke Ladang gak terangkat kalau handphonenya tinggal di rumah, kadang- kadang handphonenya kan dibawa adiknya kerja, tak didengarnya ada telepon kalau lagi kerja.

Ohh ya, iya, biasanya apa yang diomongkan sama anak Alang?

Ya ngomomg Malaysia lah, biasanya macam mana disana? Sehat atau tidak, enak mak, tidak capek katanya, terkadang sama- sama nangis kami di telepon karena rindu, si Erna (adik) pun ikut nangis, (tertawa), dia (anak) sudah enak disana karena sudah diangkat jadi kepala bagian dia (anak), kan nanti itu ada satu orang yang ditunjuk untuk jadi kepala bagian jadi dia (anak) enggak perlu kerja lagi cuman lihat- lihat dan periksa hasil kerjaaan atau barang yang sudah masuk, nanti kalau dia (anak) bilang udah bagus barang tadi baru bisa lewat barang itu.

Apakah ada hambatan dalam komunikasi?

Tidak ada, tapi macam ada yang kurang antara ngomong lihat mukanya sama pake telepon, kalau di telepon cuman bisa dengar suaranya saja, biasanya kan bisa lihat mukanya kalau di rumah, bisa dengar suaranya, bisa lihat apa yang dia (anak) buat, ada yang kurang lah, tapi syukur juga kan masih ada handphone, masih bisa tahu kabarnya disana, terkadang, Alang kan kurang jelas dengar di handphone itu jadi terkadang bisa nggak nyambung apa yang Alang jawab sama yang anak Alang Tanya, kalau udah begitu lucu kan (tertawa) tapi lancar, sering dia (anak) nelepon. Kadang pun Mala gak bisa nelepon karena letih habis kerja, jadi nunggu lah kalau mau ngomong, sampai ada waktu untuk nelepon.

Dengan komunikasi yang sesering itu, pernahkah terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi?


(14)

(tersenyum sejenak) Tidak ada, tapi pernahlah Mala ku merepet (marah- marah), ia kan kadang- kadang susah kali mau nge-hp ke sini, nanti macam Alang tadi bilang, kadang Alang ke ladang, hp kan tinggal di rumah tak terjawablah, adiknya pun sama bukan di dengarnya nanti, ia kan kerja. Merepetlah (marah- marah) dia (anak), mana ja orangnya ini tidak diangkat- angkatnya hp katanya.

Dalam komunikasi, biasanya pake apa Alang?

Yon lah Hp Erna. Wak pake hp Erna itu, macam orang-orang pake itulah, kalau Wak lihat gak ada untuk pencet-pencetnya, kaca semua di depannya, adalah seukuran segini (menunjukan kira-kira ukuran handphone dengan tangan), hari itu Erna beli adalah sejutaan harganya

Bisa Alang pakenya?

Mana bisa Alang, nanti kalau Mala (anak) itu menelepon, ya Erna (anak) yang menyambutnya, baru Alang bisa nelepon. Memegang saja jarang, Alang tidak ngerti-ngerti pake handpone itu, hari itu pernah Alang diajari Erna (anak), tekan tombol yang ini untuk orang telepon katanya, tekan tombol ini untuk ini, tak ada yang Alang ingat.(tertawa).

Kapan biasanya anak Alang telepon?

Biasanya kalau lagi cuti, pulang kerja itu kadang- kadang dia (anak) mau nelepon, kan letih habis kerja, keseringan kalau ada cuti, dia (anak) gak kerja bisa dia nelepon sampai setengah jam lebih, macam- macam yang diomongkan sama adiknya itu.

Selain nanya kabar, ada hal lain yang biasanya diomongkan sama Alang? Ada lah dia (anak) cerita, Mak kalau disini gak boleh lambat- lambat kalau kerja nanti kena marah, disini Mala kerja ngecek barang, harus betul- betul dilihat mak kalau tidak nanti disuruh keluarkan lagi barangnya, Mala pernah mak bolak- balik masuk keluarkan barang, itu karena kurang teliti, kena marah sama bosnya jadinya, tapi lucu jadinya mak, semua kawan- kawan pun sama kena marah juga,


(15)

Alang dengar itu rasanya kasihan, tapi dia (anak) mau kali bantu- bantu Alang, tengok lah Alang kan susah.

Pertanyaan terakhir Alang, harapan Alang sama anak Alang disana apa? Baik- baik dia (anak) disana, kalau memang tidak kuat lagi kerja , pulang lah jangan dipaksakan kali, yang penting sehat disana.

Terima kasih Alang atas waktunya. Gak enak jadinya ganggu jam istiraha t Alang.


(16)

Transkrip Hasil Wawancara Nama : Soraya (Informan)

Pekerjaaan : Pedagang Hari/Tanggal : 31 Agustus 2015 Lokasi : Rumah informan

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Bu, Bisa wawancara sebentar, gak lagi sibuk kan? ya, ya, ayo duduk

Gini Bu, saya lagi penelitian untuk skripsi tentang komunikasi TKI, jadi ada yang saya inginkan ke ibu mengenai ini.

Tapi apa yang Ibu tahu ajalah ya

Sebelum ke pertanyaan bu, saya menanyakan biodata ibu dulu, nama lengkap Ibu, tempat dan tanggal lahir?

Nama Ibu soraya, lahir ibu di Pertumbukan, 29 Juni 1980

Saya mulai ya bu, yang menjadi TKI siapa ya Bu?

Adik Ibu, si Ijam tu, toni tahu kan orangnya yang mana, sering dulu di amain-main kesini.

Sudah berapa lama Bu? Dua tahun lebih.


(17)

Alasan adik ibu hari itu pergi ke Malaysia?

alasannya, dia (adik) kan hari itu pergi pas lagi runyam rumah tangganya, pas udah diceraikan suaminya itu langsung dia (adik) berangkat ke Malaysia, sedih kali lah kami lihat dia (adik), hari itu emak kami kan masih ada, di bandara tersengkuk- sengkuk dia (adik) nangis, habis dipelukinya kami semua, sedih kali lah Ibu lihatnya, sebetulnya dengan kerja itu sedikit- sedikit dapat dia (adik) lupakan masalahnya

Bekerja dimana?

Kerja dia (adik) disana di pabrik alat- alat elektronik

Bagaimana komunikasi Ibu dengan adik Ibu itu?

Lancar, seminggu tiga kali dia (adik) menelepon, apalagi pas hari itu masih ada emak kami, awal-awal dia kerja, hampir tiap malam dia (adik) menelepon, sekarang agak berkurang lah sedikit dia (adik) menelepon, sudah bisa dia beradaptasi lah istilahnya, udah gitu udah sibuk kerja dia.

Kapan biasanya menelepon?

Biasanya dia menelepon malam sekitar jam tujuh disini, biasanya habis pulang kerja dia (adik) langsung menelepon, kalau dapat jam malam, pagi dia (adik) menelepon tapi kalau sudah capek kali katanya kadang dia (adik) tidak menelepon, tidur katanya,

Siapa yang lebih sering nelepon?

kalau siapa yang lebih sering menelepon, adik Ibu lah, kadang- kadang Ibu juga kalau ada keperluan, ya, kadang-kadang kan kalau namanya kita berdagang ada


(18)

sedikit kekurangan modal, Ibu biasanya nelepon adik Ibu itu, Oh, Jam, pinjam dulu aku uang mu sekian misalnya (memperagakan), dikasinya

Hal-hal apa saja yang biasa dibicarakan?

kalau sama Ibu ya gitu-gitu aja, kabar, macam mana dia disana, apakah kerjanya lancar.

Biasanya pake apa menelepon?

Iya kalau Ibu pake HP saja, macam gitulah hp Ibu, macam anak-anak kan (tertawa), tapi ibu suka handphone yang kayak gitu. Ibu pake hp untuk nelepon sama sms aja. Ibu gak tahu menggunakan Facebook itu, Lia (anak) yang tahu pake facebook itu, dia (anak) sering facebook-kan ke sana, nanti sesekali kan ibu lihat foto- foto adik Ibu itu sama kawan- kawannya. Pertama kali melihatnya setelah sempat sebulan berpisah, badannya lebih gemuk dari sebelum dia (adik) pergi ke Malaysia.

Ibu tahu Facebook?

Tahu, Lia itu sering recok kali kalau facebook-kan sama adik Ibu, kalau Ibu gak tahu cara pakenya, tahu Ibu, facebook cuman untuk lihat foto-foto aja

Apakah ada hambatan dalam komunikasi?

kadang susah kali dia (adik) nelepon, letih katanya pulang kerja. Ibu pun pernah nanya, gak mahal pulsa untuk nelepon ke sini Jam? Tidak Kak, katanya. Sepuluh ringgit bisa setengah jam nelepon Kak, katanya.

Adakah perbedaan dalam komunikasi?

Dulu beda Ibu rasa komunikasi dengan adik Ibu itu, masih ada ditutup- tutupinya, tapi sama emak kami nggak, dari mamak Ibu itulah nanti Ibu tahu cerita tentang dia (adik), tapi sekarang baru mau dia (adik) cerita, macam mana bosnya disana, ada laki- laki sana yang suka dengan dia, macam- macam lah, kalau ada laki-laki


(19)

yang suka sama dia, Ibu bilang, suka kau sama dia?,adik Ibu cuman ketawa-ketawa aja, belum lagi lah Kak, katanya. Ibu pun udah ngerti maksudnya itu, adik Ibu tu kan baru bercerai, muda kali masih rumah tangganya, tapi ya sudahlah.

Apakah ada hambatan dalam menggunakan handphone?

Bedalah rasanya, kalau ngomong langsung kan dapat kita lihat wajahnya, kalau pake telepon cuman suaranya yang bisa didengar, agak- agak khawatir kita kan, tapi gak apa- apalah, setiap telepon Ibu selalu bilang sama dia (adik), baik- baik kau disana, kerja bagus- bagus, itu sudah membuat lega sedikit

Apa harapan Ibu kepada adik Ibu ?

Harapan Ibu supaya dia (adik) baik- baik disana, bekerja yang bagus karena itu kan Negara orang, yang penting bisalah dia (adik) menjaga dirinya sendiri.


(20)

Transkrip Hasil Wawancara

Nama : Zainal Abidin (Informan Tambahan) Pekerjaaan : Serabutan

Hari/Tanggal : 11 Oktober 2015 Lokasi : Rumah Peneliti

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Siang Pak, maaf menganggu Gak apa-apa, duduk

Bisa saya minta waktunya sebentar? Bisa, ada apa?

Begini Pak, saya kan sedang mengerjakan skripsi saya mengenai TKI, jadi saya ingin bertanya ke Bapak mengenai hal ini.

Kemaren kan udah sama Ibu?

Benar Pak, tapi untuk keabsahan data diperlukan sumber lain

Udah sama kan saja punya Bapak dengan Ibu kemaren.

Nggak bisa Pak, saya hanya membutuhkan waktu sebentar untuk wawancara.


(21)

Nama saya Zainal Abidin. Lahir di Stabat Lama, 17 Agustus 1960

Di keluarga Siapa yang TKI Pak? Anak saya

Alasan lebih memilih bekerja di Malaysia?

Disini kan susah untuk cari kerja, tambah lagi dia punya dua anak

Disana, bekerja dimana?

Di kilang untuk buat mainan anak-anak kalau gak salah

Bagaimana komunikasi Bapak dengan anak bapak?

Kalau sama Bapak jarang ngomong, kadang-kadang aja kalau ada yang mau diomongkan, biasanya kalau nelepon ngomongnya sama Ibu dan anak- anaknya saja, kalau sama Bapak cuman sekadarnya saja

Adakah masalah dengan Bapak?

Gak ada, komunikasi Bapak dengan anak Bapak Novit (TKI) itu lancar.

Terus kenapa Bapak jarang berkomunikasi dengan anak Bapak?

Mungkin karena Novit itu lebih dekat sama Ibu jadi ngomong apapun pasti ke Ibu dulu, Bapak cuman sekedarnya saja, Bapak lebih keras mungkin sama semua anak Bapak, dia (anak) agak takut sama Bapak, lagi pun dia (TKI) anak perempuan lebih dekat sama Ibunya dari dulu. Dua anak dia (TKI) pun Ibu yang lebih banyak jaga, paling kalau Bapak cuman ngantarkan orang itu sekolah, ngaji, kalau apa-apa maunya semuanya sama Ibu urusannya. Bapak kerjanya cuman pigi ke ladang (tertawa).

Berapa kali dalam satu minggu berkomunikasi Pak?

Seminggu kalau gak salah bapak dua kali ada lah. Bapak lihat si Karina sama Ije nelepon.


(22)

Dengan apa biasanya berkomunikasi?

Pake handphone lah, biasanya kan cuman pake hp ngomong ke Malaysia sana. Ini hp Bapak (menunjukan kepada peneliti)

Ada pake media yang lain, mungkin Bapak tahu?

Kalau pake yang lain, apa namanya itu sekarang, si Karina (cucu) sering kali, Tok buat facebook Tok katanya, Bapak hp saja tidak tamat makenya

Apa yang menghambat komunikasi?

Waktu yang terbatas untuk komunikasi, kadang capek mungkin dia, kadang anak-anaknya nanya, Bapak jawab sebentar lagi ibumu telepon, Bapak bilang sama Karina itu, kalau dia tiba-tiba rindu nanya kenapa jarang sekali ibu mereka untuk menelepon,Bapak bilang kan sama mereka, ibu lagi kerja disana cari uang untuk kalian , sebentar lagi nelepon itu.

Adakah yang menghambat dalam menggunakan handphone?

Kalau Bapak pake hp ini bisalah sikit-sikit, tapi cuman tahu angkat telepon, buat sama baca sms, lain gak tahu lagi (tertawa)

Apa harapan Bapak terhadap anak Bapak tersebut?

Bagus-bagus kerja disana, Kalau Bapak nelepon selalu Bapak kerasin dia (TKI), dia kan udah pisah sama suaminya, jadi betul- betul kerja disana, dia (TKI) kan punya anak dua, harus Bapak kerasin, Novit (TKI) anak Bapak itu ada sedikit bandal- bandalnya (tertawa), kau punya anak, jadi betul- betul kerja disana kata Bapak.”


(23)

Transkrip Hasil Wawancara Nama : Ernawati (Informan Tambahan) Pekerjaaan : pekerja di Swalayan

Hari/Tanggal : 10 Oktober 2015 Lokasi : Rumah informan

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Erna, ada waktu sebentar? ada apa bang?

Ada sedikit ini Erna tentang skripsi, ada yang mau ditanyakan sama Erna? Maaf ya menganggu malam minggunya.

Nggak Apa-apa Bang, apa yang mau ditanya?

Sebelumnya mau nanya tentang nama lengkap dan tempat dan tanggal lahir Ernawati, 24 Mei 1995

Erna kan dekat dengan kak mala, jadi pertanyaannya berhubungan dengan komunikasi erna kesana. Kakak sudah berapa lama menjadi TKI?

Udah lebih tiga tahun Bang Kerja apa disana?

Kerja di kilang western


(24)

Kak Mala cerita udah enak dia kerja di sana, sudah enggak terlalu capek Bagaimana komunikasi Erna dengan kakak?

Komunikasinya lancar, Bang, seminggu dua tiga kali kak Mala telepon. Langsung ke Erna?

memang biasanya kalau telepon ke hp Erna, kan di rumah hp cuman satu, mamak Erna bukan tahu pake hp

jadi kalau tiba-tiba Kak Mala mau menelepon ke mamak Erna?

Erna dulu lah yang jawab, jadi kalau Erna lagi kerja, Kak Mala telepon mau ngomong sama mamak nanti malamnya baru Kak Mala telepon lagi, tapi kadang- kadang hpnya Erna tinggal atau kadang- kadang Erna dapat shift sore sampai malam, baru nanti kalau Kak Mala nelepon bisa langsung ngomong sama mamak. Biasanya hal-hal apa yang dibicarakan?

Kalau ngomong sama Erna biasanya ngomongi bagaimana dia kerja disana, macam mana kerjanya, enak atau tidak, capek atau tidak, seputar itu, kadang- kadang ngomongnya coba pake bahasa melayu Malaysia, nanti ketawa- ketawa itu kan gak pernah pake bahasa itu lucu jadinya

Selain pake handphone, adakah media komunikasi lain yang digunakan? Selain melalui telepon, Erna juga punya facebook jadi bisa ngomong sama Kak Mala melalui facebook. Itu pun kalau Kak Mala lagi aktif di facebook, dia kan gak selalu aktif kan, paling pake facebook itu untuk lihat- lihat foto-fotonya, biar enggak cemas kali.

Kenapa cemas?

Mamak itu kalau berkurang aja jadwal Kak Mala telepon, langsung nanya- nanya cemas, kenapa gak nelepon- nelepon Kak Mala, nanti kenapa- kenapa Kakakmu disana, macam- macamlah pikiran mamak Erna itu.


(25)

Berapa lama biasanya nelepon?

termasuk lama juga kalau ngomong tapi lebih lama kalau ngomong sama mamak, kalau cerita sedih- sedih gak pernah, paling kalau udah raya nanti, nangis- nangisan kami di telepon.

Enggak pernah sama Bapak Erna?

Paling ya gitulah Bang, yang sering ngomong sama Kak Mala, Erna sama mamak. Kalau Abah jarang ngomong sama Kak Mala, malas katanya kalau nanti Abah ditawari ngomong sama Kak Mala, tapi Abah tahu apa yang biasanya kami omongin di hp sama Kak Mala.

Adakah hambatan dalam komunikasi?

Hambatan komunikasi itulah Bang, bukan setiap hari bisa Kakak nelepon, ada waktunya kalau mau nelepon kesini, kalau sama Erna ngomong ya lancar- lancar aja, tapi kalau sama mamak baru lah, suara mamak itu bisa kedengaran keluar rumah, mamak kan ada sedikit masalah dengan pendegarannya, kadang- kadang jadi gak nyambung ngomong di hp bikin lucu dengarnya, terus suara Kak Mala di hp itu dah keras, masih kecil katanya (tertawa), apalagi nanti kalau udah di loud speaker kan agak sedikit pecah suaranya makin gak kedengaranErna pun Kerja, Kak Mala pun kerja. Ya ngertilah Bang, capek mungkin.

Pernah Gak marah-marahan sama Kak Mala?

kalau marah kayak salahpaham gitu pernah, gara–gara Erna silentkan suara hpnya dan lupa untuk membalikan ke normal lagi, jadi adalah sepuluh kali panggilan tidak terjawab dari Kak Mala, jadi Kak Mala marah- marah, katanya udahlah dia susah untuk nelepon kesini, karena dia kerja kan, gak diangkat- angkat pula hpnya, panjang lebar lah Kak Mala marah.

Kalau hambatan lain?

Kalau hambatan lain gak ada, Bang, kalau komunikasi kan cuman pake hp sama melalui facebook jadi gak ada hambatan karena kan udah tahu makenya.


(26)

Transkrip Hasil Wawancara

Nama : Raudatul Akmalia (Informan Tambahan) Pekerjaaan : pelajar

Hari/Tanggal : 10 Oktober 2015 Lokasi : Rumah informan

Tujuan Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI

Lia, boleh nanya-nanya sebentar? Boleh, bang

Ini berkaitan dengan Bu Ijam yang kerja di Malaysia Ya Bang, apa?

Sebelumnya, nama lengkap lia sama tempat dan tanggal lahir. Raudatul Akmalia, Stabat lama, 20 Februari 2000

Ibu lia udah berapa lama kerja di Malaysia? Dua tahun ada lah bang

Kerja diman disana? Di kilang bang

Lia pernah berkomunikasi dengan Ibu Lia?

Pernah Bang, kalau mamak nelepon ibu, Lia juga nelepon Bagaimana komunikasinya?

Kalau komunikasi sama Ibu (TKI) lancar, Lia ngomong sama Ibu (TKI) itu kalau mamak udah siap ngomong sama Ibu (TKI), itu pun kalau pulsa Ibu (TKI) masih


(27)

ada, Ibu (TKI) biasanya nelepon tiga sampai empat kali dalam seminggu, kalau sekarang udah agak berkurang, dua sampai tiga kali seminggu

Kapan biasanya Ibu nelepon? malam biasanya Ibu (TKI) telepon berapa lama?

Ibu biasanya lama ngomong sama mamak, adalah sampai tiga puluh menit Kalau nelepon dengan Lia, apa saja yang dibicarakan?

Biasanya Lia nanya kabar Ibu (TKI) kek mana, enak gak kerjanya Selain pake handphone, Lia pernah pake media lain?

Facebook lah, Biasanya Lia facebook-kan sama Ibu (TKI) malam Apa yang dilakukan pake facebook?

Lia kan punya tablet ini, dari facebook kan bisa lihat foto- foto Ibu (TKI), kek mana dia kerja, kawan- kawannya. tapi Lia lebih sering ngomentari status sama foto- fotonya di facebook.

Cuman itu?

kalau ngomong lebih sering di hp, kan gak selalu aktif Ibu (TKI) di facebook untuk chat, mamak biasanya itu kepo mau lihat foto- foto Ibu di facebook, ya.. Lia bukakanlah, mamak mana tau pake facebook, dah Lia ajari pun gak ngerti- ngerti mamak.

Coba lihat tabletnya? Bisa Lia pakenya?

Bisa Bang, kalau internetan dari sini aja, gak perlu ke warnet lagi Kalau Handphone Lia, pernah dipake untuk teleponan sama Ibu? Enggak pernah, kalau nelepon pake handphone mamak aja.

Apa hambatan komunikasi yang dirasakan?

Ibu kan tidak setiap hari nelepon jadi komunikasi juga sedikit, tapi walaupun gitu Lia masih bisa ngomong meski gak puas, biasanya Lia minta dibeliin ini itu sama Ibu disana, mintain duit Ibu (TKI) Lia sering (tertawa malu), biarin Lia mintain aja, Ibu (TKI) kan banyak duitnya.


(28)

Gak pernah, malah kalau ngomong sama Lia, ketawa- ketawa kami di telepon, gak pernah sampai marah- marah, Lia bilang aja Ibu (TKI) jadi makin gendut ke Malaysia, kalau dah gitu ejek- ejakanlah Lia sama Ibu (TKI) itu, nanti ngomongi foto- foto di facebook, Ibu (TKI) Lia nanti itu ngejekin Lia, katanya hidung Lia nampak besar kalau di foto, banyaklah yang lucu- lucu kalau udah ngomong sama Ibu (TKI) tapi kalau Ibu (TKI) udah ngomong sama mamak kesoran, gak bisa lah Lia ngomong sama Ibu (TKI).


(29)

DAFTAR REFERENSI

Abdurrahman, Muslan, 2006. Ketidakpatuhan TKI : Sebuah Efek Diskriminasi Hukum. Malang: UMM Press.

Abrar, Ana Nadhya. 1997. Bila Fenomena Jurnalisme Direflesikan.Yogyakarta: Sinar Harapan.

Ardianto, Elvinaro dan K. Erdinaya Lukiati. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Beebe, Stephen et al. 1996. Interpersonal Communication: Relating to others. Boston: Allyn and Bacon.

Budiman, Iskandar, 2004. Membongkar Sistem TKI di Malaysia. Yogyakarta: Ar – Ruzz Yogyakarya.

Budyatna, M & Nina Mutmainnah. 1996. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bungin, H.M. Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

__________________. 2003. Pornomedia, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media.

__________________. 2006. Sosiologi Komunikasi: teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media.

__________________. 2007. Konstruksi Sosial Media Massa, Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana Prenada Media.

__________________. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Cahyana, Yan Yan & Bagong Suyanto. 1996. Kajian Komunikasi dan Seluk Beluknya. Surabaya: Airlangga University Press.

Canary, D. J., & Dainton, M. 2003. Maintaining relationships through communication. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Canary, D.J, Cody, MJ, Manurov,VL. 2008. Interpersonal Communication A Goals Based Approach 4th Ed. Boston: Bedford/ St. Martins’s


(30)

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approach. California: Sage Publication.

Denzin, NK dan Lincoln, YS. 1994. Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications.

__________________. 2000. Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications.

Devito, Joseph A. 1992. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper Collins.

______________.1997. Human Communication. New York: Harper Collinc Colege Publisher.

______________. 2008. Human Communication: The Basic Course. Pearson/ Allyn & Bacon.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT. Reneka Cipta.

Effendi, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________________. 2005. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis: Memahami Media Baru. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Gamble, Teri Kwal., & Michael Gamble. 2005. Communication Works, Eighth Edition. New York: McGraw Hill.

Griffin, EM. 2000. A First Look At Communication Theory, Fourth Edition. Boston: McGraw Hill.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.

_________________. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi disertai contoh praktis riset media, public relations, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.


(31)

Kuhn, Thomas S. 2002. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuntaraf, Jonathan dan Kuntaraf, Kathleen H. Liwijaya. 1999. Komunikasi Keluarga: Kunci Kebahagiaan Anda. Bandung: Indonesia Publishing House.

Lubis, S. 2005. Teknologi Komunikasi dan Pembangunan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

McLuhan, Marshall. 1965. Understanding Media: The Extensions of Man. New York: McGraw Hill.

Moleong, J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

_____________. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, Zulkarimein. 1989. Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang dan Perkembangannya. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Nawawi, Hadari. 2001. Metodologi Penelitian bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Nugroho, Agoeng. 2010. Teknologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Pratikno, Riyono. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Priyambodo, Daru. 2008. Adaptasi Organisasi Newsroom dan Proses Produksi Berita dalam Media Online Berbasis Media Cetak (Studi Kasus Tempo Newsroom). Jakarta: Universitas Indonesia.


(32)

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rohim, Syaiful H. 2009. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam dan Aplikasi.

Jakarta : Rineka Cipta.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setiono, Kusdwirartri. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni.

Severin, W.J dan J.W. Tankard. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

________. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2003. Manajemen, Komunikasi antarpribadi dan Gairah Kerja Karyawan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Kehakiman dan HAM.

Tubbs, Stewart L and Sylvia Moss. 1996. Human Communication. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

West, Richard, Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyudi. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Yin, R.K. 1981. Case Study Research: Design and Methods. Baverly Hills: Sage


(33)

________. 2009. Studi kasus desain dan metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumber lain

Pengiriman tenaga kerja indonesia (tki) ke malaysia Melalui kota semarang (http://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/viewFile/2976/2134) Supriadi, Dedi. 1992. Studi tentang Profil Pelanggan dan Manfaat

Sosial-Ekonomi Telekomunikasi Pedesaan. Jakarta: PT. Telekomunikasi Indonesia.

pukul 19.45 WIB).


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, metode ini adalah metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2006: 66).

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedetail mungkin melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar populasi maupun sampling, yang lebih ditekankan disini adalah persoalan kedalaman (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono : 56-57).

Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Yin, 1981:23). Kasus memiliki batas, lingkup kajian dan pola pikir tersendiri; sehingga dapat mengungkapkan realitas sosial atau fisik yang unik, spesifik serta menantang. Studi kasus banyak mengungkapkan hal-hal yang amat detail, melihat hal-hal apa yang tidak bisa diungkapkan oleh metode lain, dan dapat menangkap makna yang ada di belakang kasus dalam kondisi objek secara natural (Salim, 2001).

Stake membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana memilih kasus ya


(35)

tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, Stake membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

Fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus, hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif (Denzin dan Lincoln, 2000 : 236).

Peneliti memilih menggunakan studi kasus instrumental karena studi kasus ini menguji kasus khusus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini kurang diminati, ia memainkan peran yang mendukung, memfasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus intrinsik dari studi kasus instrumental dan bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya.

Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Kriyantono : 66). Karena itu, studi kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Patrikularistik, yaitu studi kasus yang berfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu.

b. Deskriptif, yaitu hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti.

c. Heuruistik, yaitu studi kasus yang membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interprestasi baru, perspektif baru dan makna baru merupakan tujuan dari studi kasus.


(36)

d. Induktif, yaitu studi kasus yang berangkat dari fakta-fakta lapangan kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti. Objek penelitian ini adalah penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI Malaysia di Desa Stabat Lama.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam wawancara mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti (Bungin, 2007 : 108-109).

Merujuk pada hal tersebut, penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling untuk menentukan informan. Purposive Sampling adalah sebuah teknik yang menyeleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2006 : 158).

Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang dijadikan informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang yang dapat dijadikan informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja mudah untuk diakses. Melalui metode kualitatif, kita dapat mengenal subjek secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan defenisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi. Maka dari itu, Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah semua keluarga di desa stabat lama yang memiliki anggota keluarga berprofesi sebagai TKI Malaysia.


(37)

3.4 Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly (Sugiyono, 2007:68) yaitu:

1. Place, tempat dimana interaksi dalam penelitian berlangsung. Tempat dalam penelitian ini adalah Desa Stabat Lama

2. Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian tersebut. Pelaku dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memilki anggota keluarga berprofesi sebagai TKI.

3. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Kegiatan dalam penelitian ini adalah penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI di Desa Stabat Lama. 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset dalam mengumpulkan data (Kriyantono, 2006 : 91). Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dan tangan pertama di lapangan (Kriyantono, 2006 : 43). Adapun data untuk mendapatkan data primer yaitu:

a. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012: 72) menjelaskan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.

Stainback dalam Sugiyono (2012: 318) mengemukakn bahwa dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang


(38)

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

b. Observasi

Observasi ialah kunjugan ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari perhatian dandapat dilihat secara nyata. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang yang ada dapat diamati dan dicatat (Satori dan Aan, 2012: 106).

2. Data sekunder

Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu (Ruslan 2003:138). Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mencari, melihat, dan membuka dokumen, situs-situs , atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data adalah setiap keadaan harus memenuhi: 1) mendokumentasikan nilai yang benar, 2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2005:302).

Lincoln dan Guba (1986) menyebutkan ”kredibilitas” sebagai analogi bagi validitas internal, transferability sebagai analogi bagi validitas eksternal, dependability sebagai analogi untuk reliabilitas dan confirmability sebagai analogi untuk obyektivitas. Hal-hal tersebut dikenal juga sebagai trustworthiness.

Keabsahan data dengan kriteria derajat kepercayaan dapat dilakukan dengan tujuh teknik yang dikembangkan oleh Moleong (2009: 327) yaitu perpanjangan keikutsertaan, meningkatkan ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan


(39)

anggota. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 3 teknik dari 7 teknik tersebut, yaitu :

1. Meningkatkan ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang akurat dan sitematis tentang apa yang diamati. 2. Triangulasi data

Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber. Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dicek dengan data hasil observasi atau hasil analisis dokumen dan triangulasi waktu dilakukan dengan melakukan wawancara dengan waktu yang berbeda.

3. Pemeriksaan Sejawat

Diskusi dengan dosen dan teman sejawat maksudnya adalah untuk membicarakan proses dan hasil penelitian. Dari hasil diskusi secara informal peneliti memperoleh masukan-masukan baik dari segi metodologi maupun konteks penelitian, sehingga peneliti dapat lebih baik dalam mengambil tindakan selanjutnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, tentu saja memerlukan analisis data berdasarkan apa yang didapat di lapangan. Menurut Boglan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan


(40)

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong, 2009 : 248).

Berdasarkan teknik analisis data di lapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2005 : 92) :

1. Melakukan Reduksi Data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian Data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang

naratif, juga dapat grafik, matriks, network (jaringan), dan chart (Grafik). 3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini, akan dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul dengan baik data primer maupun data sekunder berupa wawancara, pengamatan, serta catatan lapangan. Hasil data yang diperoleh berdasarkan teknik analisis data yang telah dijelaskan sebelumnya, akan disususun membentuk laporan secara sistematis. Selanjutnya data yang disusun akan dibagi menjadi data utama dan data penjelas.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Proses penelitian

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian baik observasi maupun wawancara langsung yang telah dilakukan kepada informan yang telah ditetapkan. Penelitian ini telah berlangsung selama lebih kurang tiga bulan dari bulan Juli 2015 hingga September 2015. Penelitian ini dilakukan kepada setiap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia di desa Stabat Lama. Sebelum melakukan penelitian penulis harus melakukan observasi terlebih dahulu kepada subjek yang ingin dijadikan informan. Adapun karakterisitk informan yang akan dijadikan subjek penelitian adalah:

1. Subjek berasal dari setiap keluarga di desa Stabat Lama yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia.

2. Subjek yang difokuskan adalah orang tua atau suami/ isteri atau orang terdekat dari Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia. Orang tua atau suami/isteri adalah orang paling dekat TKI yang akan memberikan data yang lebih akurat dan terpercaya.

Proses awal penelitian diawali dengan mengajukan judul kepada Jurusan dan disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti melakukan segala persiapan yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan awal diawali dengan melakukan observasi terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai TKI di lingkungan desa Stabat Lama. Persiapan selanjutnya, peneliti membuat pedoman wawancara yang berguna sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada informan mengenai penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi yang digunakan informan.


(42)

Peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Peneliti melakukan pendekatan dengan calon-calon informan. Peneliti mendatangi rumah calon informan satu per satu dan menanyakan kesediaan mereka untuk diwawancarai mengenai penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga denga TKI di Malaysia. Keempat calon informan yang diobservasi menyatakan setuju untuk diwawancara. Meskipun diawal perjumpaan peneliti dengan calon informan, dua diantaranya menolak untuk diwawancarai dikarenakan merasa takut untuk ditanyai hal yang tidak diketahui calon informan. Kemudian, peneliti menjelaskan kepada calon informan untuk tidak perlu takut dan khawatir karena hal yang ditanyakan hanya berhubungan dengan anggota keluarga yang menjadi TKI. Akhirnya, Peneliti menetapkan jumlah informan utama yang menjadi subjek penelitian sebanyak empat orang ditambah tiga orang informan tambahan yang juga berasal dari keluarga TKI. Penambahan informan digunakan untuk melakukan proses triangulasi.

Proses wawancara dilakukan di tempat sesuai dengan permintaan masing-masing informan. Lokasi wawancara lebih banyak dilakukan di rumah informan dan terkadang di rumah peneliti. Waktu penelitian terlebih dahulu ditetapkan bersama-sama dengan cara mencari waktu senggang, sehingga proses wawancara dapat berlangsung dengan lancar tanpa banyak mengalami intervensi. Proses wawancara berlangsung sesuai dengan pedoman wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada informan yang menyangkut tujuan penelitian. Melalui proses wawancara, peneliti akan memperoleh data mengenai informan secara lebih mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai teknologi komunikasi antarpribadi yang digunakan informan dan komunikasi antarpribadi dalam menjalin dan menjaga hubungan dengan keluarga serta bagaimana hambatan penggunaan teknologi komunikasi dan komunikasi antarpribadi keluarga TKI tersebut.


(43)

Informan pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Bapak Zulkifli. Ditengah kesibukan menarik becak setiap harinya, beliau menyempatkan waktu untuk datang ke rumah peneliti.

Pada hari itu, perjumpaan pertama antara peneliti dan informan ini ketika peneliti ingin menuju rumah tante peneliti di kota Stabat. Peneliti menggunakan jasa informan untuk mengantarkan peneliti ke tempat tujuan. Di dalam perjalanan, peneliti membuat janji wawancara dengan informan. “Wak, nanti siang selepas Dzuhur ada waktu untuk wawancara soal yang kemarin?” Informan menjawab, “ oke, bisa, bisa..” Pada awalnya peneliti menyarankan untuk bertemu di kediaman informan tetapi informan menolak dan ia menyarankan untuk melakukan wawancara di kediaman peneliti saja.

Pukul 13.30 WIB, peneliti sudah menunggu kedatangan informan sambil menonton tv dan setelah 30 menit berlalu, sebuah becak masuk di depan rumah. Peneliti langsung membuka pintu. “jadi ?”, tanya informan. Peneliti menjawab “Jadi, masuk Wak…”. Peneliti mempersilahkan informan masuk dan duduk.

Setelah informan duduk, informan melakukan sedikit percakapan sembari peneliti telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk wawancara seperti alat perekam, pedoman wawancara, buku dan alat tulis. Sebelum memulai wawancara, peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian tersebut kepada informan secara jelas. Peneliti melakukan wawancara dengan informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan. Dalam proses wawancara, peneliti menanyakan data diri lengkap informan terlebih dahulu dan latar belakang dirinya.

Ketika Wak Zul sampai di rumah peneliti, Wak Zul tampak sangat lelah karena informan baru saja mengantarkan sewa ke Stabat. Dari wawancara yang peneliti lakukan, Wak Zul memiliki seorang isteri bernama Fauziah yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Ibu Fauziah ini bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Ibu Fauziah sudah menjadi TKI selama 10 tahun. Beliau betah bekerja dikarenakan majikannya di Malaysia sangat sayang


(44)

kepada dirinya. Wak Zul mengatakan bahwa isterinya tersebut sangat rajin bekerja. Terakhir kali Ibu Fauziah ini pulang adalah sebelum Lebaran tahun ini.

Pada saat peneliti menanyakan tentang isteri Wak Zul yang bekerja sebagai TKI, informan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan istrinya tersebut. Berdasarkan penuturan Wak Zul, isteri Wak Zul ini tidak pernah pindah dari pekerjaannya di Malaysia selama sepuluh tahun. Isterinya tersebut merasa betah dan nyaman terhadap majikannya yang sangat menyanyanginya. Wak Zul juga menyampaikan tentang rutinitas isterinya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Isterinya tersebut memulai pekerjaannya pada pukul enam pagi dengan melakukan rutinitas membersihkan rumah dan memasak. Jika malam hari, isteri Wak Zul terkadang harus memasakkan makanan untuk anak majikan tersebut. Wak Zul juga berpendapat semua pekerjaan yang dilakukan isterinya tersebut wajar sehingga jika pekerjaan keseharian isterinya tersebut telah selesai lebih awal, isterinya tersebut dapat pergi mengunjungi para tetangga majikannya tersebut.

Berdasarkan penuturan Wak Zul, dirinya tidak tega melihat isterinya yang bekerja untuk keluarga terlepas dirinya juga bekerja. Pada awalnya Wak Zul lah yang ingin bekerja ke Malaysia namun lowongan pekerjaan bagi laki- laki di Malaysia sangat terbatas pada saat itu, sehingga isterinya yang menyanggupi untuk merantau ke Malaysia. Mereka sepakat agar Wak Zul tetap bekerja di Indonesia dan isteri bekerja ke Malaysia.

Semua keterangan tentang isterinya tersebut Wak Zul dapatkan dengan melakukan komunikasi yang baik. komunikasi antara Wak Zul dan isterinya terpisah oleh jarak sehingga komunikasi antara keduanya menggunakan media komunikasi handphone. Menurut Wak Zul, handphone menjadi satu-satunya alat komunikasi yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan isterinya tersebut.

Ibu Rismawati adalah informan kedua peneliti. Rumah informan dekat dengan rumah peneliti. Sebelumnya peneliti telah membuat janji kepada informan untuk melakukan wawancara. Wawancara peneliti lakukan setelah peneliti menyelesaikan rutinitas mengajar murid peneliti di dekat rumah informan.


(45)

Ketika peneliti sampai di rumah informan, Ibu Ris sedang duduk bersantai di pekarangan rumahnya bersama cucu-cucunya. Informan memangku satu cucunya dan cucu lain bermain dengan sepeda mainan yang dapat mengeluarkan suara mengelilingi teras rumahnya. “masuk”, kata informan. Peneliti yang masih berdiri di depan pagar langsung menghampiri informan. “maaf Bu, mengganggu santainya”, kata peneliti. “ Alah, gak apa- apa, sini duduk” , jawab informan sambil menyeret kursi plastik di dekatnya.

Sebelum wawancara dimulai, peneliti menyatakan maksud dan tujuan wawancara kepada informan. Informan pun menyetujui untuk diwawancara pada saat itu. Peneliti juga mempersiapkan alat- alat yang digunakan untuk wawancara. Peneliti melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses wawancara diawali peneliti dengan menanyakan data diri dan latar belakang informan. Pada saat itu, keadaan wawancara agak sedikit terganggu dengan suara lagu dari sepeda kecil yang dimainkan satu cucu informan.

Ibu Ris mempunyai seorang anak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Anaknya tersebut memutuskan untuk pergi setelah berpisah dengan suaminya. Sebagai orang tua tunggal, anak Ibu Ris tersebut mempunyai tanggung jawab besar terhadap kedua anaknya. Anak Ibu Ris tersebut telah bekerja di Malaysia selama dua tahun di sebuah pabrik pembuatan mainan. Sepeninggal anaknya ke Malaysia, Ibu Ris yang menjaga dan mengasuh kedua cucunya tersebut.

Menurut Ibu Ris dengan semakin mahalnya kebutuhan hidup dan pendidikan, tanggungan sebagai orang tua tunggal sangat berat. Pekerjaan sangat sulit didapatkan anaknya di Indonesia. Jika pun ada, gajinya sangat kecil. Hal tersebut tidak mencukupi kebutuhan makan dan sekolah anak- anaknya.

“Tidak ada mata pencarian disini, dia (anak) kan pisah dengan suaminya, tidak ada mata pencarian disini, kerjaan pun gak ada yang tetap disini, gajinya pun 800 ribu, 500 ribu di swalayan kan sementara anaknya dua yang mau dihidupinya.”


(46)

Informan juga turut prihatin terhadap keadaan dan pekerjaan anaknya tersebut, pekerjaaan yang melelahkan, penuh resiko dan berat. Ibu Ris menuturkan bahwa beliau terkadang kasihan dengan anaknya tersebut, pekerjaan anaknya tersebut disana termasuk kepada pekerjaan yang utama dan paling berat, anaknya tersebut bertugas di bagian dekat mesin, mengangkat timah kedalam. Ibu Ris juga menambahkan bahwa ia sering terpikir anaknya tersebut, apalagi jika menjelang tidur di malam hari, ia berpikir bahwa anaknya pasti sedang bekerja di Malaysia. Namun, Ibu Ris terus mendukung anaknya tersebut, dikarenakan keadaan anaknya tersebut, tidak apa-apa jika terpaksa jauh dari keluarga.

Teknologi komunikasi yang sering digunakan Ibu Ris hanya terbatas pada handphone saja, teknologi komunikasi bagi Ibu Ris sangat membantu keluarganya berkomunikasi dengan anaknya di Malaysia. Informan dapat menggunakan alat komunikasi handphone tersebut dengan baik. ibu Ris juga menunjukan handphone milikinya kepada peneliti. Handphone yang digunakan informan berwarna putih dengan dibalut dengan karet pelindung handphone berwarna biru. Ibu Ris mengaku handphone merk ‘nokia’ tersebut sudah lama ia beli karena kebutuhan untuk komunikasi. Menurutnya terkadang kita berada dalam hubungan jarak jauh satu sama lain sehingga handphone sangat dibutuhkan.

Informan saya yang ketiga adalah Ibu Khadijah atau akrab dipanggil Alang Ijah. Alang merupakan panggilan bagi anak kedua dalam suku melayu. Peneliti sebelumnya belum membuat janji untuk wawancara dengan Beliau. Menemui Alang Ijah sedikit sulit karena Beliau akan pergi bekerja mengambil upahan memotong tebu. Mulai pukul enam pagi hingga pukul enam sore. Peneliti hanya mempunyai kesempatan menemui informan pada malam hari. Sebelum berangkat ke rumah informan peneliti telah menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam wawancara tersebut, seperti alat tulis, buku dan alat perekam.

Malam sekitar pukul tujuh malam, peneliti berangkat menuju rumah informan. Rumah informan tidak jauh dari rumah peneliti sehingga peneliti dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki. Rumah informan berada tidak jauh dari depan gang. Ketika sampai disana, informan sedang menonton televisi sambil lesehan bersama suami Beliau. Peneliti mengucapkan salam dan Alang Ijah


(47)

ditanyakan”, “Tanya maya ?”, balasnya. Peneliti pun dipersilahkan masuk dan bergabung dengan informan duduk di atas sebuah tikar berwana merah. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.

Informan pun bersedia untuk diwawancarai. Meskipun pada awalnya informan enggan untuk diwawancarai dikarenakan merasa tidak mengerti atas apapun yang akan ditanyai. Peneliti pun berusaha memberikan penjelasan kepada informan untuk tidak perlu merasa kaku karena peneliti hanya akan bertanya seputar komunikasi antara Alang Ijah dan anaknya. Peneliti pun memanfaatkan waktu yang ada sehingga tidak terkesan mengganggu waktu istirahat informan. Alang Ijah mempunyai seorang anak perempuan yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Anak perempuannya bernama Rusmala atau biasa dipanggil Mala. Anak Alang Ijah ini bekerja di sebuah kilang (pabrik) Kuala Lumpur. Wak Ijah menuturkan bahwa anaknya tersebut sudah sangat betah bekerja disana. Selama lebih dari tiga tahun, anaknya telah berada di Malaysia.

Peneliti mengawali wawancara tersebut dengan sedikit berbasa-basi dengan menanyakan pertanyaan di luar tujuan penelitian. Hal ini untuk mencairkan suasana yang tampak sedikit tegang dan tidak bersemangat. Peneliti menanyakan tentang bagaimana pekerjaannya berladang dan memotong tebu. Informan mengeluhkan pekerjaannya memotong tebu, menurut Alang Ijah, pekerjaannya tersebut sangat berat dan ia berniat untuk berhenti. Setelah peneliti menganggap suasana sudah sedikit membaik, penelti mengawali menanyakan mengenai alasan kepergian anaknya tersebut. Anak Alang Ijah tersebut pergi atas kemauannya sendiri. Anaknya tersebut mengatakan bahwa ia ingin membantu Alang Ijah dan Abahnya untuk hidup lebih baik. Alang Ijah pun merelakan anaknya tersebut pergi walaupun Alang Ijah merasa berat.

Pada awal kepergian anaknya tersebut, Alang Ijah sangat intens mengetahui kabar anaknya tersebut. Alang Ijah selalu menyuruh Erna (anak) untuk menelepon anaknya tersebut. Teknologi komunikasi yang digunakan oleh Alang Ijah adalah handphone.

Informan terakhir peneliti adalah Ibu Soraya. Rutinitas setiap harinya beliau berdagang. Di tengah kesibukannya, informan menyambut baik peneliti ketika mengutarakan keinginan untuk melakukan wawancara. Peneliti merasa


(48)

sedikit sulit untuk mendapatkan waktu wawancara dengan informan. Peneliti saat itu juga ingin membeli sesuatu untuk dimakan dan melihat melihat keadaan kedai yang lenggang. Peneliti langsung mengambil kesempatan meminta waktu Ibu Soraya untuk wawancara. “ Bu, Bisa wawancara sebentar, gak lagi sibuk kan? Tanya peneliti kepada informan. “ ya, ya, ayo masuk”, jawab informan ambil menuntun ke arah ruang tamu informan. Rumah informan bergabung dengan kedai yang Ibu Soraya miliki. Wawancara tersebut sedikit agak terganggu dengan banyaknya pembeli yang memanggil dari arah depan. Namun, semua dapat teratasi ketika suami Ibu Soraya tersebut yang mengambil alih pembeli.

Sebelum memulai wawancara, seperti yang dilakukan peneliti ketika wawancara sebelumnya, peneliti menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk wawancara, seperti pedoman wawancara, alat tulis dan perekam suara. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan dan maksud dari wawancara tersebut kepada informan. sebelum wawancara dimulai, Ibu Soraya tampak sibuk menyiapakan minuman untuk peneliti.

Mengawali wawancara, informan menanyakan bagaimana kuliah peneliti, apakah berjalan baik atau tidak dan informan juga menanyakan tentang kabar ibu peneliti yang juga bekerja di Malaysia. Peneliti pun merespon pertanyaan informan dengan baik dan sopan. Hal ini wajar karena informan termasuk orang yang sangat dekat dengan ibu peneliti. Berdasarkan penuturan Ibu Soraya, ia mempunyai seorang adik perempuan yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Adik Ibu Soraya bernama Jamila. Adik Ibu Soraya tersebut bekerja di sebuah pabrik pembuatan alat elektronik. Adik Ibu Soraya tersebut telah bekerja di Malaysia selama dua tahun.

Berdasarkan pengakuan Ibu Soraya, adiknya tersebut bekerja ke Malaysia tanpa adanya rencana sedikit pun sebelumnya. Kepergian adiknya tersebut terjadi begitu saja. Awal mula kepergian adik informan bekerja ke Malaysia akibat dari perceraian yang dialami adik informan tersebut. Perceraian itu sangat memukul keadaan adik informan sehingga dalam beberapa minggu saja, adik Ibu Soraya ini memutuskan untuk pergi bekerja ke Malaysia. Alasan dalam diri yang sangat kuat untuk melupakan mantan suaminya tersebut menjadi alasan pertama kepergian


(49)

Untuk membantu komunikasi yang lancar antara keduanya. Ibu Soraya ini menggunakan teknologi komunikasi handphone. Ibu Soraya ini dapat handphone tersebut dengan baik. informan juga menunjukan handphone yang biasanya informan gunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap keempat informan. Kemudian peneliti melakukan reduksi data hasil wawancara yaitu dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari pola serta tema data hasil wawancara. Kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4.1.2 Profil Informan 4.1.2.1 Profil Zulkifli

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Bapak Zulkifli. Bapak yang akrab dipanggil Wak Zul ini lahir di Tebasan, 27 November 1952. Wak Zul yang bersuku melayu ini menikah dengan Fauziah dan memiliki seorang anak laki- laki bernama Feri Ardiansyah.

Pria kurus penyuka gulai masam dan sayur lemak ini dalam kesehariannya bekerja sebagai penarik becak motor. Wak Zul ini tinggal dalam sebuah rumah kecil di desa Stabat Lama. Pria kurus tinggi ini tinggal seorang diri sepeninggal isteri yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Malaysia dan anak satu- satunya yang telah menikah dan tinggal di lain tempat.

Pria yang identik dengan kaca mata hitam ini sebelum bekerja sebagai penarik becak, beliau bekerja sebagai pedagang buah di pajak kota Stabat. Dikarenakan kurang modal, beliau memutuskan berhenti dan pindah ke desa Stabat Lama. Kemudian, di desa Stabat Lama, dengan modal yang diberikan isterinya, beliau membuka kedai sampah kecil dan hal itu hanya bertahan satu tahun. Beliau pun memutuskan untuk menarik becak hingga sekarang.


(50)

Dalam keseharian Wak Zul mulai menarik becak pukul 7 pagi , pria 63 tahun ini mendapatkan hasil yang tidak menentu sehingga tidak mampu menutupi kebutuhan keluarganya. Pendapatan satu hari Wak Zul berkisar 15 ribu rupiah hingga paling besar 50 ribu rupiah. Inilah alasan mengapa isteri Wak Zul ini rela merantau ke Malaysia. Hal yang sama juga dialami putra mereka yang baru menikah. Dengan alasan susahnya mencari pekerjaan dan tuntutan kebutuhan rumah tangga, anak mereka juga memutuskan mengadu nasib ke Malaysia meninggalkan anak dan isterinya.

4.1.2.2 Profil Rismawati

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Ibu Rismawati Manurung. Wanita yang akrab dipanggil Ibu Ris ini lahir di Pematang Siantar, 7 Maret 1955. Wanita tambun berdarah batak ini menikah dengan pria Melayu bernama Zainal Abidin dan memiliki lima orang anak, tiga orang perempuan dan dua orang anak laki- laki. Tiga anak perempuan Ibu Ris ini sudah menikah dan satu diantaranya telah bercerai sedangkan kedua anak laki- lakinya mengalami keterbelakangan mental.

Beberapa bulan belakangan ini, Ibu Ris lebih banyak di rumah setelah 6 bulan lalu Beliau memutuskan untuk pensiun dari rutinitasnya sebagai guru di salah satu sekolah negeri di desa Stabat Lama setelah lebih dari 35 tahun mengajar. Beliau tinggal dengan suami, cucu dan dua anak laki- lakinya. Setiap harinya anak perempuannya yang lain akan berkunjung ke rumah Ibu Ris sehingga Ibu Ris akan banyak menghabiskan waktu bersama cucu- cucunya.

Anak beliau, Novita, telah bekerja sebagai TKI di Malaysia selama dua tahun. Ia bekerja di sebuah pabrik pembuatan mainan. Ia meninggalkan dua orang anak. Ibu Ris pun harus memberikan perhatiannya kepada dua orang cucunya tersebut. Hal itu ia lakukan untuk sedikit membantu kehidupan anak dan kedua cucunya menjadi lebih baik. Ibu Ris sangat mengerti bagaimana anaknya tersebut sangat sulit mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Status janda dengan dua anak menyulitkan mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Setiap bulan, anaknya


(51)

tersebut akan mengirimkan sedikit uang untuk kebutuhan sekolah dan keperluan anak- anak yang ditinggalkannya.

Ibu Ris, di tengah kesibukkannya mengurus rumah dan menjaga cucu- cucunya yang masih kecil, Beliau menyempatkan membantu suami untuk mengelola kebun yang mereka miliki.

4.1.2.3 Profil Siti Khadijah

Siti khadijah atau akrab dipanggil Alang Ijah ini adalah informan peneliti yang terakhir. Wanita berambut keriting ini berasal dari keluarga bersuku melayu. Menikah dengan Muhammad Jamil dan memiliki 3 orang anak laki- laki dan 2 orang anak perempuan. Tiga anak laki- laki Alang Ijah ini telah berumah tangga sedangkan kedua anak perempuannya belum.

Alang ijah tinggal di gang mufakat desa stabat lama dengan suami dan kedua anak gadisnya. Anak perempuan tertuanya berumur 23 tahun telah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Anak Alang Ijah ini telah bekerja di Malaysia selama lebih dari tiga tahun. Ia bekerja di sebuah kilang (pabrik). Anak perempuan keduanya bekerja sebagai kasir di sebuah pusat perbelanjaan di kota Stabat. Alang Ijah berharap anak perempuannya tersebut cepat kembali ke Indonesia. Beliau menginginkan anaknya tersebut cepat menikah.

Kegiatan keseharian Alang Ijah ini adalah bekerja di lahan sawah. Alang Ijah adalah seorang petani. Beliau dan suami mempunyai lahan pertanian di dekat sungai Wampu. Selain bekerja sebagai petani di sawahnya sendiri, terkadang Alang Ijah akan mengambil upah dengan bekerja sebagai buruh pemotong tebu. Kegiatan lain yang dilakukan Alang Ijah setiap harinya adalah sepulang dari sawah, selepas Maghrib wanita berumur 55 tahun ini akan mengajar anak- anak mengaji.

Sebenarnya, Alang Ijah tidak rela atas kepergian anak gadis tertuanya. Namun, akibat ditekan oleh kondisi ekonomi saat itu, ia melepaskannya pergi. Keinginan kuat anak Alang Ijah untuk membantu dirinya. Sekarang sudah tahun keempat anak perempuannya itu berkerja di Malaysia. Anak gadisnya itu rutin


(52)

mengirimkan uang untuk membantu Alang Ijah membangun rumahnya yang sudah lapuk dimakan usia.

4.1.2.4 Profil Soraya

Ibu Soraya merupakan informan terakhir peneliti. Ibu Soraya bukanlah orang tua dari TKI melainkan kakak tertua dari TKI. Ibu Soraya mempunyai dua orang adik yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. Satu diantaranya telah kembali ke Indonesia.

Wanita berambut keriting ini membuka kedai kecil di rumahnya sehingga dalam kesehariannya dihabiskan dengan berjualan. Ibu Soraya mempunyai seorang suami bernama Salman. Bapak Salman ini setia membantu Ibu Soraya berdagang setiap harinya. Ibu Soraya dan suami memulai rutinitas berbelanja sayuran pukul empat pagi dan mulai berdagang pada pukul enam pagi sampai dengan pukul 11 malam.

Wanita kelahiran 29 Juni 1980 lalu ini berasal dari keluarga bersuku Melayu. Beliau mempunyai tiga anak perempuan. Anak tertuanya duduk di bangku SMP, anak keduanya di bangku SD dan anak terakhirnya baru berumur sembilan bulan. Wanita bertubuh kecil ini mempunyai satu adik yang masih bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Adik perempuan yang bekerja di sebuah Kilang di Malaysia. Adiknya telah berumur 25 tahun. Ibu Soraya ini mempunyai kontrol atas adiknya tersebut disebabkan kedua orang tua mereka telah meninggal. Adiknya tersebut telah bekerja sebagai TKI selama satu tahun. Adiknya memilih bekerja di Malaysia untuk mendapatkan pengalaman kerja dan memperoleh gaji yang lebih besar. Selain itu, kepergiannya adiknya tersebut untuk melupakan beban kesedihan akan perceraian pernikahannya yang masih seumur jagung.

4.1.3 Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI

Berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, tentu saja peneliti melakukan pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam kepada setiap informan


(1)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Hasil ... 39

4.1.1. Proses Penelitian ... 39

4.1.2. Profil Informan ... 47

4.1.2.1. Informan Zukifli ... 47

4.1.2.2. Informan Rismawati ... 48

4.1.2.3. Informan Siti Khadijah ... 49

4.1.2.4. Informan Soraya ... 50

4.1.3. Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI... 50

4.1.4. Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI... 57

4.1.5. Hambatan Komunikasi dan Penggunaan Teknologi Komunikasi Keluarga TKI ... 71

4.2. Pembahasan... 83

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 99 DAFTAR REFERENSI


(2)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

4.1. Tabel Klasifikasi Teknologi Komunikasi yang Digunakan Keluarga

TKI... 56 4.2. Tabel Klasifikasi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI... 66 4.3. Tabel Klasifikasi Hambatan Komunikasi dan Hambatan Penggunaan

Teknologi Komunikasi ... 74 4.4. Tabel Klasifikasi Komunikasi Pemeliharaan Hubungan Jarak Jauh


(3)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Hasil Wawancara 3. Dokumentasi penelitian

4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 5. Biodata Penulis


(5)

ABSTRAK

Banyak ditemukan keluarga-keluarga tidak tinggal serumah karena alasan pekerjaan. Komunikasi secara tatap muka pun jarang dilakukan anggota keluarga. Namun, seiring dengan era globalisasi yang terus berkembang, Munculnya berbagai macam teknologi modern dalam kehidupan dapat membantu dan mempermudah untuk segala kegiatan. Hal ini yang terjadi pada keluarga Tenaga Kerja Indonesia di desa Stabat Lama. Keluarga TKI di desa Stabat Lama menggunakan teknologi komunikasi untuk berkomunikasi dan mengetahui keadaan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI, serta hambatan pada komunikasi antarpribadi dan penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI di Desa Stabat Lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif Studi Kasus. Terdapat empat informan didalam penelitian ini. Adapun teknik yang digunakan dalam pemilihan informan adalah teknik Purposive Sampling. Adapun teknik pengumpulan data adalah menggunakan penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan melalui metode wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan Penarikan Kesimpulan dan verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua keluarga TKI di desa Stabat Lama menggunakan teknologi komunikasi handphone. Handphone yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari handphone biasa sampai pada handphone pintar yang berkembang saat ini. Menggunakan teknologi komunikasi handphone tersebut, komunikasi antarpribadi antara keluarga dan TKI berjalan baik. Hal-hal yang dibicarakan biasanya berkaitan dengan kabar, pekerjaan, curahan hati dan rutinitas sehari-hari. Komunikasi antarpribadi keluarga TKI harus terhambat oleh kesibukkan TKI dalam bekerja sehingga waktu banyak digunakan untuk bekerja dan beristirahat. Namun, hal ini dapat dipahami para keluarga TKI di desa Stabat lama. Penggunaan teknologi komunikasi handphone, keluarga TKI tidak mengalami hambatan. Beberapa keluarga TKI mengalami kesulitan dalam mengunakan teknologi komunikasi tersebut bahkan satu diantara keluarga TKI buta terhadap teknologi komunikasi handphone.


(6)

ABSTRACT

Many families were not living in house together because of job reason. So, Face to face communication seldom done by family members. But, along the growing globalization era. The emergence of various kinds modern technology in life which could assist and facilitate all activities. This situation was felt by Indonesian migrant worker family in Stabat Lama. Indonesian Migrant worker family in Stabat lama used communication technology for communicate and know the conditions of Indonesian migrant worker. The purpose of this research was to knowing the use of communication technology, knowing interpersonal of Indonesian migrant worker family, communication technology of Indonesian migrant worker family and knowing obstacle in using communication technology and interpersonal communication in Stabat Lama. The methodology used in this research is case study qualitative methods. There was four informant in this research. The technique of data collecting were in library research and field research with interviews. Technical analysis is done through a process of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this research indicate all of Indonesian migrant worker family use handphone as communication technology. Handphone that used by Indonesian migrant worker family have many various, starts of usual handphone until the smartphone that had growing now. Using the communication technology, interpersonal communication of Indonesian migrant worker family and Indonesian migrant worker self gone well. Matters that discussed associate with condition, jobs, expressing the feeling and daily aktivities. Interpersonal communication of Indonesian migrant worker obstacle by Indonesian migrant worker activities in working so many times that used for working and taking rest. But, Indonesian migrant worker family in Stabat Lama understand that situation. Using handphone as communication technology, Indonesian migrant worker family didn’t obstacle with anything but some Indonesian migrant worker family obstacle in using handphone even one of them didn’t know how to use the handphone as a communication technology.


Dokumen yang terkait

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 3 15

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 6

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 25

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 5

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 28