Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Konteks Masalah
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat

tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling
menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang (Djamarah, 2004 : 16).
Pewarisan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat terjadi di dalam sebuah
keluarga karena pada dasarnya keluarga menjadi tempat pertama seseorang
melakukan sosialisasi dalam kehidupannya. Sebuah keluarga dapat menjadi ideal
jika peran masing-masing anggota keluarga (Ayah, Ibu dan anak) dapat bersinergi
untuk menjalankan fungsi dan peran keluarga dengan baik.
Keluarga juga merupakan tempat dimana sebagian besar dari kita
mempelajari komunikasi. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara
timbal balik serta silih berganti, bisa dari anak ke orang tua atau dari orang tua ke
anak, ataupun dari anak ke anak. Komunikasi merupakan sarana yang mempererat
hubungan keluarga. Percakapan dalam hubungan suami istri bukan hanya sekedar

pertukaran informasi. Melalui pembicaraan, kita menyatakan perasaan hati,
memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain.
Ini merupakan

cara yang menyenangkan untuk meluangkan waktu, belajar

mengenal satu sama lain, melepaskan ketegangan serta menyampaikan pendapat.
Begitupula hubungan orangtua-anak, orang tua dengan anak memiliki kedekatan
emosional dan kedekatan batin satu sama lain. Hal itulah yang menjadikan
hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak menjadi dekat. Seorang anak
pasti ingin berkomunikasi dengan ibu atau ayahnya walaupun sekedar basa-basi
atau curhat mengenai permasalahannya. Begitupun orang tua pasti ingin
berkomunikasi dengan anaknya walaupun hanya mengingatkan untuk makan saja.

Universitas Sumatera Utara

Realita di zaman sekarang, banyak ditemukan keluarga-keluarga tidak
tinggal serumah karena alasan pekerjaan. Komunikasi secara tatap muka pun
jarang dilakukan anggota keluarga. Namun, seiring dengan era globalisasi yang
terus berkembang, Munculnya berbagai macam teknologi modern dalam

kehidupan menurut Supriadi (1992) merupakan inovasi yang membantu dan
mempermudah untuk segala kegiatan. Teknologi komunikasi yang berupa
telekomunikasi adalah salah satu macam teknologi modern yang mempermudah
dalam

berinteraksi

tanpa

harus

bertemu

langsung

atau

tatap

muka.


Telekomunikasi itu bisa melalui tulisan seperti email yang menggantikan peran
surat, bisa juga dengan lisan melalui telepon genggam (Handphone) ataupun
dengan telepon rumah. Menurut McCroskey (Cangara, 2007: 34) komunikasi
interpersonal tidak hanya dilakukan secara tatap muka tetapi juga komunikasi
yang menggunakan alat yakni “The channel is the means of conveyance of the
stimulate the source creates to the receiver. Channels include airwaves, light
waves and the like.” Komunikasi interpersonal mencakup komunikasi yang
beralat (memakai media mekanik) dan komunikasi interpersonal yang tidak
beralat (berlangsung secara tatap muka).
Desa Stabat Lama adalah salah satu desa yang berada di kecamatan
Wampu, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Kondisi perekonomian keluarga di
desa Stabat Lama ditunjang oleh sektor pertanian. Para kepala keluarga di Desa
ini bekerja sebagai petani dan kuli bangunan. Sehingga dalam membantu
perekonomian keluarga, sebagian besar keluarga di desa ini membiarkan anggota
keluarga mereka merantau ke luar negeri sebagai TKI. Kebanyakkan yang pergi
merantau adalah para remaja putri, istri yang telah bercerai dari suami, dan lelaki
lajang yang tidak mendapatkan pekerjaan di Negara sendiri.
Sulitnya lapangan pekerjaan memuncul pemikiran bahwa dengan merantau
ke Negara orang sebagai TKI tentu penghasilan akan bertambah banyak serta

kesuksesan akan mudah diraih. Pandangan ini muncul setelah mendengar cerita
dan pengalaman orang lain bahwa orang-orang yang merantau sebagai TKI pasti
akan menjadi orang sukses. Tentu pilihan ini mereka jalani dengan berat karena
mereka yang sudah berkeluarga tentu harus siap menerima segala resiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Mereka memilih untuk bisa menjadi orang sukses dengan bekerja di Negara orang
serta rela untuk bertempat tinggal terpisah dengan anggota keluarga lainnya.
Tinggal terpisah dari keluarga mempunyai tantangan yang lebih dalam
komunikasi. Ketika seorang anggota keluarga memutuskan untuk menjadi TKI
dan tinggal jauh dari keluarga, tentu menimbulkan kekhawatiran. Apalagi jika
melihat kenyataan yang ada bahwa banyaknya TKI-TKI yang menderita dan
disiksa di luar negeri. Seperti dua kasus yang dikutip dari merdeka.com berikut.
Ketidakberuntungan dialami Sri Wulandari, TKI asal Medan yang nekat
terjun dari lantai 3 sebuah apartemen di daerah Taman Pelangi Johor, Malaysia.
Wanita yang biasa dipanggil Sri ini rela melakukan tindakan nekat tersebut karena
ia dipaksa oleh majikannya untuk bekerja sebagai pekerja seks komersil (PSK).
Padahal pada perjanjian kerja, Sri dijanjikan bakal bekerja sebagai pembantu
rumah tangga. Setelah terjun dari lantai 3 apartemen tersebut, Sri melarikan diri

ke tempat salah satu teman sesama TKI di Selangor, Malaysia. Melalui bantuan
temannya tersebut, ia melakukan pengaduan ke POSPERTKI (Posko Perjuangan
Tenaga Kerja Indonesia). Selanjutnya, POSPERTKI akan melanjutkan laporan
pengaduan ini kepada KBRI agar diproses secara hukum. POSPERTKI juga akan
membantu kepulangan dan terus akan mendampingi Sri sampai ke Indonesia.
Selanjutnya, nasib serupa juga dirasakan tiga perempuan asal NTB,
Salmiah, Kasmiati dan Harniati. Ketiga perempuan ini kabur dari tempat
penampungan TKI illegal di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Mereka ditemukan
tersesat di Terminal Jambi oleh petugas perhubungan setempat. Sebelumnya,
mereka direkrut oleh agen penyalur TKI di Lombok dan setelah sepakat mereka
dibawa ke Tanjung Balai. Salmiah menyebutkan bahwa ia pernah bekerja di
Malaysia setelah diambil oleh majikan yang merupakan orang Melayu. Namun,
kemudian ia malah dijual kepada majikan lain yang merupakan orang India.
“Saya dijual 6.500 Ringgit dan selama di Malaysia tidak sempat digaji dan
karena majikannya tidak cocok, lalu dikembalikan ke lokasi penampungan di
Tanjung Balai, hingga bertemu dengan Kasmiati dan Harniati,” kata Salmiah.
Berbeda dengan Salmiah, kakak beradik Kasmiati dan Harniati mengaku belum
pernah dipekerjakan ke Malaysia dan setelah bertemu Salmiah, mereka
memutuskan untuk ikut kabur. Akhirnya dengan berbekal surat jalan dari dinas


Universitas Sumatera Utara

social mereka memutuskan untuk kabur dari tempat penampungan itu dan kembali
lagi ke Lombok.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Langkat, Erwin Adrianto kepada salah satu koran di Sumatera
Utara, sejak Januari hingga Agustus 2010, jumlah Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri asal kabupaten Langkat meningkat dibanding periode yang sama pada
tahun 2009. Jika pada 2010, jumlah TKI asal kabupaten Langkat sebanyak 280
orang, pada Agustus 2010 telah membengkak menjadi 753 orang. Dari data 753
Tenaga Kerja Indonesia asal Langkat, sebanyak 710 adalah perempuan dan
sisanya sebanyak 43 orang adalah laki-laki. Dari jumlah TKI tersebut, semua
bekerja di Malaysia dan mereka bekerja di Pabrik (kilang). TKI yang bekerja di
Malaysia itu, didominasi dari kecamatan Seibingai, Sei Lepan, Tanjung Pura dan
Wampu (medanbisnisdaily.com diakses pada 5 januari 2015 pukul 19.45 WIB).
Dilihat dari sejarahnya, Mantra (1995: 1) menyebutkan bahwa mobilitas
TKI ke Malaysia telah terjadi sejak sebelum PD II. Pada masa awal, menurut
Hugo (Mantra, 1995: 2) ada tiga macam perpindahan TKI ke Malaysia. Pertama,
force migration yaitu migran TKI dipaksa untuk bekerja pada sektor perkebunan,
pembangunan jalan dan konstruksi bangunan lain. Kedua, kuli kontrak yaitu

migran TKI dikontrak untuk bekerja pada periode waktu tertentu dengan sanksi
yang berat apabila pekerja tersebut memutuskan hubungan kerja. Dan, ketiga
migrasi spontan yaitu migran TKI bekerja di suatu perkebunan atau konstruksi
bangunan atas inisiatif sendiri.
Ada dua faktor penarik Malaysia sebagai tujuan para TKI, yakni faktor
geografis dan faktor budaya. Secara geografis, Malaysia merupakan negara
tetangga terdekat Indonesia. Hal ini akan berkaitan dengan transportasi yang
relatif mudah, murah dan cepat. Kemudahan ini juga terkait dengan transportasi
yang tersedia, baik melalui laut maupun melalui udara. Kedua jalur transportasi
yang juga didukung dengan ketersediaan sarana transportasi yang cukup banyak.
Selain faktor geografis, faktor budaya juga merupakan hal yang penting
sebagai daya tarik Malaysia sebagai negara tujuan TKI. Sebagaimana diketahui

Universitas Sumatera Utara

bahwa, dari segi kebudayaan, antara negara Malaysia dengan Indonesia tidak
banyak perbedaan. Secara khusus adalah adanya kesamaan bahasa, yakni bahasa
Melayu. Berbeda halnya dengan negara-negara tujuan TKI yang lain, seperti
Hongkong, Korea, dan Timur Tengah. Negara-negara ini mempunyai bahasa yang
jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga faktor pendorong

yang menjadi alasan TKI memilih ke Malaysia, misalnya karena adanya dorongan
ekonomi, dorongan cerita tentang negeri yang penuh menjanjikan, dan adanya
dorongan pribadi serta keluarga.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
bagaimanakah penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI di
Desa Stabat Lama ?
1.2

Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka fokus

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penggunaan teknologi
komunikasi antarpribadi keluarga TKI di Desa Stabat Lama ?”
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.


Untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi
keluarga TKI di desa Stabat Lama.

2.

Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi keluarga TKI di desa Stabat
Lama.

3.

Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi dan hambatan penggunaan
teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI di desa Stabat Lama.

1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.


Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperluas pengetahuan
dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara

2.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan
pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai penggunaan
teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI di desa Stabat Lama.

3.

Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber informasi
dan pengetahuan bagi siapa saja mengenai penggunaan teknologi
komunikasi antarpribadi keluarga TKI di desa Stabat Lama.

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat Lama)

1 27 149

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 3 15

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 25

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 5

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 28