Analisis Hukum terhadap Peranan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka (Studi pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV),
adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari
saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.
Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan
kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.
“Perseroan terbatas merupakan wadah untuk melakukan kegiatan usaha, yang
membatasi tanggung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham yang
dimiliki sehingga bentuk usaha seperti ini banyak dinikmati, terutama bagi
perusahaan dengan jumlah modal yang besar. Kemudahan untuk menarik dana
dari masyarakat dengan jalan penjualan saham yang juga merupakan satu
dorongan untuk mendirikan suatu badan usaha berbentuk perseroan terbatas".1
Dalam praktek sangat banyak dijumpai perusahaan berbentuk perseroan
terbatas. Bahkan, berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas ini, terutama untuk
bisnis yang serius atau bisnis yang besar, merupakan model berbisnis yang lazim
dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di
Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti Firma, Perusahaan
Komanditer, Koperasi dan lain-lain.2


1
Badriyah Rifai Amirudin, Artikel Pendidikan Network; Peran Komisaris Independen dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik, http://researchengines.
com/badriyahamirudin, terakhir diakses pada tanggal 18 Juli 2012.
2
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,
hal. 1.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar badan usaha yang berdiri dan
menjalankan usaha di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas.3 Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor atau alasan, yaitu: 4
1. Semata-mata untuk mengambil manfaat karakteristik pertanggung- jawaban
terbatas

2. atau dengan maksud kelak manakala diperlukan mudah melakukan
transformasi perusahaan
3. atau alasan fiskal.
Sri Rejeki Hartono mengemukakan pendapatnya bahwa:5
“Bentuk badan usaha perseroan terbatas sangat dinikmati oleh masyarakat
karena pada umumnya perseroan terbatas mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai
wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan baik bagi instansinya
sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham).”
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang
paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawaban yang bersifat terbatas,
perseroan terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham)nya
untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh
saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.6
Dominasi perseroan tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika
Serikat dan negara-negara lain. Terjadinya kondisi demikian dikarenakan perseroan

3

Yetty Komalasari Dewi, Pemikiran Baru Tentang Commanditaire Vennontschap(CV): Studi

Perbandingan KUHD dan Wvk Serta Putusan Pengadilan Indonesia dan Belanda, UI-Press, Jakarta,
2011, hal. 5.
4
Rudhy Prasetia, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hal. 2.
5
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 13.
6
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

3

diyakini dapat menjadi sarana untuk pemupukan modal yang lebih besar jika
dibandingkan dengan bentuk badan usaha lain.7
Kemudian alasan bentuk badan usaha perseroan sangat dinikmati juga
dikarenakan karakteristik khasnya, dimana perseroan merupakan asosiasi modal yang

berbentuk badan hukum yang mandiri, yang memberikan pertanggung jawaban yang
bersifat terbatas kepada para pemegang sahamnya.8
Dengan demikian, pemegang saham tidak perlu lagi memiliki kekhawatiran
bahwa kekayaan pribadinya akan terserap ke dalam setiap perikatan yang dibuat oleh
perseroan. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, bentuk badan usaha perseroan
disukai karena memberikan pengaruh yang positif dalam dunia usaha.
Bentuk badan usaha perseroan sangat menarik minat investor atau penanam
modal untuk menanamkan modalnya, bahkan perseroan sudah menarik hampir
seluruh perhatian dunia usaha pada tahun-tahun belakangan. Hal ini disebabkan oleh
perkembangan hak dan pengaruhnya yang nyata dalam kehidupan perekonomian di
banyak negara. 9
Sebagai suatu wadah untuk melakukan kegiatan usaha, perseroan terbatas
didukung oleh perangkat organisasi serta tenaga manusia yang mengendalikannya.
Untuk itu dibutuhkan kerangka kerja hukum yang pasti agar unit usaha ini dapat

7
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan dalam Perusahaan Perundang-undangan, Nuansa
Aulia , Bandung, 2006, hlm.13.
8
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 5.

9
Mulhadi, Hukum Perusahaan , Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Gahlia Indonesia,
Bogor, 2010. hal.78.

Universitas Sumatera Utara

4

bekerja dengan produktif dan efisien. Landasan hukum diperlukan agar kerancuan
hukum dapat diatasi, dan terdapat arahan hukum yang jelas bagi perseroan terbatas
dalam melaksanakan kegiatannya.10
“Perkembangan perangkat hukum untuk menciptakan dan melindungi hak
manusia sebagai anggota masyarakat terus mengalami perkembangan. Misalnya
dalam kegiatan ekonomi perusahaan hak seseorang sebagai pelaku ekonomi
dalam menjalankan perusahaan berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat. Karena pada akhir-akhir ini telah muncul pemikiran-pemikiran
mengenai sifat dan hakikat hukum perusahaan yang menampung kebutuhan
masyarakat yang berkepentingan (stakeholder) dari perusahaan. Hal yang
menjadi pemikiran dalam hukum perusahaan adalah kondisi perusahaan yang
berbentuk badan hukum ”Perseroan Terbatas” atau

Limited Liability
Company.”11
Di Indonesia perangkat hukum yang mengatur perusahaan berbentuk badan
hukum yakni “Perseroan Terbatas” atau Limited Liability Company (selanjutnya
disingkat PT) awalnya tercantum dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sangat sumir dan sederhana, sehingga
tidak dapat mengikuti tantangan perkembangan zaman.
Di samping itu masih terdapat bentuk hukum perseroan terbatas dengan nama
Maskapai Andil Indonesia (MAI) yang diatur dalam Ordonansi Maskapai Andil
Indonesia (Ordonantie op Indonesiche Maatschappy) Staatblad 1939 : 569 juncto
717. Oleh karenanya diperlukan pembaharuan dan kesatuan pengaturan mengenai
perseroan terbatas.

10

Norman S. Pakpahan, Perseroan Terbatas Sebagai Instrumen Kegiatan Ekonomi, Jurnal
Hukum Bisnis vol. 2, 1997, hal. 73.
11
Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum USU,
Medan, 2003, hal. 1-2.


Universitas Sumatera Utara

5

Pembaharuan hukum perusahaan menurut Undang-undang Perseroan Terbatas
ditujukan untuk memberi jawaban atas tuntutan perkembangan pesat atas eksistensi
dan peranan PT sebagai salah satu bentuk badan hukum dari pelaku ekonomi.
Guna menjawab tantangan tersebut maka diundangkanlah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995. Adapun alasan penggantian menurut Undang-Undang
Perseroan Terbatas tersebut dalam konsiderans antara lain:12
1. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi peraturan
perseroan terbatas yang ditentukan oleh KUHD, tidak sesuai lagi dengan
Perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara
nasional maupun internasional
2. Menciptakan kesatuan hukum dalam perseroan yang berbentuk badan hu
kum(rechts person, legal person, legal entity)
Kemudian diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
(UUPT), tentang Perseroan Terbatas, dan yang menjadi alasan dilakukannya
penggantian UUPT tersebut sebagaimana dalam konsideran menimbang UUPT

Nomor 40 Tahun 2007 yaitu:13
1.

2.

Bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi
ekonomi
dengan
prinsip
kebersamaan,
efisiensi,
berkeadilan,
berkelanjutan,berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh
kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat
Bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional
dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam
menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi di era globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh


12

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 24.
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggungjawab Sosial Perseroan
Terbatas, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 1.
13

Universitas Sumatera Utara

6

3.

4.

suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang mendapat
menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif.
Bahwa perseroan terbatas sebagai salah satu pilar pengembangan perekonomian
nasional perlu diberikan landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan

nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dengan
kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.
Selanjutnya dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tersebut ditegaskan bahwa:14
1.

2.
3.

Dalam perkembangannya ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
dipandang tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi sudah berkembang begitu pesat, khususnya era globalisasi.
Meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum.
Tuntutan akan perkembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip
pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal


yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan usaha dengan modal dasar yang
seluruh modalnya terbagi dalam saham.15
Kepemilikan badan hukum atas harta kekayaan tertentu pada pokoknya
bersumber dari hasil kekayaan yang dipisahkan dari orang perorangan secara khusus,
yang diperuntukkan bagi penggunaan maksud dan tujuan badan hukum tersebut.16
Dalam perseroan terbatas, selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik
modal terpisah, juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola

14
Kansil.C.S.T dan Cristine S.T.Kansil, Seluk Beluk Perseroan Terbatas Menurut UndangUndang No.40 Tahun 2007, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2007. hal. 37.
15
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
16
Gunawan Wijaya, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Forum
Sahabat, Jakarta, 2008, hal.1.

Universitas Sumatera Utara

7

perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga ahli dalam
bidangnya. Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang sham, direksi
dan komisaris.
Hubungan antara direksi dengan perseroan adalah hubungan yang saling
ketergantungan. Direksi adalah organ yang dipercayakan untuk melakukan
pengurusan perseroan. Perseroan merupakan sebab adanya direksi. Tanpa perseroan,
maka direksi tidak pernah ada. Begitu juga direksi, tanpanya maka perseroan tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya.17
Demikian pula hubungan direksi dengan dewan komisaris. Menurut Pasal 1
angka 6 UUPT, dewan komisaris adalah “Organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi.” Dengan demikian, Komisaris berfunsi sebagai
pengawas dan penasihat direksi, sehingga keberadaanya merupakan suatu
keharusan.18
Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris oleh undang-undang dan
anggaran dasar memberikan kewenangan tertentu kepadanya, antara lain memasuki
kantor perseroan, mendapatkan laporan direksi dan memeriksa dokumen perseroan,
menyetujui atau tidak menyetujui suatu tidakan tertentu dari direksi sebagaimana
diatur dalam anggaran dasar serta memberhentikan sementara direksi dan mengurus

17

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Ogan Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009. hal. 16.
18
Sutan Remy Sjahdeni, Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hal. 101.

Universitas Sumatera Utara

8

perseroan dalam hal perseroan tidak memiliki direksi.19 Jadi, dewan komisaris
bertindak sebagai majelis. Sebagai Majelis pada dasarnya anggota dewan komisaris
tidak dapat betindak sendiri-sendiri mewakili direksi.20
Dalam praktiknya, di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris yang
sama sekali tidak menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap
dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat, hal ini
dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak memiliki
kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.21
Di Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak
dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau
sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali
melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah
pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila perusahaan tersebut
telah go public. Sikap pasif ini atau sebaliknya sikap yang mengintervensi setiap
kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan
kepentingan pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya.22
Dapat dikatakan pemilihan komisaris perusahaan di Indonesia kurang
mempertimbangkan integritas serta kompetensi orang tersebut. Independensi dewan

19

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hal. 115.
20
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan , Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009. hal. 54.
21
Zakhyadi Arifin, Memberdayakan Komisaris: Menegakkan Good Corporate Governance,
http: www.indomedia.com/bpost, diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
22
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

9

komisaris perusahaan-perusahaan Indonesia terhadap direksi atau pemegang saham
pengendali patut dipertanyakan. Oleh karena itu, muncul gagasan tentang keberadaan
komisaris independen.23
Gagasan dasar komisaris independen itu sendiri timbul oleh adanya kenyataan
bahwa banyak komisaris hanyalah sebagai “boneka” dari pemegang saham mayoritas.
Komisaris independen diperlukan untuk mempresentasikan kepentingan pemegang
saham minoritas, yang mana melihat keadaan di Indonesia menjadi sesuatu yang
mendesak.24
Pertimbangan independen pada kata komisaris independen adalah cara
pandang atau penyelesaian masalah dengan mengesampingkan kepentingan pribadi
dan menghindari benturan kepentingan. Pada dasarnya semua komisaris bersifat
independen, dalam pengertian mereka harus mampu melaksanakan tugasnya secara
independen, semata-mata demi kepentingan perusahaan, dan terlepas dari pengaruh
berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan
kepentingan perusahaan.25
Istilah komisaris independen ini sebenarnya sama dengan istilah direktur
independen pada negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon.
Perbedaan istilah ini disebabkan adanya 2 sistem hukum perusahaan yang berbeda.

23

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance,
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2006, hal. 134.
24
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan, PT. Indeks, Jakarta, 2004, hal. 118.
25
Retno Murdningsih, Komisaris Independen & Independensi Komisaris, http://www.jiwasa
raya.co.id, diakses pada tanggal 20 Agustus 2012.

Universitas Sumatera Utara

10

Sistem hukum Anglo-Saxon menganut One Tier System yang hanya memiliki satu
dewan direksi. Pada sistem inilah dikenal namanya direktur independen sebagai pihak
yang mengawasi kinerja dewan direksi. Sedangkan sistem hukum Eropa Kontinental
menganut Two Tiers System. Ada dua badan yang terpisah dalam suatu manajemen
(dewan direksi). Kedua organ harus dapat independen satu terhadap yang lain.
Komisaris harus dapat melakukan fungsi pengawasan yang independen terhadap
direksi, sebaliknya direksi harus dapat mengelola perusahaan dari hari ke hari secara
independen tanpa tekanan yang berlebihan dari Komisaris.26 Jadi, dewan komisaris
merupakan badan pengawas mandiri yang tidak dikenal dalam sistem hukum
Perseroan Anglo America.27
Komisaris independen dikenal pada Two Tiers System. Indonesia menganut
sistem ini sehingga Indonesia menggunakan istilah komisaris independen.28
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih
objektif dan independen, dan juga menjaga kesetaraan (fairness) serta mampu
memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan
perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan
para stakeholders yang lain.29
Walaupun struktur dewan komisaris di setiap negara berbeda, ada satu

26

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 135.
Chatarmarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan(Piercing the Corporate Veil), Kapita Selekta
Hukum Perusahaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.48.
28
Ibid
29
Retno Murdaningsih, Loc.Cit
27

Universitas Sumatera Utara

11

semangat yang sama untuk menghindari adanya satu orang individu dalam Komisaris
yang memiliki kekuasaan mutlak. Salah Satunya dengan cara pengimbangan melalui
keberadaan komisaris independen. Dengan struktur tersebut, dewan komisaris
diharapkan dapat tetap independen terhadap kepentingan suatu kelompok tertentu,
terutama terhadap pemegang saham pengendali.30
Adapun pengertian dari komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.31
Dalam hal ini, komisaris independen diharapkan dapat tetap berpegang pada
kepentingan perusahaan secara keseluruhan dan mempertimbangkan kepentingan
semua stakeholders, misalnya kepentingan pemegang saham minoritas, komunitas di
lingkungan perusahaan beroperasi, karyawan, dan pelanggan dalam proses
pengambilan keputusan-keputusan dalam rapat dewan. Dengan kata lain, mereka
harus mendasarkan pada nurani dan kemandirian.
Kombinasi kemampuan dan pengalaman dewan komisaris harus bersifat
dinamis sesuai kebutuhan strategis dan kontekstual perusahaan. Dewan komisaris
sebaiknya terdiri atas individu-individu dengan berbagai pengalaman dan latar
belakang dan bila perlu dengan rentang usia yang berbeda-beda. Sehingga, dapat
30

Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hal. 90.
31
Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2006.

Universitas Sumatera Utara

12

tercipta suatu tim yang dengan kombinasi kemampuan dan pengalaman kolektif yang
solid.32
Salah satu doktrin yang cukup penting dalam konteks pengembangan
tanggung jawab dan kriteria Komisaris Independen adalah doktrin “ fiduciary duty”.
Jika diamati teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undangundang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lainnya, dimana kepentingan
pribadi sesorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan
atasan bawahan sesaat.
Batasan fiduciary sebagai seseorang yang memegang peran sebagai suatu
wakil atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil.
Dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan (trust
and confidence) yang dalam peran ini meliputi ketelitian (scrupulous), itikad baik
(good faith), dan keterusterangan (candor). Jadi, fiduciary ini termasuk hubungan
seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali,dan pelindung.33
Keberadaan komisaris independen dalam suatu perseroan sebagaimana
diuraikan di atas adalah sejalan dengan misi komisaris independen sebagaimana
tergambar dalam Pedoman tentang Komisaris Independen oleh Task Force Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance, yaitu:34
1. Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih
objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai

32

Antonius Alijoyo, Forum for Corporate Governance in Indonesia, Membangun Dewan
Komisaris Kelas Dunia, http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/articles.html terakhir kali diakses
pada tanggal 20 Juli 2012.
33
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Books Tarrace & Library, Bandung, 2007.
hal. 35.
34
Forum for Corporate Governance in Indonesia ., Op.Cit., hlm.6.

Universitas Sumatera Utara

13

kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder
sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris.
2. Komisaris Independen harus mendorong diterapkannya prinsip dan praktek
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada
perusahaan di Indonesia.
Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG, Komisaris
Independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan
memastikan

bahwa

perusahaan

tersebut

telah

melakukan

praktek-praktek

transparansi, keterbukaan, kemandirian, akuntabilitas dan praktek keadilan menurut
ketentuan yang berlaku di suatu sistem perekonomian.35
Komisaris independen yang ada di dalam pedoman tata kelola perseroan yang
baik (code of good corporate governance) adalah komisaris dari pihak luar. Istilah
independen pada komisaris independen maupun direksi independen bukan
menunjukkan bahwa komisaris atau direksi lainnya tidak independen.
Sehingga dapat pula dikatakan bahwa istilah komisaris independen ataupun
direksi independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang
saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan investor. 36
Sehubungan dengan penerapan kebijakan Good Corporate Governance, maka
dunia usaha sekarang ini memerlukan keberadaan dewan komisaris yang berperan
aktif, independen dan konstruktif.
Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam implementasi Good

35

Akhmad Syakhroza, Blog Lingkungan Ekonomi Bisinis Indonesia: Perlunya Komisaris
Independen Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Korporasi, http://bussiness environment.wordpress.com, terakhir kali diakses pada tanggal 18 Juli 2012.
36
Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op. Cit., hal.133.

Universitas Sumatera Utara

14

Corporate Governance, karena dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas.
Salah satu cara dalam rangka penerapan Good Corporate Governance tersebut
adalah dengan menekankan sifat kemandirian beraktivitas manajemen dan
pengawasan perusahaan terbuka, yaitu dengan hadir dan bekerjanya komisaris
independen secara benar dan tepat serta bertanggungjawab.
Untuk itu telah dikeluarkan beberapa peraturan, yaitu Keputusan Direksi PT.
Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Pencatatan Efek
No. I-A, serta Keputusan Ketua Bapepam No. Kep 29/PM/2004. Selain peraturan
tersebut terdapat juga pedoman Good Corporate Governance. Kesemuanya
menyatakan bahwa suatu Perusahaan Terbuka atau Perusahaan Tercatat harus
memiliki komisaris independen. Dengan demikian, dapat terlihat begitu pentingnya
komisaris independen tersebut. Oleh karena itu, penerapannya semakin ditekankan
lagi agar kelak dapat melahirkan suatu perusahaan terbuka yang sehat dan kokoh.
Pada umumnya perusahaan terbuka dikendalikan oleh pemegang saham
pengendali. Untuk perseroan terbatas yang dalam kegiatan usahanya melakukan
pengerahan dana masyarakat, diperlukan pengawasan yang lebih besar karena

Universitas Sumatera Utara

15

menyangkut kepentingan masyarakat banyak.37 Oleh karena itulah komisaris
independen memiliki peranan penting, yaitu untuk melindungi kepentingan
pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya.
Fungsi

komisaris

independen

dimaksudkan

untuk

mendorong

dan

menciptakan iklim yang lebih independen dan objektif bagi perusahaan terbuka.
Sesuai dengan namanya, komisaris independen harus bersifat independen dalam arti
bahwa komisaris tersebut tidak terlibat pengelolaan perusahaan dan diharapkan
mampu melaksanakan tugasnya sebagai pihak yang independen, dan melakukan
tugasnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan dan terlepas dari pengaruh
berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan pihak lain.
Dapat dikatakan bahwa dewan komisaris menurut Undang-undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) memiliki tanggung jawab dan
wewenang untuk mengawasi tindakan Direksi, serta memberi nasehat pada Direksi
bila diperlukan.
Demikianlah pula halnya dengan komisaris independen karena kornisaris
independen merupakan bagian dari dewan komisaris itu sendiri. Peranan komisaris
independen sangatlah penting dalam usaha menciptakan fairness (prinsip kesetaraan)
di Pasar Modal. Terlebih lagi banyak perusahaan terbuka yang masih dikendalikan
oleh pemegang saham pengendali.

37

Budiman Ginting, Hukum Investasi, Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas
dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2007. hal.183.

Universitas Sumatera Utara

16

Hal ini tentulah tidak menguntungkan bagi pemegang saham minoritas, dalam
arti bahwa kepentingan pemegang saham minoritas terabaikan karena Perusahaan
Terbuka yang masih dikendalikan oleh pemegang saham pengendali itu tentu akan
cenderung menguntungkan pemegang saham pengendali. Hal ini tentulah tidak
menciptakan iklim yang independen.
Adanya lembaga komisaris independen dalam praktik perseroan di Indonesia,
merupakan salah satu peristiwa yang membuktikan doktrin hukum yang menegaskan
bahwa perkembangan (Kebutuhan) masyarakat lebih pesat, dan umumnya tidak dapat
diantisipasi oleh perangkat hukum.
Eksistensi dari lembaga ini tidak tersentuh oleh Undang-undang Perseroan
Terbatas, dan karenanya pengaturan mengenai komisaris independen pun lebih
banyak ditentukan oleh peraturan yang tumbuh dan berkembang dalam praktik
hukum.38
Jadi, komisaris independen merupakan komisaris yang tidak ada hubungan
keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang saham. Karena
tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris independen ini diharapkan dapat
bertindak objektif dan dapat melihat persoalan perseroan mensyaratkan adanya
komisaris independen ini, misalnya untuk perseroan terbuka.39
Perusahaan terbuka atau yang dikenal dengan istilah “PT Tbk” adalah suatu

38

I Nyoman Tjager, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas
Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2004, hal. 132.
39
Munir Fuady, Op. Cit, hal. 115.

Universitas Sumatera Utara

17

perusahaan terbatas yang melakukan penawaran atas sahamnya atau telah memenuhi
syarat dan telah memproses dirinya menjadi perusahaan publik, sehingga telah
memiliki pemegang saham publik, dimana perdagangan saham sudah dapat dilakukan
di bursa-bursa efek. Terhadap perusahaan terbuka ini berlaku bagi undang-undang
perseroan terbatas maupun undang-undang pasar modal.40
Menurut Undang-undang disebutkan bahwa perseroan terbuka adalah
perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.41
Di Sumatera Utara terdapat banyak perusahaan terbuka, salah satunya
tepatnya di kota Medan terdapat kantor pusat salah satu perusahaan terbuka, yang
bergerak dalam bidang Perkebunan eucalyptus yang memproduksi pulp (bubur kertas
dari pohon eucalyptus) terbesar di Indonesia yang dikelola secara berkesinambungan
dan ramah lingkungan dengan nama PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
PT. Toba Pulp Lestari Tbk ini didirikan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12
Tahun 1970 berdasarkan akta pendirian nomor 329 tanggal 26 April 1983 di Jakarta.
Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-5130.HT.01.01.TH 83 tanggal 26 Juli
1983, hal ini dapat dilihat dalam Company Profile perusahaan tersebut.

40

Dhaniswara K Harjono, Pembaharuan hukum Perseroan Terbatas Tinjauan Tehadap
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PPHBI, Jakarta, 2008, hal.182.
41
Pasal 1 angka 7 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007

Universitas Sumatera Utara

18

Company profile PT. Toba Pulp Lestari Tbk menjelaskan bahwa :
1. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ini didirikan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang No.
12 Tahun 1970 berdasarkan akta pendirian nomor 329 tanggal 26 April 1983
yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusannya No. C2-5130.HT.01.01.TH 83 tanggal 26 Juli 1983,
serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4
Desember 1984, Tambahan No. 1176 dan No. 1177, yang mana Status
perusahaan selanjutnya berubah menjadi Penanaman Modal Asing dan telah
mendapat persetujuan Presiden dalam surat keputusan No.07/V/1990 tanggal
11 Mei 1990 yang diterbitkan oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal.
2. Sehubungan dengan perubahan status tersebut diatas, Anggaran Dasar
Perusahaan telah diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 113
tanggal 12 Mei 1990 di Jakarta. Di samping itu, nilai Nominal saham
perusahaan juga diubah dari Rp.500 per lembar menjadi Rp.1000 per lembar.
Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-2652.HT.01.04.TH.90
tanggal 20 Mei 1990.
3. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan mengenai perubahan nama
perusahaan dari PT. Inti Indorayon Utama Tbk menjadi PT. Toba Pulp Lestari
Tbk dan penurunan modal dasar dari 2.000.000.000 saham menjadi
1.688.307.072 saham dicatat dalam akta No. 61 tanggal 20 Pebruari 2001di
Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat keputusannya No. C-06519.HT. 01.04.TH.2001 tanggal
23 Agustus 2001. Perubahan anggaran dasar perusahaan yang terakhir
berdasarkan akta no. 61 tanggal 18 Juli 2003 di Jakarta, mengenai
peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor. Perubahan tersebut
kemudian telah diterima dan dicatat oleh Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Laporan Penerimaan Akta
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan No. C-21113.HT.01.04.TH.2003
tanggal 5 September 2003.
4. Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa pada tanggal
27 Juni 2008 dengan akta nomor 45 tanggal 14 Juli 2008, seluruh anggaran
dasar telah mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juncto Peraturan
Nomor IX.J.1 Lampiran Keputusan Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor
Kep-178/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008. Perubahan tersebut kemudian telah
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Universitas Sumatera Utara

19

Republik
Indonesia
dalam
surat
keputusannya
50872.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009.42

No.

AHU-

Perusahaan tersebut berdomisili di Medan, Sumatera Utara, yang beralamat
kantor di Uniplaza East Tower Jalan Letjend MT. Haryono No. A-1 Medan dan
beralamat pabrik di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea Toba Samosir.
PT. Toba Pulp Lestari Tbk sebagai perusahaan publik berkomitmen untuk
menjalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
yakni keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas.43
Dalam hal perdagangan saham, status perusahaan ini ialah salah satu company
listing di Bursa Efek Indonesia. Adapun harga perdana saham PT Toba Pulp Lestari
Tbk ini ialah Rp.1000,- (seribu rupiah), dengan modal dasar sebesar 1.688.307.072
(satu milyar enam ratus delapan puluh delapan juta tiga ratus tujuh ribu tujuh puluh
dua) lembar saham dan dengan modal disetor sebesar 1.406.922.560 (satu milyar
empat ratus enam juta sembilan ratus dua puluh dua ribu lima ratus enam puluh)
lembar saham.44
Visi dari PT. Toba Pulp Lestari Tbk ini ialah menjadi salah satu pabrik
pengelolaan Pulp Eucalyptus terbaik, menjadi supplier yang disukai oleh pelanggan
perusahaan dan pemilik perusahaan yang disukai para karyawan. Sedangkan, misi
PT. Toba Pulp Lestari Tbk adalah menghasilkan pertumbuhan yang berkesinambungan,

produser dengan biaya efektif, memaksimalkan keuntungan untuk

42

Company profile PT. Toba Pulp Lestari dalam Laporan Tahunan 2011, hal. 50-51.
Ibid.hal. 32.
44
Laporan tahunan PT. Toba Pulp Lestari 2011
43

Universitas Sumatera Utara

20

pemangku kepentingan dan memberikan kontribusi kepada pengembangan sosial
ekonomi masyarakat sekitar dan regional, serta menciptakan nilai melalui teknologi
modern, pengetahuan industri dan sumber daya manusia.45
Secara konsisten perusahaan tersebut mengevaluasi kinerja Perseroan dan
kontribusi di bidang sosial, selain juga menetapkan praktik yang ramah lingkungan di
seluruh proses operasional.
Hingga

tahun

2011,

PT.

Toba

Pulp

Lestari

Tbk

telah

berhasil

mempertahankan peringkat hijau untuk PROPER (Program Peringkat Kinerja
Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan) 2011 untuk keempat kalinya berturutturut sejak tahun 2008 dan beroperasi melebihi standar dengan pemikiran inovasi,
pengembangan berkesinambungan dan fokus pada semua aspek operasional sebagai
suatu organisasi yang bertanggungjawab sosial di wilayah operasionalnya lewat
Program Corporate Social Responsibility dengan pengalokasian dana CSR dari 1%
(satu persen) penjualan bersih tahun anggaran 2010 kepada masyarakat sekitar
operasional perusahaan sebanyak sembilan kabupaten. Selain itu, perusahaan tersebut
juga telah mendapatkan kembali sertifikasi dari ISO 14001:2001 serta sertifikasi
TLTV(Timber Legality and Traceability Verification) untuk keabsahan asal pasokan
kayu dan menerima OHSAS 18001:2007 untuk sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
Saat ini, Struktur Organisasi Manajemen PT. Toba Pulp Lestari Tbk tahun

45

Ibid.hal.15.

Universitas Sumatera Utara

21

2011 hingga saat ini terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi. Dalam dewan
komisaris, ada Roli Arifin sebagai Presiden Komisaris, Sabam Leo Batubara sebagai
Komisaris dan Lundu Panjaitan Komisaris Independen serta Lennardi Anggijono
sebagai komisaris Independen sekaligus Ketua dari Komite Audit. Sedangkan, dalam
dewan direksi, ada Subhash Chander Paruthi, yang menjabat sebagai Presiden
Direktur, Juanda Panjaitan sebagai Direktur, Anwar Lawden sebagai Direktur, Tjhi
Min Sin serta Drs. Leonard Hutabarat sebagai Direktur. 46
Dari struktur organisasi manajemen PT. Toba Pulp Lestari di atas, khususnya
dalam jajaran dewan komisaris menjelaskan bahwa perseroan terbuka tersebut telah
memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari
jajaran anggota dewan komisaris.
Namun dalam penerapannya, kewajiban tersebut dirasakan hanya sematamata untuk memenuhi kepatuhan perusahaan akan ketentuan Pemerintah khususnya
Peraturan Bursa Efek Indonesia serta Ketentuan Bapepam terutama dalam hal
persyaratan Pencatatan Saham Perusahaan Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Sehingga diketahui bahwa Peranan dan Tanggung Jawab komisaris independen dalam
menjalankan fungsi pengawasannya pada PT. Toba Pulp Lestari masih belum
maksimal, di samping itu pemegang saham minoritas yang ada di dalam RUPS PT.
Toba Pulp Lestari masih belum terakomodir dengan baik.
Hal ini terlihat dalam peranan komisaris independen dalam jajaran dewan

46

Akta Berita Acara Rapat PT. Toba Pulp Lestari Tbk nomor 08 tanggal 22 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

22

komisaris secara kolegial belum sepenuhnya menerapkan prinsip kesetaraan
(fairness) antara kepentingan pemegang saham mayoritas dengan kepentingan
pemegang saham minoritas dalam setiap transaksi yang berbenturan kepentingan.47
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturannya lebih lanjut mengenai peranan dan
tanggung jawab komisaris independen dalam anggaran dasar perseroan PT. Toba
Pulp Lestari maupun penerapannya dalam setiap kebijakan komisaris untuk
melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap kinerja direksi pada PT. Toba Pulp
Lestari.
Berdasarkan kenyataan yang demikian sehingga hal ini sangat menarik bagi
penulis untuk melakukan penelitian tesis tentang “Analisis Hukum terhadap Peranan
dan Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka (Studi pada
PT. Toba Pulp Lestari Tbk)”
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan Tesis ini dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas, yaitu :
1. Bagaimana pengaturan Komisaris Independen dalam Hukum Perusahaan di
Indonesia?
2. Bagaimana Kedudukan Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka?
3. Bagaimana Peranan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam
menjalankan fungsi pengawasannya pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk?

47

M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hal. 249.

Universitas Sumatera Utara

23

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang merupakan tujuan dari tesis ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan jawaban dari perumusan masalah, sehingga dapat memberikan
penjelasan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan Komisaris Independen dalam Hukum
Perusahaan di Indonesia
2. Untuk mengetahui Kedudukan Komisaris Independen dalam Perseroan
Terbuka.
3. Untuk mengetahui Peranan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen
dalam menjalankan fungsi pengawasannya pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara

Teoretis,

pembahasan

terhadap

masalah-masalah

yang

telah

dirumuskan akan memberikan kontribusi pemikiran serta menimbulkan
pemahaman dan pandangan baru mengenai komisaris independen serta untuk
penyempurnaan perangkat peraturan mengenai perusahaan khususnya dalam
peranan dan tanggungjawab Komisaris Independen.
2. Secara Praktis, penelitian ini ditujukan kepada kalangan pelaku ekonomi yaitu
praktisi yang bergerak di bidang usaha yang berbadan hukum perseroan
terbatas agar dapat lebih mengetahui dan memahami tentang arti penting dari

Universitas Sumatera Utara

24

komisaris independen, kedudukannya, bentuk pertanggung- jawabannya,
kewenangannya dan juga fungsi pengawasannya dalam perseroan terbuka.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya di
lingkungan Universitas Sumatera Utara, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan
dengan Komisaris Independen, namun tidak sama dengan penelitian yang akan
dilakukan dengan judul ”Analisis Hukum terhadap Peranan dan Tanggung Jawab
Komisaris Independen pada Perusahaan Terbuka (Studi pada PT. Toba Pulp Lestari
Tbk)”. Yaitu :
1. “Tinjauan Yuridis Mengenai Kedudukan Komisaris Independen Dalam
mewujudkan Good Corporate Governance Pada Perusahaan Publik”.
Nama : Rusli
Nim

: 047011057

2. “Tanggung jawab dewan komisaris Perseroan Terbatas dalam hal terjadinya
Kepailitan berdasarkan Undang-undang RI No. 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan”.
Nama : Asepte Gaulle Ginting
Nim

: 087005118

3. “Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Dalam Perseroan Terbatas
Antar Lintas Sumatera (ALS)”.
Nama : Eka Ermasyafpriza Handayani Firdaus
Nim

: 087011005

Universitas Sumatera Utara

25

Penelitian mengenai Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka ini yang
apabila dikonfrontatir dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya maka sangat
berbeda permasalahan yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian dan penulisan
tesis ini dijamin keaslian dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1.

Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik

atau proses sesuatu terjadi48dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Suatu hal yang semula
tampak bagaikan cerita cerai berai tanpa makna sama sekali, melalui pemahaman
secara teori bisa dilihat sebagai sesuatu yang lain, sesuatu yang mempunyai wujud
yang baru dan bermakna tertentu.49
Mengenai konsep teori M. Solly Lubis yang mengatakan bahwa “Kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan
(problem) yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang
mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi
peneliti.”50 Dalam penelitian hukum dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan
yang akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran.
Pada penelitian ini, kerangka teori diarahkan kepada teori organ (organ

48

M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203.
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum : Esai-Esai Terpilih, Genta Publishing, Yogyakarta,
2010, hal. 1.
50
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
49

Universitas Sumatera Utara

26

theory). Teori ini yang memberikan status perseroan terbatas tersebut sama seperti
organ manusia dimana yang melakukan pengurusan adalah organ perseroan. Hal ini
merupakan salah satu prinsip dari sebuah perseroan terbatas.
Teori organ menganggap badan hukum tidak sebagai suatu fiksi atau
perumpamaan melainkan sebagai suatu kenyataan belaka (realitas). Para penganut
teori ini menggambarkan badan hukum sebagai sesuatu yang tidak berbeda dari
seorang manusia.51
Kalau seorang manusia bertindak dengan alat-alatnya (organ) berupa tangan,
kaki, jari, mulut, otak, dan lain sebagainya, maka badan hukum juga bertindak
dengan alat-alatnya berupa rapat anggota atau ketuanya dari badan hukum.
Oleh karena alat-alat ini berupa orang-orang manusia juga, maka apabila ada
syarat-syarat dalam peraturan hukum yang melekat pada tubuh manusia
syarat-syarat ini dapat juga dipenuhi oleh badan hukum.52
Teori organ atau teori peralatan atau kenyataan (Otto von Gierke), menurut
teori ini badan hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada di dalam
pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alatnya
(organ) yang ada padanya (pengurusnya), jadi bukanlah sesuatu yang fiksi
tetapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari
konstruksi yuridis.53
Menurut teori organ, badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit
dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia, yang sesungguhnya
dalam lalu lintas hukum juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk
melalui alat-alat kelengkapannya, yaitu pengurus dan anggotanya dan
sebagainya. Putusan yang dibuat oleh pengurus adalah kemauan badan
hukum.54

51
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Di Indonesia,
Penerbit Dian Rakjat, 1969, Jakarta, hal. 10.
52
Ibid
53
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 153.
54
H.Salim, HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010,
hal.180.

Universitas Sumatera Utara

27

Prinsip pengurusan oleh suatu organ dalam suatu perseroan terbatas timbul
sebagai akibat dari sifat perseroan terbatas yang merupakan asosiasi modal dan
mempunyai sifat mobilitas atas penyertaan. Sifat asosiasi modal dalam perseroan
terbatas adalah bahwa perseroan itu merupakan wadah penghimpun modal yang
dibagi dalam saham. Sifat mobilitas atas penyertaan artinya bahwa pemegang saham
yang telah menyertakan modalnya dalam perseroan dapat memperoleh kembali
modalnya dengan cara menjual bagian saham yang dimilikinya sehingga modal
dalam perseroan tidak terpecah.
Maksud dari PT sebagai wadah penghimpun modal adalah sedemikian rupa
agar sekali modal telah terkumpul harus benar-benar dijaga jangan sampai tercerai
berai kembali.55
Oleh karena itu, dalam suatu perseroan terbatas tidak mungkin diadakan suatu
pengurusan oleh semua pemegang saham. Dalam hubungan itu, menurut ajaran,
pengurusan pada PT harus dilakukan oleh suatu organ. Apa artinya oleh suatu
“organ”, maksudnya tidak oleh para pemegang saham, melainkan oleh suatu lembaga
tersendiri, yang terpisah kedudukannya sebagai pemegang saham.56
Dalam UUPT diatur bahwa organ perseroan terbatas adalah RUPS, Direksi
dan komisaris.
Menurut undang-undang, RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. 57

55

Rudhi Prasetya, Op. Cit., hal. 14.
Ibid., hal. 16
57
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
56

Universitas Sumatera Utara

28

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.58 Dewan Komisaris adalah
Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.59
RUPS merupakan wadah tempat para pemegang saham dapat menyatakan
pendapatnya mengenai pengurusan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris.60
Melalui RUPS, para pemegang saham memberikan persetujuan ataupun menolak
terhadap suatu bentuk rencana usaha yang mempunyai risiko besar terhadap
perseroan seperti misalnya menjaminkan atau mengalihkan asset perseroan,
pembubaran, penggabungan perusahaan (merger), dan pengalihan perseroan. Hal-hal
demikianlah yang disebut sebagai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan
komisaris.
Pelaksanaan pengurusan sehari-hari dijalankan oleh suatu organ yang
dinamakan direksi. Direksi dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang.
Pejabatnya dinamakan direktur. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, direksi
mempunyai wewenang yang cukup luas dalam mengelola usaha perseroan mulai dari
bidang keuangan, pemasaran, manajemen dan lainnya yang menyangkut operasional

58

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
60
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di
Pengadilan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007. hal. 63.
59

Universitas Sumatera Utara

29

perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengawasi setiap kebijakan direksi dalam
menjalankan pengurusan perseroan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang
tercantum dalam anggaran dasar perseroan, maka undang-undang memasukkan
dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan.
Teori lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang doktrin/teori
mengenai fiduciary duty. Prinsip fiduciary duty bagi komisaris dapat dilihat dalam
Pasal 114 ayat (2) Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, yang
menyatakan bahwa Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehatihatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian
nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Dalam teori manajemen pengelolaan perseroan terbatas dikenal suatu konsep
yang disebut agency theory. Pengelola perusahaan atau direksi adalah suatu
pihak (agent) yang diberikan kepercayaan oleh pemilik modal untuk
melaksanakan tugas untuk kepentingan mereka berdasarkan suatu kesepakatan,
dan untuk itu agent mendapat imbalan. Untuk melaksanakan tugas ini tidak
cukup bila diserahkan begitu saja, karena bukan mustahil bahwa pihak
pengelolaan akan lebih banyak melihat kepentingannya daripada kepentingan
pemilik modal, maka diperlukan berbagai perangkat untuk mengawasi pengelola
serta memberikan imbalan yang memadai yang tentunya merupakan tambahan
bagi pelaksanaannya.61
Undang-undang menetapkan satu organ yang tugasnya adalah mengawasi
setiap tindakan pengurus perseroan yakni direksi, agar setiap keputusan yang diambil

61

Moenaf H. Regar, Pembahasan Kritis Aspek Manajemen dan Akuntansi Undang-Undang
Perseroan Terbatas 1995, Penerbit Pustaka Quantum, Jakarta, 2001, hal. 11-12.

Universitas Sumatera Utara

30

oleh direksi tetap berada pada koridor maksud dan tujuan serta demi kepentingan
perseroan semata-mata, dan organ dimaksud dinamakan dewan komisaris.
Sama halnya dengan direksi, yang mana dewan komisaris dapat terdiri dari
satu orang atau beberapa orang. Pejabatnya dinamakan komisaris.
Dewan komisaris selain berfungsi sebagai pengawas juga berkewajiban dalam
memberikan nasihat dan masukkan kepada direksi dalam pengelolaan perusahaan,
bahkan dalam hal tertentu dewan komisaris diperkenankan untuk memberikan
bantuan kepada direksi apabila hal tersebut diatur dalam anggaran dasar.62
Komisaris bertugas mengawasi pekerjaan direksi, memberi nasehat kepada
direksi, dan bilamana perlu memberhentikan sementara direksi yang dianggap
menyimpang dari tujuan perseroan. Rincian lebih lengkap mengenai lingkup hak dan
kewenangan komisaris diatur dalam akta perseroan, sehingga kita melihat bahwa
pengawasan terhadap direksi itu sesungguhnya dapat dilakukan.63
Namun dalam prakteknya fungsi dewan komisaris sering juga menyangkut
masalah yang menentukan kebijakan serta mengambil keputusan yang penting
yang tidak dapat dilakukan oleh dewan direksi, seperti keputusan melakukan
investasi dan melakukan penyertaan pada perusahaan dalam jumlah yang besar.
Melakukan fungsi pengawasan oleh dewan komisaris tidak dapat diartikan bahwa
direksi harus tunduk kepada dewan komisaris, walaupun dikatakan dewan
komisaris dapat memberhentikan sementara dewan direksi.64

62

Frans Satrio Wicaksono , Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris
Perseroan Terbatas, Malang: Visimedia, 2009. hal. 76.
63
Todung Mulya Lubis, Menuju Good Corporate Governance (I), http://www. hukumonline.
com/berita/ba