Tingkat Pengetahuan Pekerja Salon Terhadap Dermatitis Kontak di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Pada Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Dermatitis Kontak

2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah suatu inflamasi bersifat polimorfik yang
disebabkan oleh agen eksternal yang berperan sebagai iritan dimana respon imun
yang dimediasi sel T tidak berperan, atau sebagai alergen dimana respon imun
yang dimediasi sel ikut berperan. Pada fase akut ditandai dengan adanya eritema
dan vesikel, pada fase kronik ditandai dengan adanya kulit kering, likenifikasi,
dan fisura.10

2.1.2. Klasifikasi Dermatitis Kontak
Klasifikasi dermatitis kontak dapat dibedakan berdasarkan etiologi yang
menyebabkan penyakit tersebut. Penyebab yang paling sering mengakibatkan
dermatitis kontak adalah bahan iritan yang menyebabkan dermatitis kontak iritan,
serta alergen yang menyebabkan dermatitis kontak alergen / atopik. 10
-


Iritansi Subjektif
Kelainan yang ditandai dengan adanya sensasi nyeri yang terasa pedih

atau perih, tidak lama setelah terjadinya kontak dengan iritan. Pada
kelainan ini lesi pada kulit tidak terlihat. Kelainan ini biasanya
berhubungan dengan penggunaan kosmetik atau krim pelindung sinar
matahari.10
-

Dermatitis Kontak Iritan Akut
Kelainan yang disebabkan oleh satu paparan berlebihan atau paparan

kecil yang terjadi beberapa kali dari suatu bahan iritan kuat. 10
-

Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Kelainan ini disebabkan oleh paparan yang bersifat repetitif dari

bahan iritan yang relatif lebih lemah. Bahan iritan dapat bersifat basah,


Universitas Sumatera Utara

seperti deterjen, sabun, pelarut organik, sabun, atau bahan yang bersifat
asam dan basa lemah, atau kering, seperti udara dengan kelembaban
rendah, panas, bubuk, atau debu. 10
-

Dermatitis Kontak Alergi
Kelainan ini melibatkan sensitisasi sistem imun terhadap satu atau

beberapa alergen spesifik yang menyebabkan dermatitis atau eksaserbasi
dermatitis yang sudah ada sebelumnya. 10
-

Dermatitis Kontak Fototoksik dan Fotoalergi
Dermatitis kontak yang disebabkan oleh adanya paparan sinar

matahari, namun masih sulit untuk membedakan antara fototoksik dan
fotoalergi. 10

-

Dermatitis Kontak Sistemik
Kelainan ini timbul setelah administrasi suatu substansi, yang

sebelumnya menyebabkan sensitisasi topikal, biasanya suatu jenis obat, ke
dalam sistemik. 10
2.2.

Dermatitis Kontak Iritan

2.2.1. Definisi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit yang disebabkan oleh efek
sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik secara fisik maupun kimiawi, yang
bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon peradangan pada
dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup.11
2.2.2. Epidemiologi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita diperkirakan cukup
banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (dermatitis kontak iritan

akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini
disebabkan antara lain oleh banyaknya penderita dengan kelainan ringan tidak
datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh.12
Di Amerika, dermatitis kontak iritan sering terjadi pada pekerjaan yang
melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang pada kulit terhadap

Universitas Sumatera Utara

air, bahan makanan atau iritan lainnya. Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi
pembatu rumah tangga, pelayan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut.
Prevalensi dermatitis tangan karena pekerjaan ditemukan sebesar 55,6% di
intensive care unit dan 69,7% pada pekerja yang sering terpapar (dilaporkan
dengan frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap pergantian). Penelitian
menyebutkan frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap pergantian memiliki
hubungan kuat dengan dermatitis tangan karena pekerjaan.
Di Jerman, angka insiden dermatitis kontak iritan adalah 4,5 setiap 10.000
pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per
10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak.
Berdasarkan jenis kelamin, dermatitis kontak iritan secara signifikan lebih
banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan

pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik.13
2.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko Dermatitis Kontak Iritan
Penyakit dermatitis kontak iritan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut bias berasal dari dalam maupun luar individu. Faktor yang berasal dari
dalam disebut faktor endogen sedangkan faktor yang dari luar disebut faktor
eksogen.
1.

Faktor endogen
a. Faktor genetik
Terdapat hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan
individu untuk mengeluarkan radikal bebas, mengubah derajat
enzim antioksidan,dan kemampuan untuk membentuk perlindungan
heat shock protein semuanya dibawah kontrol genetik. Faktor
tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh terhadap
bahan-bahan iritan. Selain itu, predisposisi genetik terhadap
kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan.14
b. Jenis kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan pada wanita dilaporkan
paling banyak dari pasien laki–laki. Hubungan antara jenis kelamin

dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan

Universitas Sumatera Utara

oleh bahan iritan, kerja basah dan, lebih sering terpapar bahan
kimia sebagai bentuk perawatan kulit daripada laki-laki. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang
ditetapkan berdasarkan penelitian.14
c. Umur
Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi
bahanbahan kimia dan bahan iritan lewat kulit. Banyak studi yang
menunjukkan bahwa tidak ada kecurigaan pada peningkatan
pertahanan kulit dengan meningkatnya umur. Data pengaruh umur
pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang
kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit
yang tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang
muda.14
d. Lokasi lesi
Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi
pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal

tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana
telapak tangan dan kaki lebih resisten.15
e. Faktor eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk
memprediksi potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur
molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit
untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat
kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran
molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain
itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan
dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan
jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan
dermatitis kontak iritan. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh
yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan,
gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu
dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang
menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.14

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat
air kulit. Kebanyak bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit
tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria
atau komplemen inti.16
Pada respon iritan, terdapat komponen yang menyerupai respon
imunologis yang dapat ditunjukkan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai
oleh pelepasan mediator peradangan, khususnya sitokin dari sel kulit yang
nonimun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah
membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan
pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis
factor -α (TNF-α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-a
hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor
(GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF-α adalah salah satu sitokin utama
yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi
Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin
molecul-I pada keratinosit.14
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik di tempat

terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat.
Terdapat dua jenis bahan iritan, yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua
orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang
kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah
kerusakan sel yang di bawahnya oleh bahan iritan.17

Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan
2.2.5.1. Dermatitis Kontak Iritan Akut
Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan
tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari
sampai minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada
kulit. Salah satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati
adalah pelepasan sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi
inflamasi dengan melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel
(misalnya, limfosit, eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan
dermis. Tanda histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu

spongiosis dan pembentukan mickrovesikel, eritema, indurasi, dan edema yang
mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit.18
2.2.5.2. Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit
tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya
kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan
oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat
perhatian.12
2.2.6. Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan pada anamnesis dan
pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak akut lebih mudah diketahui
karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa
yang menjadi penyebabnya. Dermatitis kontak iritan kronis timbul lambat serta
mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan
dengan dermatitis kontak atopik.12 Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan
yang dicurigai, tetapi uji tempel tidak dapat dilakukan pada fase akut, sebab dapat
memperberat penyakit.17

Universitas Sumatera Utara


2.2.7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah
menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi
serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila dapat dilakukan dengan
sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu pengobatan topikal dan cukup
dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.
Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan
kortikosteroid topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi
mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan.12
Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita
dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:
1. Kompres dingin dengan cairan Burrow
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel
dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti
setiap 2- jam.19
2. Glukokortikoid topikal
Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi
yang memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan
beragam.Tindakan lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi.
Agen ini telah membatasi penggunaan dalam pengobatan dermatitis
kontak iritan.13 Pada pengobatan untuk dermatitis kontak iritan akut
yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednisone oral pada 2
minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan tapering 10mg.14
3. Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk
terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan
mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki
peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari
dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis,
infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara

perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara
bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga
digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi
pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Ada beberapa
percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk
dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya
diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis. 19
2.2.8. Komplikasi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara
lain :
1. Dermatitis kontak iritan meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan
topikal.
2. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh
Staphylococcus aureus.
3. Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutapa
pada pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres
psikologik.
4. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi pada area terkena
dermatitis kontak iritan.
5. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.17
2.2.9. Prognosis Dermatitis Kontak Iritan
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi
pada dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada
penderita atopik.17 Prognosis baik pada individu non atopi dimana dermatitis
kontak iritan didiagnosis dan diobati dengan baik. Individu dengan dermatitis
atopik rentan terhadap dermatitis kontak iritan.13

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Dermatitis Kontak Alergi

2.3.1. Definisi Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan
kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi.20
2.3.2. Epidemiologi Dermatitis Kontak Alergi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat.12
Angka kejadian dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak
dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis
kontak akibat kerja.21
2.3.3. Etiologi dan Faktor Risiko Dermatitis Kontak Alergi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.12 Faktor-faktor
yang mempengaruhi dermatitis kontak alergi adalah faktor-faktor sebagai berikut.
1. Faktor Genetik
Percobaan dengan p-nitroso-dimethylaniline (NDMA) dan 2,4dinitrochlorobenzene (DNCB) mendapatkan variasi individu dalam
kerentanan terhadap sensitisasi kontak dimana individu yang lebih
rentan terhadap sensitisasi dengan satu bahan kimia menunjukkan
sedikit atau tidak ada kerentanan terhadap sensitisasi dengan bahan
kimia lain.22
2. Jenis Kelamin
Wanita memiliki kadar imunoglobulin (Ig) yaitu IgM dan IgG yang
lebih banyak daripada pria dan respon imun diperantarai sel yang

Universitas Sumatera Utara

lebih kuat. Pengaruh hormon seks dalam induksi dan elisitasi alergi
kontak sebagian besar tidak diketahui. Pada suatu studi pilot
didapatkan respon terhadap DNCB meningkat pada wanita yang
mendapat hormon kontrasepsi oral dan reaktivitas tes tempel yang
berbeda pada siklus menstruasi. Alasan utama dominasi perempuan
dalam berbagai penelitian tes tempel klinis adalah jumlah wanita
sensitif nikel dan kobalt yang tinggi. Perbedaan inimungkin
disebabkan juga oleh faktor sosial dan lingkungan dimana perempuan
lebih cenderung mengalami sensitivitas nikel karena peningkatan
pemakaian perhiasan dan laki–laki lebih cenderung mengalami
sensitivitas kromat dari paparan pekerjaan.22,23
3. Usia
Pola paparan terhadap alergen lingkungan berbeda antara berbagai
kelompok usia. Individu muda lebih sering terpapar terhadap bahan
kimia industri dan kosmetik dibandingkan individu lebih tua yang
lebih sering terpapar obat-obat topikal. Prevalensi alergi kontak
meningkat seiring dengan meningkatnya usia karena akumulasi alergi
yang diperoleh sepanjang hidupnya.22,23
4. Ras
Pada percobaan sensitisasi terhadap poison ivy di tahun 1966
didapatkan perbedaan ras dimana individu berkulit hitam lebih
resisten dibandingkan individu berkulit putih.23
5. Dermatitis Atopik
Adanya downregulation sel T helper (Th)1 pada individu atopi
diharapkan menurunkan kejadian DK, namun berbagai penelitian
klinis masih kontradiksi.Sebagian besar menemukan kecenderungan
sensitisasi kontak yang menurun walaupun penelitian-penelitian
terbaru mendapatkan bahwa pada individu atopi terjadi peningkatan
frekuensi sensitisasi nikel.22
6. Penyakit Penyerta
Pada pasien dengan penyakit akut atau yang menurunkan daya tahan
tubuh seperti kanker, penyakit Hodgkin dan mikosis fungoides, terjadi

Universitas Sumatera Utara

gangguan untuk terjadinya sensitisasi kontak. Ini juga terlihat pada
pasien dengan fungsi limfosit T yang terganggu.22,23
2.3.4. Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune
response) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit
timbul secara lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam
setelah terpajan dengan alergen. Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri
dibagi menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.24
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.12
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten (alergen yang memilik berat molekul kecil yang dapat
menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein untuk membentuk
antigen lengkap). Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap
dan diproses oleh antigen presenting cells (APC), yaitu makrofag, dendrosit, dan
sel Langerhans.13 Selanjutnya antigen ini dipresentasikan oleh APC ke sel T.
Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar
getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian
tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga
menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat
kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau
fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.12
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan
merangsang sel T untuk mensekresi IL-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF
(interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi
dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan

Universitas Sumatera Utara

mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai
macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak
sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui
beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan prostaglandin E-1dan
2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi
menekan produksi IL-2 dan sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit.
Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak
degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang
molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain,
seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau
meredakan peradangan.24
2.3.5. Gejala Klinis Dermatitis Kontak Alergi
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas
jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat
kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis;
mungkin penyebabnya juga campuran.12
Sifat alergen dapat menentukan gambaran klinisnya. Bahan kimia karet
tertentu (phenyl-isopropyl-p-phenylenediamine) bisa menyebabkan dermatitis
purpura, dan derivatnya dapat megakibatkan dermatitis granulomatosa. Dermatitis
pigmentosa dapat disebabkan oleh parfum dan kosmetik.25
2.3.6. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Diagnosis dermatitis kontak alergi ditegakkan dengan anamnesis yang
teliti, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab.
Hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjut untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara

kekambuhan. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan
penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, pertanyaan personal mengenai
pakaian baru, sepatu lama, kosmetik, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain
yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan eritema, edema dan papul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas,
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.14,26
Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang
bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan korektif
dapat diambil. Uji tempel dilakukan untuk konfirmasi dan diagnostik tetapi hanya
dalam kerangka anamnesis dan pemeriksaan fisik.27
2.3.7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergi
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul.11
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema,
edema, bula atau vesikel, serta eksudatif. Umumnya kelainan kulit akan mereda
setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam
faal.Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah
mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan
kortikosteroid topikal.12
2.3.8. Prognosis Dermatitis Kontak Alergi
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis
numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin
dihindari.12

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Pengetahuan

2.4.1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
2.4.2. Klasifikasi pengetahuan
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu
rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan
tingkatan pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek
yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus
mampu

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)

Universitas Sumatera Utara

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

2.4.3. Fungsi pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan
merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur,
tersistematis,

menggunakan

seluruh

potensi

kemanusiaan

dan

dengan

menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari
dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu
pengetahuan.28
2.4.4. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu
bersumber pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan
indrawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat
relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung
kekuatan psikis, daya indra memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal
konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial
disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan
intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio
intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat
objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya.28
2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan ekternal.
Pengetahuan internal berasal dari dalam diri manusia sedangkan faktor eksternal
adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupan. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas,
penghasilan, dan sosial budaya.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

Universitas Sumatera Utara

pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.
Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
Fasilitas, fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang, akan
tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi. Sosial budaya,
kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.29
2.4.6. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas.29
Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan
seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat
yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), dan kurang
(