Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Stylist Dan Kapster Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

(1)

CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

NOVIA ZULFA HANUM NIM : 108101000048

PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NOVIA ZULFA HANUM NIM : 108101000048

PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2012


(4)

Skripsi, September 2012

Novia Zulfa Hanum, NIM : 108101000048

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Stylist Dan Kapster Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

xxii + 136 halaman, 9 tabel, 1 grafik, 2 bagan, 5 gambar, 6 lampiran. Abstraksi

Penyakit kulit akibat kerja adalah keadaan patologi pada kulit yang terjadi akibat adanya paparan dengan banyak faktor yang berperan. Dermatitis kontak akibat pekerjaan (occupational contact dermatitis) secara medis dapat diartikan sebagai dermatitis kontak dimana pekerjaan merupakan penyebab utama atau salah satu diantara faktor-faktor yang menyebabkan dermatitis kontak. Salah satu pekerjaan yang berisiko adalah stylist dan kapster pada salon kecantikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Adapun faktor faktor yang berhubungan tersebut adalah lama kontak, frekuensi kontak, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya, jenis pekerjaan, suhu, kelembaban, personal hygiene, penggunaan APD. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012. Sampel penelitian adalah pekerja salon yang ada di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada stylist dan kapster di wilayah kecamatan Ciputat Timur, maka diperoleh hasil bahwa dari 81 orang stylist dan kapster, 48 orang (59.3 %) mengalami dermatitis kontak. Hasil uji bivariat secara statistik yang menunjukkan hubungan dengan dermatitis kontak adalah variabel lama kontak (p value 0.009), riwayat penyakit kulit sebelumnya (p value 0.011), personal hygiene (p value 0.022), dan penggunaan APD (p value 0.043).

Untuk mengurangi risiko dermatitis kontak dapat dilakukan dengan menerapkan personal hygiene dan menggunakan APD yang sesuai. Bagi pengelola salon agar memberikan APD dan pakaian seragam yang sesuai agar kontak dengan bahan kimia dapat dikurangi dan melakukan pengawasan selama bekerja.

Kata kunci : Dermatitis kontak, stylist dan kapster, salon Daftar bacaan : 42 (1981-2012)


(5)

MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Thesis, September 2012

Novia Zulfa Hanum, NIM: 108101000048

The factor that related with Dermatitis Contact at Stylist and Kapster in Subdistric of East Ciputat 2012

xxii + 136 pages, 9 tables, 1 graph, 2 chart, 5 images, 6 attachments. Abstract

Occupational skin disease is a pathological condition of the skin that occurs as a result of exposure to a lot of factors at play. Occupational contact dermatitis (can be defined as medically contact dermatitis where the work is the main cause or one among the factors that cause contact dermatitis. One of the jobs that are risky and kapster stylist at a beauty salon.

This research have aim to understand factor that have related to contact dermatitis at stylist and kapster in subdistric of east Ciputat 2012. Research timeline is from Juni until September 2012. The factor that have related to contact dermatitis are contact frequency, time contact, age, gender, length of service, history of allergy, atopic history, history of previous skin disease, kind of job, temperature, humidity, personal hygiene, and the use of PPE variable. The reasearch object is stylist and kapster who work in salon, and researchers use cross sectional method for this research with total sample as much as 81 people.

Based on the research that has been done on the stylist and kapster in subdistrict East Ciputat 2012, the obtained results that of the 81 stylist and kapster, 48 people (59.3%) got contact dermatitis. The results of bivariate statistical tests that show an association with contact dermatitis is time contact variable (p value 0.009), history of previous skin disease (p value 0.011), personal hygiene (p value = 0022), and the use of PPE (p value 0.043).

To reduce the risk of contact dermatitis can be done by applying personal hygiene and use appropriate PPE. For salon manager to provide PPE and uniforms that fit that contact with chemicals can be reduced, and oversight during the work.

Keyword : Contact dermatitis, stylist and kapster, salon References : 42 (1981-2012)


(6)

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA STYLIST DAN KAPSTER DI WILAYAH KECAMATAN

CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 03 Oktober 2012


(7)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 03 Oktober 2012


(8)

B. FORMAL EDUCATION

Year School

1994 - 1995 TK BHAYANGKARI PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT 1995 – 2001 SDN 31 PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT

2001 – 2004 SMPN 1 PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT 2004 – 2007 SMAN 2 PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT 2008 –

Sekarang

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT (S1)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Full Name : Novia Zulfa Hanum

Gender : Female Place / Date of

Birth

: Padang, 20 November 1989 Nationality : Indonesian

Home Address : Kerta Mukti, Ciputat – Tangerang Selatan

(belakang Masjid Fathullah Komplek UIN Syarif Hidayatullah )

Faculty/Majority : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan / Kesehatan Masyarakat Religion : Islam

Marital Status : Single Phone/Mobile

Phone

: 085718689503


(9)

Date Experience/ Informal Courses Institution Name 2001 – 2004 Pramuka SMPN 1 Payakumbuh SMPN 1 Payakumbuh 2004 – 2007 Palang Merah Remaja SMAN 2

Payakumbuh

SMAN 2 Payakumbuh 2007 – 2008 Pengurus Organisasi IMM (Ikatan

Mahasiswa Muhammadiah) Cabang Ciputat

IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiah) Cabang Ciputat

2007 – 2008 Pengurus Organisasi KMM (Keluarga Mahasiswa Minangkabau) koorkom Ciputat

Ciputat

2008 – 2011 Pengurus BEM sebagai divisi Penelitian dan Pengembangan (Badan Eksekutif Mahasiswa ) jurusan Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

22-28 Februari 2009

Relawan yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung (FMITFB) wilayah Jawa Barat melalui Kegiatan Sosialisasi Flu Burung

Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FPBI) 27 Februari 2011 Asisten Panitia Pengawas Lapangan

(APPL) dalam pemungutan Suara Ulang Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Panitia pengawas Pemilihan Umum Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten 11 Juli 2012 Kontributor Quick Count Pemilukada

Provinsi DKI Jakarta


(10)

12 Mei 2008 “Sanitasi Melalui Pelestarian Air dan Lingkungan” oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17 Desember 2009 “Menuju Indonesia Bebas Kaki Gajah dan Sosialisasi Flu Burung” oleh BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22 Maret 2010 Seminar Nasional Bersama dr. Boyke “Bahaya Kanker Serviks dan Hubungannya dengan Seks anda” oleh Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Januari 2011 “Regulasi Keamanan Pangan Minuman Isotonik di Indonesia” oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Januari 2011 “Sudah Amankah Anda Berkendara ?” oleh Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Januari 2011 “Angkutan Transportasi Nyaman Tanpa Berdesakan Sampai Tujuan dengan Aman” oleh Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26 April 2011 “Perlindungan dan Pemberian ASI Eksklusif bagi Bayi dan Balita” oleh Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21 April 2011 “Building Green Generation : A Move Towards Suistainable Earth” oleh Departemen Kesehatan Lingkungan

9 Januari 2012 “Lalai Listrik, Waspadalah Kebakaran” oleh Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10 Januari 2012 “Seminar Tanggap Darurat Bencana Banjir : Kalau Banjir Ngapain?” oleh Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14-15 Januari 2012 Pelatihan Integrasi OHSAS 18001, SMK3, ISO 9001 oleh Super Training Indonesia di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia


(11)

ﻢﯿﺣ ﺮﻟ ا ﻦﻤﺣﺮﻟ ا ا ﻢﺴﺑ ﮫﺗ ﺎﻛ ﺮﺑ و ا ﺔﻤﺣرو ﻢﻜﯿﻠﻋ م ﻼﺴﻟ ا

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha Mencintai, dengan pancaran cinta yang abadi. Yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia kepada hamba-Nya dengan adil dan sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya. Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Stylist Dan Kapster Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Keluargaku tercinta, Mama dan Papa yang selalu memberikan nasihat dan semangat agar selalu menjadi orang yang mengamalkan ilmunya. Serta Adikku, Keluarga Besar Alm. H. Darwis dan Keluarga Besar Alm. H. Muas Ali yang selalu mendukung setiap langkahku.

2. Prof. Dr (Hc). dr. MK. Tadjudin, SP.And selaku Dekan, yang telah banyak memfasilitasi selama kegiatan menuntut ilmu.


(12)

luas.

4. Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK selaku pembimbing yang secara tulus dan penuh kesabaran membimbing kami untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

5. Ibu Yuli Amran, MKM selaku pembimbing yang secara tulus dan penuh kesabaran membimbing kami untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes, dan Bapak Dr. Arif Sumantri, M. Kes yang telah menjadi penguji serta memberikan saran dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

7. Para pekerja salon di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis.

9. Teman-teman Stoopelth angkatan 2008 kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan dukungan

10.Teman-teman kosanku Vita-Zum yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

11.Teman-teman satu penelitian Niswah, Sofia, Astri, Riska yang selalu saling membantu dan bekerja sama.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(13)

terima kasih, semoga kebaikan semua mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S.W.T dan berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. Semoga Allah SWT menerima seluruh amal dan niat baik kita selama ini sehingga cinta kasih Allah SWT selalu menyertai kita sebagai umat-Nya yang selalu mengharapkan keridhoan-Nya. Amin.

Jakarta, 03 Oktober 2012


(14)

ABSTRAK . ... ii

ABSTRACT . ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN . ... iv

LEMBAR PENGESAHAN . ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ... vi

KATA PENGANTAR . ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR BAGAN . ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN . ... xxii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah . ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4 Tujuan Kegiatan 1.4.1 Tujuan Umum ... 11

1.4.2 Tujuan Khusus ... 11

1.5 Manfaat Kegiatan 1.5.1 Bagi pengelola salon. ... 13

1.5.2 Bagi peneliti. ... 13


(15)

2.1 Penyakit Kulit Akibat kerja . ... 15

2.2 Dermatitis kontak 2.2.1 Definisi ... 17

2.2.2 Anatomi kulit ... 19

2.2.2.1 Lapisan epidermis . ... 19

2.2.2.2 Lapisan dermis . ... 20

2.2.2.3 Lapisan subkutis . ... 21

2.2.3 Skin Barrier . ... 21

2.2.4 Etiologi ... 22

2.2.5 Fisiologi . ... 24

2.2.6 Tanda dan gejala ... 28

2.2.7 Diagnosis . ... 31

2.2.7.1 Anamnesis . ... 31

2.2.7.2 Uji tempel/Patch test . ... 32

2.3 Pengertian salon kecantikan ... 33

2.3.1 Pengertian stylist dan kapster. ... 33

2.3.2 Tugas stylist dan kapster pada salon kecantikan 2.3.2.1 Stylist . ... 34

2.3.2.2 Kapster . ... 38

2.3.3 Kosmetika 2.3.3.1 Pengertian kosmetika. ... 43

2.3.3.2 Syarat Dan Fungsi Bahan Kosmetika. ... 44

2.3.3.3 Bahan kosmetika yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam produksi kosmetika... 45

2.3.3.4 Menurut Bahan Dan Cara Pembuatannya. ... 46

2.3.4 Pengendalian Risiko Paparan Bahaya Kimia (Kosmetika) 2.3.4.1 Personal Hygiene. ... 46


(16)

2.4.1 Lama kontak . ... 52

2.4.2 Frekuensi Kontak . ... 53

2.4.3 Bahan Kimia . ... 54

2.4.4 Jenis kelamin . ... 57

2.4.5 Usia ... 58

2.4.6 Masa kerja. ... 59

2.4.7 Jenis pekerjaan . ... 59

2.4.8 Riwayat alergi . ... 61

2.4.9 Riwayat Atopik . ... 61

2.4.10 Riwayat penyakit kulit sebelumnya . ... 62

2.4.11 Tekstur Kulit . ... 63

2.4.12 Musim . ... 63

2.4.13 Keringat . ... 63

2.4.14 Ras . ... 64

2.4.15 Suhu dan Kelembaban . ... 64

2.4.16 Personal hygiene . ... 65

2.4.17 Penggunaan APD . ... 67

2.5 Kerangka Teori . ... 68

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep . ... 69

3.2 Definisi Operasional . ... 72

3.3 Hipotesis ... 75

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian . ... 77

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian . ... 77


(17)

4.4.2 Thermohygrometer . ... 80

4.4.3 Kuisioner . ... 80

4.4.4 Lembar observasi . ... 81

4.5 Pengumpulan Data 4.5.1 Data Primer , ... 81

4.6 Pengolahan data 4.6.1 Data coding. ... 82

4.6.2 Data editing. ... 82

4.6.3 Data structure. ... 82

4.6.4 Data entry. ... 82

4.6.5 Data cleaning. ... 82

4.7 Tekhnik analisis data 4.7.1 Analisa Univariat . ... 83

4.7.2 Analisis bivariat ... 83

BAB V HASIL 5.1 Analisis univariat ... 84

5.1.1 Gambaran Dermatitis Kontak pada Stylist dan Kapster di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 . ... 84

5.1.2 Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 5.1.2.1 Gambaran Lama Kontak ... 86

5.1.2.2 Gambaran Frekuensi Kontak . ... 87

5.1.2.3 Gambaran Usia . ... 87

5.1.2.4 Gambaran Jenis Kelamin . ... 87

5.1.2.5 Gambaran Masa Kerja... 87

5.1.2.6 Gambaran Riwayat Alergi . ... 88


(18)

5.1.2.10 Gambaran Suhu . ... 89

5.1.2.11 Gambaran Kelembaban . ... 89

5.1.2.12 Gambaran Personal hygiene . ... 90

5.1.2.13 Gambaran APD . ... 90

5.2 Analisis Bivariat ... 91

5.2.1 Hubungan Antara Lama Kontak dengan Dermatitis Kontak . .. 94

5.2.2 Hubungan Antara Frekuensi Kontak dengan Dermatitis Kontak . 94 5.2.3 Hubungan antara Usia dengan Dermatitis Kontak . ... 94

5.2.4 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Dermatitis Kontak . .. 94

5.2.5 Hubungan antara Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak . ... 95

5.2.6 Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Dermatitis Kontak . 95 5.2.7 Hubungan antara Riwayat Atopik dengan Dermatitis Kontak . 96 5.2.8 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan Dermatitis Kontak . ... 97

5.2.9 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Dermatitis Kontak. 97

5.2.10 Hubungan antara Suhu dengan Dermatitis Kontak . ... 98

5.2.11 Hubungan Kelembaban dengan Dermatitis Kontak . ... 98

5.2.12 Hubungan antara Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak . 98 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian ... 100

6.2 Dermatitis Kontak ... 101

6.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Stylist dan Kapster di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 . ... 104

6.3.1 Hubungan lama kontak dengan dermatitis kontak . ... 104


(19)

6.3.5 Hubungan masa kerja dengan dermatitis kontak. ... 111

6.3.6 Hubungan riwayat alergi dengan dermatitis kontak . ... 112

6.3.7 Hubungan riwayat atopik dengan dermatitis kontak ... 115

6.3.8 Hubungan riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan dermatitis kontak . ... 118

6.3.9 Hubungan jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak. ... 120

6.3.10 Hubungan suhu dengan dermatitis kontak . ... 122

6.3.11 Hubungan kelembaban dengan dermatitis kontak . ... 124

6.3.12 Hubungan personal hygiene dengan dermatitis kontak . ... 125

6.3.13 Hubungan penggunaan APD dengan dermatitis kontak . ... 128

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 130

7.2 Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN


(20)

Tabel 2.1 Alergen yang Sering Menimbulkan ACD . ... 24

Tabel 2.2 Bahan Kimia Berpotensi Iritasi dan Sensitisasi ... 54

Tabel 3.1 Definisi operasional ... 72

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel ... 78

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dermatitis Kontak Pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ... 84

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi lama kontak, frekuensi kontak, usia, masa kerja, suhu, kelembaban Pada Stylish dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ... 85

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi jenis kelamin, riwayat alergi, riwayat atopi, riwayat penyakit kulit sebelumnya, jenis pekerjaan, personal hygiene, APD) Pada Stylish dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ... 86

Tabel 5.4 Analisis Hubungan antara jenis kelamin, riwayat alergi, riwayat atopi, riwayat penyakit kulit sebelumnya, jenis pekerjaan, personal hygiene, APD dengan Dermatitis Kontak Pada Stylish dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ... 92

Tabel 5.5 Analisis Hubungan antara Lama Kontak, Frekuensi Kontak, Usia, Masa Kerja Suhu dan Kelembaban) dengan Dermatitis Kontak pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ... 93


(21)

Grafik 1.1 Incidence rates (per 10.000 pekerja) dari Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi pada 12 jenis pekerjaan yang memiliki risiko tinggi mengalami penyakit kulit akibat kerja di North Bavaria . ... 4


(22)

(23)

Gambar 6.1 Bagian tubuh yang mengalami dermatitis kontak pada stylist dan kapster di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 . ... 103 Gambar 6.2 Diagram Bar Proporsi Dermatitis Kontak Berdasarkan Riwayat

Penyakit Kulit Sebelumnya dan Jenis kelamin laki-laki pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 . .... 110 Gambar 6.3 Diagram Bar Proporsi Dermatitis Kontak Berdasarkan Riwayat

Penyakit Kulit Sebelumnya dan yang tidak memiliki riwayat alergi pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 . ... 114 Gambar 6.4 Diagram Bar Proporsi Dermatitis Kontak Berdasarkan personal

hygiene dan yang tidak memiliki riwayat atopi pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 . ... 117 Gambar 6.5 Diagram Bar Proporsi Dermatitis Kontak Berdasarkan personal

hygiene dan Jenis pekerjaan pada Stylist dan Kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 . ... 121


(24)

Lampiran 1 Surat Izin Peminjaman Alat Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Pemeriksaan Fisik Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data SPSS Lampiran 6 Foto Dermatitis Kontak


(25)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Dengan semakin majunya tingkat pendidikan masyarakat, bertambahnya penghasilan serta pengaruh media masa, masyarakat semakin memperhatikan kesehatan dan estetika kulit, hal ini berdampak pada kebutuhan akan perawatan kulit. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, produk-produk perawatan kulit semakin banyak dan efek samping kosmetika cenderung meningkat kerena bertambahnya rumah-rumah kecantikan (salon) dan penata rambut yang kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat, bukan saja di kota namun telah merambah ke pedesaan.

Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk kesehatan kulit rambut dan tubuh dengan perawatan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif yang modern maupun tradisional tanpa tindakan operasi atau bedah. Salon kecantikan merupakan sebuah usaha yang berhubungan dengan perawatan kosmetik untuk pria dan wanita. Variasi lain dari jenis ini termasuk usaha salon rambut dan spa. Disini terdapat perbedaan antara salon kecantikan dan salon rambut dan meskipun banyak usaha kecil yang menawarkan banyak set perawatan; salon kecantikan menyediakan layanan umum yang berkaitan dengan kesehatan kulit, wajah estetika, perawatan kaki, aromaterapi, bahkan meditasi, terapi oksigen, mandi lumpur, dan tak terhitung layanan lainnya (Dewi, 2012).

Definisi kosmetika menurut The Federal Food, Drugs, and Cosmetics Act dalam Harjanti et.al (2009) adalah bahan yang digosokkan, dipercikkan,


(26)

disemprotkan, dimasukkan kedalam, atau dipergunakan pada tubuh atau bagian tubuh manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah penampilan tanpa mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh. Bahan yang paling sering menimbulkan efek samping pada kosmetika adalah oxidative hair dyes atau semir rambut dan permanent wave primary solutions yang dipakai untuk mengolah bentuk rambut. Formula tersebut mengandung PPD (p-phenylenediamine ) dan PTD (p-tuloenediamine).

Dalam Sabili (2011), dijelaskan bahwa hukum menggunakan kosmetika dalam Islam adalah boleh-boleh saja, asalkan bahannya bagus, tidak merusak, tidak berlebihan, aman berarti tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan tidak menimbulkan efek samping yang buruk. Karena Nabi bersabda, “Segala yang berbahaya dan membahayakan adalah dilarang.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Baihaqi dan lain-lain). Selain itu alat-alat kosmetik yang dipakai itu tidak terbuat dari bahan-bahan yang kotor/najis dan bahan-bahan yang diharamkan. Allah SWT melarang menggunakan yang buruk atau yang kotor-kotor meskipun itu menarik perhatian misalnya menjadikan minyak atau lemak babi, anjing, darah, bangkai sebagai bahan-bahan kosmetik. Alasannya, Allah SWT telah mengharamkan hal itu untuk dipakai atau dimakan, seperti terdapat ayat 145 surah Al-An’am (6): ”Katakanlah: ’Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor...”


(27)

penampilan dari kulit, rambut dan kuku harus diimbangi dengan resiko yang harus diterima, termasuk akibat samping ataupun reaksi yang tidak diinginkan, meskipun relatif aman. Beberapa reaksi yang tidak diinginkan antara lain : rasa terbakar, iritasi, kontak alergik, fotoalergik atau fototoksik, akne, urtikaria kontak, hiper dan hipo pigmentasi kelainan pada rambut dan kuku. Kelompok - kelompok yang terkena kelainan tersebut diatas, tentunya mereka yang terlibat langsung dengan penggunaan atau pemakaian misalnya pekerja pabrik kosmetik, pengguna kosmetika dan cosmetologist, termasuk pekerja salon : beauticians, hair stylist atau hair dresser dan manicurist/nail artist.

Penyakit kulit akibat kerja adalah keadaan patologi pada kulit yang terjadi akibat adanya paparan dengan banyak faktor yang berperan. Prevalensi Penyakit kulit akibat kerja di negara industri tercatat cukup tinggi. Pada tahun 1975, survey tahunan The National Institute of Occupational Safety Health (NIOSH) menemukan angka penyakit kulit akibat kerja yang sebenarnya mungkin 20-50% lebih tinggi dari yang dilaporkan. Berdasarkan data dari United States Bureau of Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapati 24% kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit.

Dermatitis Kontak pada penata rambut adalah salah satu penyakit kulit akibat kerja yang sering terjadi. Saat ini, frekuensi penyakit kulit akibat kerja pada penata rambut sulit untuk dinilai. Di Eropa, penyakit kulit pada penata rambut profesional berada dalam 5 penyakit yang paling umum terjadi. Diperkirakan 10-20% dan bahkan 50% dari penata rambut menderita penyakit kulit. Beberapa


(28)

gejala seperti lesi yang terjadi dengan cepat, seringkali dirasakan dalam tahun pertama atau tahun kedua kerja, kadang-kadang bahkan lebih lama (Kieć-Świerczyńska et.al, 2009).

Di North Bavaria, penata rambut merupakan pekerjaan yang mengalami penyakit kulit akibat kerja dermatitis kontak tertinggi dengan nilai incidence rate 67,2/10.000 pekerja untuk dermatitis kontak alergi dan 46,9/10.000 pekerja untuk dermatitis kontak iritan. Kemudian disusul oleh pekerjaan bakers dengan nilai icidance rate 10,9/10.000 pekerja untuk dermatitis kontak alergi dan 23,5/10.000 pekerja untuk dermatitis kontak iritan.

Sumber : Diepgen TL (2003) dikutip dari Coenraads, et.al (2005) Grafik 1.1

Incidence rates (per 10.000 pekerja) dari Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi pada 12 jenis pekerjaan yang memiliki risiko tinggi mengalami penyakit


(29)

Di Inggris, penata rambut memiliki kejadian tertinggi dengan tingkat kejadian 23.9/100, 000 pekerja. Prevalensi tahunan penyakit eksim tangan diperkirakan 6-11% pada masyarakat umum di Eropa Utara, sedangkan sekitar 13-18% di antaranya adalah penata rambut. Tingkat rata-rata kejadian dermatitis tangan dilaporkan dalam penelitian pada penata rambut Belanda adalah 32,8 kasus per 100 orang/tahun. Risiko penata rambut harus meninggalkan profesi ini paling sering karena asma atau eksim tangan dan perubahan pekerjaan karena eksim tangan dilaporkan hampir 3 kali lebih sering oleh penata rambut daripada kelompok lainnya (Johansen, et.al, 2011).

Dalam sebuah studi dari Australia Barat dengan 97% dari siswa SMA penata rambut menderita penyakit kulit. Begitu pula dengan penelitian di London yang menunjukkan bahwa 30 dari 33 penata rambut muda didiagnosis eksim tangan. Awalnya, lesi disebabkan oleh iritasi, kemudian alergi. Di New South Wales Australia, penyakit kulit mencapai 12 juta dolar per tahun, dan Amerika Serikat berkisar dari 222 juta - $ 1 triliun. Di antara semua penyakit kulit akibat kerja tersebut, 95% merupakan dermatitis kontak (dermatitis kontak) (Kieć-Świerczyńska et.al, 2009).

Penata rambut dan ahli kosmetik nasional di Amerika Serikat dalam Putra (2008) menemukan bahwa dari 405 responden yang mengalami dermatitis, lebih dari 50% diantaranya mengalami dermatitis yang disebabkan oleh shampo, larutan pengeriting permanen dan pewarna rambut. Dari 203 penata rambut yang mengalami dermatitis, 62 diantaranya datang berobat ke dermatologist dan 20 diantaranya mengalami dermatitis kronis. Seperti halnya dermatitis pada tangan


(30)

(hand dermatitis) yang diinduksi oleh pekerja, maka adanya riwayat Dermatitis Atopik (DA) membuat seorang individu lebih beresiko terkena dermatitis. Dengan demikian maka penata rambut merupakan salah satu pekerjaan yang tidak baik untuk orang dengan riwayat atopik.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat juga dilakukan dengan melakukan Patch-test pada 210 pasien (usia rata-rata, 53,8 tahun, perempuan, 94,8%). Area yang paling banyak terkena dermatitis adalah kulit kepala, wajah, dan tangan. Pasien memiliki pekerjaan yang sangat beragam. Pekerjaan yang paling sering adalah cosmetologist (10.5%), housewife (9.5%), and beautician (5.2%), dan 14.3% pada pekerja yang sudah pensiun. Dari 210 pasien yang diuji, 71% (n=149) mengalami paling sedikit satu alergi pada reaksi patch-test, dan 20% (n=42) mengalami paling sedikit satu reaksi iritasi (Wang et.al, 2011).

Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa penata rambut muda memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan eksim tangan dibandingkan dengan penata rambut yang lebih tua, namun tren ini mungkin terlihat karena banyak penata rambut mengubah karir karena masalah kulit mereka. Di banyak kasus, eksim tangan adalah kombinasi dari iritan dan berbagai alergi. Seorang penata rambut bisa mendapatkan dermatitis iritan kering untuk pekerjaan basah saat keramas klien rambut atau dermatitis kontak alergi karena p-phenylenediamine (PPD) atau toluena-2,5-diamina di pewarna rambut. Dalam sebuah studi Irlandia itu menunjukkan bahwa sampai 54,8% dari penata rambut dengan Atopic Contact Dermatitis (ACD) atau Irritant Contact Dermatitis (ICD) meninggalkan pekerjaan karena masalah kulit. Penyelidikan serupa di Jerman dilakukan pada siswa penata


(31)

rambut menunjukkan bahwa 30,1% dari mereka berhenti sekolah dengan alasan mengalami masalah dengan kulit (Johansen, et.al, 2011).

Beberapa kasus lain mengenai dermatitis kontak pada penata rambut seperti seorang penata rambut (67 tahun), tanpa riwayat atopik, telah berkali-kali mengalami rhino-conjunctivitas, batuk ringan, dan pembengkakan kelopak mata terkait pekerjaannya dan terjadi setelah kontak dengan beberapa parfum setahun sebelumnya. Dia mengamati bahwa gejala dialami selama melakukan prosedur pencelupan rambut, terutama setelah menyikat rambut kering. Namun dia tidak mengalami gejala selama akhir pekan dan hari libur (Wigger et.al, 1995).

Kasus lain seperti seorang wanita berusia 26 tahun yang bekerja di sebuah salon tata rambut selama 8 tahun. Selama 3 tahun dia bekerja, dia mengalami eksim akut, pertama pada area tangan dan wajah kemudian menyebar pada area lainnya. Reaksi terjadi beberapa kali dan kemudian menghilang ketika dia menjauh dari tempat kerja. Akhirnya membuat dia meninggalkan pekerjaannya (Aggure et.al, 1994).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25-26 Mei 2012 pada 15 orang stylist dan kapster di wilayah kecamatan Ciputat Timur didapatkan 10 orang stylist dan kapster yang mengalami dermatitis kontak dan 5 orang pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Dari 10 orang yang mengalami dermatitis kontak mengeluhkan gejala gatal (50 %), kemerahan (80 %), bengkak (60 %), kulit kering (40 %), mengelupas (40 %), dan kulit bersisik (50 %). Hasil tersebut diperoleh dari pemeriksaan fisik yang diperkuat dengan pemeriksaan dokter. Pada saat bekerja di salon, para pekerja banyak berkontak dengan bahan


(32)

kimia dari kosmetika seperti pewarna rambut, pencuci rambut, dan pelurus rambut, sehingga kemungkinan terjadinya dermatitis kontak lebih besar.

Berdasarkan teori-teori dari para ahli yaitu Agner et.al (2005), Nuraga dkk (2006), Agius r (2006), Lestari dan Utomo (2007), Djuanda A (1987), Cohen ED (1999), Erliana (2008), dan beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak adalah faktor langsung (lama kontak, frekuensi kontak dan bahan kimia) dan faktor tidak langsung (usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, tekstur kulit (ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap), musim, keringat, jenis pekerjaan, suhu, kelembaban, personal hygiene, APD dan ras).

Oleh karena itu perlu diteliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dilakukan tindakan preventif untuk mencegah penyakit akibat kerja khususnya dermatitis kontak pada stylist dan kapster.

1.2 Rumusan masalah

Pada salon kecantikan, penyebab penyakit yang timbul akibat kerja antara lain penyakit saluran pernafasan akibat debu, kapas, bahan kimia dari obat kecantikan, asma akibat dari sensitivitas zat perangsang dari zat kimia bahan kecantikan (terutama yang disemprotkan), dan penyakit kulit yang disebabkan oleh: faktor fisik, kimiawi dan biologis.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 15 orang stylist dan kapster di wilayah kecamatan Ciputat Timur didapatkan 10 orang stylist dan kapster yang


(33)

mengalami dermatitis kontak dan 5 orang pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Dari 10 orang yang mengalami dermatitis kontak mengeluhkan gejala gatal (50 %), kemerahan (80 %), bengkak (60 %), kulit kering (40 %), mengelupas (40 %), dan kulit bersisik (50 %). Hasil tersebut diperoleh dari pemeriksaan fisik yang diperkuat dengan pemeriksaan dokter. Pada saat bekerja di salon, para pekerja banyak berkontak dengan bahan kimia dari kosmetika seperti pewarna rambut, pencuci rambut, dan pelurus rambut, sehingga kemungkinan terjadinya dermatitis kontak lebih besar.

Berdasarkan teori-teori dari para ahli yaitu Agner at.al (2005), Nuraga dkk (2006), Agius r (2006), Lestari dan Utomo (2007), Djuanda A (1987), Cohen ED (1999), Erliana (2008), dan beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi kontak bahan kimia, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, tekstur kulit (ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap), musim, keringat, jenis pekerjaan, suhu, kelembaban, personal hygiene, APD dan ras. Oleh karena itu perlu diteliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja salon. 1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

2. Bagaimana gambaran (lama kontak, frekuensi kontak, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya, jenis pekerjaan, suhu, kelembaban, personal hygiene, APD) pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?


(34)

3. Bagaimana hubungan antara lama kontak dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

4. Bagaimana hubungan antara frekuensi kontak dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

5. Bagaimana hubungan antara usia dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

6. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

7. Bagaimana hubungan antara masa kerja dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

8. Bagaimana hubungan antara riwayat alergi dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

9. Bagaimana hubungan antara riwayat atopik dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

10. Bagaimana hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

11. Bagaimana hubungan antara jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

12. Bagaimana hubungan antara suhu dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

13. Bagaimana hubungan antara kelembaban dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?


(35)

14. Bagaimana hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ? 15. Bagaimana hubungan antara APD dengan dermatitis kontak pada stylist dan

kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

2. Diketahuinya gambaran (lama kontak, frekuensi kontak, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya, jenis pekerjaan, suhu, kelembaban, personal hygiene, APD) pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

3. Diketahuinya hubungan antara lama kontak dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.


(36)

kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

5. Diketahuinya hubungan antara usia dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. 6. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan dermatitis

kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

7. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

8. Diketahuinya hubungan antara riwayat alergi dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

9. Diketahuinya hubungan antara riwayat atopik dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

10. Diketahuinya hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

11. Diketahuinya hubungan antara jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.


(37)

stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. 13. Diketahuinya hubungan antara kelembaban dengan dermatitis kontak

pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

14. Diketahuinya hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

15. Diketahuinya hubungan antara APD dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat bagi pengelola salon

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pengelola salon mengenai Penyakit Akibat Kerja Dermatitis kontak yang disebabkan oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung sehingga pengelola dan para pekerja dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja.

1.5.2 Manfaat bagi peneliti

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak.

1.6 Ruang Lingkup


(38)

dengan dermatitis kontak pada stylist dan kapster di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012. Sasaran penelitian adalah stylist dan kapster yang ada di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 orang stylist dan kapster di wilayah ciputat timur, diketahui ada 10 pekerja yang mengalami dermatitis kontak. Data primer diperoleh dari pemeriksaan oleh dokter, hasil pengukuran lingkungan, dan kuisioner.


(39)

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyakit kulit akibat kerja atau Occupational Dermatitis adalah segala kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini merupakan 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar disebabkan karena pekerja kontak dengan bahan-bahan yang dipergunakan, diolah atau dihasilkan oleh pekerjaan itu.

Penyebabnya dapat digolongkan atas: 1. Faktor mekanik

Gesekan, tekanan trauma, menyebabkan hilangnya barrier sehingga memudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan khronis menimbulkan penebalan kulit seperti kuli-kuli bangunan dan pelabuhan.

2. Faktor fisik

a. Suhu tinggi ditempat kerja dapat menyebabkan miliara, combustion. b. Suhu rendah menyebabkan chilblans, trench foot, frostbite.

c. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada kulit dan selaput lendir.

d. Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah. e. Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat

menyebabkan malerasi, paronychia dan penyakit jamur.


(40)

indra penglihatan sehingga cenderung terjadi kecelakaan kerja.

g. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.

3. Faktor biologis

Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit pada karyawan perkebunan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang cuci dan lain-lain.

4. Tanaman dan bahan – bahan yang berasal dari padanya

Dijumpai pada pekerja-pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja perkayuan dan perusahaan meubel.

5. Mental psikologis

Seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan-pekerjaan yang monoton dan faktor-faktor psikis lainnya.

6. Faktor kimia (penyebab terbanyak)

Apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritasi atau dermatitis kontak alergi. Faktor penyebab terbanyak adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori:

a. Iritan primer-asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam (arsen, air raksa dan lain-lain).

b. Sensitizer; logam dan garam-garamnya (kromium, nikel, kobal, dan lain- lain), bahan-bahan kimia karet, obat-obatan dan antibiotik, kosmetik dan lain-lain.


(41)

c. Agen-agen aknegenik – naftalen dan bifenil klor, minyak mineral dan lain-lain.

d. Photosensitizer-antrasen, pitch, derivate asam benzoate, hidrokarbon aromatik, pewarna akridin dan lain-lain.

2.2 Dermatitis kontak 2.2.1 Definisi

Dermatitis kontak akibat pekerjaan (occupational contact dermatitis) secara medis dapat diartikan sebagai dermatitis kontak dimana pekerjaan merupakan penyebab utama atau salah satu diantara factor-faktor yang menyebabkan dermatitis kontak tersebut. Beberapa keadaan yang harus mendapatkan perhatian dalam suatu penelitian akan kecurigaan akibat pekerjaan adalah (Fregert S, 1986):

1. Adanya kontak dengan bahan-bahan yang diketahui menimbulkan dermatitis. Baik produk yang sudah ada selama bertahun-tahun maupun produk yang baru saja diperkenalkan dapat menjadi penyebabnya.

2. Adanya dermatitis dengan tipe serupa pada orang – orang lain yang bekerja pada pekerjaan yang sama. Jikalau banyak orang yang terkena pada suatu tempat kerja dalam saat yang bersamaan, maka keadaan tersebut lebih mungkin merupakan reaksi iritan dari pada reaksi alergi.


(42)

kalanya dermatitis alergika timbul tidak lebih cepat dari pada 4-5 hari setelah kontak.

4. Gambaran dan lokalisasinya mempunyai persamaan dengan kasus-kasus yang sudah pasti lainnya. Namun demikian, apabila ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kelainan tersebut, maka gambarannya bisa berubah. Lokalisasi biasanya pada kedua belah tangan tanpa gambaran yang spesifik.

5. Serangan terjadi ketika melakukan pekerjaan tertentu, sementara kesembuhan dapat dilihat ketika melakukan pekerjaan lainnya atau ketika cuti sakit, liburan ataupun setelah berakhir pekan.

6. Kalau ada hubungan antara riwayat penyakit dan reaksi test yang positip, maka hal ini merupakan bukti yang kuat.

7. Adakalanya 10-20% dari karyawan sendiri mengeluhkan penyakit kulit akibat pekerjaan. Dalam hal ini sebaiknya dilakukan kunjungan ketempat kerja dan menyelidiki semua hal yang dikeluhkan. Hasilnya sering menunjukkan bahwa satu atau dua orang karyawan menderita penyakit kulit akibat kerja sedangkan yang lainnya penyakit kulit biasa. Dasar keluhan tersebut kerapkali berupa “pengaruh psikologis” pada tempat kerja tersebut.


(43)

industri berarti adanya pengamanan terhadap kemungkinan kontak antara zat-zat kimia dan kulit, tetapi sebetulnya masih banyak kontak dengan yang lain, misalnya dalam pengangkutan bahan mentah, penyimpanan dalam karung atau drum yang sudah terkontaminasi, penimbangan bahan kimia, pengisian baha-bahan pewarna, pengawet dan lan-lain, pengambilan sampel bahan yang sedang kontrol, pemeriksaan laboratorium, kebocoran pada lantai, bejana, kran dan lain-lain, pembersihan bejana, perbaikan, pembetulan hasil akhir, pembuangan bahan sampah.

2.2.2 Anatomi kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m ², rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (16 mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis (Harahap M, 2000).

Pembagian kulit secara histopatologik (Djuanda A, 1987) dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.2.2.1Lapisan epidermis

1. Stratum corneum, merupakan lapisan paling luar. Padat terdiri dari kumpulan sel-sel yang telah mati, dan terus menerus diganti oleh sel yang baru. Lapisan ini menebal ditelapak tangan dan kaki


(44)

sedangkan dikelopak mata menipis.

2. Sratum lucidum, terdiri dari protein dan lemak, berwarna transparant, jelas terlihat dibawah sratum corneum yang tebal seperti di telapak kaki dan tangan.

3. Sratum granulosum (keratohyalin), terdiri dari sel-sel yang memipih dengan sitoplasma berwarna gelap karena keratohyalin. Adanya granula ini menunjukkan bahwa sel-sel mulai mati.

4. Stratum spinosum/squamosum, terdiri dari lapisan sel-sel polygonal, makin keatas makin pipih.

5. Stratum basale, terdiri dari 1 lapis sel silindris dengan sumbu panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan impermeable membrane terhadap bahan kimia yang larut dalam air. Lapisan ini mengandung sel-sel melanosit. Pada orang normal, perjalanan sel dari stratum basale sampai ke stratum corneum lamanya 40 sampai 56 hari.

2.2.2.2Lapisan dermis

Cutis terletak dibawah epidermis, yang membuat kulit menjadi kuat dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrous dan elastis. Lapisan ini terdiri dari 2 lapisan, yaitu:

1. Stratum papilare yang menonjol masuk kedalam lapisan bawah epidermis, mengandung kapiler dan ujung-ujung syaraf sensoris


(45)

mengandung kelenjar keringat dan sebasea. Kelenjar sebasea seluruhnya bermuara pada folikel rambut, tidak dijumpai pada telapak tangan dan kaki. Sedangkan pada hidung, areola mammae dan scrotum kelenjar-kelenjarnya berbentuk lebih besar dari ukuran normal.

2.2.2.3Lapisan subkutis

Terdiri dari jaringan yang longgar dan mengandung banyak kelenjar keringat dan sel-sel lemak. Kelenjar keringat terbanyak dijumpai pada telapak tangan dan kaki, tidak terdapat pada gland penis dan kuku, sedangkan pada ketiak, daerah genitalia kelenjar peluhnya besar.

2.2.3 Skin Barrier

Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat mencegah masuknya bahan-bahan kimia yang terutama disebabkan adanya lapisan tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis malfigi. Pada daerah ini ditemukan juga suatu celah yang berhubungan langsung dengan epidermis kulit bagian dalam yang dibentuk oleh kelenjar sebasea yang membatasi bagian luar dan cairan ekstracellulair yang juga merupakan sawar (barrier). Barrier kulit terutama disusun oleh lapisan tanduk (stratum corneum). Deretan sel-sel pada lapisan tanduk saling berikatan dengan sangat kuat dan merupakan pelindung kulit yang paling efisien. Sesudah penghilangan lapisan tanduk (stratum corneum), impermeabilitas kulit dipengaruhi oleh


(46)

regenerasi sel. Dalam 2-3 hari meskipun ketebalan lapisan tanduk yang terbentuk masih sangat tipis, namun lapisan tersebut telah mempunyai kapasitas perlindungan yang mendekati sempurna (Hans Schaefer,1996).

2.2.4 Etiologi

2.2.4.1 Dermatitis kontak iritan

Sekitar 80 - 90% kasus Dermatitis Kontak Iritan (DKI disebabkan oleh pemaparan iritan berupa bahan kimia dan pelarut. Inflamasi dapat terjadi setelah satu kali pemaparan ataupun setelah pemaparan yang berulang (Keefner, 2004). Dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan pertama kali disebut Dermatitis kontak iritan akut, dan biasanya disebabkan oleh iritan yang kuat, seperi asam kuat. Sedangkan, dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan berulang disebut Dermatitis kontak iritan kronis, dan biasanya disebabkan oleh iritan lemah (Hayakawa, 2000). Pada tempat kerja, dermatitis kontak iritan biasanya terjadi akibat dari suatu kecelakaan kerja atau karena kecerobohan sehingga tidak menggunakan pelindung (Ket dan Leok, 2002).

Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis kontak iritan menurut Keefner, K.P,.( 2004) yaitu Asam kuat (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat Basa kuat (Kalsium Hidroksida, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida), Detergen, Resin epoksi,


(47)

Etilen oksida, Fiberglass, Minyak (lubrikan), Pelarut-pelarut organik, Agen oksidator, Plasticizer, Serpihan Kayu

2.2.4.2 Dermatitis kontak alergi

Banyak senyawa di dunia kita ini yang dapat berperan sebagai alergen pada individu tertentu. Urushiol (dari racun tanaman oak/ovy/sumac), garam nikel (pada perhiasan) dan parfum (pada kosmetik) merupakan contoh alergen yang mampu mengakibatkan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak alergi akibat senyawa uroshiol dari racun ivy/oak/sumac merupakan hal penting karena memberikan kontribusi yang besar dalam jenis dermatitis tersebut di Amerika Serikat. Racun ini berasal dari tanaman genus toxicodendron. Selain itu, tanaman lain yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah kacang cashew (Anacardium occidentale L.), mangga (Magnifera indica L.), Lacquer (T. Vernicifluum) dan gingko bilobba (Ginkgo biloba L.

Tabel 2.1

Alergen yang Sering Menimbulkan ACD Alergen Uji Patch positif Sumber Antigen

Benzokain 2 Penggunaan anastetik tipe –kain, baik pada penggunaan topikal maupun oral

Garam kromium 2,8 Plat elektronik kalium dikromat, semen, detergen, pewarna

Lanolin 3,3 Lotion, pelembab, kosmetik, sabun Latex 7,3 Sarung tangan karet, vial, Syringes


(48)

Bacitracin 8,7 Pengobatan topikal maupun injeksi Kobal klorida 9 Semen, plat logam, pewarna cat Formaldehid 9,3 Germisida, plastik, pakaian, perekat Tiomersal 10,9 Pengawet dalam sediaan obat, kosmetik

Pewangi 11,7 Produk rumah tangga, kosmetik, asam sinamat, geraniol

Balsam Peru 11,9 Sirup untuk obat batuk, penyedap

Neomisin sulfat 13,1 Pengobatan, salep antibiotik, aminoglikosida Lainnya

Nikel sulfat 14,2 Aksesoris pada celana jeans, pewarna, perabot rumah tangga, koin

Tanaman Tidak Ditentukan

Spesies Toxicodendron (racun ivy, oak, sumac), primrose (Primula obonica), tulip Sumber : (Keefner, K.P., 2004)

2.2.5 Fisiologi

2.2.5.1 Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Iritan tampak setelah pemaparan tunggal atau pemaparan berulang pada agen yang sama. Beberapa mekanisme dapat menjadi penyebab terjadinya Dermatitis Kontak Iritan. Pertama, bahan kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi langsung melewati membran sel kemudin merusak sistem sel. Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non-spesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel


(49)

sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase.

Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase (menghasilkan prostaglandin, tromboksan) dan lipoosigenase (menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah (sehingga terlihat berwarna merah) dan mempengaruhi saraf (sehingga terasa sakit); leukotrien meningkatkan permebilitas vaskuler di daerah tersebut (sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat bengkak) serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag. Mediator pada inflamasi akut adalah histamin, serotonin, prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi kronis adalah IL1, IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini bukanlah akibat imun spesifik dan tidak membutuhkan pemaparan sebelumnya agar iritan menampakkan reaksi.

Beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat menghasilkan dermatitis yang parah akibat membiarkan iritan dengan mudah memasuki dermis. Jumlah dan konsentrasi paparan bahan kimia juga penting. Iritan kimia kuat, asam dan basa tampaknya menghasilkan keparahan yang reaksi inflamasi yang sedang dan parah. Iritan yang lebih


(50)

ringan, seperti detergen, sabun, pelarut mungkin membutuhkan pemaparanyang banyak untuk mengakibatkan dermatitis. Selain itu, faktor lingkungan, seperti suhu hangat, kelembaban yang tinggi atau pekerkaan basah dapat berpengaruh. 2.2.5.2 Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi inflamasi pada dermal akibat paparan alergen yang mampu mengaktivasi sel T, yang kemudian migrasi menuju tempat pemaparan. Tempat pemaparan biasanya daerah tubuh yang kurang terlindungi, namum alergen uroshiol yang terbawa dalam partikulat asap rokok mampu mempengaruhi tempat-tempat yang secara umum terlindungi, seperti :annus, organ genital. Selain itu, uroshiol dapat aktif lama hingga 100 tahun.

Penampakan Dermatitis Kontak Alergi biasanya tidak langsung terlihat pada daerah tersebut sesaat setelah pemaparan karena alergen melibatkan reaksi immunologis yang membutuhkan beberapa tahap dan waktu. Berikut adalah mekanisme reaksi immunologis tersebut. Pertama, pemaparan awal alergen tersebut akan mensensitisasi sistem imun. Tahap ini dikenal sebagai tahap induksi.

Menurut beberapa dokter, secara umum gejala belum tampak pada tahap tersebut. Walaupun demikian, dermatitis tetap langsung terjadi setelah pemaparan (tergantung faktor individu,


(51)

alergen dan lingkungan). Pada tahap induksi ini, uroshiol secara cepat (10 menit) masuk melewati kulit dan berikatan dengan protein permukaan sel Langerhans di epidermis dan sel makrofag di dermis. Sel Langerhans kemudian memberi sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen dan kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi. Setelah sistem imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas tertunda tipe IV, yang merupakan reaksi yang dimediasi oleh sel dan membutuhkan waktu 24-48 jam (atau lebih). Dermatitis yang tertangani dan tidak tertangani, secara alami akan sembuh dalam 10-21 hari, karena adanya sistem imun pasien.

2.2.6 Tanda dan gejala

2.2.6.1 Dermatitis Kontak Iritan

Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi radang, bengkak, kemerahan dan dapat berkembang menjadi vesikel kecil atau papul (tonjolan) dan mengeluarkan cairan bila terkelupas. Gatal, perih dan rasa terbakar terjadi pada bintik-bintik merah itu. Reaksi inflamasi bermacam-macam, mulai dari gejala awal seperti ini hingga pembentukan luka dan area nekrosis pada kulit. Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis


(52)

dapar terjadi bila iritan dihentikan. Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit tersebut akan mengalami radang, dan mulai mengkerut, membesar bahkan terjadi hiper/hipopigmentasi dan penebalan (likenifikasi). Kebanyakan dermatitis kontak iritan terjadi pada daerah tubuh yang kurang terlindungi, seperti wajah, punggung (bagi pekerja yang tidak menggunakan baju), tangan dan lengan. Sebesar 80% dermatitis kontak iritan terjadi di daerah tangan dan 10% di daerah wajah. Secara klinis, penampakan yang paling sering adalah batas yang sangat jelas dari lesi.

2.2.6.2 Dermatitis Kontak Alergi

Tanda dan gejala dermatitis kontak alergi sangat tergantung pada alergen, tempat dan durasi pemaparan serta faktor individu. Pada umumnya, kulit tampak kemerahan dan bulla. Blister juga mungkin terjadi dan dapat membentuk crust dan scales ketika mereka pecah. Gatal, rasa terbakar dan sakit merupakan gejala dari dermatitis kontak alergi. Setelah pemaparan ursohiol, pada tahap awal reaksi adalah rasa gatal yang instensif kemudian diikuti eritema. Pasien yang menggaruk rasa gatal tersebut dapat mengakibatkan menyebarnya uroshiol ke daerah yang sebelumnya tidak terpapar sehingga rasa gatal dapat menyebar. Walaupun demikian, bulla atau vesikel yang pecah dapat menyebar ke daerah tubuh lain, namun cairan vesikel


(53)

tersebut tidak mengandung uroshiol. Tetapi, dengan terbukanya bulla/vesikel dapat mengakibatkan infeksi luka. Mikroba yang sering menginfeksi tersebut adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus kelompok A dan E. Coli. Bulla yang pecah tersebut dalam beberapa hari akan mengering dan membentuk crust. Urishiol yang tertinggal dipermukaan kulit dapat mengalami oksidasi oleh udara sehingga tampak kehitaman pada beberapa daerah kulit yang mengalami dermatitis.

Secara umum, tingkat keparahan dermatitis kontak alergi dapat dibagi menjadi tiga: dermatitis ringan, dermatitis sedang dan dermatitis berat.

a. Dermatitis ringan

Dermatitis ringan secara karakteristik ditandai oleh adanya daerah gatal dan eritema yang terlokalisasi, kemudian diikuti terbentuknya vesikel dan bulla yang biasanya letaknya membentuk pola linier. Bengkak pada kelopak mata juga sering terjadi, namun tidak berhubungan dengan bengkak di daerah terpapar, melainkan akibat terkena tangan yang terkontaminasi urosiol. Secara klinis, pasien mengalami reaksi di daerah bawah tubuh dan lengan yang kurang terlindungi.

b. Dermatitis sedang


(54)

ringan, gejala dan tanda dermatitis sedang juga meliputi bulla dan bengkak eritematous dari bagian tubuh.

c. Dermatitis berat

Dermatitis berat ditandai dengan adanya respon yang meluas ke daerah tubuh dan edema pada ekstremitas dan wajah. Rasa gatal dan iritasi yang berlebihan; pembentukan vesikel, blister dan bulla juga dapat terjadi. Selain itu, aktivitas harian pasien dapat terganggu, sehingga kadangkala membutuhkan terapi yang segera (sistemik atau parenteral), khususnya dermatitis yang telah mempengaruhi sebagian besar wajah, mata ataupun genital. Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah eosinofilia, serima multiform, sindrom pernafasan akut, gangguan ginjal, dishidrosis dan uretritis.

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis dermatitis akibat kerja didasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan jasmani, perjalanan erupsi dan pemeriksaan laboratorik (uji tempel dan biopsy).

2.2.7.1 Anamnesis

Informasi yang tepat yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah:

a. Jenis pekerjaan


(55)

c. Zat yang ditangani langsung atau yang terdapat di lingkungan kerja

d. Pakaian pelindung, tindakan protektif dan bahan pembersih yang digunakan

e. Permulaan dan perjalanan erupsi (perbaikan atau penyembuhan lesi bila bebas dari pekerjaan untuk periode tertentu).

f. Pengobatan sebelumnya (sendiri atau tenaga professional). g. Pemeriksaam jasmani

Penampilan klinis erupsi dan lokasinya dapat member keterangan tentang kemungkinan penyebabnya. Seluruh permukaan tubuh seharusnya diperiksa untuk mencari tempat-tempat erupsi. Perlu diperhatikan lokalisasi kelainan kulit apakah ditempat yang sering kontak dengan bahan-bahan yang dicurigai seperti daerah tangan, pergelangan tangan, lengan bawah, fossa cubiti, kaki atau muka. Iritasi primer menyebabkan kulit tidak elastis dan terasa kaku, rasa tidak enak karena kering, gatal – gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena timbulnya fisura, vesicular dan ulcus.

2.2.7.2 Uji tempel/Patch test

Pada uji tempel, sejumlah kecil zat penyebab yang dicurigai dalam konsentrasi tertentu, dioleskan atau ditempelkan pada permukaan kulit. Reaksi uji tempel dinilai positif bila dalam


(56)

24 sampai 48 jam timbul kemerahan, edema atau vesikel pada tempat yang ditempelkan. Untuk mengerjakan dan menilai hasil uji tempel, dibutuhkan pengetahuan yang khusus. Untuk menghindari terjadinya eksaserbasi erupsi, sebaiknya hanya dokter yang berpengalaman dalam uji tempel yang melakukannya.

Biopsy dan pemeriksaan histopatologik dilakukan untuk membantu mengidentifikasi beberapa dermatosis akibat kerja dan bila telah dicurigai terjadinya suatu keganasan.

2.3 Pengertian salon kecantikan

Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk kesehatan kulit rambut dan tubuh dengan perawatan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif yang modern maupun tradisional tanpa tindakan operasi atau bedah. Salon kecantikan merupakan sebuah usaha yang berhubungan dengan perawatan kosmetik untuk pria dan wanita. Variasi lain dari jenis ini termasuk usaha salon rambut dan spa. Disini terdapat perbedaan antara salon kecantikan dan salon rambut dan meskipun banyak usaha kecil yang menawarkan banyak set perawatan; salon kecantikan menyediakan layanan umum yang berkaitan dengan kesehatan kulit, wajah estetika, perawatan kaki, aromaterapi, bahkan meditasi, terapi oksigen, mandi lumpur, dan tak terhitung layanan lainnya (Citra D, 2012).

2.3.1 Pengertian Stylist dan Kapster


(57)

yaitu pekerja sebagai stylist dan pekerja sebagai kapster. Stylist merupakan pekerja salon yang secara langsung dalam memberikan layanan kepada pelanggan, baik dalam hal pemilihan model potongan rambut, pemotongan rambut, serta mengevaluasi hasil kerja kapster. Sedangkan kapster merupakan pekerja salon yang menyiapkan pelanggan sebelum mendapatkan layanan seperti mencuci rambut, mengeringkan rambut, creambath, perawatan kuku, dan lain sebagainya. Namun kebanyakan salon sekarang ini mengharuskan pekerja untuk ahli sebagai stylist maupun kapster.

2.3.2 Tugas Stylist dan kapster pada salon kecantikan 2.3.2.1Stylist

a. Pemangkasan rambut (Hair cut)

Pemangkasan rambut dilakukan secara bertahap yaitu :

1) Pertama-tama rambut dicuci dengan menggunakan produk shampoo selama beberapa menit, dibilas hingga bersih, lalu diikuti dengan pemakaian pelembab.

2) Setelah itu rambut dikeringkan dengan menggunakan sebuah handuk, dan pelanggan dipersilahkan untuk duduk di depan cermin. Pelanggan diberi tatakan kip (baju gunting) agar guntingan rambut tidak mengotori pakaianpelanggan. Rambut yang masih basah disisir, dan rambut siap untuk dipangkas. Dalam proses pemangkasan digunakan dua jenis


(58)

sisir (sisir pembersih rambut dan sisir halus) dan dua jenis gunting (gunting potong dan gunting penipis).

3) Setelah pemangkasan selesai, rambut dibilas !agi dengan air untuk membersihkan sisa-sisa potongan rambut. Setelah dibilas bersih, rambut dikeringkan dengan menggunakan alal pengering rambut (hairdryer) danrambut ditata sesuai dengan keinginan dan selera pelanggan.

b. Pengeritingan rambut (Hairperm)

Peralatan dan obat yang diperlukan dalam proses pengeritingan rambut antara lain adalah:

1) Gulungan keriting, tersedia dalarn beberapa pilihan yaitu: Gulungan besar,kecil, sedang, keriting sosis, atau keriting papan.

2) Kertas keriting, yang digunakan untuk menyerap obat keritingc.

3) Steamer, untuk rambut yang sukar dikeriting. 4) Sisir halus, topi, dan hairdryer.

5) Obat keriting,

Tahap-tahap dalam pengeritingan rambut adalah :

1) Pertama-tama rambut dicuci dengan menggunakan produk shampoo kemudian dibilas hingga bersih, lalu diikuti dengan menggunakan produk pelembab (conditioner), lalu dibilas hingga bersih.


(59)

2) Setelah rambut dicuci dan lalu dikeringkan dengan menggunakan handuk serta disisir rapi, kemudian digulung dengan gulungan keriting sesuai dengan keinginan pelanggan (besar, kecil, sedang, keriting sosis, atau keriting papan), yang disertai dengan kertas keriting. 3) Selesai digulung, diberikan obat keriting pada

masing-masing kertas yang ada pada tiap-tiap gulungan, dan dibiarkan selama 20 sampai 25 menit. Kemudian dilakukan netralisir selama 7 sampai 10 menit. Pemakaian topi dilakukan agar obat lebih meresap di rambut. Jika rambut sulit untuk dikeriting maka dapat digunakan steamer. 4) Setelah proses pengeritingan selesai dilakukan pembilasan

ulang dengan shampoo dan conditioner. Rambut dikeringkan dengan menggunakan handuk dan hairdryer, lalu ditata sesuai dengan keingjnan pelanggan.

c. Pewarnaan rambut (Hair colouring)

Peralatan yang digunakan daiam proses pewarnaan rambut antara lain adalah :

1) Sisir kuas

2) Jepitan rambut, untuk menjaga agar rambut yang belum diberi wama tidak tercampur dengan rarabut yang sudah diberi wama.


(60)

4) Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari cat rambut. 5) Baju cat, yang dikenakan oleh penata rambut agar pakaian

tidak terkena catrambtit. 6) Cat rambut

Tahap-tahap dalam pewamaan rambut adalah:

1) Rambut terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan shampoo dan conditioner.

2) Setelah dibilas bersih, lalu dikeringkan dengan menggunakan handuk dan hairdryer. Proses pengecatan rambut dimulai dari ujung rambut sampai mendekati akar rambut, kurang lebih 1 cm dari kulit kepala. Setelah pengecatan selesai lalu didiamkaii selama 25 hingga 35 menit.

3) Tahap berikutnya melakukan pengecatan akar rambut selama 10 sampai 15 menit. Setelah proses pewamaan selesai, rambut dibilas kembai dengan menggunakan shampoo dan conditioner serta air hangat.

4) Setelah dikeringkan dengan menggunakan handuk dan hairdryer, kemudian ditata sesuai dengan keinginan pelanggan.

d. Highlighting

Highlighting adalah proses pewaraaan rambut yang diambil secara bertahap, sedikit demi sedikit.


(61)

Tahap-tahap dalarn pewaraaan higlighting ini adalah : 1) Pertama-tama rambul dicuci bersih dengan menggunakan

shampoo dan conditioner.

2) Setelah dikeringkan dengan menggunakan handuk dan hairdryer kemudian dimulai proses tersebut dengan menggunakan kertas timah untuk melapisi rambut, mengambil rambut dengan cara merajut dari akar rambut hingga ujung rambut.

3) Setelah diolesi dengan cat rambut, kcmudian didiamkan selama 40 sampai 45 menit.

4) Setelah itu kertas timah dibuka dan rambut dibilas kembali dengan menggunakan shampoo dan conditioner, lalu rambut dikeringkan dengan menggunakan handuk dan hairdryer serta ditata sesuai dengan keinginan pelanggan. 2.3.2.2 Kapster

a. Perawatan rambut (Hair treatment/Creambath)

Layanan lain yang ditawarkan Salon adalah perawatan rambut atau yang lebih dikenal dengan creambath. Perawatan rambut ini sangat berguna bagi pelanggan yang mempunyai masalah dengan rambut seperti kerontokan rambut, berketombe, dan lain sebagainya. Bagi pelanggan yang tidak mempunyai masalah, dapat merawat rambutnya secara berkala untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rambut serta kulit kepala. Perlengkapan yang digunakan untuk


(62)

merawat rambut antara lain adalah: jepitan rambut, hairbando, sisir (sisir garpu dan sisir blow), dan krim untuk perawatan rambut {creambath cream).

Tahap-tahap dalam perawatan rambut adalah sebagai berikut:

1) Pertama-tama rambut dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan produk shampoo lalu rambut dibilas bersih, diikuti dcngan pemakaian produk pelembab (conditioner), dan rambut dibilas hingga bersih.

2) Setelah itu rambut dikeringkan dengan menggunakan handuk dan pelanggan dipersilahkan duduk di depan cermin. Rambut disisir rapi lalu diberikan krim sesuai dengan keinginan pelanggan. Pemberian krim dilakukan secara merata ke seluruh bagian rambut disertai pemijatan di seluruh bagian kepalaselama 10 sampai 15 menit. Pemijatan ini dilakukan untuk membuat pelanggan menjadi lebih rileks dan jika perlu juga dilakukan pemijatan dibagian punggung.

3) Selelah pemberian krim dan pemijatan selesai, pelanggan diberi hair bando dan diteruskan dengan melakukan proses penguapan (steam) pada rambut yang dilakukan selama 5 sampai 10 menit. 4) Setelah selesai di-steam, rambut didinginkan sebentar selama 2

menit, lalu dibilas dengan air hangat, dan diakhiri dengan penyiraman air dingin agar pori-pori rambut tertutup kembali.


(63)

5) Setelah itu rambut dikeringkan dengan menggunakan handuk kecil dan hairdryer, dan rambut ditata sesuai dengan keinginan pelanggan.

b. Perawatan wajah (Facial treatment)

Perawatan wajah atau yang dikenal dcngan sebutan facial merupakan perawatan yang bertujuan untuk membersihkan kulit wajah dari jerawat, komedo, atau lapisan lulit yang sudah mati. Setelah menjalani perawatan ini maka wajah akan terlihat lebih segar, bersih, dan terawat.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam perawatan muka adalah :

1) Pertama-tama wajah dibersihkan dengan menggunakan susu pembersih, diikuti dengan penyegar.

2) Kemudian digunakan krim yang mengandung butiran halus untuk mengangkat sel-sel kulit mati pada wajah, disertai dengan sedikit pemijatan di seluruh bagian wajah. Lalu dibersihkan dengan air.

3) Setelah itu wajah diberi masker khusus dan diberi uap air selama 10 sampai15 meriit. Pemberian uap air ini bertujuan untuk membuka pori-pori wajah, sehingga kotoran yang ada di dalam pori-pori dapat dengan mudah dibersilikan Setelah itu wajah dibersihkan dengan menggunakan air hangat.

4) Bagian wajah yang berjerawat disterilkan dengan raenggunakan alkohol dan jerawat dikeluarkan dengan menggunakan alat.


(64)

Setelah proses pengangkatan jerawat selesai, wajah dibersihkan dengan air dan diberi masker pendingin yang berfungsi untuk menutup kembali pori-pori pada wajah dan didiamkan selama 10 sampai 15 menit. Setelah itu wajah dibersihkan dengan menggunakan air hangat.

c. Perawatan tubuh secara tradisional atau lulur (Tradisional body massage}

Perawatan tubuh secara tradisional ini menggunakan bahan-bahan berasal dari alam atau rempah-rempah. Lulur diberikan secara merata ke seluruh tubuh sambil dilakukan pemijatan dengan tujuan agar pelanggan merasa lebih rileks dan dapat menghilangkan stres. Lulur ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang melekat pada kulit tubuh. Apabila hal ini dilakukan secara teratur maka pelangganakan mendapatkan kulit tubuh yang bersih, halus, dan tubuh menjadi terasa segar kembali.

d. Perawatan tangan dan kaki (Manicure and Pedicure}

Perawatan tangan dan kaki bertujuan agar kaki dan tangan terlihat bersih,sehat dan terawat. Peralatan yang digunakan dalam perawatan kuku tangan dan kuku kaki antaralain adalah:

1) Steamer, untuk menguatkan kuku tangan dan kuku kaki.

2) Sikat pembersih, untuk membersihkan sisa-sisa sel kulit mati yang ada pada tangan dan kaki.


(65)

3) Gunting kuku untuk membentuk kuku kaki dan kuku tangan sesuai dengan keinginan pelanggan.

4) Vitamin dan krim untuk kesehatan kuku. 5) Pewama kuku (cutex).

Dalam perawatan kuku tangan terdapat beberapa tahap yang dilakukan,yaitu:

1) Tangan dan kaki direndam dalam air hangat untuk membuka pori-pori tangandan kaki.

2) Tangan dan kaki dikeringkan dan diberikan pemakaian vitamin dan krim untuktangan dan kaki.

3) Dilakukan pemotongan kuku kaki dan tangan serta pembersihan kutikula kuku.Kuku dibentuk sedemikian rupa agar terilhat rapi sesuai dengan keinginanpelanggan. Selesai digunting, tangan dan kaki diberikan lagi vitamin dan krim.

4) Lalu digunakan steamer untuk menguatkan kuku tangan dan kuku kaki, disertaidengan pemijatan-pennjatan ringan di bagian lengan dan kaki. Kemudiandikeringkan dengan menggunakan handuk.

5) Pemakaian wama kuku (cutex), sesuai dengan keinginan pelanggan, yang disertai dengan pemberian vitaimin kuku, agar kuku menjadi kuat (tidak mudah patah) dan sehat.


(66)

2.3.3.1 Pengertian kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan, dimasukkan, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik, atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. Bahan adalah zat atau campuran zat, berasal dari alam dan atau sintetik yang dimasukkan untuk digunakan dalam memproduksi kosmetika.

Zat warna, adalah zat atau campuran zat yang dapat digunakan pada kosmetika untuk mewarnai lapisan luar tubuh manusia atau tanpa bantuan zat lain. Zat warna bacam, adalah zat warna yang dijerapkan (diabsorpsikan) atau diendapkan pada substratum dengan maksud untuk memberikan corak dan intensitas warna yang sesuai dengan yang dikehendaki. Zat warna campur, adalah campuran dua atau lebih jenis zat warna dengan atau tanpa zat pengencer dengan maksud untuk memberikan corak dan intensitas warna yang sesuai dengan yang dikehendaki. Substratum adalah zat penyerap (mengabsorpsi) atau mengendapkan zat warna dengan maksud untuk memberikan corak dan intensitas warna yang sesuai dengan yang dikehendaki.


(67)

1. Cream, pada prinsipnya preparat cream ini merupakan emulsi oil inwater, secara umum berfungsi untuk : mempertahankan kelembaban kulit, memperlunak kulit, mencegah terjadinya penguapan air.

2. Lotion, preparat berbentuk cair, baik terlarut kadang-kadang terdapat endapan.

3. Bedak powder, untuk menutupi pori-pori dan riasan muka di atas foundation.

4. Stick, kosmetika yang dibuat berbentuk tongkat kecil yang dalam pembuatannya dibuat dengan bahan yang dapat mencair pada suhu badan. Contoh: lipstik sebagai pemberi warna dan menghias bibir, deodorant stick, untuk mencegah dan menghilangkan bau badan yang tidak menyenangkan.

5. Salep, kosmetika setengah padat yang merupakan campuran bahan dasar salep, contoh; hair pomade untuk merawat dan mengharumkan serta menjaga kondisi rambut.

6. Aerosol, suatu preparat berbentuk cair dalam tabung untuk pengeluarannya dibantu dengan tekanan gas, contoh hair spray untuk mengatur rambut sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

7. Shampo, Preparat cair yang berbusa untuk membersihkan rambut dan kulit kepala serta melemaskan, membentuk rambut, dan mudah disisir. Dalam penggunaannya shampoo


(68)

ini harus disesuaikan dengan keadaan rambut, apakah rambut kering, berminyak, atau normal.

2.3.3.3 Bahan kosmetika yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam produksi kosmetika

1. Antimon dan senyawanya. 2. Arsen dan senyawanya

3. Barium dan garamnya, kecuali barium sulfat 4. Berlium dan senyawanya

5. Bitional 6. Fosfor

7. Hidrokinon Monobenzileter 8. Hormon

9. Kadmium dan senyawanya 10.Kloroform

11.Krom dan senyawanya, kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5 Perak dan senyawanya

12.Raksa dan senyawanya, kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal yang digunakan sebagai pengawet dalam preparat tata rias mata.

13.Salisilanilida terhalogenkan

14.Selenium dan senyawanya, kecuali selenium Disulfida dan shampo tidak lebih dari 2 %


(69)

16.Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat dalam preparat rambut tidak lebih dari 2 %

17.Torium dan senyawanya 18.Vinil Clorida

19.Zirkonium dan senyawanya

2.3.3.4 Menurut Bahan Dan Cara Pembuatannya

1. Kosmetika modern dibuat dari bahan kimia dan diformulasikan secara ilmiah modern. Diantara yang termasuk golongan ini ialah yang disebut Cosmetics medicated atau cosmedics.

2. Kosmetika Tradisional dibuat dari bahan-bahan alam dan diolah menurut resep dan cara tradisional yang turun temurun.


(70)

2.3.4 Pengendalian Risiko Paparan Bahaya Kimia (Kosmetika) pada salon kecantikan (Rifqie M, 2003)

2.3.4.1Personal Hygiene

Kesehatan pribadi khususnya bagi mereka yang terlibat dan bekerja pada sebuah salon kecantikan perlu diperhatikan, karena hal ini selain penting untuk dirinya sendiri juga berkepentingan untuk pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.

Syarat utama bagi seorang pegawai disebuah salon adalah memiliki kesehatan yang baik. Untuk itu disarankan para pekerja melakukan test kesehatan, terutama test darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernafasan. Ada 2 kelompok penderita penyakit yang tidak boleh diderita oleh seorang pegawai salon, antara lain penyakit saluran pernafasan, dan penyakit kulit, karena penyakit ini sudah pasti dapat menular pada para pelanggannya pada saat dia mengadakan perawatan.

Ada beberapa hal yang harus dikembangkan dan dijaga oleh para pegawai salon kecantikan antara lain secara jasmaniah diantaranya adalah:

1. Pemeliharaan tubuh, dan alat-alat tubuh

Pemeliharaan tubuh, dan alat-alat tubuh seperti pencucian tangan, tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen, faeces, atau sumber lain ke orang lain (mis; kulit muka).


(71)

Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal yang pokok yang harus dilakukan oleh seorang pekerja salon. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokkan, dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba. Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut :

a. Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun

b. Menggosok tangan secara menyeluruh, pada bagian-bagian yang meliputi; punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari dan bagian di bawah kuku.

c. Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling bagian di bawah kuku.

d. Pembilasan dengan air mengalir

e. Pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau alat pengering. Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran, terutama sebelum dan sesudah perawatan pelanggan dimulai/ selesai.


(1)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penggunaan APD * dermatitis

kontak 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%

penggunaan APD * dermatitis kontak Crosstabulation

dermatitis kontak Total dermatitis kontak tidak dermatitis kontak penggunaan APD tidak memakai APD

Count 45 25 70

Expected Count 41.5 28.5 70.0

% within penggunaan APD 64.3% 35.7% 100.0%

% within dermatitis kontak 93.8% 75.8% 86.4%

% of Total 55.6% 30.9% 86.4%

memakai APD Count 3 8 11

Expected Count 6.5 4.5 11.0

% within penggunaan APD 27.3% 72.7% 100.0%

% within dermatitis kontak 6.2% 24.2% 13.6%

% of Total 3.7% 9.9% 13.6%

Total Count 48 33 81

Expected Count 48.0 33.0 81.0

% within penggunaan APD 59.3% 40.7% 100.0%

% within dermatitis kontak 100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.394a 1 .020

Continuity Correctionb 3.970 1 .046

Likelihood Ratio 5.359 1 .021

Fisher's Exact Test .043 .024

Linear-by-Linear Association 5.328 1 .021

N of Valid Casesb 81

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,48. b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .258 .020

Cramer's V .258 .020

N of Valid Cases 81

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for penggunaan APD (tidak memakai APD / memakai APD)

4.800 1.167 19.741

For cohort dermatitis kontak =

dermatitis kontak 2.357 .884 6.285

For cohort dermatitis kontak =

tidak dermatitis kontak .491 .304 .793


(3)

(4)

(5)

(6)