Analisis Yuridis Terhadap Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas Keterbukaan Ditinjau dari UU NO. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan penanaman modal di suatu negara berkaitan erat dengan
adanya tuntutan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara
tersebut.

Umumnya

kesulitan

yang

dihadapi

dalam

menyelenggarakan

pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi
meliputi kekurangan modal, kemampuan dalam hal teknologi, ilmu pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan. Hambatan tersebut umumnya dialami oleh negara
berkembang,

sebab

setiap

pembangunan

nasional

senantiasa

bersifat

multidimensional yang memerlukan sumber pembiayaan dan sumber daya yang
cukup besar, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri.1
Guna meningkatkan pendapatan per kapita, dalam arti peningkatan
kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat, salah satu sumber
pembiayaan dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan

pembangunan nasional tersebut adalah penanaman modal yang terselenggara
melalui berbagai bentuk penanaman modal baik domestik maupun asing. 2
Setiap negeri yang belum maju mengalami kemerosotan perkembangan
ekonomi karena kelemahan masyarakat itu dalam memupuk modalnya sendiri.
Hal itu juga disebabkan karena lemahnya kemampuan para pengusaha, baik dari
pihak swasta maupun dari pihak pemerintah. Karena itu perlu diadakan ketentuanketentuan dan pengaturan-pengaturan yang dapat memperbesar kemampuan
masyarakat Indonesia untuk berusaha secara produktif. Negara yang mempunyai
1

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era
Global, Cet.Kedua (Malang : Bayumedia Publishing, 2004), hlm 8.
2
Ibid., hlm 8.

Universitas Sumatera Utara

iklim investasi yang baik dan kondisi yang stabil bagi kegiatan usaha yang sehat
serta program penyelesaian sengketa yang adil akan berhasil menarik investasi
asing untuk berduyun-duyun menanamkan modal di wilayahnya. Sebaliknya
negara yang kondisi wilayahnya dianggap kurang aman, tenaga kerja kurang

terdidik dan memberlakukan berbagai hambatan dalam investasi asing akan
mengakibatkan berkurangnya arus investasi asing ke negaranya. 3
Lebih penting lagi ialah adanya ketentuan-ketentuan dan kepastian hukum
tentang modal dan perusahaan supaya dinamika masyarakat dan daya kreasi
rakyat dapat menimbulkan akumulasi modal yang digunakan untuk kegiatankegiatan produktif. Hanya dengan keadaan demikian inilah pembangunan
ekonomi dapat dilaksanakan. Dalam hal ini pemerintah memegang peranan yang
sangat vital sebagai pimpinan dan pelopor dari pembangunan. Dengan
penanaman-penanaman modal secara berencana dalam jumlah yang cukup besar
maka pemerintah dapat merintis dan merangsang penanaman-penanaman modal
dari pihak masyarakat kemudian didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang
positif maka bisa menarik minat pihak asing untuk menanamkan modalnya
didalam pembangunan tersebut.4
Demikianlah, alasan mengapa penanaman modal sebagai salah satu
alternatif pembiayaan pembangunan harus dapat memfasilitasi perkembangan
ekonomi, di mana penanaman modal dapat semakin mendorong pertumbuhan
ekonomi, alih teknologi, dan pengetahuan serta menciptakan lapangan kerja baru
untuk mengurangi angka pengangguran dan mampu meningkatkan daya beli

3


Ibid., hlm 97.
C.S.T, Kansil , Pokok-Pokok Pengetahuan dan Hukum Dagang Indonesia Buku Kedua :
Perbankan dan Permodalan di Indonesia , Cet.Pertama (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 1996), hlm
264-265.
4

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Untuk itu, hanya dengan mendorong penanaman modal, pertumbuhan
ekonomi dapat terus dipacu sehingga mampu mengimbangi kemampuan ekonomi
negara-negara lain.5
Pemerintah Indonesia telah menetapkan investasi sebagai salah satu
komponen kunci di dalam RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional) melalui MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi

Indonesia)

yang


diumumkan

diimplementasikan sampai tahun 2025.

pada

tahun

2011

dan

akan

Rencana ini menunjuk pada delapan

sektor yakni; pada sektor pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan dan
perikanan, turisme, telekomunikasi, dan pengembangan hasil sumber daya alam
dari area strategis sebagai koridor utama perekonomian dengan tujuan
menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar perekonomian global pada tahun

2025. Rencana ini mengimplikasikan investasi besar pada sektor infrastruktur,
sektor yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan tujuan
akhirnya adalah naiknya PDB (Produk per tahunnya sebanyak delapan sampai
sembilan persen.6 Visi 2025 akan dicapai dengan berfokus pada tiga tujuan utama:
7

1.

Meningkatkan menambah nilai dan memperluas rantai nilai untuk
produksi industri proses, dan meningkatkan efisiensi jaringan distribusi. Di
samping itu, untuk meningkatkan kemampuan industri untuk mengakses

5

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada,
2007), hlm 90.
6
Asmindo,
“Produk
Domestik

Bruto
Indonesia”,
http://www.indonesiainvestments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253
(diakses pada tanggal 25 September 2015).
7
Indonesia Investments, “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia”,
http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunanpemerintah/masterplan-percepatan-dan-perluasan-pembangunan-ekonomi-indonesiamp3ei/item306 (diakses pada tanggal 25 September 2015).

Universitas Sumatera Utara

dan memanfaatkan kedua alam dan sumber daya manusia. Peningkatan
dapat dicapai oleh penciptaan kegiatan ekonomi dalam daerah dan antara
pusat-pusat regional pertumbuhan ekonomi.
2.

Mendorong efisiensi produksi dan meningkatkan upaya pemasaran lebih
mengintegrasikan pasar domestik untuk mendorong untuk daya saing dan
memperkuat perekonomian nasional.


3.

Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di bidang proses produksi
dan pemasaran dengan fokus pada keseluruhan penguatan daya saing
global yang berkelanjutan terhadap ekonomi berbasis inovasi.
Dalam konteks mencapai target pembangunan, kebijakan-kebijakan

pendanaan

investasi

diarahkan

untuk

memastikan

ketersediaan

dan


mengoptimalkan dana pembangunan menuju pengembangan pendanaan yang
bersifat self-reliance. Dalam hal ini, strategi utama pengembangan pendanaan
adalah mengoptimalkan sumber dan skema yang ada serta memanfaatkan dana
pembangunan masa depan secara maksimum, dan meningkatkan kualitas sumber
dan skema pendanaan pembangunan. Untuk mencapai target pertumbuhan
ekonomi rata-rata 6.3-6,8 persen per tahun, Total investasi yang dibutuhkan
adalah sebesar Rp 11,913.2 - Rp. 12,462.6 triliun kumulatif selama lima tahun.
Dana yang diharapkan disubsidi pemerintah sekitar 18 persen pada tahun 2014.
Pendanaan pemerintah diperoleh dari pajak pendapatan dan pendapatan nonpajak, berasal dari hibah, pembiayaan asing maupun pembiayaan domestik.
Persyaratan investasi yang tersisa dapat diperoleh dari komunitas bisnis dan Bank,
lembaga keuangan non-bank, pasar modal (saham dan obligasi), dana asing,
obligasi, dan instrumen investasi lainnya. Peningkatan proporsi dana investasi dari

Universitas Sumatera Utara

komunitas bisnis terutama berasal dari PMA (Foreign Direct Investment) dan
PMDN (PMDN langsung) sesuai dengan kian kondusifnya iklim usaha, dari pasar
modal meningkat sejalan dengan peningkatan kerangka dan penguatan
manajemen pasar modal, dan dari peningkatan kinerja pemerintahan dan

perusahaan.8
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan baik oleh orang pribadi ( natural person)
maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/
atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash
money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual,

maupun keahlian.9
Penanaman modal merupakan suatu keniscayaan dalam pembangunan
ekonomi untuk: 10
1.

Menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran;

2.

meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan intensitas
modal sehingga dapat mengejar ketertinggalan Indonesia;

3.


mengimbangi keusangan cepat karena penggunaan yang salah dan
perawatan yang buruk;

4.

mengimbangi pengurasan modal alami dan memperburuk kualitas
lingkungan hidup;

5.

menghadapi lonjakan kebutuhan modal karena revolusi teknologi.

Indonesia Investments, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2009-2014”,
http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan
pemerintah/rencana-pembangunan-jangka-menengah-nasional-rpjmn-2010-2014/item307 (diakses
pada tanggal 25 September 2015).
9
Ana Rokmatussa‟dyah dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, Cet.Kedua
(Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hlm 3.
10
Dhaniswara K. Harjono, Loc.Cit., hlm 90.
8

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya penanaman modal ataupun kegiatan investasi juga dapat
diklasifikasi menjadi dua macam penanaman modal, yaitu: 11
1. Penanaman modal secara langsung (direct investment), yang selanjutnya
akan menjadi pokok bahasan dalam buku ini: yaitu suatu bentuk
penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini pihak investor langsung
terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung-jawab
secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.
2. Penanaman modal tidak langsung (portfolio) : yaitu suatu bentuk
penanaman modal secara tidak langsung. Dalam hal ini pihak investor
tidak langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha. Investasi
terjadi melalui pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi)
dan saham-saham perusahaan di mana modal tersebut ditanamkan atau
hanya memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.
Terjadi perdebatan yang panjang mengenai definisi investasi. Negara maju
umumnya menginginkan investasi dalam arti luas, tidak hanya mencakup foreign
direct investment (FDI) tetapi juga portfolio investasi. Adapun alasan yang

dikemukakan oleh negara maju bahwa dalam perekonomian global dewasa ini,
cukup sulit memisahkan antara foreign direct investment (FDI) dengan portfolio
investasi. Selain itu negara maju juga mendalilkan, portfolio investasi memainkan
peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pendalaman
pasar keuangan. Sedangkan negara berkembang hanya menginginkan FDI dalam
pengertian terbatas.

11

Rosyidah Rakhmawati, Op.Cit., hlm 11.

Universitas Sumatera Utara

Guna meluruskan pandangan yang kurang sesuai pada tempatnya
dibedakanlah antara penanaman modal langsung dan tidak langsung, Fakultas
Hukum UPH telah memelopori pergantian sebutan atau nama mata kuliah hukum
investasi diubah menjadi Hukum Investasi Langsung yang meliputi Hukum
Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment Law) dan Hukum
Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (Domestic Direct Investment Law).
Sedangkan Hukum Pasar Modal diganti sebutannya dengan nama Hukum
Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment Law) atau biasa disebut juga
dengan Portfolio Investment Law yang sumbernya adalah UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.12
Adapun kelebihan-kelebihan dalam investasi langsung yang dikemukakan
oleh Gunarto Suhardi jika dibandingkan dengan investasi portfolio, adalah karena:
13

1. Investasi langsung memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.
2. Mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal.
3. Memberikan risidu baik berupa peralatan maupun ahli teknologi.
4. Bila produksi direekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang
dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan
tambahan devisa dan pajak bagi negara.
5. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.

12

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi dengan UndangUndang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal , Cet.Kedua (Bandung: CV.Nuansa Aulia,
2010), hlm 42-43.
13
Ibid., hlm 44.

Universitas Sumatera Utara

6. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila
investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan

diberikan.
Pada masa pemerintahan Orde Baru yang dimulai 1967, Indonesia
melakukan sejumlah deregulasi terhadap peraturan penanaman modal. Peraturan
perundangan penanaman modal asing (PMA) telah mulai diperbaiki sejak tahun
1967, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mulai diatur sejak
tahun 1968. Insentif bagi para investor tampaknya sangat tergantung pada
bagaimana pemerintah melakukan atau menerapkan status prioritas bagi sektor
industri. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka menjaring
investasi asing maupun investasi dalam negeri menerapkan apa yang disebut
dengan Daftar Skala Prioritas (DSP), yang memiliki empat kategori, yaitu:
1. Sektor industri yang terbuka bagi PMA maupun PMDN dan nonPMA/PMDN, termasuk di dalamnya perusahaan yang relatif kecil.
2. Sektor industri yang terbuka bagi PMDN dan Non-PMA/PMDN.
3. Sektor industri yang terbuka hanya bagi Non-PMA/PMDN.
4. Industri yang tertutup untuk semua investasi, baik PMA, PMDN, nonPMA/PMDN.
Sistem insentif tersebut sering direvisi oleh pemerintah, seperti misalnya
pembebasan pajak impor, investasi mesin maupun peralatan serta percepatan
depresiasi adalah demi rangka meningkatkan investasi asing langsung di
Indonesia, pemerintah melalui Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM)

Universitas Sumatera Utara

telah melakukan beberapa upaya penyesuaian kebijakan investasi, di antaranya
adalah sebagai berikut:14
1. Pemerintah telah memperbaharui Daftar Bidang Usaha yang Tertutup bagi
Penanam Modal untuk dapat diberikan keleluasaan investor dalam
memilih usaha (Keppres No 96 Tahun 2000 jo. No 118 Tahun 2000).
Dalam keputusan tersebut, bidang usaha yang tertutup untuk investasi baik
PMA maupun PMDN berkurang dari 16 sektor menjadi 11 sektor. Bidang
usaha yang tertutup bagi kepemilikan saham asing berkurang dari 9 sektor
menjadi 8 sektor.
2. Penyederhanaan proses dari 42 hari menjadi 10 hari. Sebelumnya
persetujuan PMA dilakukan oleh Presiden, sedangkan saat ini cukup
dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang berwenang, dalam hal ini Deputi
Bidang dan Fasilitas Penanaman Modal.
3.

Sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menggantikan insentif
Pembebasan Pajak dengan Kelonggaran Pajak Investasi sebesar 30%
untuk 6 (enam) tahun.

4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya tergantung studi kelayakan dari
proyek tersebut.
Kegiatan penanaman modal yang akan dibahas di dalam karya ilmiah ini
bukanlah penanaman modal tidak langsung ( portfolio), melainkan adalah
penanaman modal secara langsung (direct investment) yang melibatkan
keterlibatan para investor untuk mengendalikan alur kegiatan perusahaan seharihari dalam kegiatan pengelolaan usaha perusahaan mereka menanamkan
Sarwedi, “Investasi Asing Langsung Di Indonesia dan Faktor Yang
Mempengaruhinya”, http://jurnalakuntansi.petra.ac.id/index.php/aku/article/viewFile/15688/15680
(Diakses pada tanggal 25 September 2015).
14

Universitas Sumatera Utara

modalnya. Hal ini karena pengaturan kewajiban penyampaian laporan kegiatan
penanaman modal hanya berlaku untuk perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya secara langsung dan bukan melalui investasi tidak langsung. Tidak
peduli perusahaan dalam negeri ataupun perusahaan asing yang melakukan
kegiatan penanaman modal, perusahaan tersebut harus menyampaikan laporan
kegiatan penanaman modal secara berkala kepada BKPM (Badan Koordinasi
Penanaman Modal). Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 11 ayat (6) Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 3 Tahun 2012 tentang Pedoman
dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang dimana
dinyatakan sebagai berikut :
“Perusahaan yang telah beralih status dari PMDN menjadi PMA atau dari PMA
menjadi PMDN, wajib menyampaikan LKPM sesuai status baru perusahaan
dengan tahapan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).”

Ketentuan ini mengartikan bahwa setiap perusahaan yang berasal dari
penanam modal dalam negeri ataupun penanam modal asing yang mengelola
keagiatan usaha di Indonesia harus memenuhi tanggung jawabnya dalam
menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal secara berkala.15
Hal serupa sebelumnya juga telah diatur dalam anatomi UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal pada bagian hak, kewajiban, dan tanggung jawab
penanam modal. Dalam Pasal 15 dikemukakan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman
modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal,

15

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.3
Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pasal
11 ayat (6).

Universitas Sumatera Utara

menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman
modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.16
Anatomi UU No. 25 Tahun 2007 tidak dijelaskan secara rinci mengenai
kewajiban memenuhi tata cara penyampaian laporan kegiatan penanaman modal
yang tepat dan benar. Lebih lengkapnya tata cara penyampaian laporan kegiatan
penanaman modal diatur dalam Peraturan Kepala BKPM yang akan dibahas lebih
lanjut di dalam isi skripsi ini yang dimana keterkaitan status perusahaan sebagai
badan hukum perseroan terbatas dalam menjalani kegiatan usahanya dan menjalin
hubungan kerjasama dengan pihak asing dan pemerintah sangatlah relevan dan
sudah seyogyanya menjadi tujuan suatu negara dalam memajukan kesejahteraan
umum rakyatnya sesuai yang dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan sekaligus memerhatikan
implementasi doktrin-doktrin modern dalam hukum perusahaan dalam kegiatan
penanaman modal. Untuk tujuan memperjelas keterkaitan prinsip-prinsip bisnis
yang berlandaskan status sebuah perusahaan dalam kewajiban dan tanggung
jawab penanam modal dalam menyampaikan LKPM inilah yang menjadi dasar
dilakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap
Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas
Keterbukaan Ditinjau dari UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
16

Republik Indonesia, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Bab IX Pasal 15.

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan penanaman
modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal dan peraturan pelaksanaannya?
2. Bagaimana pengaturan kewajiban pembuatan laporan kegiatan penanaman
modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal dan peraturan pelaksanaannya?
3. Bagaimana peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
berkaitan dengan kewajiban pembuatan LKPM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
permasalahan yang telah diungkapkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan
penanaman modal berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal dan peraturan pelaksanaannya
2. Untuk mengetahui pengaturan kewajiban pembuatan laporan kegiatan
penanaman modal dalam UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal dan peraturan pelaksanaannya
3. Untuk mengetahui peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
berkaitan dengan kewajiban pembuatan LKPM
2. Manfaat penulisan
a. Secara teoritis
1) Untuk menambah wawasan ilmu hukum mengenai perkembangan
penanaman modal di Indonesia, terutama mengenai keterkaitan asas

Universitas Sumatera Utara

keterbukaan dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal
kepada instansi terkait yang berwenang.
2) Sebagai referensi atau bahan kajian yang baru dalam menelusuri khazanah
ilmu hukum penanaman modal karena hukum tidak bersifat statis
melainkan dinamik yang selalu berkembang di tengah-tengah masyarakat.
b. Secara praktis
1) Sebagai sumbangan pemikiran terhadap kepada pihak terkait yang ingin
mendalami bagaimana tata cara penulisan serta penyampaian laporan
kegiatan penanaman modal kepada BKPM disertai asas keterbukaan.
2) Semoga dengan adanya penerbitan skripsi ini, keberadaan karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi para akademisi yang mencari bahan referensi yang
membahas tentang peranan BKPM selaku lembaga negara non-pemerintah
penunjang investasi.
D. Keaslian Penulisan
Mengenai keaslian penulisan skripsi dengan judul “Analisis yuridis
terhadap kewajiban pembuatan laporan kegiatan penanaman modal terkait asas
keterbukaan ditinjau dari UU no.25 tahun 2007 tentang penanaman modal”,
penulis sebelumnya telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan digital
Universitas Sumatera Utara. Setelah ditelusuri , dapat dipastikan bahwa
sebelumnya belum ada dibuat karya ilmiah dengan judul yang serupa oleh para
wisudawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun sewaktu
ditelusuri, ditemukan beberapa judul karya ilmiah yang memiliki keterkaitan
dengan karya ilmiah yang dibuat oleh Penulis, akan tetapi secara keseluruhan
memiliki permasalahan dan substansi serta pembahasan yang berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

skripsi ini. Adapun beberapa karya ilmiah yang ditelusuri dalam digital library
USU yang memiliki kemiripan tersebut adalah:
1. Hendrawan Sembiring (090200454) dengan judul skripsi “Asas Perlakuan yang
Sama Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman
Modal”.
Karya ilmiah tersebut merupakan skripsi dari mahasiswa Universitas
Sumatera Utara yang utamanya membahas tentang pemberlakuan asas perlakuan
yang sama dalam pelayanan terpadu satu pintu di dalam bidang penanaman
modal. Cakupan yang dibahas dalam skripsi ini memanglah sama yaitu mengenai
pemberlakuan asas dalam kegiatan penanaman modal akan tetapi substansi yang
dibahas berbeda sekali apalagi sumber informasi dan peraturan pelaksanaannya
yang digunakan juga berbeda. Pada bab yang pertama terdapat substansi yang
sekiranya sama yaitu dibahasnya mengenai aspek hukum direct investment yang
berisi jenis-jenis, kebijakan, fasilitas dan dasar hukum penanaman modal. Pada
skripsi Penulis sudah pasti tidak ada pembahasan seperti yang terdapat pada Bab
II subbab A bagian 4 dan 6 skripsi wisudawan mengenai detail bidang usaha
penanaman modal yang tertutup dan penjelasan penyelesaian sengketa yang ada di
dalam hukum Indonesia karena skripsi yang dibuat oleh Penulis lebih condong
berhubungan dengan ketentuan teknis dalam kewajiban investor dalam
menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal. Asas yang dibahas pada
kedua skripsi ini jugalah berbeda yaitu asas perlakuan yang sama dan asas
keterbukaan mengingat fokus objek di dalam skripsi berbeda satu sama lain yaitu,
asas perlakuan yang sama diterapkan pada sistem PTSP (Pelayanan Terpadu Satu
Pintu) dan asas keterbukaan dalam kewajiban pembuatan LKPM.

Universitas Sumatera Utara

Kedua

skripsi

ini

menyebutkan

keterlibatan

BKPM

dalam

mengkoordinasikan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal
sesuai peraturan pelaksanaan hukum penanaman modal tetapi pada skripsi
wisudawan tidak disertai sejarah terbentuknya BKPM yang terdapat dalam Bab
IV Subbab A skripsi Penulis. Dalam skripsi yang dibuat penulis ada kaitan LKPM
dengan PTSP yaitu dalam bab III subbab C tentang tata cara penyampaian LKPM
karena media pelimpahan wewenang antara BKPM, BKPMD dan pemerintah
daerah menggunakan sistem PTSP yang memudahkan pelayanan perizinan dan
nonperizinan dalam kegiatan penanaman modal. Tetapi sekali lagi selain
persamaan-persamaan kecil yang disebutkan, topik yang dibahas kedua skripsi ini
cakupannya berbeda yaitu satu topik mengelilingi pembahasan tentang PTSP dan
satu lagi mengenai LKPM yang dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan skripsi
yang dibuat penulis lebih bersifat teknis.
2. R.A Dyna Ramadhani (0670005021) dengan judul tesis “Prinsip Keterbukaan
Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut UndangUndang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”.
Karya ilmiah ini merupakan tesis dari mahasiswa pascasarjana ilmu
hukum Universitas Sumatera Utara yang pada pokoknya membahas aspek hukum
prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan perusahaan penanaman modal. Jika
dibandingkan dengan skripsi penulis secara sekilas, mungkin judul yang sama
adalah asas keterbukaannya, tetapi asas keterbukaan yang dibahas mahasiswa
pascasarjana

tersebut

lebih

menegaskan

pentingnya

pengaturan

prinsip

keterbukaan dalam perundang-undangan penanaman modal dihubungkan dengan
UU Perseroan Terbatas yang berlaku, bukan seperti asas keterbukaan yang dibuat

Universitas Sumatera Utara

oleh Penulis yaitu keterbukaan antar penanam modal dengan pemerintah dan
sebaliknya, di bidang kegiatan penanaman modal. Pada Bab II Subbab A tesis
tersebut, sama seperti asas keterbukaan yang dijelaskan dalam skripsi Penulis di
dalam Bab II tentang penerapan asas keterbukaan, dijelaskanlah asas keterbukaan
yang berlaku diatur secara internasional seperti melalui ketentuan GATT lalu
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Akan
tetapi, tujuan kenapa asas keterbukaan harus diterapkan hampir sama yaitu
menjamin adanya kepastian hukum yang dapat meningkatkan kondusifitas iklim
investasi di Indonesia. Dan tentunya juga perbedaan yang terdapat antara tesis dan
skripsi yang disebutkan adalah ruang lingkup pembahasan penerapan asas
keterbukaannya yaitu satu membahas penerapan asas keterbukaan dalam laporan
keuangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang satunya lagi
membahas aspek hukum asas keterbukaan kewajiban penanam modal dalam
menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal.
Berdasarkan penjelasan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam judul
skripsi dan tesis yang mirip di atas, maka dengan ini penulis menyatakan
bahwasannya skripsi ini merupakan karya asli buatan dan temuan sendiri dengan
mengumpulkan referensi yang terdapat dalam buku-buku, serta informasi yang
terdapat dalam media cetak dan media online yang hasilnya berupa jurnal dan
makalah tanpa meniru karya milik orang lain sehingga data yang terkumpul dapat
dibuktikan keabsahannya. Apabila suatu hari ternyata terdapat bahwa ada judul
yang sama telah dibuat sebelum hari dimana penulis lulus dalam pengujian
skripsi. Maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya, yang kemungkinan

Universitas Sumatera Utara

besar terjadi karena terdapat kelalaian penulis sebelum menyiapkan penulisan
skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penanaman modal
Berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, yang dimaksud
dengan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud
dengan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing dalam
undang-undang tersebut yaitu: 17
1) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri.
2) Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Indonesia

merupakan

negara

yang

sedang

membangun.

Untuk

membangun, diperlukan adanya modal atau investasi dalam jumlah yang besar.
Kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967 pada
masa orde baru, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
17

Republik Indonesia, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Bab I Pasal 1 angka 2 dan 3.

Universitas Sumatera Utara

Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri.18
Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain, ditentukan dalam
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
melandasi

pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan dibidang

perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional
berdasarkan prinsip demokrasi yang menciptakan terwujudnya kedaulatan
ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi
kerakyatan ditetapkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/ 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi, dengan demikian, pengembangan penanaman modal
bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan
dasar penanaman modal.19
Penanaman modal harus menjadi bagian penyelenggaraan perekonomian
nasional dan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kemampuan teknologi

nasional, mendorong pembangunan

ekonomi kerakyatan, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem
perekonomian yang berdaya saing. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal
dapat tercapai apabila faktor yang menghambat iklim penanaman modal dapat
diatasi, antara lain perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan

18

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm 1.
19
Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), hlm 99.

Universitas Sumatera Utara

daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman
modal, biaya ekonomi berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di
bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.20
Peraturan-peraturan perundang-undangan yang diterbitkan pada masa orde
baru tentang penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing yakni,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan
Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri. Dalam perkembangan di orde reformasi
peraturan perundang-undang penanaman modal dalam negeri dan asing tersebut
diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. 21
Alasan kenapa Undang-Undang yang lama mengenai penanaman modal
diganti peraturannya adalah atas dasar pertimbangan undang-undang penanaman
modal, yang di dalam konsideran UU No. 25 Tahun 2007 disebutkan: 22
Bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan
mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan
peningkatan penanaman modal untuk mengelola potensi ekonomi menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri;
Bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan
keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu
diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,promotif, memberikan

20

Ibid., hlm 100.
Ibid., hlm 101.
22
Ibid., hlm 104.
21

Universitas Sumatera Utara

kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional: (lihat butir c dan d).
Penanaman modal asing di Indonesia secara nyata telah memperbaiki serta
meningkatkan perekonomian negara dengan gencarnya investasi pada proyekproyek kecil dan oleh sebagian besar dengan cara perindustrian yang mana
menyediakan terbukanya lowongan ketenagakerjaan secara maksimum. Tetapi
pada saat yang sama, diperlukan konsentrasi yang lebih besar terhadap kegiatan
penanaman modal yang intensif di ibukota untuk mengekspansi ekspor daripada
substitusi impor. Perubahan yang baru terjadi dalam proyek penanaman modal
asing sampai penanaman modal dalam negeri yang intensif seperti pertambangan
dan jasa mungkin tidak setara menguntungkan dalam hal ketenagakerjaan.
Tantangan baru untuk Indonesia saat ini adalah mengubah ketentuan-ketentuan
dan perundang-undangan yang dapat menarik minat investor asing untuk
berinvestasi sehingga terciptanya lapangan kerja yang lebih baik, kualitas kegiatan
ekspor industri meningkat dan memicu persaingan usaha yang sehat. 23
2. Penanam modal atau Investor
Dalam anatomi UU No. 25 Tahun 2007 telah dijelaskan secara jelas bahwa
yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha
yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam
negeri dan penanam modal asing. Untuk pihak penanam modal yang berasal dari
dalam negeri, dalam Pasal 5 Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 57/SK/2004 telah ditentukan prosedur dalam pengajuan
permohonan baru dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pihak

R.Dhanya Ramachandran, “A Study about Foreign Direct Investment in Indonesia”,
IOSR Journal Business and Management (IOSR-JBM), Volume 16, Issue 12.Ver.I, Chennai,
December 2014, hlm 47.
23

Universitas Sumatera Utara

yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam rangka
PMDN adalah: 24
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perseroan Terbatas (PT);
Commanditaire Venootschap (CV);
Firma (Fa);
Badan Usaha Koperasi;
BUMN;
BUMD; atau
Perorangan.
Walaupun rata-rata bentuk hukum perusahaan berupa badan hukum

maupun badan usaha yang disebutkan dapat menjalankan kegiatan penanaman
modal dalam rangka PMDN, hal serupa tidak berlaku bagi penanam modal asing.
Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan modal
asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara
lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal:
“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”
Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:
a.

Bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah
perusahaan terbatas (PT);

b.

Didasarkan pada hukum Indonesia;

c.

Berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.25

24
25

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm 129.
Ibid., hlm 174.

Universitas Sumatera Utara

Yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas sesuai yang diatur pada Pasal 1
angka 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang. Dapat dikatakan
perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan
tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan
pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.26
Setiap investor dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti
pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas,
yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan
perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para
pemegang saham. Keuntungan atau dividen yang dibagi sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati oleh para sekutu dan pemilik saham dan tergantung pada
besarkecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.27
Apabila dikaji definisi penanam modal asing sesuai Pasal 1 angka 6 UU
No.25 Tahun 2007 yang mendefinisikan penanam modal asing adalah
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan usaha asing dan/atau
pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia maka penanam modal asing dikategorikan menjadi empat macam, yaitu:
28

a.

Perseorangan warga negara asing;

26

Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media , 2012), hal

27

Loc.Cit., hlm 174.
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm 204.

35.
28

Universitas Sumatera Utara

b.

Badan usaha asing;

c.

Badan hukum asing;dan/atau

d.

pemerintah asing.
Negara pemilik modal akan memilih negara tujuan investasi mereka. Motif

orang yang menanamkan modalnya di luar negeri adalah untuk mencari bahan
mentah (pure resources) atau komoditi perdagangan yang terutama dilakukan oleh
negara-negara miskin akan sumber daya alam.29 Tiga cara utama yang dilakukan
pemilik aset asing yang ingin berinvestasi secara langsung ( direct investment)
adalah: secara mandiri atau perseorangan ( solo) , menjalin hubungan kemitraan
dengan pemilik aset lainnya (joint venture dan modal ventura) atau manajer aset ,
atau melalui co- investing, yaitu: 30
a.

Investasi solo langsung menawarkan paling kebijaksanaan tetapi paling
menuntut modal , membutuhkan banyak waktu dan sumber daya .

b.

Kemitraan investasi langsung dengan pemilik aset lain atau aset manajer
memungkinkan investor untuk berbagi tugas dan tanggung jawab .

c.

Co-Investing dengan manajer aset di samping investasi dana tradisional

adalah model yang paling populer dan paling menuntut .
Terdapat berbagai bentuk kerjasama selain gambaran kerjasama secara
umum oleh pihak investor asing dengan pemodal nasional yang telah dipaparkan
di atas seperti production sharing, management-contract, technical assistance
atau technical service contract , franchise and branduse agreement maupun dalam

29

Loc.Cit., hlm 35.
World Economic Forum prepared in collaboration with Oliver Wyman,” Direct
Investing by Institutional Investors: Implications for Investors and Policy-Makers”, World
Economic Forum USA, United State, 2014, hlm 2.
30

Universitas Sumatera Utara

bentuk build, operation and transfer atau lebih dikenal dengan istilah BOT. 31
Berikut ini uraian mengenai bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang telah diakui
berlaku di banyak negara:
a. Joint Venture
Joint Venture adalah suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara

penanaman modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu
perjanjanjian atau kontrak belaka (kontraktuil), di mana tidak membentuk suatu
badan hukum baru seperti halnya pada joint-enterprise. Sebagai contoh dapat
dikemukakan, yakni; Adanya perjanjian kerja sama antara Van Stickel Associates
Inc. Suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, Amerika Serikat
dengan PT Kalimantan Plywood Factory suatu badan hukum Indonesia untuk
secara bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerja sama ini juga
biasa disebut dengan “Contract of Cooperation ” yang tidak membentuk suatu
badan hukum Indonesia seperti yang telah disyaratkan dalam Pasal 5 ayat (2)
UUPM. Berbagai macam corak atau variasi dari joint-venture yang ditemukan
dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:
1)

Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerja sama yang

dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang
yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja ( method) misalnya;
Suatu

perusahaan

modal

nasional

yang ingin

memajukan

atau

meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai
cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan
technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan
31

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia , Cet.Ketiga (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm 60.

Universitas Sumatera Utara

cara pembayaran dalam bentuk royalti yakni pembayaran sejumlah uang
tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang
bersangkutan.32
2)

Franchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerja sama yang

digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak
memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti
Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc‟Donalds, Kentucky Fried
Chicken, dan sebagainya.
3)

Management Contract: suatu bentuk usaha kerja sama antara pihak modal

asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan
khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing
terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan
dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional
oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperi; Hilton
Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan sebagainya.
4)

Build, operation and transfer (BOT) : suatu bentuk kerja sama yang relatif

masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerja sama
antara para pihak, di mana suatu objek dibangun, dikelola atau
dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik
asli.33 Misalnya; pihak swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan
mengadakan kerja sama dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu
department store , mall ataupun hotel di mana biaya pembangunan,

perencanaan, pelaksanaan operasinya dilaksanakan oleh pihak dengan
32
33

Ibid., hlm 61.
Ibid., hlm 62.

Universitas Sumatera Utara

jangka waktu sesuai kerja sama lalu kemudian diserahkan kepada pihak
nasional.
b. Joint Enterprise
Joint-Enterprise merupakan suatu bentuk kerja sama antara penanaman

modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu
perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5
ayat (1) UUPM. Joint-Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang
modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang
dinyatakan dalam valuta asing. Hal-hal yang menjadi pertimbangan pihak asing
hendak menggunakan bentuk kerja sama ini adalah karena berdasarkan alasan
berikut:
1)

Setiap usaha di Indonesia memerlukan rupiah untuk pembayaran barangbarang yang lebih murah dan mudah diperoleh di Indonesia. Selain itu
untuk pembayaran gaji pegawai dan lain-lain pengeluaran dibutuhkan
rupiah oleh penanaman modal asing.

2)

Penanaman modal asing tidak perlu menanamkan modal dalam bentuk
valuta asing, tetapi modal asing dapat berbentuk mesin-mesin atau lain
hasil produksi penanaman modal asing itu. Masuknya barang mesin-mesin
impor itu akan diizinkan dengan fasilitas bebas bea masuk sehingga akan
sangat menguntungkan penanaman modal asing di Indonesia.

3)

Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional, apalagi yang telah
berpengalaman, maka penanam modal asing dapat mengecilkan risiko
seminimal mungkin, sehingga sebenarnya penanaman modalnya di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia lebih mirip dengan pemberian kredit daripada penanaman modal
asing yang langsung (direct-investment).34
c. Kontrak Karya
Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha
kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila
penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini
mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang
mempergunakan modal nasional.
Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja
sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara
PN.Pertamina selaku badan usaha milik negara yang memiliki hak eksklusif
sebagai pemilik penguasaan daripada bumi dan air dan kekayaan alam Indonesia,
bekerja sama dengan PT Caltex pacific Indonesia yang merupakan anak
perusahaan

(subsidiary

company)

Caltex

International

Petroleum

yang

berkedudukan di Amerika Serikat untuk memberikan wewenang dalam
mengerjakan pengolahan (eksploitasi dan eksplorasi) untuk dan atas nama
perusahaan negara tersebut.35
Bagi Investor asing, hukum dan undang-undang menjadi salah satu tolak
ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Dalam
tiga dekade belakangan ini, pelaku usaha yang menanam modal di negara
berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut.
Infrastruktur hukum bagi investor menjadi instrumen penting dalam menjamin
investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan security, certainty, dan
34
35

Ibid., hlm 63.
Ibid., hlm 64.

Universitas Sumatera Utara

predictability atas investasi mereka. Semakin baik kondisi, hukum dan undang-

undang yang melindungi investasi mereka semakin dianggap kondusif iklim
investasi dari negara tersebut.36
Negara Indonesia yang menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali
atau mixed economy tidak terlepas dan sangat bergantung pada sistem
perdagangan internasional, di mana dewasa ini perdagangan internasional
menggunakan sistem, ketentuan, dan mekanisme yang telah diinisiasi oleh WTO
(World Trade Organizations) dengan salah satu bentuk aturan main (investasi)
adalah TRIMs (Agreement on Trade Related Investment Measures ). Indonesia
telah meratifikasi segenap aturan dalam TRIMs. Atas dasar ketentuan tersebut,
kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat kepada
prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs. 37 Prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut: 38
a. Prinsip Nondiskriminasi
Prinsip ini mengharuskan host country untuk memperlakukan secara sama
setiap penanam modal dan penanam modal di negara tempat penanaman
modal dilakukan.
b. Prinsip Most Favoured Nations (MFN)
Prinsip ini menuntut perlakuan yang sama dan harus dijalankan dengan
segera dan tanpa syarat (immediately and unconditionally) dari negara host
terhadap penanam modal dari negara asing yang lainnya yang melakukan
aktivitas penanaman modal yang meliputi pelaksanaan dan kebijakan

36

Lusiana, Op.Cit., hlm 13.
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 109-110.
38
Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, Cet.Kedua (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,2012), hlm 42-44.
37

Universitas Sumatera Utara

impor dan ekspor serta menyangkut biaya-biaya lainnya di negara di mana
penanaman modal tersebut dilakukan.
c. Prinsip National Treatment
Prinsip ini mengharuskan negara host untuk tidak membedakan perlakuan
antara penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri di
negara host tersebut yang bersifat diskriminatif sehingga menghambat
terciptanya harmonisasi dalam perdagangan internasional.
c. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan ataupun prinsip keterbukaan merupakan salah satu asas
yang diwajibkan dan dituangkan dalam sepuluh asas berbeda di dalam UndangUndang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Di dalam Pasal 3 ayat (1)
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan
10 asas dalam penanaman modal atau investasi. Kesepuluh asas itu, disajikan
sebagai berikut: 39
1)

Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2)

Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal.

3)

Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan

39

hasil

akhir

dari

penyelenggaraan

penananaman

modal

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hal 14-15.

Universitas Sumatera Utara

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4)

Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas
perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara
asing lainnya.

5)

Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam
modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.

6)

Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan
penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha mewujudkan iklim usaha yang adil,kondusif, dan berdaya saing,

7)

Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk
menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

8)

Asas berwawasan lingkunan adalah asas penanaman modal yang
dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan
dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9)

Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup
diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

10) Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas
yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
Asas penanaman modal

„menginspirasi‟ pembentukan pasal-pasal

sehingga pasal-pasal tersebut mencerminkan keberadaan asas hukum yang bersifat
abstrak-normatif. Pendapat berbeda dijelaskan oleh Yakub, kesepuluh asas
tersebut dituangkan dalam pasal-pasal untuk menjamin tercapainya tujuan
undang-undang penanaman modal. Asas (hukum) penanaman modal bertautan
dengan hukum atau undang-undang lain. Pertautan tidak saja dikonstruksi
intrabidang, tapi juga antarbidang seperti ekonomi dan perdagangan internasional.
Keterkaitan diantaranya undang-undang penanaman modal dan undang-undang
lingkungan hidup (asas berkelanjutan dan asas berwawasan lingkungan), undangundang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (asas
keterbukaan dan asas efisiensi keadilan), dan undang-undang usaha kecil (asas
kemandirian); sedangkan antarbidang ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi,
penanaman modal diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara.40
Pada UU No.25 Tahun 2007 telah tertera jelas mengenai definisi asas
keterbukaan, sesuai bunyi Pasal 3 ayat (1) yang dimaksud dengan asas
keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman
modal. Namun, tidak dijelas