Analisis Yuridis Terhadap Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas Keterbukaan Ditinjau dari UU NO. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku:

Ali, H. Zainuddin. Metode Penelitian Hukum Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum Cet. Kelima. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

H. S, Salim. dan Sutrisno, Budi. Hukum Investasi Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Cet. Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007.

Kairupan, David. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia Ed. Pertama. Jakarta: Prenada Media Group. 2013.

Kansil. C. S. T. Pokok-Pokok Pengetahuan Dan Hukum Dagang Indonesia, Buku Kedua: Perbankan dan Permodalan di Indonesia Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika Offset. 1996.

Kretarto, Agus. Investor Relations, Pemasaran Dan Komunikasi Keuangan Perusahaan Berbasis Kepatuhan. Jakarta. Grafiti Press. 2001.

Lusiana. Usaha Penanaman Modal Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.

Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Liberty. 1988.

Nasution, Asmin. Transparansi Dalam Penanaman Modal. Medan: Pustaka Banga Press. 2008.

Rakhmawati, Rosyidah. Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global Cet. Kedua. Malang: Bayumedia Publishing. 2004.

Rokhmatussa‟dyah, Ana dan Suratman. Hukum Investasi & Pasar Modal Cet.Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2011.

Santiago, Faisal. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2012. Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi, Pembahasan Dilengkapi Dengan

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Cet. Kedua. Bandung: Nuansa Aulia. 2010.


(2)

Siregar, Mahmul. Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal, Studi Kesiapan Dalam Perjanjian Investasi Multilateral. Sumatera Utara: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2008.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 1984.

Sood, Muhammad. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar Ed. Pertama, Cet. Kedua. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1998.

Untung, Budi Hendrik. Hukum Investasi Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPM

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2010-2014

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal


(3)

C. Jurnal

R.DhanyaDr.S.Ramachandran. 2014 “A Study about Foreign Direct Investment in

Indonesia”. IOSR Journal Business and Management (IOSR-JBM).

December 2014.

World Economic Forum prepared in collaboration with Oliver Wyman. 2014 ”Direct Investing by Institutional Investors: Implications for Investors and

Policy-Makers”. World Economic Forum USA. 2014.

Deirdre Curtin. 2011 “The Fundamental Principle of Openness in EU: Nature and

Implications”. University of Amsterdam, April 2011.

Ngyuen Phuong Binh. 2001 “Southeast Asian Security: A Vietnamese Perspective”, Institute of Defense and Strategic Studies. May 2001.

The World Bank. 2005 “Raising Investment In Indonesia: A Second Generation of Reforms”, East Asia Prem. February 2005.

The World Bank. 2012 “Strategi Kemitraan Negara Untuk Indonesia TA.2009-2012

:Mendukung Institusi Indonesia yang Inklusi untuk Pembangunan yang

Berkelanjutan”, International Finance Corporation World Bank Group,

Desember 2012.

D. Makalah

Badan Koordinasi Penanaman Modal, “Diklat PTSP Bidang Penanaman Modal

Tingkat Pertama: Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal”,

(Makalah disiapkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan PNS BKPM di bidang pengawasan pelaksanaan penanaman modal, Jakarta, 2012).

Aceh Investment Coordinating Board, “Tata Cara Pengisian Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM)”, (Makalah, disampaikan dalam rangka

penyuluhan kepada penanam modal daerah sekitar Banda Aceh di Badan Investasi Promosi Banda Aceh, 9 Januari 2013).

E. Website

Asmindo, “Produk Domestik Bruto Indonesia”, http://www.indonesia-

investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253 (diakses pada tanggal 25

September 2015).

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Sukoharjo, “Kewajiban

Menyampaikan LKPM Bagi Perusahaan”,


(4)

http://www.bpmpp.sukoharjokab.go.id/statis-9-kewajiban-menyampaikan-lkpm-bagi-perusahaan.html (diakses pada tanggal 20 November 2015).

Bina Syifa, Fungsi dan Wewenang BKPM,

http://www.binasyifa.com/219/61/26/fungsi-dan- wewenangbkpm.htmhttp://www.binasyifa.com/219/61/26/fungsi-dan-wewenang-bkpm.htm (diakses pada tanggal 22 November 2015). BPMPT Sukabumi, “Sosialiasi Pengisian Instrumen Data laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) Bagi Perusahaan di Kota Sukabumi”, http://bpmptkotsi.com/sosialisasi-pengisian-instrumen-data-laporan-

kegiatan-penanaman-modal-lkpm-bagi-perusahaan-di-kota-sukabumi/(diakses pada tanggal 12 November 2015).

CNN Indonesia, Tak Lapor, Pemerintah Cabut 6.541 Izin Penanaman Modal Asing, http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150319125639-92- 40299/tak-lapor-Pemerintah-cabut-6541-izin-penanaman-modal-asing/ (diakses pada tanggal 22 November 2015).

Harian Kompas, Tak Laporkan LKPM, Izin Prinsip 15.528 Investor Terancam

Dicabut BKPM,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/12/150100626/Tak.L aporkan.LKPM.Izin.Prinsip.15.528.Investor.Teracam.Dicabut.BKPM (Diakses pada tanggal 21 November 2015).

Indonesia Investments, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2009-2014”, http://www.indonesia

-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan

Pemerintah/rencana-pembangunan-jangka-menengah-nasional-rpjmn-2010-2014/item307 (diakses pada tanggal 25 September 2015).

Indonesia Investments, “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia”, http://www.indonesia

-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-

Pemerintah/masterplan-percepatan-dan-perluasan-pembangunan-ekonomi-indonesia-mp3ei/item306 (diakses pada tanggal 25

September 2015).

National Single Window for Investment, “Laporan Kegiatan Penanaman Modal”,

http://nswi.bkpm.go.id/wps/portal/LKPM-ID/!ut/p/c4/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hDAwNPJydDR wMLXx9jA0-zwBADE5MwI09PI_2CbEdFAJaB9tM!/ (diakses pada tanggal 15 November 2015).

OECD (2010), “Investment Promotion and Facilitation in OECD Investment Policy Reviews: Indonesia 2010”, OECD Publishing, http://dx.doi.org/10.1787/9789264087019-7-en (diakses pada tanggal 30 November 2015).


(5)

OECD (2012), “OECD Reviews of Regulatory Reform : Indonesia 2012

Strengthening Co-ordination and Connecting Markets”, OECD

Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264173637-en (diakses

pada tanggal 2 November 2015).

OECD, “OECD Market Openness Principles, OECD Innovation Policy Platform”, www.oecd.org/innovation/policyplatform (diakses pada tanggal 25 Oktober 2015).

Reporter MC Kabupaten Kubu Raya, “Banyak Perusahaan di Kubu Raya belum

menyampaikan LKPM”,

http://www.infopublik.id/read/114846/banyak-perusahaan-di-kubu-raya-belum-sampaikan-lkpm.html (diakses pada tanggal 21 Desember 2015).

Rowland B.F Pasaribu, “Pertumbuhan Ekonomi Dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan”,

http://www.academia.edu/4938476/Bab_13_Pertumbuhan_Ekonomi_

Dalam_Konsep_Pembangunan_Berkelanjutan_420, (diakses pada

tanggal 26 Oktober 2015).

Sarwedi, “Investasi Asing Langsung Di Indonesia dan Faktor Yang Mempengaruhinya”,

http://jurnalakuntansi.petra.ac.id/index.php/aku/article/viewFile/15688 /15680 (Diakses pada tanggal 25 September 2015).

Serikat Petani Indonesia, “Hanya Mengabulkan Sebagian Dari Gugatan Judicial Review, MK Mengecewakan Rakyat”, www.spi.o r.id/mk-hanya-mengabulkan-sebagian-dari-tuntutan-gerakan-rakyat-terhadap-uupm/ (diakses pada tanggal 18 Desember 2015).

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Mengapa Undang-Undang Memerlukan Peraturan Pelaksanaan”, http://setkab.go.id/mengapa -undang-undang-perlu-peraturan-pelaksanaan/ (diakses pada tanggal 26 November 2015).

Terry Miller dan Anthony B.Kim, “Principles of Economic Freedom”, http://www.heritage.org/index/book/chapter-1 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2015).

Wikipedia, “Badan Koordinasi Penanaman Modal”,

https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Koordinasi_Penanaman_Modal, (diakses pada tanggal 19 Oktober 2015).

Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/SPIPISE (diakses pada tanggal 10 November 2015).


(6)

BAB III

PENGATURAN KEWAJIBAN PEMBUATAN LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM UU NOMOR 25 TAHUN 2007

TENTANG PENANAMAN MODAL

A. Pengertian dan Dasar Hukum Kewajiban menyampaikan LKPM

Pengertian Laporan Kegiatan Penanaman Modal diatur dalam penjelasan

Pasal 15 huruf c Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Yang dimaksud dengan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yaitu laporan kegiatan penanam modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal disampaikan secara berkala kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal dan pemerintah daerah yang bertanggung

jawab di bidang penanaman modal.111

Definisi LKPM, selain diatur dalam UU Penanaman Modal, juga ditafsirkan pengertian yang serupa dalam Peraturan Perundang-Undangan lainnya seperti dalam peraturan yang dikeluarkan dalam kepala BKPM. Pengertian LKPM yang diatur dalam peraturan kepala BKPM memiliki makna yang hampir sama misalnya dalam Pasal 1 angka 18 Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 disebutkan definisi LKPM sebagai berikut:

“Laporan Kegiatan Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat LKPM, adalah laporan mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanaman modal yang wajib disampaikan secara berkala.”112

111

Lihat Penjelasan Pasal 15 huruf c Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

112 Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab I Pasal 1 angka 18.


(7)

Atas dasar prinsip kewajiban nasionalitas suatu perusahaan penanam modal asing (PMN) serta ketentuan Pasal 15 dan Pasal 16 UU Penanaman Modal maka setiap penanam modal yang berasal dari luar negeri wajib menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya ke BKPM, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi usaha penanaman modal; dan mematuhi semua ketentuan peraturan

perundang-undangan.113

Laporan kegiatan penanaman modal yang telah dibuat oleh suatu perusahaan wajib disampaikan kepada BKPM yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan bidang penanaman modal

berdasarkan ketentuan perundang-undangan. 114 Hal ini selaras dengan apa yang

ditentukan dalam Pasal 15 huruf c UUPM bahwasannya salah satu kewajiban yang harus dipenuhi setiap penanam modal dalam kegiatan PMDN maupun PMA yaitu menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal secara berkala kepada

BKPM.115

Pengaturan tata cara dan pedoman membuat LKPM diatur oleh Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2009 dan Peraturan Kepala BKPM No.7 Tahun 2010 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, sedangkan mengenai perizinan yang bersifat fiskal maupun non-fiskal

113 Lusiana, Op.Cit., hlm 91.

114 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bab I Pasal 2.

115


(8)

yang wajib dipenuhi agar LKPM diwajibkan disampaikan secara berkala diatur oleh Peraturan Kepala BKPM No.12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No.5 Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.

Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, setelah mendapatkan izin penanaman modal, perusahaan memiliki kewajiban menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Untuk perusahaan dalam tahap pembangunan, perusahaan harus menyampaikan LKPM Tahap Pembangunan yang disampaikan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah beroperasi/berproduksi wajib menyampaikan LKPM telah ada izin usaha dan

disampaikan setiap 6 bulan sekali.116

Izin penanaman modal yang harus dimiliki suatu perusahaan sebelum perusahaan tersebut wajib menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal secara berkala adalah pendaftaran penanaman modal dan izin prinsip penanaman modal. Pendaftaran penanaman modal disebut juga pendaftaran, merupakan bentuk persetujuan awal pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal. Izin prinsip penanaman modal disebut juga izin prinsip yaitu izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota yang wajib dimiliki penanam modal dalam rangka memulai kegiatan penanaman modal

116 BPMPT Sukabumi, Sosialiasi Pengisian Instrumen Data laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Bagi Perusahaan di Kota Sukabumi”, http://bpmptkotsi.com/sosialisasi-pengisian-instrumen-data-laporan-kegiatan-penanaman-modal-lkpm-bagi-perusahaan-di-kota-sukabumi/ (diakses pada tanggal 12 November 2015).


(9)

di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan

penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal.117

Perusahaan penanaman modal yang memiliki izin prinsip dan telah berbadan hukum atau memiliki izin usaha yang masih berlaku dapat memperoleh fasilitas fiskal dan nonfiskal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fasilitas fiskal dan non-fiskal yang didapatkan antara lain:118

a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin tidak termasuk suku cadang;

b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan;

c. Usulan fasilitas pajak penghasilan (PPh) ataupun pengurangan pajak

penghasilan (PPh) Badan/ Tax Allowance;

d. Insentif daerah yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan daerah;

e. Angka pengenal importir produsen (API-P) dan angka pengenal importir

umum (API-U);

f. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);

g. Rekomendasi Visa untuk bekerja (TA.01);

h. Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA).

Investasi minimum yang diperlukan untuk PMDN maupun untuk PMA dalam memenuhi syarat pengurusan izin dan penerimaan fasilitas-fasilitas fiskal dan nonfiskal diatur dalam Pasal 22 Peraturan Kepala BKPM No.5 Tahun 2013

sebagaimana berbunyi sebagai berikut : 119

Pasal 22

(1) Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal

Asing, wajib melaksanakan ketentuan dan persyaratan bidang

117

David Kairupan, Op.Cit., hlm 58.

118 Lihat Pasal 75 Peraturan Kepala BKPM No.5 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.

119

Republik Indonesia, Peraturan Kepala BKPM No.5 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal, Bab VI Pasal 22.


(10)

usahanya yang ditetapkan oleh instansi teknis yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan.

(2) Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dengan total nilai investasi mulai dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) izinnya harus diproses menggunakan SPIPISE.

(3) Penanaman Modal Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

kecuali harus ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan:

a. Total nilai investasi lebih besar dari Rp. 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar, diluar tanah dan bangunan;

b. Nilai modal ditempatkan sama dengan modal disetor

sekurang-kurangnya sebesar Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar;

c. Penyertaan dalam modal perseroan, untuk masing-masing

pemegang saham sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar dan persentase kepemilikan saham dihitung berdasarkan nilai nominal saham.

Tujuan LKPM ditujukan untuk memantau realisasi investasi dan produksi dan apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan. LKPM mencakup kegiatan penanaman modal yang dilakukan perusahaan di setiap lokasi dan bidang usaha investasi, kecuali bidang usaha perdagangan. Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan penanaman modal di bidang usaha perdagangan, LKPM

cukup berdasarkan lokasi yang telah dinyatakan pada Izin Prinsip.120

B. Fungsi LKPM dalam Pengendalian Penanaman Modal

LKPM ditujukan untuk memantau perkembangan kegiatan perusahaan dan dimaksudkan untuk mewujudkan pengendalian pelaksanaan penanaman modal

yang mencakup kegiatan: 121

1. Pemantauan pelaksanaan penanaman modal;

120 National Single Window for Investment, Laporan Kegiatan Penanaman Modal,

http://nswi.bkpm.go.id/wps/portal/LKPM- ID/!ut/p/c4/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hDAwNPJydDRwMLXx9jA0-zwBADE5MwI09PI_2CbEdFAJaB9tM!/ (diakses pada tanggal 15 November 2015).

121

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.3 Tahun 2012, Bab II Pasal 3 ayat (1).


(11)

2. Pembinaan pelaksanaan penanaman modal;

3. Pengawasan pelaksanaan penanaman modal.

Pemantauan dalam kegiatan penanaman modal adalah proses yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penanaman modal oleh investor. Dengan pemantauan yang efektif realisasi investasi dapat direkam dengan baik, pembinaan kepada perusahaan meningkat. Dengan demikian,

realisasi investasi akan meningkat, dan pengawasan akan berjalan efektif. 122

Kegiatan pemantauan pelaksanaan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dilaksanakan terhadap penanaman modal baik yang masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan) maupun penanaman modal yang telah produksi/operasi komersial (telah ada izin usaha). Kegiatan pemantauan dilakukan melalui pengumpulan, verifikasi dan evaluasi data realisasi penanaman modal yang tercantum dalam LKPM yang disampaikan oleh perusahaan. LKPM yang akan disampaikan oleh suatu perusahaan harus

sesuai dengan perizinan penanaman modal yang dimiliki oleh perusahaan.123

Verifikasi dan evaluasi data realisasi penanaman modal yang tercantum dalam LKPM yang dilaksanakan oleh BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK mencakup perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang diterbitkannya sesuai kewenangan

masing-masing instansi pemerintah terkait. Verifikasi dan evaluasi LKPM meliputi:124

a. Keterangan perusahaan;

122Aceh Investment Coordinating Board, Tata Cara Pengisian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)”, Banda Aceh, 9 Januari 2013, hlm 2.

123 Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab V Pasal 10.

124

Lihat Pasal 12 ayat (1) dan (2) Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.


(12)

b. perizinan dan nonperizinan yang dimiliki;

c. realisasi investasi dan permodalan;

d. penyelesaian fisik;

e. penggunaan tenaga kerja;

f. produksi dan pemasaran;

g. realisasi impor mesin, barang dan bahan yang diimpor dengan

menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan oleh pemerintah;

h. kewajiban perusahaan yang tercantum dalam perizinan penanaman

modalnya atau ketentuan perundang-undangan;

i. permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.

PDPPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah provinsi, yang menyelenggarakan fungsi utama koordinasi di bidang penanaman modal di pemerintah provinsi, sedangkan PDKPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah kabupaten/ kota, yang menyelenggarakan fungsi utama koordinasi di bidang penanaman modal di pemerintah kabupaten/ kota.

Kegiatan pembinaan terhadap penanaman modal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dilakukan secara berjenjang yaitu:


(13)

a. PDKPM terhadap penanaman modal yang berlokasi di kabupaten/ kota

kecuali di KPBPB dan KEK125;

b. PDPPM terhadap penanaman modal yang kegiatan pembinaannya tidak

dapat dilaksanakan oleh PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK;

c. Badan Pengusahaan KPBPB terhadap penanaman modal yang berlokasi di

wilayah KPBPB126;

d. Administrator KEK terhadap penanaman modal yang berlokasi di KEK;

e. BKPM terhadap penanaman modal yang kegiatan pembinaannya bukan

merupakan kewenangan PDPPM, PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB

dan Administrator KEK.127

Kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal (3) ayat (1) huruf

b Perka BKPM No.3 Tahun 2012 dilaksanakan melalui:128

a. Bimbingan sosialisasi ketentuan pelaksanaan penanaman modal;

b. pemberian konsultasi pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. fasilitasi penyelesaian masalah/ hambatan yang dihadapi penanaman

modal dalam merealisasikan penanaman modalnya.

125 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian memperoleh fasilitas tertentu.

126 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.

127 Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab IV Pasal 8 ayat (1).

128

Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab VI Pasal 16.


(14)

Sedangkan untuk tata cara pengawasan, hal ini diatur dalam Pasal 19 Perka BKPM No.3 Tahun 2012. Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pemeriksaan ke lokasi proyek

penanaman modal, sebagai tindak lanjut dari: 129

a. evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan

nonperizinan yang dimiliki;

b. adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman

modal;

c. penggunaan fasilitas pembebasan bea masuk sesuai dengan tujuan

pemberian fasilitas pembebasan bea masuk.

Sebagai salah satu contoh, berdasarkan pengawasan yang dilakukan BPMPT Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, fungsi pengawasan merupakan salah satu bentuk pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang diamanatkan untuk dijalankan oleh setiap PDKPM yang berwenang. Fungsinya adalah sebagai upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal. Terkait hal itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan investasi di Kabupaten Kubu Raya, Bidang Penanaman Modal BPMPT Kabupaten Kubu Raya melakukan pengawasan terhadap beberapa perusahaan dalam rangka menjalankan fungsi Pengawasan periode semester I tahun 2015 pada delapan perusahaan yang ada di kabupaten tersebut dengan memeriksa LKPM setiap perusahaan-perusahaan tersebut yang

129

Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab VII Pasal 19.


(15)

menjadi dasar untuk mengevaluasi sampai sejauh mana tahap permohonan

perizinan dan nonperizinan yang diajukan para penanam modal.130

Tujuan diperuntukkan kewajiban menyampaikan LKPM ini adalah agar tercapainya realisasi penanaman modal sesuai dengan aspek-aspek yang memengaruhi investasi dalam pengendalian pelaksanaan penanaman modal. Adapun aspek-aspek internal dan eksternal yang memengaruhi investasi dapat

dikelompokkan sebagai berikut:131

1. Faktor Dalam Negeri

a. Stabilitas politik dan perekonomian.

b. Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi

yang secara terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.

c. Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran di bidang

perpajakan, termasuk sejumlah hak lain bagi investor asing yang dianggap sebagai perangsang (insentif).

d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak

bumi, gas, bahan tambang dan hasil hutan di wilayah Indonesia.

e. Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam

Indonesia yang merupakan daya tarik sendiri, khusus bagi proyek-proyek yang bergerak di bidang industri kimia, perkayuan, kertas dan perhotelan (tourism).

130 Reporter MC Kabupaten Kubu Raya, “Banyak Perusahaan di Kubu Raya belum

menyampaikan LKPM”, http://www.infopublik.id/read/114846/banyak -perusahaan-di-kubu-raya-belum-sampaikan-lkpm.html (diakses pada tanggal 21 Desember 2015).

131


(16)

f. Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif, khususnya proyek-proyek.

2. Faktor Luar Negeri

a. Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya

di Indonesia cukup tinggi, seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.

b. Pencabutan GSP (Sistem Preferensi Umum) terhadap empat negara

industri baru di Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura).

c. Meningkatkan biaya produksi di luar negeri.

Berdasarkan peraturan kepala BKPM No.3 tahun 2012, tujuan dilaporkan LKPM secara berkala dalam pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal yang dilakukan BKPM melalui

pelayanan terpadu satu pintu adalah: 132

1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi

masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

2. Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan

yang dimiliki oleh perusahaan, dan;

3. Melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan

fasilitas fiskal yang sesuai dan melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan.

132

Lihat Pasal 2 Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.


(17)

Mengacu pada peraturan Kepala BKPM No.13 Tahun 2009 yang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, pengawasan terhadap perusahaan penanaman modal dapat dibedakan atas 2 (dua)

jenis, antara lain:133

1. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan secara tidak langsung dilakukan melalui penelitian LKPM yang disampaikan perusahaan yang mengacu pada Pendaftaran Penanaman Modal/ Izin Prinsip Penanaman Modal/ Izin Usaha Penanaman Modal yang diterbitkan baik mengenai realisasi investasi, sumber dana, bidang usaha, jenis dan kapasitas produksi, lokasi proyek dan luas lahan, kepemilikan saham, jumlah tenaga kerja asing, jadwal waktu maupun ketentuan lain yang ditetapkan seperti AMDAL, UKL/UPL, Kemitraan, dan lain-lain. Pengawasan tidak langsung ini juga bisa diperoleh dari laporan masyarakat, informasi media massa ataupun dengan informasi dari instansi teknis terkait.

2. Pengawasan langsung

Pengawasan langsung dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke lokasi proyek. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu secara rutin dan secara khusus apabila dalam pelaksanaan proyek diduga terdapat penyimpangan atau terjadi keresahan dalam masyarakat. Melalui pengawasan langsung dapat diketahui secara pasti adanya pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan. Namun demikian dalam pengawasan langsung sering ditemui kendala antara lain:

133 BKPM, “

Diklat PTSP Bidang Penanaman Modal Tingkat Pertama: Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal”, PUSDIKLAT BKPM, 2012, hlm 18.


(18)

a. Perusahaan tidak memberikan izin kepada petugas pengawas masuk ke lokasi proyek.

b. Di lokasi proyek tidak terdapat penanggung jawab yang memiliki

kewenangan dalam memberikan informasi sehingga tidak diperoleh data.

c. Perusahaan tidak memberikan informasi yang sebenarnya.

d. Data yang diperlukan tidak ada di lokasi proyek.

e. Pengusaha tidak berada di tempat.

Penyelenggaraan pelaksanaan pengendalian penanaman modal diatas yang berlangsung adalah untuk menjamin bahwa perusahaan telah memenuhi kriteria-kriteria fasilitas fiskal dan non-fiskal, perizinan dan non perizinan sehingga dapat disediakan fasilitas serta insentif dari pemerintah yang mendukung dan hasil akhirnya dapat dilihat dari perkembangan aspek-aspek yang memajukan kesejahteraan dan kedaulatan negara. Sehingga dapat dipastikan dalam upaya menyakinkan calon investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia, kepastian hukum, perlindungan hukum (legal protection) dan keadilan hukum yang diutamakan dalam kondusifitas meraih keuntungan dalam bisnisnya

berada dalam posisi yang aman.134

C. Tata Cara Penyampaian LKPM

Dalam rangka meningkatkan daya saing investasi agar dapat menarik masuknya investasi ke Indonesia sebanyak mungkin, kelemahan koordinasi antara instansi terkait tersebut perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di samping itu, perlu dilakukan penataan secara menyeluruh (reformasi) terhadap

134


(19)

aparatur negara (civil service reform) serta informasi pelayanan publik (public service reform).135

Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum akan dapat berjalan dengan baik apabila ada kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi, sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini karena fungsi koordinasi adalah menyangkut kejelasan pola pelayanan terpadu serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi-instansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan,

fasilitas investasi, dan lain-lain.136

Pengaturan kewenangan di bidang penanaman modal sebagaimana termuat dalam UU pemerintahan Daerah juga terefleksi dalam Pasal 30 UU Penanaman Modal yang mengatur penyelenggaraan urusan penanaman modal sebagaimana

berikut ini: 137

1. Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan

keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal.

2. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah.

3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang

merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria

135Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 248. 136

Ibid., hlm 248. 137


(20)

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman modal.

4. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi

menjadi urusan pemerintah.

5. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas

kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi.

6. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam

satu kabupaten/ kota menjadi urusan pemerintah kabupaten/ kota.

7. Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi

kewenangan pemerintah adalah:

a. penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak

terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;

b. penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas

tinggi pada skala nasional;

c. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan

penghubung antarwilayah atau ruang lingkupnya lintas Provinsi;

d. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi

pertahanan dan keamanan nasional;

e. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan

modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian dibuat oleh pemerintah dan pemerintah negara lain;

f. bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah


(21)

8. Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (7), pemerintah menyelenggarakannya sendiri, melimpahkannya kepada gubernur selaku wakil pemerintah, atau menugasi pemerintah kabupaten/ kota.

9. Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang penanaman modal diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dalam hal pemantauan, pengawasan, dan pembinaan pelaksanaan penanaman modal, hal ini dilaksanakan berdasarkan kewenangan masing-masing institusi yang berwenang. Kegiatan pemantauan pelaksanaan penanaman modal sebagaimana yang dimaksud dalam ruang lingkup pengendalian pelaksanaan penanaman modal dilaksanakan oleh BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal pemerintah membutuhkan data realisasi penanaman modal khusus di suatu daerah, BKPM dapat langsung melakukan pemantauan penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota,

Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK.138

Kepala BKPM dapat melimpahkan pelaksanaan kegiatan pemantauan yang

menjadi kewenangan pemerintah kepada Gubernur melalui dekonsentrasi.139

Untuk dapat lebih memahami kerangka konsepsional pelimpahan wewenang, perlu dipahami beberapa konsep elementer tentang pembagian kekuasaan (division of powers) antara pemerintah dan pemerintah daerah yang dikenal dalam ilmu hukum administrasi negara, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan

138 Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab IV Pasal 7 ayat (1) dan (2).

139


(22)

medebewind (asas pembantuan). Dalam desentralisasi terdapat penyerahan wewenang sepenuhnya dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tentang urusan tertentu, sehingga pemerintah daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya baik yang menyangkut policy, perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaannya. UU Pemerintahan Daerah mendefinisikan “desentralisasi” sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara

kesatuan Republik Indonesia.140

Sedangkan pada asas “dekonsentrasi” yang terjadi adalah pelimpahan wewenang kepada aparatur pemerintah pusat di daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat dalam arti policy, perencanaan dan biaya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, sedangkan aparatur pemerintah pusat di daerah

bertugas melaksanakannya. UU pemerintah Daerah mendefinisikan

“dekonsentrasi” sebagai pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu.141

Asas “pembantuan” mengandung arti keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat di daerah itu, dalam arti bahwa organisasi pemerintah setempat (daerah) memperoleh tugas dan kewenangan untuk membantu melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat. Selanjutnya dalam UU pemerintahan daerah “tugas pembantuan” didefinisikan sebagai penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi

140

David Kairupan, Op.Cit., hlm 49. 141


(23)

kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota

kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.142

Kepatuhan perusahaan dalam menyampaikan LKPM masih rendah, hal ini

disebabkan oleh:143

1. Perusahaan belum mengetahui tata cara pengisian LKPM sesuai dengan

Perka BKPM No.3 Tahun 2012.

2. Perusahaan belum merasakan manfaat pengisian LKPM dalam

menyelesaikan permasalahan yang dialami. Badan investasi sebagai fasilitator penyelesaian permasalahan perusahaan melalui tim taskforce (SK Gubernur).

Berikut ini adalah isi dari bunyi Pasal 11 Perka BKPM No.3 Tahun 2012 mengenai ketentuan-ketentuan penyampaian LKPM yang harus ditaati oleh para investor dan diserahkan kepada instansi pemerintah terkait:144

Pasal 11

(1) Perusahaan yang telah mendapat perizinan penanaman modal, wajib

menyampaikan LKPM secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan disampaikan kepada BKPM, PDPPM, PDKPM dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek berada di wilayah KPBPB atau Administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah KEK.

(2) Penyampaian LKPM oleh perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. perusahaan yang masih dalam tahap konstruksi (tahap

pembangunan) wajib menyampaikan LKPM setiap 3 (tiga) bulan (Triwulan) menggunakan formulir LKPM sebagaimana tercantum pada Lampiran I, dengan periode laporan sebagai berikut:

1) Laporan Triwulan I disampaikan paling lambat pada tanggal

5 bulan April tahun yang bersangkutan;

2) Laporan Triwulan II disampaikan paling lambat pada

tanggal 5 bulan Juli tahun yang bersangkutan;

142 Ibid, hlm 50. 143Ibid., hlm 50. 144

Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab V Pasal 11.


(24)

3) Laporan Triwulan III disampaikan paling lambat pada tanggal 5 bulan Oktober tahun yang bersangkutan;

4) Laporan Triwulan IV disampaikan paling lambat pada

tanggal 5 bulan Januari tahun berikutnya.

b. perusahaan yang dalam tahap produksi/operasi komersial (telah

ada izin usaha) wajib menyampaikan LKPM setiap 6 (enam) bulan (Semester) dengan menggunakan formulir LKPM sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, dengan periode laporan sebagai berikut:

1) Laporan Semester I disampaikan paling lambat pada tanggal

5 bulan Juli tahun yang bersangkutan;

2) Laporan Semester II disampaikan paling lambat pada

tanggal 5 bulan Januari tahun berikutnya.

(3) Perusahaan memiliki kewajiban menyampaikan LKPM pertama kali

atas pelaksanaan kegiatan penanaman modal pada periode Triwulan berikutnya sejak tanggal perizinan penanaman modalnya diterbitkan.

(4) Perusahaan yang memiliki kegiatan usaha berlokasi di lebih dari 1 (satu)

kabupaten/kota, wajib menyampaikan LKPM untuk setiap lokasi proyek (masing-masing kabupaten/kota).

(5) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha lebih dari 1 (satu) bidang

usaha, wajib merinci realisasi penanaman modal untuk setiap bidang usaha dalam LKPM.

(6) Perusahaan yang telah beralih status dari PMDN menjadi PMA atau

dari PMA menjadi PMDN, wajib menyampaikan LKPM sesuai status baru perusahaan dengan tahapan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).

(7) Perusahaan yang telah melakukan penggabungan perusahaan (merger),

maka perusahaan yang meneruskan kegiatan perusahaan (surviving company) wajib menyampaikan LKPM atas hasil penggabungan, sesuai pelaksanaan penanaman modalnya dan ketentuan yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan ayat (5).

(8) Penyampaian LKPM kepada BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan

Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan:

a. secara online melalui SPIPISE (http:/ /nswi.bkpm.go.id);

b. dalam bentuk hard copy atau soft copy; atau

c. melalui surat elektronik ke alamat e-mail : lkpm@bkpm.go.id dan

email PDPPM, PDKPM, serta Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK.

(9) Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Kantor Perwakilan

Perusahaan Perdagangan Asing wajib menyampaikan laporan kegiatannya kepada BKPM setiap akhir tahun dengan menggunakan formulir laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran III.

Setelah kegiatan pemantauan dalam LKPM berjalan sebagaimana mestinya, dilanjutkanlah dengan tahap pembinaan dan pengawasan agar arus


(25)

kegiatan penanaman modal tetap lancar dan sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang dimana merupakan tujuan diselenggarakan kegiatan penanaman modal baik dalam rangka penanaman modal asing maupun

penanaman modal dalam negeri.145

D. Evaluasi LKPM dan Sanksi

Pengendalian pelaksanaan penanaman modal merupakan upaya

mengevaluasi kegiatan penanaman modal. Kegiatan ini meliputi pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap aktivitas proyek investasi sesuai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki investor. Evaluasi penanaman modal merupakan sarana untuk mencapai kelancaran dan ketepatan pelaksanaan penanaman modal. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah pengumpulan data realisasi penanaman modal yang lebih akurat. Oleh karena itu, kegiatan

pengendalian pelaksanaan penanaman modal ini lebih menekankan diri untuk:146

1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal serta

informasi masalah dan hambatan yang dihadapi perusahaan;

2. Membimbing dan memfasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang

dihadapi perusahaan;

3. Mengawasi pelaksanaan kegiatan proyek penanaman modal sesuai

ketentuan yang berlaku. Termasuk pula mengawasi penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang dilakukan perusahaan.

145Lusiana, Op.Cit., hlm 110.

146 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Sukoharjo, Kewajiban Menyampaikan LKPM Bagi Perusahaan”, http://www.bpmpp.sukoharjokab.go.id/statis-9-kewajiban-menyampaikan-lkpm-bagi-perusahaan.html (diakses pada tanggal 20 November 2015).


(26)

Evaluasi penanaman modal dilakukan secara preventif dan korektif (termasuk represif). Secara preventif, pengendalian pelaksanaan penanaman

modal dilakukan sesuai dengan yang diatur dalam Perka BKPM yaitu:147

1. Pemantauan kompilasi, yakni verifikasi serta evaluasi dari LKPM dan

berbagai sumber lainnya;

2. Melakukan pembinaan dengan cara penyuluhan tentang aturan penanaman

modal. Pembinaan juga dilakukan dengan cara memberikan konsultasi dan bimbingan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan perizinan yang dimiliki penanam modal. Pembinaan lainnya dengan cara memberikan bantuan dan memfasilitasi investor yang mengalami masalah, kendala dan hambatan ketika merealisasikan proyek penanaman modalnya;

3. Melakukan pengawasan dengan cara meneliti dan mengevaluasi terhadap

informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal beserta fasillitas yang telah diberikan kepada proyek investasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninjau ke lokasi proyek penanaman modal secara langsung. Pengawasan selanjutnya dilakukan dengan menindaklanjuti penyimpangan terhadap ketentuan penanaman modal yang berlaku.

Berdasarkan data BKPM, 70 persen proyek PMA yang sudah memiliki izin prinsip dari BKPM tidak pernah menyampaikan LKPM, hanya 30 persen proyek PMA yang memenuhi kewajiban LKPM. Sementara itu untuk PMDN, di mana 71,17 persen proyek yang sudah mendapat izin prinsip tidak menyampaikan LKPM, dan hanya 28,83 persen proyek yang sudah menyampaikan LKPM. BKPM juga mencatat antara tahun 2007-2012 rencana investasi PMA yang belum

147 Ibid.


(27)

dilaporkan realisasinya mencapai US$ 85,98 miliar. Rencana investasi PMA yang sudah dilaporkan ada realisasinya sebesar US$ 68,15 miliar. Sedangkan untuk PMDN, rencana investasi yang belum dilaporkan realisasinya mencapai Rp

316,29 triliun dan yang sudah dilaporkan Rp 429,30 triliun.148

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh instansi penanaman modal di tingkat pusat maupun daerah sesuai kewenangan (maupun pelimpahan kewenangan) yang dimilikinya. Terhadap permasalahan teknis yang dialami oleh investor, instansi teknis terkait juga dapat melakukan kegiatan pembinaan. Instansi penanaman modal tingkat kabupaten/kota dapat melakukan kegiatan pengawasan kepada perusahaan di dalam wilayahnya sendiri. Sedangkan terhadap perusahaan yang berlokasi di lintas kabupaten/kota, maka kewenangan pengawasannya berada di pundak instansi penanaman modal provinsi. BKPM bertugas mengawasi penggunaan fasilitas fiskal oleh investasi yang masih menjadi

kewenangan pemerintah.149

Setiap pelaksanaan kegiatan evaluasi harus dimulai dengan langkah koordinasi dengan intansi berwenang terkait di masing-masing tingkatannya. Termasuk pula jika akan mengadakan kegiatan pengawasan di lokasi proyek, maka perusahaan yang bersangkutan harus diberitahukan dahulu lewat surat resmi. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 Perka BKPM No.3 Tahun 2012, pengawasan dilakukan secara terkoordinasi dengan memberitahukan terlebih

148

Harian Kompas, Tak Laporkan LKPM, Izin Prinsip 15.528 Investor Terancam Dicabut

BKPM,http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/12/150100626/Tak.Laporkan.LKPM.Izin.

Prinsip.15.528.Investor.Teracam.Dicabut.BKPM (Diakses pada tanggal 21 November 2015).

149


(28)

dahulu melalui surat pemberitahuan pengawasan kepada perusahaan paling lambat

5 hari kerja sebelum pelaksanaan pengawasan akan dilakukan.150

Namun kegiatan evaluasi dapat berlangsung mendadak bila ditemui situasi yang memaksa, seperti pencemaran lingkungan, permintaan perusahaan sendiri atau instansi berwenang terkait maupun karena pengaduan masyarakat. Terhadap situasi seperti itu, baik BKPM maupun instansi penanaman modal tingkat provinsi dapat melakukan kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan tanpa melalui koordinasi terlebih dahulu dengan instansi berwenang setempat. Jika di dalam kegiatan evaluasi preventif banyak ditemui persoalan krusial yang merugikan masyarakat dan negara, kegiatan evaluasi dapat dilanjutkan secara korektif (represif). Instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat kewenangannya dapat membatalkan surat perizinan penanaman modal yang telah dikeluarkan. Pembatalan surat perizinan tersebut meliputi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, Persetujuan Penanaman Modal atau Izin Pendirian

Kantor Perwakilan Perusahaan Asing.151

Pada tahap yang lebih tinggi, evaluasi represif dilakukan dalam bentuk pencabutan izin usaha penanaman modal. Instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat kewenangannya dapat melakukan pencabutan terhadap Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, Persetujuan Penanaman Modal atau Izin Pendirian Kantor Perwakilan Perusahaan Asing yang tengah merealisasikan proyek investasinya. Namun demikian evaluasi represif dalam kategori rendah dapat berupa sanksi administratif. Ini diberikan kepada perusahaan yang melalaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai investor

150 Lihat Pasal 20 Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.

151


(29)

serta menyalahgunakan fasilitas penanaman modal. Sanksi yang dikeluarkan oleh instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat kewenangannya ini dapat

berupa peringatan tertulis.152

Mengenai sanksi administratif yang dapat dikenai kepada penanam modal yang berbentuk badan usaha atau perseorangan apabila investor tersebut tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 15 UU

Penanaman Modal, yang dapat berupa:153

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/ atau fasilitas penanaman modal.

Di samping itu, ketentuan sanksi bagi investor asing ini diatur dalam Pasal 34. Pasal 15 berkaitan dengan tidak dilaksanakan kewajiban dengan baik oleh investor asing. Kewajiban yang tidak dilaksanakan itu, meliputi:154

1. Tidak menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

2. Tidak melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

3. Tidak membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

4. Tidak menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan

usaha penanaman modal; dan

5. Tidak mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan

152 Ibid.

153 Republik Indonesia, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XVI Pasal 34 ayat (1).

154


(30)

Lebih lengkapnya mengenai sanksi administratif yang dapat dikenai kepada penanam modal juga diatur dalam Pasal 26 sampai Pasal 31 Perka BKPM No.3 Tahun 2012. Sanksi administratif yang dapat dikenakan oleh BKPM terhadap perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya yang salah satunya adalah kewajiban menyampaikan LKPM secara periodik/berkala serta melakukan penyimpangan terhadap perizinan dan nonperizinan modal ataupun ketentuan pelaksanaan penanaman modal termasuk penggunaan mesin, barang dan bahan yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk dilakukan secara bertahap, dimana tahap-tahap sanksi itu yaitu sebagai

berikut:155

a. peringatan tertulis

b. tidak dilayaninya permohonan perpanjangan jadwal pengimporan mesin

dan/atau barang dan bahan;

c. tidak dilayaninya permohonan perubahan daftar induk impor mesin,

barang dan bahan;

d. pembekuan API;

e. rekomendasi pengurangan kuota impor mesin dan/atau barang dan bahan;

f. pembatasan kegiatan usaha;

g. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

h. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Di sisi lain, sanksi dalam pelayanan perizinan dan nonperizinan juga memiliki ketentuan sanksi yang berbeda yaitu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 102 Perka BKPM No.5 Tahun 2013 apabila penanam modal memberikan

155

Lihat isi Pasal 26 dan Pasal 27 ayat (1) Perka BKPM No.3 tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.


(31)

keterangan dan/atau data palsu, perusahaan tersebut tidak dapat melakukan pengurusan perizinan dan/atau nonperizinan penanaman modal kepada setiap instansi terkait pelayanan terpadu yaitu PTSP BKPM, PDPPM/ instansi penyelenggara PTSP di provinsi, PDKPM/ instansi penyelenggara PTSP di kabupaten/kota, PTSP KPBPB atau PTSP KEK sesuai kewenangannya, untuk minimal 1 tahun dan akan diumumkan secara terbuka dalam media massa serta perusahaan tersebut dapat dikenai sanksi pidana yang berlaku apabila fraud yang

dilakukan suatu perusahaan terbukti dalam permohonan penanaman modal.156

Sejauh ini Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah mencabut 6.541 izin prinsip penanaman modal asing yang telah menyatakan minat investasi dari 2007 hingga 2012. Hal ini merupakan tindak lanjut dari peringatan kepada 15.528 pemegang izin prinsip yang belum melakukan realisasi, yang sebelumnya telah disurati oleh BKPM pada Januari lalu. Sementara itu, Kepala BKPM Franky Sibarani menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan implementasi yang tercantum di dalam UU no. 25 tahun 2007 tentang LKPM, sehingga sudah merupakan kewajiban bagi BKPM untuk memaksa investor melaporkan kegiatan investasinya secara triwulan-an. Menurutnya investor harus lebih mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada dengan melaporkan perkembangan investasi dan tidak hanya menuntut insentif, pelayanan investasi, dan tuntutan pengusaha lainnya yang dimana permintaan lebih menuntut daripada pemenuhan kewajiban

sehingga hal ini tidak terselenggarakan dengan proporsional/seimbang.157

156

Lihat isi Pasal 102 ayat (1) dan ayat (2) Perka BKPM No.5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.

157 CNN Indonesia, Tak Lapor, pemerintah Cabut 6.541 Izin Penanaman Modal Asing, http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150319125639-92-40299/tak-lapor-pemerintah-cabut-6541-izin-penanaman-modal-asing/ (diakses pada tanggal 22 November 2015).


(32)

Pembatalan izin prinsip ini merupakan kelanjutan dari pemberitahuan kepada 15.528 pemegang izin prinsip yang disurati BKPM karena belum melakukan pelaporan realisasi. Di dalam surat itu, BKPM memberikan waktu satu bulan bagi para investor untuk melakukan pelaporan LKPM. Dari 15.528 surat yang dikirim, BKPM akhirnya hanya mengirimkan 10.294 surat karena sisanya langsung melaporkan LKPM. Dari angka tersebut, sebanyak 6.204 pemegang izin prinsip tidak merespon surat yang dikirimkan BKPM. Kepala BKPM Franky Sibarani juga mengatakan bahwa dengan dibatalkannya surat persetujuan/ izin prinsip penanaman modal, maka suatu perusahaan yang masih menjalankan

kegiatan usaha tanpa izin yang sah merupakan tindakan pelanggaran hukum.158

Jadi dalam memenuhi kewajibannya, para investor dalam

menyelenggarakan kegiatan penanaman modal, harus adanya penyerahan LKPM yang memuat tentang realisasi investasi perusahaan dan kendala yang sedang dihadapi secara berkala kepada pihak BKPM atau BKPMD yang berwenang agar kegiatan pemantauan dapat dilaksanakan secara lancar dan kondusif. LKPM wajib diserahkan secara terbuka sesuai prinsip transparansi yang menuntut adanya keterbukaan dan kejelasan mengenai aturan main penanam modal dari aspek pre-investment hingga post-pre-investment. Prinsip transparansi mewajibkan semua anggota mempublikasikan seluruh peraturan perundang-undangan, pedoman pelaksanaan serta seluruh keputusan dan ketentuan yang berlaku secara umum yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah yang berdampak kepada

perdagangan jasa.159

158

Harian Kompas, Loc.Cit. 159


(33)

BAB IV

PERANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBUATAN LKPM

A. Latar Belakang Pendirian Badan Koordinasi Penanaman Modal di Indonesia

Sebelum tahun 1967, pemerintah Indonesia tak menaruh perhatian mendalam pada koordinasi antarlembaga pemerintah terkait penanaman modal asing. Akhirnya, pada tahun tersebut diberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang salah satu isinya ialah membentuk forum bernama Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA). Badan ini bertugas menghubungkan berbagai departemen yang terkait dengan kegiatan penanaman modal asing dan memberi nasihat pada Presiden tentang penerapan penanaman modal tersebut. Setahun kemudian, sebuah undang-undang mengenai penanaman modal dalam negeri diterbitkan. Karena satu dan lain hal, BPPMA dibubarkan. Sebagai gantinya, di akhir tahun 1968, dibentuk forum baru bernama Panitia Teknis Penanaman Modal. Tugasnya ialah mempelajari dan menilai setiap permohonan penanaman modal yang masuk, baik dari dalam maupun luar negeri. Setiap permohonan penanaman modal harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi, pada teknis aplikasi kerjanya, forum ini tak mempunyai wewenang menerbitkan izin penanaman modal. Ia harus mengacu pada departemen teknis dalam menilai permohonan penanaman modal di tanah air. Guna menyempurnakan fungsi forum penanaman modal, pemerintah pun

membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 1973.160

160

Bina Syifa, Fungsi dan Wewenang BKPM,


(34)

http://www.binasyifa.com/219/61/26/fungsi-dan-Pada tanggal 26 Mei 1973 telah dikeluarkan Keputusan Presiden No.20 Tahun 1973 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing (BKPM) sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1967 yo. Undang-Undang No. 11 Tahun 1970 dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 yo. Undang-Undang No.12 Tahun 1970, dan sekaligus mencabut keputusan Presiden No.286 Tahun 1968. Sebagai dasar pertimbangan untuk mengeluarkan Keputusan Presiden

No.20 Tahun 1973 ini,disebutkan hal-hal sebagai berikut:161

1. bahwa untuk lebih meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan dan

proses penyelesaian penanaman modal, dipandang perlu untuk membentuk suatu Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagai suatu pusat pelayanan kegiatan penanaman modal.

2. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada sub a di atas, dipandang

perlu untuk mengubah Struktur Organisasi Panitia Teknis Penanaman Modal yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.286 Tahun 1968.

Dalam Pasal 1 Keputusan Presiden No.20 Tahun 1973 disebutkan, bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal selanjutnya disingkat BKPM adalah suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BKPM mempunyai fungsi membantu Presiden dalam menentukan kebijaksanaan di bidang Penanaman Modal serta

penanaman pelaksanaan.162

wewenangbkpm.htmhttp://www.binasyifa.com/219/61/26/fungsi-dan-wewenang-bkpm.htm (diakses pada tanggal 22 November 2015).

161 Ibid. 162


(35)

Badan Koordinasi Penanaman Modal memiliki visi ideal yakni “Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang menarik”. Untuk mencapai visinya itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal memiliki sejumlah misi yang merupakan bentuk penerapan teknis dari visi. Misi-misi tersebut ialah

sebagai berikut:163

1. Mendorong terciptanya iklim penanaman modal yang kondusif. Misi ini

mencakup penyediaan rumusan peraturan, undang-undang, dan kebijakan penanaman modal yang probisnis; termasuk di antaranya pemberian bonus investasi, penyediaan informasi seksama seputar sumber daya yang berpotensi dan peluang usaha yang menarik, serta penyediaan bahan acuan dalam menyusun kebijakan pemberdayaan usaha nasional dan meningkatkan pelayanan kemitraan usaha.

2. Meningkatkan efektivitas promosi dan kolaborasi penanaman modal. Misi

ini mencakup peningkatan minat investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, serta mendukung terciptanya kesepakatan kolaborasi penanaman modal yang sinkron dengan kepentingan nasional.

3. Meningkatkan fasilitas, pelayanan, dan advokasi terkait aplikasi

penanaman modal. Misi ini mencakup peningkatan kualitas pelayanan serta adanya pengendalian dalam aplikasi modal agar realisasi investasi meningkat.

4. Meningkatkan peran kelembagaan dan sistem informasi penanaman modal.

Misi ini mencakup peningkatan kualitas layanan administrasi para aparatur Badan Koordinasi Penanaman Modal, peningkatan kualitas layanan

163


(36)

perencanaan program, serta mewujudkan keserasian dalam interaksi masyarakat terkait penanaman modal.

Landasan ideologi pembangunan nasional adalah Pancasila, landasan struktural adalah UUD 1945, landasan operasional adalah GBHN. Pembangunan hanya dapat tercapai dengan pengembangan ilmu dan teknologi serta peran serta masyarakat. Dukungan moral dan SDM bangsa Indonesia masih sangat terbatas sehingga diperlukan bantuan dari negara-negara yang sudah maju. Bantuan yang diperlukan adalah yang bersifat lunak dan dapat mendidik putra-putri Indonesia untuk menyerap iptek dari negara donor. Untuk mengundang minat asing agar menginvestasikan modalnya di Indonesia dan mengembangkan usaha swasta nasional, pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang moneter dan keuangan seperti serangkaian deregulasi. Mengingat investasi asing menyangkut aspek hukum, ekonomi, dan teknologi, maka perlu peran serta para ahli hukum, ahli ekonomi, dan teknokrat agar kepentingan bangsa, negara, dan rakyat dapat dilindungi. Selain melalui investasi asing, Indonesia sebagai akibat kekurangan modal dan tenaga ahli berpengalaman juga berupaya mengadakan kerjasama bilateral maupun multilateral dalam rangka menyerap alih teknologi dari negara maju. Kesemuanya itu dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan

teknologi menuju kemandirian teknologi.164

Dulunya setiap penanam modal yang telah memperoleh persetujuan pemerintah atas proyeknya diwajibkan menyampaikan laporan kepada Ketua BKPM dengan mempergunakan Laporan Bentuk A seperti terlampir pada

164


(37)

keputusan ini. Laporan tersebut disampaikan dalam rangkap 5 (lima) secara

berkala dengan ketentuan sebagai berikut:165

1. Laporan kemajuan dalam tahap pembangunan proyek sampai setiap akhir

bulan Juni dan akhir bulan Desember selambat-lambatnya pada setiap tanggal 15 Juli dan 15 Januari tahun berikutnya.

2. Laporan kegiatan dalam tahap produksi atau operasi perusahaan sampai

setiap akhir bulan Desember selambat-lambatnya harus disampaikan pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Untuk dapat menyelenggarakan fungsinya menurut Pasal 3 Keputusan Presiden No.20 Tahun 1973 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing

(BKPM), BKPM mempunyai tugas sebagai berikut:166

a. Meneliti dan menilai permohonan penanaman modal (asing/dalam negeri)

berdasarkan ketentuan- ketentuan penanaman modal yang berlaku serta kebijaksanaan pembangunan pada umumnya.

b. Mengajukan hasil penelitian dan pembahasan penanaman modal kepada

Presiden untuk memperoleh persetujuan.

c. Mengkoordinir proses pemberian izin-izin/keputusan-keputusan yang

diperlukan dalam rangka penanaman modal.

d. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang telah

diputuskan oleh Presiden dengan kerjasama dengan Departemen/ Instansi yang membawahi bidang usaha yang bersangkutan.

e. Memberikan penerangan-penerangan mengenai kemungkinan serta

kebijaksanaan pemerintah di bidang penanaman modal dalam rangka

165

Bina Syifa, Loc.Cit. 166


(38)

meningkatkan penanaman modal sesuai dengan arah dan gerak pembangunan.

f. Menampung masalah-masalah yang timbul dalam rangka pelaksanaan

penanaman modal untuk penyelesaian lebih lanjut, mengambil langkah-langkah yang perlu serta mengajukan saran-saran kepada pemerintah untuk lebih memperlancar dan mengamankan pelaksanaan penanaman modal, antara lain dengan mengeluarkan buku pedoman penanaman modal. Seorang calon investor yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri hendak mempelajari terlebih dahulu daftar negatif investasi/daftar bidang usaha tertutup sebelum mengajukan permohonan penanaman modal dalam rangka memulai usahanya kepada BKPM atau BKPMD dengan menggunakan tata cara yang ditetapkan oleh kepala BKPM. Ketentuan daftar negatif investasi tersebut sebelumnya dikenal sebagai Daftar Skala Prioritas. Ketentuan tersebut penting sebagai wujud komitmen bahwa pemerintah dalam menggunakan dan memanfaatkan modal asing sesuai dengan kebutuhan bagi pembangunan nasional. Apabila permohonan tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal yang berlaku, BKPM akan mengeluarkan Surat Persetujuan Penanaman Modal yang juga berlaku sebagai

persetujuan prinsip.167

Dalam penyelenggaraan pelaksanaan pengendalian kegiatan penanaman

modal, BKPMD mempunyai tugas:168

1. menyelesaikan masalah-masalah penyediaan tanah/ lokasi yang diperlukan,

pemberian hak atas tanah (hak guna bangunan, hak pengelolaan atau hak

167

Rosyidah Rakhmawati, Op.Cit., hlm 52. 168


(39)

pakai), pemberian izin bangunan dan izin undang-undang gangguan. Hak dan izin tersebut dikeluarkan setelah permohonan penanaman modal yang bersangkutan memperoleh persetujuan pemerintah seperti diatur dalam Pasal 4 Keputusan BKPM No.1 Tahun 1977 tentang tata cara permohonan fasilitas penanaman modal dalam rangka UU No.1 Tahun 1967 jo. UU No.11 Tahun 1970 tentang PMA dan UU No.6 Tahun 1968 jo. UU No.12 Tahun 1970 tentang PMDN.

2. Melakukan evaluasi mengenai perkembangan bidang-bidang usaha

penanaman modal daerah yang bersangkutan. Evaluasi ini dilakukan atas pelaksanaan penanaman modal yang memperoleh persetujuan dan perizinan pemerintah, baik dalam rangka UU No.1 Tahun 1967 dan UU No.6 Tahun 1968 maupun di luar kedua UU tersebut.

3. Melakukan pengendalian pelaksanaan penanaman modal di daerah yang

memperoleh persetujuan dan perizinan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, berdasarkan ketentuan pengendalian, pengawasan, dan pembinaan yang ditetapkan oleh BKPM dan instansi lain yang bersangkutan.

4. Untuk memperlancar tugas penilaian khususnya mengarahkan lokasi

penanaman modal ke daerah-daerah, BKPM dapat menyelenggarakan konsultasi dengan Gubernur Kepala Daerah/ Ketua BKPMD dalam hal menyangkut penyediaan tanah/ lokasi yang diperlukan oleh proyek penanaman modal.


(40)

5. Menerima tembusan surat-surat Keputusan/ Persetujuan pemerintah atas permohonan penanaman modal kepada Gubernur Kepala Daerah atau ketua BKPMD yang dikirim oleh BKPM.

6. Melaporkan penyelesaian perizinan yang dikeluarkan oleh Gubernur

Kepala Daerah atau Ketua BKPMD kepada BKPM.

7. Melakukan penyelenggaraan pengawasan dan pembinaan terhadap

pelaksanaan penanaman modal yang telah mendapat persetujuan Presiden atau Kepala BKPM.

8. Menyampaikan laporan tahunan kepada Ketua BKPM tentang penerbitan

izin-izin pelaksanaan penanaman modal yang telah disetujui pemerintah yang menjadi kewenangannya, evaluasi perkembangan bidang-bidang usaha penanaman modal di daerah dilihat dari segi kepentingan pengembangan daerah yang bersangkutan, dan hasil pengendalian pelaksanaan penanaman modal di daerah yang telah disetujui oleh pemerintah.

Di samping BKPM dan BKPMD, terdapat beberapa instansi terkait lainnya yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan investasi untuk

sektor-sektor tertentu, seperti:169

a. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk Sektor

Pertambangan dan Energi

Investasi dalam sektor pertambangan dan energi di Indonesia selama ini cukup menarik investor asing untuk melakukan penanaman modal. Kumulasi realisasi PMA di bidang ini dalam kurun waktu antara tahun

169Ana Rokhmatussa‟dyah dan Suratman,


(41)

1967--Mei 1999 adalah sebesar US$ 3.783,5 juta dengan jumlah proyek sebanyak 131 proyek dan menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 69.588 orang dan asing sebanyak 2.651 orang.

b. Departemen Kehutanan untuk Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Investasi pada sektor ini juga cukup besar. Untuk sektor perkebunan telah menyerap investasi sebesar US$ 902,7 juta sementara sektor kehutanan US$ 261,4 juta.

c. Departemen Keuangan untuk Sektor keuangan dan Perbankan

Dengan dibukanya partisipasi dalam sektor keuangan dan perbankan maka akan menambah jumlah investasi yang diserap pada sektor ini.

d. Departemen Perhubungan untuk Sektor Perhubungan, Pos, dan

Telekomunikasi

Sektor ini juga menyerap investasi yang cukup besar, terutama dimungkinkannya investor asing berpartisipasi dalam bisnis ini, baik dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) maupun Konsep Kerja Sama Operasi/KSO (joint operation scheme).

e. Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian untuk Sektor

Perdagangan dan Industri

Dibukanya sektor retail bagi penanam modal asing juga merupakan satu daya tarik bagi investasi asing, demikian pula untuk sektor-sektor industri. Terlepas dari tujuan adanya pendelegasian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak lain untuk mempercepat proses penanaman modal dan untuk meningkatkan daya saing daerah dalam investasi, keberhasilan penanaman modal akan dapat tercapai apabila dalam pelimpahan


(42)

kewenangan penyelenggaraan urusan penanaman modal tersebut pemerintah pusat melakukan koordinasi, karena tanpa koordinasi dikhawatirkan akan menjurus kepada pengutamaan kepentingan ekonomi daerah yang sempit pemanjangan

birokrasi dan aturan serta benturan antarperaturan.170

Selanjutnya sewaktu Indonesia mulai beranjak memasuki masa abad ke-21, Keberadaan lembaga yang mengkoordinasikan penanaman investasi di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya investasi yang diinvestasikan oleh investor, baik investor asing maupun domestik. Pada saat itu juga, terdengar berbagai keluhan dari investor bahwa pelayanan yang diberikan oleh lembaga yang berwenang adalah sangat berbelit-belit, birokrasi yang panjang, dan memerlukan biaya yang besar. Hal ini disebabkan adanya dua lembaga yang mengkoordinasikan penanaman investasi di Indonesia, yaitu BKPM dan BKPMD.

Masing-masing lembaga ini memiliki kinerja yang berbeda.171

Akan tetapi hal ini tidak berterus lama setelah Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) melalui Sistem Pelayanan Satu Atap. Sebelumnya pejabat yang berwenang mengkoordinasikan pelaksanaan investasi di tingkat pusat adalah Menteri Negara Investasi /Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, sedangkan di tingkat daerah, lembaga yang berwenang untuk mengkoordinasi pelaksanaan investasi adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Namun, dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun

170

Ibid., hlm 99. 171


(43)

2004 , maka pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasi pelaksanaan investasi di Indonesia adalah BKPM yang melaksanakan pelayanan terpadu satu atap dengan melimpahkan wewenang kepada instansi pemerintah yang terkait sesuai kewenangannya sesuai kewenangan dalam provinsi atau kabupaten dan kota. Adapun penyelenggaraan penanaman modal yang dilimpahkan wewenang oleh

BKPM kepada instansi terkait terdiri atas bidang-bidang: 172

1. kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal;

2. promosi dan kerjasama penanaman modal;

3. pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal;

4. pengendalian pelaksanaan penanaman modal;

5. pengelolaan sistem informasi penanaman modal.

B. Dasar Hukum Badan Koordinasi Penanaman Modal

BKPM pada awalnya didirikan dengan Kepres Nomor 20 tahun 1973 lalu diubah dengan Kepres Nomor 183 Tahun 1998 yang dimaksudkan sebagai suatu one stop investment service center. BKPM mengatur secara rinci pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal yang didirikan dalam rangka PMDN dan PMA, baik menyangkut permohonan penanaman modal baru, permohonan perluasan penanaman modal, dan permohonan penambahan penanaman modal.

Bentuk-bentuk persetujuan dan izin yang diberikan mencakup, antara lain:173

1. Surat Persetujuan (SP) Penanaman Modal (PMA/PMDN),

2. Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden (SPPP),

3. Surat Persetujuan Fasilitas dan Izin Pelaksanaan Penanaman Modal yang

terdiri atas Izin Lokasi; Izin HO/UUG (Undang-Undang Gangguan); Izin

172

Ibid., hlm 229.

173Ana Rokhmatussa‟dyah dan Suratman,


(44)

Kerja Tenaga Warga Negara Asing Pendatang (IKTA); Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT); Surat Persetujuan Pembebasan Bea Masuk dan fasilitas perpajakan lainnya atas pengimporan barang-barang modal;

Persetujuan Pemberian Fasilitas Pembebasan Bea Masuk atas

pengimporan bahan baku dan/atau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 (dua) tahun pertama berdasarkan kapasitas terpasang; IMB; serta Izin Usaha Tetap/ IUT.

Kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini diperkuat lagi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Kewenangan BKPM telah ditentukan dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 27 ditentukan bahwa koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman dilakukan oleh BKPM. Koordinasi

kebijakan penanaman modal, meliputi koordinasi:174

1. antarinstansi pemerintah;

2. antarinstansi pemerintah dengan Bank Indonesia;

3. antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan

4. koordinasi antarpemerintah daerah.

Dilihat dari ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU Penanaman Modal, dalam rangka investasi, pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik antarinstansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, pemerintah dengan daerah maupun antar pemerintah daerah. Koordinasi tersebut sangat diperlukan mengingat dalam rangka reformasi, terdapat kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 jo.

174


(45)

Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 jo. Undang-Undang-Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Kebijakan tersebut telah mengubah penyelenggaraan pemerintahan, dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi yang meliputi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan kewenangan lainnya) serta perubahan perimbangan

keuangan antara pusat dan daerah.175

Sejak diterapkan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tersebut, ternyata masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya yang secara tidak langsung maupun langsung sangat berpengaruh terhadap investasi yaitu terhadap birokrasi perizinan penanaman modal. Permasalahan yang dijumpai sebagaimana tertuang dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2004-2009 mengenai Revitalisasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah

adalah: 176

1. Belum jelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan

daerah;

2. berbedanya persepsi para pelaku pembangunan terhadap kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah;

3. masih rendahnya kerja sama antarpemerintah daerah;

4. belum terbentuknya kelembagaan pemerintahan daerah yang efektif dan

efisien;

5. masih terbatasnya dan rendahnya kapasitas aparatur pemerintahan daerah;

175

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 249. 176


(46)

6. masih terbatasnya kapasitas keuangan daerah;

7. pembentukan daerah otonom baru (pemekaran wilayah) yang masih belum

sesuai dengan tujuannya.

Permasalahan desentralisasi dan otonomi pemerintahan daerah tersebut sangat erat pengaruhnya terhadap masuknya investasi di Indonesia mengingat dalam UU Penanaman Modal, pemerintah menerapkan pelayanan terpadu satu pintu dalam pemberian perizinan penanaman modal (Lihat Pasal 25 ayat (4) dan (5) dan Pasal 26) yang bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan. Untuk itu, diperlukan adanya koordinasi yang sinergis antara lembaga, antarpemerintah dan antarpemerintah pusat dan daerah serta antar pemerintah daerah. Untuk mengatur koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal termasuk perizinan, menurut Pasal 27 ayat (2) diserahkan kepada BKPM yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan terpadu satu pintu menurut Pasal 29 UU Penanaman Modal, harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat

yang mempunyai kompetensi dan kewenangan.177

Kemudian tugas dan fungsi BKPM juga ditentukan dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tugas dan

fungsi BKPM adalah: 178

1. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang

penanaman modal;

2. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

177

Ibid., hlm 251.

178


(1)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin memanjatkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena karuniaNya yang tidak terhingga maka penulis akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi dengan benar dan baik dengan judul “Analisis

Yuridis Terhadap Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas Keterbukaan Ditinjau Dari UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”.

Dalam momentum yang sangat didamba-dambakan ini perkenankanlah penulis untuk berterimakasih kepada banyak pihak, tidak terkecuali juga terhadap ayahanda dan ibunda:

TANG KUAN TIE dan RITA yang telah bersusah-payah membesarkan penulis sejak kecil

sampai dewasa dengan kasih sayang yang tidak terbatas serta dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan hati yang tegar dan penuh inspirasi. Tidak lupa juga kepada yang tercinta STEFANIE yang sedang menjalani kuliah di fakultas hukum USU yang sama dengan penulis, terima kasih atas perhatian dan dorongannya dalam memotivasi penulis untuk menyelesaikan program studi sarjana hukum secepatnya.

Penulis sadar akan ketidaksempurnaan dalam kelangsungan penulisan skripsi ini. Hanya karenalah penulis menerima bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini bisa diselesaikan dengan benar yaitu sesuai standar uji akademis program studi S-1. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pihak yang telah banyak membantu Penulis hingga detik ini skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk karenanya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada.


(2)

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta membina tenaga pendidik dan mahasiswa di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Semoga menjadi panutan para dosen, mahasiswa maupun masyarakat disekitar.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) dan Dosen Pembimbing I, yang sudah menyediakan waktu untuk memperbaiki kekurangan yang terletak di dalam skripsi ini, serta memberikan kritik dan saran bagi Penulis.

3. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum, selaku Dosen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) dan Dosen Pembimbing II, yang sudah menyediakan waktu dalam membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberi saran dan membagi pengetahuannya dalam bidang hukum investasi.

4. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.Hum., DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum.

5. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah menuangkan ilmu pengetahuannya melalui menulis buku-buku yang berguna dalam mata pelajaran Hak Milik Intelektual. 6. Bapak Prof.Dr. Bismar Nasution, S.H, M.Hum, selaku Dosen Hukum Ekonomi

Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah menyelenggarakan beberapa kali seminar umum dalam jadwalnya yang sangat berhimpitan dalam praktik akademis. 7. Ibu Windha, S.H, M.Hum selaku Ketua Bagian Departemen Hukum Ekonomi


(3)

waktunya dalam mendengarkan permasalahan dan memberikan nasihat dan saran dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan semasa perkuliahan.

8. Bapak Ramli Siregar, S.H, M.Hum selaku Sekretaris bagian Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk mengesahkan proposal skripsi ini serta mengajar Penulis pada masa perkuliahan khususnya di kelas hukum dagang lanjutan dan hukum kepailitan.

9. Bapak M. Hamdan, S.H, M.H selaku Dosen Penasihat Akademik, yang telah memberikan perhatiannya dalam mendidik Penulis sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang setelah selesai menyelesaikan pendidikan S-1 di Universitas Sumatera Utara (USU).

10.Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staff administrasi di Fakultas Hukum Universitar Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Kakek nenek Penulis, Tjoa A Kaw dan Tang Kui Lan yang berjasa besar dan mulia yang sudah turut menjadi wali orang tua dalam membesarkan, mengasihi serta mengajar Penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikannya pada hari ini.

12.Saudara kembar Penulis, Yos Steven dan Saudari tersayang, Yos Katherine yang telah memberikan banyak nasihat dalam kehidupan serta mendorong penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga kita bertiga kelak dapat berguna untuk masyarakat banyak dan membanggakan orang tua yang membesarkan kita dengan susah payah. 13.Teman seperjuangan penulis (Rangers) dalam menempuh pendidikan, yaitu Steven

Lim Kosasih, Helbert Wijaya, Yudifri, Thomas, Leonardo Nugraha Citra, Yoko Kristanto, William Wijaya, Denny Satria, Richard, Wisely, Kevin Tanaka, William Abe, Fredy Cahyadi, dan Erik Tanaka.


(4)

14.Teman-teman penulis yang telah banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu Marni Novita Situmorang, Dayana Roksi Rafikha, Happy Day Olivia, Hans Sidapdap, Richard Tona.S, Masmur Purba, Vai, Ibnu, Vito, Agung, Andreas, Juwanda, Vincent, Hizkia, Nurul, Wirda, Rianda, Harits, Ridho, Aldi, Fauzan Zaki, Daniel, Michael, Stella Guntur, dan Yuendris.

15.Senior-senior di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu langsung atau tidak langsung, yaitu Edward Chennady, Jensen Tiopan, Yuvindri, Adrian Hartanto, Jennifer, Diana Wijaya, Paulina Tandiono, Yuthi Sinari, Henjoko, Robert dan Cindy yang telah diwisuda pekan lalu.

16.Teman-teman dekat Penulis (Armament of Comrade) yang menghadapi perjuangan yang serupa walaupun berbeda fakultas, yaitu Vincent Ali, Alexander, dan James. 17.Sahabat sejak kecil Penulis yang menjalani pendidikan di USU juga, yaitu Elbert,

Christy, William, Helbert, Siska dan Jilly Wijaya.

18.Sahabat-sahabat lainnya yang tidak tertera namanya karena keterbatasan tempat, yang berada di luar wilayah kampus maupun yang berada di dalam kampus. Yakinlah anda selalu mempunyai tempat di lubuk hati yang terdalam di memori Penulis.

Demikianlah, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendukung penulisan skripsi ini.

Medan, 12 Januari 2016

Penulis

Yos Kelvin NIM:110200428


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...v

ABSTRAK...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...12

D. Keaslian Penulisan...13

E. Tinjauan Kepustakaan...17

F. Metode Penelitian...34

G. Sistematika Penulisan...37

BAB II PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UU NO.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA A. Pengertian Prinsip Keterbukaan...40

B. Tujuan Diadakannya Prinsip Keterbukaan dalam Kegiatan Penanaman Modal...48

C. Penerapan Prinsip Keterbukaan dalam Kegiatan Penanaman Modal Berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Peraturan Pelaksanaannya...55

BAB III PENGATURAN KEWAJIBAN PEMBUATAN LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM UU NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A. Pengertian dan Dasar Hukum Kewajiban menyampaikan LKPM...69


(6)

C. Tata cara Penyampaian LKPM...81

D. Evaluasi LKPM dan Sanksi...88

BAB IV PERANAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBUATAN LKPM A. Latar Belakang Pendirian Badan Koordinasi Penanaman Modal Di Indonesia...96

B. Dasar Hukum Badan Koordinasi Penanaman Modal...106

C. Peran BKPM dalam Kegiatan Penanaman Modal...119

D. Peran BKPM terkait Fungsi LKPM...125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...130

B. Saran...132