Hubungan Antara Kadar Prealbumin Dengan Status Nutrisi Pada Anak Sakit Kritis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anak sakit kritis
Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan
terhadap kegagalan fungsi organ vital yang dapat menyebabkan kematian, dapat
berupa bantuan mekanis (ventilasi mekanik, hemodialisa, filtrasi atau alat bantu
pompa jantung) dan atau bantuan farmakologis (inotropik atau vasoaktif-inotropik).
Respon akut tubuh yang distimulasi oleh stres akan menimbulkan sinyal
imunosupresif (aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal) dan sinyal imunosuportif. Pada saat sakit akan mengaktivasi produksi sitokin yang akan
memberikan sinyal ke sistem saraf pusat melalui saraf vagus atau secara
langsung ke sirkulasi darah. Pada keadaan sakit kritis akan terjadi stres sehingga
tubuh

membuat

respon

metabolik

yang


mengakibatkan

terjadinya

hipermetabolisme dan hiperkatabolisme.10
Pemberian nutrisi yang adekuat pada pasien kritis merupakan salah satu
hal yang terpenting dalam perawatan pasien kritis, karena untuk mencapai
homeostasis harus ada keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi.
Stress akibat penyakit kritis dibagi dalam dua fase, dimana respon metabolik
tubuh pada setiap tahapan akan berbeda-beda, seperti pada fase syok dan fase
akut. Pada fase syok terjadi ketidakstabilan hemodinamik, penurunan tekanan
darah dan curah jantung, penggunaan oksigen menurun dan suhu tubuh rendah.
Selain itu terjadi peningkatan kadar glukagon, katekolamin, dan asam lemak

Universitas Sumatera Utara

bebas. Fase ini dapat berlangsung selama 12 sampai 24 jam dan penanganannya
ditujukan untuk resusitasi hingga hemodinamik stabil. Dan pada fase akut terjadi
pelepasan sitokin dari sinyal saraf aferen dan jaringan yang rusak sehingga terjadi
hipermetabolisme, katabolisme, dan peningkatan penggunaan O2. Respon

metabolik ini dilakukan oleh tubuh dengan menggunakan berbagai sumber energi
yaitu secara aktif melepas glukosa dari glikogen, asam amino dari otot rangka,
dan asam lemak dari jaringan adiposa untuk menyelamatkan fungsi organ penting
dan memperbaiki jaringan yang rusak. Pada fase inilah dukungan nutrisi menjadi
sangat penting.11

2.2. Metabolisme protein dan asam amino pada keadaan stres
Sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi stres metabolik, seperti penggunaan
asam amino untuk glukoneogenesis dan reaksi protein fase akut, peningkatan
pertukaran protein, serta regulasi penyesuaian oleh hormon katabolik. Prioritas
respon metabolik adalah menyediakan energi bagi otak dan jaringan yang terluka
untuk mempercepat penyembuhan dalam situasi stres.12 Manusia memiliki
cadangan glukosa yang terbatas dan tidak dapat mensintesis glukosa dari lemak,
sehingga dengan tidak adanya asupan glukosa maka glukosa disintesis dari asam
amino glukoneogenik, laktat, dan piruvat. Pada individu sehat yang mengalami
kelaparan, pemberian infus glukosa dapat menghambat glukoneogenesis tetapi
dalam keadaan stres, glukoneogenesis tidak terhambat dengan infus glukosa,
menunjukkan

bahwa nitrogen dapat hilang melalui ureagenesis.13 Cadangan


Universitas Sumatera Utara

asam amino esensial bebas sangat kecil, dengan sebagian besar asam amino
dihasilkan dari proteolisis yang terjadi terutama dalam otot. Pada pasien sakit
kritis, berbanding lurus dengan tingkat keparahan penyakit, peningkatan sitokin
inflamasi, glukokortikoid, dan stres oksidatif memperkuat efek hormon katabolik,
dan berkontribusi terhadap resistensi insulin dan pengecilan otot.14 Resistensi
insulin sering terjadi pada pasien sakit kritis, sehingga memberikan kontribusi
untuk terjadinya katabolisme protein otot dan glukoneogenesis hati.15
Pada pasien sakit kritis juga terjadi peningkatan oksidasi asam amino
esensial yang dihasilkan dari pemecahan protein, khususnya asam amino rantai
cabang, sementara fraksi lain dilepaskan ke dalam darah dan dengan cepat
dibersihkan oleh organ-organ seperti hati. Secara umum, arus perpindahan asam
amino dari otot ke hati dikendalikan oleh hormon. Kortisol mempercepat proses
proteolisis otot dan pelepasan asam amino, sedangkan glukagon mempercepat
penyerapan asam amino oleh hati dan digunakan dalam glukoneogenesis.16
Dalam hati terjadi peningkatan besar dalam penyerapan asam amino untuk
glukoneogenesis dan sintesis protein, termasuk sintesis protein fase akut.
Beberapa asam amino juga diambil secara selektif oleh jaringan lain untuk tujuan

tertentu,

misalnya

glutamin

diambil

oleh

ginjal

untuk

mempertahankan

ammoniagenesis dan mengatasi asidosis, oleh fibroblas dan enterosit untuk
penyembuhan, dan oleh sel-sel kekebalan untuk replikasi dan tindakan.17,18
Selama proses ini dapat beradaptasi, kadar asam amino plasma tetap
stabil dan seimbang. Namun, ketika respon stres menjadi terlalu intens dan


Universitas Sumatera Utara

berlanjut terlalu lama, keseimbangan asam amino dalam plasma terganggu,
mengakibatkan kadar asam amino menjadi tidak normal. Secara khusus,
konsentrasi glutamin plasma tidak dihubungkan dengan hasil yang baik pada
pasien sakit kritis.19
Pada kondisi stres terjadi berbagai perubahan dalam metabolisme protein
yang tercermin oleh peningkatan pertukaran protein seluruh tubuh, peningkatan
oksidasi asam amino dan kehilangan nitrogen. Karena semua protein dalam tubuh
memiliki fungsi tertentu, maka tidak dapat dianggap sebagai bentuk penyimpanan
asam amino, yang menyebabkan pentingnya sumber eksogen protein atau asam
amino dari dukungan nutrisi.20,21

Gambar 1. Metabolisme protein dan asam amino 20

2.3. Protein fase akut

Universitas Sumatera Utara


Hipoalbumin dan anemia akibat suatu proses inflamasi pada pasien-pasien kritis
seringkali mengakibatkan lama rawatan bertambah. Perubahan dari nilai protein
fase akut dapat dijadikan sebagai salah satu alat diagnostik yang spesifik.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh klinisi oleh karena perubahan yang terjadi
menggambarkan intensitas dari proses inflamasi.22 Protein fase akut adalah
kelompok plasma protein yang konsenterasinya berubah-ubah sesuai respon
terhadap inflamasi. Protein fase akut ini disintesis di hati dan juga sel-sel lain
(monosit,

endotel,

fibroblas

dan

adiposit).

Berdasarkan

perbedaan


konsenterasinya, protein ini dibagi menjadi dua yaitu positif protein fase akut yang
konsenterasinya mengalami peningkatkan sedangkan negatif protein fase akut
konsenterasinya mengalami penurunan.23,24 Positif protein fase akut menurut
konsenterasinya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok 1 positif protein fase
akut yang meningkat 50 % (seruloplasmin dan complement factor 5 (C3)).25
Kelompok 2 mengalami peningkatan 2 sampai 5 kali peningkatan konsenterasi
(haptoglobin, fibrinogen, α-globulin dan lipopolisakarida) dan kelompok 3
mengalami peningkatan konsenterasi 5 sampai 1000 kali (C-Reactive protein
(CRP) dan Serum amiloid A (SAA)). CRP dan SAA merupakan protein fase akut
yang sangat cepat mengalami peningkatan. Protein ini akan mengalami
peningkatan dalam 4 jam setelah kerusakan jaringan. Pasien dengan nilai CRP
lebih dari 100 mg per liter, 80 % sampai 85 % akan mengalami infeksi bakteri.
Konsenterasi dari nilai CRP ini juga tidak dipengaruhi usia.26,27

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Protein fase akut 26

2.4. Prealbumin pada anak sakit kritis

Serum albumin manusia adalah satu molekul yang unik yang merupakan protein
utama dalam plasma manusia (3,4-4,7 g/dl) dan membentuk kira-kira 60% dari
protein plasma total. Kira-kira 40% albumin dijumpai didalam plasma dan 60%
yang lain dijumpai di ruang intraseluler. Hati menghasilkan kira-kira 12 gram
albumin per hari yang merupakan kira-kira 25% dari total sintesa protein hati.28
Albumin melarutkan dan menghantarkan banyak molekul-molekul kecil
dalam darah (contohnya birubin, kalsium, progesterone, dan obat-obatan)
merupakan tempat penyimpanan protein dan merupakan partikel utama yang
menentukan tekanan onkotik plasma, supaya cairan tidak dapat secara bebas
melintas antara ruang intra dan extravascular. 29

Universitas Sumatera Utara

Sintesa albumin membutuhkan : mRNA untuk translasi ; suplai yang cukup
agar asam amino diaktivasi dengan cara berikatan dengan tRNA; ribosom untuk
pembentukan dan; energi dalam bentuk ATP. Sintesa albumin dimulai didalam
nucleus, dimana gen ditranskripsikan ke dalam messenger ribonucleic acid
(mRNA). Kemudian mRNA disekresikan ke dalam sitoplasma, dimana ia berikatan
dengan ribosom, membentuk polysome yang mensintesa prealbumin. Prealbumin
adalah molekul albumin dengan 24 asam amino yang disambung pada terminal N.

Sambungan asam amino memberi isyarat penempatan prealbumin ke dalam
membran retikulum endoplasma. Setelah berada di dalam lumen retikulum
endoplasma, 18 asam amino akan memecah, menyisakan prealbumin (albumin
dengan 6 asam amino tersisa). Prealbumin kemudian dikirim ke aparatus golgi,
dimana 6 sambungan asam amino dipindahkan sebelum albumin disekresi oleh
hepatosit.28,29
Malnutrisi sering kurang mendapat perhatian pada anak sakit kritis
walaupun hal tersebut berhubungan dengan peningkatan prevalensi komplikasi,
gangguan fungsi imunologis, dan tingginya mortalitas diantara pasien-pasien yang
diopname di rumah sakit. Respon stres yang terjadi pada anak sakit kritis dapat
menyebabkan malnutrisi karena proses katabolisme yang berlebihan dan
konsumsi viseral yang sering terjadi. Keadaan stress dan malnutrisi merupakan
prediktor yang penting dari buruknya prognosis. 29
Pasien malnutrisi pada penyakit kritis sering mengalami kekurangan protein
secara berlebihan. Terdapat kesulitan dalam menentukan hubungan antara

Universitas Sumatera Utara

pengukuran antropometri dan komposisi tubuh. Penilaian secara scoring dalam
menentukan malnutrisi memerlukan kemampuan khusus, oleh karena itu klinisi

membutuhkan

suatu

pemeriksaan

yang

efektif

untuk

membantu

dalam

menentukan status nutrisi. 30,31
Penanda nutrisi seharusnya respon terhadap perubahan dari asupan
nutrisi, tidak terpengaruh pada perubahan asupan nutrisi dan terjangkau. Penanda
ini harus memiliki waktu paruh biologi yang pendek, dapat memprediksi nilai

katabolik, dan cepat dalam sintesis protein. Salah satu penanda yang saat ini
sering digunakan pada malnutrisi pada anak sakit kritis adalah prealbumin.
Prealbumin adalah salah satu rasio yang paling tinggi dalam merubah asam
amino esensial menjadi nonesensial pada tubuh. Oleh karena itu dapat dijadikan
penanda dalam sintesis protein. Prealbumin diproduksi pada pleksus koroid oleh
sel islet pankreas namun sel hati merupakan tempat sintesa yang paling besar.
Pada fase akut, nilai prealbumin akan menurun khususnya pada kasus inflamasi.
Prealbumin ini juga akan mengalami penurunan pada kondisi yang berkaitan
dengan malnutrisi protein seperti keganasan, sirosis, defisiensi zat besi, dan
protein losing enteropathy.30,31 Respon albumin berkorelasi terhadap luaran
pasien. Suatu penelitian pada tahun 2002 menunjukan bahwa nilai prealbumin
yang rendah berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi.6
Beberapa penelitian lain menujukan bahwa serum prealbumin sebagai
pertanda

status

nutrisi.

Walaupun

demikian,

kadang-kadang

sulit

untuk

membedakan antara perubahan kadar albumin atau prealbumin yang disebabkan

Universitas Sumatera Utara

oleh gangguan nutrisi dengan proses penyakit yang mendasari. Menurut Davis
dkk yang menggunakan subjective global assessment (SGA), suatu metode
pemeriksaan nutrisi yang tervalidasi untuk menilai pengaruh nutrisi yang tidak
normal sebelumnya pada penderita sakit kritris menemukan bahwa nutrisi yang
tidak normal sebelumnya dapat meningkatkan resiko outcome yang buruk. 9,31
Tabel 1. Stratifikasi nilai prealbumin 28
Nilai prealbumin

Keterangan

< 5,0 mg per dL (