Penataan Pedagang Kaki Lima Dengan Memanfaatka Ruang Terbuka Hijau Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan sifat obyek penelitian maka

metode penelitian yang akan dijalankan adalah metode kualitatif mengingat obyek
yang akan diteliti adalah perilaku dan ekspresi tindakan keruangan para responden
PKL di Kota Binjai.
Penelitian ini berupa penelitian lapangan (field research) dengan maksud
untuk mengetahui permasalahan serta mendapatkan informasi-informasi dan data
yang langsung peroleh di lokasi penelitian dengan cara observasi secara cermat dan
wawancara terstruktur dengan acuan pustaka dinamika PKL dan pustaka metodologi
penelitian kualitatif.
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini dilakukan analisa secara
deskriptif kualitatif terhadap obyek penelitian antara lain:
1. Kondisi eksisting kawasan disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai berupa
letak/posisi terhadap tata ruang kota, status peruntukan dan fungsi
peruntukan, luas dan batas lokasi, kegiatan pemanfaatan lahan;

2. Karakteristik dan aktivitas PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai
berupa kondisi sosiol-ekonomi, asal, jumlah, kemampuan ekonomi;

Universitas Sumatera Utara

3. Perilaku PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai berupa kegiatan
rutin dan non rutin PKL;
4. Ekspresi tindakan keruangan PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai
berupa jenis dagangan, sarana fisik dagangan dan sebaran, luasan tempat
berdagang, waktu berdagang, pola pelayanan, bentuk lapak pedagang,
struktur dan konstruksi lapak, statis dan movable lapak, perilaku sanitasi
dan kebersihan, kelembagaan yang ada di lokasi.
3.2

Populasi /Sampel
Populasi merupakan keseluruhan individu obyek penelitian yang dimaksudkan

untuk diteliti. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang
bisa digunakan sebagai inferensi yang dalam hal ini populasi berkenaan dengan data
bukan pada orangnya atau bendanya (Nazir, 1999). Berdasarkan pendapat tersebut,

maka yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan individu, gejala, ataupun
peristiwa yang akan diselidiki dan memiliki karakteristik spesifik sebagai sumber
data dan sebagai batasan generalisasi hasil penelitian. Merujuk hal tersebut maka
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL yang berkegiatan di lokasi sekitar
Lapangan Merdeka Kota Binjai.
Pengertian sampel menurut Nazir (1999:325) dinyatakan bahwa sampel
adalah wakil dari populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari populasi amatan dimana sampel yang akan diambil harus dapat
mewakili populasi. Semakin besar populasi akan semakin besar pula sampelnya,

Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian ini sejumlah responden diambil dari jumlah populasi yang ada untuk
digunakan sebagai sampel.
Secara umum, jumlah ukuran sampel yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
rumus (Slovin:1960) sebagai berikut:
�=

(�




�� )

+ �

………………………(3.1)

dimana:
n
N
d

= sampel
= populasi
= derajat kesesuaian yaitu sebesar 10 %

Teknik sampling digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
stratified random sampling, dipilihnya teknik ini maksudkan agar sampel yang akan
diambil secara acak nantinya dapat membentuk sub populasi yang mempunyai

homogenitas tertentu dan benar-benar dapat mewakili kondisi populasi yang
sesungguhnya dan menurut M. Nazir bahwa dalam teknik stratified random
sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan cara membagi populasi menjadi
sub-sub populasi yang disebut sebagai strata, lapisan, atau kelompok yang lebih kecil.
Jumlah sampel yang diperlukan terhadap populasi PKL disekitar lapangan
merdeka kota Binjai yang dirinci berdasarkan sesuai kategori sarana fisik yang
digunakan PKL yang digunakan berdagang atau menggunakan jasanya dapat dilihat
pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1
Rincian Jumlah Sampel yang Diperlukan Pada Populasi PKL disekitar Lapangan
Merdeka Kota Binjai
Jenis sarana fisik
Dagangan PKL disekitar
lapangan merdeka Binjai

Kategori


1
2
3
4
5
6

Gelaran
Warung semi permanen
Gerobak
Mobil-mobilan
Warung non permanen
Kereta-keretaan
Jumlah
Sumber: analisa penyusun, 2014

�=

��


��� � �,�� �+ �

maka

Jumlah

10
25
15
10
6
5
71

Ukuran sampel
yang dibutuhkan
dengan
menggunakan
rumus


Proporsi

6
15
9
6
3
3
42

42

n = 42

Dengan demikian dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui sampel yang
dibutuhkan adalah sebanyak 42 responden yang lebih realistis dapat mewakili
populasi PKL disekitar lapangan merdeka kota Binjai. Kemudian besar sample
kembali diproporsikan sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Untuk
menentukan alokasi sample yang berimbang dengan besarnya strata maka diperlukan
sampling fraction per stratum yang menghasilkan sebagaimana proporsi pada table

diatas. Sedangkan sample besarnya pengunjung penyusun mengambil besaran sama
yaitu 10 sample pada tiap-tiap strata sampling.
Sebagai pembanding nantinya

beberapa pertanyaan

pembanding

akan

Universitas Sumatera Utara

diajukan kepada 60 pengunjung sebagai bagian dari kegiatan jual beli yang berkaitan
dengan kegiatan berdagang para PKL tersebut dengan asumsi bahwa terjadi proses
interaksi berupa adanya need, demand (keinginan para pembeli) dengan supply
(layanan dari pedagang kaki lima).
3.3

Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


melalui:
1.

Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini
dipakai kuesioner bersifat tertutup dan terbuka, kuesioner tertutup
dimaksud adalah bahwa jawaban kuesioner telah tersedia dan responden
tinggal memilih beberapa altematif yang telah disediakan, sedangkan
kuesioner terbuka dimaksud adalah bahwa jawaban kuesioner tidak
tersedia dan responden diminta bebas untuk menuliskan jawaban
kuesioner yang menurutnya paling sesuai guna memperoleh informasi
lebih mendalam.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan dan menganalisa data nantinya,
disusun matriks parameter mewakili variable mencapai tujuan penelitian.
a. Tujuan: mendeskripsikan aktivitas pedagang kaki lima; hal ini akan
memperlihatkan pengelompokan pedagang berdasarkan jenis barang,
waktu usaha, serta besarnya kegiatan dilihat dari jumlah karyawan dan

Universitas Sumatera Utara


modal usaha.
Indikator: Profil pedagang kaki lima
Parameter:
1.

Peta sebaran PKL (lokasi penyebaran PKL di lokasi penelitian,
dasar pemilihan tempat);

2.

Karakteristik PKL (asal, jenis kelamin, umur, status, lama
berdagang, dan jumlah anggota);

3.

Tipologi PKL (jenis barang, kepemilikan, waktu usaha,
pendapatan, dan lokasi pilihan);

4.


Organisasi ( mandiri, koperasi, paguyuban, dan lainnya).

b. Tujuan: mendeskripsikan pengunjung; hal ini akan memperlihatkan
masyarakat pengunjung (konsumen) berdasarkan waktu operasional,
pekerjaan, dan kebutuhannya.
Indikator: profil Konsumen
Parameter: karakteristik pengunjung (asal, pekerjaan, usia, jenis
kelamin, dan kebutuhan)
c. Tujuan: mendeskripsikan kebutuhan penataan lokasi penelitian;
keberadaan peran dan fungsi lokasi study menjadi dasar dalam
melakukan penanganan PKL. Legalitas dan probabilitas keberadaan
PKL menjadi bagian penataan Lapangan Merdeka.
Indikator: gambaran umum lokasi penelitian (rencana pemanfaatan
ruang), hasil analisa karakteristik PKL dan Pengunjung

Universitas Sumatera Utara

Lapangan Merdeka
Parameter : profil kota, RTRW, RDTR, Perda, SK/Perwal.
Dalam pengolahan datanya, setiap jawab responden pada kuesioner yang
sifatnya terbuka diklasifikasikan sesuai pertimbangan peneliti guna
memudahkan penyajian distribusi frekwensinya.
2.

Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data me1alui wawancara yang
dilakukan terhadap beberapa nara sumber yang dianggap mempunyai
kompetensi dalam permasalahan. Teknik ini dipakai secara simultan dan
sebagai cara utama untuk memperoleh data secara mendalam yang tidak
diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada
atau belum jelas yang mungkin terlewatkan dalam data dokumentasi.

3.

Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan hal-hal yang penting berkaitan dengan obyek yang sedang
diteliti, sehingga peneliti mampu menggambarkan secara nyata kondisi di
lapangan dalam penelitiannya. Hasil dari pengamatan tersebut ditulis
secara deskriptif dan direkam dengan kamera.

3.4

Lingkup Wilayah Penelitian
Lingkup wilayah penelitian ini dibatasi pada sekitar Lapangan Merdeka Kota

Binjai diwilayah administrasi Kelurahan Tangsi, Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai,
Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3.1). Wilayah penelitian ini sesuai dengan latar

Universitas Sumatera Utara

belakang feniomena PKL yang terjadi di lokasi, yang membangkitkan keingintahuan
adanya masalah penelitian ini. Adapun batas administrasi kota Binjai dapat dilihat
dalam Gambar 3.2
3.5

Metode Analisa Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisa

model ini digunakan untuk menjelaskan dan mengungkapkan keleluasaan, ketajaman
dan kedalaman kajian penelitian. Proses analisis terhadap data dalam penelitian
kualitatif dilakukan secara interaktif dengan mencari dan keterkaitan antar informasi
yang diperoleh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: reduksi data, data display berupa
narasi, grafis, dan matrik sebagai media analisis dan pengambilan kesimpulan.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di mulai dengan menelaah
seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, catatan
pengamatan lapangan, foto dan sumber informasi terkait lainnya selanjutnya akan
dilakukan analisis data dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, klasifikasi,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun kedalam pola, melakukan sintesa dan
mencari

korelasi guna menyusun kesimpulan. Sejalan itu teknik analisis data

dilakukan dengan cara reduksi data, kategorisasi dan penafsiran terhadap data. Secara
terperinci rangkaian analisis dilakukan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber : RDTR Kota Binjai 2009-2029

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Peta Wilayah Administrasi Kota Binjai
Sumber : RDTR Kota Binjai 2009-2029

Universitas Sumatera Utara

1.

Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan proses pemilihan dan pengurangan data
yang dianggap tidak mendukung dari kerangka analisis sehingga data
dikategorikan valid untuk dapat di proses ke langkah selanjutnya.
Data yang dihimpun dalam penenletian ini terdiri data primer dan data
sekunder yanag diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik,
kuisioner, wawancara, dokumentasi, dan observasi partisipatif.

2.

Penyajian atau Display Data dan Analisis
Setelah data direduksi, maka dilakukan langkah menyajikan data. Dalam
hal ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian perilaku keruangan
para PKL diperjelas dengan gambar suasana perilaku dan peta lokasi PKL.
Melalui penyajian data atau display maka data akan terorganisir sehingga
akan mudah dipahami untuk kemudian dilakukan dianalisis.
Teknis analisa yang diperlukan dalam studi mengenai penataan pedagang
kaki lima dengan memanfaatkan ruang terbuka di Kota Binjai dengan
analisis kualitatif yaitu interprestasi sehingga makna yang terkandung dari
setiap informasi dapat dipahami dan dipergunakan pada analisis dan
penarikan kesimpulan. Beberapa pertanyaan sebagai fokus tujuan
penelitian akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk menjawab pertama, yaitu mengetahui profil pedagang kaki lima dan
pengunjung dimulai dengan mengkompilasi data yang terkumpul. Setelah
data terkumpul dilakukan tahap menganalisa data.

Universitas Sumatera Utara

1. Profil Pedagang Kaki Lima;
a. Tahap persiapan pentabulasian data, karakteristik, tipologi, dan
organisasi dan lainnya;
b. Tahap penafsiran data dan pemaknaan data.
2. Profil pengunjung/pengguna barang dan jasa pedagang kaki lima;
a. Tahap persiapan pentabulasian data, karakteristik, tipologi,
b. Tahap penafsiran data dan pemaknaan data.
Dari hasil telaah angket wawancara yang telah dibagikan, diharapkan dapat
menjelaskan

lebih

lanjut

mengenai

karekateristik

pedagang

dan

pengaruhnya terhadap lokasi (wilayah perencanaan) yang ditempati.
2. Untuk kedua, yaitu menyimpulkan mangemen penataan yang dibutuhkan
pada lokasi (Lapangan Merdeka Binjai) dimasa depan. Terkait penanganan
pedagang kaki lima yang berorientasi pada fungsi Lapangan Merdeka.
Penataan ini tentu akan melihat kesempatan bertahan atau tidak dari
produks legalitas di Kota Binjai atau pun, kajian dan produk-produk
perencanaan yang sudah disusun, seperti RTRW, RDTR, RTBL, dan
lainnya.
3.

Kesimpulan sementara dari analisis
Sesuai dengan model analisa kualitatif menurut, maka dilakukan penarikan
kesimpulan awal. Kesimpulan awal ini masih bersifat sementara sebelum
mendapatkan penguatan dari langkah berupa pembahasan yang akan
dilakukan pada langkah selanjutnya. Jika kesimpulan analisis yang

Universitas Sumatera Utara

diperoleh tersebut didukung oleh bukti-bukti yang baik, maka kesimpulan
tersebut dapat dikatakan shahih.
Secara aktual dalam penelitian ini, berbagai sumber data dan informasi
tentang data dan bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku telah
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian,
kemudian diadakan pengecekan informasi pemuka masyarakat, pejabat
pemerintahan, pakar yang berkompeten dengan permasalahan PKL di Kota
Binjai. Selain itu juga, akan dilakukan pengecekan terhadap dokumen
penataan ruang wilayah Kota Binjai yang tersedia dan relevan seperti
RDTRK dan RTBL kawasan Lapangan Merdeka Binjai.
Kesimpulan akhir ini lebih lanjut dilengkapi dengan rekomendasi yang
berkaitan dengan manfaat dari penelitian ini yaitu model penataan PKL
dengan memanfaatkan ruang terbuka yang dapat dijadikan sebagai acuan
bagi penanganan PKL di wilayah lain sekitar Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
DI KAWASAN LAPANGAN MERDEKA KOTA BINJAI

4.1

Gambaran Umum Kota Binjai
Berdasarkan pertimbangan kedudukan Kota Binjai dalam konstelasi regional,

isu strategis Kota Binjai dan peran dan fungsi Kota Binjai. Tujuan penataan ruang
Kota Binjai hingga tahun 2029 adalah:
1.

Terwujudnya kegiatan pemukiman skala besar pusat perdagangan/jasa
regional dan kota industri skala regional dan nasional yang aman,
nyaman, berkelanjutan, produktif dengan pertumbuhan ekonomi tinggi
dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Kota Binjai;

2.

Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

3.

Terwujudnya keseimbangan dan keserasian perkembangan antar bagian
wilayah kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota; keseimbangan dan
keserasian kegiatan antarsektor;

4.

Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Binjai;

5.

Terwujudnya penetapan lokasi-lokasi investasi pembangunan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah, sektor swasta, maupun

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Gambaran Kegiatan Kecamatan Binjai Kota

4.2.1 Administrasi Kecamatan
Kecamatan Binjai Kota merupakan salah satu kecamatan di Kota Binjai yang
memiliki luas 4,12 km2 (412 Ha), yang terletak pada koordinat 3031’40’-3040’2’ LU
dan 98027’3’-98032’32 BT. Terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Kelurahan Berngam,
Satria, Setia, Kartini, Tangsi, Binjai dan Pekan Binjai. Adapun luas masing-masing
dari kelurahan tersebut dapat di lihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Administrasi Kecamatan Binjai Kota
No Desa/Kelurahan

Luas Wilayah Persentase Terhadap
(Ha)
Luas Kecamatan (%)
179
43.45

1

Berngam

2

Satria

39

9.47

3

Setia

35

8.50

4

Kartini

36

8.74

5

Tangsi

42

10.19

6

Binjai

40

9.71

7

Pekan Binjai

41

9.95

Kec. Binjai Kota

412

100.00

Sumber : Kecamatan Binjai Kota Dalam Angka 2013

Secara administrasi, adapun batas-batas dari Kecamatan Binjai Kota adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kecamatan Binjai Utara

Sebelah Selatan

: Kecamatan Binjai Selatan

Sebelah Barat

: Kecamatan Binjai Barat

Universitas Sumatera Utara

Sebelah Timur

: Kecamatan Binjai Timur

Lapangan Medeka sebagai lokasi penelitian berada di Kelurahan Tangsi yang
merupakan pusat Kota Binjai. Keadaan penggunaan lahan di Kecamatan Binjai Kota
umumnya didominasi oleh penggunaan lahan terbangun yaitu seluas 210,15 Ha yang
merata terdapat di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Binjai Kota.
Penggunaan lahan non terbangun seperti lahan kosong, lapangan, pekarangan dan
lainnya terdapat sekitar 201,85 Ha.
Pemanfaatan lahan pada lokasi ini terdiri oleh berbagai kegiatan, adapaun
kegiatan-kegiatan tersebut memiliki pelayanan skala kota, diantaranya Kantor DPRD
Kota Binjai, Kantor Cabang (unit pelayanan) PU Sumatera Utara, Perguruan tinggi,
Rumah sakit umum, dan rumah dinas Walikota Binjai. Pemanfaatan ruang demikian
memberikan tarikan pengunjung pada kawasan

ini, bahkan melebihi fungsi

Kelurahan Tangsi sebagai pusat pelayanan lingkungan sebagai mana yang
diamanatkan dalam rencana detail tata ruang Kecamatan Binjai Kota.

4.2.2 Karakteristik kependudukan Kecamatan Binjai Kota
Pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kecamatan Binjai Kota sekitar 30.551
jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk rata-rata di
kecamatan ini adalah 9.037 jiwa/Km2 atau 90 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Dari data struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Binjai Kota,
dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk laki-laki.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2.
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Binjai Kota Tahun 2011
No

Desa/Kelurahan

1 Berngam

Luas

Jumlah

Kepadatan

Wilayah

Penduduk

Penduduk

(Ha)

(Jiwa)

(Jiwa/Ha)

179

9378

52,4

2 Satria

39

3313

84,9

3 Setia

35

4144

118.4

4 Kartini

36

2878

79,9

5 Tangsi

42

2748

65,4

6 Binjai

40

2769

69,2

7 Pekan Binjai

41

5321

129,7

412

30551

90

Kecamatan Binjai Kota

Sumber: Kecamatan Binjai Kota dalam Angka, 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kelurahan Bergam dengan kepadatan 9.378 jiwa/Ha. Sedangkan
kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Pekan Binjai
dengan kepadatan 129,7 jiwa/Ha.

4.2.3 Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Binjai Kota
Pengembangan Kecamatan Binjai Kota sebagai bagian dari Pembangunan Kota
Binjai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur, merata material dan spiritual. Tujuan tersebut pada
hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh

Universitas Sumatera Utara

masyarakat Indonesia. Rencana detail tata ruang Kecamatan Binjai Kota 2008-2028
telah mengarahkan;
1.

Rencana Sistem Pelayanan Lingkungan
Rencana sistem pusat pelayanan bertujuan mendistribusikan jenis dan
pelayanan kegiatan yang ditetapkan dalam struktur ruang dengan cara
pembagian rencana pembagian lingkungan dan rencana pembagian blok
peruntukan kawasan Kecamatan Binjai Kota. Dengan adanya rencana
sistem pusat pelayanan dalam struktur ruang diharapkan terciptanya ruang
yang seimbang, serasi dan terpadu dalam rangka memberikan
kenyamanan pelayanan terhadap masyarakat juga untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan kehidupan di wilayah Kecamatan Binjai Kota.
Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan. Dalam penataan
dan pemanfaatan ruang wilayah Kecamatan Binjai Kota, maka
selanjutnya wilayah Kecamatan Binjai Kota akan dibagi menjadi
beberapa

unit

lingkungan,

dimana

diharapkan

untuk

dapat

mengakomodasi penduduk serta arahan pola ruang maupun arahan
struktur ruang Kecamatan Binjai Kota tahun 2029.
Berdasarkan arahan di atas maka lokasi-lokasi pusat lingkungan di
Kecamatan Binjai Kota dapat diarahkan sebagai berikut:
a. Pusat lingkungan Pekan Binjai berpusat di Jalan Jenderal Sudirman
dan Kawasan Pasar Tavip;
b. Pusat lingkungan Binjai berpusat disekitar Jalan Jenderal Sudirman;

Universitas Sumatera Utara

c. Pusat lingkungan Tangsi terletak disekitar depan Kantor Camat dan
sekitar alun-alun kota;
d. Pusat lingkungan Setia terletak disekitar persimpangan Jalan Imam
Bonjol- Jalan Irian;
e. Pusat lingkungan Kartini terletak disekitar Jalan Jenderal Ahmad Yani;
f. Pusat lingkungan Satria terletak disekitar Jalan Hasanudin;
g. Pusat lingkungan Berngam terletak disekitar Jalan Samanhudi.
2.

Rencana Pola Ruang
Kegiatan kawasan budidaya perkotaan yang akan ditampung di wilayah
Kecamatan Binjai Kota mencakup:
a. Kegiatan perumahan dan permukiman;
b. Kegiatan perdagangan dan perniagaan/bisnis;
c. Kegiatan industri kecil;
d. Kegiatan pelayanan umum dan sosial-budaya (pendidikan, kesehatan,
peribadatan, rekreasi, olahraga dan fasilitas sosial lainnya);
e. Kegiatan perkantoran (pemerintah dan swasta).
Untuk lebih jelasnya luasan Pola ruang yang ada di kecamatan Binjai
Kota dapat dilihat pada tabel 4.3. Pengaturan pemanfaatan ruang/lahan
untuk kegiatan-kegiatan budidaya tersebut memperhatikan beberapa hal,
yaitu:
a. Perkembangan sosial-kependudukan;
b. Prospek pertumbuhan ekonomi;
c. Daya dukung fisik dan lingkungan;

Universitas Sumatera Utara

d. Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan;
e. Kondisi fisik dasar dan daya dukung lahan;
f. Penggunaan lahan eksisting dan Kecenderungan perkembangan fisik
kota;
g. Batas kawasan lindung;
h. Kebijakan pembangunan dan tata ruang yang hendak dituju;
i. Perkembangan dan kebijakan pembangunan wilayah sekitar.

Tabel 4.3
Luas Rencana Pola Ruang Kecamatan Binjai Kota Tahun 2029
N
o

Penggunaan Lahan

1

Kepadatan Tinggi

2

Kepadatan Sedang

3

Kepadatan Rendah

4

Perdagangan

5

Jasa

6

Kawasan Campuran

7

Pekan
Binjai

Kelurahan
Binja Seti Tangs Satri Kartin Bernga
i
a
i
a
i
m
9
8.3 9.95
9.4
0.76
-

1.1 0.25
3.1
Tabel 4.3 (Lanjutan)
-

7.95

19

5.2

44.5

-

2.8

-

62.2

11

5.7

1.7

0.9

0.7

0.4

0.45

0.02

0.2

0.06

3.9

0.68

3.5

0.12

-

-

-

2.4

12

10.25

-

Pendidikan

0.65

2.1

0.04

1.25

5.5

0.04

0.5

8

Peribadatan

0.4

0.1

0.08

0.1

0.3

0.22

0.6

9

Kompleks Militer

-

-

-

-

3.6

-

-

10

Kesehatan

0.05

0.05

0.08

0.05

0.55

0.72

0.15

11

Kawasan Perternakan

-

-

-

-

-

-

9.1

12

Fasilitas Olah Raga

0.75

-

-

2.68

1

-

1.5

Taman
13

Kota/Lingkungan

1.9

0.25

0.7

0.36

1.6

0.55

1

14

Hutan Kota

2.8

-

-

1.5

-

-

68.75

15

Jalur Hijau Sungai

2.9

0.5

1.9

2

1

0.26

13

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 ( Lanjutan)
N
o

Penggunaan Lahan

16

TPU

17

Jalan dan lain-lain

Jumlah

Pekan
Binjai

Binja
i

Kelurahan
Seti Tangs Satri
a
i
a

Kartin
i

Bernga
m

-

0.35

-

-

0.6

-

4.1

4.69

2.47

5.53

5.61

5.89

4.32

7.83

35.26

20.27

23.1

38.10

55.22

26.22

213.80

Sumber : Rencana Detail Tata Ruang Kota Binjai Tahun 2009-2029.

4.3

Gambaran Lapangan Merdeka Kota Binjai
Gambaran umum Lapangan Merdeka Binjai sebagai lokasi kajian, adalah

memberikan gambaran kondisi pedagang kaki lima (PKL) terhadap Lapangan
Merdeka Binjai dimaksud. Keberadaan PKL di Lapangan Merdeka ditinjau dari
perilaku dan eksistensinya terhadap pemanfaatan ruang, serta secara umum terhadap
konsep perancangan dan citra kota.
Adapun keterkaitan antara keberadaan PKL di Lapangan Merdeka terhadap
elemen perancanagan kota, maupun elemen citra kota, secara garis besar dapat dilihat
sebagai gambaran umum adalah pemanfaatan lahan baik tata guna lahan dan tata
massa bangunan yang ada, kemudian aksesbilitas seperti kondisi parkir, sirkulasi
pergerakan,. Secara keseluruhan kegiatan PKL berpotensi dengan pembentukan citra
estetika kota yang disampaikan dalam tabel 4.4.

4.3.1

Tinjauan perilaku PKL di Lapangan Merdeka Binjai
Lapangan Merdeka Binjai sehari-hari digunakan oleh seluruh lapisan

masyarakat kota Binjai dalam fungsinya sebagai ruang terbuka publik berwujud alunalun di tengah kota Binjai. Pemanfaatan ruang terbuka hijau ini antara lain

adalah

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4
Keterkaitan Potensi Elemen Perancangan Kota dengan Pembentukan Citra Kota di
Binjai
Elemen Perancangan
Elemen yang

Potensi sebagai Pembentuk

Tinjauan

Kota (Hamid
berhubungan

Citra Kota (Kevin Lynch)
Shirvani)

dengan
Potensi pembentuk distrik,

Pemanfaatan Lahan

pembentukan Land Use
landmark
citra ruang
Sirkulasi, pedestrian,

Potensi pembentuk path,

jalan

edge, node

Masa Bangunan

Potensi pembentuk landmark

Signage

Potensi pembentuk landmark

Aksesbilitas

kota di
Lapangan
Arsitektural

Merdeka
Binjai

Potensi pembentuk

Lingkungan

Activity Support
landmark, node
RTH

Potensi pembentuk distrik

Sumber: olah data penyusun

digunakan sebagai tempat upacara atau kegiatan pemerintahan yang membutuhkan
tempat konsolidasi massa dalam jumlah banyak selain dari kegiatan bazaar rakyat,
kampanye dll yang membutuhkan ruang tempat massa banyak berhimpun pada suatu
waktu tertentu.
Pemanfaatan Lapangan Merdeka lainnya adalah dilakukan oleh keluarga
dan khalayak ramai yang datang disini untuk berekreasi, berolah raga, bersosialisasi
antar warga yang menciptakan suasana ruang publik kota yang hidup dan berfungsi
baik.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai suatu fasilitas umum yang menarik maka lapangan merdeka Binjai
merupakan tempat berkumpulnya masyarakat Kota Binjai. Hal ini menimbulkan
kebutuhan akan pelayanan dan fasilitas penyedia kenyamanan dan variasi kenikmatan
dalam berekreasi yang kemudian menjadi pemicu timbulnya masyarakat yang
berpikir ekonomis untuk menyediakan makanan, minuman, penjualan barang-barang
rekreatif, permainan anak-anak, souvenir dan tempat makan-minum rekreatif di
seputaran Lapangan Merdeka Binjai.
Dengan merujuk kepada kelengkapan sarana dan prasarana perencanaan
kawasan urban yaitu tata guna lahan lokasi berkegiatan, sarana aksesibilitas, sarana
fisik bangunan (shelter), sarana sistem santasi, ditunjang oleh sistem kelembagaan
yang baik akan meningkatkan vitalitas suatu kawasan (Lynch, 1981, The image of
The good City Form) maka tinjauan khusus berikut akan berfokus kepada kriteriakriteria urban design process (Shirvani, 1985).

4.3.2

Perilaku PKL dalam tinjauan pemanfaatan lahan

Tinjauan dalam penataan tata guna lahan terlihat bahwa PKL di Lapangan
Merdeka Binjai menempati wilayah lapangan Merdeka bagian tepian sebelah utara
dan barat mendominasi dengan penempatan lapak semi permanen sepanjang 500
meter dalam kelompok menurut jenis dagangan yaitu warung makan dan minum.
Kelompok ini juga ditandai dengan warna yang sama yaitu warna plastik biru. Zona
kelompok ini juga menempati trotoar di depan lapak masing-masing dengan
penempatan kursi dan meja bagi pengunjung untuk kegiatan berekreasi kuliner.

Universitas Sumatera Utara

Tatanan penempatan lapak PKL menempatkan parkir pengunjung menyita
badan jalan di depan lapak masing-masing menyita ruang jalan yang beralih fungsi
menjadi ruang parkir sepeda dan sepeda motor membentuk suatu zona tersendiri.
Adapun tatanan pedagang kaki lima jenis gerobak mainan menetap, gerobak dorong,
kereta kuda, asongan menempati zona campuran di depan kantor Walikota Binjai
tidak dalam tatanan yang teratur namun secara menyeluruh menyebar di tepian badan
jalan, trotoar, tepi lapangan Merdeka. Zona parkir kendaraan roda empat juga
tersusun sepanjang tepian badan jalan di depan kantor Walikota Binjai berbaur
dengan para pedagang kaki lima, adapun Tinjauan Prilaku PKLdalam Tinjauan
Pemanfaatan Lahan Lapangan Merdeka Binjai diilustrasikan dalam gambar 4.1.

4.3.3

Perilaku PKL dalam tinjauan Penataan Aksesibilitas Kawasan
Tinjauan penataan aksesibilitas dalam hal ini menyangkut mengenai

pencapaian ke lokasi PKL, jalur pejalan kaki (pedestrian), jalur kendaraan bermotor,
parkir, halte dan kegiatan khusus sirkulasi lainnya. Pencapaian atau akses kepada para
pedagang kaki lima mengindikasikan pola campuran yang didominasi oleh pola linear
dan kluster. Pola linear yang terbentuk karena umumnya para pedagang kaki lima
menempati wilayah sepanjang badan jalan. Sementara akses pola kluster terbentuk
oleh daya tarik dagangan dan penempatan lapak dagang PKL.
Para pengunjung mencapai lokasi ini menggunakan kendaraan umum dan
kendaraan pribadi melalui jalan umum dan masuk melalui lapangan Merdeka
membentuk pola pencapaian tanpa mempertimbangkan hirarki jalan, sedangkan arah
pencapaian cukup leluasa sehingga menimbulkan crossing direction dengan keunikan

Universitas Sumatera Utara

khusus yang disebut fenomena pasar senggol. Adapun ilustrasi Prilaku PKL dalam
tinjauan Penataan Aksesibilitas Kawasan dapat dilihat pada gambar 4.2.

4.3.4

Perilaku PKL dalam tinjauan fisik arsitektural
Tinjauan fisik arsitektural dalam tatanan PKL ini menyangkut beberapa hal

mengenai penempatan bangunan, bentuk dan jenis bangunan, bahan bangunan,
struktur bangunan, waktu keberadaan bangunan PKL, kemampuan berpindah sarana
dagang PKL.
Lahan yang dipergunakan oleh para PKL ini terindikasikan menempati lahan
datar dan tidak banjir. Pilihan penempatan adalah pada tanah padat tepian lapangan,
badan jalan dan lahan yang teduh di bawah pohon besar atau di bawah atap bangunan.
Beberapa memilih penempatan karena dekat dengan parit sehingga pembuangan
sampah dagangan menjadi mudah (sampah air cucian dan sampah makanan).
Beberapa PKL menempati lokasi yang dianggap strategis yaitu gerbang taman
(dimana banyak pengunjung lalu lalang disini), sekitar tempat parkir kendaraan,
pulau jalan, sudut persimpangan jalan. Para PKL ini juga menempati lokasi yang
dianggap menguntungkan dengan luasan yang disesuaikan dengan kegiatan dagang
masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Zona PKL permanen

Zona PKL permanen

Zona PKL permanen

Zona PKL non permanen

Zona PKL permanen
Zona parkir PKL

Zona PKL permanen

Zona PKL permanen

Gambar 4.1. Gambaran Perilaku PKL Dalam Tinjauan Pemanfaatan Lahan Lapangan Merdeka Binjai

Universitas Sumatera Utara

Kantong parkir

Gambar 4.2 Gambaran Perilaku PKL Dalam Tinjauan Aksesibilitas di Lapangan Merdeka Binjai

Universitas Sumatera Utara

Jenis sarana dagangan PKL adalah permanen (lapak yang tak bisa dibongkar
dan berdinding, beratap), non permanen (lapak yang bisa dibongkar dan tak
berdinding hanya ada atap). Adapun bentuk bangunan umumnya olahan lantai
sederhana papan atau keramik, dinding plastik/tripleks, atap tripleks lapis plastik dan
terpal. Mengenai pedagang gerobak dan asongan terdiri atas bentukan yang beragam
dengan atau tanpa roda yang membedakan antara sarana dagang yang bergerak atau
tak bergerak (perbedaan movabilitas).
Mengenai waktu keberadaan umumnya para PKL kuliner permanen mulai
buka pukul 15.00 wib sampai malam hari, sementara PKL mainan, dagangan non
permanen lebih tidak teratur namun kebanyakan sore hari kecuali pada hari Minggu
dan hari libur sepanjang hari mulai pagi sampai malam hari seperti yang terlihat pada
Gambar 4.3.

4.3.5

Perilaku PKL dalam tinjauan prasarana kawasan
Tinjauan mengenai pengelolaan lingkungan para pedagang PKL Lapangan

Merdeka menggambarkan mengenai jenis, jarak, model sarana dan prasarana
drainase, parit, air bersih, listrik. Disamping itu digambarkan mengenai model sistem
drainase lingkungan, sistem pengelolaan drainase lingkungan, Sistem dan
pengelolaan persampahan PKL dan kelembagaan pengelola sanitasi lingkungan yang
ada di kawasan tersebut.
Sanitasi berupa saluran terbuka, para PKL menggunakan saluran drainase kota
dan saluran pembuangan air kotor kota untuk membuang air limbah kegiatan cuci

Universitas Sumatera Utara

alat-alat dagangan. Sementara sistem pengelolaan drainase untuk buangan sisa
makanan dan air kotor PKL tidak cukup baik karena sebagian dibuang ke jalan atau
ke tumpukan sampah. Terdapat KM/WC umum yang menjadi fasilitas bagi taman
kota yang digunakan oleh pengunjung maupun PKL dalam buangan keseharian.
Untuk kebersihan pengumpulan sampah terdapat penyapu jalan yang dikelola
pemerintah kota bekerja sama dengan pedagang PKL walaupun jumlahnya kurang
memadai dan tidak adanya TPS tempat pembuangan sampah sementara yang
terencana di lokasi PKL tersebut dan digambarkan pada gambar 4.4.
Untuk pengelolaan keseluruhan sistem sanitasi PKL belum adanya lembaga
formal yang dibentuk mengurusi sanitasi PKL.

4.3.6

Perilaku PKL dalam Tinjauan Peraturan Daerah Kota Binjai
Kebijakan merupakan keputusan-keputusan atau pilihan tindakan yang secara

langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam, financial, dan
manusia demi kepentingan publik .
Kota Binjai melalui Peraturan daerah No 3 Tahun 2006 tentang pengaturan
dan pembinaan pedagang kaki lima, diharapkan dapat memberi pengaturan dan
pembinaan terhadap pedagang kaki lima di Kota Binjai. Adapun menjadi
pertimbangan adalah, bahwa sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan meningkatnya pertumbuhan kegiatan dibidang usaha yang dilaksanakan
masyarakat dan tidak memiliki lahan atau tempat berjualan (PKL).

Universitas Sumatera Utara

Bab 2 (dua) dalam peraturan daerah Kota Binjai No.3 tahun 2006 pasal 2 ayat (1)
mengatakan untuk melindungi kepentingan umum serta mewujudkan ketentraman,
ketertiban, kebersihan, dan keindahan maka dilarang menggunakan tempat-tempat
atau fasilitas umum, seperti daerah milik jalan, badan jalan, trotoar parit, jalur hijai,
taman, dan lapangan untuk dipergunakan sebagai tempat kegiatan usaha penjualan
barang dan jasa (gambar 4.5. dan gambar 4.6). Dengan pengecualian yang tertuang
pada pasal (2) bahwa pemerintah dapat member pengecualian dengan pertimbangan
sosial, keagamaan, ekonomi, ketertiban, keindahan, dan kebersihan lingkungan
sekitarnya.
Beberapa pasal diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya suatu legalitas bagi
masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha jual barang dan jasa pada suatu lokasi.
Lapangan Merdeka sudah menjadi icon bagi masyarakat luar dan dalam kota, dimana
sebagai ruang yang memiliki pola pemanfaatan intensitas tinggi juga padat, dengan
fungsi sebagai lahan terbuka juga dimanfaatkan kegiatan pedagang kaki lima yang
saat ini melekat padanya. Perlunya suatu visi kedepan dimana masyarakat
penjual/pedagang menjadi bagian pemanfaatan yang memiliki kepastian hukum.
Retribusi sampah dan lokasi dihimpun dari pedagang adalah suatu hal yang
diharuskan. Petugas melakukan pemungutan setiap harinya. Penelitian ini akan
menjadi suatu rangkuman dengan melihat keterbukaan pada peraturan daerah
tersebut, sehingga penataan pedagang kaki lima dalam hubungan dengan
ketidakteraturan dapat dieleminir demi mempertahankan Lapangan Merdeka Binjai

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3 Gambaran Perilaku PKL dalam Tinjauan Fisik Arsitektural

Universitas Sumatera Utara

Toilet Umum

Taman Segitiga

Gambar 4.4 Gambaran Permasalahan disebabkan Keberadaan PKL dan Lokasi Sarana Toilet Umum

Universitas Sumatera Utara

1. Pedestrian Tidak Berfungsi, disebabkan digunakan
sebagai lokasi Penikmat Hidangan (Meja dan Kursi
2. Mempersempit Jalur Lintasan Kendaraan
Pengguna Jalan, disebabkan Parkir dan Gerobak
Dagangan.

Gambar 4.5 Gambaran Singgungan Antara Lokasi Dagangan, dan Parkir Kendaraan di Lapangan Merdeka Binjai

Universitas Sumatera Utara

1. Kegiatan Jasa Permainan menggunakan Kendaaraan
Mobil seperti pickup maupun Motor Becak.
2. Kegiatan Dagangan bahan dan Jasa menggunakan
badan sebagai lokasi/lapak moda dagangan.

Gambar 4.6 Gambaran Singgungan Antara Lokasi Jualan dan Pejalan Kaki di Lapangan Merdeka Binjai

Universitas Sumatera Utara

sebagai elemen Kota Binjai. Kehadiran pedagang kaki lima apakah akan menjadi
kepentingan sosial, atau menjadi kepentingan ekonomi masyarakat, sehingga
pedagang kaki lima disekitar Lapangan Merdeka mendapat kepastiaan hukum dan
pembinaan oleh Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam peraturan daerah
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KAJIAN PENATAAN PKL DI SEKITAR LAPANGAN MERDEKA KOTA
BINJAI

5.1

Profil PKL di Sekitar Lapangan Merdeka Binjai

Profil PKL di Lapangan Merdeka akan dilihat dari beberapa aspek yang diantaranya
karaktersitik pedagang kaki, tipologi, dan presepsi pedagang terhadap penataan
kawasan lapangan Merdeka. Kajian terhadap perilaku PKL di lapangan Merdeka
yang dilakukan adalah identifikasi, klarifikasi dan justifikasi penalaran terhadap
fenomena perilaku keruangan PKL dalam penataan tata guna lahan, aksesibilitas
kawasan, sanitasi lingkungan dan kelembagaan guna mengungkap potensi keruangan
yang dapat dimanfaatkan sebagai model dalam penataan PKL dengan memanfaatkan
ruang terbuka hijau.
Hasil analisis dari sebaran kuesioner yang diajukan kepada para pedagang PKL
menunjukkan model partisipasi dan persepsi para pedagang terhadap beberapa hal
yang berkaitan dengan tatanan spatial dan keinginan akan kondisi tempat dan ruang
yang diinginkan oleh para pedagang PKL tersebut. Berikut disampaikan analisis atas
perilaku dan persepsi pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka Binjai tersebut.

5.1.1

Karakteristik PKL di sekitar Lapangan Merdeka Binjai

Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada pedagang, maka dapat diperoleh
tabel karaktersitik sebagaimana dibawah ini. Kegiatan perdagangan di kawasan

Universitas Sumatera Utara

Lapangan Merdeka Binjai awalnya hanya dimulai oleh beberapa pedagang makanan
saja, seperti mie, siomay, dan warung nasi gurih. Kegiatan-kegiatan ini mencoba
memenuhi peluang pasar yang tersedia. Lapangan Merdeka sebagai pusat kota
merupakan kawasan perkantoran dan komersil. Kehadiran karyawan, pekerja yang
berasal dari kegiatan ini menjadi daya tarik yang sangat besar kepada masyarakat
Binjai untuk ikut berpartisipasi meraih rezeki.
Berkembangnya pedagang kaki lima dari hasil tabulasi data, saat ini didominasi oleh
pedagang yang berdomisili di Kota Binjai, sedangkan beberapa pedagang luar kota
diantaranya adalah pedagang dari Medan dan Deli Serdang. Dari 4 orang pedagang
luar kota umumnya jenis dagangannya adalah gelaran seperti mainan anak, dan bukubuku bacaaan.
Kemudian usia para pedagang didominasi oleh usia produktif, ini diperlihatkan dari
42 responden, 42,8% adalah para pemuda-pemudi, dan tidak jauh berbeda jauh
dengan usia 31-40 tahun dengan jumlah 13 orang atau 30,9%. Dari hasil diatas
memberikan pertanyaan apakah pedagang usia produktif ini memperlihatkan
rendahnya tingkat pendidikan, Tanya jawab dilakukan ternyata sebagian kecil para
pemudi ini berjualan bergantian dengan orang tua atau kakak/abang mereka, selepas
sekolah atau sebelum sekolah. Sebagian lagi adalah mereka-mereka yang baru
menyelesaikan pendidikan lanjutan atas. Kondisi berhubungan secara langsung
bahwa jumlah pedagang yang masih sendiri (belum menikah) yaitu 40,4% atau 19
orang dari 42 jumlah responden, seperti yang terlihat pada tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1
Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Lapangan Merdeka Binjai
No

Karakteristik

Klasifikasi

Jumlah

Prosentase

1

Domisili

Kota Binjai

38

90,48

2

Umur

Luar Kota Binjai
19-30
31-40
41-50

4
18
13
6

9,52
42,86
30,95
14,29

3

Jenis Kelamin

51 keatas
Wanita

5
27

11,90
64,29

Pria
Melayu
Jawa
Batak
Aceh

15
13
17
3
0

35,71
30,95
40,48
7,14
0,00

Padang
Menikah
Belum Menikah
Janda/duda

9
21
19
2

21,43
54,76
40,48
4,76

3-6 bulan

0

0,00

7-12 bulan

5

11,90

1-2 tahun

11

26,19

3-4 tahun

21

50,00

5

11,90

4

Suku

5

Status Perkawinan

6

Lama berdagang

> 5 tahun
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

Jika dilihat dari hasil lapangan, memperlihatkan bahwa pedagang kaki lima sudah
menjalankan usahanya diatas 7 bulan. 50% dari responden telah berjualan lebih dari
2 tahun, sedangkan 5 pedagang atau 11,9 telah berjualan lebih dari 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

5.1.2

Tipologi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Lapangan Merdeka Binjai

Hasil observasi memperlihatkan bahwa tipologi PKL dibedakan berdasarkan jenis
dagangan, model berjualan, dan waktu berjualan yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Berdasarkan hasil kuisioner memperlihatkan jenis dagangan makanan minuman
menjadi kegiatan dagang yang paling banyak sekitar 33,3%. Hal ini sesuai dengan
kondisi lokasi penelitian yang memiliki keterikatan dengan kegiatan makanan dan
minuman.
Tabel 5.2
Tipologi Pedagang Kaki Lima di Lapangan Merdeka Binjai
No
1

2

3

Karakteristik

Klasifikasi

Jumlah

Prosentase

Jenis Dagangan

Makanan

5

11,90

Minuman

6

14,29

makanan dan minuman

14

33,33

pakaian

3

7,14

asesoris

3

7,14

sepatu/sandal

2

4,76

permainan

9

21,43

lainnya

0

0,00

gelaran/lapak

6

14,29

asongan

0

0,00

gerobak dorong

9

21,43

warung bergerak (becak/mobil)

13

30,95

warung semi permanen

14

33,33

10.00-17.00

19

45,24

17.00-22.00

9

21,43

14

33,33

Model Berjualan

Waktu

10.00-22.00
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan PKL di Lapangan Merdeka memperlihatkan sifat layanan PKL yang
menetap, semi menetap, dan bergerak. Sesuai dengan cirinya PKL menetap adalah
PKL yang berjualan menetap pada suatu tempat tertentu dengan sarana fisik
berdagang berupa kios atau meja, kereta beratap. Sedangkan unutk PKL semi
menetap adalah disebabkan berdagang dengan waktu tertentu dan dapat berpindah
sewaktu-waktu.
PKL di lokasi penelitian pada umumnya adalah pedagang dengan sifat layanan
menetap, secara kondisi bangunan tempat berjualan terdiri warung (lapak) bergerak
yaitu 30,9%, untuk warung (lapak) semipermanen sebanyak 33,3%. Permasalah
estetika sebenarnya adalah pada kondisi bangunan berjualan yang diperlihatkan oleh
pedagang semipermanen, kehadiran bangunan ini terdiri tenda-tenda, rak-rak jualan
(stealing), meja, dan kursi yang posisinya tetap selama 24 jam.
Jenis usaha bergerak atau lapak gelaran yang banyak dilakukan adalah jenis
permainan dan aksesoris lainnya, kegiatan ini berlangsung setiap hari, dalam kurun
waktu seminggu sebagian pedagang kaki lima mengatakan bahwa mereka tidak
memiliki hari libur, bahkan pada hari libur menjadi hari dimana terjadi peningkatan
pendapatan disebabkan meningkatnya kunjungan warga. Keanekaragaman warna,
bentuk sarana berjualan yang ada, akhirnya secara visualisasi memberi kesan kumuh
pada sisi timur laut Lapangan Merdeka.
Waktu yang digunakan oleh PKL adalah pukul 10.00-17.00 sebanyak 19 pedagang,
untuk waktu pukul 17.00-22.00 sebanyak 9 pedagang, dan 14 pedagang
menggunakan waktu dari pukul 10.00-22.00. hasil tersebut jika dihubungkan dengan

Universitas Sumatera Utara

model berjualan maka didapati kegiatan dagang menggunakan jenis lapak
semipermanen adalah responden yang menggunakan waktu berjualan dari pukul
10.000 sampai 22.00.
5.2

Kajian persepsi PKL terhadap penataan Lapangan Merdeka

Kebijakan penataan akan menjadi proses dinamika yang meliputi interaksi banyak
faktor teridentifikasi, persepsi pedagang menjadi awal dasar dalam menampilkan
informasi sehingga kebijakan dapat menjadi advis planning bagi proses implementasi
kedepannya.
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang
pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka Binjai dapat disesuaikan dengan
implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang
apakah syarat agar implentasi kebijakan dapat berhasil, ada empat variabel yang
dikemukan olehnya, penataan yang dilakukan akan menjadi kebijakan public yang
harus dilaksanakan secara simultan karena satu dengan lainnya memiliki hubungan
yang erat. Adapun variabel tersebut adalah komunikasi, sumber daya, sikap
(dispositions or attitudes) serta struktur birokrasi.
Beberapa karaktersitik rensponden yang menjadi indikator penataan Lapangan
Merdeka Kota Binjai diantaranya adalah alasan lokasi berjualan, apa pendapat
pedagang sebagai responden memilih Lapangan Merdeka atau bagian dari lapangan
merdeka sebagai lokasi berjualan. Klasifikasi karakter 30,9% responden memilih
dikarenakan banyak pengunjung selain sebagai ruang terbuka lokasi juga berada di
kawasan pelayanan pemerintah, kemudian 26,19% memilih disebabkan lokasi berada

Universitas Sumatera Utara

di pusat kota, Lapangan Merdeka Binjai telah dikenal seluruh warga Binjai dan
menjadi lokasi tujuan warga kota, seperti yang terlihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Lapangan Merdeka Binjai
No

Karakteristik

1

Alasan berlokasi

2

Daya tarik Lokasi
untuk berdagang

Klasifikasi
teduh dan nyaman
sarana jalan dan parkir baik
ada fasilitas pendukung
banyak pengunjung
mudah dijangkau kendaraan
pusat kota, sehingga dikenal
oleh masyarakat
terdapat kelompok jualan yang
sama
kelompok yang tidak sama
dagangannya
pusat kegiatan perkotaan
mudah dijangkau kendaraan
tempat yang aman dari
singgungan dan ramai

Jumlah
9
2
0
13
7

Prosentase
21,43
4,76
0,00
30,95
16,67

11

26,19

17

40,48

0

0,00

14
0

33,33
0,00

11

26,19

Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

Daya tarik lokasi bagi pedagang diperoleh dari wawancara, bahwa para pedagang
berjualan melihat keberadaan usaha yang sudah ada. Terdapat kelompok usaha yang
sama menjadi pilihan bagi pedagang kaki lima dengan jumlah pemilih 17 responden
atau 40,8% disertai 33,33% responden memilih pusat perkotaan sebagai daya tarik
lapangan merdeka.
Konsumen pedagang kaki lima didominasi oleh remaja/i, hasil pengamatan
dilapangan responden mengatakanpengunjung-pengunjung kebanyakan adalah para
pemuda yang mangkal bersama teman-teman, atau juga yang menghabiskan waktu

Universitas Sumatera Utara

bersama pasangannya. Waktu berkunjung para pemuda ini berkisar pukul 15.00
sampai 19.00 setelah waktu tersebut konsumen berpindah kepada klasifikasi keluarga
baik bapak dan anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Kunjungan ini tentunya untuk
menikmati segmen jasa permainan seperti kolam pancing, odong-odong, dan
permainan keluarga lainnya.

Tabel 5.4
Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Penataan Lapangan Merdeka Binjai
No

1

2

3

4

5

Karakteristik

Konsumen

Pilihan lokasi
berdagang

Persepsi Terhadap
Lapangan Merdeka

lokasi penataan PKL

Persepsi penataan

Klasifikasi

Jumlah

Prosentase

ibu-ibu dan anaknya

10

23,81

bapak-bapak

9

21,43

Keluarga (bapak/ibu dan anak)

3

7,14

remaja (putra-putri)

20

47,62

orang tua (lansia)

0

0,00

terdapat kelompok jualan yang sama

25

59,52

kelompok yang tidak sama dagangannya

0

0,00

mencari sesama saudara/suku

11

26,19

tepi jalan yang ramai dilalui

0

0,00

tempat yang aman

6

14,29

tempat pelaksanaan acara Kota Binjai

15

35,71

sarana olahraga Kota Binjai

15

35,71

ruang terbuka sebagai pusat kota Binjai

5

11,90

lapangan kebanggaan Kota Binjai

7

16,67

di dalam lapangan merdeka

4

9,52

di badan jalan

2

4,76

di lokasi yang baik tetapi tidak lepas dari
pengunjung lapangan Merdeka
di lokasi lainnya yang diperbolehkan
berdagang
pembatasan lapak serta peningkatan
fasilitas
pembatasan waktu serta peningkatan
fasilitas

32

76,19

4

9,52

22

52,38

6

14,29

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4 ( Lanjutan)
No

Klasifikasi
kepastian hukum disertai naiknya
restribusi
pemindahan lokasi PKL kelokasi yang
lain

Jumlah

Prosentase

6

14,29

8

19,05

lapak permanen

17

40,48

penanganan sampah

8

19,05

kamar mandi dan air bersih

9

21,43

tempat parkir

3

7,14

jalur pembeli
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

5

11,90

6

Karakteristik

Fasilitas yang
diinginkan

Kemudian bagaimana dengan persepsi pedagang terhadap Lapangan Merdeka, adalah
sama responden mengatakan bahwa Lapangan Merdeka Kota Binjai yang berada di
Kelurahan Tangsi Binjai Kota merupakan tempat pelaksanaan kegiatan Pemerintah
Kota Binjai, seperti halnya acara seni pemuda dan olahraga, upacara proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan sebagainya. Sebagai penilaian, pedagang kaki lima
menyadari bahwa lokasi mereka saat ini bukanlah tempat yang memiliki legalitas,
dalam artian bahwa lokasi saat ini bisa saja sewaktu-waktu dilakukan penertiban.
Mereka (pedagang) memaklumi bahwa Pemerintah Kota Binjai dapat melakukan
penertiban dengan alasan bahwa Lapangan Merdeka harus tertib dari hal-hal yang
mengganggu fungsinya. Tabulasi hasil wawancara telah menyatakan 76,1% pedagang
diantara kebimbingan, jika akan dilakukan penataan maka keinginannya adalah
dilokasi yang baik dengan lokasi yang tetap memiliki konsumen sama. Adapun
konsumen dimaksud adalah pengunjung tarikan dari Lapangan Merdeka dengan
aktivitas bangkitannya, perkantoran, dan sekolah atau kegaitan komersil disekitar
lokasi dimana mereka saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Jika demikian bentuk penataan terhadap sarana dan kepastian hukum menjadi penting
untuk melihat karakteristik pedagang terhadap implikasi pengaturan yang akan
disusun. Persepsi atas penataan penyusun coba untuk memberikan pilihan dalam
wawancara yang dilakukan, maka 52,33% dari total responden mengatakan bagian
dari tindakan penataan adalah pembatasan lapak dan diiringi oleh peningkatan
fasilitas pedagang seperti tersedianya air, tempat sampah, dan lainnya. Pembatasan
lapak dimaksud adalah bagian manakah yang boleh dipakai sebagai tempat dagangan,
bagaimana pengaturannya, apakah hanya pada jumlah pedagang yang ada saat ini
atau pemerintah membuka peluang baru bagi pedagang-pedagang lainnya.
Menjawab pertanyaan mengenai fasilitas apa yang diinginkan

oleh PKL maka

hasilnya menyatakan bahwa bahwa 17 orang atau 40,48% responden menyatakan
bahwa tempat permanen /tidak berpindah merupakan hal yang penting untuk
berdagang. Sementara fasilitas kamar mandi dan ketersediaan air bersih menjadi
prasarat yang cukup diinginkan (diajukan oleh 9 orang atau 21,4% responden).
Adapun tempat parkir yang baik untuk pembeli diajukan sebagai fasilitas yang perlu
oleh 3 orang atau 7,14% responden. Selebihnya penanganan sampah diajukan oleh 8
orang atau 19% responden dan 5 orang atau 11,9% responden menyatakan jalur
pembeli untuk pelengkap fasilitas berdagang,seperti yang terlihat pada tabel 5.4.
Pilihan diatas disikapi lebih baik, daripada mereka harus membayar lebih tinggi
restribusi ketika lokasi ini menjadi syah (legal) secara hukum. Atau lebih baik dari
pembatasan waktu berjualan, hal ini dapat menimbulkan keributan jika tidak diawasi

Universitas Sumatera Utara

secara baik. Pilihan tersebut sangat lebih baik daripada harus dipindahkan ke lokasi
lainnya, yang belum dapat dipastikan apakah bebas dari r