Analisa Faktor Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Discharge Planning Di RSUP Haji Adam Malik Medan

I Bidang Ilmu : Kesehatan

LAPORAN PENELITIAN
SKIM DOSEN MUDA
DANA PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

セ@

Mセ@

.2gJU3 エc| GMᄋ]セ@
DT£fl66 ,·8 ._セ@ _, }.J
M セ Mᄋ M。 セ@
I \1r2
____.__ ·1
. セNオAvmi|@
j セ
M スM MZ セ
セ@

ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MENGHAMBAT

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
DI RSVP HAJJ ADAM MALIK MEDAN
11

Lセュャ@

111

13000319

RIKA ENDAH NURHIDAYAH, SKp. MPd NIDDN :0020017602
DIAH ARRUUM, SKep. Ns, MKep
NIDDN: 0024117702

Dibiayai oleh:
Universitas Sumatera Utara, Sesuai Surat Penugasan dalam rangka
Pelaksanaan Program penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2012
No. 35/UN5.2.3.1/SP4/PPM/2012 tanggal1 Agustus 2012

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

FAKULTASKEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2012

-------

HALAMANPENGESAHAN
LAPORAN SKIM PENELITIAN DOSEN MUDA
DANA PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian

Bidang Ilmu
Ketua PeneJiti
Nama Lengkap
NIPINIK
NIDN
Pangkat/Golongan
Jabatan Fungsional
Fakultas/Jurusan
Alamat Institusi/Telpon/Faks

Alamat Rumah/Telp/E-mail
No. HP
Lokasi Penelitian
Lama Penelitian
Biaya yang Diperlukan
Sumber dari PNBP USU
SumberLain
Jumlah
Kerjasama dengan institusi lain
Nama Institusj
Alamat
Telepon/Fax/ E-mail

: Analisa Faktor Faktor yang Menghambat
Pelaksanaan Discharge planning di RSUP
Haji Adam Malik Medan
: Pendidikan Keperawatan/Manajemen
Keperawatan
: Rika Endah Nurhidayah, SKp. MPd
: 19760120 200012 2 001

: 0020017602
: Penata/illc
: Lektor
: Keperawatan/Keperawatan Dasar
: Jl. ProfMaas No.3
: Jl. Keluarga No.92, Asam Kumbang, Medan
/[email protected]
: 081397029097
: RSUP H. Adam Malik Medan
: 5 bulan, Juni s.d. November
: Rp. 5.500.000
: Rp. 0
: Rp. 5.500.000
(- .. . ... .... ............ ................ ..... . Rupiah)

Medan, 17 November 2012

a Endah N, SKp. MPd
. 19760120 200012 2 001
Menyetuj1•i

Bidang Penelitian '
Ketua,

USU

Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE
NIP. 19520525 198003 1 003
1

Analisa Faktor Faktor yang lVIenghambat Pelaksanaan Discharge planning di
RSUP Haji Adam Malik Medan
Rika Endah Nurhidayah, Diah Arruum

Abstrak

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen
pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit. Selama ini discharge planning
sering diidentikkan dengan pemberian pelayanan atau persiapan menjelang pasen
pulang. Pelaksanaan discharge planning yang optimal dapat mengurangi hari
perawatan, yang tentu saja akan mengurangi biaya perawatan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor faktor yang menghambat
pelaksanaan discharge planning di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif eksploratif
Dengan jumlah sampel 38 perawat pelaksana dan 13 orang perawat yang
berhungan dengan pengambilan kebijakan yaitu kepala ruangan, kepala kelompok
kerja, wakil kepala instalasi dan tim Mutu dengan teknik random sampling. Data
dikumpuikan dengan penyebaran angket bagi perawat pelaksana dan wawancara
bagi para pengambil kebijakan, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk
distribusi frekuansi. Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada tiga faktor
yang dianggap berkontribusi terhadap hambatan pelaksanaan discharge planning
faktor individu merupakan hambatan terbesar yaitu 97,4%, sedangkan faktor
organisasi yang terkecil yaitu 26,3 dan faktor medikasi memiliki bobot yang sama
yaitu 50%.

Kata Kunci: faktor individu, organisasi dan medikasi

2

PRAKATA


Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahnya, sehingga
laporan penelitian yang berjudul "Analisa Faktor Faktor yang Menghambat
Pelaksanaan Discharge planning di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan". Peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu.

Akhirnya, peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami masih
memerlukan

masukan, saran, ataupun kritik yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan penelitian ini.

Medan, November 2012

Peneliti

3


DAFTARISI

.......,

•r-:JK?.- - -

Judul ......... ........... ................ ... .. . ..... .. ............................... .
Lembar Pengesahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

1

Abstrak... .. . . . . ... . .. .. . .. . . . . . . . . .. . .. .. . .. . . . . . . . ... .. . . . . . . . ... . . . ... . . . ... .. . .

2

Prakata.... .. . . . . .. . .. .. . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . .. . . . . . .. ... . .. . .. .. . . . . . .. . .. ... . .. ......

3

Daftar lsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..


4

Daftar Tabel . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

5

Daftar Lampiran ................................ . ..... .

6

BAB 1 PENDAHULUAN

7

BAB 2 TINJAUANPUSTAKA.. ..... .............................. .. ..........

10

BAB 3 TUJUANDANMANFAAT ........................... .... .........


19

BAB 4 METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

24

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .

42

DAFT AR PUST AKA

43

LAMPIRAN


44

4

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1

Distribusi Demografi Perawat Pelaksanan tentang Faktor

24

Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Discharge Planning di
RSUP HAM Medan
Tabel 5.2

Distribusi Demografi Pengambil Kebijakan Keperawatan
Pelayanan

tentang

Faktor

Faktor

yang

25

Menghambat

Pelaksanaan Discharge Planning di RSUP HAM Medan
Tabel 5.3

Analisa Faktor Faktor yang Menghambat Pelaksanaan

26

Discharge Planning di RSUP HAM Medan

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Jadwal Pelaksanaan

Lampiran 2

Biaya Penelitian

Lampiran 3

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 4

Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5

Instrumen Penelitian

Lampiran 6

Surat Izin Penelitian

Lampiran 7

Berita Acara Seminar

Lampiran 8

Master data

6

BABl

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit memiliki prinsipprinsip utama dalam pelayanan kesehatan yang memfokuskan pelayanan kepada
pasien, memperbaiki kinerja staf di rumah sakit, dan menerapkan praktik
kesehatan yang sesuai standar (Djojosugito, 2001). Pelayanan kesehatan tersebut,
harus dapat mencapai pelayanan kesehatan yang prima, yang sehingga dapat
memperbaharui pelayanan kesehatan (Malvarez, 2005). Oleh karena itu,
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat di rumah sakit harus dapat
mencapai pelayanan kesehatan yang prima sebagai suatu cara dalam menghadapi
persaingan. Namun sampai saat ini, salah satu masalah yang

masih dihadapi

dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan discharge planning.

Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan perawatan
secara kontinu, memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
setelah pulang (Swansburg, 2000). Foust (2007, dalam Hager, 2010) menyatakan
bahwa discharge planning merupakan pelayanan keperawatan sehari-hari yang
memberikan tantangan bagi perawat untuk pasien di rumah sakit. Discharge

planning yang dilakukan dengan baik di ruang perawatan memiliki dampak yang
positif seperti dapat menurunkan biaya dan menurunkan lama hari rawat di rumah
sakit (Cox, 1996).
Tantangan dalam pelayanan keperawatan melalui discharge planning
memberikan banyak manfaat bagi pasien. Manfaat discharge planning adalah
dapat menurunkan lamanya hari rawat pasien (Length of Stay) di ruang rawat inap,
memberikan hubungan kolaborasi kerja yang baik antara perawat dengan tim
kesehatan lainnya di ruangan (Hager, 201 0). Penelitian

pendahuluan

telah

dilakukan oleh Arruum dan Nurhidayah (20 11) tentang pelaksanaan discharge

planning di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan,
ditinjau dari perspektif perawat dan pasen. Hasilnya hampir tidak terdapat

7

perbedaan antara pelaksanaan discharge planning berdasarkan kedua perspektif
yaitu perspektif perawat maupun pasen.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan
sebelumnya sesuai dengan road map penelitian yang direncanakan. Secara
terperinci hasil penelitian Arruum dan Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa
pelaksanaan discharge planning oleh perawat berdasarkan perspektif pasien
menunjukkan bahwa pengkajian 56,1% dilakukan, diagnosa keperawatan 54,3%
tidak

dilakukan,

intervensi

keperawatan

52,9%

dilakukan,

keperawatan 53,9% tidak dilakukan, evaluasi 57,4% dilakukan.

implementasi
Sedangkan

pelaksanaan discharge planning perawat ditinjau dari perspektif perawat
pelaksana menunjukkan pengkajian 54,2% dilakukan, diagnosa keperawatan
50,5% dilakukan,

intervensi keperawatan 58,4% dilakukan,

implementasi

keperawatan 61, 1% dilakukan, evaluasi 63,2% dilakukan.
Mengacu pad a hasil penelitian Arruum dan Nurhidayah (20 11) bahwa
persentase pelaksanaan discharge planning pada setiap proses keperawatan masih
sama besar dengan persentase tidak terlaksananya discharge planning tersebut.
Terdapat banyak faktor yang dapat menghambat pelaksanaan discharge planning.
Berdasarkan

hasil

penelitian Pirani

(20 10)

tentang

discharge planning

memaparkan bahwa faktor-faktor yang dapat menghambat pelaksanaan discharge

planning adalah faktor individu, faktor organisasi, dan faktor medikasi. Karena
masih besarnya persentase tidak terlaksananya discharge planning di RSUP HAM
Medan, maka peneliti tertarik untuk menganalisis Iebih jauh faktor-faktor yang
dapat menghambat pelaksanaan discharge planning di RSUP HAM Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Discharge planning merupakan rencana pemulangan pasien yang dimulai
sejak pasen masuk sampai pasien pulang dan berlanjut dengan keperawatan yang
dilakanakan di rumah. Akan tetapi pelaksanaan discharge planning tidaklah
semulus yang diharapkan. Sampai saat ini pelaksanaan discharge planning hanya
sebatas pada pelaksanaan pasen pulang saja. Setiap perawat akan berusaha untuk
dapat melaksanakan discharge planning.

Sebab discharge planning yang

8

terlaksana dengan baik akan dapat mengurangi lamanya hari rawat pasen (length
of stay) di rumah sakit.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap pelaksanaan discharge

planning ini . Beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan discharge
planning mengacu pada penelitian Pirani (2000) yaitu individu, organisasi, dan
medikasi. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat Inap
Terpadu B (Rindu B) RSUP HAM Medan.

9

2.1 Pengertian

Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan perawatan
secara kontinu, memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
setelah pulang (Swansburg, 2000). Selama ini discharge planning sering
diidentikkan dengan pemberian pelayanan atau persiapan menjelang pasen pulang.
Padahal discharge planning dimulai sejak pasen masuk rumah sakit sampai
menjelang pulang. Pelaksanaan discharge planning yang

optimal

dapat

mengurangi hari perawatan, yang tentu saja akan mengurangi biaya perawatan.
Hal ini sesuai sesuai dengan pendapat Cox (1996) bahwa discharge planning yang
dilakukan dengan baik di ruang perawatan memiliki dampak yang positif seperti
dapat menurunkan biaya dan menurunkan lama hari rawat di rumah sakit.

2.2 Pemberian layanan keperawatan berdasarkan discharge planning
Pelayanan keperawatan melalui discharge planning menrut Perry dan
Potter (2005) sebagai berikut :
a) . Pengkajian
1. Sejak pasien

masuk, kaji

kebutuhan pemulangan pasten dengan

menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care

giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik
pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber
finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat
pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.
2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis di
rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan
terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien
(seperti membaca, menonton video, mendengarkan petunjuk-petunjuk).
Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi tertulis yang layak

10

tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda-beda dapat mengefektifkan
cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.
3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga tentang lingkungan di
dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti
ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, Iebar jalan, fasilitas kamar
mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di
rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
4. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada
pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang
lebih luas.
5. Kaji persepsi pasten dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan
keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan
kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin
perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk
mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara
keduanya.
6. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasan.
7. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik
spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah) . Tentukan
kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.

b). Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual
berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan
yang dapat ditegakkan antara lain
1. Kecemasan; hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.
11

2. Tekanan; terhadap care giver. Hal yang menyebabkannya adalah
ketakutan.
3. Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah.
Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal : makan,

toileting, berpakaian, mandi/kebersihan.
4. Stres sindrom akibat perpindahan. Hal ini berhubungan dengan
upaya meningkatkan pertahanan atau pemeliharaan di rumah.
c) Perencanaan
Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana
keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),
penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan
mencari pengobatan akibat masalah yang timbul.
2) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau
anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan).
3) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi
kesehatannya telah diubah.

d) Pelaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan
yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang
dilakukan pada hari pemulangan.
1). Persiapan sebelum hari pemulangan pasien
a) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi
memenuhi kebutuhan pasien.
b) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan
informasi

tentang

sumber-sumber

pelayanan

kesehatan
12

komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien berada
di rumah.
c) Mengidentifikasi hambatan dan kemauan untuk belajar,
melakukan pengajaran pada pasien dan keluarga secepat
mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan
gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan,
kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan,
pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan).
Parnflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan
kepada pasien. Pasien juga dapat diberitahu tentang sumbersumber informasi yang ada di internet.
d) Komunikasikan

respon

pasten

dan

keluarga

terhadap

penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota
tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.
2). Pelaksanaan pada hari pemulangan
Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari
pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun
aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain :
a) Menganjurkan

pasten

dan

keluarga

bertanya

dan

mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di
rumah

atau mendemonstrasikan

keterampilan

lain yang

bermanfaat bagi pasien.
b) Memeriksa instruksi pemulangan dokter, memasukkan dalam
terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus.
(Instruksi

harus

dituliskan

sedini

mungkin)

Persiapkan

kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan alat-alat yang
dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti tempat
tidur rumah sakit, oksigen,feeding pump).
c) Menentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan
dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah.

13

-------------

-

d) Menawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasten dan
mengepak semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien
sesuai kebutuhan.
e) Memeriksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barangbarang pasien tidak tertinggal. Dapatkan daftar pertinggal
barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh pasien,
dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk
menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.
f) Mempersiapkan pasien dengan resep pengobatan pasien sesuai

dengan yang instruksi oleh dokter. Lakukan pemeriksaan
terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan
yang aman untuk administrasi diri.
g) Memberikan informasi tentang petunjuk untuk pemeriksaan
ulang.
h) Menghubungi kantor agen bisnis untuk menentukan · apakah
pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan
pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi
kantornya.
i) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasten.
Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans.
Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan
oleh usungan ambulans.
j) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan
sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi
pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan
sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien
pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi.
Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke
dalam kendaraan.

14

k) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada
departemen

pendaftaran/penerimaan.

lngatkan

bagian

kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien.

e) Evaluasi
1) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,
pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang
harus dilaporkan kepada dokter.
2) Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
3) Perawat yang melakukan
keadaan

rumah,

perawatan

mengidentifikasi

rumah

memperhatikan

rintangan

yang

dapat

membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan discharge planning
Pelayanan discharge planning dapat mengalami keterlambatan,
menurut Black dan Pearson (2002, dalam Pirani, 2008) terdapat tiga hal yang
menyebabkan keterlambatan discharge planning, yaitu:
a. Faktor Individu
Pada faktor individu yang mempengaruhi adalah usia, pilihan individu itu
sendiri terhadap pelayanan yang diberikan, emosi, dukungan keluarga atau
kerabat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laughlin & Colwell (2002,
dalam Pirani, 2005) menyatakan bahwa lamanya hari rawat pasien di
rumah sakit untuk usia 65 tahun yang mengalami dimensia dibanding usia
lainnya.
b. Faktor Organisasi
Pada faktor ini, penyebab keterlambatan adalah karena dukungan
pelaksanaan home care belum optimal, dan fasilitas rehabilitasi lainnya
yang belurn mendukung.

RP ... . 1

\J

15

c. Faktor Medikasi
Pada faktor ini rata-rata penyebab keterlambatan discharge planning
adalah karena diagnosa penyakit seperti penyakit gangguan syaraf,
gangguan sirkulasi dan gangguan mental.

2.4 Komponen discharge planning
Beberapa komponen dalam discharge planning, yaitu
a. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara individu untuk
mempertahankan, menetapkan, serta memberi respon pada individu yang
menerima informasi (Potter dan Perry, 2005). Komunikasi merupakan
pertukaran pikiran, gagasan, informasi antara individu yang dimulai dua
orang atau lebih (Marquis dan Huston, 201 0).
Komunikasi dalam kesehatan merupakan komunikasi terapetuik.
Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat menggunakan
pendekatan yang terencana untuk mempelaj ari kesehatan pasien.
Hubungan antara perawat dan pasien terjalin. Komunikasi teraputik
disampaikan secara rahasia untuk pasien agar pasien merasa nyaman.
Perawat dalam memberikan pelayanan memberikan informasi untuk
kepentingan pasien dan memaksimalkan rencana perawatan (Potter dan
Perry, 2005). Berdasarkan hal tersebut maka dengan komunikasi yang
terapeutik diberikan pada pasien dapat dimulai sejak pasien dirawat
hingga persiapan pasien pulang sebagai perawatan lanjutan di rumah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi yaitu
persepsi, emosi, latar belakang social budaya, jenis kelamin, pengetahuan,
dan lingkungan (Potter dan Perry, 2005).
b.

Koordinasi
Koordinasi adalah proses penyatuan tujuan dan kegiatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Handoko, 1998). Koordinasi

16

dalam organisasi dapat dipengaruhi oleh perbedaan orientasi tujuan,
perbedaan orientasi waktu, perbedaan antar pribadi dan perbedaan
struktural. Apabila koordinasi tidak dapat dilakukan dengan baik, maka
akan ang efektif. Adapun bebaerapa dapat menimbulkan hambatan dalam
pencapaian tujuan, Oleh karena itu perlu diciptakan korrdimasi yang
efektif. Ada mekanisme dasar dalam pencapaian koordinasi yaitu:
Hirarki

manajerial.

Koordinasi

ini berupa adanya informasi,

wewenang formal, tanggung jawab.
Aturan dan prosedur. Koordinasi m berupa adanya aturan dan
prosedur dari manajerial yang dibuat untuk melakukan tugas rutin.
Rencana dan penetapan tujuan Koordinasi ini berupa pengembangan
rencana dan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pengarahan (Handoko, 1998).
Pada koordinasi, menurut Swansburg (2000) bahwa semua kebijakan
dan prosedur dikomunikasikan pada staf sehingga memiliki perencanaan
komunikasi yang baik.
c. Pendidikan Kesehatan
Pemberian pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga merupakan
tanggung jawab perawat. Perawat mempunyai tanggung jawab utama
untuk memberi instruksi pada pasien tentang masalah kesehatan, hal-hal
yang harus dihindari, penggunaan obat-obatan di rumah, jenis komplikasi
yang harus diinformasikan ke dokter, dan sumber bantuan yang tersedia
(Potter dan Perry, 2005).
d. Kolaborasi

American Nurses Association (ANA): Baggs & Schmitt,l988; Evans
& Carlson, 1992; Shortridge, McLain, & Gillis1986, (cit. Siegler &

Whitney, 1994). et al., (cit. Siegler & Whitney, 1994 dalam Paryanto,
2006) menyebutkan bahwa kolaborasi sebagai hubungan timbal balik
dimana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar
untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.

17

Praktik

kolaborasi

menekankan

tanggung

j awab

bersama

dalam

menajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan
bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi. Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum .

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di
suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang
waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning
yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensiftentang kebutuhan pasien yang
berubah-ubah, pemyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk
memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

18

BAB3
TUJUAN DAN MANFAA T PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
3.1 Tujuan

3.1.1 Tujuan Umum
Menganalisa Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan discharge
planning di RSUP H. Adam Malik Medan

3 .1.2

Tujuan Khusus
a. Menganalisa faktor individu yang menghambat pelaksanaan
discharge planning di RSUP H. Adam Malik Medan.
b. Menganalisa faktor organisasi yang menghambat pelaksanaan
discharge planning di RSUP H. Adam Malik Medan.
c. Menganalisa faktor individu yang menghambat pelaksanaan
discharge planning di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2 Manfaat Penelitian

3.2.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Manfaat penelitian ini adalah rumah sakit dapat mengetahui faktor
yang dapat menghambat pelaksanaan discharge planning yang telah
diterapkan saat ini dan menjadi hambatan dalam pelaksanaannya yang
belum optimal.
3 .2.2 Manfaat Bagi Pendidikan
Dengan dilakukan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi
terkait faktor-faktor yang menghambat discharge planning di rumah sakit.
Selain itu dapat memberikan masukan bahwa discharge planning sangat
penting diterapkan guna untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit.

19

BAB4

METODE PENELITIAN

4.1

Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif

eksploratif Tujuannya untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi Faktor Faktor
apa saja yang Menghambat Pelaksanaan Discharge Planning di RSUP. HA.J.\1
Medan.

4.2

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Juli 2012

sampai dengan bulan November 2012 di RSUP HAM Medan. Alasan pemilihan
lokasi ini, karena RSUP HAM Medan merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Sumatera Bagian Utara. Penelitian ini
merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya tentang Pelaksanaan Discharge

planning ditinjau dari PerspektifPerawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUP
HAM Medan. Ruangan yang dipilih adalah Unit Kardiovaskuler dan Rindu B.
Keduanya merupakan ruang rawat inap dengan tingkat ketergantungan perawatan
pasen yang tinggi dan hari rawat yang lebih lama.

4.3

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Unit

Kardiovaskuler, ruang Cardia Vascular Care Unit (CVCU), Rindu B2 terbagi
lagi menjadi dua yaitu RB2A dan RB2B, Rindu B1 yang terdiri dari Rindu Bl
Anak, Rindu B Obgin (kebidanan), dan Rindu Perinatologi. Jadi total jumlah
perawat ada 150 orang. Karena jumlah total populasi lebih dari 100 orang, maka
sebagai sampel diambil sekitar 10-25% dari umlah populasi (Arikunto, 2005).
Teknik samplingnya adalah random sampling, terpilih 37,5 orang yang dibulatkan
menjadi 38 orang.

20

Selain perawat pelaksana, sampel penelitian juga ada yang berasal dari
para pengambil kebijakan itu yang diwakili oleh 2 orang dari Tim Mutu RS, 6
orang kepala ruangan, seorang wakil kepala instalasi dan 4 orang kepala
kelompok kerja (pokja/pengawas). Teknik sampel pada populasi ini adalah cluster

sampling. Pertimbangan memilih teknik ini karena pelaksanaan discharge
planning memang mulai disosialisasikan di semua ruangan, akan tetapi
diprioritaskan pada ruangan yang memiliki pasen dengan tingkat ketergantungan
yang tinggi (totaly care) yaitu unit kardiovaskuler dan Rindu B yaitu ruang
Bedah, dengan asumsi hambatan yang muncullebih bervariasi.

4.4

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan terbagi atas dua bagian. Bagian

pertama yaitu data demografi ·perawat yang terdiri dari jenis kelamin, usia, status
pernikahan, suku bangsa, pendidikan terakhir, dan status pekerjaan. Bagian kedua
instrumen tentang faktor-faktor discharge planning yang terdiri dari faktor
individu, faktor organisasi dan faktor medikasi.
Instrumen untuk perawat pelaksana menggunakan angket tertutup, akan

I

tetapi sediakan kolom apabila merasa ada hal yang perlu untuk ditambahkan.
Sedangkan instrumen untuk kepala ruangan, kepala instalasi dan bagian-bagian
lain yang dianggap terlibat dalam pelaksanaan discharge planning menggunakan
pedoman wawancara.
Instrumen discharge planning perawat yang digunakan merupakan hasil
dari modifikasi instrumen menurut Potter dan Perry (2006). Modifikasi dilakukan
untuk menyesuaikan isi instrumen dengan kondisi RSUP HAM. Belum dilakukan
uji validitas dan reliabilitas ulang.

4.5.

Teknik Pengumpulan Data

4.5.1. Teknik Administrasi
Prosedur administrasi dalam penelitian ini dimulai dengan mengurus surat

tzm ke rumah sakit yang telah disetujui oleh pihak Akademik, apabila telah
21

disetujui peneliti berkoordinasi dengan Bagian Bidang Keperawatan dan Kepala
Instalasi Rindu B, serta kepala ruangan di masing-masing ruang rawat inap RSUP
HAM Medan. Kemudian peneliti menyaring data responden yang ada di ruang
rawat unit dan kardiovaskuler. Untuk setiap responden akan diberikan kuesioner
dan akan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
4.5.2. Prosedur Teknis
Setelah

melalui

prosedur

administasi,

peneliti

telah

melakukan

pengumpulan data. Peneliti menyebarkan kuesioner di saat perawat sedang
istirahat atau sedang tidak sibuk bekerja. Waktu yang paling efektif adalah setelah
makan siang sampai menjelang pergantian ship kerja antara ship pagi dengan sore
karena pada jam ini kegitan yang yang berhubungan dengan pasen sudah tidak
terlalu banyak. Selanjutnya, peneliti menemui responden untuk menjelaskan
tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan proses penelitian.
Setiap responden dipersilahkan untuk membaca surat izin/persetujuan
responden dan apabila responden bersedia maka resonden dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan tersebut dan dilanjutkan dengan pengisian
angket khusus untuk perawat pelaksana saja.
Metode pengumpulan data pada para pengambil kebijakan dilaksanakan
dengan teknik wawancara terpimpin. Wawancara harus betul-betul mencari
kelapangan waktu perawat agar hasil wawancara lebih baik dan akurat, mengingat
kedua ruangan yang dipilih adalah ruangan rawat dengan tingkat ketergantungan
tinggi akan pelayanan keperawatan.

4.6.
4.6.1.

Pengolahan dan Teknik Analisis Data
Pengolahan Data
Setelah selesai pengumpulan data maka peneliti mengecek kelengkapan

kuesioner. Proses analisis data terhadap variabel penelitian didahului oleh proses

editing, coding, processing, cleaning. Pengolahan data menggunakan bantuan
program komputerisasi .

22

4.6.2.

Analisis Data

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data demografi perawat
digunakan data kategorik dengan melihat jumlah dan prosentase masing-masing
kelompok. untuk jenis kelamin, suku, status menikah, status peketjaan dan juga
menggunakan data numerik untuk usia perawat. Data kategorik pada variabel
penelitian adalah discharge planning perawat. Hasil wawancara akan dipaparkan
secara deskriptif

23

BABS
BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan tentang Analisa Faktor
Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Discharge planning di RSUP Haji Adam
Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada Juni sampai Nopember 2012.

5.1. Basil Penelitian
Tabel5.1
Distribusi Demografi Perawat Pelaksana tentang Faktor-Faktor yang
Menghambat Pelaksanaan Discharge Planning di RSUP H. AdamMalik
Medan, Oktober 2012 N='}B
Varia bel
Usia
Mean: 36,68 = 37 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Suku
Jawa
Batak
Padang
Aceh
Lain-lain
Status Menikah
Menikah
Belum Menikah
Pendidikan
Dill Keperawatan
S1 Keperawatan
Status Kepegawaian
PNS
NonPNS
LamaKerja
Mean: 10,76 = 11 tahun

Frekuensi

Persentase (%)

1
37

2,6
97,4

2
31

5,3
81,6
2,6
2,6
7,9

1

1
3
35
3

92,1
7,9

22
16

57,9
42,1

37
1

97,4
2,6

24

Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa usia perawat pelaksana di RSUP H.
Adam Malik Medan termasuk dalam usia produktif yaitu 36,68 tahun atau 37
tahun, dengan jenis kelamin mayoritas perempuan 97,4%,

mayoritas bersuku

Batak 81 ,6% dan sudah menikah 92,1%, dengan mayoritas status pendidikan DIII
Keperawatan 57,9%, mayoritas PNS 97,4%, dengan lama kerja rata-rata 10,76
atau 11 tahun, termasuk dalam lama kerja yang panjang.

Tabel5.2
Distribusi Demografi Pengambil Kebijakan Pelayanan Keperawatan tentang
Faktor-Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Discharge Planning di RSUP
H. Adam Malik Medan, Oktober 2012 N=13
Varia bel
Jenis Kelamin
Perempuan
Status Menikah
Menikah
Pendidikan
S 1 Keperawatan
S 1 Kesehatan
S2 Keperawatan
S2 Kesehatan
Status Kepegawaian
PNS
Lama Kerja
Mean: 17,35 = 17 tahun
Posisi Jabatan
Wakil Kepala Instalasi
Kepala Kelompok Kerja
Kepala Ruangan
TimMutu

Pada tabel 5.2

Frekuensi

Persentase (%)

13

100

13

100

10
1
1
1

76,9
7,7
7,7
7,7

13

100

7,9
30,8
46,2
15,4

1

4
6
2

menunjukkan bahwa jenis kelamin semua pengambil

kebijakan yang menjadi sampel adalah perempuan

100%,

dan semua sudah

menikah dan sudah PNS . Mayoritas status pendidikan sarjana keperawatan
sebanyak 76,9%, namun tiga dari mereka sedang menjalani program magister
keperawatan di Universitas Sumatera Utara. Lama kerja rata-rata bila dihitung

25

-------------------------

sejak menjadi pegawai sudah sangat lama yaitu 17,35 tahun. Sedangkan posisi
jabatan

dari

pengambil

kebijakan

yang

berhubungan

langsung

dengan

keperawatan bervariasi mulai dari wakil kepal instalasi, kepala kelompok kerja,
kepala ruangan dan tim Mutu RSUP HAM Medan.

Tabel5.3
Analisa Faktor-faktor yang Menghambat Discharge Planning menurut
Perawat Pelaksana di RSUP H. Adam Malik Medan 2012 N=38
Varia bel

Ada Hambatan

Tidak ada Hambatan

f

%

f

%

Faktor Individu

37

97,4

1

2,6

Faktor Organisasi

10

26,3

28

73,7

Faktor Obat

19

50,0

19

50,0

Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa menurut pendapat perawat pelaksana
pada ruangan yang menjadi sampel di RSUP HAM Medan, memilih faktor
terbesar yang menjadi hambatan untuk pelaksanaan discharge planning berasal
dari faktor individu sebesar 97,4%. Sedangkan faktor organisasi telah mendukung
untuk pelaksanaan discharge planning yaitu sebesar 73,7%. Sementara dari faktor
medikasi antara hambatan dan dukungan sama besarnya.

26

RINGKASAN BASIL WA \VANCARA DENGAN KEPALA KELOMPOK
KERJA DAN WAKIL KEPALA INSTALASI RSUP HAM MEDAN

Basil Wawancara:
a.

Faktor Organisasi

1. Adakah kebijakan dan standar yang ditetapkan dari rumah sakit tentang
pelaksanaan discharge planning untuk perawat di ruangan ini? (mulai
dari pasien masuk hingga pulang, dan perawatan di rumah).
Kebijakan rumah sakit ada untuk discharge planning, biasanya
diawali dulu dari rapat, kemudian sosialisasi pada semua pihak terkait.
Apabila telah disepakati akan ada surat keputusan dari direktur utama.
Ada juga yang mengatakan bahwa form discharge planning yang
sebenarnya belum ada, yang sudah ada adalah form discharge planning
yang disesuaikan dengan kebutuhan akreditasi.

2. Adakah sosialisasi dari saudara sebagai pimpinan tentang p elaksanaan
discharge planning di runah sakit ini?
Sosialisasi biasanya dilakukan secara bertahap dari pihak direksi
kepada kepala dan wakil kepala instalasi terkait, kemudian kepala dan
wakil kepala ini akan mensosialisasikan kepada kepala ruangan dan
perawat pelaksana.
Aturan untuk discharge planning telah ditetapkan dari Rumah
Sakit dan setiap pagi telah dilakukan monitoring dan evaluasi tentang
perencanaan pemulangan pasien ke seluruh staf Misalnya untuk setiap
pasien yang barn masuk sudah harus disampaikan tentang hak dan
kewajiban pasien, penyakit yang diderita pasien dan cara pencegahan
infeksi seperti cuci tangan.

3. Adakah format dokumentasi yang telah disiapkan dari rumah sakit untuk
pelaksanaan discharge planning selama perawatan di rumah sakit? (mulai
dari pasien masuk hingga pasien akan pulang, dan perawatan di rumah)
Format dokumentasi dari rumah sakit untuk discharge planning
sudah ada dan sudah disiapkan sejak pasen masuk.

27

Akan tetapi dalam melaksanakan discharge planning masih terdapat
hambatan, yaitu kurangnya waktu perawat untuk mengisi dan masih
kurang pahamnya sumber daya manusia yang ada tentang pentingnya

discharge planning bagi pasen.
Standar untuk perencanaan pemulangan pas1en telah ada pada
format Rekam Medis (IDvl) SOb. Setelah JCIA baru dibuat aturan untuk
perencanaan pulang pasien yang terdiri dari RM 23, RM 24, R.J.\1 30, RM
31A.

Pada RM 24 tentang catatan terintegrasi pasien dilakukan oleh
dokter, farmasi, nutrient, dan perawat. Jadi semua profesi bertanggung
jawab dalam dokumentasi RM 24. Penyuluhan dilakukan oleh tim dari
Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKMRS).
Hambatan pada pelaksanaan discharge planning adalah tidak ada
waktu untuk mengisi karena beban kerja yang tinggi terlebih lagi jika
pasien banyak.

4. Adakah anjuran saudara sebagai pimpinan kepada perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien terkait obat-obatan
danlatau penyakit pasien selama dirawat?
Anjuran untuk melaksanakan pendidikan kesehatan (penkes)
kepada pasen sudah ada. Perawat dianjurkan melaksanakan discharge

planning pada saat atau bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selain
itu untuk pelaksanaan penkes bisa menggunakan brosur-brosur yang sudah
ada atau pelatihan untuk tindakan-tindakan yang mudah dan dapat
dilakukan pasen secara mandiri.
Format discharge planning belum ada tetapi kegiatan penkes sudah
dilaksanakan. Ada formulir (RM 23) multi disiplin yang diisi bersama oleh
tim kesehatan. Sedangkan media untuk penkes sudah ada misalnya penkes
untuk luka bakar
Hambatan yang muncul terkait dengan masih adanya perawat yang
belum memahami pentingnya pendidikan kesehatan untuk pasien.
Kepatuhan perawat dalam menjalan pendidikan kesehatan kepada pasien
masih sekitar 50%. Contoh pendidikan kesehatan yang diberikan perawat
ke pasien di Unit Kardiovaskuler adalah DM, obat-obatan, diit nutrisi.

28

5. Adakah fasilitas rehabilitasi untuk pasien setelah pulcmg d.ari rumah sakit

ini?
Fasilitas ini telah ada namun pemanfaatannya belum optimal
karena kebanyakan pasen yang berasal dari daerah/pasen rujukan.
Sehingga sulit untuk dapat menikmati fasilitas ini.

29

RINGKASAN HASIL WA WANCARA DENGAN BAGIAN MUTU
RSUP HAM MEDAN

Hasil Wawancara:
a. Faktor Organisasi

1. Adakah kebijakan dan standar yang ditetapkan dari rumah sakit tentang
pelaksanaan discharge planning untuk permvat di ruangan ini? (mulai
dari pasien masuk hingga pulang, dan perawatan di rumah).
Kebijakan rumah sakit ada untuk discharge planning, biasanya
diawali dulu dari rapat koordinasi dengan semua bagian, terutama tim
yang termasuk dalam perstapan akreditasi oleh

Joint Comissioin

International Acredition (JCI). kemudian akan ditetapkan melalui surat
keputusan Direktur utama tentang pemberlakuan standar rekam medis
RSUPHAM.

2. Adakah sosialisasi dari saudara sebagai pimpinan tentang pelaksanaan
discharge planning di runah sakit ini?
Sosialisasi biasanya dilakukan secara bertahap dari pihak direksi
kepada kepala dan wakil kepala instalasi terkait, kemudian kepala dan
wakil kepala ini akan mensosialisasikan kepada kepala ruangan dan
perawat pelaksana. Adakalanya untuk suatu tindakan atau keterampilan
amaka akan dilaksanakan pelatihan secara bertahap untuk mengurang1
kemungkinan tingkat kesalahan dalam pelaksanaannya.

3. Adakah format dokumentasi yang telah disiapkan dari rumah sakit untuk
pelaksanaan discharge planning selama perawatan di rumah sakit? (mulai
dari pasien masuk hingga pasien akan pulang, dan perawatan di rumah)
Standar untuk perencanaan pemulangan pasien telah ada pada
format Rekam Medis (RM) 50b. Setelah JCIA baru dibuat aturan untuk
perencanaan pulang pasien yang terdiri dari RM 23, RM 24, RM 30, RM
31A.

Pada RM 24 tentang catatan terintegrasi pasten dilakukan oleh
dokter, farmasi, nutrient, dan perawat. Jadi semua profesi bertanggung
30

jawab dalam dokumentasi RM 24. Penyuluhan dilakukan oleh tim dari
Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKMRS).
Hambatan pada pelaksanaan discharge planning adalah tidak ada
waktu untuk mengisi karena beban kerja yang tinggi terlebih lagi jika
pasien banyak.
Format dokumentasi dari rumah sakit untuk discharge planning sudah ada
yaitu form 30 dan 31A. format ini sudah disiapkan dan diisi sejak pasen
masuk sampai pasen pulang.
Kendala dalam melaksanakan discharge planning masih ada
dikarenakan masih belum samanya persepsi perawat dalam penerapannya.
Selain itu barangkali karena belum semua perawat memahami pentingnya

discharge planning bagi pasen khususnya dan bagi pelayanan secara
umumnya.

4. Adakah anjuran saudara sebagai pimpinan kepada perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien terkait obat-obatan
dan/atau penyakit pasien selama dirmvat?
Sudah ada anjuran perawat untuk melaksanakan discharge

planning pada saat atau bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selain
itu untuk pelaksanaan penkes bisa menggunakan leaflet yang sudah ada.
Pernah diadakan pelatihan Service Excelence dari PT Bank Mandiri.

5. Adakah jasilitas rehabilitasi untuk pasien setelah pulang dari rumah sakit
ini?
Fasilitas ini telah ada, tergabung dengan poli rawat jalan dan
bagian rehabilitasi medik. Namun untuk kasus-kasus jantung belum ada
fasilitas rehabilitasi khusus.

BASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA RUANGAN
RSUP HAM MEDAN

A. Kuisioner Faktor individu (Data Sekunder)

1. Rata-rata usia ー。セ、・ョ@

yang dirawat di ntangan sampel

Bervariasi tergantung penyakit pasen, untuk ruangan bedah saluran
kemih (urologi) rata-rata berusia 30 tahun, sedangkan bedah plastik antara
20-30 tahun, untuk kardio-torak rata-rata 20-30 tahun, dan bagian bedah
lainnya sangat bervariatif, yang tidak kami paparkan satu persatu
berdasarkan jenis bedahnya.
Usia anak yang dirawat di ruang Perinatologi juga bervariasi mulai
dari lahir sampai 12 bulan sedangkan untuk ruangan anak mulai 1 tahun
sampai 12 tahun. Tetapi itu pun juga bervariasi tergatung penyakitnya.
Untuk unit jantung dan CVCU usia rata-rata pasen sudah melawati
masa dewasa muda atau lebih dari 40 tahun walaupun beberapa kasus
terjadi pada usia dewasa muda.
Pada kasus melahirkan baik normal maupun sesar berada pada
rentang usia subur. Sedangkan kasus-kasus kebidana yang patologis
bervariasi.

2.

Jenis penyakit yang paling banyak dialami pasien setiap bulannya
Setiap ruangan sudah memiliki spesifkasi tersendiri, untuk unit
jantung dan CVCU memang khusus untuk masalah jantung. Ruang
kebidanan juga hanya merawat masalah-masla obstetri dan ginekologis
baik patologis maupun .fisiologis. Sedangkan untuk ruang bedah pada
bagian B khusus untuk bedah plastik, urologi, kardio torak dan vaskuler.
Pada ruang bedah A lebih dominan kasus digestiv (saluran pencernaan).
Pada ruangan anak kasus yang dirawat cukup beragam tetapi yang paling
sering adalah

32

3.

Rata-rata lama hari rawat pasien berdasarkan banyaknya penyakit yang
dialami pasien
Bervariasi tergantung penyakit pasen, untuk ruangan bedah yang
paling lama adalah kasus luka bakar atau bedah plastik rata-rata di atas 20
hari atau lebih dari 3 minggu. Untuk kasus saluran kemih (urologi)
berkisar 1 minggu, sedangkan kardio-torak rata-rata 1 sampai 2 minggu,
kasus vaskuler rata-rata 2 sapai 3 minggu, untuk jantung rata-rata 2
minggu. Untuk digestif antara 3 hari sampai satu minggu, namun ada juga
pada kasus-kasus khusus lebih dari 1 minggu.
Pada kasus obstetri dan ginekologi, bila melahirkan normal tanpa
komlikasi rata-rata pasen dirawat 2 hari, sedangkan melahirkan dengan
operasi berkisar antara 3-4 hari. Pada kasus patologis sangat bervariatif.
Untuk lama rawat di anak bervariasi tergatung penyakitnya. Bila hanya
demam (febris) biasanya maksimal 3 hari sudah pulang. Kasus lainnya
sangat bervariatif tegantung jenis penyakitnya.

B. KUISIONER FAKTOR PENGHAMBAT
(Faktor individu)

1. Dukungan keluarga kepada pasien dalam memenuhi kebutuhan seharihari seperti mandi, berpakaian, makan, dll, selama dirawat di rumah
saki(?
Merupakan kebijakan tidak tertulis bahwa keluarga pasen selalu
dianjurkan mendampingi pasen selama perawatan. Keberadaan keluarga
sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi,
berpakaian, makan, dan lain-lain, mengingat beban kerja perawat cukup
tinggi begitu juga tingkat ketergantungan pasen cukup besar. Justru
ketiadakaan keluarga menambah masalah bam bagi perawat. Kadangkadang ada pasen yang tidak ada keluarganya (Mister X) terutama yang
juh tempat tinggalnya atau memang tidak ada anggota keluarga lain
sementara keluarga tersebut juga hams bekerja

33

2. Dukungan keluarga dalam membantu pengobatan pasien selama dirawat?

Sarna dengan dukungan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
bahwa

dukungan

keluarga

pada

pnnstpnya

membantu

proses

penyembuhan pasen.
Sampai saat ini belum ditemukan hambatan, karena keluarga
pasten memang memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pasien dan membantu dalam pengobatan pasien.

(Faktor pengobatan)
3.

Adakah saudara sebagai permvat mengajarkan penggunaan obat-obatan
yang diberikan dokter kepada pasien selama dirmvat?
Prinsipnya pada

setiap

ruangan,

perawat

pelaksana

selalu

dianjurkan unuk memberikan informasi terkait manfaat obat, efek samping
obat. Namun demikian adakalanya masih ada keluarga pasen yang belum
paham karena tingkat pendidikan dan latar belakang budaya, serta usianya.

4. Adakah saudara sebagai perawat memberikan informasi tentang manjaat

obat dan efek samping obat yang telah diberikan dokter terkait dengan
keluhan yang saudara a/ami?
Untuk unit maupun di ruangan,

perawat pelaksana selalu

dianjurkan unuk memberikan informasi terkait manfaat obat, efek samping
obat. Kendalanya adalah penggunaan alat bantu seperti leaflet tidak ada
karena leaflet hanya ada di PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit).
Tim PKMRS sendiri secara rutin 1 bulan sekali melakukan
penyuluhan misalnya ke Unit kardiovaskuler.

5. Adakah saudara sebagai perawat mengajarkan penggunaan obat-obatan

kepada pasien yang akan pulang dari rumah sakit ini?
Setiap perawat terkait dengan kebutuhan pendidikan kesehatan
tetap disarankan untuk memberika informasi tentang penggunaan obat

34

kepada pasen untuk menghindari dampak-dampak yang tiidak diharapkan
dari pemberian obat.

6. Adakah monitoring pengobatan pasien selama perawatan di rumah yang

dilakukan percnvat?
Kendala yang muncul dalam pelaksanaan pengobatan adalah
monitoring pengobatan setelah pasien pulang atau dirumah belum
dilakukan oleh rumah sakit karena belum berjalannya program tersebut

(home care pada pasien jantung).
Bila pasen pulang dan masih diharuskan kontrol ke poli klinik,
tugas monitoring pemberian dan pemakaian obat pasen menjadi tugas
perawat poli klinik. Kondisi ini hanya dialkukan pada pasen yang memang
kembali datang untuk berobat. Karena ada juga pasen yang tidak kembali
kontrol biasanya yang jaraknya jauh dengan RSUP HAM Medan. Bila dari
awal sudah diketahui (pasen mengeluhkan jarak dan dana transportasinya)
maka pasen bisa juga dirujuk ke rumah sakit terdekat.

(Faktor Organisasi)

7. Adakah sosialisasi dari saudara sebagai pimpinan tentang pelaksanaan

discharge planning di runah sakit ini?
Sosialisasi biasanya dilakukan secara bertahap dari pihak direksi
kepada kepala dan wakil kepala instalasi terkait, kemudian kepala dan
wakil kepala ini akan mensosialisasikan kepada kepala ruangan dan
perawat pelaksana. Hambatan yang dirasakan menurut kepala ruangan
adalah a). dalam pengisian format perencanaan pulang pasien ada yang
tidak dipahami sehingga perlu ada sosialisasi dalam pengisian format dari
bidang keperawatan, b). terlalu banyak menulis, c). pekeijaan non
keperawatan terlalu banyak sehingga waktu untuk mengisi tidak ada.

8. Adakah kebijakan dan standar yang ditetapkan dari rumah sakit tentang
pelaksanaan discharge planning untuk perawat di ruangan int? (mulai
dari pasien masuk hingga pulang, dan perawatan di rumah).

35

Kebijakan rumah sakit ada untuk discharge planning, biasanya
diawali dulu dari rapat koordinasi dengan semua bagian, terutama tim
yang termasuk dalam persiapan akreditasi oleh

Joint Comissioin

International Acredition (JCIA), kemudian akan ditetapkan melalui surat
keputusan Direktur utama tentang pemberlakuan standar rekam medis
RSUPHAM.

9. Adakah format dokumentasi yang Ielah disiapkan dari rumah sakit untuk
pelaksanaan discharge planning selama perawatan di rumah sakit?
(mulai dari pasien masuk hingga pasien akan pulang, dan perm-vatan di
rumah)
Format dokumentasi dari rumah sakit untuk discharge planning
(menurut persepsi kami) sesuai dengan kebutuhan akreditasi JCI, sudah
ada dan sudah disiapkan sejak pasen masuk. Standar untuk perencanaan
pemulangan pasien telah ada pada format Rekam Medis (RM) SOb. Setelah
JCIA baru dibuat aturan untuk perencanaan pulang pasien yang terdiri dari
RM 23, RM 24, RM 30, RM 31A.
Pada RM 24 tentang catatan terintegrasi pas1en dilakukan oleh
dokter, farmasi, nutrient, dan perawat. Jadi semua profesi bertanggung
jawab dalam dokumentasi RM 24. Penyuluhan dilakukan oleh tim dari
Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKMRS).
Hambatan pada pelaksanaan dischmge planning adalah tidak ada
waktu untuk mengisi karena beban kerja yang tinggi terlebih lagi jika Bed

of Rate (BOR) atau tingkat hunian 100%. Masalah lain yang menghambat
pelaksanaan discharge planningiadalah minimnya alat kesehatan di
ruangan yang rutin dibutuhkan oleh pasen seperti suction, tensimeter,
stetoskop dan lain-lain.
Ketiadaan alat-alat ini, membuat perawat harus memmJam dari
ruangan lain yang tentunya harus membuang waktu untuk meminjamnya.
Itupun kalau alat tersebut sedang tidak digunakan oleh pasen. Apabila
sedang digunakan berarti butuh wak