Gambaran Glasgow Coma Scale Pada Pasien Trauma Kapitis Di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009

(1)

GAMBARAN GLASGOW COMA SCALE PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Oleh :

KAMAL KHARRAZI ILYAS

070100123

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN GLASGOW COMA SCALE PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

KAMAL KHARRAZI ILYAS

070100123

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN GLASGOW COMA SCALE PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Nama : KAMAL KHARRAZI ILYAS NIM : 070100123

Pembimbing Penguji I

(dr. Cut Aria Arina, Sp. S) (dr. Soekimin, Sp.PA) NIP: 19771020 200212 2 001 NIP: 19480801 198003 1 002

Penguji II

(dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D ) NIP: 19550807 198503 2 001

Medan, 30 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan salah satu penyebab kematian, kesakitan dan kecacatan serta bertanggung jawab pada proporsi yang signifikan terhadap kematian akibat trauma di Amerika Serikat. Insidensi tahunan dari trauma kepala yaitu sekitar 600 hingga 900 orang per 100.000 populasi. Di Indonesia sendiri, cedera merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah stroke, tuberkulosis, dan hipertensi. Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan keparahan dari Traumatic Brain Injury. Glasgow Coma Scale adalah salah satu cara menentukan keparahan dan paling sering digunakan secara klinis. Glasgow Coma Scale didasari pada respon pasien terhadap pembukaan mata, fungsi verbal dan respon motorik terhadap berbagai stimulus.

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan. Sampel yang digunakan seluruh pasien trauma kapitis yang dirawat inap di bagian ilmu penyakit saraf pada tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Glasgow Coma Scale pada pasien trauma kapitis dengan cara melihat skor GCS yang tercantum pada rekam medis pasien

Dari 303 sampel yang dianalisis, didapati gambaran terbanyak skor GCS adalah skor GCS 15 yaitu 120 (39.6%) sampel yang diikuti oleh skor GCS 14 yaitu 47 (15.5%) sampel. Skor GCS dengan frekuensi paling rendah adalah skor GCS 4 yaitu sebanyak satu (0.3%) sampel. Pada penelitian ini juga didapati gambaran trauma kapitis yaitu 167 (55.1 %) sampel mengalami trauma kapitis ringan, 91 (30 %) sampel mengalami trauma kapitis sedang, dan 45 (14,9 %) sampel mengalami trauma kapitis berat.

Gambaran GCS pada pasien trauma kapitis pada penelitian ini rata-rata memiliki skor GCS 15 dan 14, yang di klasifikasikan sebagai trauma kapitis ringan.


(5)

ABSTRACT

Traumatic Brain Injury (TBI) is one of the leading cause of mortality, morbidity, disability and responsible for a significance proportion of death because of trauma in the United States. The incidence of head trauma is about 600 to 900 per 100.000 population. In Indonesia, injury is one of the primary cause of death after stroke, tuberculosis and hypertension. There are many ways to classify the severity of traumatic brain injury. Glasgow coma scale is one of the methods to classify the severity of TBI and the most widely used method clinically. Glasgow coma scale is based on patients response of eye opening, verbal function, and motoric response to various stimuli.

This is a retrospective study that conducted at H. Adam Malik General Hospital Medan. The samples are patients who had head injuries and hospitalized in neurology department in 2009.This study purpose is to know the overview of GCS score in head injury patient by looking at the patient GCS score in the medical record.

From 303 samples analyzed, 120 (39.6%) samples had GCS score of 15 followed by 47 (15,5%) samples that had GCS score of 14. The less frequent GCS score is GCS score of 4 (0.3%). In this study, it is found that 167 (55.1%) samples had mild head injury, 91 (30%) samples had moderate head injury, and 45 (14.9%) samples had severe head injury .

The average score of GCS score found in head injury patient are GCS score of 15 and 14, which is classified as mild head injury


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan, kesempatan, dan kemudahan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sampai penulis menyusun Laporan Karya Ilmiah ini hingga selesai.

Dalam menyusun Laporan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan membahas tentang “Gambaran Glasgow Coma Scale pada Pasien Trauma Kapitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 ”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara materil, moril maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Cut Aria Arina, Sp.S sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Yahwardiah Siregar, Ph. D dan dr. Soekimin Sp, PA selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama saya mengikuti pendidikan sarjana kedokteran.

5. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) RSUP Haji Adam Malik Medan.


(7)

6. Kepala Instalasi Rekam Medis beserta seluruh staf bagian rekam medis yang telah berkerja sama dengan baik.

7. Ayahanda Syafrudin Ilyas dan Ibunda Liza Rafina Rauf yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik saya, serta saudara saya Fauzan Azizi Ilyas dan Siti Azizia Ilyas yang telah memberikan banyak dukungan selama saya mengerjakan penulisan karya ilmiah ini

8. Teman-teman yang tergabung dalam kelompok bimbingan dr. Cut Aria Arina, Sp. S – Petrus Suranta Pinem, Septi N. M. Ginting dan Wen Pau Min – yang telah bekerjasama dengan baik dalam semua proses penulisan karya tulis ilmiah ini

9. Teman-teman saya, Ella Rhinsilva, Nurina, Yan Indra Fajar Sitepu, Vitri Alya, Rini M. Nasution, Krisnarta Sembiring, Jeffry Nugraha dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang menggunakannya.

Medan, 30 November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…..……….………...……… i

ABSTRAK ……… ii

ABSTRACT ………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL..………...…… viii

DAFTAR GAMBAR..………..……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 3

1.3. Tujuan Penelitian……….. 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. ... Definisi Trauma Kapitis ... …... 5

2.2. Anatomi ... ... 5

2.3. Fisiologi ... ... 8

2.4. Patofisiologi Trauma Kapitis ... ... 9

2.5. Klasifikasi Trauma Kapitis ... ... 10

2.6. Pemeriksaan Awal pada Trauma Kapitis... ... 14

2.7. Glasgow Coma Scale sebagai Indikator Dini dalam Cedera Kepala ... ... 17

2.8. Prosedur Imaging dalam Diagnosa Trauma Kepala ... ... 18


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…… 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 21

3.2. Defenisi Operasional……….……….. 22

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 23

4.1. Jenis Penelitian ... …. 23

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... …. 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... …. 23

4.3.1. Populasi ... …. 23

4.3.2. Sampel ... …. 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... …. 24

4.5. Metode Analisis Data ... …. 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25

5.1. Hasil Penelitian………. 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 25

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…………... 25

5.1.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur……… 26

5.1.5. Gambaran Glasgow Coma Scale……… 27

5.2. Pembahasan……….. 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 31

6.1. Kesimpulan………... 31

6.2. Saran……….. 31

DAFTAR PUSTAKA……… …. 32 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Keparahan Traumatic Brain Injury... 11 2.2.

2.3. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4.

Glasgow Coma Scale...……… Saraf Kranial………. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin………. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur……….. Gambaran Glasgow Coma Scale……….. Gambaran Trauma Kapitis………

14 17 25 26 27 28


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Relasi antara GCS dengan mortalitas pada 14

hari………..……….. 20

Gambar 3.1 Kerangka Konsep gambaran GCS pada trauma


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2

Lampiran 3 Lampiran 4

Surat Izin Penelitian Ethical Clearance Lembar Check List Lampiran 5

Lampiran 6

Data Induk Penelitian Output SPSS


(13)

ABSTRAK

Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan salah satu penyebab kematian, kesakitan dan kecacatan serta bertanggung jawab pada proporsi yang signifikan terhadap kematian akibat trauma di Amerika Serikat. Insidensi tahunan dari trauma kepala yaitu sekitar 600 hingga 900 orang per 100.000 populasi. Di Indonesia sendiri, cedera merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah stroke, tuberkulosis, dan hipertensi. Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan keparahan dari Traumatic Brain Injury. Glasgow Coma Scale adalah salah satu cara menentukan keparahan dan paling sering digunakan secara klinis. Glasgow Coma Scale didasari pada respon pasien terhadap pembukaan mata, fungsi verbal dan respon motorik terhadap berbagai stimulus.

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan. Sampel yang digunakan seluruh pasien trauma kapitis yang dirawat inap di bagian ilmu penyakit saraf pada tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Glasgow Coma Scale pada pasien trauma kapitis dengan cara melihat skor GCS yang tercantum pada rekam medis pasien

Dari 303 sampel yang dianalisis, didapati gambaran terbanyak skor GCS adalah skor GCS 15 yaitu 120 (39.6%) sampel yang diikuti oleh skor GCS 14 yaitu 47 (15.5%) sampel. Skor GCS dengan frekuensi paling rendah adalah skor GCS 4 yaitu sebanyak satu (0.3%) sampel. Pada penelitian ini juga didapati gambaran trauma kapitis yaitu 167 (55.1 %) sampel mengalami trauma kapitis ringan, 91 (30 %) sampel mengalami trauma kapitis sedang, dan 45 (14,9 %) sampel mengalami trauma kapitis berat.

Gambaran GCS pada pasien trauma kapitis pada penelitian ini rata-rata memiliki skor GCS 15 dan 14, yang di klasifikasikan sebagai trauma kapitis ringan.


(14)

ABSTRACT

Traumatic Brain Injury (TBI) is one of the leading cause of mortality, morbidity, disability and responsible for a significance proportion of death because of trauma in the United States. The incidence of head trauma is about 600 to 900 per 100.000 population. In Indonesia, injury is one of the primary cause of death after stroke, tuberculosis and hypertension. There are many ways to classify the severity of traumatic brain injury. Glasgow coma scale is one of the methods to classify the severity of TBI and the most widely used method clinically. Glasgow coma scale is based on patients response of eye opening, verbal function, and motoric response to various stimuli.

This is a retrospective study that conducted at H. Adam Malik General Hospital Medan. The samples are patients who had head injuries and hospitalized in neurology department in 2009.This study purpose is to know the overview of GCS score in head injury patient by looking at the patient GCS score in the medical record.

From 303 samples analyzed, 120 (39.6%) samples had GCS score of 15 followed by 47 (15,5%) samples that had GCS score of 14. The less frequent GCS score is GCS score of 4 (0.3%). In this study, it is found that 167 (55.1%) samples had mild head injury, 91 (30%) samples had moderate head injury, and 45 (14.9%) samples had severe head injury .

The average score of GCS score found in head injury patient are GCS score of 15 and 14, which is classified as mild head injury


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Traumatic Brain Injury merupakan salah satu penyebab kematian, kesakitan dan kecacatan serta bertanggung jawab pada proporsi yang signifikan terhadap kematian akibat trauma di Amerika Serikat. Insidensi tahunan dari trauma kepala yaitu sekitar 600 hingga 900 orang per 100.000 populasi. Terdapat 200 hingga 500 orang dirawat di unit gawat darurat, 150 hingga 250 orang dirawat di rumah sakit dengan Traumatic Brain Injury, dan 20 hingga 30 orang meninggal ( 50% di rumah sakit dan 50% di luar rumah sakit) per tahunnya (Bruns and Hauser, 2003). Data menunjukkan bahwa, rata-rata sekitar 1.400.000 orang mengalami Traumatic Brain Injury setiap tahun di Amerika Serikat, dimana 50.000 orang meninggal dan 235.000 orang dirawat di rumah sakit. Penyebab utama dari Traumatic Brain Injury antara lain akibat jatuh (28%), kecelakaan lalu lintas berupa tabrakan kendaraan bermotor (20%), bertubrukan dengan benda yang bergerak maupun diam (19%), dan penyebab lainnya (CDC, 2007).

Puncak insidensi dari Traumatic Brain Injury yaitu antara umur 15 - 24 tahun dan orang yang berumur > 64 tahun. Laki-laki memiliki kemungkinan mengalami Traumatic Brain Injury dua kali lipat lebih besar daripada wanita. Pada populasi warga sipil, alkohol terlibat pada lebih dari setengah kasus Traumatic Brain Injury. Menurut penelitian, kecelakaan kendaraan bermotor terutama kecelakaan sepeda motor, terhitung sebagai salah satu penyebab traumatic brain injury terbanyak pada warga sipil (Nicholl and LaFrance, 2009).


(16)

Di Indonesia sendiri, cedera merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah stroke, tuberkulosis, dan hipertensi ( Depkes RI, 2009 ). Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera akibat jatuh dan kecelakaan lalu lintas salah satunya adalah kepala yaitu 6.036 (13,1%) dari 45.987 orang yang mengalami cedera jatuh dan 4.089 (19,6%) dari 20.289 orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas (Riskesdas, 2007 dalam Riyadina, 2009).

Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan keparahan dari Traumatic Brain Injury. Glasgow Coma Scale adalah salah satu cara menentukan keparahan dan paling sering digunakan secara klinis. Glasgow Coma Scale didasari pada respon pasien terhadap pembukaan mata, fungsi verbal dan berbagai fungsi atau respon motorik terhadap berbagai stimulus (Bruns and Hauser, 2003). Glasgow Coma Scale diciptakan oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Sejak saat itu GCS merupakan tolak ukur klinis yang digunakan untuk menilai beratnya cedera kepala. GCS seharusnya telah diperiksa pada penderita-penderita pada awal cedera terutama sebelum mendapat obat-obat paralitik dan sebelum intubasi. (Sastrodiningrat, 2007).

Glasgow Coma Scale merupakan suatu sistem skoring yang telah distandarisasi untuk menilai status neurologis pasien dengan trauma kapitis. Nilai GCS yang akurat dipergunakan untuk pengobatan langsung dan untuk prediksi outcome pasien. Nilai GCS yang akurat hanya bisa didapat setelah resusitasi tetapi sebelum diberikan sedasi ataupun intubasi (Tintinalli et al, 2004). GCS juga merupakan faktor prediksi yang kuat dalam menentukan prognosa, dimana suatu skor GCS yang rendah pada awal cedera berhubungan dengan prognosa yang buruk (Sastrodiningrat, 2007).

Nilai tertinggi dari pemeriksaan Glasgow Coma Scale adalah 15 dan terendah adalah 3. Berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale, cedera kepala dapat dibagi atas : Cedera kepala ringan yang dinyatakan dengan GCS 14-15, cedera kepala sedang yang dinyatakan dengan GCS 9-13, dan cedera kepala berat yang dinyatakan dengan GCS ≤ 8 ( Japardi, 2004 ).

Kelemahan dalam penentuan skor GCS terdapat pada waktu penilaian awal yang tidak tepat, komponen GCS yang jarang diperhatikan sehingga menyebabkan


(17)

hilangnya informasi, dan urutan penilaian GCS yang tidak konsisten. Kelemahan tersebut dapat mengurangi reliabilitas GCS baik secara klinis maupun dalam konteks ilmiah. (Zuercher et al, 2009).

Penentuan Glasgow Coma Ccale secara cepat dan tepat sangat membantu dalam menentukan keparahan dari Traumatic Brain Injury dan menentukan tindakan lebih lanjut terhadap pasien. Dikarenakan pentingnya Glasgow Coma Scale maka diperlukan pengetahuan tentang gambaran Glasgow Coma Scale pada trauma kapitis. Selain itu, belum terdapat adanya data yang lengkap mengenai kejadian trauma kapitis sehingga insidensinya dapat dinilai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat adalah bagaimanakah gambaran Glasgow Coma Scale pada kejadian trauma kapitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui gambaran Glasgow Coma Scale pada pasien trauma kapitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

1.3.2.Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1.Mengetahui jumlah kejadian trauma kapitis ringan, sedang, dan berat. 2.Mengetahui jumlah kejadian trauma kapitis berdasarkan jenis kelamin. 3.Mengetahui jumlah kejadian trauma kapitis berdasarkan kelompok umur.

1.4. Manfaat Penelitian


(18)

a. Sebagai sarana informasi bagi tenaga medis mengenai pentingnya GCS dalam menentukan penanganan terhadap pasien trauma kapitis.

b. Sebagai sarana informasi tambahan mengenai jenis-jenis trauma kapitis yang sering terjadi.

c. Sebagai sarana informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Trauma Kapitis

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen ( PERDOSSI, 2006 dalam Asrini, 2008 ).

2.2. Anatomi

Berdasarkan ATLS (2004), anatomi yang bersangkutan antara lain : 1. Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu : a.Skin atau kulit

b. Connective Tissue atau jaringan penyambung c. Aponeurosis atau galea aponeurotika

d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar e. Perikranium.

Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium dan merupakan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal).

Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak.


(20)

2. Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior, fosa media, dan fosa posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah batang otak dan serebelum.

3. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu : duramater, araknoid dan piamater. Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.

Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.

Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).

Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat


(21)

pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang sub araknoid.

4. Otak

Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer dominan.

Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.

Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan defisit neurologis yang berat.

Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

5. Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus sylvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.


(22)

6. Tentorium

Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial (terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).

2.3. Fisiologi

Mekanisme fisiologis yang berperan antara lain : 1. Tekanan Intra Kranial

Biasanya ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intra kranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH2O atau 4 sampai 15 mmHg. Dalam keadaan normal, tekanan intra kranial (TIK) dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari normal.

Ruang intra kranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan, yaitu : otak ( 1400 g), cairan serebrospinal ( sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsur lainnya dan menaikkan tekanan intra kranial (Lombardo,2003 ).

2. Hipotesa Monro-Kellie

Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu dari ketiga komponennya membesar, dua komponen lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi volumenya ( bila TIK masih konstan ). Mekanisme kompensasi intra kranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural dapat menjadi parah bila mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran cairan serebrospinal ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi yang


(23)

berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak dan pergeseran otak ke arah bawah ( herniasi ) bila TIK makin meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung pada fungsi saraf. Apabila peningkatan TIK berat dan menetap, mekanisme kompensasi tidak efektif dan peningkatan tekanan dapat menyebabkan kematian neuronal (Lombardo, 2003).

2.4. Patofisiologi Trauma Kapitis

Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( Gennarelli, 1996 dalam Israr dkk, 2009 ).

Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio “coup”, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat lesi. Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi kontusio “countercoup”. Kepala tidak selalu mengalami akselerasi linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya terjadi lesi pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara terinci. Tetapi faktanya ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik terdapat lesi kontusio coup, countercoup dan intermediate. Yang disebut lesi kontusio intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan countrecoup ( Mardjono dan Sidharta, 2008 ).

Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak


(24)

membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003 dalam Israr dkk,2009).

Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel. Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan, kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam terjadinya kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak. Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap cedera metabolik bila suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak ( Lombardo, 2003 ).

2.5. Klasifikasi Trauma Kapitis

Berdasarkan ATLS (2004) cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi, yaitu berdasarkan; mekanisme, beratnya cedera, dan morfologi.

1. Mekanisme Cedera Kepala

Cedera otak dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.

2. Beratnya Cedera Kepala

Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera otak. Penderita yang mampu membuka kedua matanya secara spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi mempunyai nilai GCS total sebesar 15, sementara pada penderita yang keseluruhan otot ekstrimitasnya flaksid dan tidak


(25)

membuka mata ataupun tidak bersuara maka nilai GCS-nya minimal atau sama dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai koma atau cedera otak berat. Berdasarkan nilai GCS, maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 9-13 dikategorikan sebagai cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan sebagai cedera otak ringan.

Menurut Brain Injury Association of Michigan (2005), klasifikasi keparahan dari Traumatic Brain Injury yaitu :

Tabel 2.1. Klasifikasi Keparahan Traumatic Brain Injury

Ringan Kehilangan kesadaran < 20 menit Amnesia post traumatik < 24 jam GCS = 13 – 15

Sedang Kehilangan kesadaran ≥ 20 menit dan ≤ 36 jam Amnesia post traumatik ≥ 24 jam dan ≤ 7 hari GCS = 9 - 12

Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam Amnesia post traumatik > 7 hari GCS = 3 – 8

( Sumber : Brain Injury Association of Michigan , 2005)

3. Morfologi

a. Fraktur Kranium

Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis/linear atau bintang/stelata, dan dapat pula terbuka ataupun tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT scan dengan teknik “bone


(26)

window” untuk memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci. Fraktur kranium terbuka dapat mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaput dura. Adanya fraktur tengkorak tidak dapat diremehkan, karena menunjukkan bahwa benturan yang terjadi cukup berat.

Menurut Japardi (2004), klasifikasi fraktur tulang tengkorak sebagai berikut; 1. Gambaran fraktur, dibedakan atas :

a. Linier

b. Diastase c. Comminuted d. Depressed

2. Lokasi Anatomis, dibedakan atas :

a. Calvarium / Konveksitas ( kubah / atap tengkorak ) b. Basis cranii ( dasar tengkorak )

3. Keadaan luka, dibedakan atas : a. Terbuka

b. Tertutup

b. Lesi Intra Kranial 1. Cedera otak difus

Mulai dari konkusi ringan, dimana gambaran CT scan normal sampai kondisi yang sangat buruk. Pada konkusi, penderita biasanya kehilangan kesadaran dan mungkin mengalami amnesia retro/anterograd.

Cedera otak difus yang berat biasanya diakibatkan hipoksia, iskemi dari otak karena syok yang berkepanjangan atau periode apnoe yang terjadi segera setelah trauma. Pada beberapa kasus, CT scan sering menunjukkan gambaran normal, atau gambaran edema dengan batas area putih dan abu-abu yang kabur. Selama ini dikenal istilah Cedera Aksonal Difus (CAD) untuk mendefinisikan trauma otak berat dengan


(27)

prognosis yang buruk. Penelitian secara mikroskopis menunjukkan adanya kerusakan pada akson dan terlihat pada manifestasi klinisnya.

2. Perdarahan Epidural

Hematoma epidural terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di area temporal atau temporo parietal yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.

3. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural. Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan epidural.

4. Kontusio dan perdarahan intraserebral

Kontusio serebri sering terjadi dan sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Kontusio serebri dapat, dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi perdarahan intra serebral yang membutuhkan tindakan operasi.

2.6. Pemeriksaan Awal pada Trauma Kapitis

Pemeriksaan pada trauma kapitis menurut Greaves dan Johnson (2002) antara lain: 1. Pemeriksaan kesadaran

Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan sistem skoring yang didasari pada tiga pengukuran, yaitu : pembukaan mata, respon motorik, dan respon verbal. Skor dari masing-masing


(28)

komponen dijumlahkan dan memberikan total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3 sedangkan nilai tertinggi adalah 15.

Menurut Japardi (2004), GCS bisa digunakan untuk mengkategorikan pasien menjadi • GCS < 9 : pasien koma dan cedera kepala berat

• GCS 9 – 13 : cedera kepala sedang • GCS > 13 : cedera kepala ringan

Fungsi utama dari GCS bukan sekedar merupakan interpretasi pada satu kali pengukuran, tetapi skala ini menyediakan penilaian objektif terhadap tingkat kesadaran dan dengan melakukan pengulangan dalam penilaian dapat dinilai apakah terjadi perkembangan ke arah yang lebih baik atau lebih buruk.

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale

Eye Opening

Spontaneous Opens eyes on own E 4

Speech Opens eyes when

asked to in a loud voice

3

Pain Opens eyes upon

pressure

2

Pain Does not open eyes 1

Best Motor Response

Commands Follows simple

commands

M 6

Pain Pulls examiner’s

hand away upon pressure

5


(29)

away upon pressure

Pain Flexes body

inappropriately to pain (decorticate posturing)

3

Pain Body becomes rigid

in an extended position upon pressure (decerebrate posturing)

2

Pain Has no motor

response

1

Verbal Response (Talking)

Speech Carries on a

conversation correctly and tells examiner where he/she is, who he/she is and the month and year

V 5

Speech Seems confused or

disoriented

4

Speech Talks so examiner

can understand victim but makes no sense

3


(30)

examiner cannot understand

Speech Makes no noise 1

( Sumber : Brain Injury Association of Michigan, 2005 )

2. Pemeriksaan Pupil

Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran dan reaksi terhadap cahaya. Perbedaan diameter antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm adalah abnormal. Pupil yang terfiksir untuk dilatasi menunjukkan adanya penekanan terhadap saraf okulomotor ipsilateral. Respon yang terganggu terhadap cahaya bisa merupakan akibat dari cedera kepala.

3. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan saraf perifer. Tonus, kekuatan, koordinasi, sensasi dan refleks harus diperiksa dan semua hasilnya harus dicatat


(31)

( sumber ; Greaves dan Johnson, 2002 )

4. Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak

Scalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan memar. Kedalaman leaserasi dan ditemukannya benda asing harus dicatat. Pemeriksaan tengkorak dilakukan untuk menemukan fraktur yang bisa diduga dengan nyeri, pembengkakan, dan memar.

2.7. Glasgow Coma Scale sebagai Indikator Dini dalam Cedera Kepala

Glasgow Coma Scale (GCS) diciptakan oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974 (Jennet dan Teasdale, 1974 dalam Sastrodiningrat, 2007 ). Sejak itu GCS merupakan tolak ukur klinis yang digunakan untuk menilai beratnya cedera kepala. GCS seharusnya telah diperiksa pada penderita-penderita awal cedera terutama sebelum mendapat obat-obat paralitik dan sebelum intubasi. Derajat kesadaran tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesempatan hidup dan penyembuhan. GCS juga merupakan faktor prediksi yang kuat dalam menentukan prognosa ( Alberico dkk, 1987 dalam Sastrodiningrat, 2007).

Terdapat beberapa kontroversi saat menentukan GCS. Penentuan skor GCS sesudah resusitasi kardiopulmonal, dapat mengurangi nilai prediksi GCS. Pada beberapa


(32)

penderita, skor mata dan skor verbal sulit ditentukan pada mata yang bengkak dan setelah tindakan intubasi endotrakeal. Skor motorik dapat menjadi prediksi yang kuat; penderita dengan skor mototrik 1 ( bilateral flaksid ) mempunyai mortalitas 90 %. Adanya skor motorik yang rendah pada awal cedera dan usia di atas 60 tahun merupakan kombinasi yang mematikan (Kelly dkk., 1996 dalam Sastrodiningrat, 2007).

Penentuan skor awal GCS yang dapat dipercaya dan belum diberi pengobatan apapun atau sebelum tindakan intubasi mempunyai nilai yang sangat penting (American Association of Neurological Surgeons, 2000 dalam Sastrodiningrat, 2007).

2.8. Prosedur Imaging dalam Diagnosa Trauma Kapitis a. X-ray Tengkorak

Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur dari dasar tengkorak atau rongga tengkorak. CT scan lebih dipilih bila dicurigai terjadi fraktur karena CT scan bisa mengidentifikasi fraktur dan adanya kontusio atau perdarahan. X-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan tidak ada ( State of Colorado Department of Labor and Employment, 2006).

b. CT-Scan

Penemuan awal computed tomography scanner ( CT Scan ) penting dalam memperkirakan prognosa cedera kepala berat (Alberico dkk, 1987 dalam Sastrodiningrat,, 2007). Suatu CT scan yang normal pada waktu masuk dirawat pada penderita-penderita cedera kepala berat berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan penyembuhan fungsional yang lebih baik bila dibandingkan dengan penderita-penderita yang mempunyai CT scan abno rmal.

Hal di atas tidaklah berarti bahwa semua penderita dengan CT scan yang relatif normal akan menjadi lebih baik, selanjutnya mungkin terjadi peningkata TIK dan


(33)

dapat berkembang lesi baru pada 40% dari penderita (Roberson dkk, 1997 dalam Sastrodiningrat, 2007). Di samping itu pemeriksaan CT scan tidak sensitif untuk lesi di batang otak karena kecilnya struktur area yang cedera dan dekatnya struktur tersebut dengan tulang di sekitarnya. Lesi seperti ini sering berhubungan dengan outcome yang buruk (Sastrodiningrat, 2007 ).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga sangat berguna di dalam menilai prognosa. MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT Scan. Ditemukan bahwa penderita dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau terdapat lesi batang otak pada pemeriksaan MRI, mempunyai prognosa yang buruk untuk pemulihan kesadaran, walaupun hasil pemeriksaan CT Scan awal normal dan tekanan intrakranial terkontrol baik (Wilberger dkk., 1983 dalam Sastrodiningrat, 2007).

Pemeriksaan Proton Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) menambah dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupakan metode yang sensitif untuk mendeteksi Cedera Akson Difus (CAD). Mayoritas penderita dengan cedera kepala ringan sebagaimana halnya dengan penderita cedera kepala yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS ditemukan adanya CAD di korpus kalosum dan substantia alba. Kepentingan yang nyata dari MRS di dalam menjajaki prognosa cedera kepala berat masih harus ditentukan, tetapi hasilnya sampai saat ini dapat menolong menjelaskan berlangsungnya defisit neurologik dan gangguan kognitif pada penderita cedera kepala ringan ( Cecil dkk, 1998 dalam Sastrodiningrat, 2007 ).

2.9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis Cedera Kepala

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh MRC CRASH Trial Collaborators (2008), Umur yang tua, Glasgow Coma Scale yang rendah, pupil tidak reaktif, dan terdapatnya cedera ekstrakranial mayor merupakan prediksi buruknya prognosis.


(34)

Skor Glasgow Coma Scale menunjukkan suatu hubungan linier yang jelas terhadap mortalitas pasien. Adapun ditemukannya angka mortalitas yang lebih rendah pada GCS 3 dibandingkan dengan GCS 4 mungkin disebabkan skor pasien yang di sedasi dianggap sebagai 3.

Gambar 2.1 Relasi antara GCS dengan mortalitas pada 14 hari Sumber ; MRC CRASH Trial Collaborators (2008)


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang gambaran Glasgow Coma Scale pada trauma kapitis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka konsep gambaran Glasgow Coma Scale pada trauma kapitis.

Glasgow Coma Scale

Trauma Kapitis

• Ringan (Skor GCS 14-15)

• Sedang (Skor GCS 9-13)

• Berat (Skor GCS 3 8)

Eye opening

Motor response


(36)

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Glasgow Coma Scale

Definisi : Glasgow Coma Scale adalah skala yang digunakan untuk pengukuran derajat kesadaran ataupun pada penelitian ini digunakan untuk menilai beratnya cedera kepala.

Cara ukur : Observasi pasien dan menilai langsung respon pembukaan mata (E), respon verbal (V), dan respon motorik (M). Pada penelitian ini nilai EVM tersebut dapat dilihat dari kartu status pasien atau rekam medik.

Alat ukur : Kartu status pasien atau rekam medik.

Hasil : Skor GCS, yaitu skor GCS 3 hingga skor GCS 15. Skala : Skala interval.

3.2.2. Trauma Kapitis

Definisi : Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.

Cara ukur : Cara mengukur tingkat keparahan trauma kapitis adalah dengan menggunakan skor GCS

Alat ukur : Kartu status pasien atau rekam medik.

Hasil : Kategori trauma kapitis yaitu trauma kapitis ringan (skor GCS 14-15), trauma kapitis sedang (skor GCS 9-13), dan trauma kapitis berat ( skor GCS 3-8). Skala : Skala ordinal.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penilitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui gambaran Glasgow Coma Scale pada trauma kapitis.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah dikarenakan RSUP. H. Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A yang merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara.

Pengumpulan data telah dilaksanakan pada 22 Juli 2010 sampai dengan 25 Juli 2010, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pasien trauma kapitis yang dirawat inap di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2009.


(38)

Besar sampel pada penelititan ini ditentukan dengan metode total sampling dimana jumlah sampel adalah seluruh populasi , yaitu pasien trauma kapitis yang di rawat inap di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat kartu status atau rekam medik pasien trauma kapitis yang di rawat inap pada tahun 2009 yang berasal dari Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Data yang dicatat ke dalam lembaran pencatatan adalah nomor rekam medis, nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien, jenis kelamin pasien, skor GCS, dan kategori keparahan trauma kapitis yang tercantum pada rekam medis.

4.5. Metode Analisis Data

Data telah dikumpulkan dan telah diolah dengan menggunakan bantuan SPSS ( Statistical Package for the Social Science ), dan di analisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes /SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Jumlah kasus trauma kapitis yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada januari 2009 - desember 2009 tercatat 395 kasus. Dari 395 kasus tersebut hanya 303 kasus yang dapat digunakan untuk penelitian ini.

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin


(40)

Jumlah sampel perempuan adalah 63 ( 20.8 % ) sampel, sedangkan jumlah sampel laki-laki adalah 240 ( 79.2 % ) sampel.

5.1.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Umur rata-rata sampel yang menderita trauma kapitis pada penelitian ini adalah 27,84 (SD 15,44) tahun, dimana umur sampel yang paling tua adalah 90 tahun dan yang paling muda adalah 2 tahun. Pada tabel 5.2 terlihat distribusi terbanyak penderita trauma kapitis yang diteliti adalah pada kelompok umur 11-20 tahun, yaitu sebanyak 94 (31.0%) sampel sedangkan kelompok umur yang paling jarang mengalami trauma kapitis adalah kelompok umur > 60 tahun, yaitu sebanyak 11 (3.6%) sampel.

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 240 79.2

2 Perempuan 63 20.8

Total 303 100.0

No Umur Jumlah Persentase

1 0 - 10 Tahun 28 9.2

2 11 - 20 Tahun 94 31.0

3 4 5 6 7

21 - 30 Tahun 31 - 40 Tahun 41 - 50 Tahun 51 - 60 Tahun > 60 Tahun

83 37 31 19 11 27.4 12.2 10.2 6.3 3.6


(41)

5.1.5. Gambaran Glasgow Coma Scale

Tabel 5.3. Gambaran Glasgow Coma Scale

Skor GCS Jumlah Persentase

3 7 2.3

4 1 0.3

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 5 8 11 13 8 30 8 22 23 47 120 1.7 2.6 3.6 4.3 2.6 9.9 2.6 7.3 7.6 15.5 39.6

Total 303 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat gambaran terbanyak skor GCS adalah skor GCS 15 yaitu 120 (39.6%) sampel yang diikuti oleh skor GCS 14 yaitu 47 (15.5%) sampel. Skor GCS dengan frekuensi paling rendah adalah skor GCS 4 yaitu sebanyak satu (0.3%) sampel.


(42)

Tabel 5.4. Gambaran Trauma Kapitis

Trauma Kapitis Jumlah Persentase

Ringan 167 55.1

Sedang 91 30.0

Berat 45 14.9

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat 167 (55.1 %) sampel mengalami trauma kapitis ringan, 91 (30 %) sampel mengalami trauma kapitis sedang, dan 45 (14,9 %) sampel mengalami trauma kapitis berat.

5.2. Pembahasan

MRC CRASH Trial Collaborator (2007) menyatakan dalam penelitiannya bahwa 81 % pasien yang mengalami trauma kapitis adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bruns and Hauser (2003) yang menyatakan bahwa rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan dalam mengalami trauma kapitis adalah 1.5 : 1 bahkan dapat mencapai 2.8 : 1. Pada penelitian ini didapati hasil yang sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu laki-laki lebih sering mengalami trauma kapitis dibandingkan dengan perempuan. Menurut Farghaly et al (2005) dan Dawodu (2009), hal ini dapat dijelaskan berdasarkan fakta bahwa laki-laki lebih terpapar terhadap trauma dan merupakan populasi dengan faktor resiko tinggi terjadinya trauma kapitis.


(43)

Menurut Nicholl and LaFrance (2009), Puncak insidensi trauma kapitis adalah antara umur 15 - 24 tahun. Penelitian lainnya oleh Farghaly et al (2005) menyatakan bahwa insiden trauma kapitis tertinggi adalah antara umur 20 - 30 tahun dan diikuti oleh umur 10 - 20 tahun. Pada penelitian ini didapati hasil yang sesuai yaitu, insidensi tertinggi pada umur 11 - 20 tahun yang diikuti oleh kelompok umur 21 - 30 tahun sedangkan insidensi terendah adalah pada kelompok umur > 60 tahun. Hal ini mungkin disebabkan tingginya tingkat kekerasan dan kecelakaan kendaraan bermotor pada masa-masa remaja dan dewasa muda. ( Bruns and Hauser, 2003).

Pada penelitian ini ditemukan bahwa gambaran nilai GCS terbanyak adalah nilai GCS 15 diikuti dengan nilai GCS 14. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena pemeriksaan GCS dilakukan setelah resusitasi kardiopulmonal, dimana resusitasi kardiopulmonal merupakan kontroversi dalam melakukan penilaian sehingga dapat mengurangi prediksi nilai GCS (Sastrodiningrat,2007). Pada penelitian ini juga dijumpai nilai GCS terendah yaitu 3 sebanyak 7 orang. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena pada beberapa orang skor mata dan skor verbal sulit ditentukan pada mata yang bengkak dan setelah dilakukan intubasi endotrakeal (Sastrodiningrat,2007).

Skor GCS 14 dan 15 diklasifikasikan menjadi trauma kapitis ringan, dimana pada penelitian ini ditemukan bahwa trauma kapitis yang paling sering terjadi adalah trauma kapitis ringan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bruns dan Hauser (2003) yang menyatakan bahwa insidensi trauma kapitis yang paling sering terjadi adalah trauma kapitis ringan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Nicholl dan LaFrance (2009). Sedangkan menurut MRC CRASH Trial Collaborator (2007) didapati persentase kejadian trauma kapitis yang sama antara trauma kapitis ringan, sedang, maupun berat. Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh MRC CRASH Trial Collaborator ini mungkin dapat disebabkan karena penelitian tersebut sengaja memilih sampel yang terbagi rata dari ketiga derajat keparahan trauma kapitis tersebut. Pada penelitian ini, perbedaan persentase kejadian trauma kapitis ringan dengan penelitian lainnya mungkin dapat


(44)

disebabkan tidak tepatnya waktu penilaian GCS awal yang tentunya sangat berpengaruh.

Jennet (2005) menyatakan bahwa semakin cepat GCS dinilai maka hasil yang didapat akan semakin akurat, akan tetapi harus diperhatikan bahwa dapat terjadi berbagai perubahan yang biasanya timbul 24 jam setelah terjadi trauma kapitis. Waktu yang paling tepat untuk menilai GCS adalah setelah resusitasi dan stabilisasi, akan tetapi banyak pasien telah diintubasi ataupun disedasi sehingga penilaian lengkap tidak mungkin dilakukan. Bila hal ini terjadi, skor motorik merupakan penilaian yang paling berguna.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah :

1. Sebagian besar sampel yang mengalami trauma kapitis berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 240 (79,2%) sampel.

2. Kelompok umur sampel yang paling sering mengalami trauma kapitis adalah kelompok umur 11-20 tahun yaitu sebanyak 94 (31%) sampel.

3. Gambaran skor GCS terbanyak adalah skor GCS 15 yaitu 120 (39,6%) sampel.

4. Gambaran trauma kapitis tersering adalah trauma kapitis ringan yaitu sebanyak 167 (55,1%) sampel.

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :

1. Diharapkan data pasien di RSUP H. Adam Malik dicantumkan lebih lengkap agar dapat mempermudah penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut.

2. Diharapkan data pasien yang berada di bagian rekam medis disesuaikan dengan data yang terdapat di komputer agar dapat memperlengkap data. 3. Diharapkan data-data yang terdapat pada penelitian ini dapat dikembangkan


(46)

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons, 2004. Cedera Kepala dalam : American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter. IKABI, 167 – 186.

Asrini,S., 2008. Peranan Post Traumatic Amnesia (PTA) dan Parameter Laboratorium sebagai Prediktor Terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan – Sedang. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP H.

Adam Malik. Available from :

[Accessed 1 April 2010]

Brain Injury Association of Michigan, 2005. Traumatic Brain Injury Provider Training Manual. Michigan Department Of Community Health

Burns, J.Jr., and Hauser, W.A., 2003. The Epidemiology of Traumatic Brain Injury : A Review. Epilepsia, Suppl 10 : 2-10.

Dahlan, M. Sopiyudin., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.

Dawodu, S., T., 2009. Traumatic Brain Injury (TBI)-Definition, Epidemiology,

Pathopysiology.Available fro

20 Nov 2010 ]

Division of Workers Compensation, 2006. Traumatic Brain Injury Medical Treatment Guidelines. State of Colorado Department of Labor and Employment

Farghaly, A., El-Khayat, R., Awad, W., George, S., 2007. Head Injury in Road Traffic Accidents. Faculty of Medicine Assiut University.

Greaves, I., and Johnson, G., 2002. Head And Neck Trauma. Dalam : Greaves, I., and Johnson, G. Practical Emergency Medicine. Arnold, 233 – 245.


(47)

Israr, Y.A., Christopher, A.P., Julianti,R., Tambunan, R., Hasriani, A., 2009. Cedera Kepala dan Fraktur Kruris. Faculty of Medicine – University of Riau. Available from : http://www.Files-of-DrsMed.tk. [ Accessed 12 April 2010 ]

Japardi, I.,2004. Cedera Kepala. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Jennet, B., 2005. Development of Glasgow Coma and Outcome Scale. Nepal Journal of Neuroscience 2 : 24-28, 2005.

Kirsch, T.D., and Lipinski, C.A., 2004. Head Injury. Dalam : Tintinalli, J.E., Kelen, G.D., and Stapczynski, J.S., Emergency Medicine A Compeherensive Study Guide. McGraw-Hill, 1557 – 1569.

Lombardo, M.C.,2006. Cedera Sistem Saraf Pusat. Dalam : Price, S.A., dan Wilson,L.M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC. Mardjono, M., dan Sidharta, P.,2008.Mekanisme Trauma Susunan Saraf Pusat. Dalam : Mardjono, M., dan Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat, 250 - 260.

MRC CRASH Trial Collaborator, 2008. Predicting Outcome After Traumatic Brain Injury : practical prognostic models based on large cohort of international patients.

BMJ, 336 : 425 – 429. Available from :

National Center for Injury Prevention and Control, 2007. Traumatic Brain Injury. Center for Disease Control and Prevention. Available from :

Nicholl, J., and LaFrance, W.C., 2009. Neuropsychiatric Sequelae of Traumatic

Brain Injury. Semin Neurol ,29(3) : 247–255. Available from :

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Riyadina, W., 2009. Profil Cedera Akibat Jatuh, Kecelakaan Lalu Lintas dan Terluka Benda Tajam/Tumpul pada Masyarakat Indonesia. Jur. Peny Tdk Mlr Indo, Vol.1.1.2009 : 1-11.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.


(48)

Sastrodiningrat, A.G., 2007. Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam Menentukan Prognosa Cedera Kepala Berat. Universitas Sumatera Utara. Available

from :

Zuercher, M., Ummenhofer, W., Baltussen, A., Walder, B., 2009. The Use Of Glasgow Coma Scale in Injury Assesment : A Critical Review. Brain Injury, Vol.23, No.5. 2009 : 371-384.

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kamal Kharrazi Ilyas Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 24 Februari 1991

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. SD Bhayangkari Medan 2. SMP Harapan 2 Medan 3. SMA Harapan 1 Medan Riwayat Pelatihan : -


(49)

(50)

(51)

LAMPIRAN 4

LEMBAR CHECK LIST

No. No.RM Nama Tanggal

Lahir/Umur

Jenis Kelamin

Skor GCS

Trauma Kapitis

Ringan Sedang Berat


(52)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK PENELITIAN

No.RM Umur Jenis Kelamin Skor

GCS Derajat Keparahan

Kelompok Umur 377728 20 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 377177 19 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 377714 30 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 377410 16 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 379817 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 381915 50 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 380416 29 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 383406 27 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 384608 63 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 385534 30 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 384648 21 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 382538 10 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 386142 19 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 377849 25 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 382228 17 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 380643 60 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 383640 7 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 380743 20 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 378855 29 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 380651 13 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 378486 27 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun


(53)

381389 17 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 377481 62 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 377984 60 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 377977 49 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 376778 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 375074 25 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 383433 46 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun 382497 20 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 382765 35 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 382777 19 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 380269 28 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 382457 16 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 384591 20 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 383788 46 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 382689 66 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 381990 3 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 382067 27 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 385766 51 Perempuan 3 Trauma Kapitis Berat 51 - 60 tahun 382350 54 Perempuan 8 Trauma Kapitis Berat 51 - 60 tahun 383667 69 Perempuan 12 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 384799 51 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 385203 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 385820 34 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 385326 26 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 386647 43 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 389313 17 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 385928 30 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 388034 21 Laki-Laki 3 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 385970 16 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387058 29 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 388177 6 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 412217 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 415310 32 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 412204 29 Perempuan 8 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 415016 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 412450 66 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat > 60 tahun 415156 34 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 413253 17 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun


(54)

410229 20 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411565 23 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 377415 51 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 379414 18 Laki-Laki 4 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 381203 18 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 382922 57 Laki-Laki 3 Trauma Kapitis Berat 51 - 60 tahun 384922 4 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 385212 50 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun 384532 20 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 385648 10 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 384535 25 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 378617 28 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 379408 14 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 379148 15 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 379043 23 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 381408 6 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 379944 23 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 383415 14 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 377452 12 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 379028 37 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 380887 22 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 378692 40 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 377679 20 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 378584 15 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 378471 74 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 377698 22 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 380082 28 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 383423 17 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 383542 60 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 382498 53 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 382976 57 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 51 - 60 tahun 380078 3 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 382075 23 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 383394 7 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 384986 22 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 384584 31 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 383389 45 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 383787 46 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun


(55)

381373 24 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 385798 17 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 384277 41 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 384064 40 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 383379 42 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 383143 29 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 383422 27 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 386501 19 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386243 43 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 386345 38 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 385534 29 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 386645 40 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 386650 13 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386505 20 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386901 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 389915 36 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 389118 29 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 387032 21 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 389555 25 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 388558 16 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411610 16 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 411103 24 Perempuan 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 414120 23 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 410017 23 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 411126 70 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang > 60 tahun 412228 37 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 410374 5 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 410192 19 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411389 13 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411466 30 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 404913 21 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 409315 6 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 408124 27 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 392829 51 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 399206 17 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 405547 28 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 400346 29 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 403354 15 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun


(56)

401343 15 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 401515 31 Perempuan 6 Trauma Kapitis Berat 31 - 40 tahun 406678 25 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 405575 17 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 408854 16 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 390719 40 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 399111 28 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 391301 21 Laki-Laki 3 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 401471 43 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 404875 34 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 404789 40 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 392684 6 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 374448 39 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 415674 48 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 399421 19 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 390248 49 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringa n 41 - 50 tahun 391378 13 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 398995 17 Laki-Laki 3 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 391377 19 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 391379 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 398443 7 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 395868 12 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 397598 59 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 397576 53 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 403644 20 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 404448 36 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 31 - 40 tahun 408503 5 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 409943 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 404887 12 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 408186 33 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 404827 6 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 390538 33 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 397426 15 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 396636 15 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 396318 50 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 392506 15 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 393834 15 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 398434 4 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun


(57)

393949 15 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 390130 47 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 406534 13 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 405026 16 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 403201 26 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 402038 32 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 403638 42 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 410986 17 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 410293 35 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 386373 46 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 366328 7 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 384370 34 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 385891 49 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 386281 27 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 385381 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386649 19 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 384734 20 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386656 30 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386353 39 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 377296 28 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 387447 23 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386646 21 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388742 48 Laki-Laki 3 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun 387312 20 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 388125 9 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 389310 37 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 387024 32 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 388941 52 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 388545 19 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 389016 37 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 389316 19 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 383390 43 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 389989 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 389988 23 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 389975 18 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 389297 28 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388279 60 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 387061 27 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun


(58)

386573 25 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 392508 27 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 410080 16 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 411853 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411859 31 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 414068 46 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 415290 24 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 414741 20 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387683 29 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388281 36 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 387882 20 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387899 16 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386584 12 Perempuan 7 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 387783 2 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 389271 49 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun 388592 22 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388563 19 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 362076 55 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 400507 25 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 400482 21 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 390267 9 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 395976 24 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 389574 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 389200 26 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388726 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387453 48 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 387433 8 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 387737 9 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 386399 28 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386575 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386384 46 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 386387 47 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 410063 17 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 404171 5 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 411964 19 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411488 25 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 403028 25 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 405025 33 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun


(59)

408515 25 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 391519 33 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 398329 32 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 31 - 40 tahun 405356 42 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 402440 45 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 404859 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 404455 26 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 400555 28 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 404512 50 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 390708 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 405183 19 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 409951 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 396802 32 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 408960 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 409951 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 396802 16 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 399719 16 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 390514 13 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 402581 29 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 402470 25 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 405175 30 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 400790 62 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat > 60 tahun 404863 31 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 391345 90 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 380538 23 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 414421 19 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 399538 7 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 392832 15 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 391278 73 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 399883 9 Perempuan 3 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 392596 24 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 394253 51 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 392356 35 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 395983 63 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 395162 31 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 396407 57 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 407399 21 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 409717 27 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun


(60)

409456 46 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 404895 4 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 406385 40 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 406692 3 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 391138 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 391350 29 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 397132 19 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 394829 51 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 396143 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 393544 21 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 398948 48 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 390103 10 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 407318 28 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 406127 17 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 402802 19 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 401226 19 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun


(61)

LAMPIRAN 6

OUTPUT SPSS

Statistics

JenisKelamin

N Valid 303

Missing 0

Mode 1

JenisKelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 240 79.2 79.2 79.2

Perempuan 63 20.8 20.8 100.0

Total 303 100.0 100.0

Statistics

Umur

N Valid 303


(62)

Mean 27.84 Std. Deviation 15.444

Minimum 2

Maximum 90

KelUmur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 - 10 tahun 28 9.2 9.2 9.2

11 - 20 tahun 94 31.0 31.0 40.3

21 - 30 tahun 83 27.4 27.4 67.7

31 - 40 tahun 37 12.2 12.2 79.9

41 - 50 tahun 31 10.2 10.2 90.1

51 - 60 tahun 19 6.3 6.3 96.4

> 60 tahun 11 3.6 3.6 100.0

Total 303 100.0 100.0

Statistics

SkorGCS

N Valid 303

Missing 0

Mode 15

SkorGCS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(63)

4 1 .3 .3 2.6

5 5 1.7 1.7 4.3

6 8 2.6 2.6 6.9

7 11 3.6 3.6 10.6

8 13 4.3 4.3 14.9

9 8 2.6 2.6 17.5

10 30 9.9 9.9 27.4

11 8 2.6 2.6 30.0

12 22 7.3 7.3 37.3

13 23 7.6 7.6 44.9

14 47 15.5 15.5 60.4

15 120 39.6 39.6 100.0

Total 303 100.0 100.0

Statistics

TraumaKapitis

N Valid 303

Missing 0

Mode 3

TraumaKapitis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Trauma Kapitis Berat 45 14.9 14.9 14.9

Trauma Kapitis Sedang 91 30.0 30.0 44.9

Trauma Kapitis Ringan 167 55.1 55.1 100.0


(1)

386573 25 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 392508 27 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 410080 16 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 411853 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411859 31 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 414068 46 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 415290 24 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 414741 20 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387683 29 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388281 36 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 387882 20 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387899 16 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 386584 12 Perempuan 7 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 387783 2 Laki-Laki 6 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 389271 49 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 41 - 50 tahun 388592 22 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388563 19 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 362076 55 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 400507 25 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 400482 21 Laki-Laki 5 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 390267 9 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 395976 24 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 389574 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 389200 26 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 388726 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 387453 48 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 387433 8 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 387737 9 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 386399 28 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386575 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 386384 46 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 386387 47 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 410063 17 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 404171 5 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 411964 19 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 411488 25 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 403028 25 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 405025 33 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun


(2)

408515 25 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 391519 33 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 398329 32 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 31 - 40 tahun 405356 42 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 402440 45 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 404859 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 404455 26 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 400555 28 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 404512 50 Laki-Laki 12 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 390708 24 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 405183 19 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 409951 16 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 396802 32 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 408960 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 409951 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 396802 16 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 399719 16 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 390514 13 Perempuan 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 402581 29 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 402470 25 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 21 - 30 tahun 405175 30 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 400790 62 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat > 60 tahun 404863 31 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 391345 90 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 380538 23 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 414421 19 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 399538 7 Perempuan 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 392832 15 Laki-Laki 8 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 391278 73 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 399883 9 Perempuan 3 Trauma Kapitis Berat 0 - 10 tahun 392596 24 Laki-Laki 11 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 394253 51 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 392356 35 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 395983 63 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan > 60 tahun 395162 31 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 31 - 40 tahun 396407 57 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 51 - 60 tahun 407399 21 Perempuan 13 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 409717 27 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun


(3)

409456 46 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 41 - 50 tahun 404895 4 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 406385 40 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 31 - 40 tahun 406692 3 Laki-Laki 13 Trauma Kapitis Sedang 0 - 10 tahun 391138 18 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 391350 29 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 397132 19 Laki-Laki 7 Trauma Kapitis Berat 11 - 20 tahun 394829 51 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 51 - 60 tahun 396143 18 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 393544 21 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 21 - 30 tahun 398948 48 Laki-Laki 14 Trauma Kapitis Ringan 41 - 50 tahun 390103 10 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 0 - 10 tahun 407318 28 Perempuan 15 Trauma Kapitis Ringan 21 - 30 tahun 406127 17 Laki-Laki 10 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun 402802 19 Laki-Laki 15 Trauma Kapitis Ringan 11 - 20 tahun 401226 19 Laki-Laki 9 Trauma Kapitis Sedang 11 - 20 tahun


(4)

LAMPIRAN 6

OUTPUT SPSS

Statistics JenisKelamin

N Valid 303

Missing 0

Mode 1

JenisKelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki 240 79.2 79.2 79.2

Perempuan 63 20.8 20.8 100.0 Total 303 100.0 100.0

Statistics Umur

N Valid 303


(5)

Mean 27.84 Std. Deviation 15.444

Minimum 2

Maximum 90

KelUmur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 - 10 tahun 28 9.2 9.2 9.2

11 - 20 tahun 94 31.0 31.0 40.3 21 - 30 tahun 83 27.4 27.4 67.7 31 - 40 tahun 37 12.2 12.2 79.9 41 - 50 tahun 31 10.2 10.2 90.1 51 - 60 tahun 19 6.3 6.3 96.4 > 60 tahun 11 3.6 3.6 100.0

Total 303 100.0 100.0

Statistics SkorGCS

N Valid 303

Missing 0

Mode 15

SkorGCS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

4 1 .3 .3 2.6

5 5 1.7 1.7 4.3

6 8 2.6 2.6 6.9

7 11 3.6 3.6 10.6

8 13 4.3 4.3 14.9

9 8 2.6 2.6 17.5

10 30 9.9 9.9 27.4

11 8 2.6 2.6 30.0

12 22 7.3 7.3 37.3

13 23 7.6 7.6 44.9

14 47 15.5 15.5 60.4

15 120 39.6 39.6 100.0

Total 303 100.0 100.0

Statistics TraumaKapitis

N Valid 303

Missing 0

Mode 3

TraumaKapitis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Trauma Kapitis Berat 45 14.9 14.9 14.9

Trauma Kapitis Sedang 91 30.0 30.0 44.9

Trauma Kapitis Ringan 167 55.1 55.1 100.0