Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Jurnal dan Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya program-program bagi pemuda merupakan kebijakan yang

sudah lama dilaksanakan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang
mengangkat tentang program bagi pemuda. Penelitian tersebut antara lain:
1.

Penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan
SarjanaPenggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3)”. Penelitian yang
dilakukan padatahun 2009 oleh Renova Munthe ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimanapersepsi masyarakat terhadap keberadaan Sarjana
Penggerak Pembangunan diPerdesaan (SP3) dan bagaimana partisipasi
dari masyarakat terhadap programdari SP3 di desa mereka. Penelitian ini
dilakukan di Desa Sidodadi Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli
Serdang. Jenis penelitian yang digunakan adalahpenelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan

dilakukan

melalui

penyebaran

kuesioner,

observasi,wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data dan
informasi yangdiperoleh dari lapangan diinterpretasikan melalui teknis
analisis data. Darihasil penelitian yang dilakukan setelah dianalisis dapat
diketahui, bahwapersepsi masyarakat terhadap keberadaan Sarjana
Penggerak Pembangunan diPerdesaan (SP3) cukup positif, ini dapat dilihat
dari keoptimisan darimasyarakat akan keberhasilan dari program ini dan
partisipasi

masyarakat


desaterhadap

program

Sarjana

Penggerak

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan di Perdesaan (SP3) cukupbaik dimana sebagian masyarakat
terlibat langsung dalam program yang dibuatoleh pihak dari SP3.
2.

Penelitian yang berjudul “Peran serta Pemuda dalam Pembangunan
Masyarakat”. Penelitian dilakukan pada tahun 2009, oleh Wahyu Ishardino
Satries. Penelitian bertujuan mengetahui bagaiman peran pemuda dalam
organisasi

kemasyarakatan


dan

peran

serta

fungsi

sebagaimana

diamanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan.
3.

Penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pemuda Sarjana
Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP3 ) di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Penelitian di lakukan pada tahun 2012 oleh Berti
Widuri, yang bertujuan mendeskripsikan Implementasi Kebijakan Pemuda
Sarjana Penggerak Pembangunan Di Perdesaan (PSP-3) Daerah Istimewa
Yogyakarta. Mendeskripsikan faktor pendukung dalam Implementasi

Kebijakan Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP-3)
Daerah Istimewa Yogyakarta. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam implementasi Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di
Pedesaan (PSP-3) Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.2. Pemberdayaan
2.2.1. Konsepdan Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata
‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kemapuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. (Edi Suharto, 2010)

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa inggris “empowerment”
yang juga “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar “daya” tetapi juga
kekuasaan, sehingga kata daya bukan berarti “mampu”, tetapi juga “mempunyai
kuasa ( dalam Randy, 2007 )
Lahirnya konsep pemberdayaan diawali dari antitesis terhadap model

pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun
dari kerangka logika sebagai berikut : ( Prijono dan Pranarka, 1996, dalam
Sopandi,2003).
1.

Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan
faktor produksi.

2.

Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat
pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran; Efektivitas program.

3.

Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan,
sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk
memperkuat legitimasi.

4.


Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan
ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat,
yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya, akhirnya yang
terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang
dikuasai.
Edi Suharto (2010). Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni

kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
pengasaan klien atas:

Universitas Sumatera Utara

1.

Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat
tinggal, pekerjaan.


2.

Pendefenisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya.

3.

Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

4.

Lembaga-lembaga:
mempengaruhi

kemampuan

menjangkau,

pranata-pranata


masyarakat,

menggunakan
seperti

dan

lembaga

kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
5.

Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal dan kemasyarakatan.

6.

Aktivitas


ekonomi:

kemampuan

memanfaatkan

dan

mengelola

mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa.
7.

Reproduksi: kemampuan dalam kaitanya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan juga dapat
diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang dinginkan oleh individu,

kelompok dan masyarakat luas agarmereka memiliki kemampuan untuk
melakukan pilihan dan mengontrol lingkunganya agar dapat memenuhi keinginankeinginanya, termasuk aksesibilitasnya terhadap sumber-sumber daya yang terkait
dengan pekerjaanya, aktivitas sosialnya, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan

sebagai

upaya

untuk

memberikan

kesempatan

dan


kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani
bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat. Ide, atau gagasan-gagasannya, serta
kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metode,
produk, tindakan dan lain-lain) yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan
masyarakatnya. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat merupakan proses
meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Pemberdayaan yang berasal dari kata empowerment, sangat berkaitan
dengan kekuatan atau kekuasaan (power). Karena itu, pemberdayaan dapat
diartikan sebagai upaya meningkatkan “kekuatan” atau kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi pihaklain, yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh pihak
yang lainya lagi. Disamping itu, pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai
pembagian kekuasaan yang adil, agar “yang lemah” memiliki kesadaran berpolitik
serta dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.(Edi Suharto, 2010)
Dalam hal pembagunan manusia dan tolak ukurnya, ada sebuah paradigma
baru yang dikembangkan UNDP (United Nation Daplopment Programe). Tentang
hakikat pembangunan adalah Paradigma Pembangunan Manusia (PPM).
Paradigma ini mempunyai empat pilar pokok yang mempunyai prinsipprinsip, sebagai berikut :
1.

Produktivitas
Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas dan

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dalam mencari nafkah.

Universitas Sumatera Utara

Produktivitas memerlukan investasi manusia serta situasi ekonomi makro yang
memungkinkan penduduk untuk mengembangkan diri secara optimal.
2.

Pemerataan
Penduduk harus diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses

terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.
3.

Kesinambungan
Akses pada sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi sekarang, namun juga untuk generasi mendatang.
4.

Pemberdayaan
Pembagunan bukan hanya untuk kepentingan penduduk, namun untuk juga

mereka yang berpartisipasi dalam menentukan kehidupan mereka. Konsep
konfrehensif

berarti sejalan dengan desentralisasi dan peran serta aktif dari

masyarakat.
Pemberdayaan adalah “proses menjadi” pemberdayaan bukanlah proses
instan. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan: penyadaran,
pengkapasitasan, dan perberdayaan. Ketiga poin ini merupakan tahapan yang
harus implementasikan secara gradual dan berkesinambungan. Kegagalan pada
proses pemberdayaan pada sebuah pribadi atau komunitas disebabkan salah
satunya adalah kurang memperhatikan proses pemberdayaan langsung.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya

serta

berupaya

serta

berupaya

untuk

mengembangkannya.

Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-

Universitas Sumatera Utara

langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang
kondusif, perkataan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai
peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.
(Theresia dan Aprillia, 2014)
Pemberdayaan yang dimaksud dalam kajian ini adalah pemberdayaan
sektor informal, khususnya kelompok usaha sebagai bagian dari masyarakat yang
membutuhkan penanganan/ pengelolaan tersendiri dari pihak pemerintah yang
berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya yang mereka miliki
yang pada giliranya akan mendorong peningkatan pendapatan/ profit usaha
sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah.
2.2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Istilah

pemberdayaan

masyarakat

sebagai

terjemahan

dari

kata

“empowerment’. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya meningkatkan
kemampuanmasyarakat

seiring

dengan

upayamemperkuat

kelembagaan

masyarakat agarmampu mewujudkan kemandirian untukmelepaskan diri dari
perangkap kemiskinandan keterbelakangan, dengan kata lainpemberdayaan adalah
memampukan

danmemandirikan

masyarakat

lewat

perwujudan

potensi

kemampuan yang mereka miliki. Gunawan Sumodiningrat, dalam Theresia dan
Aprillia berpendapat bahwapemberdayaan masyarakat harus dilakukanmelalui
tiga jalur, yakni: ( Theresia dan Aprillia, 2014 )
1.

Menciptakaniklim yang memungkinkan potensimasyarakat berkembang
(enabling).Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,
setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,

Universitas Sumatera Utara

tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian
akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
itu,

dengan

kesadaranakan

mendorong,
potensi

yang

memotivasikan
dimilikinya

dan
serta

membangkitkan
berupaya

untuk

mengembangkanya.
2. Menguatkan potensi dan daya yang dimilikimasyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkahlangkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input),
serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang
akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
3. Memberikan perlindungan (protecting). Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Oleh karena itu,
perlindungan dan kepemihakan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlidungan dan pemihakkan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi
tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu
justru akan mengerdilkan yang kecil dengan menglulaikan yang lemah.
Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang
lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi
makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan utama dalam pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembagunan, tetapi merupakan subjek dari
upaya pembangunannya sendiri.
Robinson (2011) mengungkapkan pemberdayaan masyarakat kedalam
bebarapa hal, diantaranya yaitu:
1.

Pembentukan iklim demokrasi dan partisipasi secara umum ditingkat
desa hingga nasional sampai menjadi nilai yang inhaerent pada setiap
tindakan

dalam

programpemberdayaan

masyarakat;

demokrasi

memungkinkan perlebaran makna permasalahaan dari lapis bawah
kepada elit masyarakat.
2.

Desentralisasi kemandirian dalam pengambilan keputusan agar masalah
dan penyelesaianya memiliki akar empiris yang kuat; hal ini meningkat
effektivitas

dan

effisiensi

dalam

upaya

memecahakan

masalah

pembangunan.
3.

Peningkatan kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam melayani
pemenuhan kebutuhan penduduk miskin dan marjinal.

4.

Keberlanjutan program dan kegiatan dengan memfasilitasi gerakan
masyarakat dalam memelihara maupun meningkatkan hasil program dan
proyek tersebut.

5.

Penyediaan fasilitator untuk menggerakan kehidupan kelompok dan
masyarakat lokal, serta memberi pengetahuan manajerial; fasilitator juga
berfungsi sebagai mediator untuk memungkinkan komunikasi yang setara
dari penduduk miskin dan marjinal kepada pihak lainya sehingga akses
terhadap penduduk miskin terbuka lebar.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3.

Strategi Utama Pemberdayaan Masyarakat
Menurut

Robinson,

2011.

Mengatakan

bahwa

strategi

utamapemberdayaan masyarakat terdiri dari:
1.

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

2.

Perluasan kesempatan (promoting oportunity)

3.

Pengembangan perlindungan sosial (enhancing social security)
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Proses

pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan satu antara pekerja sosial dan klien
dalam setting pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi
pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada giliranya
strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien
dengan sumber atau sistem lain di luar darinya. Dalam konteks pekerjaan sosial
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau mantra pemberdayaan
(empowerment setting) yaitu:
1.

Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konsling, stress management, crisis intervension.
Tujuan utamanya adalah bimbingan atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupanya. Model ini sering disebut sebagi pendekatan yang
berpusat pada tugas (task centred aproach).

2.

Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien
pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

Universitas Sumatera Utara

keterampilan

dan

sikap-sikap

klien

agar

memiliki

kemampuan

memecahkan permasalahaan yang dihadapinya.
3.

Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem
Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.3.

Teori Kewirausahaan
Enterpreniurship berasal dari bahasa perancis yaitu “entrepende” yang

berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah enterpreneur digunakan
untuk mengambarkan para pengusaha, yang mampu pemindahan sumberdaya
ekonomis, dari tingkat produktifitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih
tinggi, dan menghasilakan lebih banyak lagi.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan menurut (Drucker, dalam Suryana) adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan
tindakan inovatif demi terciptanya peluang.Jadi kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti: pengembangan
teknologi, penemuan pengetahuan ilmiah, perbaikan produk barang dan jasa yang

Universitas Sumatera Utara

ada, dan menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. (Suryana, 2008)
Di Indonesia kata enterpreneur sering disamakan dengan wiraswasta,
pengusaha, pedagang, saudagar dan wirausaha. Wiraswasta berarti orang yang
memiliki sifat-sifat keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil
resiko pada kemampuan sendiri.
Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha.
Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama
dengan wirausaha, demikian pula pengunaan istilah wirausaha seperti sama
dengan wiraswasta. Wiraswasta terdiri dari tiga kata: wira, swa, dan sta, mansingmansing berarti : wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa
besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan dan memiliki keagungan watak;
swaartinya sendiri; dan sta artinya berdiri. ( Buchari Alma, 2001)
Kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi
baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (inovasi), tujuannya
adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan penciptaan kekayaan dan
nilai tambah melalui gagasan baru, memadukan sumber daya, kekayaan dan
pendistribusian merupakan hal yang fundamental dalam pengembangan usaha
koprasi kewirausahan dan wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat
menggerakan dan memanfaatkan sumber daya lainya seperti sumber daya alam,
modal, dan teknologi, sehingga dapat menciptakan kekayaan dan kemakmuran

Universitas Sumatera Utara

melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan dan produk yang diperlukan
masyarakat. (Suryana dan Bayu, 2010)
Pada abad 17 istilah entrepreneur digambarkan sebagai orang yang
melakukan kontrak pekerjaan dengan pemerintah untuk memasok produk tertentu.
Kontrak ini memakai harga tetap keuntungan atau kerugian yang peroleh dari
pekerjaan ini adalah merupakan imbalan dari kegiatan wirausaha. Wirausaha
adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan
barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatanya melalui
organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis
yang sudah ada. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang
memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi
semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang
dengan menciptakan suatu organisasi.
Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah
barang dan jasa serta kemakmuran. Nilai tambah dan kemakmuran ini diciptakan
oleh individu wirausahayang memiliki keberananian menangung risiko,
menghabiskan waktu, serta menyediakan berbagai produk barang dan jasa.
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh wirausahan tidak selalu barang baru, tetapi
memiliki nilai yang baru dan berguna. (Suryana, 2008)
Suryana dan Bayu (2010), menjelaskan dari segi karaktristik prilaku,
wirausaha

(enterpreneur)adalah

mereka

yang

mendirikan,

mengelola,

mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha

Universitas Sumatera Utara

adalah mereka yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.
Defenisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai
kemampuan normal, dapat menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai
kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berusaha melibatkan dua unsur pokok (1)
peluang dan (2) kemampuan menanggapi peluang, berdasarkan hal ini maka
definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap
dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha
yang melembaga, produktif dan inovatif”, dengan demikian bahwa kerangka
berpikir tentang kewirausahaan seperti di sajikan pada gambar di bawah ini:

Kewirausahaan

Pola Peluang

Pola Tanggapan

• Karaktristik Perorangan
• Karaktristik Kelompok
Sosial

• Kebutuhan
Ekonomi
• Kemajuan











Prilaku Wirausaha
Mendirikan
Mengelola
Mengembangkan
Membudayakan
Melembagakan
Kinerja Usaha
Tepat Guna
Efisiensi Usaha
Mutu Unggul
Pembaruan
Konsumen Puas

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Tentang Kewirausahaan

Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Karaktristik Kegiatan Wirausaha Sosial
Rini Soetadi, 2011.Menyatakan bahwa karaktristik kegiatan kewirausahaan
sosial adalah dengan mengenali kemacetan dalam kehidupan masyarakat dan
menemukan jalan keluar yaitu:
a.

Menemukan apa yang tidak berfungsi

b.

Memecahkan masalah dengan mengubah sistem

c.

Menyebarluasakan pemecahaan

d.

Menyakinkan masyarakat untuk berani melakukan perubahan.

2.3.2. Membangun Karakter Enterpreneur
Menjadi seorang usahawan tentu bukan mudah. Dibutuhkan kerja keras,
tekad, dan juga karakter yang kuat untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses.
Berikut bebarapa karakter yang wajib dimiliki pelaku usaha agar bisnis yang
dijalankannya berhasil dan meraih puncak kesuksesan. Adalah sebagai berikut:
1.

Percaya diri

2.

Tanggung jawab

3.

Mampu berkomunikasi

4.

Berjiwa pemimpin

5.

Berani mengambil resiko

6.

Optimis

2.3.3. Membangun Industri Perdesaan
Ada

empat

kelompok

industri

dipedesaan

yang

paling

banyak

bahkanmendominasi penyerapan tenaga kerjanon pertanian, pedesaan dan kota
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a.

Industri bahan bangunan (constructionindustry).

b.

Industri

pengolahan

hasilpertanian

(agro

processor)

yang

mengolahhasil pertanian sebagai bahan baku untuk industri lain.
c.

Industri bahan makanan(food processor) yang mengolah hasilpetanian
sebagai bahan konsumsi sebagaiberagam jenis kerupuk dan kacang
garing serta.

d.

Penyalur pembuat input dan alatpertanian. Industri ini berskala rumah
tanggakecil dan beberapa berukuran besar.Disektor-sektor tersebut
diatas,wirausaha

dapat

melakukan

aktifitas

untukmeningkatkan

kinerjanya dan memperolehpendapatan yang layak. Agar semua
aktivitastersebut dapat dilakukan dengan baik,maka wirausahawan
dapat mempelajarinyadari berbagai media yang ada baik mediacetak
maupun media elektronik, teknologiinfromasi (internet) dan buku-buku
yangberkenaan dengan industri pedesaan.
2.3.4. Peranan Kewirausahaan atauEntrepreneurship
Merupakan hal penting untukpenentu pada usaha pengembangan
ekonomirakyat dan secara nasional.Para wirausahawan (entrepreneur) merupakan
asset

atau

modal

pembangunan

yang

harus

dipelihara

dan

dikembangluaskandalam masyarakat, khusunya masyarakatterdidik. Sehingga
pada gilirannya mampuikut mendukung percepatan pembangunannegeri, di satu
sisi dan mengurangi beban negara di sisi lain.Negara maju dengan tingkat
capaianekonomi tinggi di dunia, sangat di dukungadanya para wirausahan yang
tangguh danterus berkembang, dan pada saat sama jugapemerintah memberikan

Universitas Sumatera Utara

ruangan yang besarpada mereka untuk berkarya. Karena dengandemikian para
entrepreneur akan memilikikemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
2.4. Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3 )
2.4.1. Pengertian Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP3)
Sarjana

adalah

seseorang

yang

sudah

menyelesaikan

studi

pendidikantinggi pada jalur pendidikan sekolah (S-1) yang mempunyai
kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, memecahkan masalah,
mempunyai jiwa kepemimpinan, sikap kemandirian dan jiwa patriotisme serta
mampu menjadi perintis untuk melakukan terobosan-terobosan di pedesaan.
Penggerak adalah seorang yang mempunyai jiwa kepedulian, semangat
kepeloporan yang mau dan mampu menggerakkan warga masyarakat, generasi
muda/pemuda di desauntuk berpartisipasi guna menjalankan kegiatan produktif,
kreatif dan inovatifuntuk menggerakkan potensi desa yang lebih baik.
Pendamping adalah seorangwarga yang dapat membimbing dan membina
kelompok warga masyarakat, generasi muda/pemuda untuk usaha kecil agar
menjadi kelompok usaha yang maju dan mandiri di desa. Pembangunan adalah
proses perubahan dari yang belum ada menjadi ada atau yang sudah ada
ditingkatkan untuk menjadi yang lebih baik sehingga persediaan kekayaan alam di
desa menjadi

sumber

produksi

yang bermanfaat,

disamping itu

juga

memperhatikan karakter desa yang memiliki nilai-nilai sosial kemasyarakatan
(agama, adat istiadat).
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

Universitas Sumatera Utara

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wirausaha adalah suatu usaha, bisnis yang
dimulai dengan skala kecil dan menggunakan analisis peluang, konseptual,
inovatif serta mengarah kepada pemberian contoh, bimbingan bagi generasi
muda/pemuda desa berdasarkan falsafah kepemimpinan.
2.4.2.

Teori yang berkaitan dengan PSP3
Strategi pendekatan dan tahapan operasional program, yaitu terdiri :

(Kemenpora, 2011)
1. Strategi Oprasional
Peserta program PSP3 harus melakukan tahapan operasional program
selama 2 (dua) tahun melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut :
a.

Tahap pengenalan. Target yang harus dicapai oleh peserta PSP3 adalah
masyarakat mengenal keberadaan PSP3 dan tujuan programnya.

b.

Tahap rintisan. Peserta PSP3 dapat mengorganisir masyarakat untuk
memulai rintisan usaha di bidang keuangan (simpan pinjam), ekonomi
produktif, memberi asistensi pengelolaan pemerintahan desa, teknologi
informasi

dan

pendidikan

kebangsaan.

Dalam

rintisan

kegiatan,

kelembagaan/kelompok sudah terbentuk untuk membantu dan mendukung
kegiatan.
c.

Tahap

konsolidasi.

Rintisan

kegiatan

produktif

masyarakat

dan

kelembagaan/kelompok usaha bersama diharapkan sudah mulai berfungsi,
sehingga peserta PSP3 dapat melakukan konsolidasi baik untuk
memperkuat maupun memperluas hasil yang telah dicapai.

Universitas Sumatera Utara

d.

Tahap kemandirian. Dengan berjalan dan berkembangnya kegiatan usaha
bidang keuangan (simpan pinjam), ekonomi produktif, manajemen
pemerintahan desa dan teknologi informasi, maka peserta PSP3 mulai
membangun kemandirian melalui penyiapan kader lokal maupun
pengembangan usaha mandiri.

2. Strategi Pendekatan
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan keberhasilan sesuai dengan
tujuan, maka pendekatan yang akan dikembangkan dalam program Pemuda
Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3) mencakup 5 (lima) strategi
yaitu:
a.

Pemetaan (mapping). Hal ini dimaksud untuk mengetahui kondisi PSP3,
desa yang menjadi lokasi program dan masyarakat yang menjadi
dampingan.

b.

Penguatan kapasitas (capacity building), bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas sumberdaya dari tim asistensi, dispora, PSP3 dan masyarakat
desa dampingan.

c.

Pemberdayaan masyarakat (community empowering), merupakan strategi
untuk memberdayaakan masyarakat dalam upaya perbaikan kesejahtraan.

d.

Pengembangan jaringan (networking) adalah strategi yang berupaya
membangun

jaringan

dengan

sumberdaya lain

guna mendukung

pencapaian hasil program.
e.

Pemasaran program (social marketing) merupakan strategi untuk
mempromosikan dan menyebarluaskan kegiatan terbaik (best practice)
dari PSP3 ke masyarakat luas.

Universitas Sumatera Utara

•Rekruitment,
Seleksi dan
Penempatan
•Profiling Potensi
Desa
•Bisnis Plan
Kelompok/ Desa
•Proposal
Dukungan Usaha
(kredit/ sarana)

•CSR/ PKBL
•APBD/ Sektoral
•Lembaga Dona
•Swadaya
MAPPING

NETWORKING

Pendekatan
Pengembanga
n Program
PSP3
CAPACITY
BUILDING

COMUNITY
ORGANIZING

•Pelatihan Komunitas
•Pengorganisasian
Masyarakat
•Pembentukan
Kelompok
•Pendampingan Usaha

•Pembekalan PSP3
•Penguatan Lembaga
Pendampingan
•Pembinaan dan
Konsultasi Reguler




Monev dan Riset
Media Campaign
Publikasi

Gambar 2.2. Strategi Program PSP3
2.4.3. Bentuk Penugasan dan Kegiatan Pemuda Sarjana Penggerak Pembagunan
di Perdesaan (PSP3)
Bentuk penugasan PSP3bersifat perorangan, namun mereka akan bekerja
secara tim atau kelompok dalam lingkup antar desa/ kecamatan dan kabupaten /
kota. Di dalam penugasan tersebut, peserta program PSP3 akan melakukan 3
(tiga) tugas utama, yaitu: (a) menggerakan; (b) mendampingi dan melakukan
capacity bulding; serta (c) menciptakan kemandirian. Secara rinci, tugas-tugas
tersebut meliputi: (Kementrian Pemuda dan Olahraga, 2011)
1. Bidang Penggerakan
a.

Melakukan identifikasi dan pemetaan potensi desa secara partisipatif
sebagai dasar untuk perencanaan program dan usaha mencakup identifikasi
permasalahaan yang dihadapi, alternatif-alternatif usaha yang potensial,
berbagai sumberdaya lokal dan luar yang potensial.

Universitas Sumatera Utara

b.

Mengorganisir masyarakat (pemuda) dalam merintis pembentukan
kelembagaan lokal (kelompok usaha bersama atau kelompok kerja)
sebagai wadah dalam komunikasi dan kerjasamaantar warga.

c.

Mendorong perencanaan pembangunan desa/kelurahan secara partisipatif
yang berbasis pada pemanfaaatan sumber daerah.

d.

Memotivasi

masyarakat

desa

kelurahan

untuk

menggali

dan

memanfaatkan sumber daya, baik dalam skala desa/kelurahan. Kecamatan,
kabupaten/ kota dan provinsi.
e.

Meningkatakan kapasitas masyarakat terutama pemuda untuk berpartisiasi
dalam pembangunan termasuk pengawasan.

f.

Membantu meningkatkan kinerja pelayanan publik oleh pemerintahan
desa.

2. Bidang Pendampingan
a.

Melakukan penataan manajemen kegiatan dan usaha masyarakat, terutama
pemuda seperti memberikan bantuan teknis manajemen.

b.

Mendorong, menfasilitasi dan mengembangkan kegiatan sosial masyarakat
di bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat.

c.

Mendorong dan mengembangkan tumbuhnya unit usaha ekonom produktif
yang bersifat kolektif (koprasi atau BUMDes) yang dibangun dari, oleh
dan untuk pemuda.

d.

Mendorong dan membina pemupukan modal swadaya masyarakat desa/
kelurahan, terutama pemuda.

Universitas Sumatera Utara

e.

Melakukan fasilitasi dan mediasi masyarakat di perdesaan dengan pihakpihak dan sumber pengembangan seperti pengurusan ijin usaha, fasilitas
pasar dan permodalan, tempat usaha, pemasaran dan sebagainya.

f.

Menyebarluaskan (diseminasi) keunggulan manajemen dan produk
lembaga yang didampingi bagi kesejahteraan

masyarakat kepada

masyarakat lainya.
Robinson (2011) mengungkapkan ada tiga hal peran pendamping yang
harus di lakukan diantaranya adalah:
1.

Masyarakat memiliki keterbatasan dalam mengembangkan dirinya, karena
itu memerlukan pendamping untuk membimbingnyadalam meningkatkan
kesejahtraan.

2.

Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan
kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator.

3.

Lingkup pembinaan yang dilakukan pendamping meliputi upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni kualitas aparat anggota
dan penggurus kelompok serta peningkatan kemampuan usaha anggota.
Untuk maksud tersebut, pendamping perlu mengenal dan mengadakan
komunikasi yang intensif dengan kelompok.
Selain itu juga peranan pendamping menurut Robinson, adalah sebagai

berikut:
1. Pendamping yang paling efektif adalah dari anggota masyarakat itu
sendiri, yaitu anggota masyarakat yang telah lebih sejahtera dan telah
berhasil dalam kehidupan dan kegiatan ekonomianya.

Universitas Sumatera Utara

2. Selain itu, pendamping dapat diambil dari petugas lapangan pada tingkat
kecamatan dan desa dari berbagai departemen dan lembaga kemasyarakat.
3. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, pendamping harus siap
bekerja

setiap

waktu,

menghadiri

pertemuan

kelompok,

mengorganisasikan program latihan, serta membantu kelompok dalam
memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan yang dibutuhkan.
3.

Bidang Kemandirian
a. Bersama dan melibatkan masyarakat (khususnya pemuda) menyusun
rencana usaha mandiri dengan komoditas yang potensial dan menjadi
unggulan daerah (desa sasaran)
b. Merintis danmengembangkan usaha mandiri dengan melibatkan pemuda
yang berintegrasi dan menjadi mata rantai dengan usaha-usaha yang
dijalankan masyarakat.
c. Menfasilitasi terselenggaranya kegiatan pelatihan kepemimpinan bagi
kaum muda (termasuk perempuan) dalam rangka penyiapan kader
masyarakat.

2.4.4. Dasar Hukum Keberaaan PSP3
Penyelenggaraan PSP3 berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan bab VII tentang pemberdayaan, karena program ini
adalahmemberdayakan pemuda sarjana untuk menggerakkan dan mendampingi
masyarakat desa dalam meningkatkan ekonomi desa. Program PSP3 ini
dikembangkan dengan tujuan untuk mengakselerasikan pembangunan melalui
peran kepeloporan pemuda dalam berbagai aktivitas kepemudaan yang secara
langsung

berpengaruh

terhadap

dinamisasi

kehidupan

pemuda

desa,

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan potensi sumberdaya kepemudaan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan pemuda dan masyarakat desa. Melalui program PSP3 ini,
diharapkan akan dapat memperteguh komitmen para pemuda sarjana untuk
membangun kepemudaan desa dan menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan
yang dapat memperbaiki taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik di masa
depan. Komitmen ini penting sebagai bagian dalam mengurangi penumpukan
SDM berpendidikan tinggi di perkotaaan. Dan pada gilirannya membangkitkan
pemuda desa dampingannya melakukan kegiatan inovasi dan produktif sehingga
desa menjadi inspirasi pembaharuan dan perubahan secara nasional.
2.4.5. Tujuan Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembagunan di Perdesaaan
(PSP3)
Adapun tujuan dari program PSP3 adalah sebagai berikut :
1.

Memfasilitasi pemuda berpendidikan tinggi dalam peningkatanpengetahuan,
wawasan, sikap, dan keterampilannya untuk menggerakkanpembangunan di
pedesaan.

2. Memberikan kontribusi dalam pembangunan di pedesaan dalam rangka
meningkatkan produktivitas (terutama komunitas muda).
3. Menggerakkan potensi sumberdaya masyarakat terutama pemuda sebagaiaset
dalam

rangka

mendorong dan

mempercepat

proses

pembangunan

dipedesaan.Menumbuhkembangkan budaya kerja yang produktif dan
inovatif dengan prinsip kebersamaan dan kekeluargaan.
4. Mewujudkan kerjasama dan jaringan kerja antar para pihak dalam rangka
mempercepat pembangunan di pedesaan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.6. Indikator Keberhasilan Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan
di Perdesaan (PSP3)
Program PSP3 akan dinilai berhasil, jika 3 (tiga) indikator dapat dipenuhi
yaitu :
1. Adanya perkembangan kemampuan peserta PSP3 yang meliputi:
a.

Mampu berinteraksi, berintegrasi dan bekerjasama dengan masyarakat dan
stakeholder lainnya untuk mengembangkan gagasan yang inovatif dalam
kegiatan produktif di perdesaan.

b.

Mampu menyusun rencana usaha bersama masyarakat (pemuda) perdesaan
di bidang kegiatan sosial-ekonomi produktif, lembaga keuangan mikro,
pendidikan dll.

c.

Mampu mengorganisir dan menggerakkan berbagai potensi lokal sebagai
dasar dalam merintis kegiatan ekonomi produktif, keuangan mikro,
pendidikan dan pemanfaatan teknologi informasi.

d.

Mampu mendokumentasikan dan melaporkan keadaan, perkembangan, hasil
dan persoalan yang dihadapi di dalam tugasnya secara sistimatis dan
analitis.

e.

Mampu mengembangkan pendidikan dan pemahaman serta membudayakan
nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

f.

Mampu menggunakan teknologi informasi untuk mendukung pembangunan
perdesaan.

Universitas Sumatera Utara

2.
a.

Adanya hasil kegiatan di masyarakat yang meliputi :
Masyarakat mengetahui adanya program PSP3 di desanya dan mengenal
para peserta.

b.

Tumbuhnya

kesadaran

masyarakat

untuk

berpartisipasi

dalam

pelaksanaan program PSP3.
c.

Berkembangnya kelembagaan masyarakat di desa yang mendukung
kegiatan produktif di bidang sosial-ekonomi-lingkungan.

d.

Tumbuhkembangnya

lembaga

keuangan

mikro

(perkreditan)

untuk

menunjang usaha-usaha ekonomi produktif di dalam masyarakat, khususnya
kalangan pemuda di desa,
e.

Adanya dukungan dan jaringan kerjasama dengan sumberdaya lain (instansi
pemerintah,

swasta/BUMN,

LSM

atau

instansi

merealisasikan atau mengembangkan kegiatan usaha

lainnya)

dalam

dan pendidikan

kebangsaan.
3.
a.

Adanya keberlanjutan kegiatan di tingkat masyarakat yang meliputi:
Tersedianya kader pemimpin (SDM lokal) yang dipersiapkan untuk
menggantikan peran PSP3, sehingga dapat menjamin keberlanjutan
program.

b.

Berfungsinya

kelembagaan

lokal

(KUB/Koperasi/BUMDesa)

dalam

kegiatan dan pengelolaan kegiatan produktif dan sistem manajemen yang
dapat dijalankan oleh kader masyarakat meski tanpa keberadaan PSP3.

Universitas Sumatera Utara

c.

Diperluasnya kegiatan produktif yang dikembangkan oleh Peserta PSP3 ke
wilayah lain oleh desa, pemerintah daerah maupun dunia usaha.

2.5.

Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah suatu rancangan pikiran dalam melakukan

penelitian yang teratur dan terarah. Kerangka berpikir menguraikan konsep
berpikir sebagai pendekatan dan memecahkan masalah dalam bentuk diagram
yang memperhatikan hubungan antar variabel keputusan sehingga dapat
dianalisis. Kerangka berpikir dari penelitian ini secara umum dapat dilihat pada
Gambar 2.3

Pemuda Sarjana Penggerak Pembagunan
di Perdesaan ( PSP3 ) ( X )
-

Pemberdayaan
Kewirausahaan

Penggerak
Pendampingan
Kemandirian

(Y)

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan alur berpikir diatas, maka penjelasan kerangka berpikir
tersebut adalah sebagai berikut, peserta Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan
di Perdesaan (PSP3) adalah seorang yang sudah menyelsaikan pendidikan S1
yang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, memecahkan
masalah, mempunyai jiwa kepemimpinan, sikap kemandirian dan jiwa patriotisme
serta mampu menjadi peritis untuk melakukan trobosan-trobosan di pedesaan.
Bentuk program dan kegatan PSP3 bersifat perorangan maupun
berkelompok, yang melakukan 3 (tiga) tugas utama, yaitu: penggerak,
pendampingan dan menciptakan kemandirian. Menggerakan masyarakat atau

Universitas Sumatera Utara

pemuda desadalam merintis pembentukan lembaga atau kelompok usaha serta
menggerakkan lembagausaha yang sudah ada dengan mengaktifkan kembali.
Melakukan pendampingan dalam penataan manajemen dan mengembangkan
tumbuhnya usaha ekonomi produktif serta pengembangan dalam pemasaran.
Menciptakan kemandirian dalam berusaha dengan melibatkan masyarakat yang
berintegrasi dan menjadi mata rantai dengan usaha-usaha yang dijalankan
masyarakat, serta menyusun rencana mandiri dengan komoditas yang potensial
dan menjadi unggulan daerah.
2.6. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan landasan teoritis yang telah diuraikan, maka hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut:
H1 :

Adanya peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan
(PSP3) terhadap kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara.

H2:

Adanya pengaruh variabel PSP3 sebagai penggerak, pendamping dan
kemandirian terhadap kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengawasan Oleh Tim Teknis Dinas Olahraga Dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Terhadap Efektivitas Kerja Sarjana Penggerak Pembangunan Di Perdesaan (Sp-3).

0 0 2

PENGARUH PENGAWASAN OLEH TIM TEKNIS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI JAWA BARAT TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN DI PERDESAAN (SP-3).

0 0 4

ANALISIS PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

1 6 8

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 17

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

0 0 43

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Peran Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan ( PSP-3) Terhadap Pemberdayaan Kewirausahaan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 26

PENGARUH PENGAWASAN TEKNIS DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN PERDESAAN (SP-3)

0 0 10